Anda di halaman 1dari 292

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

M
G2P1A0 GRAVIDA 41 MINGGU DENGAN HIPERTENSI
GESTATIONAL DI RSUD R.SYAMSUDIN SH
KOTA SUKABUMI
TAHUN 2019

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Praktek Klinik Kebidanan (PKK) II A

OLEH:
RISNA RAHMAWATI
029B.A17.031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN YAPKESBI
KOTA SUKABUMI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini berjudul :


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. M G2P1A0
GRAVIDA 41MINGGU DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL
DI RSUD SYAMSUDIN SH
KOTA SUKABUMI

Oleh:
RISNA RAHMAWATI
029B.A17.031

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing dan Pihak Program Studi DIII Kebidanan
Poltekes Yapkesbi Sukabumi

Sukabumi, September 2019

Pembimbing Akademik

(Beti Sartika, S.ST, M.Kes)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kebidanan

(Irma Suryani, S.ST, M.Kes)

KATA PENGANTAR

ii
Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang teramat luas, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
Rosulullah dan teladan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ny.A G1P0A0 Gravida 41 minggu Dengan Hipertensi Gestational di
RSUD R.Syamsudin SH Kota Sukabumi Tahun 2019”.
Pada penulisan atau penyusunan kasus komprehensif ini penulis telah
berusaha menyusun dengan semaksimal mungkin, dalam penyusunan makalah ini,
penulis tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga dapat terselesaikannya makalah komprehensif ini.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada:
1. H. Ofian Ismana, SE. M.M, selaku Ketua BPH Poltekes Yapkesbi Sukabumi.

2. Achmad Zaenuri, SPd.i M.M, selaku Direktur Poltekes Yapkesbi Sukabumi.

3. Irma Suryani S.ST,M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma III Kebidanan Poltekes

Yapkesbi Sukabumi.

4. Beti Sartika, S.ST., M.Kes selaku Pembimbing Akademik Asuhan Kebidanan


Komprehensif.
5. Defi Ratna sari S.ST , Syifa Fauziah S.ST selaku Pembimbing lapangan yang

telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis dalam

pengambilan kasus komprehensif ini.

6. Sahabat dan seluruh teman-teman seperjuangan di Poltekes Yapkesbi


Sukabumi yang telah memberi motivasi sehingga makalah komprehensif ini
dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT memberikan amal kebaikan kepada semuanya. Akhir
kata, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang sangat membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.

iii
Sukabumi, Agustus 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................i


TIM PENYUSUN ...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................3
1.3 Manfaat...................................................................................4
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................4
1.5 Lokasi dan Waktu...................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kehamilan...............................................................................6
2.2 Tinjauan Umum tentang Hipertensi pada Kehamilan............22
2.3 Persalinan ...............................................................................37
2.4 Bayi Baru Lahir......................................................................77
2.5 Nifas........................................................................................103
2.6 Retensio Urine Post Partum....................................................134
2.7 Keluarga Berencana ...............................................................139
2.8 Manajemen Asuhan Kebidanan Varney.................................163
2.9 UU Kebidanan Nomor 4 Tahun 2019....................................166

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.............................169
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan..............................177
3.3 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir..............................197
3.4 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas......................................215

v
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kehamilan...............................................................................230
4.2 Persalinan................................................................................232
4.3 Bayi Baru Lahir......................................................................236
4.4 Nifas........................................................................................238

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................241
5.2 Saran ......................................................................................242

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran


Lampiran 1 Informed Consent
Lampiran 2 Partograf
Lampiran 3 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 4 Leaflet
Lampiran 5 Lembar konsul

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menurut data WHO, setiap hari 830 ibu di dunia meninggal akibat
penyakit / komplikasi terkait kehamilan dan persalinan. sebagian besar
kematian tersebut seharusnya bisa dicegah dan diselamatkan. Bila AKI tinggi,
banyak ibu yang seharusnya tidak meninggal karena tidak mendapatkan
upaya pencegahan dan penanganan yang seharusnya. Ibu meninggal karena
komplikasi kebidanan yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu.
Sekitar 15 % dari kehamilan atau persalinan mengalami komplikasi, 85 %
normal. Sebagian komplikasi tidak bisa di perediksi sehingga setiap
kehamilan beresiko. Penyebab utama kematian ibu kira kira75 % disebabkan
karena perdarahan parah (sebagian besar perdarahan pasca salin), infeksi
(pasca salin), tekanan darah tinggi saat kehamilan (preelampsi – eklampsi),
partus lama/macet, aborsi yang tidak aman. Sedangkan sebanyak 7000 bayi
baru lahir di dunia meninggal setiap harinya. ¾ kematian neonatal terjadi
pada minggu pertama, dan 40% meninggal dalam 24 jam pertama. Kematian
neonatal berkaitan erat dengan kualitas pelayanan persalinan dan penanganan
BBL yang kkurang optimal segera setelah lahir dan beberapa hari pertama
setelah lahir. (key facts maternal mortality.2018)Penyebab utama kematian
(2016) adalah prematur, komplikasi terkait persalinan (asfiksi), infeksi, dan
cacat lahir (birth defect). 47 % kematian balita adalah kematian neonatal
(level & trends in child mortality.report 2018 unicef,WHO,World Bank,
United Nations).
Di negara ASEAN, Indonesia termasuk negara dengan AKI tertinggi di
negara ASEAN dengan data SUPAS : AKI 305. AKI di beberapa negara
ASEAN, 2015, DI Indonesia hasil SUPAS tahun 2015 305/100.000 kelahiran
hidup. Angka tersebut melebihi 9x dari Malaysia, 5x dari Vietnam, hampir 2x
Kamboja. Sedangkan AKN (angka kematian neonatal) di indonesia 15/1000
kelahiran hidup. (levels & Trends in Child Mortality. Report 2018)

1
2

Berdasarkan SDKI tahun 2015 AKI menunjukan penurunan yaitu 305


per 100.000 kelahiran hidup. Sementara pada tahun 2017 angka kematian
bayi (AKB) menurun menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup. Laporan dari
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016, terdapat 3702 bayi meninggal,
menurun 343 orang di banding tahun 2015 yang tercatat 4045 kematian bayi.
Angka kematian ibu berdasarkan laporan rutin propil kesehatan
Kabupaten/Kota tahun 2016 tercatat jumlah kematian ibu maternal yang di
laporkan sebanyak 799 orang per 100.000 KH dengan proporsi kematian pada
ibu hamil 227 orang per 100.000 KH pada ibu bersalin 202 orang (21,43 per
100.000 KH), Dan pada ibu nifas 380 orang per 100.000 KH. (Dinkes Jabar
2017).
Berdasarkan data dari laporan Dinas Kesehatan kota Sukabumi pada
tahun 2018, mencatat angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) sepanjang 2018 relatif masih tinggi. Sampai akhir tahun terdapat 45
kasus kematian ibu saat melahirkan. (Laporan Tahunan Dinas Kota
Sukabumi, 2019). Meskipun demikian, pihaknya terus melakukan upaya
untuk penanggulangan dan pengurangan AKI dan AKB di 2019 seperti
menyiapkan SDM tenaga kesehatan yang mumpuni, yaitu perawat dan bidan
yang terus dipersiapkan dalam sisi mental maupun kemampuan (kasubag
umum dan kepegawaian, Dinas kesehatan kota sukabumi: 2019).
Menurut laporan dari RSUD R.Syamsudin SH sepanjang tahun 2018
tercatat 49 kematian bayi dan pada tahun 2019 priode januari sampai juni
2019 tercatat sebanyak 20 kematian bayi. Sedangkan kejadian kematian ibu
tercatat 42 kasus sepanjang tahun 2018-2019 (Laporan RSUD R.Syamsudin
SH).
Hipertensi adalah masalah medis yang umum ditemui selama
kehamilan. Penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) adalah salah satu
penyebab kesakitan dan kematian ibu maupun janin. Sekitar 15-25% wanita
yang di diagnosis awal dengan hipertensi dalam kehamilan akan mengalami
preeklampsi berat. Sehingga sulit memprediksi yang mana akan mengalami
PEB. Hipertensi merupakan faktor resiko stroke dan insidennya meningkat
3

pada kehamilan dimana 15 % kematian ibu hamil disebabkan perdarahan


intraserebral (Malha et al., 2018)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
pengkajian dengan merumuskan ke dalam sebuah judul yaitu,“Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Ny.A G1P0A0 Gravida 41 minggu dengan
Hipertensi Gestational di RSUD R.Syamsudin SH Kota Sukabumi
Tahun 2019”

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum`
Mampu menerapkan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Pada
Ny. M G2P1A0 Gravida 41 minggu dengan Hipertensi Gestational
secara komprehensif yaitu ANC, INC, PNC, BBL dan KB di RSUD
R.Syamsudin SH dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan
Varney dan SOAP periode Juli-Agustus 2019.

1.2.2 Tujuan khusus


a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada asuhan
kebidanan Pada Ny.M G2P1A0 Gravida 41 minggu dengan
hipertensi gestational dengan ANC, INC, PNC, BBL dan KB
normal di RSUD R.Syamsudin SH Kota Sukabumi.
b. Mampu melakukan pengakajian objektif pada asuhan kebidanan
pada Pada Ny.M G2P1A0 Gravida 41 minggu dengan hipertensi
gestational dengan INC, PNC, BBL dan KB normal di RSUD
R.Syamsudin SH Kota Sukabumi.
c. Mampu menganalisa atau mendiagnosa kasus pada Pada Pada
Ny.M G2P1A0 Gravida 41 minggu dengan hipertensi gestational
dengan, INC, PNC, BBL dan KB normal di RSUD R.Syamsudin
SH Kota Sukabumi.
d. Mampu melakukan penatalaksaan asuhan kebidanan Pada Pada
Ny.M G2P1A0 Gravida 41 minggu dengan hipertensi gestational
4

dengan, INC, PNC, BBL dan KB normal di RSUD R.Syamsudin


SH Kota Sukabumi.
e. Mampu melakukan pendokumentasian secara SOAP pada hasil
asuhan yang telah diberikan pada Pada Ny.M G2P1A0 Gravida 41
minggu dengan hipertensi gestational dengan, INC, PNC, BBL
dan KB di RSUD R.Syamsudin SH Kota Sukabumi.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
Dengan adanya praktek klinik kebidanan II ini mahasiswa dapat
mengaplikasikan secara langsung dari yang telah didapatkan dari
pekuliahan menjadi lebih mengetahui mengenai gambaran umum
kesehatan ibu, fisik dan fisiolis selama kehamilan, nifas, bayi baru
lahir.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk mengevaluasi hasil kegiatan praktek klinik kebidanan II
oleh mahasiswa dilapangan serta untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan dasar yang telah diberikan.
1.3.3 Bagi Lahan
Untuk menambah informasi kebidanan dan meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar asuhan kebidanan.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup adanya praktek klinik kebidanan II ini adalah
mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung teori yang telah
didapatkan diperkuliahan. menjadi lebih mengetahui mengenai gambaran
umum kesehatan ibu baik fisik dan psikologis saat persalinan, nifas, dan
perawatan BBL.
5

1.5 Lokasi dan Waktu


1.5.1 Lokasi
Lokasi yang digunakan penulis dalam pengambilan studi kasus
ini di RSUD R.Syamsudin SH Kota Sukabumi.
1.5.2 Waktu
Waktu yang digunakan dalam pengambilan studi kasus ini
dimulai dari tanggal 15 Juli – 31 Agustus 2019.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian kehamilan
Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga
kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika
seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan adanya
menstruasi. (Hanni, 2011).
Kehamilan adalah serangkaian proses yang di awali dari konsepsi
atau pertemuan antara ovum dan sperma sehat dan di lanjutkan dengan
fertilisasi, nidasi dan impantasi (Sulistyani 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan proses
alamiah pada seorang wanita yang sudah mengalami menstruasi berupa
penyatuan spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan implantasi
berlangsung kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 301 hari
(43 minggu).

2.1.2 Pembagian waktu kehamilan


Adapun fisiologi kehamilan menurut (Sarwono, 2017) Yaitu
sebagai berikut :
1. Trimester I
Mornig sicknes/mual muntah dipagi hari di mulai dari usi
khamilan 8 minggu dan mungkin berakhir sampai usia 12 minggu,
perubahan uterus dapat teraba di bawah simpisis pubis pada uk 12
mgg, adapun kenaikan berat badan yang terjadi pada Trimester 1
sekitar1-2 kg.
2. Trimester II
Uterus akan tumbuh pada usia kehamilan 16 minggu,uteus
biasanya berada pada pertengahan antara simpisis pubis dan pusat.
payudara akan mengeluarkan kolostrum.ibu akan merasakan gerak

6
7

bayinya. Akan timbul perubahan kulit seperti cloasma, striae


gravidarm dan linea nigra.
3. Trimester III
Pada usia kehamilan 28 minggu pundus akan berada di sekitar
pusat, dan prosesus xipodius. Pada usia 32-36 minggu pundus dapat
mencapai prosesus xipodius, payudara akan terasa nyeri dan penuh,
keadaan sering kencing akan timbul kembali, mulai mules yang
semakin meningkat, terjadi perasaan nyeri punggung karena tahanan
di punggung semakin besar.

2.1.3 Menentukan Usia Kehamilan


1. Rumus Naegele
Usia kehamilan dihitung 280 hari, patokannya adalah HPHT
atau TP (Taksiran Persalinan).
HPHT adalah Hari Pertama Haid Terakhir seorang wanita
sebelum hamil. Cara menentukan HPHT adalah dengan melakukan
anamnesis pada ibu secara tepat karena apabila terjadi kesalahan,
maka penentuan usia kehamilan juga menjadi tidak tepat. Beberapa
pertanyaan yang bisa diajukan:
a. Kapan ibu mengeluarkan haid sebelum hamil.
b. Apakah pada tanggal tersebut sudah bersih atau masih baru
keluar darah haidnya.
c. Berapa lama menstruasinya.
d. Berapa banyak menstruasinya (jika hanya sedikit maka
kemungkinan sudah terjadi nidasi.
HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru
mengeluarkan darah menstruasinya dengan frekuensi dan lama
seperti menstruasi yang seperti biasa.
TP adalah tanggal taksiran perkiraan persalinan ibu. Bisa
ditentukan setelah HPHT didapatkan. Berikut Rumus yang
digunakan:
8

TP: Tanggal HPHT +7


Bulan HPHT -3
Tahun HPHT +1 (jika bulan dari 4 – 12)
Atau
TP: Tanggal HPHT +7
Bulan HPHT +9
(Jika bulan dari 1-3)

1) Jika dari HPHT: Dihitung secara rinci hari-hari yang sudah


dilalui dimulai dari HPHT sampai tanggal waaktu
penghitungan.
2) Jika dari TP: Dihitung secara rinci hari-hari yang belum dilalui
secara mundur dimulai dari TP sampai minggu waktu
perhitungan, kemudian mengurangi dari 40 minggu (bulan
aterm) dengan hasil hitungan dengan cara:
a) Menghitung TP = HPHT ditambah 7, bulan dikurangi 3 dan
tahun ditambah 1. Atau hari di tambah 7, bulan ditambah 9
tahun tetap.
b) Menghitung hari-hari yang belum dilalui, mundur dari TP.
c) mengurangi Minggu aterm (40 minggu) dengan hasil
hitungan no (2). (Ari Sulistyawati, 2011)
2. Cara Manual (Menghitung)
a. Tentukan HPHT terlebih dahulu
b. Tentukan tanggal pemeriksaan hari ini.
c. Buat daftar jumlah minggu dan kelebihan hari setiap bulan.
Contoh: Bulan desember berjumlah 31 hari, maka menjadi 4
minggu +3 hari.
d. Daftar jumlah minggu dan hari dibuat mulai dari sisa hari dalam
bulan HPHT sampai dengan jumlah minggu dan hari dibulan
saat melakukan pemeriksaan.
9

e. Setelah daftar selesai dibuat, jumlahkan minggu dan harinya,


hasil akhir dikonversikan dalam jumlah mingggu

2.1.4 Perubahan perubahan yang terjadi di trimester III


1. Sistem pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon
progesteron yang meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi
karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut
yang mendesak organ organ dalam perut khususnya saluran
pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral. Wasir (hemoroid),
cukup sering pad kehamilan sebagian besar akibat konstipasi dan
naiknya tekanan vena-vena dibawah uterus termasuk vena
hemoroid. Panas perut (Heart burn) terjadi karena terjadinya aliran
balik asam gastrik kedalam esophagus bagian bawah.
(www.cendikia.com diakses pada tanggal 18 Maret 2019)
2. Sistem Muskuloskeletal
Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan
relaksasi jaringan ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada
satu minggu terakhir kehamilan, proses relaksasi ini memberikan
kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai
persiapan proses persalinan, tulang pubik melunak menyerupai
tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat
tulang coccigis bergeser kearah belakang sendi panggul yang tidak
stabil, pada ibu hamil hal ini menyebabkan sakit pinggang. Postur
tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin
membesar dalam abdomen sehingga untuk mengkompensasi
penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang
lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan dapat
menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita.
(www.cendikia.com di akses pada tanggal 18 Maret 2019)
10

Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa di alami oleh


anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang besar dengan
pleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu yang akan
menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus. ligament
lotundrum mengalami hipertropi dan mendapatkan teknn dari uterus
yang mengakibatkn rasa nyeri pada ligament tesrsebut.
(www.cendikia.com di akses pada tanggal 18 Maret 2019)
3. Sistem kardiovaskular
Terjadi edema devenden kongesti sirkulasi pada ekstremitas
bawah karena peningkatan permeabilitas caviler dan tekanan dari
pembesaran uterus dari vena velvik atau pada vena kava inferior.
Gusi berdarah karena trauma berdarah terhadap gusi yang karena
pengaruh hormon estrogen sangat vaskuler, percepatan panggantian
pelapis efitel gusi dan berkurangnya ketebalan efitel tersebut.
Hemorroid akibat tekanan uterus terhadap vena hemoroidal.
Hipotensi suvinasi karena terbloknya aliran darah di vena kava
inferior oleh uterus yang membesar apabila ibu pada posisi tidur
terlentang. Timbul spidarnevi dan palmar eritema karena
meningkatnya aliran darah ke daerah kulit. Varicess pada kaki dan
vulva karena kongesti vena bagian bawah meninggkat sejalan
tekanan karena pembesaran uterus dan kerapuhan jaringan elastis
karena pengaruh hormon estrogen (www.cendikia.com diakses pada
tanggal 18 Maret 2019).
4. Perubahan psikologis pada trimester III
Seperti pada perubahan fisiologis, perubahan psikologis pada
ibu hamil juga mengalami perunbahan jika di bandingkan dengan
keadaan sebelum hamil, perubahan psikologis pda ibu hamil dapat
dibagi dengan melihat waktu kehamilan yaitu trimester I, trimester
II dan trimester III.
a. Trimester III seringkali disebut priode menunggu dan waspada
sebab saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayi.
11

b. Kadang-kadang ibu merasa hawatir bahwa bayinya akan lahir


sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu menigkatkan
kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan
terjadinya persalinan.
c. Rasa tidak nyaman timbul karena ibu merasa dirinya aneh dan
jelek. Di sampipng itu ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dengan bayinya, dan kehilangan perhatian yang khusus
diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu membutuhkan
kesenangan dari suami dan keluarga
d. Pada trimester 3 ibu merasa tidak nyaman dan depresi karena
janin membesar dan perut ibu juga, melahirkan, sebagian besar
wanita mengalami klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran
bayi.
e. Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam
kondisi yang tidak normal dan semakin ingin menyudahi
kehamilannya tidak sabaran dan resah.
f. Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, aktif mempersiapkan
kelahiran bayinya. (www.cendikia.com di akses pada tanggal 18
Maret 2019)

2.1.5 Tanda-tanda bahaya pada Ibu hamil Trimester III (29-42 minggu)
Adapun Tanda bahaya pada kehamilan menurut (sarwono 2014)
yaitu :
1. Perdarahan pervaginam
Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai dengan rasa nyeri.
Perdarahan semacam ini berarti plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu segmen bawah
rahim. Sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internal, penyebab lain adalah solutio plasenta dimana plasneta
12

yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin


lahir, biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu..
2. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-
kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin
mengalami penglihatan yang kabur. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia.
3. Penglihatan kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan
oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak
dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf
pusat, yang dapat menimbulkan kelainan cerebral (nyeri kepala dan
kejang), dan gangguan penglihatan. Perubahan atau pandangan
kabur, dapat menjadi tanda preeklampsia. Masalah visual yang
mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual yang mendadak, mislanya pnglihatan kabur atau
berbayang, malihat bintik-bintik (spot) berkunang-kunang. selain
itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakn tanda-tanda
yang menunjukan preeklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina
(odema retina dan spasme pada pembuluh darah)
4. Bengkak dimuka atau tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan
biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakannya lebih tinggi.
Bengak dapat menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada
permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
13

diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan
pertanda preeklampsia.
5. Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1
jam)
Gerakan janin tidak ada atau kurang ( minimal 3 kali dalam 1
jam).Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-
6.jika bayi tidak bergerak seperti biasa diamakan IUFD (intra
uterine fetal death). IUFD adalah tdak adanya tanda-tanda
kehidupan janin di dalam kandungan. Beberapa ibu dapat
merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1
jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan
minum dengan baik.
6. Pengeluaranan cairan pervaginam (ketuban pecah dini)
Yang dimaksud cairan di sini adalah ketuban.ketuban yang
pecah pada kehamilan aterm dan disertai dengan munculnya tanda-
tanda prsalinan adalah normal.pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan dan di tuggu 1 jam belum di mulainya
tanda-tanda persalinan ini di sebut ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara
dunia luar dan ruangan dalam rahim sehinggan memudahkan
terjadinya infeksi.makin lama priode laten (waktu sejak ketuban
pecah sampai terjadi kontraksi rahim),makin besar kemungkinan
kejadian kesakitan dan kmatian ibu atau janin dalam rahim.
7. Kejang
Pada umunya kejang didaahului oleh makin memburuknya
keadaan dan terjadinya gejala-gejala Sakit kepala, mual ,nyeri ulu
hati sehingga muntah. bila semakin berat penglihatan semakin
kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam
kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia.
14

8. Selaput kelopak mata pucat


Merupakan salah satu tanda anemia.anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11 gram
% pada trimester III.anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya
saling berinteraksi.anemia pada trimester III dapat menyebabkan
perdarahan pada waktu persalinan dan nifas, BBLR (berat bayi
lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram).
9. Demam tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat
merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.menurut SDKI
tahun 2012 penyebab kematian ibu karena infeksi (11%).
Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum
banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu.

2.1.6 Antenatal Care (ANC)


1. Pengertian
Antenatal care atau asuhan kehamilan merupakan
pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2010).
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga
mampu menghadapi persalinan, nifas dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Prawirohardjo, 2010).
Dalam bahasa pemerograman ibu dan anak, kunjungan
antenatal ini diberi kode K yang merupakan singkatan dari
kunjungan. Pemeriksaan antenatal lengkap adalah K1 yaitu pertama
kali ibu hamil kontak dengan tenaga kesehatan pada trimester I. K4
Yaitu cakupan ibu hamil yang telah mendapat pelayanan ANC
sesuai standar 14T paling sedikit 4 kali. (Saifuddin, 2013)
15

Jadi, dapat disimpulkan bahwa antenatal care adalah asuhan


kehamilan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum menghadapi
proses persalinan, nifas dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar, terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin.
2. Tujuan Antenatal Care
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan sosial ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayina dengan trauma seninimal mungkin
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar tumbuh kembang secara normal. (Hanni,
2011).
3. Kebijakan Program
Menurut Saifuddin (2010) kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
a. Satu kali pada triwulan pertama
b. Satu kali pada triwulan kedua
c. Dua kali pada triwulan ketiga
Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilan dengan jadwal sebagai berikut :
a. sampai dengan kehamilan 28 minggu periksa empat minggu
sekali
b. kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali
16

c. kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali


4. Standar Pelayanan bidan dalam Antenatal care
Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Standar 5 : Palpasi abdominal
Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Standar 8 : Persiapan persalinan
5. Standar Pelayanan Minimal Antenatal Care 10T
Menurut Saifudin, dalam memberikan pelayanan atau asuhan
standar sebaiknya terdapat 10T, yaitu:
a. (Timbang) berat badan dan ukur tinggi badan
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari
sebelum hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar
anatar 6-16 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang
tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II.
Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT
(Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh
(IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan.
Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni :
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2
Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 – 20,5
Sumber : (Prawirohadjo, 2017)
Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik
perlahan dan bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada
trimester II dan III perempuan dengan gizi baik dianjurkan
17

menambah berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang


0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode
untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu :
a) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5
kg20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
b) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 16 kg.
(Depkes RI.2010)
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk
mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering
berhubungan dengan keadaan rongga panggul, seperti ibu hamil
dengan tinggi badan ≤ 145 cm beresiko panggul sempit.
b. Mengukur Tekanan Darah
Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan
kunjungan, hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan kenaikan tekanan darah yang disebabkan
kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil dikatakan normal
yaitu di bawah 140/90 mmHg.
c. Nilai Status Gizi
Yaitu dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang
tidak terpengaruh oeh keadaan cairan tubuh dibandingkan
dengan berat badan. Pengukuran LILA biasanya menggunakan
pita yang terbuat dari cellulid film atau pita dari kertas yang
dilapisi plastik yang panjangnya 33 cm. LILA sebaiknya diukur
pada lengan kiri atau kanan yang tidak banyak melakukan
aktivitas sehingga masa otot tidak mempengaruhi pengukuran.
Ukuran LILA wanita usia subur (WUS) dengan resiko di
Indonesia dengan ambang batas (cut of points) <23,5 cm
18

d. Mengukur Tinggi Fundus Uteri


Mengukur TFU digunakan sebagai salah satu cara untuk
mengetahui usia kehamilan dimana biasanya lebih tepat bila
dilakukan pada kehamilan pertama.
Tabel 2.2
Umur Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri
Tinggi fundus uteri TFU (cm) Usia kehamilan
1-2 jari diatas sympisis 12 minggu
Pertengahan sympisis
16 minggu
pusat
3 jari dibawah pusat 20 20 minggu
Setinggi pusat 23 24 minggu
3 jari diatas pusat 26 28 minggu
Pertengahan pusat-PX 30 32 minggu
Setinggi PX 33 36 minggu
2 jari dibawah PX 40 minggu
(Manuaba, 2010)
Adapun cara lain untuk menghitung usia kehamilan yaitu
menggunakan Rumus Neagle, yaitu :
HPHT dari bulan Januari-Maret dihitung hari +7 dan
bulan +9 sedangkanuntuk HPHT dari bulan April-Desember
dihitung hari +7, bulan-3 dan tahun +1. (Rukiyah, 2009).
TFU juga digunakan untuk mengetahui Taksiran Berat
Badan Janin (TBBJ). Rumus TBBJ menurut Johnson Tausak:
a) Jika belum masuk PAP=(TFU-13)x155 gram
b) Jika sudah masuk PAP=(TFU-11)x155 gram
e. Tentukan Presentasi Janin
Untuk menentukan besarnya rahim dan dengan ini
menentukan tuanya kehamilan dan juga menentukan letaknya
anak dalam rahim terdiri dari 4 bagian, yaitu:
a) Leopold I (untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian
apa terdapat dalam fundus):
(1) Kaki klien dibengkokkan pada lutut dan lipat paha
19

(2) Pemeriksa berdiri disebelah kanan klien dan melihat


kearah muka klien
(3) Rahim dibawa ke tengah
(4) Tingginya fundus uteri ditentukan
(5) Tentukan bagian apa yang terdapat dalam fundus
b) Leopold II (untuk menentukan dimana letaknya punggung
janin dan dimana letaknya bagian-bagian kecil janin)
(1) kedua tangan pindah kesamping
(2) tentukan dimana punggung janin, punggung anak
terdapat di pihak yang memberikan lintangan yang
terbesar, carilah bagian-bagian kecil, yang biasanya
terletak bertentangan dengan pihak yang memberi
lintangan yang terbesar.
(3) kadang-kadang disamping terdapat kepala atau bokong
ialah pada letak lintang.
c) Leopold III (untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah apakah bagian bawah janin sudah atau belum masuk
pintu atas panggul):
(1) dipergunakan satu tangan saja
(2) bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
(3) cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan
d) Leopold IV (untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga pangggul)
(1) pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat ke arah klien
(2) dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi
bagian bawah
(3) ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam
pintu atas panggul dan berapa masuknya bagian bawah
ke dalam rongga panggul
20

(4) jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari


bagian terbawah dari kepala yang masih teraba dari luar:
(a) kedua tangan itu convergen hanya bagian kecil dari
kepala yang turun ke dalam rongga
(b) jika kedua tangan itu sejajar maka separuh kepala itu
masuk ke dalam rongga panggul
(c) jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar
dari kepala masuk ke dalam rongga panggul dan
ukuran terbesar dari kepala sudah melewati atas
panggul.
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan Pemberian
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
2 kali pada ibu hamildiberikan imunisasi TT sebanyak 2
kali selama kehamilan dengan interval waktu 4 minggu.
Imunisasi ini dianjurkan pada setiap ibu hamil,karena
diharapakan dapat menurunkan angka kematian bayi akibat
tetanus neonatorum. Imunisasi ini diberikan dengan dosis 0,5
cc/I.M. dalam 1 kali penyuntikan.
Tabel 2.3 Imunisasi TT
Interval (selang Lama %
Antigen
waktu minimal) perlindungan Perlindungan
Pada kunjungan
TT 1 - -
antenatal pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
25 tahun/
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99
seumur hidup
(Saifuddin, 2008)
g. Tablet Zat Besi
Pemberian tablet Fe (zat besi) minimal sebanyak 90 tablet
selama kehamilan. Tablet ini diberikan sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang. Setiap tablet Fe mengandung FeS04
21

320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg. Tablet Fe
diminum 1x1 tablet perhari,dan sebaiknya dalam meminum
tablet Fe tidak bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan
mengganggu penyerapan.
h. Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
Tes laboratorium meliputi tes untuk mengetahui apakah
ibu menderita Penyakit Menular Seksual (PMS), mengetahui
kadar hemoglobin, protein, dan glukosa.
i. Tatalaksana Kasus
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
j. Temu wicara (konseling),
termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca Persalinan.
Tabel 2.4
Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
No Jenis Pemeriksaan TM I TM II TM III Keterangan
1 Keadaan Umum √ √ √ Rutin
2 Suhu Badan √ √ √ Rutin
3 Tekanan Darah √ √ √ Rutin
4 Berat Badan √ √ √ Rutin
5 LILA √ Rutin
6 TFU √ √ Rutin
7 Presentasi Janin √ √ Rutin
8 DJJ √ √ Rutin
9 Pemeriksaan HB √ √ Rutin
10 Golongan Darah √ Rutin
11 Protein Urin √ √ √ Rutin
12 Gula Darah/reduksi √ √ √ Atas indikasi
13 Darah Malaria √ √ √ Atas indikasi
14 BTA √ √ √ Atas indikasi
22

No Jenis Pemeriksaan TM I TM II TM III Keterangan


15 Darah Sifilis √ √ √ Atas indukasi
16 Serologi HIV √ √ √ Atas indikasi
17 USG √ √ √ Atas indikasi
Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2015)

2.1 Tinjauan umum tentang hipertensi pada kehamilan


2.1.1 Pengertian
Hipertensi gestational atau disebut juga ( transient hypertention )
adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan
atau kehamilan dengan tanda tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria.hipertensi ialah tekanan darah sistolik > 140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah sekurang kurangnya dilakukan 2 kali
selang 4 jam. Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urine
selama 24 jam atau sama dengan > 1 + dipstick. (Prawirohardjo,
2017).

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan The
National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy (NHBPEP) memberikan suatu
klasifikasi untuk mendiagnosa jenis hipertensi dalam kehamilan,
(NHBPEP, 2001) yaitu :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum
umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
3. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai dengan kejang-
kejang dan/atau koma.
23

4. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed


upon chronic hypertension) adalah hipertensi kronik disertai
tanda-tanda preeklampsi atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.
5. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada
kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang
setelah 3 bulan pascapersalinan atau kematian dengan tanda-tanda
preeklampsi tetapi tanpa proteinuria (Prawirohardjo, 2017).

2.1.3 Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan


Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai
berikut :
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya : molahidatidosa, kehamilan multipke,
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur yang ekstrim
4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
5. Penyakit penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
6. Obesitas

2.1.4 Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum
diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori
yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak
dianut adalah ( Prawirohardjo, 2013) :

1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta


24

Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran


darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri
arkuata dan arteri arkuata memberi cabang arteri radialis. Arteri
radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis
dan memberi cabang arteri spiralis.
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas,
terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut, sehingga terjadi
dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan
sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur
dan memudahkan lumen spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri apiralis ini memberi
dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular,
dan peningkatan aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya,
aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhna janin dengan
baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis” yang
dapat dilihat pada

Gambar 1. Remodeling pembuluh darah pada kehamilan normal dan


hipertensi dalam kehamilan (Powe CE, et al., 2014)
25

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel


trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis
relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan
“remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero plasenta
menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak
iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang
dapat menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan
selanjutnya.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
a. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada
hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling
arteri spiralis”, dengan akibat plasenta mengalami
iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan (radikal bebas). Oksidan atau radikal
bebas adalah senyawa penerima molekul yang mempunyai
elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting
yang dihasilkan iskemia plasenta adalah radikal hidroksil
yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel
pembuluh darah. Produksi oksidan pada manusia adalah
suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan
untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal bebas dalam
darah, maka hipertensi dalam kehamilan disebut “toxaemia”.
Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang
mengandung banyak asam lemak tidak jernih menjadi
peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak
membran sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel
26

endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang


bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi antioksidan.
b. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi
dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar
oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan
antioksidan, misalnya vitamin E pada hipertensi dalam
kehamilan menurun, sehingga terjadi dominan kadar oksidan
peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai
oksidan/radikal bebas yang sangat toksik ini akan beredar di
seluruh tubuh melalui aliran darah dan akan merusak
membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah
mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya
langsung berhubungan dengan aliran darah dan
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak
tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil,
yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
c. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka
terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari
membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel
mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan
rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut
“disfungsi endotel” (endothelial disfunction). Pada waktu
terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan
disfungsi sel endotel, maka akan terjadi :
1) Ganggguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu
fungsi endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu
menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) suatu
vasodilator kuat.
27

2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang


mengalami kerusakan. Agregasi trombosit ini adalah
untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan (TXA2) suatu vasokontriktor kuat. Dalam
keadaan normal perbandingan kadar
protasiklin/tromboksan lebih tinggi kadar prostasiklin
(vasodilator). Pada preeklampsi kadar tromboksan lebih
tinggi dari kadar prostasiklin sehingga terjadi
vasokonstriksi, maka terjadi kenaikan tekana darah.
3) Perubahan khas pada sel endotel kapiler
glomerulus (glomerular endotheliosis).
4) Peningkatan permeabilitas kapiler.
5) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu
endotelin. Kadar vasodilator menurun, sedangkan
endotelin (vasokontriksi) meningkat.
6) Peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam
kehamilan dengan fakta sebagai berikut :
a. Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
multigravida.
b. Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai
resiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.
c. Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya
hipertensi dalam kehamilan. Lamanya periode hubungan seks
sampai saat kehamilan ialah makin lama periode ini, makin
kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
28

Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak


menolak adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini
disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G
(HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon
imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta).
Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas
janin dari lisis oleh natural killer cell (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel
trofoblas kadalam jaringan desidua ibu, jadi HLA-G
merupakan prokondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke
dalam jaringan desidua ibu disamping untuk menghadapi sel
natural killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan,
terjadi penurunan HLA-G.
Berkurngnya HLA-G di desidua didaerah plasenta,
menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi
trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak,
dan gembur sehingga mepermudah terjadinya reaksi
inflamasi kemungkinan terjadi immune-maladaptation pada
preeklampsia.
Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan yang
mempunyai kecenderungan terjadi preeklampsia, ternyata
mempunyai proporsi sel yang lebih rendah di banding pada
normotensif.
4. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hamil normal pembulu darah refrakter tehadap bahan-
bahan vasopresor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka
tehadap rangsangan bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar
vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons
vasokonstriksi. Pada kehamilan normal terjadinya refrakter
pembuluh daerah terhadap bahan vasopresor adalah akibat
dilindungi oleh adanya sitensis prostaglandin pada sel endotel
29

pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa daya rafrakter


terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin
sintensa inhibitor (bahan yang menghambat produksi
prostaglandin). Prostaglandin ini di kemudian hari ternyata
adalah prostasiklin.
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya
refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi
peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya,
daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang
sehingga pembuluh darah menjadi peka terhadap bahan
vasopresor. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa
peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada
hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I
(pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan
menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan
pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai
sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Faktor predisposisi persalinan lama adalah yang pertama, dari
bayi : kepala janin besar, hidrosefalus, presentasi wajah-bahu-alis,
malposisi, persisten, kembar terkunci, kembar siam. Yang kedua
dari jalan lahir : panggul kecil karena malnutrisi, deformitas
panggul karena trauma atau polio; tumpor daerah panggul; infeksi
virus di perut atau uterus; jaringan parut. Yang ketigafakyor yang
berhubungan dengan persalinan lama: aktifitas rumah tangga;
aktifitas olahraga; kekuatan ibu (power); passanger; posisi janin;
psikologi (dominan); pendidikan ibu; umur ibu; paritas ibu
(soviyati,2016; ardhiyanti 2016)
30

2.1.5 Diagnosis
1. Anamnesis
Dilakukan anamnesis pada pasien/keluarganya mengenai
adanya gejala, penyakit terdahulu, penyakit keluarga dan gaya
hidup sehari-hari. Gejala dapat berupa nyeri kepala, gangguan
visus, rasa panas dimuka, dispneu, nyeri dada, mual muntah dan
kejang. Penyakit terdahulu seperti hipertensi dalam kehamilan,
penyulit pada pemakaian kontrasepsi hormonal, dan penyakit
ginjal.
Riwayat gaya hidup meliputi keadaan lingkungan sosial,
merokok dan minum alkohol (POGI, 2010).
2. Pemeriksaan Fisik
Evaluasi tekanan darah dilakukan dengan cara meminta
pasien dalam posisi duduk di kursi dengan punggung bersandar
pada sandaran kursi, lengan yang akan diukur tekanan darahnya,
diletakkan setinggi jantung dan bila perlu lengan diberi
penyangga.
Lengan atas harus dibebaskan dari baju yang terlalu ketat
melingkarinya. Pada wanita hamil bila tidak memungkinkan
duduk, dapat miring kearah kiri. Pasien dalam waktu 30 menit
sebelumnya tidak boleh minum kopi dan obat dan tidak minum
obat-obat stimulant adrenergik serta istirahat sedikitnya 5 menit
sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah (POGI, 2010).
Alat yang dipakai untuk mengukur tekanan darah adalah
sphygmomanometer. Letakkan manset atau bladder cuff di tengah
arteri brachialis pada lengan kanan, sisi bawah manset kurang
lebih 2,5 cm diatas fosa antecubital. Manset harus melingkari
sekurang-kurangnya 80% dari lingkaran lengan atas dan menutupi
2/3 lengan atas. Menentukan tekanan sistolik palpasi dengan cara
palpasi pada arteri radialis dekat pergelangan tangan dengan dua
jari sambil pompa cuff sampai denyut nadi arteri radialis
31

menghilang. Baca berapa nilai tekanan ini pada manometer,


kemudian buka kunci pompa. Selanjutnya untuk mengukur
tekanan darah, cuff dipompa secara cepat sampai melampaui
20-30 mmHg diatas tekanan sistolik palpasi. Pompa dibuka
untuk menurunkan mercury dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik.
Tentukan tekanan darah sistolik dengan terdengarnya
suara pertama (Korotkoff I) dan tekanan darah diastolik pada
waktu hilangnya denyut arteri brakhialis (POGI, 2010).
Pengukuran tekanan darah dengan posisi duduk sangat
praktis, untuk skrining. Namun pengukuran tekanan darah dengan
posisi berbaring, lebih memberikan hasil yang bermakna,
khususnya 29 untuk melihat hasil terapi. Pengukuran tekanan
darah tersebut dilakukan dalam dua kali atau lebih (POGI, 2010).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam kasus hipertensi
sebagai komplikasi kehamilan adalah proteinuria, untuk diagnosis
dini preeklampsi yang merupakan akibat dari hipertensi
kehamilan. Pemeriksaan proteinuria dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu secara Esbach dan Dipstick. Pengukuran secara
Esbach, dikatakan proteinuria jika didapatkan protein ≥300 mg
dari 24 jam jumlah urin. Nilai tersebut setara dengan kadar
proteinuria ≥30 mg/dL (+1dipstick) dari urin acak tengah yang
tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi saluran kencing.
Interpretasi hasil dari proteinuria dengan metode dipstick adalah
(POGI, 2010) :
+1 = 0,3 – 0,45 g/L
+2 = 0,45 – 1 g/L
+3 = 1 – 3 g/L
+4 = > 3 g/L.
Prevalensi kasus preeklampsi berat terjadi 95% pada hasil
pemeriksaan +1 dipstick, 36% pada +2 dan +3 dipstick
32

2.1.6 Pencegahan
Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam
kehamilan meliputi upaya nonfarmakologi dan farmakologi. Upaya
nonfarmakologi meliputi edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi
diet. Sedangkan upaya farmakologi mencakup pemberian aspirin dosis
rendah dan antioksidan (Cunningham G, 2015).
1. Penyuluhan untuk kehamilan berikutnya
Wanita yang mengalami hipertensi selama kehamilan harus
dievaluasi pada masa postpartum dini dan diberi penyuluhan
mengenai kehamilan mendatang serta risiko kardiovaskular
mereka pada masa yang akan datang. Wanita yang
mengalami preeklampsi-eklampsia lebih rentan mengalami
penyulit hipertensi pada kehamilan berikutnya (James R dan
Catherine N, 2004).
Edukasi mengenai beberapa faktor risiko yang memperberat
kehamilan dan pemberian antioksidan vitamin C pada wanita
berisiko tinggi dapat menurunkan angka morbiditas hipertensi
dalam kehamilan (Cunningham G, 2015).
2. Deteksi pranatal dini
Selama kehamilan, waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan
1 kali saat trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2 kali
pada trimester ketiga. Kunjungan dapat ditambah tergantung
pada kondisi maternal. Dengan adanya pemeriksaan secara rutin
selama kehamilan dapat dilakukan deteksi dini hipertensi
dalam kehamilan. Wanita dengan hipertensi yang nyata
(≥140/90mmHg) sering dirawat inapkan selama 2 sampai 3 hari
untuk dievaluasi keparahan hipertensi kehamilannya yang baru
muncul. Meskipun pemilihan pemeriksaan laboratorium dan
tindakan tambahan tergantung pada sifat keluhan utama dan
biasanya merupakan bagian rencana diagnostik, pemeriksaan sel
darah lengkap dengan asupan darah, urinalisis serta golongan
33

darah dan rhesus menjadi tiga tes dasar yang memberikan data
objektif untuk evaluasi sebenarnya pada setiap kedaruratan
obstetri ginekologi. Hal tersebut berlaku pada hipertensi
dalam kehamilan, urinalisis menjadi pemeriksaan utama yang
dapat menegakkan diagnosis dini pada preeklampsi (Cunningham
G, 2015).
3. Manipulasi diet
Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah
hipertensi sebagai penyulit kehamilan adalah pembatasan asupan
garam. Diet tinggi kalsium dan pemberian kapsul dengan
kandungan minyak ikan dapat menyebabkan penurunan bermakna
tekanan darah serta mencegah hipertensi dalam kehamilan
(Cunningham G, 2015).
4. Aspirin dosis rendah
Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian
aspirin 60 mg atau placebo pada wanita primigravida mampu
menurunkan kejadian preeklampsi. Hal tersebut disebabkan
karena supresi selektif sintesis tromboksan oleh trombosit serta
tidak terganggunya produksi prostasiklin (Cunningham G, 2015).
5. Antioksidan
Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi sel
endotel dan mengisyaratkan bahwa terapi semacam ini
bermanfaat dalam pencegahan hipertensi kehamilan, terutama
preeklampsi. Antioksidan tersebut dapat berupa vitamin C dan E
(Cunningham G, 2015).

2.1.7 Penatalaksanaan
Penanganan umum, meliputi :
1. Perawatan selama kehamilan
Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat
antihipertensi sampai tekanan darah diastolik diantara 90-100
34

mmHg. Obat pilihan antihipertensi adalah hidralazin yang


diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan
darah turun. Jika hidralazin tidak tersedia, dapat
diberikan nifedipin 5 mg sublingual dan tambahkan 5 mg
sublingual jika respon tidak membaik setelah 10 menit. Dapat
juga dengean memberikan dopamet 500 mg. Selain itu labetolol
juga dapat diberikan sebagai alternatif hidralazin. Dosis labetolol
adalah 10 mg, jika respon tidak baik setelah 10 menit,
berikan lagi labetolol 20 mg. Pasang infus Ringer Laktat dengan
jarum besar (16 gauge atau lebih). Ukur keseimbangan cairan,
jangan sampai overload. Auskultasi paru untuk mencari tanda-
tanda edema paru.
Adanya krepitasi menunjukkan edema paru, maka
pemberian cairan dihentikan. Perlu kateterisasi urin untuk
pengeluaran volume dan proteinuria. Jika jumlah urin <30 ml per
jam, infus cairan dipertahankan sampai 1 jam dan pantau
kemungkinan edema paru.
Observasi tanda-tanda vital ibu dan denyut jantung janin
dilakukan setiap jam (Prawirohardjo S, 2017). Pengakhiran
kehamilan sampai usia kehamilan 12 minggu
o Keadaan umum, tanda tanda vital, hb >10 gram
o Apabila terdapat tanda tanda infeksi kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian antibiotik
o Lakukan persiapan tindakan kuret sesuai dengan persiapan
dan asistensi tindakan kuret
 Pengakhiran kehamilan dari usia >12 minggu sampai
dengan usia 20 minggu
o Berikan misoprostol 200 mcg intravaginal dapat diulangi satu
kali 6 jam sesudah pemberian pertama
o Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
35

o Kombinasi pemasangan batang laminaria dengan misoprostol


atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose
5% mulai 20 tpm sampai maksimal 60 tpm
 Pengakhiran kehamilan > 20 – 28 minggu
o Berikan misoprostol 100 mcg intravaginal dapat diulangi satu
kali 6 jam sesudah pemberian pertama
o Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
o Pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5%
mulai 20 tpm sampai maksimal 60 tpm
o Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup ataupun mati
o Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati
 Pengakhiran kehamilan > 28 minggu
o Berikan misoprostol 50 mcg intravaginal dapat diulangi satu
kali 6 jam sesudah pemberian pertama
o Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk
pematangan serviks
o Pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5%
mulai 20 tpm sampai maksimal 60 tpm
o Kombinasi ketiga cara diatas.
Untuk hipertensi dalam kehamilan yang disertai kejang, dapat
diberikan Magnesium sulfat (MgSO4). MgSO4 merupakan obat
pilihan untuk mencegah dan menangani kejang pada preeklampsi
dan eklampsi. Cara pemberian MgSO4 pada preeklampsi dan
eklampsi adalah (Prawihardjo S, 2017) :
a. Dosis awal
Berikan MgSO4 4 gram IV sebagai larutan 20% selama
5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr IM dengan 1 ml
lignokain 2% (dalam semprit yang sama). Pasien akan merasa
agak panas saat pemberian MgSO4 32
b. Dosis pemeliharaan
36

MgSO4 (50%) 5 gr + 1 ml lignokain 2 % IM setiap 4 jam.


Pemberian tersebut dilanjutkan sampai 24 jam postpartum
atau kejang terakhir. Sebelum pemberian MgSO4, periksa
frekuensi nafas minimal 16 kali/menit, refleks patella positif
dan urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir. Pemberian
MgSO4 dihentikan jika frekuensi nafas <16 kali/menit,
refleks patella negatif dan urin <30 ml/jam. Siapkan
antidotum glukonat dan ventilator jika terjadi henti nafas.
Dosis glukonat adalah 2 gr (20 ml dalam larutan 10%) IV
secara perlahan sampai pernafasan membaik
2. Perawatan persalinan
Pada preeklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24
jam, sedang pada eklampsi dalam 12 jam sejak gejala eklampsi
timbul. Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak terjadi
dalam 12 jam pada eklampsi, lakukan seksio sesarea (Mustafa
R et al.,2015).
3. Perawatan pospartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau
kejang terakhir. Teruskan pemberian obat antihipertensi jika
tekanan darah diastolik masih >110 mmHg dan pemantauan urin
(Mustafa R etal., 2015).

2.1.8 Terminasi kehamilan


Terminasi kehamilan merupakan salah satu tindakan obstetris
yang sering dilakukan untuk mengakhiri kehamilan demi kepentingan
ibu dan anak artinya jika kehamilan di biarkan berlangsung terus akan
membahayakan jiwa ibu dan anak.
Terminasi kehamilan diindikasikan pada keadaan ibu (penyakit
ibu misalnya diabetes mellitus, hipertensi dalam kehamilan), janin
( misalnya IUGR, IUFD, kelainan kongenital), waktu (kehamilan
serotinus).
37

2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian
Sulistyawati mengemukakan persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri
dengan kelahiran plasenta (Sholichah, Nanik 2017: 80).
Ahli lain, Varney mengemukakan persalinan adalah rangkaian
proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu, di
mulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada servixs, dan diakhiri dengan pelahiran
plasenta (Fritasari, 2016: 15).
Persalinan adalah peristiwa fisiologis yang melibatkan
rangkaian perubahan sekuensial dan terpadu di dalam miometrium,
desiduas, dan serviks uterus yang terjadi secara bertahap selama
beberapa hari sampai minggu. Perubahan jaringan ikat biokimia di
serviks uterus muncul untuk mendahului kontraksi rahim dan
pelebaran serviks, dan semua kejadian ini biasanya terjadi sebelum
pecahnya membran janin. Dengan kata lain proses persalinan
proses pengeluaran janin yang matang dan telah melewati masa
kehamilan normal (Asgari, et al, 2016: 214).
Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal,
namun bila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat,
oleh karena itu, setiap wanita usia subur (WUS), ibu hamil (bumil),
ibu bersalin (bulin), dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan
yang berkualitas. Persalinan merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia dimana angka kematian Ibu
bersalin yang masih cukup tinggi. Keadaan ini disertai dengan
38

komplikasi yang mungkin saja timbul selama persalinan, sehingga


memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam
bidang kesehatan, dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan menurunkan angka kematian, kesakitan ibu dan
perinatal (Purwandari, dkk, 2015: 47).
Persalinan normal yaitu persalinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah
pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi
berada dalam kondisi baik (WHO). Definisi lain mengenai persalinan
dan kelahiran normal menurut Damayanti, Ika Putri, dkk. 2016: 2)
yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam. Tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin.

2.2.2 Fisiologi persalinan


Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita
terdapat duda hormon yang dominan, yaitu :
1. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsnagan
oksitosin, prostaglandin dan mekanis.
2. Progesteron
Progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot
rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, prostatglandin dan mekanis, serta menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi.
39

Adapun fisiologi persalinan menurut (Ari sulistyawati, 2012)


1. Teori progesterone
Progesteron mempunyai peranan untuk mempertahankan
kehamilan. Semakin tua usia kehamilan maka kadar progesteron
dalam tubuh akan berkurang, sehingga otot Rahim akan mudah
dirangsang oksitosin.
2. Teori oksitosin
Menurunnya konsentrasi progesterone karena matangnya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya
dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi yang akan
menjadi kekuatan dominan saat memlainya proses persalinan
sesungguhnya.
3. Teori prostaglandin
Prostatglandin yang dihasilkan oleh desi duadisangka oleh
salah satu sebab permulaan persalinan. Kadar prostatglandin dari
kehamilan minggu ke-15 hingga aterm terutamasaat persalinan
yang menyebabkan kontraksi miometrium.
4. Teori distensi Rahim
Dengan majunya kehamilan, maka makin terengganglah otot-
otot Rahim sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan
janin (Ai yeyeh, 2009)

2.2.3 Tanda-tanda persalianan


Adapun tanda-tanda persalinan menurut (Ari sulistyawati,2012) yaitu:
1. Terjadinya his persalinan.
Karakteristik dari his persalinan.
a. Pinggang teras sakit menajalar kedepan
b. Sifat his tertur, interval makin pendek, dan kekuatan makin
besar
c. Terjadi perbuhanan pada serviks.
40

d. Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan,


maka kekuatannya bertambah.
2. Pengeluaran lendir dan darah
Denga adanya his persalinan, terjadi perubahan pada servik
yang menimbulkan :
a. Pendataran dan pembukaan.
b. Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang dapat pada canalis
servikalis terlepas.
c. Terjadi perdarahan karena caviler pembuluh darah pecah.
3. Pengeluaran cairan
Jika ketuban sudah pecah maka persalinan di targetkan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun, jika ternyata tidaka tercapai,
maka harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi
vacum atau Sectio Caesaria.(AI yeyeh,2009)

2.2.4 Faktor-faktor yang mempenngaruhi persalinan


Adapun faktor-faktor penting dalam persalinan menurut (Ari
sulistyawati,2012) adalah sebagai berikut:
1. Passege (jalan lahir), mengacu pada kemampuan panggul dan jalan
lahir untuk memungkinkan janin turun ke dasar panggul (Ari
sulistyawati.2012).
Gambar 2.1
Anatomi panggul wanita
41

a. Os Pelvis (Tulang Panggul)


1) Fungsi Panggul Wanita
Fungsi umum panggul wanita adalah :
a) Panggul besar (Pelvis Mayor)
Fungsi dari panggul besar adalah menyangga isi
abdomen
b) Panggul kecil (Pelvis Minor)
Fungsi panggul kecil adalah :
(1) Membentuk jalan lahir
(2) Tempat alat genitalia
2) Jenis-jenis Panggul Wanita
Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk panggul :
a) Panggul Gynecoid: bentuk panggul ideal, bulat dan
merupakan jenis panggul tipikal wanita
b) Panggul Android: bentuk PAP seperti segitiga,
merupakan jenis jenis panggul tipikal pria
c) Panggul Antropoid: bentuk PAP seperti elips, agak
lonjong seperti telur
d) Panggul Platipeloid: bentuk PAP seperti kacang atau
ginjal, picak, menyempit arah muka belakang.
Gambar 2.2
Jenis Panggul
42

3) Panggul wanita terdiri dari :


a) Panggul besar (Pelvis Mayor)
Panggul besar dibentuk oleh 4 buah tulang :
(1) 2 tulang pangkal paha (Os Coxae), terdiri dari tiga
buah tulang :
(a) Tulang Usus (Os. Ilium)
(b) Tulang Duduk (Os. Ischium)
(c) Tulang Kemaluan (Os. Pubis)
(2) 1 tulang kelangkang (Os. Sacrum)
(3) 1 tulang tungging (Os. Coccygis)
b) Panggul kecil (Pelvis Minor)
Panggul kecil terbentuk oleh 4 buah tulang :
(1) Pintu atas panggul (PAP)/ Inlet
Pap dibentuk oleh: Promontorium, Sayap Os.
Sacrum, Linea terminalis/Inominata kanan dan kiri,
Ramus superior Ossis Pubis kanan dan kiri dan
Pinggir atas simfisis pubis
(2) Pintu tengah panggul (PTP)/ Midlet
PTP dibentuk oleh 2 buah bidang yaitu :
(a) Bidang luas panggul
Bidang luas panggul dibentuk oleh pertengahan
simfisis menuju pertemuan Os. Sacrum 2 dan 3.
(b) Bidang sempit panggul
Bidang sempit panggul dibentuk oleh tepi bawah
simfisis menuju kedua spina ischiadica dan
memotong Os. Sacrum setinggi 1-2 cm diatas
ujungnya.
(3) Pintu bawah panggul (PBP)/ Outlet
Pintu bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber ossis
ischiadica dengan dibatasi arcus pubis, sedangkan
43

segitiga belakang dasarnya tuber ossis ischiadica


denga dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kiri
dan kanan.
b. Bidang hodge perlimaan
Tabel 2.5
Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan
(Saifuddin, 2008.)
Periksa luar Perlimaan Bidang Keterangan
Hodge
Kepala di atas PAP
5/5 mudah digerakan.

Sulit digerakan, bagian


4/5 H I – H II etrbesar kepala belum
masuk panggul.

Bagian terbesar kepala


3/5 H II – H III belum masuk panggul

Bagian terbesar kepala


2/5 H III+ sudah masuk panggul

Kepala di dasar
1/5 H III – H IV panggul

Di perineum
0/5 H IV

Bidang Hodge:
1) Bidang Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simpisis dan promontorium.
2) Bidang Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi bagian bawah
simpisis.
44

3) Bidang Hodge III : Sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika.


4) Bidang Hodge IV : Sejajar Hodge I setinggi os. Koksigis.
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan)
adalah:
1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas
simpisis pubis.
2) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah melewati
pintu atas panggul.
3) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul.
4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janinmasih
berasa di atas simpisis dan 3/5 bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
5) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada di atas simpisis dan 4/5 bagian
telah masuk ke dalam rongga panggul.
6) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak didapat diraba
dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian bawah janin sedah
masuk ke dalam rongga panggul.
2. Power (kekuatan), kekuatan yang mendorong janin keluar:
a. His (kontraksi otot rahim)
His yang sempurna mempunyai kejang otot paling tinggi di
fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal, dan puncak
kontraksi terjadi simultan diseluruh bagian uterus. Sesudah tiap
his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari pada
sebelumnya (retraksi). Oleh karena serviks kurang mengandung
otot maka serviks tertarik dan dibuka, lebih-lebih lagi jika ada
tekanan oleh bagian besar janin yang keras, umpamanya kepala
yang merangsang pleksus saraf yang setempat.
45

b. Tenaga meneran
Tenaga meneran akan semakin menambah kontraksi uterus
pada saat meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen
akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran
akan meningkatkan tekanan intra uterus sehingga janin akan
semakin terdorong keluar. Dorongan meneran akan semakin
meningkat ketika dalam posisi yang nyaman, misalnya setengah
duduk, jongkok, berdiri, atau miring kiri.
3. Passenger (isi kehamilan), mengacu pada janin dan
kemampuannya untuk bergerak melalui jalan lahir.
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa factor yakni kepala janin, presentasi, leak,
sikap, dan posisi janin. Karena plasenta harus melewati jalan lahir,
maka dia dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai
janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan normal
(Sumarah, 2010).
a. Janin
1) Kepala Janin
Kepala adalah bagian terbesar janin dan paling sulit untuk
dilahirkan. Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan
dengan besarnya kepala dan juga posisi kepala tersebut.
Umumnya, jika kepala janin telah dilahirkan, bagian-bagian
lain dengan udah menyusul.
2) Bagian muka, terdiri dari: tulang hidung, tulang pipi,
tulang rahang atas dan tulang rahang bawah.
3) Bagian tengkorak
Yang membentuk bagian tengkorak adalah Tulang dahi 2
buah, Tulang ubun ubun 2 buah, Tulang pelipis 2 buah dan
tulang belakang kepala.
46

4) Sutura
Sutura adalah sela-sela diantara tulang yang ditutupi oleh
membran. Macam-macam sutura:
a) Sutura sagitalis terletak diantara kedua os parietal
b) Sutura Coronalis terletak antara os frontal dan os parietal
c) Sutura lamboidea terletak antara os occipital dan kedua
os parietal
d) Sutura frontalisterletak os frontal kiri kanan
5) Fontanel/ubun-ubun
Merupakan pertemuan beberapa sutura yang ditutupi oleh
membrane fontanel terdiri dari dua macam:
a) Fontanel mayor/ubun esar/ fontanel anterior merupakan
pertemuan anatara sutura sagitalis, sutura frontalis,
sutura coronalis. Berbentuk segi empat. Fontanel ini
menutup pada usia bayi 18 bulan.
b) Fontanel minor/ubun-ubun kecil/fontanel superior
erupakan pertemuan anatra sutura sagitalis dan sutura
lamboidea. Berbentuk segitiga fontanel ini menutup pada
usia bayi 6-8 minggu.
6) Ukuran-ukuran kepala bayi
a) Ukuran muka belakang
(1) Diameter suboccipitio bregmatika: dari foramen
magnum ke ubun-ubun besar: 9,5 cm
(2) Diameter suboccipito frontalis: 11cm
(3) Diameter fronto-occipitalis (dari pangkal hidung ke
titik terjauh pada belakang kepala): 12 cm
(4) Diameter mento-occipitalis (dari dagu ke titik yang
terjauh pada belakang kepala): 13,5 cm
(5) Diameter Submento-bregmatika (dari bawah dagu
ialah os hyoid ke ubun-ubun besar): 9,5 cm
47

b) Ukuran melintang
(1) Diameter biparietalis (ukuran yang terbesar antara
kedua ossa parietalia): 9 cm. Pada letak belakang
kepala ukuran ini melalui ukuran muka belakang dari
pintu atas panggul (conjugate vera)
(2) Diameter bitemporalis (jarak yang terbesar antara
suura-coronaria kanan kiri): 8 cm. Pada letak defleksi
ukuran ini melalui conjugate vera.
c) Ukuran Lingkaran
(1) Circumferentia suboccipito bregmatica (lingkaran
kecil kepala) 32 cm
(2) Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang
kepala) 34 cm
(3) Circumferentia mento occipitalis (lingkaran kepala
besar) 35 cm.
b. Plasenta
1) Struktur plasenta
a) plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal 2-2,5cm, berat rata-rata 500
gram.
b) Letak plasenta umunya di depan atau di belakang
dinding uterus, agak ke atas arah fundus uteri. Hal ini
fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehinnga lebih banyak tempat untuk
berimplantasi. Bila diteliti benar, maka plasenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar janin, yaitu vili
korialis yang berasal dari korion dan sebagian kecil dari
bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
c) Terdiri dari dua bagian, antara lain
(1) Pers maternal: bagian plasaenta yang menempel pada
desidua terdapat kotiledon rata-rata (15-20
48

kotiledon). Di bagian ini tempat terjadiya pertukaran


darah ibu dan janin
(2) Pers fetal : terdapat tali pusat,
2) Fungsi plasenta
a) sebagai alat yang memberi makanan pada janin
b) sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme
c) sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan
CO2.
d) Sebagai alat pembentuk hormon
e) Sebagai alat penyalur berbagai antibodi ke janin.
f) ekskresi hormon
c. Tali pusat
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin.
1) Struktur tali pusat sebagai berikut:
a) Terdiri dari dua arteri umbilkalis dan satu vena
umbilikalis
b) Bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion
c) Panjang rata-rata 50 cm
2) Fungsi tali pusat
a) Nutisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh janin
b) Pengeluaran sisa metabolisme ke tubuh janin
c) Zat antibodi dari ibu ke janin.
d. Air ketuban
Air ketuban merupakan elemen penting dalam proses persalinan.
Air ketuban dapat dijadikan acuan dalam menentukan
kesejahteraan janin. Beberapa aspek penting yang perlu
diketahui yaitu sebagai berikut:
1) Struktur amnion
a) Volume pada kehamilan cukup bulan kira-kira 500-1000
cc.
49

b) Warna keruh sampai hijau pada proses persalinan


mengidentifikasikan adanya kondisi janin yang tidak
sejahtera, sehingga membutuhkan tindakan khusus untuk
bayi yang dilahirkan.
2) Fungsi amnion
a) Melindungi janin dari trauma atau benturan
b) Memungkinkan janin bergerak bebas
c) Menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat
d) Menahan tekanan uterus
e) Pembersihan jalan lahir
4. Psikis (psikologis), mengacu pada keadaan psikologis pasien,
sistem pendukung yang tersedia, persiapan kelahiran bayi dan
pengalaman.
5. Provider (Penolong), peran dari penolong persalinan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin. Dalam hal ini penolong selalu menerapkan
upaya pencegahan infeksi yang di anjurkan termasuk diantaranya
cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan perlindungan
diri. (Depkes RI 2010.)

2.2.5 Jenis - Jenis Persalinan


a. Persalinan Spontan, yaitu persalinan yang prosesnya berlangsung
dengan kekuatan ibunya sendiri (Oktarina, Mika. 2016: 2).
b. Persalinan Buatan, yaitu persalinan yang prosesnya berlangsung
dengan bantuan tenaga dari luar misalnya dengan forceps/ vakum,
atau dilakukan operasi sectio caesarea.
c. Persalinan Anjuran, yaitu persalinan yang dibantu dengan jalan
rangsangan misalnya pemberian pitocin atau prostaglandin.
Umunya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup
diluar, namun tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan
kesulitan dalam persalinan. Sama halnya pada persalinan yang
50

tidak segera dimulai dengan sendirinya namun baru dapat


berlangsung dengan dilakukan amniotomi/ pemecahan ketuban.

2.2.6 Sebab – Sebab Terjadinya Persalinan


Bagaimana terjadinya persalianan belum duketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori.
a. Faktor – Faktor Hormonal Yang Menyebabkan Persalinan
1) Rasio Estrogen Terhadap Progesteron Progesteron
menghabat kontraksi uterus selama kehamilan, sehingga
ekspulsi fetus tidak terjadi. Sedangkan esterogen dapat
meningkatkan kontraksi uterus karena estrogen
meningkatkan jumlah otot-otot saling berhubungan satu
sama lain (gap injection) antara sel-sel otot polos uterus
yang berdekatan saat permulaan inpartu. Dalam kehamilan
estrogen dan progesteron diekskresikan dalam jumlah yang
secara progresif terus meningkat dari bulan kebulan. Tetapi
mulai bulan ke-7 dan seterusnya estrogen terus meningkat
tetapi progesteron tetap konstan atau mungkin sedikit
menurun. Oleh karena itu diduga bahwa rasio estrogen dan
progesteron yang menyebabkan terjadinya persalinan.
2) Pengaruh Oksitosin Pada Uterus Oksitosin adalah hormon
yang dihasilkan oleh Neurohipofisis Posterior yang dapat
menyebabkan kontraksi uterus. Yaitu dimana terjadi:
a) Otot –otot terus meningkatkan reseptor-reseptor
oksitodin dan meningkatkan responnya terhadap
oksitosin,
b) Kecepatan sekresi oksitosin oleh neuro hipofisis
meningkat pada waktu persalinan,
c) serviks atau iritasi serviks pada waktu persalinan dapat
menyebabkan refleks neurogenik yang mengakibatkan
neurohipofifis meningkat sekresi oksitosinnya.
51

3) Pengaruh Hormon Fetus pada Uterus Kelenjar hipofisis


pada fetus juga mensekresikan oksitosin yang jumlahnya
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. kelenjar adrenal fetus menghasilkan hormon
kortisol yang dapat menstimulasi uterus. Membran fetus
menghasilkan prostaglandin yang tinggi pada waktu
persalinan, prostaglandin dapat meningkatkan intesitas
kontraksi uterus.
b. Teori Yang Berkaitan Dengan Mulai Terjadinya Kekuatan His
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses
perasalinan yaitu:
a. Teori Kerenggangan
1) Otot rahim mempunyai kemampuan merenggang dalam
batas tertentu
2) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai,
3) Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi
setelah kerenggangan tertentu, sehingga menimbulkan
proses persalinan.
b. Teori Penurunan Progesteron
1) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan
28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
2) Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga
otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin,
3) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu. Dengan
penurunan hormon progesteron menjelang persalinan
dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim ini
menyebabkan :
52

1) Turunnya kepala lalu masuk pintu atas panggul


terutama pada primigravida pada minggu ke- 36
dapat menimbulkan sesak dibagian bawah, diatas
simpisis pubis dan sering ingin kencing atau susah
kencing karena kandung kemih tertekan kepala.
2) Perut melebar karena fundus uteri turun
3) Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang, hal ini
dikarenakan kontraksi ringan otot rahim dan
tetekannya pleksus Frankenhauser yang terletak
disekitar serviks
4) Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi
otot rahim,
5) Terjadi pengeluaran lendir dimana lendir penutup
serviks dilepaskan.
c. Teori Oksitosin Internal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis past
posterior,
2) keseimbangan esterogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering
terjadi kontraksi Braxton Hicks.
3) Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya
aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
d. Teori Prostaglandin
1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil
15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua,
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga konsepsi dikeluarkan.
3) Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan.
53

e. Teori Hipotalamus Pituitari


1) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan
anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan
karena tidak terbentuk hipotalamus.
2) Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan
maturitas janin, induksi/ lulanya persalinan
3) Dari hal diatas menunjukkan hubungan antara pituitari
dengan persalinan (Damayanti, Ika Putri, dkk. 2015: 7-
8).
4) Permulaanya Persalina
Tanda persalinan sudah dekat yaitu:
a. Adanya Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida,
terjadinya penurunan fundus uterus karena kepala
bayi sudah masuk ke dalam panggul. Beberpa
penyebabnya yaitu:
(1) Adanya kontraksi Braxton Hicks
(2) Terjadi ketegangan dinding perut
(3) Terjadi ketengan ligamentum rotumdum
(4) Adanya gaya berat janin, kepala kearah
bawah uterus Proses masuknya kepala janin ini
juga dapat diraakan oleh wanita hamil dengan
tanda-tanda diantaranya:
1) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak
berkurang
2) Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal
3) Kesulitan saat berjalan
4) Serta merasa sering berkemih
Faktor – faktor yang berperan dalam persalinan
1) Power : Kekuatan his adekuat dan tambahan
kekuatan mengejan
54

2) Passage : Jalan lahir tulang, jalan lahir otot


3) Passanger : Janin, plasenta dan selaput
ketuban.
b. Terjadinya His Permulaan
Pada ibu hamil kontraksi braxton his sering
dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang
dimbulkannya. Biasanya keluhan yang dirasakan
berupa sakit pinggang yang menggaggu, terutama
pada pasien dengan ambang rasa sakit yang
dirasaknya. Adanya perubahan kadar hormon
estrogen, dan progesteron menyebabkan oksitosin
semakin meningkat dan dapat menjalankan
fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan
kontraksi / his permulaan. His permulaan ini disalah
artikan oleh admin

2.2.7 Tanda – Tanda Persalinan


Tanda-tanda persalinan diantaranya :
a. Adanya Kontraksi Rahim
Secara umum tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan
adalah mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi.
Kontraksi tersebut berirama, teratur, dan involuter, umumnya
kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk
membesar dan meningkatkan aliran darah di dalam plasenta
(Fritasari, 2016: 16-17).
b. Keluarnya Lendir Bercampur Darah
Lendir di sekresi sebagai hasil poliferasi kelenjar lendir
serviks pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher
rahim, sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga
menyebabkan keluarnya lendir berwarna kemerahan bercampur
darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut
55

rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak


membuka. Leher inilah yang di maksud blood slim (Fritasari,
2016: 19).
c. Keluarnya Air Ketuban, proses penting menjelang persalinan
adalah pecahnya air ketuban. Selama sembilan bulan masa gestasi
bayi aman melayang dalam cairan amnion. Keluarnya air-air dan
jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban yang pecah akibat
kontraksi yang makin sering terjadi (Fritasari, 2016: 20-21).
d. Pembukaan Serviks
Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi
yang berkembang. Tanda ini dapat dirasakan oleh pasien tetapi
dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam (vagina toucher),
petugas akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan
pematangan, penipisan, dan pembukaan leher rahim (Fritasari
2016: 21).
Tanda – tanda persalinan menurut Kumalasari (2015),
diantaranya:
a. Rasa sakit karena adanya kontraksi uterus yang progresif,
teratur, yang meningkat kekuatan frekuensi dan durasi,
b. Rabas vagina yang mengandung darah (bloody show),
c. Kadang – kadang ketuban pecah spontan,
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan
telah ada.
2.2.8 Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan mengacu pada serangkaian perubahan
posisi dan sikap yang diambil janin selama perjalanannya melalui
jalan lahir. Mekanisame persalinan yang dijelaskan disini adalah
untuk presentasi verteks dan panggul ginekoid. Hubungan kepala dan
tubuh janin dengan panggul ibu berubah saat janin turun melalui
panggul. Hal ini sangat penting sehingga diameter optimal tengkorak
56

ada pada setiap kala penurunan. Tahapan mekanisme persalinan ini


diantaranya:
1. Engagement
Kepala biasanya masuk ke panggul pada posisi transversal/
pada posisi yang sedikit berbeda dari posisi ini sehingga
memanfaatkan diameter terluas panggul. Engagement dikatakan
terjadi ketika bagian terluas dari bagian presentasi janin berhasil
masuk ke pintu atas penggul. Engegement terjadi pada sebagian
besar wanita nulipara sebelum persalinan, namun tidak terjadi pada
sebagian besar wanita multipara. Bilangan perlimaan kepala janin
yang dapat dipalpasi melalui abdomen sering digunakan untuk
menggambarkan apakah engagement telah terjadi. Jika lebih dari
2/5 kepala janin dapat dipalpasi melalui abdomen, kepala belum
engaged.
2. Penurunan (Descent)
Selama kala I persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus
memberikan tekanan pada janin untuk turun. Proses ini dipercepat
dengan pecah ketuban dan upaya ibu untuk mengejan.
3. Fleksi
Ketika kepala janin turun menuju rongga tengah panggul yang
lebih sempit, fleksi meningkat. Fleksi ini mungkin merupakan
gerakan pasif, sebagian karena struktur disekitarnya, dan penting
dalam meminimalkan diameter presentasi kepala janin untuk
memfasilitasi perjalanannya melalui jalan lahir. Tekanan pada
akses janin akan lebih cepat disalurkan ke oksiput sehingga
meningkatkan fleksi.
4. Rotasi Internal
Jika kepala fleksi dengan baik, oksiput akan menjadi titik
utama dan saat mencapai alur yang miring pada otot levator ani,
kepala akan didorong untuk berotasi secara anterior sehingga sutura
sagital kini terletak di diameter anterior posterior pintu bawah
57

panggul (diameter terluas panggul). Resistensi adalah dinamika


rotasi yang penting. Jika janin mencapai engagement dalam posisi
oksipitoposterior, rotasi internal (putar paksi dalam) dapat terjadi
dari posisi oksipitorposterior sampai posisi oksipitoranterior. Rotasi
internal yang lama ini, bersama dengan diameter presentasi
tengkorak janin yang lebih besar, menjelaskan peningkatan durasi
persalinan akibat kelainan posisi ini. Posisi ini dikaitkan dengan
ekstensi kepala janin yang akan meningkatkan diameter presentasi
tengkorak janin pada pintu bawah panggul. Posisi ini dapat
menyebabkan obstruksi persalinan dan memerlukan pelahiran
dengan alat bantu atau bahkan perlu dilakukan sectio caesaria.
5. Ekstensi
Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada di bawah simfisis
pubis dan bregma berada dekat batas bawah sakrum. Jaringan lunak
perineum masih memberikan resistensi, dan dapat mengalami
trauma dalam proses ini. Kepala yang fleksi sempurna kini
mengalami ekstensi, dengan oksiput keluar dari bawah simfisis
pubis dan mulai mendistensi vulva. Hal ini dikenal sebagai
crowning kepala. Kepala mengalami ekstensi lebih lanjut dan
oksiput yang berada dibawah simfisis pubis hanpir bertindak
sebagai titik tumpu wajah, dan dagu tampak secara berturut-turut
pada lubang vagina posterior dan badan perineum. Ekstensi dan
gerakan ini meminimalkan trauma jaringan lunak dengan
menggunakan diameter terkecil kepala janin untuk kelahiran.
6. Restitusi
Restitusi adalah lepasnya putaran kepala janin, yang terjadi
akibat rotasi internal. Restitusi adalah sedikit rotasi oksiput melalui
seperdelapan lingkaran. Saat kepala dilahirkan, oksiput secara
langsung berada dibagian depan. Segera setelah kepala keluar dari
vulva, kepala mensejajarkan dirinya sendiri dengan bahu, yang
memasuki panggul dalam posisi oblik (miring).
58

7. Rotasi Eksternal
Agar dapat dilahirkan, bahu harus berotasi ke bidang anterior –
posterior, diameter terluas pada pintu bawah panggul. Saat ini
terjadi, oksiput berotasi melalui seperdelapan lingkaran lebih lanjut
ke posisi transversal. Ini disebut rotasi eksternal.
8. Pelahiran Bahu dan Tubuh Janin
Ketika restutusi dan rotasi eksternal terjadi, bahu akan berada
dalam bidang anterior – posterior. Bahu anterior berada di bawah
simfisis pubis dan lahir pertama kali, dan bahu posterior lahir
berikutnya. Meskipun proses ini dapat terjadi tanpa bantuan,
seringkali „traksi lateral‟ ini dilakukan dengan menarik kepala
janin secara perlahan ke arah bawah untuk membantu melepaskan
bahu anterior dan bawah simfisis pubis. Normalnya, sisa tubuh
janin
lahir dengan mudah dengan bahu posterior dipandu ke atas, pada
perinum dengan melakukan traksi ke arah yang berlawanan
sehingga mengayun bayi ke arah abdomen ibu (Holmes, Debbie.
2015: 224-225).

2.2.9 Tahapan persalinan


1. Kala I (Pembukaan)
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri
atas dua fase, yaitu:
a. Fase Laten
Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang
menimbulkan penipisan dan pembukaan serviks bertahap,
berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm pada
umumnya fase laten berlangsung hingga 8 jam.
59

b. Fase Aktif
Fase aktif adalah frekuensi dan lama kontraksi uterus
akan menigkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/
memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih, uterus
mengeras waktu kontraksi, serviks membuka dari pembukaan
4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/ jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada
multipara. Pada fase aktif kala II terjadi penurunan bagian
terendah janin tidak boleh berlangsung lebih dari 6 jam. Fase
aktif dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Fase Akselerasi. Pada primigravida pembukaan serviks
bertambah dari 3 cm menjadi 4 cm dalam waktu sekitar 2
jam
2) Fase Dilatasi Maksimal. Pembukaan serviks berlangsung
lebih cepat, yaitu 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam
3) Fase Deselerasi. Pembukaan serviks melambat dari 9 cm
menjadi lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam.
Lamanya untuk primigravida berlangsung 12-14 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 6-8 jam.
2. Kala II (Pengeluaran Janin)
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Pada kala
pengeluaran janin his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk
keruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflektoris atau otomatis menimbulkan rasa
mengejan. Ibu merasa seperti ingin buang air besar karena
tekanan pada rektum dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his,
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
60

merenggang. Dengan his mengejan yang terpimpin maka akan


lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primigravida berlangsung 1 ½ - 2 jam, pada multigravida ½- 1
jam (Kumalasari, Intan. 2015: 98).
3. Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
plasenta. Proses ini berlangsung setelah kala II yang tidak lebih
dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.
Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta
lepas dari lapisan Nitabusch atau jaringan ikat longgar yang
melapisinya.
Berikut beberapa tanda terlepasnya plasenta, diantaranya:
a. Uterus menjadi berbentuk longgar
b. Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen
bawah rahim
c. Tali pusat semakin memanjang
d. Terjadinya perdarahan.
e. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan
secara crede (pelepasan plasenta seperti memeras jeruk dan
dilakukan untuk melahirkan plasenta yang belum lepas) pada
fundus uterus
4. Kala IV (Observasi)
Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta
sampai dua jam pertama postpartum (Kumalasari, Intan. 2015:
99).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada kala IV
persalinan adalah:
a. Kontraksi uterus harus baik,
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genetalia
lain,
c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
61

d. Kandung kencing harus kosong


e. Luka-luka diperineum harus dirawat dan tidak ada
hematoma/ pembekuan darah,
f. Resume/ observasi keadaan umum ibu dan bayi (Damayanti,
Ika Putri, dkk. 2014: 14).
2.2.10 Perubahan Fiiologis dan Psikilogis pada Kala I Persalinan
Beberapa perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama proses
persalinan yaitu:
1. Tekanan Darah
Meningkatnya tekanan darah selama kontraksi desertai
peningkatan sistolik rata-rata 15 (10 – 20 ) mmHg dan diastolik
rata-rata (5 – 10) mmHg pada waktu-waktu kontraksi tekanan
darah kembali ketingkat sebelum persalinan (Felyana,
https://prezi.com/wtzvqd31dll5/peru bahan-fisiologis-maternal-
selama-persalinan/#. diakses 15 September 2017).
Dengan adanya peningkatan tekanan darah
tersebut dipastikan wanita yang memang memilki resiko
hipertensi kini resikonya meningkat untuk mengalami
komplikasi, seperti perdarahan otak. Terdapat beberapa faktor
yang dapat merubah tekanan darah ibu diantaranya:
a) Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat
kontraksi, kemudian diarahkan kembali ke pembuluh darah
perifer.
b) Timbul tahanan perifer, tekananan darah meningkat dan
frekuensi denyut nadi melambat.
c) Rasa sakit, takut dan cemas dapat meningkatkan tekanan
darah ibu
2. Metabolisme jantung
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob
maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.
Peningkatan ini di sebabkan oleh ansietas (kondisi emosional
62

seperti cemas, takut / khawatir) dan aktifitas otot rangka.


Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu
tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan yang
hilang.
3. Suhu
Karena terjadi peningkatan metabolisme , maka suhu tubuh
agak sedikit meningkat selama persalinan terutama selama dan
segera setelah persalinan. Peningkatan suhu yang terjadi tidak
boleh melebihi 0,5 - 1° Celcius.
4. Denyut Nadi dan Detak Jantung
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih
tinggi dibanding selama periode persalinan. Pada setiap
kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk
kedalam sistem vaskuler ibu. hal ini akan meningkatkan curah
jantung sekitar 10% hingga 15% pada tahap pertama persalinan
dan sekitar 30% hingga 50% pada tahap kedua persalinan
(Supriatiningsih, 2015: 5).
5. Perubahan Pada Ginjal
Poliuria atau gangguan berkemih berlebihan selama
persalinan dapat terjadi akibat adanya peningkatan kardiak
output, filtrasi dalam glomerulus, dan peningkatan aliran plasma
ginjal. Hal lain yang menyebabkan sulit berkemihnya wanita
yaitu: edema pada jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa
tidak nyaman, sedasi, rasa malu, serta posisi ibu saat bersalin
terlentang.
6. Perubahan Pada Saluran Cerna
Saat persalinan, mobilitas dan absorbsi lambung terhadap
makanan padat jauh berkurang, hal ini juga diperburuk oleh
penurunan lebih lanjut sekresi asam lamu selama persalinan,
sehingga saluran cerna bekerja dengan lambat menjadi lebih
lama.
63

7. Perubahan Hematologi
Perubahan hematologi meningkat sampai 1,2 % gr/1-00,
selama persalinan dan akan kembali pada tingkat sebelum
persalinan sehari setelah pasca salin kecuali perdarahan
postpartum.

2.2.11 60 Langkah Pertolongan Persalinan Normal


a. Mengenali Tanda Dan Gejala Kala II
1. Mendengar, Melihat, dan memeriksa Tanda dan gejala Kala II.
- Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
- Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan spingter ani membuka
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu
dan bayi baru lahir.
- Untuk asfiksia :
 Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat.
 3 handuk / kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu
bayi.
 Alat penghisap lendir.
 Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
- Untuk ibu :
 Menggelar kain di perut ibu.
 Menyiapkan oksitosin 10 IU
 Alat suntik sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik atau bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
64

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih


dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT atau steril (pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik)
c. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau
kassa yang dibasahi air DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang.
- Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia.
- Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % =>
langkah #9) pakai sarung tangan DTT/steril, untuk
melaksanakan tindakan selanjutnya.
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
- Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap, maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan
dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir/
saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120-160 x/menit)
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
65

- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,


dan hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
d. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Meneran
11. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap,dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi
yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada.
- Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu
ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang di inginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran :
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan epektif
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
- Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat
untuk ibu
- Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
- Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
66

- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam ) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan kuat untuk
meneran dalam 60 menit.
e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm.
16. Letakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
f. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang di
lapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi.
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
67

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara


spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing kepala kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya).
g. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas) :
- Apakah bayi cukup bulan?
- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika salah satu jawaban adalah “tidak” lanjut ke langkah
resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat
penuntun belajar resusitasi bagi asfiksia)
Jika semua jawaban “ ya “ lanjut ke langkah 26
68

26. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu


- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya (kecuali bagian tangan) tanpa membersihkan
verniks.
- Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering
- Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut
bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir (hamil tunggal) dan atau bukan kehamilan ganda (gemelli)
28. Beritahukan ibu bahwa iya akan di suntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin
10 unit (IM) di satu pertiga distal lateral paha (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin.
30. Setelah 2 menit bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat
dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusat bayi, kemudian
jari telunjuk dan jari tengah lain menjepit tali pusat dan geser
hingga 3 cm proksimal dari pusat bayi, klem tali pusat pada
titik tersebut tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari
telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat
ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm
distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
- Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara dua klem tesebut).
- Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
69

32. Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit-bayi,


luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada
ibunya. usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau aerola mamae.
- Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang
topi di kepala bayi
- Biarkan bayi melakukan kontak kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk
pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit, bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
- Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
h. Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva,
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang
klem untuk meregangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-
atas (dorso cranial) secara hati-hati untuk mencegah inversio
uteri jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik hentikan
peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uetrus tidak segera
berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah
dorsal diikuti dengan penggeseran tali pusat kearah distal maka
70

lanjutkan dorongan ke arah cranial hingga plasenta dapat


dilahirkan.
- Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan
(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tidak
berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah-sejajar-lantai-atas)
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva, dan lahirkan plasenta
- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat:
a) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika
kandung kemih penuh
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi tekanan dorso cranial dan penegangan tali pusat
hingga 15 menit berikutnya,
e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir
atau terjadi perdarahan maka segera lakukan plasenta
manual
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
pada wadah yang telah di sediakan.
- Jika selaput ketuban robek pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (massase) uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
massase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
71

massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga


uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
- Lakukan tindakan yang di perlukan kompresi bimanual
internal, kompresi aorta abdominalis, tampon kondom,
kateter. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah rangsangan taktil/ massase.
i. Menilai Perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-petal) pastikan plasenta
telah di lahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantong
plastik atau tempat khusus.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan
menimbulkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan
j. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan
41. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5 % bilas kedua tangan tersebut dengan air
DTT dan keringkan dengan kain bersih dan kering.
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong dan uterus berkontraksi
44. Ajarkan ibu-keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilai kontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46. memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60 x/menit).
- Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, di resusitasi
dan segera merujuk ke rumah sakit.
72

- Jika nafas bayi terlalu cepat atau sesak segera rujuk ke


rumah sakit rujukan.
- Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi
dalam satu selimut.
Kebersihan Dan Keamanan
48. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh cengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan
darah di ranjang atau di sekitr ibu berbaring, bantu ibu
memakai pakaian bersih dan kering
49. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI
anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makanan
yang di inginkannya.
50. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
52. Celupkan sarung tangan kotor dalam larutan klorin 0,5 %,
balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5 %, selama 10 menit.
53. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang
kering dan bersih.
54. Pakai sarung tangan bersih/ DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi.
55. Dalam 1 jam pertama beri salep tetes mata profilaksis infeksi,
Vit k 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-60x/ menit) dan
temperatur tubuh (normal 36,5 – 37,5oC) setelah satu jam
pemberian vit k 1 di berikan HB0.
56. Pemberian HB0 setelah satu jam pemberian vit k 1
73

57. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15


menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan 30 menit jam
kedua pasca persalinan.
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2
jam pertama pasca persalinan
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
dalam larutan klorin 0,5 %, selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun di air mengalir, kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang, periksa tanda
vital dan asuhan kal IV).
(Sumber : Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, 2017)

2.2.12 Partograf
a. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik. Partograf
adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
b. Tujuan
1) Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan
2) Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
3) Mencatat kondisi ibu dan janin
4) Untuk membuat keputusan klinik
c. Catatan Kondisi Ibu
1) frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk
pemantauan DJJ setiap 30 menit).
2) Nadi setiap 30 menit.
74

3) dilatasi serviks setiap 4 jam.


4) Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam.
5) tekanan darah dan temperatur suhu tubuh setiap 4 jam
6) produksi urine, atau adanya aseton/protein urin setiap 2-4 jam.
d. Data Dalam Partograf
1) informasi tentang ibu dan riwayat tentang kehamilan/persalinan
2) kondisi janin
3) kemajuan persalinan
4) jam dan waktu
5) kontraksi uterus
6) obat – obatan dan cairan yang di berikan.
7) kondisi ibu.
8) asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik.
e. Catatan Tentang Air Ketuban
1) U: selaput ketuban utuh
2) J: selaput ketuban sudah pecah, cairannya sudah jernih.
3) M: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
meconium.
4) D: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
darah.
5) K: selaput ketuban sudah pecah, cairannya tidak ada (kering)
f. Molage
Adalah penyusupan antara tulang kronium, dalam patograph
ditandai dengan:
1) 0: tulang kepala janin terpisah
2) 1: hanya bersentuhan.
3) 2: saling tumpang tindih, dapat dipisah
4) 3: saling tumpang tindih, tidak dapat dipisah
g. Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),atau
lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit,nilai dan catat turunnya
75

bagian terbawah atau turunnya bagian terbawah persentasi


janin.pada persalinan normal,kemajuan pembukaan servik umumnya
diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi
janin.namun kadangkala,turunnya bagian terbawah/presentasi janin
baru terjadi setelah pembukaan servik sebesar 7cm.penurunan
kepala janin di ukur secara pasti palpasi bimanual. Penurunan
kepala janin di ukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi
menjadi 5 kategori denganb simbol 5/5 sampai 0/5.simbol 5/5
menyatakan bahwa bagian kepala janin belum memasuki tepi atas
simfisis pubis, sedangkan simbol 0/5 menyatakan bahwa kepala
janin sudah tidak bisa lagi di palpasi diatas simpisis pubis.kata-kata
turunnya kepala dan garis terputus dari 0-5,tertera di sisi yang sama
dengan angka pembukaan servik.beri tanda O pada garis waktu yang
sesuai.Sebagaicontoh,jika kepala bisa dipalpasi 4/5,tuliskan tanda O
dinomer 4.hubungkan tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis
terputus.( Asuhan Persalinan Normal. 2008.)
h. Parameter Partograf

Tabel. 2.6
Parameter partograf
Parameter Frekwensi fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam
Suhu Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 Menit
DJJ Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 3 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam
(Sumber Nurasiah, Ai S.ST, dkk. 2012.)
76

Gambar 2.3. Lembar Partograf

2.2.13 Standar Pertolongan Persalinan


Standar 9: Asuhan persalinan kala satu
Standar 10: Persalinan kala dua yang aman
Standar 11: Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
Standar 12: Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
2.2.14 Permenkes NO 1464/Menkes/PER/X/2010 Tentang Kewenangan
yang Dimiliki Bidan
1. Kewenangan Normal:
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitasi/bimbingan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan promosi
air susu ibu (ASI) eksklusif
77

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan


postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2.3 Bayi baru lahir


2.3.1 Pengertian Bayi Baru Lahir/ Neonatus
Saifuddin mendefinisikan bayi baru lahir adalah bayi yang
baru lahir selama satu jam pertama kelahiran (Dwiendra, 2015: 4).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat
bawaan.
Bayi baru lahir menurut adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran dan berusia 0-28 hari. Masa neonatal adalah masa sejak lahir
sampai dengan 4 minggu (28 hari), sesudah kelahiran dimana ada tiga
masa yaitu neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir, Neonatus dini adalah usia -7 hari dan
Neonatus lanjut adalah usia7- 28 hari (Sholichah, Nanik :2017 :80).
2.3.2 Ciri - Ciri Bayi Baru Lahir
Menurut Kumalasari (2015: 209-210) ciri – ciri bayi baru lahir
diantaranya:
a. Berat badan 2500-4000 gram,
b. Panjang badan lahir 48-52 cm,
c. Lingkar dada 30-38 cm,
d. Lingkar kepala 33-35 cm,
e. Frekuensi jantung 120-160 kali/ menit,
f. Pernapasan 40 – 60 kali/ menit,
78

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan


cukup,
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna,
i. Kuku agak panjang dan lemas,
j. Genetalia
Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora, pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah
ada,
k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik,
l. Reflek moro/ gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik,
m. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecokelatan.
2.3.3 Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Klasifikasi bayi baru lahir beradasarkan usia gestasi menurut
Proverawati & Ismawati (2015), yaitu:
a. Bayi Pematur
Yaitu bayi yang lahir kurang 37 minggu lengkap (< 259 hari),
dengan berat badan antara 1000 – 2499 gram,
b. Bayi Matur
Yaitu bayi yang lahir mulai dari 37 minggu sampai kurang
dari 42 minggu lengkap (259 hari sampai 293 hari), dengan berat
antara 2500 – 4000 gram,
c. Bayi Postmatur
Yaitu bayi yang lahir 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari)
(Purnamasari, Rahma, 2016: 11).
2.3.4 Tahapan Bayi Baru Lahir
Beberapa tahapan yang terjadi pada bayi baru lahir yaitu:
a. Tahapan I
Tahapan ini terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit
pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar
79

intik pemeriksaan fisik dan scoring gray untuk interaksi ibu dan
bayi.
b. Tahapan II
Tahapan ini disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap
II ini dilakukan pengkaajian selama 24 jam pertama terhadap
adanya perubahan perilaku.
c. Tahapan III
Tahapan ini disebut tahap periodik. Pada tahap ini dilakukan
pengkajian setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan
seluruh tubuh
2.3.5 Mekanisme Kehilangan Panas pada Bayi
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah:
1) Evaporasi : kehilangna panas dapat terjadi karena penguapan
cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri
karena setelah setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
Kehilangan panas juga dapat terjadi pada bayi yang cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi : kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan bayi.
3) Konveksi : kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin.
4) Radiasi : kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh
lebih rendah dari suhu tubuh bayi (Dwiendra, 2016).
2.3.6 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus
Beberapa adaptasi fisiologis yang terjadi setelah bayi lahir
menurut Buda S, Endang (2015: 29-46), yaitu:
a. Sistem Pernafasan
Pada saat didalam rahim janin mendapatkan O2 dan
melepaskan CO2 melalui plasenta. Paru-paru janin mengandung
cairan yang disebut surfaktan. Surfaktan berfungsi untuk
80

mengurangi tekanan permukaan alveoli dan menstabilkan dinding


alveoli sehingga tidak kolaps. Pada proses persalinan pervaginam
terjadi tekanan mekanik dalam dada yang mengakibatkan
pengempisan paru-paru dan tekanan negative pada intra toraks
sehingga merangsang udara masuk. Ketika tali pusat dipotong
maka akan terjadi pengurangan O2 dan akumulasi CO2 dalam
darah bayi, sehingga akan merangsang pusat pernafasan untuk
memulai pernafasan pertama. Pernafasan pertama bayi berfungsi
untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan
jaringan alveoli paru-paru untuk pertama kali sehingga
merangsang udara masuk. Ketika bernafas, udara memenuhi
paruparu dan sisa surfaktan diserap oleh pembuluh darah dan linfe
sehingga semua alveoli terisi oleh udara pada saat ini maka terjadi
peningkatan tekanan O2 dalam alveolar sehingga pembuluh darah
paru-paru meningkat dan memperlancar pertukaran gas dalam
alveoli sehingga terjadi perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim. Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,
kecepatan dan iramanya serta bervariasi 30-60 kali per menit,
sebagaimana kecepatan nadi, kecepatan pernafasan juga
dipengaruhi oleh menangis. Pernafasan mudah dilihat atau diamati
dengan melihat pergerakan abdomen karena pernafasan neonatus
sebagian besar dibantu oleh diafragma dan otot-otot abdomen.
b. Sistem Sirkulasi Darah
Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok
setelah bayi lahir. Foramen ovale, duktus arteriosus dan duktus
venosus menutup. Arteri umbilikus dan vena umbilikalis dan arteri
hepatika menjadi ligamen. Nafas pertama yang dilakukan oleh
bayi baru lahir membuat paruparu berkembang dan menurunkan
resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah mengalir, tekanan
arteri pulmoner menurun. Rangkaian peristiwa merupakan
mekanisme besar yang menyebabkan tekanan atrium kanan
81

menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung


dan masuk ke kanan bagian kiri sehingga tekanan dalam atirum
kiri meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen
ovale menutup. Selama beberapa hari pertama kehidupan, tangisan
dapat mengembalikan aliran darah melalui foramen ovele
sementara dan mengakibatkan sianosis ringan. Frekuensi jantung
bayi rata-rata 140x per menit saat lahir, dengan variasi berkisar
antara 120-140x per menit. Frekuensi saat bayi tidur berbeda dari
frekuensi saat bayi bangun. Pada saat usia satu minggu frekuensi
denyut jantung bayi rata-rata 128x per menit dan 163x per menit
saat bangun. Aritmia sinus (denyut jantung yang tidak teratur pada
usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis dan
sebagai indikasi fungsi jantung yang baik). Ketika dilahirkan bayi
memiliki kadar haemoglobin yang tinggi sekitar 17 gr/dl dan
sebagian besar terdiri dari haemoglobin fetal type (HbF). Jumlah
HbF yang tinggi ketika didalam rahim diperlukan untuk
meningkatkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah saat darah
yang teroksigenasi dari plasenta bercampur dengan darah dari
bagian bawah janin. Keadaan ini tidak berlangsung lama ketika
bayi lahir banyak sel darah merah tidak diperlukan sehingga
terjadi hemolisis sel darah merah. Hal ini menyebabkan ikterus
fisiologi pada bayi baru lahir dalam 2-3 hari pertama kelahiran.
c. Sistem Pencernaan
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna,
memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat
sederhana serta mengelmusi lemak. Mekonium merupakan
sampah pencernaan yang disekresikan oleh bayi baru lahir.
Mekonium diakomulasikan dalam usus saat umur kehamilan 16
minggu. Warnanya hijau kehitam-hitaman dan lembut, terdiri dari
mucus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan
pigmen empedu. Mekonium dikeluarkan seluruhnya sekitar 2-3
82

hari setelah bayi lahir. Mekonium pertama dikeluarkan dalam


waktu 24 jam setelah bayi lahir. Ketika bayi sudah mendapatkan
makanan faeces bayi berubah menjadi kuning kecoklatan,
mekonium yang dikeluarkan menandakan anus yang berfungsi
sedangkan faeces yang berubah warna menandakan seluruh
saluran gastrointestinal berfungsi. Dalam waktu 4 atau 5 hari
faeces akan menjadi kuning. Bayi yang diberi ASI, faecesnya
lembut, kuning terang dan tidak bau. Sedangkan bayi yang diberi
susu formula berwarna pucat dan agak berbau. Bayi yang diberi
ASI dapat BAB sebanyak 5 kali atau lebih dalam sehari, ASI
sudah mulai banyak diproduksi pada hari ke 4 atau ke 5
persalinan. Walaupun demikian setelah 3-4 minggu, bayi hanya
BAB 1 kali setiap 2 hari. Sedangkan bayi yang diberi susu formula
lebih sering BAB tetapi lebih cenderung mengalami kontipasi.
Kapasitas lambung bayi baru lahir sekitar 15-30 ml dan meningkat
dengan cepat pada minggu pertama kehidupan. Pengosongan
lambung pada bayi baru lahir sekitar 2,5 – 3 jam. Imaturitas hati
yang fisiologis menghasilkan produksi glukoronil transferase yang
rendah untuk konjugasi bilirubin dan juga tingginya jumlah sel
darah merah yang mengalami hemolisis mengakibatkan ikterus
fisiologis yang dapat terlihat pada hari ketiga atau kelima.
Simpanan glikogen cepat berkurang sehingga early feeding
diperlukan untuk mempertahankan glukosa darah normal. Early
feeding diperlukan untuk menstimulasi fungsi liver dan membantu
pembentukan vitamin K.
d. Sistem Pengaturan Suhu
Tubuh Bayi baru lahir memiliki pengaturan suhu tubuh yang
belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi agar tidak terjadi penurunan
dengan penatalaksanaan yang tepat misalnya dengan cara
mencegah hipotermi. Proses kehilangan panas dari kulit bayi dapat
83

melalui proses konveksi, evaporasi, konduksi dan radiasi. Hal ini


dapat dihindari jika bayi dilahirkan dalam lingkungan yang hangat
dengan suhu sekitar 21-24°C, dikeringkan dan dibungkus dengan
hangat. Bayi baru lahir tidak akan mengalami kedinginan dan
dapat meningkatkan produksi panas dengan cara ini. Simpanan
lemak coklat sudah tersedia pada bayi saat dilahirkan, tetapi suhu
tubuh bayi menurun lebih banyak energi yang digunakan untuk
memproduksi panas ketika diperlukan saja. Lemak coklat
diproduksi dibawah bahu, dibelakang sternum dileher disekitar
ginjal dan kelenjar supra renal. Intake makanan yang adekuat juga
penting untuk emproduksi. Jika suhu tubuh bayi menurun lebih
banyak energi digunakan untuk memproduksi panas daripada
untuk pertumbuhan dan akan terjadi peningkatan penggunaan O2.
Bayi baru lahir yang kedinginan akan terlihat tidak aktif dan dia
akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan
meningkatkan pernafasannya serta menangis. Sehingga terjadi
peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi
yang akan ditimbulkan dari efek hipotermi begitu juga hipoksia
dan hyperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil juga
mengindikasikan terjadinya infeksi sehingga setiap tindakan yang
dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada
bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5 –
37,5°C.
e. Sistem Ginjal
Janin mengeluarkan urina dalam cairan amnion selama
kehamilan. Walaupun ginjal pada bayi sudah berfungsi, tapi belum
sempurna untuk menjalankan fungsinya. Kemampuan filtrasi
glomerular masih sangat rendah, maka kemampuan untuk
menyaring urine belum sempurna. Sehingga cairan dalam jumlah
yang banyak diperlukan untuk mengeluarkan zat padat. Jika bayi
mengalami dehidrasi ekskresi zat padat seperti urea dan sodium
84

klorida akan terganggu. Bayi baru lahir harus BAK dalam waktu
24 jam setelah lahir. Awalnya urine yang keluar sekitar 20-30 ml/
hari dan meningkat menjadi 100-200 ml/ hari pada akhir minggu
pertama ketika intake cairan meningkat.
f. Sistem Adaptasi Imunologi
Dalam rahim janin mendapatkan perlindungan infeksi oleh
kantong ketuban yang masih utuh dan barier plasenta, walaupun
demikian ada mikroorganisme tertentu yang dapat melewati
plasenta dan menginfeksi janin. Bayi baru lahir sangat rentang
terhadap infeksi terutama yang masuk melalui mukosa yang
berhubungan dengan sistem pernafasan dan gastrointestinal. Bayi
mempunyai beberapa imunoglobulin seperti IgG, IgA dan IgM.
Selama trimester akhir kehamilan terjadi transfer transparental
imonuglobulin IgG dari ibu ke janin. Hal ini memberikan
perlindungan pada janin untuk memberikan pertahanan terhadap
infeksi yang didapatkan dari antibody itu. Antibody yang
terbentuk memberikan kekebalan pasif pada bayi sekitar 6 bulan,
sedangkan IgM dan IgA tidak mampu untuk melewati barier
plasenta tetapi dapat dihasilkan oleh janin beberapa hari setelah
lahir. Tingkat imunoglobulin IgG bayi sama atau kadang lebih
tinggi dari ibunya, hal ini disebabkan karena adanya kekebalan
pasif selama bulan pertama kehidupan. Sedangkan IgM dan IgA
rata-rata 20% dari orang dewasa yang dibutuhkan selama 2 tahun
untuk sama dengan orang dewasa. Tingkat IgM dan IgA yang
relative rendah dapat memudahkan terjadinya atau masuknya
infeksi.
IgA dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi pada saluran
pernafasan, gastrointestinal, dan mata. ASI terutama kolostrum
dapat memberikan kekebalan pasif pada bayi sebagai perlindungan
terhadap infeksi dalam bentuk Lactobacillua bifidus, lactoferin,
lysozym dan pengeluaran IgA. Pemberian ASI juga membantu
85

perkembangbiakan bakteri tertentu dalam usus yang akan


mengakibatkan suasana asam yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen. Oleh karena itu setiap tindakan pada
bayi harus berprinsip untuk mencegah terjadinya infeksi.
g. Sistem Reproduksi
Spermatogenesis pada bayi laki-laki belum terjadi sampai
mencapai pubertas, tetapi pada bayi perempuan sudah terbentuk
folikel primodial yang mengandung ovum pada saat lahir. Pada
kedua jenis kelamin ini pengambilan estrogen dari ibu untuk
pertumbuhan payudara yang kadang-kadang disertai secret pada
hari keempat atau kelima. Hal ini tidak membutuhkan perawatan
karena akan hilang dengan sendirinya. Pada bayi perempuan
kadang terjadi pseudomenstruasi dan labia mayora sudah
terbentuk menutupi labia minora. Pada laki-laki testis sudah turun
kedalam skrotum pada akhir 36 minggu kehamilan.
h. Sistem Rangka Tubuh
Pertumbuhan otot lebih banyak terjadi dengan hipertropi
dibandingkan dengan hiperplasia. Pemanjangan dan pengerasan
tulang yang belum sempurna dapat memfasilitasi pertumbuhan
episis. Tulang yang berada dibawah tengkorak tidak mengalami
pengerasan. Hal ini penting untuk pertumbuhan otak dan
memudahkan proses moulase pada waktu persalinan. Moulase
dapat hilang beberapa hari setelah kelahiran. Fontanela posterior
menutup setelah 6-8 minggu, sedangkan fontanela anterior
membuka sampai 18 bulan. Pengkajian terhadap hidrasi dan
tekanan intrakaranial dapat dilakukan dengan palpasi fontanel.
i. Sistem Syaraf
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lainnya, sistem syaraf
belum matang secara anatomi dan fisiologi. Hal inimengakibatkan
kontrol yang minim oleh kortex serebri terhadap sebagian besar
batang otak dan aktivitas refleks tulang belakang pada bulan
86

pertama kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi sosial.


Adanya beberapa aktivitas refleks yang terdapat pada bayi baru
lahir menandakan adanya kerjasama antara sistem syaraf dan
sistem muskuloskeretal. Refleks tersebut antara lain :
a. Reflek Morro
Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan
lebarlebar dan melebarkan jari-jari lalu mengembalikan dengan
tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang. Reflek
dapat diperoleh dengan memukul permukaan yang rata yang
ada didekatnya dimana dia terbaring dengan posisi terlentang.
Bayi seharusnya membentangkan dan menarik tangannya
secara sistematis. Jari-jari akan meregang dengan ibu jari dan
telunjuk membentuk huruf C, kemudian tangan terlipat dengan
gerakan memeluk dan kembali pada posisi rileks. Kaki juga
dapat mengikuti gerakan serupa. Reflek Morro biasanya ada
pada saat lahir dan hilang setelah usia 3-4 bulan.
b. Reflek Rooting
Reflek ini timbul karena adanya stimulasi taktil pada pipi
dan daerah mulut, bayi akan memutar kepala seakan – akan
mencari puting susu. Reflek Rooting ini berkaitan erat dengan
reflek menghisap dan dapat dilihat jika pipi atau sudut mulut
dengan pelan disentuh bayi, akan menengok secara spontan
kearah sentuhan, mulutnya akan rbuka dan mulai menghisap.
Reflek ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan.
c. Reflek Sucking
Reflek ini timbul bersama dengan reflek rooting untuk
menghisap puting susu dan menelan ASI.
d. Reflek Batuk dan Bersin
Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi
pernafasan.
87

e. Reflek Graps
Refleks yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak
tangan bayi maka bayi akan menutup telapak tangannya.
Respon yang sama dapat diperoleh ketika telapak kaki digores
dekat ujung jari kaki, menyebabkan jari kaki menekuk. Ketika
jari-jari kaki diletakkan pada telapak tangan bayi, bayi akan
menggenggam erat jari-jari. Genggaman telapak tangan bayi
biasanya berlangsung sampai usia 3-4 bulan. Jari kaki akan
menekuk kebawah, reflek ini menurun pada usia 8 bulan, tapi
masih dapat dilihat sampai usia 1 tahun.
f. Reflek Walking dan Stapping
Reflek ini timbul bila bayi dalam posisi berdiri akan ada
gerakan spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi
tersebut belum bisa berjalan. Reflek ini kadangkadang sulit
diperoleh sebab tidak semua bayi kooperatif. Meskipun secara
terus menerus reflek ini dapat dilihat. Menginjak biasanya
berangsur-angsur menghilang pada usia 4 bulan.
g. Reflek Tonic Neck
Reflek jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan
atau kekiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini tidak dapat
dilihat pada bayi yang berusia 1 hari, meskipun sekali reflek
ini kelihatan, reflek ini dapat diamati sampai bayi berusia 3-4
bulan.
h. Reflek Babinsky
Reflek bila ada rangsangan pada telapak kaki akan
bergerak keatas dan jari – jari lain membuka. Reflek ini
biasanya hilang setelah berusia 1 tahun.
i. Reflek Galant/ Membengkokkan Badan
Ketika bayi tengkurap goreskan pada punggung
menyebabkan pelvis membengkokkan kesamping. Jika
punggung digores dengan keras kira – kira 5 cm dari tulang
88

belakang dengan gerakan kebawah, bayi merespon dengan


membengkokkan badan kesisi yang digores. Refleks ini
berkurang pada usia 2-3 bulan.
j. Reflek Bauer/ Melangkah
Reflek ini terlihat pada bayi aterm dengan posisi
tengkurap, pemeriksa menekan telapak kaki. Bayi akan
merespon dengan membuat gerakan merangkak. Reflek ini
menghilang pada usia 6 minggu.
k. Intergumentary Sistem
Kulit bayi sangat sensitive terhadap infeksi oleh karena itu
penting untuk menjaga keutuhan kulit. Masuknya
mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi. Oleh karena itu
Ig A tidak ada pada saat lahir dan baru terbentuk sekitar 2
minggu setelah lahir, maka imunitas kulit dan usus berkurang.
Kelenjar keringat sudah ada pada saat lahir tapi kadang-kadang
belum berfungsi secara efisien. Verniks kaseosa yang
melindungi kulit bayi dan diproduksi oleh kelenjar sebasea
sedangkan bintik-bintik putih kecil yang dinamakan milia
sudah ada pada waktu lahir. Pengelupasan kulit hanya dimulai
beberapa hari setelah lahir, sedangkan jika kulit bayi sudah
mengelupas pada saat lahir hal ini mengidentifikasi bahwa
sudah terjadi serotinus, IUGR atau infeksi intra uterin seperti
sifilis.
2.3.7 Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi baru lahir dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi
(dalam satu jam pertama kehhidupan). Dengan memegang prinsip
asuhan segera, aman, dan bersih untuk bayi baru lahir (Kumalasari,
Intan, 2015: 210). Asuhan segera yang dilakukan dengan
memperhatikan aspek-aspek berikut:
89

a. Selalu menjaga bayi tetap kering dan hangat


b. Usahakan kontak kulit ibu dengan bayi (skin to skin), segera
setelah melahirkan badan:
1) Secepat mungkin menilai pernafasan, serta bayi diletakkan
diatas perut ibu,
2) Dengan kain bersih dan kering membersihkan muka bayi
dari lendir dan darah untuk mencegah jalan udara terhalang,
3) Bayi sudah harus menangis/ bernafas secara spontan dalam
waktu 30 detik setelah lahir, jika bayi belum menangis
bernafas dalam waktu 30 detik, segera cari bantuan, lalu
mulai melakukan langkah – langkah resusitasi.
c. Jaga bayi tetap hangat (kontak skin to skin antara ibu dan bayi)
1) Mengganti handuk/ kain yang basah dengan handuk kering,
lalu segera bungkus bayi dengan selimut,
2) Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak
bayi tiap 15 menit: a) Bila keadaan tubuh bayi dingin
segera periksa suhu axilla bayi,
3) Bila suhu < 36,5°C, segera untuk menghangatkannya
d. Menilai pernafasan
Periksa pernafasan dan warna kulit bayi tiap 5 menit:
1) Bila bayi tidak segera bernafas, segera lakukan : resusitasi,
2) Bila bayi mengalami sianosis/ sukar bernafas (frekuensi
nafas < 30 atau > 60 X/menit) segera beri O2 kateter nasal.
e. Perawatan Mata
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1 %
untuk mencegah penyakit mata kerena klamidia (penyakit
menular seksual yang dapat menginfeksi mata bayi), salep
diberikan pada jam pertama setelah kelahiran.
f. Asuhan Bayi Baru Lahir
Dalam waktu 24 jam, tindakan penanganan yang dilakukan
yaitu:
90

1) Melanjutkan pengamatan pernafasan, warna kulit dan


aktifitas bayi,
2) Pertahankan suhu bayi tetap normal (36,5 – 37,5°C),
3) Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam,
4) Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, kepala
tertutup.
Tabel 2.7
Sistem Penilaian APGAR
Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2
Tubuh merah,
Appeatance Pucat/ biru Seluruh tubuh
ekstremitas
(Warna Kulit) seluruh tubuh kemerahan
biru
Pulse
Tidak ada <100 > 100
(Denyut Jantung)
Grimace Gerakan kuat/
Tidak ada sedikit fleksi Ekstremitas
(Tonus Otot) melawan
Gerakan
Activity
Tidak ada Sedikit gerak aktif / langsung
(Aktivitas)
menangis
Respiration
Tidak ada Lemah/ tidak teratur Menangis
(Pernafasan)
Sumber : (Dwiendra R, Octa, 2017: 6).
Keterangan :
Nilai 1-3 asfiksia berat
Nilai 4-6 asfiksia Sedang
Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)
g. Pemeriksaan fisik
1) Menggunakan tempat yang hangat dan bersih untuk
pemeriksaan,
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan
sarung tangan dan bertindak lembut
3) Melakukan inspeksi (lihat), auskultasi (dengar) dan palpasi
(raba/ rasakan tiap – tiap) daerah dari kepala sampai dengan
91

kaki, bila ada masalah segera cari bantuan dan rekam hasil
pemeriksaan.
h. Beri vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberikan Vitamin K per oral 1
mg/ hari selama 3 hari. Bayi risiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dosis 0,5 – 1 mg IM.
i. Perawatan lain
1) Perawatan tali pusat, dengan memastikan tali pusat dalam
keadaan kering.
2) Dalam waktu 24 jam bila ibu dan bayi belum pulang, beri
imunisasi BCG, Polio dan Hepatitis B.
3) Ajarkan cara perawatan bayi, seperti:
a. Memberikan ASI sesuai kebutuhan tiap 2 – 3 jam (4
Jam), sesring mungkin,
b. Pertahankan bayi tetap bersama ibu,
c. Jaga bayi agar tetap bersih, hangat dan kering,
d. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering,
e. Pegang, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi.
f. Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi
hingga 24 jam setelah persalinan. Jaga kontak kulit
antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi dengan topi.
4) Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah
kesehatan pada ibu:
a. Keluhan tentang bayinya
b. Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi
(TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis
B atau C, siphilis, HIV/ AIDS, penggunaan obat).
c. Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang
diberikan pada bayi jika ada.
d. Warna air ketuban
92

e. Riwayat bayi buang air kecil dan besar


f. Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap
5) Lakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang
(tidak menangis)
b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut
jantung serta perut.
2.3.8 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir yaitu :
a. Pernafasan > 60X/ menit,
b. > 37,5°C,
c. Warna kuning (24 jam I), biru/ pucat, memar,
d. Adanya tanda-tanda Infeksi, ditandai dengan:
1) Suhu tinggi, merah, bengkak (nanah, bau busuk, pernafasan
sulit),
2) Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan/ nanah, bau
busuk dan berdarah,
3) Tinja/ kemih dalam waktu 24 jam, tinja lembek dan sering
4) Aktifitas terlihat menggigil, tangis lemah, kejang dan lemas.
2.3.9 Jadwal Kunjungan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan yang sesuai
dengan standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0-28 hari, baik di
fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah. Pelaksanaan kunjungan
diantaranya:
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-
48 jam setelah lahir,
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu
hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir,
93

3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu


hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir (Karwati, 2016:
126)

2.3.10 Asfiksia Berat


1. Pengertian Asfiksia Berat
Asfiksia Berat merupakan kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi
baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (Sudarti 2015:64).
2. Gejalah dan tanda
a. Tidak bernafas atau nafas megap-megap atau pernafasan
lambat (kurang dari 30 kali permenit).
b. Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan
dada).
c. Tangisan lemah atau merintih.
d. Warna kulit pucat atau biru.
e. tidak ada atau lambat (bradikerdia) (kurang dari 100 kali per
menit) (Sudarti, 2015:64-65).
3. Etiologi / Penyebab Asfiksia
a. Faktor ibu
1) Ketuban pecah dini (KPD)
Ketuban pecah dini dapat mengakibatkan asfiksia,
baik akibat kelahiran kurang bulan, sindrom gawat
napas, gangguan plasenta maupun infeksi.Terjadinya
asfiksia seringkali diawali infeksi yang terjadi pada bayi,
baik pada bayi cukup bulan terlebih lagi pada bayi
kurang bulan,7 dengan infeksi keduanya saling
mempengaruhi. Ketuban pecah dini dapat memudahkan
infeksi asenden. Infeksi tersebut dapat berupa amnionitis
dan korionitis atau gabungan keduanya disebut
korioamnionitis. Selain itu korioamnionitis dapat
94

dihubungkan dengan lama pecah selaput ketuban, jumlah


kali periksa dalam dan pola kuman terutama grup
Staphylococus. Sepsis awitan dini sering dihubungkan
dengan infeksi intranatal, sedangkan sepsis awitan
lambat sering dihubungkan dengan infeksi pascanatal
terutama nosokomial (Pediatri, 2015 : 318).
Mengingat besarnya pengaruh ketuban pecah dini
terhadap risiko terjadinya kejadian asfiksia neonatorum,
maka perlu upaya peningkatan pemanfaatan pelayanan
antenatal oleh ibu hamil sehingga dalam pemeriksaan
kehamilan dapat mendeteksi tandatanda bahaya
kehamilan seperti ketuban pecah dini yang dapat
menimbulkan risiko terjadinya asfiksia neonatorum.
Pencegahan yang dapat diupayakan untuk mencegah
terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD) yaitu dengan
mengurangi aktivitas dan dianjurkan istirahat pada
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga serta tidak
melakukan kegiatan yang membahayakan kandungan
selama kehamilan serta berhenti merokok dan
menghindari lingkungan perokok agar tak menjadi
perokok pasif.
2) Hipoksia
Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena
hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
anestesia dalam. Gangguan aliran darah uterus.
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke
plasenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering
ditemukan pada keadaan:
95

a. Gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni,


hipertoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
b. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
c. Hipertensi pada penyakit eklampsia dan lain-lain.
d. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
e. Gravid ekonomi rendah
f. Penyakit pembuluh dara ibu yang mengganggu
pertukaran gas janin, misalnya hipertensi, hipotensi,
gangguan konstraksi uterus dan lainlain.
b. Faktor plasenta
1) Plasenta tipis
2) Plasenta kecil
3) Plasenta tak menempel
4) Solution plasenta
5) Perdarah plasenta
c. Faktor non plasenta
1) Premature
2) IUGR
3) Gemeli
4) Tali pusat menumbung
5) Kelainan congenital
d. Faktor persalinan
1) Partus lama
2) Partus tindakan (Rochmah,dkk, 2016:20).
4. Patofiologi Asfiksia
Menurut Lia Yulianti (2015), segera setelah lahir bayi akan
menarik nafas yang pertama kali (menangis), pada saat ini paru
janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan mengembang
udara akan masuk dan cairan yang ada di dalam alveoli akan
meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini
96

arteriol paru akan mengembang dan aliran darah ke dalam paru


meningkat secara memadai (Yulianti, 2015).
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah
timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut
jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurang O2 terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ
menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang. Janin
akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli
tidak berkembang. Jika berlanjut, bayi akan menunjukan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas.
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder. Selama epneu sekunder, denyut jantung,
tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
Bayi sekarang tidak dapat berekasi terhadap rangsangan dan tidak
akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan (Yulianti
2015).
5. Manifestasi klinik
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang
menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini :
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak
teratur.
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala Tonus
otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan
organ lain.
c. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
d. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak.
97

e. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot


jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang
kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
f. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan
paru-paru atau nafas tidak teratur/megap-megap.
g. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen
didalam darah.
h. Penurunan terhadap spinkters.
i. Pucat
6. Diagnosis Asfiksia
a. Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap
terjadinya asfiksia neonatorum.
1) Gangguan/ kesulitan waktu lahir.
2) Cara dilahirkan.
b. Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah
dilahirkan Pemeriksaan fisik.
1) Bayi tidak bernafas atau menangis.
2) Denyut jantung kurang dari 100x/menit.
3) Tonus otot menurun.
4) Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur
mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi.
5) BBLR (berat badan lahir rendah) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat
menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat jika:
a. PaO2 < 50 mm H2O
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH < 7,30.
98

7. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir


Pada kasus asfiksia , bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda
dan gejala yang muncul pada asfiksia adalah sebagai berikut:
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 x/menit.
b. Tidak ada usaha nafas.
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan.

8. Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir


a. PENILAIAN BAYI BARU LAHIR
1) Lakukan penilaian (selintas)
a) Apakah bayi cukup bulan ?
b) apakah air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium ?
c) Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernafas
tanpa kesulitan ?
d) Apakah bayi bergerak dengan aktif ? Bila salah
satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke langkah
resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir
2) Bila air ketuban bercampur mekonium, lakukan
penilaian apakah bayi menangis / bernafas normal /
megap-megap / tak bernafas :
a) Jika menangis atau bernafas normal, potong
tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun dilanjutkan dengan Langkah
Awal
99

b) Jika megap-megap atau tidak bernafas, buka


mulut lebar, usap mulut dan isap lender,
potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan
tidak dibubuhi apa pun, dilanjutkan dengan
Langkah Awal
b. LANGKAH AWAL
1) Selimuti bayi dengan handuk / kain yang diletakkan
diatas perut ibu, bagian muka dan dada bayi tetap
terbuka
2) Letakkan bayi di tempat resusitasi
3) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu, yaitu
kepala sedikit ekstensi dengan mengatur tebal handuk /
kain ganjal bahu yang telah disiapkan
4) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lender pada
mulut sedalam < 5 cm dan kemudian hidung bayi
sedalam < 3 cm
5) Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok-
gosok dada / perut / punggung bayi sebagai
rangsangan taktil untuk merangsang pernafasan. Ganti
kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering.
Selimuti bayi dengan kain kering. Biarkan muka dan
dada terbuka
6) Memposisikan Kepala bayi dan nilai kembali usaha
nafas
a) Bila menangis kuat atau bernafas spontan,
lakukan asuhan bayi baru lahir
b) Bila tetap tidak bernafas atau megap-megap,
maka lakukan ventilasi Perhatikan
Langkah 2-8 dilakukan dalam waktu 30
detik
100

c. VENTILASI
1) Mulai ventilasi
a) Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa bayi
mengalami masalah (Seperti telah diprediksi
sebelumnya ) sehingga perlu dilakukan tindakan
resusitasi
b) Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini
dan minta mereka ikut membantu (pengawasan
ibu dan pertolongan bagi bayi baru lahir dengan
asfiksia)
2) Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup
ataupun dengan balon dan sungkup. Langkah-
langkahnya adalah sama. Perbedaannya hanya pada
beberapa hal berikut ini. Dengan tabung dan sungkup :
a) Udara di sekitar harus dihirup kedalam mulut
dan hidung penolong, kemudian dihembuskan
lagi ke jalan nafas bayi melalui mulut – tabung
– sungkup
b) Untuk memasukkan udara baru, penolong harus
melepaskan mulut dari pangkal tabung untuk
menghirip udara baru dan memasukkannya
kembali ke jalan nafas bayi ( bila penolong
tidak melepas mulutnya dari pangkal tabung,
mengambil nafas dari hidung dan langsung
meniupkan udara, maka yang masuk adalah
udara ekspirasi dari paru penolong )
c) Pemenuhan frekuensi 20 kali dalam 0 detik
menjadi sulit karena penghisapan udara
3) Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar
penolong dapat menilai pengembangan dada bayi saat
dilakukan peniupan udara
101

4) Uji fungsi tabung dan sungkup atau balon dengan jalan


meniup pangkal tabung atau menekan balon sambil
menahan corong sungkup
5) Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu
( perhatikan
perlekatan sungkup dan daerah mulut bayi )
d. VENTILASI PERCOBAAN
1) Tiup pangkal tabung atau tekan balon untuk
mengalirkan udara ( 20cH20) ke jalan nafas bayi
a) Perhatikan gerakan dinding dada
- Naiknya dinding dada mencerminkan
mengembangnya paru dan udara masuk dengan
baik
- Bila dinding dada tidak naik / mengembang
periksa kembali : Kemungkinan kebocoran
perlengkatan sungkup dan hidung Posisi
kepala dan jalan nafas Sumbatan jalan nafas
oleh lender pada mulut dan hidung
- akukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan
e. VENTILASI DEFINITIF
1) Setelah ventilasi percobaan berhasil, maka lakukan
ventilasi definitive dengan jalan meniupkan udara
dengan frekuensi 20 kali dalam waktu 30 detik
Nilai hasil ventilasi (pernapasan setiap 30 detik)
2) Lakukan penilaian ventilasi dan lanjutan tindakan :
1. Jika setelah 30 detik pertama bayi menangis kuat
dan bergerak aktif, maka selimut bayi dan serahkan
pada ibunya untuk menjaga kehangatan tubuh dan
inisasi menyusu dini
102

2. Jika setelah 30 detik pertama bayi belum bernafas


spontan atau megap-megap, maka lanjutkan
tindakan ventilasi
3. Jika bayi mulai bernafas tetapi disertai dengan
tarikan atau retraksi dinding dada bawah, maka
segera rujuk ke fasilitas rujukan sambil tetap
diberikan ventilasi
3) Jika bayi belum bernafas spontan atau megap-megap,
lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik selanjutnya
dan lakukan penilaian ulang.
1. Bila tidak bernafas dan telah di ventilasi lebih dari
2 menit siapkan rujukan
2. Hentikan resusitasi sesudah 10 menit bayi tidak
bernafas dan tidak ada denyut jantung (bayi
meninggal)
f. TINDAKAN PASCARESUSITASI
1) Bila resusitasi berhasil :
Lanjutkan penatalaksanaan aktif persalinan kala III sesuai
penuntun
persalinan normal
2) Bila perlu rujukan :
Lakukan konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan
keluarga
- Lanjutkan resusitasi
- Pantau tanda bahaya
- Cegah Hipotermi
- Berikan vitamin K1
- Cegah infeksi
- Buat surat rujukan
- Lakukan pencatatan dan pelaporan kasus
103

3) Bila resusitasi tidak berhasil/bayi meninggal :


- Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
- Memberikan petunjuk perawatan payudara
- Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
4) Lakukan dekontaminasi seluruh peralatan yang telah
digunakan
- Pengisap lender direndam setelah dibilas dengan
larutan klorin 0.5% dengan semprit
- SEka sungkup dengan larutan klorin 0,5%
- Rendam kain ganjal dan pengering tubuh bayi
g. REKAM MEDIK TINDAKAN RESUSITASI
- Catat secara rinci :
- Kondisi saat lahir
- Tindakan untuk memulai pernafasan
- Waktu antara lahir dengan tindakan langkah awal dan
ventilasi
- Proses resusitasi dan hasilnya
- Bila resusitasi gagal, apa penyebabnya
- Keterangan rujukan apabila dirujuk(universitas PGRI,
2015)

2.4 Konsep Dasar Nifas


2.4.1 Pengertian Nifas
Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-
organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan
waktu sekitar 6 minggu ( Farrer. 2001 dalam Kirana, 2015: 26).
Nurul Jannah mengemukakan masa nifas /puerperium yaitu masa
sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan
pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil
yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan (dalam
Aprilianti, 2016: 1).
104

Periode post partum adalah periode yang dimulai segera setelah


kelahiran anak dan berlanjut selama sekitar 6- 8 minggu setelah
melahirkan dimana ibu kembali kekeadaan semula sebelum hamil
(Alkinlabil, et al, 2016: 254).

2.4.2 Tahapan Masa Nifas


Tahapan masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan yaitu:
a. Puerperium Dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri
dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi
selama kureang lebih enam minggu.
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali
dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi.

2.4.3 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas


Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas
diantaranya:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Involusi uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
yakni uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat
dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
(Kumalasari, 2015: 156).
Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan
desidua/ endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat
implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat
105

serta perubahan tempat uterus, warna, dan jumlah lochia.


Proses involusi uterus ini diantaranya:
a. Iskemia Miometrium.
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan
serat oto atrofi.
b. Atrofi Jaringan.
Terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat
pelepasan plasenta.
c. Autolysis.
Proses penghancura diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10
kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan Yang
disebabkan karena penurunan hormon esterogen dan
progesteron.
d. Efek Oksitosin.
Menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan kerangnya suplai darah ke uterus. Proses
ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Segera
setelah kelahiran, uterus harus berkontraksi secara baik
dengan fundus sekitar 4 cm dibawah umbilikus atau 12 cm
diatas simfisis pubis. Dalam 2 minggu, uterus tidak lagi
dapat dipalpasi diatas simfisis.
106

Table 2.8
Perubahan Uterus Masa Nifas
Waktu Tinggi Berat Diamete Palpasi
No
Involusi Fundus Uteri Uterus r Uterus Serviks
1000
1 Bayi lahir Setinggi Pusat 12,5 cm Lunak
gram
Plasenta 2 jari bawah 750
2 12,5 cm Lunak
lahir pusat gram
Pertengahan
500
3 1 minggu pusat sampai 7,5 cm 2 cm
gram
simfisis
Tidak teraba 300
4 2 Minggu 5 cm 1 cm
diatas simfisis gram
Bertambah
5 6 Minggu 60 gram 2,5 cm Menyempit
kecil
Sumber: (Kumalasari, Intan, 2015: 156)

Involusi uterus dari luar dapat diamati dengan memeriksa


fundus uteri dengan cara sebagai berikut;
1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm
dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas
pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari,
2) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1
cm di bawah pusat. Pada hari ke- 3-4 tinggi fundus yteri 2
cm dibawah pusat,
3) Pada hari ke- 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat
simfisis. Pada hari ke-10 tinggi fundus uteri tidak teraba
(Kumalasari, 2015: 156).
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam
proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi
disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/
perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage). Selain itu,
beberapa faktor lain yang menyebabkan kelambatan uetrus
berinvolusi diantaranya:
107

a. Kandung kemih penuh,


b. Rektum berisi,
c. Infeksi uterus,
d. Retensi hasil konsepsi,
e. Fibroid,
f. Hematoma ligamentum latum uteri .
1) Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diagfragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan partus, serta jalan
lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.
Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan
diantaranya: Ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi sehingga
ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi
agak kendor.
2) Perubahan Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan
korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks
berbentuk seperti cincin. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena pembuluh darah. Konsistensinya
lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/ perlukaan kecil.
Oleh karena robekan kecil yang terjadi di daerah ostium
eksternum selama dilatasi, serviks serviks tidak dapat
kembali seperti sebelum hamil. (Kumalasari, Intan, 2015:
157).
3) Lokia (Lochea)
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua
yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
108

Pencampuran antara darah dan desidua inilah yang


dinamakan lokia. definisi lochea adalah ekskresi cairan
rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan
sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Pemeriksaan lochea meliputi perubahan warna dan bau
kerana lochea memiliki ciri khas berbau amis atau khas
darah dan adanya bau busuk menandakan adanya
infeksi. Jumlah total pengeluaran seluruh periode lochea
ratarata 240 – 270 ml. Lochea dibagi menjadi 4 tahapan
yaitu:
a. Lochea Rubra/ Merah (Cruenta).
Lochea ini muncul pada hari ke-1 sampai hari ke-3
masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah
karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium
b. Lochea Sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7
postpartum.
c. Lochea Serosa
Lochea ini bewarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan/ laserasi
plasenta. Muncul pada hari ke-8 sampai hari ke-14
postpartum.
d. Lochea Alba/ Putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lochea
alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu
postpartum. Biasanya wanita mengeluarkan sedikit
lochea saat berbaring dan mengeluarkan darah lebih
banyak saat berdiri/ bangkit dari tempat tidur. Hal ini
109

terjadi akibat penggumpalan daran forniks vagina atau


saat wanita mengalami posisi rekumben. Variasi dalam
durasi aliran lochea sangat umum terjadi, namun warna
aliran lochea cenderung semakin terang, yaitu berubah
dari merah segar menjadi merah tua kemudian cokelat,
dan merah muda. Aliran lochea yang tiba-tiba kembali
berwarna merah segar bukan merupakan temuan normal
dan memerlukan evaluasi. Penyebabnya meliputi
aktifitas fisik berlebihan, bagian plasenta atau selaput
janin yang tertinggal dan atonia ueterus.
Tabel 2.9
Perbedaan Lokia Pada Masa Nifas
LOKIA WAKTU WARNA CIRI-CIRI
Terdiri dari sel desidua,
Merah verniks caseosa, rambut
Rubra 1-3 Hari
kehitaman lanugo, sisa mekonium,
dan sisa darah
Putih
Sanguile Sisa darah bercampur
3-7 Hari bercampur
nta lendir
merah
Lebih sedikit darah dan
Kekuningan/ lebih banyak serum, juga
Serosa 7-14 Hari
kecoklatan terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan
Alba >14 Hari Putih
serabut jaringan
yang mati
Sumber: (Heryani, 2015: 32)
4) Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan
akan kembali secara bertahap selama 6-8 minggu
postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa
postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
110

hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar


minggu ke-4. Perineum setelah persalinan, mengalami
pengenduran karena teregang oleh tekanan kepala bayi
yang bergerak maju. Pulihnya tonus otot perineum terjadi
sekitar 5-6 mingu postpartum.Latihan senam nifas baik
untuk mempertahankan elastisitas otot perineum dan organ-
organ reproduksi lainnya. Luka episiotomi akan sembuh
dalam 7 hari postpartum. Bila teraji infeksi, luka episiotomi
akan terasa nyeri, panas, merah dan bengkak (Aprilianti,
2016: 10-11).
5) Perubahan Sistem Pencernaan
Pasca melahirkan, kadar progesteron menurun, namun
faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali
normal, sehingga hal ini akan mempengaruhi pola nafsu
makan ibu. Biasanya ibu akan mengalami obstipasi
(konstipasi) pasca persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan
yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran
cairan pada waktu persalinan (dehidrasi), hemoroid, dan
laserasi jalan lahir.
6) Perubahan Sistem Perkemihan
Terkadang ibu mengalami sulit buang air kecil karena
tertekannya spingter uretra oleh kepala janin dan spasme
(kejang otot) oleh iritasi muskulus spingter ani selama
proses persalinan, atau karena edema kandung kemih
selama persalinan. Saat hamil, perubahan sistem hormonal
yaitu kadar steroid mengalami peningkatan. Namun setelah
melahirkan kadarnya menurun sehingga menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Umumnya urin banyak
dikeluarkan dalam waktu 12-36 jam pascapersalinan.
111

Fungsi ginjal ini akan kembali normal selang waktu satu


bulan pascapersalinan.
7) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan ini terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambah. Adaptasi muskuloskeletal mencakup
peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat
pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun, pada
saat postpartum sistem muskuloskeletal akan berangsur-
angsur pulih dan normal kembali. Ambulasi dini dilakukan
segera pascapersalinan, untuk membantu mencegah
komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
8) Perubahan Sistem Endokrin
Hormon-hormon yang berperan terkait perubahan sistem
endokrin diantaranya:
a. Hormon Plasenta
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) mengalami
penurunan sejak plasenta lepas dari dinding uterus dan
lahir, dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari
ke-7 postpartum. Hormon ini akan kembali normal
setelah hari ke7.
b. Hormon Pituitary
Hormon pituitary diantaranya: Prolaktin, FSH dan
LH. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada wanita
yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi.
FSH dan LH meningkat pada minggu ke-3 (fase
konsentrasi folikuler) dan LH akan turun dan tetap
rendah hingga menjelang ovulasi.
c. Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar otak
belakang (Glandula Pituitary Posterior ) yang bekerja
112

terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Hormon ini


berperan dalam pelepasan plasenta, dan
mempertahankan kontraksi untuk mencegah perdarahan
saat persalinan berlangsung. Selain itu, isapan bayi saat
menyusu pada ibunya juga dapat merangsang produksi
ASI lebih banyak dan sekresi oksitosin yang tinggi,
sehingga mempercepat proses involusi uteri.
d. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Hormon ini mempengaruhi proses menstruasi pada
wanita yang menyusui ataupun tidak menyusui. Wanita
yang menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu
pascamelahirkan kisaran 16% dan 45% setelah 12
minggu pascamelahirkan. Sedangkan wanita yang tidak
menyusui, mendapatkan menstruasi kisaran 40% setelah
6 minggu pascamelahirkan dan 90% setelah 24 minggu
(Heryani, 2015: 41).
e. Hormon Estrogen dan Progesteron
Estrogen yang tinggi akan memperbesar hormon anti
diuretik yang dapat meningkatkan volume darah.
Sedangkan progesteron akan mempengaruhi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding
vena, dasar panggul, perineum, vulva dan vagina
(Heryani, 2015: 42).
9) Perubahan Sistem Kardivaskuler
Cardiac Output meningkat selama persalinan dan
berlanjut setelah kala III saat besar volume darah dari
uterus terjepit di dalam sirkulasi. Namun mengalami
penurunan setelah hari pertama masa nifas dan normal
kembali diakhir minggu ke-3. Penurunan ini terjadi karena
darah lebih banyak mengalir ke payudara untuk persiapan
113

laktasi. Hal ini membuat darah lebih mampu melakukan


koagulasi dengan peningkatan viskositas yang dapat
meningkatkan risiko trombosis
10) Perubahan Tanda-Tanda Vital Pada Masa Nifas
Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas
diantanya:
a. Suhu. Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari
0,5°C dari keadaan normal, namun tidak lebih dari 39°C
setelah 2 jam pertama melahirkan, umumnya suhu
badan kembali normal. Bila lebih dari 38°C waspadai
ada infeksi.
b. Nadi. Umumnya nadi normal 60-80 denyut per menit
dan segera setelah partus dapat terjadi bradiikardi
(penurunan denyut nadi). Bila terdapat takikardi
(peningkatan denyut jantung) diatas 100 kali permenit
perlu diwaspadai terjadi infeksi atau perdarahan
postpartum berlebihan.
c. Darah. Tekanan darah normalnya sistolik 90-12-
mmHG dan diastolik 60-80 mmHG. Tekanan darah
biasanya tidak berubah biasanya akan lebih rendah
setelah melahirkan karena ada perdarahan atau ayang
lainnya. Tekanan darah akan tinggi apabila terjadi pre-
eklampsi.
d. pernapasan. Frekuensi normal pernapasan orang dewasa
yaitu 16-24 kali per menit. Pada ibu postpartum
umumnya lambat/ normal dikarenakan masih dalam
fase pemulihan. Keadaan pernapasan selalu
berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus
pada saluran cerna.
114

11) Perubahan Hematologi


Pada awal postpartum, junlah hemoglobin, hematokrit, dan
eritrosit bervariasi, hal ini dikarenakan tingkat volume
darah dan volume darah yang berubah-ubah. Penurunan
volume dan peningkatan sel darah merah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan
hemaglobin pada hari ke-3 hingga ke-7 postpartum dan
normal kembali pada minggu ke-4 hingga ke-5 postpartum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang
lebih 200-500 ml, minggu pertama postpartum berkisar
500- 800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml
(Heryani, 2015: 45).

2.4.4 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas


Tahapan adaptasi psokologis masa nifas menurut Reva Rubin
yaitu:
1) Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan:
a. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain,
b. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan
tubuhnya,
c. Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu
melahirkan,
d. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan
keadaan tubuh ke kondisi normal,
e. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga
membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan
menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak
berlangsung normal.
2) Periode Taking On/ Taking Hold (hari ke 2-4 setelah
melahirkan)
115

a. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan


meningkatkan tanggung jawab akan bayinya,
b. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,
BAK, BAB, dan daya tahan tubuhnya,
c. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi
seperti menggendong, menyusui, memandikan, dan
mengganti popok,
d. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan krikan
pribadi,
e. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena
merasa tidak mampu membesarkan bayinya.
3) Periode Letting Go (berlangsung 10 hari setelah melahirkan).
a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi
oleh dukungan serta perhatian keluarga,
b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat
bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan
mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan
sosial,
c. Deprsei postpartum sering terjadi pada masa ini (Pitriani,
Risa. 2017: 7-8).

2.4.5 Kebutuhan dasar pada masa nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Selama masa nifas, diet sehat sangat dianjurkan pada ibu
setelah
melahirkan untuk mempercepat proses penyembuhan dan
peningkatan kualitas produksi ASI. Diet yang dilakukan
tentunya harus bermutu dengan nutrisi yang cukup, gizi
seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat serta
banyak mengandung cairan dan serat untk mencegah konstipasi.
116

Beberapa asupan yang dibutuhkan ibu pada masa nifas


diantaranya:
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari (3-4 porsi
setiap hari)
2) Ibu dianjurkan minum sedikitnya 3 liter per hari, untuk
mencukupi kebutuhan cairan supaya tidak cepat dehidrasi.
3) Rutin mengkonsumsi pil zat besi setidaknya selama 40 hari
pascapersalinan.
4) Serta tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan yang
mengandung kafein/ nikotin.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali
yaitu satu kali setelah melahirkan dan yang kedua diberikan
setelah 24 jam selang pemberian kapsul vitamin A pertama.
Pemberian kapsul vitamin A 2 kali dapat menambah
kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6
bulan, dibandingkan pemberian 1 kapsul hanya cukup
meningkatkan kandungan sampai 60 hari.
Tabel 2.10
Perbandingan Kebutuhan Zat Gizi
Wanita Tidak Hamil dan Wanita Hamil
Wanita Wanita Tidak
NO Zat Gizi Satuan
Hamil Hamil
1 Energi Kkal 2485 2200
2 Protein G 60 48
3 Vitamin A Mcg 700 500
4 Vitamin D Mcg 15 5
5 Vitamin E Mg 18 8
6 Vitamin K Mcg 130 65
7 Vitamin C Mg 110 75
8 Vitamin B1 Mg 1,5 1,2
9 Vitamin B6 Mg 1,7 1,3
10 Vitamin B12 Mcg 2,6 2,4
11 Thiamin Mg 1,2 1,0
12 Riboflavin Mg 1,4 1,2
13 Niacin Mg 9,1 9
117

14 Asam Folat Mcg 300 150


15 Piridoksin Mg 3,8 1,6
16 Kalsium Mg 900 500
17 Fosfor Mg 650 450
18 Zat Besi Mg 46 26
19 Seng Mg 20 15
20 Yodium Mcg 175 150
21 Selenium Mcg 7055
Sumber: (Hutahaean, 2015).
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari
tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk berjalan. Early
ambulation tidak diperbolehkan pada ibu postpartum dengan
penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam,
dan sebagainya. Pada ibu dengan postpartum normal ambulasi
dini dilakukan paling tidak 6-12 jam postpartum, sedangkan pada
ibu dengan partus sectio caesarea ambulasi dini dilakukan paling
tidak setelah 12 jam postpartum setelah ibu sebelumnya
beristirahat/ tidur. Tahapan ambulasi ini dimulai dengan miring
kiri/kanan terlebih dahulu, kemudian duduk. Lalu apabila ibu
sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan).
Beberapa manfaat ambulasi dini diantaranya:
a) Membuat ibu merasa lebih baik, sehat dan lebih kuat,
b) Mempercepat proses pemulihan fungsi usus, sirkulasi,
jaringan otot, pembuluh vena, paru-paru dan sistem
perkemihan.
c) Mempermudah dalam mengajarkan ibu cara melakukan
perawatan pada bayinya,
d) Mencegah terjadinya trombosis akibat pembekuan darah,
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil (BAK)
118

Biasanya dalam waktu 6 jam postpartum ibu sudah dapat


melakukan BAK secara spontan. Miksi normal terjadi setiap
3-4 jam postpartum. Namun apabila dalam waktu 8 jam ibu
belum dapat berkemih sama sekali, maka katerisasi dapat
dilakukan apabila kandung kemih penuh dan ibu sulit
berkemih. Kesulitan BAK antara lain disebabkan spingter
uretrs yang tertekan oleh kepala janin dan kejang otot
(spasmus) oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan,
atau adanya edema kandung kemih selama persalinan.
2) Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan sudah dapat buang air besar
setelah hari ke-2 postpartum. Jika pada hari ke-3 ibu belum
bisa BAB, maka penggunaan obat pencahar berbentuk
supositoria sebagai pelunak tinja dapat diaplikasikan melalui
per oral atau per rektal. Kesulitan BAB (konstipasi) pada ibu
antara lain disebabkan selain perineum yang sakit juga takut
luka jahitan perineum terbuka, adanya hemoroid atau
obatobatan analgesik selama proses persalinan. Kesulitan
BAB ini dapat diatasi dengan melakukan mobilisasi dini,
konsumsi makanan tinggi serat, mencukupi kebutuhan asupan
cairan dapat membantu memperlancar BAB ibu dengan baik.
d. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman ibu. Beberapa langkah yang
dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga kebersihan
dirinya antara lain:
1. Patikan kebersihan tubuh ibu tetap terjaga dengan cara mandi
lebih sering (2 kali/ hari) dan menjaga kulit tetap kering
untuk mencegah infeksi dan alergi dan penyebarannya ke
kulit bayi,
119

2. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu


dari arah depan ke belakang, setelah itu anus. Mengganti
pembalut minimal 2 kali sehari. Menganjurkan ibu mencuci
tangan dengan sabun dan air setiap sebelum dan selesai
membersihkan daerah kemaluan. Jika ibu mempunyai luka
episiotomy, ibu dianjurkan untuk tidak menyentuh daerah
luka agar terhindar dari infeksi sekunder.
3. Melakukan perawatan payudara secara teratur, yaitu dimulai
1-2 hari setelah bayidilahirkan dan rutin membersihkanya
setiap 2 kali sehari.
4. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur. Ibu dianjurkan
memakai pakaian yang longgar dan mudah menyerap
keringat, sehingga daerah seperti payudara tidak terasa
tertekan dan kering. Serta pada daerah lipatan paha, dengan
penggunaan pakaian dalam yang longgar tidak menyebabkan
iritasi kulit disekitar selangkangan akibat lokea.
5. Jika ibu mengalami kerontokan rambut akibat adanya
perubahan hormon, ibu dianjurkan menggunakan pembersih
rambut/ kondisioner secukupnya, dan menyisir rambut
dengan sisir yang lembut.
e. Istirahat dan Tidur
Selama proses pemulihan kondisi fisik dan psikologis ibu pada
masa nifas kebutuhan istirahat ibu harus tercukupi. Ibu dapat
beristirahat dengan tidur siang selagi bayi tidur, atau melakukan
kegiatan kecil dirumah seperti menyapu dengan perlahan-lahan.
Jika ibu kurang istirahat maka dampak yang terjadi seperti jumlah
produksi ASI berkurang, memperlambat proses involusi uteri,
serta meyebabkan depresi dan ketidakmampuan ibu dalam
merawat bayinya.
120

f. Aktivitas Seksual
Ibu dapat melakukan aktvitas seksual dengan suami ibu kapan
saja, selama ibu sudah siap, secara fisik aman dan tidak
merasakan nyeri daerah genetalia.
g. Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah
persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam
nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi
tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis.
Senam nifas dapat dilakukan saat ibu merasa benar-benar pulih
dan tidak ada komplikasi atau penyulit selama masa nifas. Selain
memulihkan kondisi tubuh ibu senam nifas dapat mempercepat
proses involusi uteri dan mengembalikan elastisitas otot-otot dan
jaringan yang merenggang waktu persalinan.

2.4.6 Tanda Bahaya Masa Nifas


Setelah ibu melahirkan, selanjutnya ibu memasuki tahap masa
nifas atau lazim disebut puerperium. Masa nifas dimulai 1 jam
setelah plasenta lahir hingga 6 minggu (42 hari) setelahnya.
Menurut Saifuddin, asuhan masa nifas sangat diperlukan karena
masa nifas merupakan masa kritis yang memungkinkan untuk
terjadinya masalah-masalah yang berakibat fatal karena dapat
menyebabkan kematian ibu. oleh karena itu perhatian penuh dari
bidan sangat diperlukan salah satunya dengan memberikan
asuhan kebidanan berkesinambungan yang berkualitas secara
optimal. Dampak yang terjadi jika cakupan pelayanan yang
diberikan rendah, dapat menyebabkan permasalahan pada ibu
nifas seperti perdarahan post partum, infeksi saat masa nifas, dan
masalah obstetri lainya pada masa nifas (Wahyuni, Sri, 2016: 58).
Tanda bahaya masa nifas yang perlu diwaspadai oleh ibu
diantaranya.:
121

1. Perdarahan Pascasalin
Perdarahan paska persalinan yaitu perdarahan pervaginam
yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Perdarahan pascasalin
dibagi menjadi 2, yaitu:
1) pascasalin primer (Early Postpartum Haemorrhage), yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama paska
persalinan segera. Penyebab perdarahan ini diantaranya
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta yang tertinggal,
dan robekan jalan lahir.
2) Perdarahan pascasalin sekunder (Late Postpartum
Haemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama paska persalinan. Penyebab utama perdarahan ini
diantaranya robekan jalan lahir, sisa plasenta yeng tertinggal
atau membran. Sakit kepala yang hebat. Pembengkakan di
wajah, tangan dan kaki. payudara yang berubah merah, panas
dan terasa sakit. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan
anemia mudah mengalami infeksi.
2. Infeksi Masa Nifas
Bakteri dapat menjadi salah satu penyebab infeksi setelah
persalinan. Selain kurang menjaga kebersihan dan perawatan
masa nifas yang kurang tepat, faktor lain yang memicu seperti
adanya luka bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran
genetalia termasuk episiotomi pada perineum ataupun dinding
vagina dan serviks. Gejala umum yang dapat terjadi:
1) Temperatur suhu meningkat >38°C,
2) Ibu mengalami peningkatan pernapasan (takikardi) dan
penurunan pernapasan (bradikardi) secara drastis, serta
tekanan darah yang tidak teratur,
3) Ibu terlihat lemah, gelisah, sakit kepala dan kondisi
terburuknya ibu tidak sadar/ koma,
4) Proses involusi uteri terganggu,
122

5) Lokea yang keluar berbau dan bernanah.


3. Demam, Muntah dan Nyeri Saat Berkemih
Pada masa nifas ini ibu cenderung mengalami peningkatan
suhu badan dan nyeri saat berkemih. Nyeri ini disebabkan
oleh luka bekas episiotomi, atau laserasi periuretra yang
menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu. Demam dengan
suhu >38°C mengindikasikan adanya infeksi, serta terjadinya
diuresis dan overdistensi dapat menyebabkan infeksi pada
saluran kemih.
4. Kehilangan Nafsu Makan Dalam
Waktu Yang Lama. Selepas persalinan ibu akan mengalami
kelelahan yang amat berat, karena tenaga ibu bayak terkuras saat
menjalani proses persalinannya. Karena kelahan ini akhirnya
berdampak pada nafsu makan ibu yang menurun. Pada masa ini
dukungan keluarga sangat diperlukan dalam membantu ibu untuk
tetap makan dan mencukupi kebutuhan nutrisinya dengan baik.
5. Payudara Berubah Kemerahan, Panas, dan Terasa Sakit.
Jika ASI ibu tidak disusukan pada bayinya maka dapat
menyebabkan terjadi bendungan ASI, payudara memerah, panas,
dan terasa sakit yang berlanjut pada mastitis, atau terjadi radang
(peradangan pada payudara).
6. Pembengkakan Pada Wajah dan Ekstremitas.
Waspadai preeklamsi yang timbul dengan tanda-tanda:
1) Tekanan darah ibu tinggi,
2) Terdapat oedem/ pembengkkan di wajah dan ekstremitas.
3) Pada pemeriksaan urine ditemukan protein urine.

2.4.7 Asuhan Ibu Pada Masa NifasNormal


Asuhan kebidanan masa nifas adalah pentalaksanaan asuhan
yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi
sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum
123

hamil atau mendekati sebelum hamil (Aprilianti, 2016: 22). Asuhan


masa nifas sangat diperlukan pada periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Sehingga diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan yang yang terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas yang terjadi dalam 24 jam pertama
(Kumalasari, 2015: 164).
Asuhan pelayanan masa nifas yang berkualitas mengacu pada
pelayanan sesuai standart kebidanan, shingga permasalah yang terjadi
pada masa ibu nifas dapat diminimalkan atau bahkan tidak terjadi
sama sekali. Asuhan masa nifas memiliki beberapa tujuan
diantaranya:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun pikologinya,
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati/ merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
dan bayinya,
c. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi, dan
perawatan bayi sehat,
d. Serta memberikan pelayanan keluarga berencana (Kumalasari,
2015: 164).
Kebijakan program nasional masa nifas yaitu paling sedikit
empat kali kunjungan pada nifas dalam rangka menilai status
ibu dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi dan mengurangi
masalah-masalah yang terjadi pada masa nifas, diantaranya:
1) Kunjungan I (6 – 48 jam postpartum) Asuhan yang diberikan
antara lain:
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
b. Memantau keadaan umum ibu untuk memastikan
tidak terjadi tanda-tanda infeksi,
c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (bounding
attachment),
124

d. Membimbing pemberian ASI lebih awal (ASI


ekslusif).
2) Kunjungan II (4 hari – 28 hari) Asuhan yang diberikan antara
lain:
a. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal,
c. Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar
serta tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit,
e. Memberikan konseling pada ibu, mengenal asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi
sehari-hari.
3) Kunjungan III (29 hari – 42 hari) Asuhan yang diberikan antara
lain:
a. Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami ibu
selama masa nifas,
b. Memberikan konseling KB secara dini, imunisasi,
senam nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami
oleh ibu dan bayi (Kumalasari, 2015: 165).

2.4.8 Senam nifas


1. Pengertian
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu-ibu
setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali.
(Anggraini, 2015). Senam nifas adalah latihan jasmani yang
dilakukan oleh ibuibu setelah keadaan tubuhnya pulih. (widianti
& proverawati, 2015). Gerakan senam nifas dilakukan dari
gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit, sebaiknya
125

dilakukan secara bertahap dan terus menerus (continue),


(Dewi&Sunarsih, 2015).
2. Tujuan senam nifas
1) Mengurangi rasa sakit pada otot
2) Memperbaiki peredaran darah
3) Mengencangkan otot-otot perut dan perineum
4) Melancarkan pengeluaran lokia
5) Mempercepat involusi
6) Menghindari kelainan (misalnya emboli,thrombosis dan lain
lain)
7) Untuk mempercepat penyambuhan, mencegah komplikasi,
dan meningkatkan otot-otot punggung, pelvis, dan abdomen.
(Bahiyatun,2015).
8) Memperlancar ASI (Air Susu Ibu) dalam hal ini, membantu
fungsi payudara dan memulihkan ketegangan karena lelah
merawat bayi.
9) Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil.
(Maryunani& Sukaryati, 2016).
3. Manfaaat senam nifas
1) Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar
panggul maupun otot-otot sekitar vagina, di samping
melancarkan sirkulasi darah.
2) Kondisi umum ibu jadi lebih baik.
3) Rehabilitas atau pemulihan jadi bisa lebih cepat.
4) Menumbuhkan atau memperbaiki nafsu makan hingga
asupan makanannya bisa mencukupi kebutuhanya. Ibu tak
terlihat lesu ataupun emosional. (Sujiyanti, Nurjannah,
Kurniati, 2015).
5) Membuat jahitan lebih merapat. (Ambarwati & Wulandari,
2015)
126

4. Kontra indikasi
Senam nifas sebaiknya tidak dilakukan oleh ibu yang menderita
anemia atau yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan
paru-paru. (widianti & proverawati, 2015)
5. Kerugian tidak melekukan senam nifas
1) Infeksi karena infolusi uterus yang tidak baik sehingga sisa
darah tidak dapat dikeluarkan.
2) Perdarahan yang abnormal kontrasi uterus baik sehingga
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindari.
3) Trombosisi vena (sumbatan vena oleh bekuan darah).
4) Timbul varises.(Maryunani&Sukaryati, 2016)
6. Tahapan senam nifas
1) Latihan tahap pertama (24 jam setelah bersalin)
a. Latihan kegel (latihan perineal)
Latihan ini dapat dilakukan di mana saja, bahkan
saat ibu berbaring setelah melahirkan di kamar
pemulihan. Mulailah berlatih walaupun belum dapat
merasakan apapun di daerah perineal, laukan juga latihan
kegel saat berkemih, menyusui atau disetiap posisi
nyaman. Caranya lakukan gerakan seperti menahan
buang air kecil, tahan kontraksi 8-10 detik, lepaskan
ulangi beberapa kali.
b. Latihan pernafasan diafragma yang dalam.
Ambil posisi dasar berbaring terlentang, lutut
ditekuk dan saling terpisah dengan jarak 30 cm. Telapak
kaki menjejak lantai, kepala dan bahu didukung bantal.
Letakkan tangan di perut sehingga anda bisa
merasakannya terangkat saat menarik nafas perlahan
melalui hidung. Kencangkan otot-otot perut saat anda
menghembuskan nafas perlahan melalui mulut, lakukan
2-3 kali pernafasan dalam setiap latihan.
127

2) Latihan tahap kedua (tiga hari pasca persalinan)


Anda sudah bisa melakukan latihan lebih serius, tetapi
pastikan anda tidak mengalami kasus diastasis atau
pemisahan sepasang otot vertikal di dinding perut (disebut
otot recti abdominis).
a. Latihan mengangkat pinggul
Ambil posisi dasar, hirup nafas sementara anda
menekan pinggul kelantai, selanjutnya hembuskan nafas
dan lemaskan, sebagai permulaan ulangi 3-4 kali secara
bertahap latihan dapat ditambah hingga 12 kali, lalu 24
kali.
b. Latihan mengangkat kepala
Ambil posisi dasar, tarik nafas dalam-dalam, angkat
kepala sedikit sambil menghembuskan nafas, angkat
kepala sedikit setiap hari dan secara bertahap usahakan
mengangkat pundak.
c. Latihan meluncurkan kaki
Ambil posisi dasar, secara perlahan julurkan kedua
tungkai kaki hingga rata dengan lantai geserkan telapak
kaki kanan dengan tetap menjejak lantai kebelakang
kearah bokong, pertahankan pinggul tetap menekan lantai
geserkan tungkai kaki kembali kebawah, ulangi untuk
kaki kiri mulailah dengan 3-4 geseran setiap kaki, lalu
secara bertahap tambah sampai anda bisa melakukanya
12 kali atau lebih dengan nyaman.
3) Latihan tahap ketiga
Lakukan latihan setiap hari selama tiga bulan. Setelah
tubuh benar-benar kuat, lakukan latihan lanjutan yang
memerlukan energi lebih besar. (Dewi&Sunarsih,2016)
128

a. Latihan mengencangkan otot perut


Posisi datar letakkan tangan di perut, kencangkan
otot dan kendurkan lagi, gerakan harus kearah dalam,
dada tidak boleh ikut bergerak
b. Latihan untuk merapatkan otot perut
Posisi datar, tahan otot perut dengan tangan, angkat
kepala dan pundak dari bantal seolah anda hendak duduk,
ulangi lima kali
c. Latihan untuk mengencangkan atas panggul
Tekan pinggang kebawah, tarik otot perut kedalam
dan kencangkan, seolah- olah menahan buang air kecil
d. Latihan untuk merampingkan pinggang kembali
Letakkan tangan dipinggang dan tekan keras-keras
seolah-olah sedang mengencangkan ikat pinggang,
kendurkan dan ulangi lima kali
4) Latihan lanjutan
Berbaring terlentang ditempat tidur. Kencangkan otototot
perut. Kedua tangan dilipat di dada, angkat kepala dan
pundak perlahan-lahan selanjutnya angkat kaki lurus-lurus,
letakkan kembali perlahan-lahan pula. (Dewi & Sunarsih,
2016).
7. Jenis senam postpartum setelah bersalin normal. (Brayshaw,
2015)
1) Senam sirkulasi
Jenis senam ini harus dilakukan sesering mungkin setelah
persalinan, senam bertujuan mempertahankan dan
meningkatkan sirkulasi ibu pada masa paska persalinan,
senam dapat dilakukan beberapa kali setiap bangun tidur dan
harus dilanjutkan sampai ibu mampu mobilisasi total dan
tidak ada edema pergelangan kaki.
129

a. Senam kaki
Duduk atau berbaring dengan posisi lutut lurus,
tekuk lalu regangkan secara perlahan sedikitnya 12 kali,
putar kedua kaki seolah membentuk lingkaran sebesar
mungkin, pertahankan lutut tetap diam, ulangi 12 kali
pada setiap arah.
b. Senam Mengencangkan kaki
Duduk atau berbaring dengan kaki lurus, tarik kedua
kaki ke atas pada pergelangan kaki dan tekankan pada
bagian belakang lutut ketempat tidur tahan posisi ini
dalam hitungan 5, bernafas secara normal, ulangi
gerakan sebanyak 10 kali.
c. Nafas dalam
Dalam posisi apapun, tarik nafas dalam sebanyak 3
atau 4 kali (tidak boleh lebih) untuk memungkinkan
ventilasi penuh paru-paru.
2) Senam dasar panggul
Senam dasar panggul menguatkan otot-otot dasar panggul,
tujuanya untuk melatih dan menguatkan otot-otot serta
meningkatkan proses pemulihan.namun kontraksi dan
relaksasi otototot ini juga membantu meredakan
ketidaknyamanan pada perinium, rasa ini mungkin timbul
akibat persalinan, dan tujuan pemulihan dengan
meningkatkan sirkulasi lokal dan mengeluarkan edema.
Senam dasar panggul harus dimulai sesegera mungkin
setelah persalinan untuk mencegah hilangnya kendali
kortikal pada otot-otot karena nyeri perineum dan cemas
tentang kerusakan jahitan. Ibu yang baru saja menjalani
episiotomi setelah terlebih dahulu di beri anastesi epidural,
mungkin akan merasakan nyeri tiba-tiba yang amat sakit,
130

pada persalinan yang tidak terasa nyeri. Seluruh ibu harus


di motivasi untuk menggerakan otot dasar panggul dini.
a. Latihan dasar panggul
Kencangkan anus seperti menahan defekasi,
kerutkan uretra dan vagina juga seperti menahan
berkemih, kemudian lepaskan. Tahan dengan kuat sampai
10 detik, bernafas normal istirahan 3 detik dan ulangi
maksimal 10 kali.
b. Ulangi senam dengan mengencangkan dan
mengendurkan gerakan lebih cepat sampai 10 kali tanpa
menahan kontraksi. Jumlah penggulangan akan
bertambah secara bertahap bila ibu hanya menyanggupi
beberapa kali melakukan senam ini pada awalnya, namun
ibu tahu bahwa hal ini normal
3) Senam abdomen
Selama kehamilan korset abdomen mengalami peregangan
mencapai kira-kira dua kali lipat dari panjang semula pada
akhir minggu masa kehamilan. Memperkuat otot abdomen
dan mencapai fungsi yang sempurna korset otot alami.
Seluruh otot abdomen memerlukan latihan untuk mencapi
panjang dan kekuatan semula, namun otot yang terpenting
karena peranya dalam menjaga ke stabilan panggul ialah otot
transversus. Latihan transversus dapat dimulai kapanpun ibu
merasa mampu dan harus dilakukan sering sambil ibu
melakukan aktivitasnya bersama bayi
a. Senam transversus.
Berbaring dan kedua lutut ditekuk dan kaki datar
menapak di tempat tidur, letakkan kedua tangan di
abdomen bawah didepan paha, tarik nafas dan pada saat
akhir hembuskan nafas, kencangkan bagian bawah
abdomen di bawah umbilikus, dan tahan dalam hitungan
131

10 , lanjutkan dengan bernafas normal, dan ulangi 10


kali.
b. Senam dasar panggul dan transversus
Kerja otot dasar panggul dan tarnsversus akan akan
bertambah dengan menkombinasikan kedua latihan
tersebut, aktivitas bersama ini terutama bermanfaat
pada masa setelah persalinan khususnya bila otot dasar
panggul sulit dimulai caranya ibu dapat
mengontraksikan transversus terlebih dahulu lalu otot
dasar panggul atau sebaliknya.
c. Senam mengangkat panggul
Senam mengangkat panggul dapat dilakukan pada
awal setelah persalinan, dan khususnya bermanfaat
apabila ibu memiliki riwayat nyeri punggung.
Berbaring terlentang dan kedua lutut ditekuk dan kaki
di tapakkan ke lantai, kencangkan otot-otot abdomen,
kencangkan juga otot panggul dan tekan sedikit area
belakang ke lantai tahan posisi sampai hitungan
kelima lalu bernafas dengan irama normal kemudian
relaks seperti biasa ulangi gerakan ini 5 kali, tingkatkan
hingga mencapai hitungan 10 kali atau lebih pada
minggu-minggu selanjutnya. Latihan ini dapat di
lakukan dengan berbagai posisi misalnya posisi duduk
dan berdiri lebih nyaman di bandingkan berbaring
apabila ibu tinggal di rumah dan sibuk.
4) Senam stabilitas batang tubuh
Untuk memicu transversus demi menstabilkan panggul
sambil menggerakan tungkai bawah, senam berikut mulai
dapat dilakukan kira-kira 10 hari setelah persalinan normal
bila tidak ada masalah muskuloskeletal panggul. Dengan
posisi duduk dan kaki datar di atas lantai serta tangan diatas
132

abdomen bawah, tarik otot dasar panggul dan transversus


serta naikkan satu lutut sehingga kaki beberapa inci di atas
lantai, tahan selama lima detik dengan bagian panggul dan
tulang belakang tetap pada posisinya, ulangi gerakan
sebanyak lima kali untuk setiap kaki, secara bertahap
tingkatkan pengulangan, sehingga ibu mampu menahan
gerakan tersebut di atas, sampai 10 detik dan ulangi sebanyak
10 kali.
a. Senam stabilitas batang tubuh menaikkan lutut
Dengan berbaring miring, tekuk kedua lutut ke arah
atas-depan tarik otot transversus dan dasar otot
transversus dan dasar panggl serta angkat lutut atas,
dengan cara memutar paha ke arah luar, sementara
tumit tetap saling berdekatan, tahan selam lima detik,
pastikan bahwa posisi panggul atau tulang tidak turut
berotasi, ulangi lima kali untuk masing-masing kaki.
b. Abduksi paha dalam posisi miring
Dalam posisi berbaring miring dan lutut kaki yang
bawah ditekuk ke arah yang belakang, tarik abdomen
bagian bawah dan naikkan kaki yang atas ke arah atap
sejajar dengan tubuh, tahan gerakan ini selama 5 detik
namun tetap pastikan agar posisi punggung dan
panggul tidak berotasi, ulangi lima kali pada masing-
masing kaki, secara perlahan tingkatkan kemampuan
menahan gerakan tersebut sampai 10 detik dan ulangi
gerakan sebanyak 10 kali, beberapa minggu kemudian
tingkatkan untuk mengendalikan panggul dan tulang
belakang sambil mengangkat kaki ke arah atap dengan
paha di rotasi ke luar.
c. Memutar lutut ke arah luar sambil mempertahankan
tetap diam
133

Dengan posisi berbaring terlentang, tekuk kedua lutut


ke atas dan kaki datar diatas lantai. Letakkan tangan
diatas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan
biarkan lutut kanan sedikit ke arah luar dengan sedikit
mengendalikan untuk memastikan bahwa pevis tetap
pada posisinya dan punggung tetap datar, secara
perlahan kembalikan lutut pada posisi semula yakni
pada posisi tegak lurus, ulangi gerakan 5 kali pada
lutut yang lain, secara bertahap tingkatkan gerakan
pengulangan tersebut sampai sebanyak 10 kali, dan
beberapa minggu kemudian tingkatkan gerakan
pengendalian panggul dengan posisi lutut lebih rendah
lagi.
d. Mengencangkan satu kaki sambil mempertahankan
panggul punggung tetap diam. Dengan posisi
terlentang tekuk kedua lutut keatas dan kaki datar di
atas lantai. Letakkan tangan di atas abdomen depan
paha, tarik abdomen bawah dan secara perlahan
luruskan tumit salah satu kaki dengan tetap
mempertahankan punggung datar setinggi panggul,
hentikan bila panggul mulai bergerak, secara perlahan
kembalikan posisi lutut menekuk, ulangi gerakan 5
kali tiap kali secara bergantian. Secara bertahap
tingkatkan pengulangan hingga 10 kali, beberapa
minggu kemudian tingkatkan pengendalian panggul
untuk tujuan menguatkan kaki.
134

2.5 Retensio Urine Post Partum


2.5.1 Pengertian
Retensi urin adalah kesulitan miksi (berkemih) karena kegagalan
mengeluarkan urin dari vesika urinaria (Kapita Selekta Kedokteran,
2015).
Retensi urin adalah disfungsi pengosongan kandung kemih
termasuk untuk memulai buang air kecil, pancaran lemah, pelan atau
aliran terputusputus, perasaan tidak tuntas berkemih dan perlu usaha
keras atau dengan penekanan pada suprapubik untuk
mengosongkannya (Purnomo, 2015).
2.5.2 Jenis retensi urin post partum
a. Retensi urin overt (retensi urin akut post partum dengan gejala
klinis)
Merupakan retensi urin post partum yang tampak secara klinis,
terjadi ketidakmampuan berkemih secara spontan setelah proses
persalinan.
b. Retensi urin covert (retensi urin post partum tanpa gejala klinis)
Merupakan retensi urin post partum yang tidak terdeteksi oleh
pemeriksa setelah 6 jam post partum (AUCKLAND, 2016).
2.5.3 Penyebab retensi urin post partum
1. Trauma saat persalinan
Retensi urin terjadi akibat penekanan pada pleksus sakrum
yang menyebabkan terjadinya inhibisi impuls oleh bagian
terendah janin saat memasuki rongga panggul dan dapat
dipengaruhi pula oleh posisi oksipito posterior kepala janin.
Kandung kemih penuh tetapi tingkat timbul keinginan untuk
berkemih tidak ada. Hal ini disertai dengan distensi yang
menghambat saraf reseptor pada dinding kandung kemih .
Tekanan dari bagian terendah janin terjadi pada kandung kemih
dan uretra, terutama pada daerah pertemuan keduanya. Tekanan
135

ini mencegah keluarnya urin meskipun ada keinginan untuk


berkemih.
2. Refleks kejang (cramp) sfingter uretra
Hal ini terjadi apabila pasien post partum tersebut merasa
ketakutan akan timbul perih dan sakit jika urinnya mengenai luka
episiotomi sewaktu berkemih. Gangguan ini bersifat sementara.
3. Hipotonia selama masa kehamilan dan masa nifas
Tonus otot-otot (otot detrusor) detrusor vesika urinaria sejak
hamil dan post partum terjadi penurunan karena pengaruh
hormonal progesteron dan efek relaksan pada serabut-serabut otot
polos menyebabkan terjadinya dilatasi, pemanjangan dan
penekukan ureter. Penumpukan urin terjadi dalam ureter bagian
bawah dan penurunan tonus kandung kemih dapat menimbulkan
pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas dan meningkatkan
terjadinya infeksi salurah kemih.
Penggunaan anastesia regional, seperti anestesia epidural,
blok pudendal karena obat-obatan tersebut sering menimbulkan
paralisis temporer pada saraf-saraf yang mempersarafi kandung
kemih.
4. Posisi tidur telentang pada masa intrapartum Kebanyakan
penelitian dilakukan selama kehamilan tua dengan subjek dalam
posisi telentang dapat menimbulkan perubahan hemodinamik
sistemik yang menyolok, yang menimbulkan perubahan pada
beberapa aspek fungsi ginjal. Misalnya aliran urin dan eksresi
natrium sangat dipengaruhi oleh postur tubuh. Kecepatan eksresi
pada posisi telentang rata-rata kurang dari separuh dibandingkan
dengan posisi telentang.
2.5.4 Penanganan retensi urin post partum
Selama periode post partum awal, diuresis nyata akan terjadi pada
satu atau dua hari pertama setelah melahirkan. ibu post partum
diharapkan agar dapat segera berkemih 6-8 jam setelah persalinan,
136

namun pada kebanyakan wanita terjadi keterlambatan sensasi


berkemih, resiko ketidakmampuan berkemih baik parsial maupun
komplet yang dapat terjadi akibat trauma persalinan. Tindakan yang
paling sering dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan dalam
menangani masalah kemih ini adalah dengan penggunaan kateter,
yaitu suatu tindakan memasukkan selang lateks atau plastik mellaui
uretra ke dalam kandung kemih. Yang sebenarnya tindakan ini yang
menyebabkan resiko infeksi, sumbatan, dan trauma uretra dan
sebaiknya dilakukan penanganan lain dalam hal ini.
Dalam hal inilah pentingnya peran dan tanggung jawab bidan
melakukan pencatatan. Khususnya bila ibu mengalami kesulitan
berkemih (disuria). Dan perlunya tindakan non invasif sehingga
penggunaan kateter dapat diminimalisir sebagai upaya pencegahan
infeksi.
Ada tiga area utama yang harus diperhatikan bidan saat berupaya
meningkatkan urinasi normal:
a. Menstimulasi refleks urinasi
1) Posisi
Posisi tegak, condong ke depan dapat memfasilitasi
kontraksi otot panggul dan intra abdomen, mengejan,
kontraksi kandung kemih, dan kontrol sfingter. Hal ini sulit
dilakukan di tempat tidur, dianjurkan untuk menggunakan
pispot atau commode di samping tempat tidur atau untuk
pergi ke toilet.
2) Kurangi ansietas
Ansietas dapat menyebabkan urgensi dan frekuensi,
menyebabkan keluarnya sedikit urin dan pengosongan
kandung kemih yang tidak sempurna karena otot abdomen
dan perineum serta sfingter uretra eksternal tidak rileks.
Ansietas dapat terjadi akibat privasi yang kurang, rasa malu,
ketakutan untuk berkemih dan penggunaan pispot yang
137

dingin. Berada di dekat ibu saat ibu akan berkemih dapat


menghambat urinasi.
Bila ibu merasa tidak tenang, ia mungkin memerlukan
seseorang berada di dekatnya; kebutuhan ibu harus
dipenuhi. Penggunana toilet akan meningkatkan privasi.
Memberikan cukup waktu untuk rileks dan berkemih juga
merupakan hal yang penting. Menggunakan cukup waktu
untuk rileks dan berkemih juga merupakan hal yang
penting. Mengguyurkan air hangat ke daerah perineum juga
dapat membantu relaksasi.
3) Gunakan stimulus sensorik
a) Posisi
Dengan menggunakan kekuatan sugesti,
digunakannya bunyi air mengalir. Bila ibu merasa malu
dengan bunyi yang terjadi ketika berkemih, terutama
bila ada orang lain di dekatnya, maka suara air yang
mengalir dapat menyamarkan bunyi tersebut. Usapan di
bagian dalam paha, menyelupkan tangan ibu ke air
hangat atau memberikan banyak minum akan
menstimulasi saraf sensorik yang akhirnya akan
menstimulasi refleks urinasi.
b) Kurangi kekuatan terhadap nyeri
Nyeri atau ketakutan terhadap nyeri, sering
menimbulkan efek inhibisi urinasi. Hal ini biasanya
terjadi setelah perslianan dengan trauma perineum.
Urin yang pekat dapat meningkatkan nyeri, dianjurkan
untuk memberikan asupan cairan tambahan. Strategi
untuk mengurangi nyeri aktual harus dilakukan,
misalnya dengan memberikan analgesia.
c) Anjurkan pengosongan kandung kemih secara teratur
Hal ini penting terutama pada kondisi tidak adanya
keinginan berkemih (akibat penggunaan kateter
138

menetap yang terlalu lama, kerusakan persarafan,


setelah pembedahan, penggunaan obat-obatan dan
sebagainya).
d) Stimulasi tonus otot
Lemahnya otot-otot dasar panggul, misalnya setelah
persalinan per vaginam, pemasangan kateter menetap
atau konstipasi yang terlalu lama dapat mempengaruhi
urinasi. melakukan latihan otot dasar panggul secara
teratur agar volume otot meningkat. Hal ini
meningkatkan tekanan maksimal penutupan uretra,
meningkatkan kontraksi refleks yang lebih kuat yang
diikuti dengan peningkatan tekanan maksimal
penutupan uretra, meningkatkan kontraksi refleks yang
lebih kuat yang diikuti dengan peningkatan tekanan
intra abdomen.
e) Cegah konstipasi berat yang dapat menghambat
pengeluaran urin
b. Mempertahankan pola eliminasi
Memberikan dukungan kepada ibu untuk mengadapatsi posisi
dan rutinitas (termasuk di dalamnya kebiasaan, seperti
membaca) yang ia gunakan untuk membantu urinasi.
c. Mempertahankan asupan cairan yang adekuat Untuk dapat
berfungsi normal, ginjal memerlukan 2000-2500 ml per hari,
meskipun 1200-1500 ml saja sudah memadai dan bidan harus
mendorong asupan cairan secara teratur(AUCKLAND, 2016).

2.6 Keluarga Berencana


139

2.6.1 Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga berencana adalah salah satu metode untuk
mengendalikan jumlah penduduk (Meihartati, 2017: 1). Keluarga
berencana (family planning/ planned parenthood) merupakan suatu
usaha menjarangkan atau merencanankan jumlah dan jarak
kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Winarsih, 2015: 8).
Pengertian keluarga berencana tercantum dalam UU No. 10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian peran serta
masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. WHO mendefinisikan KB
sebagai pola hidup/ cara berfikir yang ditetapkan secara sukarela,
berdasarkan pengetahuan, sikap dan keputusan serta tanggung jawab
dari individu pasangan tersebut, untuk mempromosikan kesehatan dan
kesejahtraan kelompok dan dengan demikian berkontribusi secara
aktif terhadap masalah sosial dan pembangunan sebuah negara (Saba,
2016: 25).
Keluarga Berencana dilaksanakan dengan berbagai macam
metode kontrasepsi diantaranya metode kontrasepsi sederhana seperti:
kondom, diafragma, pantang berkala, dan coitus interuptus. Metode
kontrasepsi efektif hormonal seperti: pil, susuk, dan suntikan. Metode
kontrasepsi mekanis seperti: AKDR/IUD. Serta metode kontrasepsi
mantap seperti Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi
Pria (MOP), hal ini sesuai dengan kebutuhan dan indikasi pasien yang
ingin memilihnya (Winarsih, 2015: 1)
Kontrasepsi metode hormonal telah tersedia dalam sejumlah
bentuk yaitu: pil (kombinasi dan hanya berisi progestin), kontrasepsi
darurat, suntikan, implan, cincin dalam vagina, kontrasepsi
transdermal dan IUD hormonal (Winarsih, 2015: 1-2).
140

Keluarga Berencana dianggap sebagai salah satu faktor penting


untuk menyelesaikan masalah kesehatan dan kehidupan sosial dengan
mengoperasionalkan “pembatasan dan strategi merawat anak” yang
tentunya sangat bergantung pada ketersediaan dan aksebilitas metode
kontrasepsi modern seperti pil, kondom, injeksi IUD, sterilisasi dan
lain-lain., di pusat kesehatan terdekat.
2.6.2 Alat Kontrasepsi Pascasalin
Kb pascasalin merupakan suatu program yang dimaksudkan
untuk mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan agar dapat mengatur
kehamuilan melalui penggunaan alat/ obat kontrasepsi setelah
melahirkan. Kontrasepsi pascasalin dioptimalkan dalam waktu 42 hari
pascapersalinan/ masa nifas. Jenis kontrasepsi ng digunakan sama
seperti prioritas pemilihan kontrasepsi pada masa interval, dengan
prinsip utama penggunaan yaitu tidak mengganggu proses laktasi (R.I,
Kemenkes, 2015: 176).
Beberapa metode kontrasepsi dapat digunakan oleh ibu pascasalin
diantaranya:
a. Pada ibu menyusui, kontrasepsi yang tidak mengandung
hormonal merupakan pilihan utama.
1) Segera setelah plasenta lahir kontrasepsi yang dapat
digunakan yaitu: MAL, IUD, MOW
2) Sebelum 2 x 24 jam pascapersalinan yaitu: MOW
3) Setelah 6 minggu pascapersalinan yaitu: IUD, MOW,
kontrasepsi progestin (pil, suntik, implan)
4) Setelah 3 bulan (masa nifas), yaitu: IUD, MOW, kontrasepsi
progestin (pil, suntik, implan)
5) Setelah 6 bulan, semua jenis kontrasepsi baik hormonal
maupun non hormonal sesuai dengan pilihan dan kondisi ibu.
b. Yang diberikan pada ibu pascasalin yang tidak menyusui sama
dengan ibu yang menyusui terkecuali MAL. Pil kombinasi
141

esterogen-progesteron dapat diberikan lebih awal tetapi tidak


diberikan sebelum minggu ke-3 pascapersalinan. Implan dan
suntikkan kb 3 bulan (DMPA) diberikan segera setelah
melahirkan.

2.6.3 Macam – Macam Alat Kontrasepsi


1. Metode Kontrasepsi Sederhana (Tanpa Alat)
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
1) Pengertian
Metode Amenorea Laktasi (MAL) disebut juga
metode kontrasepsi alami dengan mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk menekan
ovulasi. Bila dilakukan secara benar, resiko kehamilan
kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 6 bulan setelah
persalinan. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
untuk dapat menggunakan kontrasepsi ini yaitu:
a) Ibu belum mengalami haid lagi setelah pasca
persalinan
b) Bayi disusui secara ekslusif dan sering, sepanjang
siang dan malam.
c) Bayi berusia kurang dari 6 bulan (WHO. 2016).
2) Kontraindikasi
Beberapa kontraindikasi dari metode MAL yaitu:
a) Wanita pascasalin yang sudah mendapat haid,
b) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif,
c) Wanita bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari
6 jam
d) Wanita yang menggunakan obat-obatan sejenis
ergotamine, antimetabolisme, cyclosporine, obat
radioaktif, antikoagulan, bromocriptine, dan obat
penenang lainya.
142

3) Keuntungan
Keuntungan menggunakan kontrasepsi ini
diantaranya:
a) Selain biaya murah, mendorong pola menyusui
yang benar sehingga membawa manfaat kesehatan
bagi ibu dan bayi.
b) Tidak memerlukan pengawasan medik, ataupun
obat/alat,
c) Tidak mengganggu senggama
d) Tidak ada efek amping yang sistemik,
e) Sebagai sumber gizi utama dalam tumbuh
kembang bayi, bayi dapat mendapat kekebalan
aktif pasif melalui ASI,
f) Mengurangi perdarahan pada ibu,
g) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayinya.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar efektivitas MAL optimal:
a. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir
penuh (bayi hanya sesekali diberi 1-2 teguk
air/minuman pada upacara adat/agama)
b. Perdarahan sebelum 56 hari pascasalin dapat
diabaikan (belum dianggap haid)
c. Bayi menghisap payudara secara langsung
d. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu
jam setelah bayi lahir
e. Kolostrum diberikan kepada bayi
f. Pola menyusui on demand (menyusui setiap
saat bayi membutuhkan) dan dari kedua
payudara
g. Sering menyusui selama 24 jam termasuk
malam hari
143

h. Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam.


2. Metode Kontrasepsi Sederhana (Dengan Alat)
a. Kondom
1) Pengertian
Kondom adalah alat kontrasepsi berbentuk selubung
karet yang dapat terbuat dari bahan seperti: lateks (karet),
plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani) yang
dapat di pasang pada penis saat berhubungan seksual.
Kontrasepsi kondom bekerja dengan menghalangi
terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
Efektivitasnya bila digunakan dengan benar, resiko
kehamilan adalah 2 diantara 100 ibu dalam 1 tahun.
2) Kelebihan/ Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi ini diantaranya:
a) Dapat mencegah penularan penyakit menular
seksual dan konsekuensinya, seperti: kanker serviks.
b) Tidak ada efek samping hormonal dan mudah
didapat
c) dapat digunakan sebagai metode sementara atau
cadangan (backup) sebelum menggunakan metode
lain. Kekuranagan dari metode ini yaitu keberhasilan
sangat dipengaruhi cara penggunaanya, sehingga
harus disiapkan sebaik mungkin sebelum
berhubungan seksual. Selain itu dampak lain yang
ditimbulkan dari pemakaian kondom yaitu dapat
memicu reaksi alergi pada orang-orang dengan
alergi lateks.
144

3) Kekurangan
Kekurangan metode kontrasepsi ini diantaranya:
a) Penggunaan setiap kali dipasang sebelum
berhubungan seksual,
b) Perlu adanya komitmen yang kuat dari pasangan
c) Kesulitan ereksi kadang terjadi pada sebagian pria,
d) Sedikit mengganggu hubungan seksual/ kurang
memuaskan,
e) Pada sebagian perempuan yang menggunakan
kondom wanita, terjadi ketidakcocokan/ alergi bahan
kondom sehingga dapat memicu iritasi bahkan
infeksi.
4) Indikasi pemakaian
a) Baik digunakan wanita paska melahirkan,
b) Jika pasangan ingin menggunakan metode
kontrasepsi yang reveisible.
c) Bagus digunakan selama masa latihan pemakaianan
alat kontrasepsi topi/ lainnya.
b. Diafragma
1) Pengertian
Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat
dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina
sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks
sehingga sperma tidak dapat mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi) dapat juga
digunakan sebagai spermisida.
2) Kelebihan/ Keuntungan
Memiliki keuntungan dan kelebihan yang sama
dengan kontrasepsi metode kondom, seperti:
a) Tidak mengganggu produksi ASI,
145

b) Tidak mengganggu hubungan seksual karena sudah


terpasang 6 jam sebelum berhubungan seksual,
c) Dapat mencegah penularan penyakit IMS seperti
HIV/AIDS,
d) Menampung darah menstruasi, jika digunakan saat
haid.
3) Kekurangan
Kekurangan metode ini diantaranya:
a) Efektivitasnya bila dugunakan dengan benar bersama
spermisida, resiko kehamilan adalah 6 – 16 diantara
100 ibu dalam 1 tahun.
b) Perlu adanya motivasi kuat dan berkesinambungan
dengan menggunakannya setiap berhubungan seksual,
c) Memerlukan pemeriksaan dalam untuk menentukan
ukuran yang tepat, dan keberhasilan tergantung
dengan cara pemakaian,
d) Dapat menimbulkan efek samping seperti iritasi
vagina dan penis, serta lesi di vagina. Risiko
kesehatan lain seperti infeksi saluran kemih, vaginosis
bakterial, kandidiasis, hingga sindroma syok toksik.
c. Spermisida
1) Pengertian
Menurut Nuraini (2015), spermisida adalah alat
kontrasepsi berbahan kimia (non oksinol-9), digunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas
dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal, suppositoria,
dan krim. Mekanisme kerjanya yaitu dapat menyebabkan
sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan
sperma, dan menurunkan kemampuan pembuhan sel telur.
2) Kelebihan kontrasepsi
a) Efektif seketika (bahan dari busa/ aerosol),
146

b) Tidak mengganggu produksi ASI,


c) Efektifitas lebih dirasakan apabila pemakaian dengan
metode kontrasepsi lain seperti kondom/ diafragma,
d) Tidak mengganggu kesehatan, dan tidak pengaruh
sistemik dan mudah digunakan
3) Kekurangan
a) Efektivitas kurang 18-29 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama),
b) Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan,
c) pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan
memakai setiap melakukan hubungan seksual,
d) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah
aplikasi sebelum melakukan hubungan sekual ( tablet
busa vagina, suppositoria dan film,
e) Tidak mencegah penyebaran penyakit menular seksual
seperti HIV/AIDS.
4) Kontraindikasi
a) Wanita dengan riwayat infeksi saluran kemih,
b) Wanita dengan riwayat alergi dengan alat kontrasepsi
spermisida,
c) Diafragma dapat terlepas jika tidak terlalu tetekan oleh
busa aerosol

3. Metode Kontrasepsi Hormonal


a. Kontrasepsi suntik Progestin (Depot Medroksi Progesteron
Asetat/ DMPA)
1) Pengertian kontrasepsi progestrin
Kontrasepsi progestin adalah kontrasepsi suntikan
yang berisi hormon progesteron saja dan tidak
mengandung hormon esterogen. Dosis yang diberikan
147

150 mg/ml depot medroksiprogesteron asetat yang


disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu.
Memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan
per100 perempuan dalam satu tahun pemakaian.
kegagalan yang terjadi pada penggunaan kontrasepsi ini
umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor
untuk datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau
teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar
intragluteal (Susilawati, Endang: 2015)
2) Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut
Hartanto (2015) :
a. Primer : Mencegah ovulasi Kadar Folikel
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
hormone (LH) menurun serta tidak terjadi lonjakan
LH. Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi
dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang
tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama
endometrium bisa menjadi semakin sedikit
sehingga hampir tidak didapatkan jaringan bila
dilakukan biopsi, tetapi perubahan tersebut akan
kembali normal dalam waktu 90 hari setelah
suntikan DMPA berakhir.
b. Sekunder:
(1) Lendir servik menjadi kental dan sedikit
sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa.
(2) Membuat endometrium menjadi kurang baik
untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.
(3) Mempengaruhi kecepatan transportasi ovum
didalam tuba falopi.
148

3) Waktu Penggunaan Kontrasepsi


Waktu yang disarankan untuk menggunakan kontrasepsi
ini menurut Saifuddin (2003), yaitu :
a) Setiap saat selama siklus haid, asalkan ibu tidak
mengalami hamil,
b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
c) Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan
tidak teratur, injeksi dapat diberikan setiap saat,
asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah
penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual,
d) Bagi ibu yang telah menggunakan kontrasepsi
hormonal lain secara benar dan tidak hamil
kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi
DMPA, suntikan pertama dapat segera diberikan
tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya,
e) Bagi ibu yang menggunakan kontrasepsi non
hormonal dan ingin mengganti dengan kontrasepsi
hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan,
asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya. Bila ibu disuntik setelah
hari ke-7 haid, selama 7 hari penyuntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
4) Kelebihan Kontrasepsi
Kelebihan penggunaan suntik DMPA :
a) Sangat efektif penggunaannya,
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang,
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri,
d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah.
149

e) Tidak mempengaruhi ASI,


f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
g) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari
35 tahun sampai perimenopause
h) Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik,
i) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara,
j) Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
k) Sedikit efek samping yang ditimbulkan.
Beberapa efeksamping yang ditimbulkan yaitu:
a) Mengalami gangguan haid seperti amenore,
spooting, menorarghia, metrorarghia,
b) Penambahan berat badan,
c) Memicu mual, mata berkunang-kunang,
terkadang sakit kepala,
d) Penurunan libido,
e) Vagina menjadi kering karena adanya
pengentalan mukus serviks oleh hormon
progestin (Sulistiawati, Endang, 2015).
5) Keterbatasan Kontrasepsi
Keterbatasan penggunaan suntik DMPA:
a) Sering ditemukan ganguan haid,
b) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan
setelah penghentian pemakaian,
c) Klien sangat bergantung pada tempat sarana
pelayanan kesehatan,
d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering
e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan
infeksi menular seksual, hepatitis B serta virus HIV.
150

f) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi


perubahan lipid serum
6) Indikasi
Indikasi pada pengguna suntik DMPA:
a) Wanita usia reproduktif,
b) Wanita yang telah memiliki anak,
c) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka
panjang dan memiliki efektifitas tinggi,
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang
sesuai,
e) Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui,
f) Wanita dengan riwayat abortus dan keguguran,
g) Wanita yang memiliki banyak anak tetapi belum
menghendaki tubektomi, dengan masalah gangguan
pembekuan darah (Sulistiawati, Endang, 2015)
7) Kontraindikasi
Kontraindikasi pemakaian, yaitu :
a) Wanita hamil atau dicurigai hamil,
b) Wanita dengan perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya,
c) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya
gangguan haid.
d) Wanita yang pernah menderita kanker payudara atau
ada riwayat kanker payudara,
e) Wanita penderita diabetes mellitus disertai
komplikasi (Sulistiawati, Endang, 2015).

b. Pil Mini (Pil Progestin)


1) Pengertian
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung
hormon progesteron dalam dosis rendah. Pil mini atau pil
151

progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin


yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet . Beberapa jenis
pil mini yang disarankan yaitu:
a) Pil dalam kemasan dengan isi 28 pil yang
mengandung 75 mikro gram desogestrel.
b) Pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung
300 mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram
noretindron
c) Contoh mini pil antara lain: Micrinor, NOR-QD,
noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron.
Ada juga microval, noregeston, microl
mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
2) Cara Kerja
Cara kerja kontrasepsi pil progestin yaitu: Mini pil
dapat menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid
seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi
lebih awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan
lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma,
mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu. Efektivitas bagus bila digunakan dengan
benar, risiko kehamilan 1 diantara 100 ibu dalam 1
tahun.
3) Kelebihan
Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai
beberapa kelebihan diantaranya:
a) Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan
konsisten,
b) Tidak mempengaruhi ASI, karena tidak
mengandung estrogen.
c) Nyaman dan mudah digunakan, sehingga hubungan
seksual tidak terganggu,
152

d) Kesuburan cepat kembali,


e) Dapat dihentikan setiap saat.
f) Mengurangi jumlah darah haid, kejadian anemia,
menurunkan pembekuan darah.
g) Mengurangi nyeri haid.
h) Mencegah kanker endometrium, melindungi dari
penyakit radang panggul, penderita endometriosis,
kencing manis yang belum mengalami komplikasi
dapat menggunakan.
i) Tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah,
nyeri kepala dan depresi.
j) Mengurangi gejala pre menstrual sindrom
4) Efek samping yang ditimbulkan sedikit, seperti:
a) Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting,
amenorea dan haid tidak teratur).
b) Peningkatan/penurunan berat badan.
c) Payudara tegang.
d) Mual.
e) Pusing.
f) Perubahan mood.
g) Dermatitis atau jerawat.
5) Kerugian:
a) Memerlukan biaya. Dan harus selalu tersedia,
b) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga
berkurang.
c) Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat
tuberkulosis atau epilepsi akan mengakibatkan
efektifitas menjadi rendah. Mini pil harus diminum
setiap hari dan pada waktu yang sama. Angka
kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar
153

dan
konsisten.
d) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual
termasuk HBV dan HIV/AIDS.
e) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista
ovarium bagi wanita yang pernah mengalami
kehamilan ektopik.
6) Indikasi:
a) Wanita usia reproduksi,
b) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang
belum mempunyai anak
c) Wanita pasca persalinan dan tidak menyusui.
d) Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama
masa menyusui, pasca keguguran.
e) Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau
dengan masalah pembekuan darah.
7) Kontraindikasi Kriteria yang tidak boleh menggunakan
kontrasepsi pil progestin atau mini pil antara lain:
Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui
penyebabnya.
1) Wanita yang diduga hamil atau hamil,
2) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
3) Riwayat kehamilan ektopik.
4) Riwayat kanker payudara atau penderita kanker
payudara,
5) Wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil,
6) Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai,
paru atau mata),
7) Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak
maupun ganas.
8) Wanita dengan miom uterus
154

9) Serta riwayat stroke.

c. Implan/ AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)


1) Pengertian
Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan
pada bagian subdermal, yang hanya mengandung
progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan
reversibel untuk wanita. Implan terdiri dari 6 skala
kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan silastik,
masing – masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel
dalam format kristal dengan masa kerja lima tahun
(Kumalasari, intan, 2015: 278).
2) Mekanisme kerja
Implan bekerja dengan cara mengentalkan lendir
serviks, mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi, pergerakan sperma
terhambat karena lendir serviks yang mengental, dan
menekan ovulasi. Waktu pemasangan implan yang
optimal yaitu:
a) Selama haid (7 hari sampai siklus haid),
b) Pascapersalinan antara 3-4 minggu, bila tidak
menyusukan bayinya,
c) Ibu yang sedang menyusukan bayinya secara
eksklusif (> 6 minggu pascapersalinan dan sebelum
enam bulan pascapersalinan),
d) Pascakeguguran (segera atau dalam 7 hari pertama)
(Kumalasari, Intan, 2015: 279-280).
3) Jenis – Jenis Implan
Beberapa jenis implan yang dipakai menurut
Kumalasari (2015), yaitu:
155

a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 mm, yang
isinya 36 mg levonorgestel dengan lama kerjanya 5
tahun.
b) Imlpanon
Terdiri dari 1 batang putih telur yang berisi
progestin yang dimasukkan kedalam inserter steril
dan sekali pakai (disposable), panjangnya 40 mm
berdiameter 2 mm yang isinya inti Ethylene Vinyl
Acetate (EVA) mengandung 68 mg 3-keto-
desogestrel, dengan lama kerja sampai 3 tahun.
c) Jadena & Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang berisi 75 mg
levonogestrel dengan lama kerja 3 tahun.
d) Uniplant
Terdiri dari satu batang putih silastik dengan
panjang 4 cm, mengandung 38 mg nomegestrol
asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 mg
perhari dengan lama kerja 1 tahun.
e) Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradabel (yang
melepaskan hormon bersama zat-zat pengangkut
didalam jaringan tubuh). Berdiameter 0,24 cm yang
terdiri atas 2,5 cm mengandung 16 mg
levonorgestrel ukuran panjang, dan kapsul panjang
ukuran 4 cm mengandung 26 mg levonorgestrel.
Lama kerja antara 12 – 18 bulan.
4) Keuntungan/ kelebihan
a) Mempunyai daya guna tinggi dengan efektivitas
penggunaan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.
156

b) Perlindungan jangka panjang hingga mencapai 5


tahun
c) Mengembalika kesuburan lebih cepat.
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam karena
implan dimasukkan lewat bagian subdermal (lengan
atas).
e) Tidak mengandung hormon esterogen, implan
mengandung progestin dosis rendah.
f) Tidak mengganggu kegiatan senggama,
g) Tidak mengganggu produksi ASI.
h) Dapat dicabut setiap saat.
i) Mengurangi jumlah darah menstruasi. Terjadi
penurunan dalam jumlah rata-rata darah menstruasi
yang keluar, sehingga metode ini juga dapat
memperbaiki anemia pada wanita (Kumalasari,
Intan: 280-281).
5) Kerugian/ kekurangan
Beberapa kekurangan dari kontrasepsi implan yaitu:
a) Dapat menimbulkan efek samping nyeri kepala,
peningkatan berat badan, timbulnya jerawat,
perubahan perasaan (mood), dan gelisah
b) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk
insersi dan pencabutan, sehingga klien tidak dapat
memberhentikan sendiri pemakaiannya.
c) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi
menular seksual seperti HIV/AIDS.
d) Efektivitas menurun bila penggunaan obat-obat
tuberkulosis atau epilepsi (Kumalasari, Intan: 282-
283).
157

6) Indikasi
Kriteria yang dapat menggunakan implan yaitu:
a) Wanita usia produuktif,
b) Wanita yang menghendaki kontasepsi jangka
panjang,
c) Wanita dalam masa menyusui,
d) Wanita pascakeguguran (abortus),
e) Wanita yang tidak menginginkan anak lagi, tetapi
tidak ingin menggunakan kontrasepsi mantap
(MOW),
f) Wanita dengan kontaindikasi hormon esterogen,
g) Serta wanita yang sering lupa minum jika
menggunakan kontrasepsi pil.
7) Kontraindikasi
Kriteria yang tidak dapat menggunakan implan yaitu:
a) Wanita hamil/ di duga hamil,
b) Wanita yang pernah mengalami perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya,
c) Wanita yang menderita kanker payudara.
d) Wanita yang tidak dapat menerima perubahan pola
menstruasinya,
e) Wanita dengan riwayat diabetes melitus, penyakit
jantung dan mengalami varises (Kumalasari, Intan,
2015: 280-282).
d. IUD / AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
1) Pengertian
Menurut Hidayati (2009), AKDR/ IUD adalah alat
kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian
rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, masa aktif dan fungsi
kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai
usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan
158

menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus. AKDR/


IUD atau spiral merupakan benda kecil yang terbuat dari
plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan kedalam rahim
melalui vagina serta mempunyai benang (Kumalasari,
Intan, 2015: 302).
2) Mekanisme kerja
IUD bekerja dengan menimbulkan reaksi radang di
endometrium, disertai peningkatan produksi
prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini
ditingkatkan dengan pengaruh enzim-enzim
diendometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan
estrogen yang menghambat transportasi sperma
(Kumalasari, Intan, 2015: 304). Efektivitas antara 0,6-0,8
kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama.
3) Jenis – Jenis IUD
Beberapa jenis IUD yang dipakai diantaranya:
a) AKDR/ IUD Nonhormonal
1) Menurut bentuknya, dibagi menjadi:
a) Bentuk terbuka (open device). Contohnya
Lippes Loop, Cu-7, Cu-T, Spring Coil dan
lain-lain,
b) Bentuk tertutup (closed device). Contohnya
Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
2) Menurut tambahan obat/ metal, dibagi menjadi:
a) Medicated IUD. Contohnya Cu-T 200, Cu-T
300, Cu-T 800 dan lain-lain, dengan jangka
masa berlaku 3-8 tahun.
b) Unmedicated IUD. Contohnya Lippes Loop,
Marguiles, Antigon, dan lain-lain. IUD jenis
159

ini ditanamkan didalam uterus untuk


selamalamanya
b) AKDR/ IUD Hormonal
1) Progestasert – T = Alza T. Panjang 36 mm,
lebar 32 mm, memiliki 2 lembar benang ekor
warna hitam, mengandung 38 mg progesteron
dan barium sulfat, dengan daya kerja 18 bulan.
2) LNG 20 Mengandung 46-60 mg levonolgestrel,
dengan efektivitas angka kegagalan / kehamilan
terendah yaitu <0,5 per 100 wanita pertahun
(Kumalasari, intan, 2015: 303).
4) Keuntungan/ kelebihan
a) Dapat bekerja efektif segera setelah pemasangan,
b) Sebagai metode kontrasepsi jangka panjang,
c) Meningkatkan kenyamanan seksual, sehingga tidak
mengganggu hubungan seksual,
d) Dapat dipasang segera setelah melahirkan /
pascaabortus (jika tidak ada infeksi),
e) Tidak mempengaruhi kualitas ASI,
f) Dapat membantu mencegah kehamilan ektopik,
g) AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan
pemulihan kesuburan berlangsung cepat (angka
konsepsi 78-88% setelah 12 bulan dan 92-97%
pada tiga tahun setelah pengeluaran).
5) Kerugian/ kekurangan
a) Efek samping yang umum terjadi seperti:
1) Perubahan siklus haid,
2) Haid lebih lama dan banyak,
3) Perdarahan (spotting) antar mentruasi
4) Saat haid lebih sakit (dismenore).
160

b) Komplikasi yang terjadi seperti:


1) Dapat menimbulkan sakit hingga kejang tiga
sampai lima hari setelah pemasangan,
2) Perdarahan hebat waktu haid, hingga dapat
memicu penyebab anemia,
3) Perforasi dinding uterus (jarang terjadi jika di
pasangkan dengan benar)
c) Tidak protektif mencegah IMS termasuk
HIV/AIDS.
d) Tidak baik digunakan pada wanita yang suka
berganti pasangan, jika dipasangkan dapat memicu
berbagai penyakit salah satunya penyakit radang
panggul pada wanita dengan IMS, yang memicu
terjadi infertilisasi.
e) Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelviks
diperlukan dalam pemasangannya. Menimbulkan
sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi dan
menghilang selama 1-2 hari setelah pemasangan
(Kumalasari, Intan, 2015: 305).
6) Indikasi
Yang dapat menggunakan IUD menurut Handayani
(2010), yaitu:
a) Wanita usia reproduksi,
b) Wanita keadaan nulipara,
c) Wanita yang ingin menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang,
d) Perempuan menyusui dan ingin memakai
kontrasepsi,
e) Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui
bayinya,
f) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi,
161

g) Perempuan dengan resiko rendah IMS,


h) Wanita yang tidak menyukai/ lupa minum pil,
i) Serta tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari
senggama (Kumalasari, Intan, 2015: 306).
7) Kontraindikasi
a) Wanita yang hamil/ dicurigai hamil,
b) Wanita yang alergi terhadap tembaga,
c) Wanita dengan riwayat penyakit IMS,
d) Wanita dengan perdarahan abnormal yang belum
didiagnosa. Rongga uterus mengalami distorsi
hebat sehingga pemasangan/ penempatan sulit
dilakukan,
e) Mempunyai riwayat penyakit trofoblas ganas, dan
riwayat penyakit TBC.

e. Metode Kontrasepsi Mantap


Tubektomi (MOW)
1) Pengertian
Tubektomi (MOW/ Metode Operasi Wanita) adalah
metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi
seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara
mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum. Adapun syarat-syarat menjadi akseptor
(pengguna) tubektomi adalah berikut:
a) Sukarela terhadap keputusan menggunakan
kontrasepsi,
b) Mendapatkan keterangan dari dokter atau petugas
pelayanan kontrasepsi,
c) Pasangannya harus memberikan persetujuan secara
tertulis.
162

2) Waktu penggunaan
a) Idealnya dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan,
b) Dapat dilakukan segera setelah persalinan/ setelah
operasi caesar,
c) Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah
persalinan, dapat ditunda 4-6 minggu.
3) Cara kerja
a) Sebelum operasi, dokter akan memeriksa kesehatan
lebih dahulu, untuk memastikan cocok atau tidak,
b) Operasi dilakukan oleh dokter,
c) Saluran telur yang membawa sel telur dalam rahim
akan dipotong atau diikat. Setelah operasi syang
dihasilkan akan diserap kembali oleh tubuh tanpa
menimbulkan penyakit,
d) Perawatan tubektomi hanya 6 jam setelah operasi
untuk menunggu reaksi anti bius saja.
e) Luka yang diakibatkan sebaiknya tidak kena air
selama 3-4 hari.
f) Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter, setelah 1
minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun
setelah operasi dilakukan.
4) Kelebihan
a) Tidak mengganggu ASI.
b) ada keluhan samping
c) Angka kegagalan hampir tidak ada, efektivitas
mencapai 99,5 %.
d) Tidak mengganggu gairah seksual, dan tidak ada
perubahan fungsi seksual lainnya.
163

5) Kekurangan
Operasi dilakukan oleh dokter terlatih, perlu
pertimbangan matang, mengingat kesuburan tidak dapat
dipulihkan kembali, karena sifatnya permanen.

2.7 Manajemen Asuhan Kebidanan Varney


1. Mengumpulkan data
Pada langakah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mrngevaluasi keadaan
klien secara lengkap, yaitu :
a. Riwayat Kesehatan
b. Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lenghkap, bila klien mengalami
komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsiltasi
2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan indetifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
suadah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosis yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman
wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai
diagnosa. Sebagai contoh yaituwanita pada trimester ketiga merasa takut
terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda
lagi. Perasaann takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
164

diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang


membutuhkan pengkajian lebih lanjut untuk mengurangi rasa sakit.
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di
identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipati, bila memungkinkan
dilakukan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiao-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-
benar terjadi.
4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan
dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa
ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera
setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindkan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya
bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolabporasi dengan dokter.
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnnya. Langkah ini merupakan
165

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah


diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap maslah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah
diberikan penyuluhan,konseling, dan apakah merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau
masalah psikologis. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asusmsi tentang
apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien
6. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan
tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7. Evaluasi
Pada langkah ini evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang bener efektif dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedangkan
sebagian belum efektif (andinitakalsum,2018).
166

2.8 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN


2019 TENTANG KEBIDANAN
Pasal 58 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 sampai dengan Pasal 57 diatur dengan
Peraturan Menteri.
Paragraf 5 Keadaan Gawat Darurat
Pasal 59
1) Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian pertolongan pertama,
Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sesuai
dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa Klien.
3) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa Klien.
4) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5) Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat 141 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
167

2.9 SPO RSUD R.syamsudin SH


2.10.1 Terminasi Kehamilan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS

RSUD R SYAMSUDIN SH KOTA SUKABUMI

JAWA BARAT

2019

TINDAKAN TERMINASI KEHAMILAN

1. Pengertian Kegiatan yang dilakukan untuk mengeluarkan buah


(Definisi) kehamilan baik janin dalam keadaan hidup atau mati

2. Prosedur  Beritahu ibu dan keluarga tentang pemeriksaan dan


tindakan yang akan dilakukan (informed concent).
 Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
 Pakai APD
 Pengakhiran kehamilan sampai usia kehamilan 12
minggu
o Keadaan umum, tanda tanda vital, hb >10 gram
o Apabila terdapat tanda tanda infeksi kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian antibiotik
o Lakukan persiapan tindakan kuret sesuai
dengan persiapan dan asistensi tindakan kuret
 Pengakhiran kehamilan dari usia >12 minggu
sampai dengan usia 20 minggu
o Berikan misoprostol 200 mcg intravaginal
dapat diulangi satu kali 6 jam sesudah
pemberian pertama
o Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
o Kombinasi pemasangan batang laminaria
dengan misoprostol atau pemberian tetes
168

oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5%


mulai 20 tpm sampai maksimal 60 tpm
 Pengakhiran kehamilan > 20 – 28 minggu
o Berikan misoprostol 100 mcg intravaginal
dapat diulangi satu kali 6 jam sesudah
pemberian pertama
o Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
o Pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc
dextrose 5% mulai 20 tpm sampai maksimal 60
tpm
o Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup ataupun
mati
o Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati
 Pengakhiran kehamilan > 28 minggu
o Berikan misoprostol 50 mcg intravaginal dapat
diulangi satu kali 6 jam sesudah pemberian
pertama
o Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum
induksi untuk pematangan serviks
o Pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc
dextrose 5% mulai 20 tpm sampai maksimal 60
tpm
o Kombinasi ketiga cara diatas.
 Nilai keberhasilan tindakan pengakhiran kehamilan
 Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
 Dokumentasikan hasil pemeriksaan pada status
rekam medis dan asuhan kebidanan
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE PADA NY. M G2P1A0


USIA KEHAMILAN 41 MINGGU DENGAN HIPERTENSI
GESTATIONAL
Tanggal Pengkajian : 30 Juli 2019
Tempat Pengkajian : Ruang IGD OBGYN
Waktu Pengkajian : 11.30 WIB
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
Anamnesa
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. D
Umur : 30 Tahun Umur : 33 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekejaan : Buruh
Alamat : Kp. Perbawati
2. Keluhan Utama
Ibu datang dengan rujukan dari poli kebidanan RSUD.R.Syamsudin.S.H
dengan keterangan diagnosa hipertensi. Ibu tidak merasakan adanya
mulas, gerakan janin masih dirasakan dan belum keluar air air.

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Lamanya : 5 hari
Siklus Haid : 28 hari

169
170

Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut / hari


Pembekuan : Tidak ada
Disminorhoe : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Umur ibu saat menikah : 24 tahun
Umur suami saat menikah : 27 tahun
Lamanya pernikahan : 6 tahun
Frekuensi menikah : 1 kali
5. Riwayat kehamilan saat ini
HPHT : 15-10-2018
TP : 22-07-2019
Gerakan janin : Aktif
Frekuensi gerakan : > 10 x / hari
Pemeriksaan ANC : 9 kali
Pengobatan yang dilakukan : Tidak ada
Status Imunisasi : TT1
TT1 : 28-02-2019
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Usia Komplikasi Anak Nifas
Tanggal Jenis Tempat
No kehami Penolong BB
Partus Persalinan persalinan Ibu Bayi JK PB ASI Penyulit
lan (gr)
1 2014 9 bulan spontan bpm t.a.k t.a.k bidan P 3.800 49 t.a.k
2 Hamil ini

7. Riwayat Ginekologi
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit ginekologi seperti penyakit kelamin
dan tumor.
8. Riwayat Penyakit
Ibu tidak pernah memiliki penyakit berat dan menular seperti jantung,
hipertensi, diabetes mellitus, malaria,ginjal, asma dan hepatitis.
171

9. Riwayat Keluarga
Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes
melitus, asma, dan Lain-lain
10. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB : implan kemudian pil
Lamanya : implan : 3 tahun, pil : 2 tahun
Keluhan : tidak ada
Rencana KB selanjutnya : Suntik
11. Riwayat social,ekonomi dan psikologi
Kehamilan ini direncanakan dan diinginkan, suami dan keluarga
mendukung kehamilan ini. Tidak ada permasalahan sosial.

12. Pola kehidupan sehari-hari


a. Makan dan Minum
1) Makan
Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi 3 x/hari Frekuensi 3 x/hari
Menu Nasi, lauk Menu Nasi, lauk
pauk, sayuran pauk, sayuran
dan kacang- dan kacang-
kacangan kacangan
(tempe,tahu) (tempe,tahu)
Pantangan Tidak ada Pantangan Tidak ada
Keluhan Tidak Ada Keluhan Tidak ada
2) Minum
Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi 4-5 gelas/hari Frekuensi 5
gelas/har
i
Jenis Air putih Jenis Air putih
Keluhan Tidak Ada Keluhan Tidak
ada

b. Pola Eliminasi
1) BAK
172

Sebelum hamil Selama hamil


Frekuensi 5x/hari Frekuensi 6x/hari
Warna Kuning jernih Warna Kuning
jernih
Bau Khas Bau Khas
Keluhan Tidak ada Keluhan Tidak ada
2) BAB
Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi 1x/hari Frekuensi 1x/hari
Warna Coklat Warna Coklat
Kehitaman
Konsistensi Lembek Konsistensi Lembek
Keluhan Tidak ada Keluhan Tidak ada
3) Pola Istirahat
Sebelum hamil Selama hamil
Tidur malam 7-8 jam/hari Tidur malam 8 jam/hari
Tidur siang Tidak pernah Tidur siang Tidak pernah
Keluhan Tidak ada Keluhan Tidak ada
4) Pola personal hygiene
Sebelum hamil Selama hamil
Mandi 2x/hari Frek mandi 2x/hari
Keramas 3x/minggu Frek keramas 3x/minggu
Sikat gigi 2x/hari Frek sikat gigi 2x/hari
Ganti baju 2x/hari Frek ganti baju 3x/hari

13. Riwayat Penggunaan Obat-obatan dan bahan lain


Ibu tidak merokok, tidak minum jamu-jamuan, tidak minum minuman
beralkohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
2. TTV
TD : 140/90 MmHg
Nadi : 97 x/Menit
Respirasi : 20 x/Menit
Suhu : 36,8 0C
173

3. Anthropometri
TB : 148 cm
BB sebelum hamil : 70 kg
BB selama hamil : 88 kg
Kenaikan BB : 18 kg
IMT :
LILA : 34 cm
4. BB 88 88 40.20 (sangat
IMT = = =
TB2(m) 1482cm 2,19m gemuk)
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : simetris, tidak ada benjolan/nyeri tekan
b. Rambut : hitam, kulit kepala bersih, tidak mudah rontok
c. Muka : tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum,tidak
ada oedem.
d. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
fungsi penglihatan normal
e. Hidung : lubang simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada
sekret, fungsi penciuman baik
f. Telinga : simetris, tidak ada serumen, bersih, tidak ada
benjolan
g. Mulut : simetris, tidak sianosis, tidak ada stomatitis, tidak
adacaries gigi, tidak ada pembengkakan gusi
h. Leher : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
peningkatan vena jugularis, fungsi menelan baik
i. Dada
Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka operasi di payudara,
puting susu menonjol
Palpasi : tidak ada benjolan/nyeri tekan, kolostrum sudah
keluar, tidak ada retraksi dinding dada
Auskultasi : Bunyi jantung regular, bunyi paru vesikuler
174

j. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut memanjang, pembesaran sesuai usia
kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, ada linea
nigra, striae tidak ada.
Palpasi : TFU (Mc Donald): 32 cm
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)
Leopold II : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri ibu
(PUKI) dan teraba bagian bagian kecil di sebelah
kanan ibu (Ekstremitas).
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting, tidak bisa
digoyangkan
Leopold IV : sudah masuk PAP (divergent)
TBBA/TBJ : TFU – 11 (sudah masuk PAP) x 155
: 32 – 11 x 155 = 3.100 gram
Penurunan kepala : 4/5
Auskultasi : DJJ :143 x/menit Reguler
k. Ekstremitas Atas
CRT : < 2 detik
Edema : Tidak ada
Ekstremitas Bawah
CRT : < 2 detik
Edema : Ada
Varises : Tidak ada
Refleks Patella : Ada (+/+)

l. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan


m. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : 11, 6 gr/dl (30-07-2019)
b. Urine protein : negatif
175

III. ANALISA
G2P1A0 gravida 41 minggu dengan hipertensi gestational

IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan informed concent pada ibu untuk melakukan pemeriksaan
dan persetujuan tindakan yang akan dilakukan, ibu bersedia.
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik, tindakan
sudah dilakukan.
3. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan
dan kondisinya saat ini, Ibu mengetahui dan mengerti mengenai hasil
pemeriksaan dan kondisinya saat ini
4. Menanyakan kepada ibu apa ada keluhan yang dirasakan saat ini, Ibu
mengatakan tidak ada keluhan.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter dengan hasil :
 Pemberian obat antihipertensi
- Dopamet 3 x 500mg
 Terminasi kehamilan :
- Misoprostol 50mcg
- Pemberian tetes oksitosin 10 IU 20-60 tpm dalam 500 cc
dextrose 5%
6. Melakukan informed concent kembali pada ibu dan keluarga untuk
melakukan tindakan terminasi kehamilan. Ibu bersedia dan
menandatangani informed concent
7. Menjalankan advice dokter yaitu
 Pemberian obat antihipertensi, dopamet 3 x 500 mg
 Melakukan terminasi kehamilan dengan pemberian misoprostol 50
mcg intravaginal dan pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam dextrose
5 % 20-60 tpm
8. Memberitahukan kepada ibu untuk istirahat yang cukup, Ibu mengerti dan
akan melakukannya.
176

9. Memberitahukan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan


hidrasinya.
10. Memberitahukan kepada ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB agar
kebutuhan eliminasinya terpenuhi.
11. Memberitahukan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada masa
kehamilan dan ibu harus segera memberitahu petugas kesehatan apabila
ibu mengalami salah satu tanda bahaya tersebut, Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
12. Memberitahukan kepada ibu mengenai tanda-tanda persalinan seperti
kontraksi yang semakin sering dan kuat, ada keluaran lendir bercampur
darah ataupun ada keluaran air-air dari jalan lahir dan ibu harus segera
memberitahu petugas kesehatan apabila ibu mengalami salah satu tanda
persalinan tersebut, Ibu mengerti dan akan melakukannya.
13. Memberikan motivasi dan dukungan emosional pada agar tetap tenang
dan berdoa, ibu mengerti dan akan melakukannya.
14. Memberitahukan kepada ibu untuk mempersiapkan peralatan persalinan,
Ibu mengerti dan sudah dipersiapkan.
15. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan menggunakan
metode varney dengan SOAP.

3.1 ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY. M G2P1A0 41 MINGGU


PARTURIENT ATERM KALA I FASE LATEN DENGAN HIPERTENSI
GESTATIONAL

Tanggal/Pukul Masuk : Rabu, 31 juli 2019 / 06.30 WIB


Tanggal/Pukul Pengkajian : Rabu, 31 juli 2019 / 06.30 WIB
Tempat : Di RSUD R Syamsudin SH
Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
177

1. Keluhan yang di rasakan


Ibu mengeluh mulas sejak setengah jam yang lalu, belum keluar air air
gerakan janin masih di rasakan
2. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Siklus Haid : 28 Hari, teratur
Lama nya : 7 Hari
Banyak nya : 3-4 kali ganti pembalut dalam sehari
Keluhan : Tidak ada
HPHT : 15-10-2018
TP : 22-07-2019

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu


Usia Komplikasi Anak Nifas
Tanggal Jenis Tempat
No kehami Penolong BB
Partus Persalinan persalinan Ibu Bayi JK PB ASI Penyulit
lan (gr)
1 2014 9 bulan spontan Bpm t.a.k t.a.k bidan P 3.800 49 t.a.k
2 Hamil ini

4. Riwayat kehamilan sekarang


HPHT : 15-10-2018
TP : 22-07-2019
Gerakan janin : Aktif
Frekuensi gerakan : > 10 x / hari
Pemeriksaan ANC : 10 kali
Pengobatan yang dilakukan : Tidak ada
Status Imunisasi : TT1
TT1 : 28-02-2019
Obat yang di konsumsi selama hamil : tablet (Fe) sebanyak: ±90
5. Riwayat Penyakit
Ibu tidak pernah memiliki penyakit berat dan menular seperti jantung,
hipertensi, diabetes mellitus, malaria,ginjal, asma dan hepatitis.
178

6. Riwayat Keluarga
Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes melitus, asma, dan Lain-lain
7. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB : implan kemudian pil
Lamanya : implan : 3 tahun, pil : 2 tahun
Keluhan : tidak ada
Rencana KB selanjutnya : Suntik
8. Riwayat social,ekonomi dan psikologi
Kehamilan ini direncanakan dan diinginkan, suami dan keluarga
mendukung kehamilan ini. Tidak ada permasalahan sosial.
9. Status perkawinan
a. Kawin 1 kali
b. Lama nikah 6 tahun, usia menikah ibu 24 tahun, Suami: 27 tahun
c. Kehamilan ini direncanakan
d. Perasaan ibu dan keluarga tehadap kehamilan dan persalinan: senang
dan mendukung
e. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami

10. Pola Kebiasaan sehari – hari


Pola kebiasaan Sebelum Hamil Selama Hamil

Makan dan minum

a. MakanMenu Nasi, lauk pauk, Nasi, lauk pauk, sayur,


sayur, kadang buah – kadang buah – buahan
buahan

Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari

Porsi 1 piring / sedang 1 piring / sedang

Pantangan Tidak Ada Tidak Ada


179

b. Minuman jenis Air Putih Air Putih

Banyaknya + 8 gelas sehari + 8 gelas sehari

Pola Eliminasi

a. Buang air kecil:


Frekuensi 5 – 6 kali sehari 6 – 7 kali sehari

Warna Kuning jernih Kuning jernih

Bau Khas amoniak Khas amoniak

Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Buang air besar:


Frekuensi 1 kali sehari 1 kali sehari

Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

Bau Khas Khas

Konsistensi Lembek Lembek

Pola tidur dan istirahat

Lamanya + 8 jam + 8 jam


21.00 – 05.00 21.00 – 05.00

Gangguan dan kesulitan Tidak ada Tidak ada

Tidur siang / istirahat + 1 jam + 1 jam


12.30 – 13.30/ 12.30 – 13.30/
Kadang – kadang Kadang – kadang

Personal Hygiene

Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari

Sikat gigi 2 kali sehari 2 kali sehari

Keramas 1 kali sehari 3 kali sehari

Ganti pakaian 2 kali sehari 2 kali sehari

Aktivitas sehari-hari Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga


180

11. Kebiasaan yang merugikan kehamilan


Ibu tidak pernah Merokok, Minum-minuman keras, minum Obat
terlarang dan jamu.

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum: baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : stabil
b. Tanda-tanda Vital :
1) Tekanan Darah : 140/80 mmHg
2) Nadi : 84x/menit
3) Respirasi : 22x/menit
4) Suhu : 36,00C
c. Antropometri
1) Tinggi Badan : 148 cm
2) Lingkar lengan : 31 cm
3) BB sekarang : 88 kg
4) BB sebelum hamil : 70 kg
5) IMT
BB 88 88 40.20 (sangat
IMT = = =
TB2(m) 1482cm 2,19m gemuk)

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut terlihat bersih, Tidak ada benjolan, warna
rambut hitam, tidak rontok dan tidak ada ketombe.
Muka : Bentuk muka bulat, Tidak ada cloasma Gravidarum,
tidak oedema.
181

Mata : Kelopak mata tidak ada pembengkakan, Konjungtiva


tidak pucat,tidak anemis, Seklera tidak ikterik, reflek
pupil kanan/kiri (+/+).
Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip.
Mulut dan gigi : Lidah bersih, gusi tidak berdarah, gigi tidak berlubang,
tidak ada karies,tidak ada stomatitis,tidak ginggivitis.
Telinga : Bentuk simetris,tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe
dan tidak ada pembesaran vena jugularis,

Dada : a. Payudara
 Inspeksi
Bentuk : Normal
Pembesaran : Normal
Putting Susu : Menonjol tampak hitam
(hyperpigmentasi)
 Palpasi
Pengeluaran ASI : Tidak
Benjolan/ Tumor: Tidak ada
Rasa Nyeri : Tidak ada
b. Paru-paru: auskultasi bunyi bersih tidak ada
wheezing/rhonci.
c. Bunyi jantung regular
Abdomen : a. Insfeksi: Bentuk perut memanjang, pembesaran
sesuai usia kehamilan, tidak ada bekas luka operasi,
linea nigra tidak ada, striae gravidarum ada.
b. Palpasi menurut leopold:
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak dan tidak melenting
(bokong)
182

Leopold II : Teraba bagian keras memanjang seperti papan di


sebelah kiri (puki), teraba bagian kecil disebelah
kanan
Leopold III : Bagian terendah teraba bulat dan keras (kepala), dan
sudah tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Divergent
Perlimaan : 4/5
TFU : 32 cm
DJJ : Punctum maksimum 2 jari bawah pusat sebelah kiri
perut ibu.
Frekuensi : 142 x/menit, reguler
Taksiran berat janin (TBJ) : (TFU-11) x 155 = (32 -11) x 155 = 3.255
gram
HIS : 2x dalam 10 menit lamanya 20 detik
Ekstremitas
Atas : Terpasang infus RL dengan oxytocin 5 IU 20-60 tpm
tangan di kanan, bentuk simetris, tidak oedema jari-
jari tangan, kuku tidak pucat.
Bawah : Bentuk simetris, Oedema negatif, Varises negatif,
Reflek patella positif
Genetalia : Tidak ada bekas jahitan perineum,tidak oedema
dan tidak ada varises, ada pengeluaran pervaginam
berupa lendir darah

3. Pemeriksaan Dalam:
a. Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
b. Portio : Tebal, lunak
c. Pembukaan : 3 Cm
183

d. Ketuban : selaput ketuban utuh


e. Persentasi : kepala
f. Denominator : Ubun-ubun kecil kiri depan
g. Molase : tidak ada
h. Penurunan kepala : Hodge 2
4. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin : 11,6 gr%
Urine protein : negatif

III. ANALISA
G2P1A0 Parturient aterm 41 minggu kala 1 fase laten dengan hipertensi
gestational
Masalah potensial :
 Gawat janin
 Preeklamsi

IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan Informed Consent, bahwa ibu akan dilakukan tindakan
pertolongan persalinan sesuai keadaan ibu telah disetujui oleh suami dan
keluarga Ibu. Telah disetujui oleh suami dan keluarga Ibu
2. Memberikan penjelasan kepada Ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan bahwa ibu sudah masuk pada proses persalinan. Ibu dan
keluarga mengetahuinya dan terlihat senang
3. Ibu sudah diberikan terapi obat sesuai dengan advice dokter
 Anti hipertensi
o Dopamet 500 mg
 Cairan iv : RL dan 5 IU oxytocin 20-60 tpm
4. Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara mengatur nafas dan menarik
nafas dari hidung mengeluarkan dari mulut bila terasa mules dan
Memasangkan O2 pada ibu. Ibu mampu melakukannya dengan baik dan
merasa nyaman
184

5. Memberikan konseling kepada keluarga kemungkinan yang terjadi pada


persalinan yaitu preeklamsi pada ibu dan gawat janin. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang di berikan.
6. Menganjurkan Ibu untuk memilih posisi persalinannya senyaman
mungkin. ada posisi setengah duduk, berdiri, jongkok, merangkak dan
miring dan menganjurkan pada ibu untuk miring kiri agar penurunan
kepala cepat dan sirkulasi janin lancar.Ibu memilih posisi persalinan
miring kiri sebelum pembukaan lengkap.
7. Menganjurkan pada Ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
hidrasinya pada saat tidak ada his.
8. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan eliminasinya
9. Menyiapkan partus set serta perlengkapan Ibu. Perlengkapan sudah siap
10. Mempersilahkan keluarga untuk menemani Ibu memberikan dukungan
mental.Ibu memilih suami dan ibunya untuk menemaninya.
11. Memantau DJJ, His, Nadi dan kemajuan persalinan
12. Mengobservasi kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan kesejahteraan
janin. Kemajuan persalinan baik, ibu termotivasi oleh suami.
185

CATATAN PERKEMBANGAN INTRANATAL CARE


PADA NY.M G2P1A0 KALA 1 FASE AKTIF

Tanggal/jam Pengkajian : 31 juli 2019 / 09.07 WIB


Tempat Pengkajian : RSUD R Syamsudin SH
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati
NIM : 029B.A17.031
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa keluar air air dan mulesnya semakin sering serta
semakin kuat
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 MmHg
Denyut Nadi : 89 x / menit
Pernafasan : 21 x / menit
Suhu : 36,30C
3. Pemeriksaan Abdomen
DJJ : 142 x / menit (Reguler)
HIS : 3x 10’40”
Penurunan Kepala : 3/5
4. Inspeksi vagina : pengeluaran lendir darah
5. Pemeriksaan Dalam
Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tipis kaku
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : ketuban pecah spontan, berwarna jernih
Presentasi : Kepala
Denominator : Ubun-ubun kecil kiri depan
186

Molase :0
Penurunan kepala : Hodge II
Bagian menumbung : tidak ada
III. ANALISA
G2P1A0 Parturient aterm 41 Minggu Kala I Fase Aktif dengan hipertensi
gestational
Masalah potensial :
 Gawat janin
 Preeklamsi
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
bahwa keadaan ibu dan janin baik, ibu memasuki proses persalinan
dengan pembukaan 6 cm.
Ibu dan keluarga sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil
pemeriksaan.
2. Memberikan dukungan emosional pada ibu dan menganjurkan untuk
melakukan teknik relaksasi serta terus berdo’a.
Ibu tampak tenang dan semangat dalam mengjalani proses persalinan.
3. Memberitahu dan mengajarkan kepada ibu tentang cara mengurangi rasa
nyeri dalam persalinan dengan memijat/mengusap pingggangnya,
Ibu terlihat tenang dan merasa nyaman.
4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya
Ibu mengerti dan ibu meminum teh manis ± 200 cc.
5. Menganjurkan Ibu untuk tidak menahan BAK/BAB.
Ibu mengerti dan bersedia untuk tidak menahan BAK/BAB.
6. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri dan menahan untuk tidak
mengedan sampai pembukaan lengkap.
Ibu mau mengikuti apa yang dianjurkan oleh bidan.
7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.Pendokumentasian dilakukan.
187

CATATAN PERKEMBANGAN INTRANATAL CARE


PADA NY.M G2P1A0 KALA II DENGAN HIPERTENSI
GESTATIONAL

Tanggal/jam Pengkajian : 31 juli 2019/10.15 WIB


Tempat Pengkajian : RSUD R Syamsudin SH
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati
NIM : 029B.A17.031

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan kuat serta ibu terasa ingin BAB

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 150/80 MmHg
Denyut Nadi : 80 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 36,00C
3. Pemeriksaan Abdomen
DJJ : 141 x / menit (Reguler)
HIS : 3x 10’45”
Penurunan Kepala : 1/5
4. Inspeksi vagina : lendir darah
5. Pemeriksaan Dalam
Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm (lengkap)
Ketuban : pecah spontan pukul 09.07 WIB, berwarna
188

jernih
Presentasi : Kepala
Denominator : Ubun-ubun kecil kiri depan
Molase :0
Penurunan kepala : Hodge III+
Bagian menumbung : tidak ada

III. ANALISA
G2P1A0 Parturient Aterm 41 Minggu Kala II dengan hipertensi gestational
Masalah Potensial :
 Gawat janin
 Preeklamsi

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan
ibu dan janin baik, ibu memasuki proses persalinan dengan pembukaan
lengkap.
Ibu dan keluarga sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil
pemeriksaan.
2. Melakukan informed consent kepada keluarga untuk menyetujui tindakan
yang akan di lakukan yaitu pertolongan persalinan
Informed consent sudah di tandatangani.
3. Memberikan dukungan emosional kepada ibu agar tetap tenang dan
selalu berdoa dalam menjalani proses persalinan.
Ibu tampak tenang dan semangat dalam mengjalani persalinan.
4. Melakukan tindakan APN 60 langkah diantaranya :
1) Mengenali adanya tanda dan gejala kala II.
Terdapat gejala dan tanda kala II yaitu :
- Ibu mengatakan ada dorongan kuat untuk meneran
- Ibu mengatakan ada tekanan pada anus dan vagina
- Perineum tampak menonjol
189

- Vulva dan spingter ani tampak membuka


2) Memastikan kelengkapan peralatan untuk proses pertolongan
persalinan, alat-alat seperti partus set, hecting set, alat resusitasi
serta obat-obatan essensial. dan Mendekatkannya. Peralatan sudah
didekatkan dan siap untuk dipakai
3) Menyiapkan diri dan memakai APD yaitu celemek, memakai
pelindung kepala, masker dan sepatu boat. APD telah di pakai.
4) Mencuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun di air
mengalir dan mengeringkan kedua tangan dengan handuk bersih.
Mencuci tangan 6 langkah sudah dilakukan.
5) Memakai sarung tangan DTT. Sarung tangan telah dipakai.
6) Menyiapkan Oxytocin 10 IU dan memasukannya kedalam tabung
suntik/spuit 3 cc dan memasukannya kedalam partus set.
Oxytcin telah siap dan telah dimasaukkan kedalam partus set.
7) Memberitahu ibu posisi-posisi melahirkan seperti setengah duduk,
jongkok, merangkak, miring kiri, dan membantu ibu untuk memilih
posisi persalinan yang aman dan nyaman.
Ibu memilih posisi melahirkan setengah duduk/semi fowler.
8) Memberi dukungan psikologis kepada ibu dengan mengusap
pinggangnya serta memberikan minum diantara his. Ibu mulai
tampak tenang menjalani proses persalinannya. Ibu tampak tenang
dan semangat.
9) Mengajarkan ibu cara meneran yang efektif yaitu meneran saat ada
mules dengan mendorong ke arah perut seperti hendak BAB, posisi
kedua tangan menahan lipatan paha serta dagu ditempel ke dada
dan mata melihat ke arah perut. Ibu mengerti dan dapat melakukan
anjuran dengan baik.
10) Mendekatkan partus set. Partus set sudah didekatkan.
11) Memimpin ibu untuk mengedan dengan baik. Ibu dapat mengedan
dengan baik.
190

12) Memberikan pujian pada ibu saat mengedan dengan baik. Ibu
nampak senang saat dipuji.
13) Menganjurkan ibu untuk relaksasi diantara his dan menganjurkan
ibu untuk minum. Ibu minum teh manis ± 100 cc.
14) Kepala bayi sudah tampak di vulva dengan diameter 5- 6 cm,
kemudian menggelar kain di atas perut ibu (2 helai kain) dan di
bawah bokong ibu yang di lipat 1/3. Kain telah digelar dibawah
bookong ibu dan diatas perut ibu.
15) Menolong persalinan secara APN, tangan kanan melindungi
perineum dengan dilapisi kain bersih dan kering untuk mencegah
terjadinya robekan di perineum, serta tangan kiri diposisikan di
pubis ibu untuk mencegah terjadinya defleksi maksimal kepala
bayi. dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
Lahirlah kepala bayi berturut-turut mulai dari kepala, dahi, mata,
hidung, mulut, dagu dan leher.
16) Mengecek lilitan tali pusat.
17) Terdapat lilitan tali pusat longgar di leher bayi. Melonggarkan tali
pusat sudah dilakukan.
18) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar. Kepala
melakukan putaran paksi luar dan membantu melahirkan bahu
dengan posisi tangan biparietal, lahirlah bahu depan disusul bahu
belakang. Kedua bahu bayi telah lahir.
19) Melanjutkan kelahiran badan bayi dengan teknik sanggah susur.
Lahirlah lengan, badan, dan kaki bayi secara berurutan, bayi lahir
spontan pukul 10.30 WIB menangis spontan jenis kelamin
perempuan
20) Melakukan penilaian selintas.
Bayi segera menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot bayi
baik.
191

21) Mengeringkan tubuh bayi kecuali tangan dari verniks. sudah


dilakukan.
22) Memeriksa ada atau tidaknya janin kedua. Tidak ada janin kedua
23) Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik.
24) Melakukan suntik oksitosin 10 IU secara IM 1 menit setelah
kelahiran bayi
25) Melakukan penjepitan tali pusat dengan umbilikal klem setelah 2
menit pasca persalinan, sekitar ± 2-3 cm dari pusar bayi, serta
mengurut tali pusat ke arah distal (ibu) dan menjepit kembali tali
pusat sekitar ±2-3 cm dari klem pertama. Penjepitan tali pusat
sudah dilakukan.
26) Menggunting tali pusat di antara kedua klem dengan melindungi
perut bayi. Tali pusat telah di potong.
27) Memposisikan bayi untuk melakukan IMD, bayi diletakkan
tengkurap di dada ibu minta ibu untuk mendekap bayinya, serta
memakaikan topi dan menyelimutinya dengan kain hangat bersama
dengan ibu.
Prosedur sudah dilakukan, bayi sudah diletakkan di atas perut ibu
untuk melakukan inisiasi menyusu dini. IMD sedang dilakukan
192

CATATAN PERKEMBANGAN
INPARTU KALA III

Tanggal/jam Pengkajian : 31 Juli 2019/11.31 WIB


Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati
NIM : 029B.A17.031

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh masih merasa sedikit mules dan lemas.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Kontraksi : Baik
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Kandung Kemih : Kosong
6. Vulva : Tampak tali pusat
7. Adanya tanda pelepasan plasenta :
 Terdapat semburan darah dari jalan lahir
 Tali pusat memanjang
 Kontraksi uterus globuler

III. ANALISA
G2P1A0 Partus maturus spontan kala III

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu bahwa plasenta belum lahir dan akan segera
dilahirkan. Ibu mengerti
2. Meminta ibu agar tidak meneran namun tetap melakukan teknik relaksasi.
3. Melakukan manajemen aktif kala III :
193

a. memberitahu ibu bahwa akan di suntik oxytosin 10 IU secara IM di


1/3 paha atas bagian distal lateral satu menit setelah bayi lahir,
Oksitosin 10 IU telah diinjeksikan dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir.
b. Melakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT) yaitu
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva, setelah ada kontraksi, tangan kiri melakukan penekanan ke arah
dorsokranial, serta tangan kanan meregangkan tali pusat, tali pusat
memajang, plasenta tampak divulva, kemudian melahirkan plasenta
dengan memutar plasenta searah jarum jam secara perlahan,
Prosedur PTT telah dilakukan plasenta lahir spontan pukul 10.42
WIB.
c. Melakukan masase uterus sebanyak 15 kali selama 15 detik dengan
gerakan melingkar pada fundus uteri dan menilai perdarahan pada
jalan lahir.
4. Memeriksa kelengkapan plasenta.
Plasenta lahir lengkap, selaput utuh, kotiledon lengkap.
194

CATATAN PERKEMBANGAN
INPARTU KALA IV

Tanggal/jam Pengkajian : 31 Juli 2019/10.43 WIB


Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya namun ibu mengeluh masih merasa
mulas dan sedikit lemas.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : stabil
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/70 mmHg
Denyut nadi : 84x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,6oC
3. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih, fungsi
penglihatan normal.
b. Palpasi Abdomen : TFU sepusat, kontraksi keras.
c. Inspeksi genitalian : laserasi ada (di mukosa vagina dan otot perineum)
Perdarahan 150 cc.
d. Kandung kemih : Kosong

III. ANALISA
P2A0 partus maturus spontan kala IV
195

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu plasenta telah lahir namun terdapat robekan jalan
lahir, perdarahan tidak aktif.
2. Melakukan informed concent untuk melakukan penjahitan.
3. Melakukan penjahitan tanpa anastesi mulai dari mukosa vagina sampai
otot perineum.
4. Melakukan massase uterus untuk memastikan tidak ada perdarahan aktif,
Tindakan sudah dilakukan dan tidak ada perdarahan aktif.
5. Mengajarkan ibu cara melakukan massase fundus uteri dengfan baik.
6. Membersihkan ibu dan daerah sekitar ibu dengan menggunakan air DTT
dan memasukkan pakaian kotor ibu ke dalam plastik yang telah di
sediakan sebelumnya serta memasangkan pembalut yang sebelumnya
sudah disiapkan, Tindakan sudah dilakukan.
7. Membersihkan tempat tidur dengan menggunakan larutan klorin 0.5 %,
Tindakan sudah dilakukan.
8. Memastikan kenyamanan ibu :
a. Mengganti pakaian ibu dengan pakaian yang kering dan bersih,
Pakaian telah diganti dan ibu terlihat nyaman.
b. Menganjurkan kepada ibu untuk makan dan minum, Ibu mau makan
dan minum.
9. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan mobilisasi dini seperti
miring kanan atau miring kiri atau ibu belajar untuk BAK di kamar mandi,
Ibu mengatakan akan mencoba melakukannya..
10. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas yang
mungkin terjadi seperti perdarahan yang banyak, kontraksi uterus lembek,
sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, ibu lemas, suhu tubuh di atas
38 0C atau kurang dari 36,5 0C, dan menganjurkan ibu untuk segera
memanggil petugas kesehatan jika ibu mengalami tanda bahaya tersebut,
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
11. Membereskan alat-alat bekas pakai dan merendamnya pada larutan klorin
0,5% yang sudah disediakan selama 10 menit, serta membuang sampah
196

medis ke tempat sampah yang sudah disediakan atau ke dalam safety box
dan mencuci tangan 6 langkah, Semua alat-alat bekas pakai telah
didekontaminasikan, mencuci, dan melakukan DTT selama 20 menit.
12. Memantau tanda-tanda vital ibu yaitu tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi,
kandung kemih dan pendarahan setiap 15 menit sekali pada jam pertama
pasca persalinan dan 30 menit sekali pada jam ke 2 pasca persalinan,
Pemantauan dilakukan dan terlampir di partograf.
13. Melengkapi partograf dan melakukan pendokumentasian, Partograf telah
dilengkapi dan pendokumentasian telah dilakukan dalam bentuk SOAP.

Sukabumi 31 Juli 2019

Pembimbing Lahan

( )
197

3.2 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. M USIA 1 JAM


Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa , 31 Juli 2019
Waktu Pengkjian : 11.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Bayi
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas/Biodata
a. Identitas Bayi
Nama bayi : By.Ny. M
Tanggal Lahir : 31 Juli 2019
Jam lahir : 10.30 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
2. Riwayat Kelahiran
a. Jenis Kelahiran : Spontan
b. Penolong Kelahiran : Bidan
c. Keadaan saat bayi lahir
 Apakah bayi cukup bulan? : Iya
 Apakah bayi menangis spontan? : iya
 Apakah tonus otot kuat? : iya
 Apakah ketuban tidak bercampur mekonium? : tidak
3. Riwayat Faktor Lain :
a. Faktor Lingkungan : Bayi tinggal di wilayah tidak padat penduduk
b. Faktor Genetik : Bayi tidak memiliki riwayat keturunan cacat
c. Faktor Sosial : Bayi akan dirawat oleh orangtuanya
d. Faktor Neonatal : Bayi lahir normal tidak ada kelainan

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Antropometri
Berat Badan : 3870 Gram
198

Panjang Badan : 49 Cm
Lingkar Kepala : 31 Cm
Lingkar Dada : 33 Cm
Lingkar Lila : 12 Cm
b. Refleks
Moro : + (positif)
Rotting : + (positif)
Swallowing : + (positif)
Graps : + (positif)
Sucking : + (positif)
Tonicneck : + (positif)
Plantar : + (positif)
Babinski : + (positif)
Galant : + (positif)
c. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,6 °C
Respirasi : 47 x / Menit
BJA : 140 x/ Menit
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ubun-Ubun : Datar
Caput Succadeneum : Tidak ada
Cephal Hematom : Tidak ada
Sutura (Molase ) : Tidak ada
Pembengkakan : Tidak ada
Cekungan : Tidak ada
2) Mata
Bentuk : Simetris
Perdarahan Pada Kornea : Tidak Ada
Konjungtiva : Merah Muda (Tidak anemis)
Sklera : Putih (Tidak ikterik )
199

Tanda – Tanda Infeksi : Tidak Ada


Kelopak Mata : Terbuka
Refleks Glabella : (+) Positif
Refleks Blinking : (+) Positif
3) Hidung
Bentuk : Simetris
Lubang Hidung : Ada
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak Ada
4) Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir dan Langit-Langit : Ada, tidak terdapat
Labioskhizis dan
Labiopalato Skhizis
Sumbing : Tidak
5) Telinga
Hubungan letak mata dan telinga : Simetris
Tanda-Tanda Infeksi : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
6) Leher
Pembengkakan : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
7) Dada
Bentuk : Simetris
Putting : Ada
Pembesaran Mammae : Tidak Ada
Sekresi Mammae : Tidak Ada
Bunyi Nafas : Tidak ada Wheezing dan
tidak ada ronchi
Bunyi Jantung : Reguler
8) Perut
Bentuk : Simetris
200

Benjolan : Tidak Ada


Penonjolan talipusat saat menangis : Tidak Ada
Perdarahan talipusat : Tidak Ada
Keadaan tali pusat : Normal
9) Kulit
Warna : Kemerahan
Verniks : Ada
Perlukaan : Tidak Ada
Bercak Hitam : Tidak Ada
Lanugo : Tidak Ada
10) Punggung
Bentuk : Simetris
Pembengkakan / Cekungan : Tidak Ada
11) Ekstremitas
Atas
Bentuk : Simetris
Gerakan : Aktif
Jumlah Jari : Lengkap, 10 jari
CRT : < 2 Detik
Bawah
Bentuk : Simetris
Gerakan : Aktif
Jumlah Jari : Lengkap , 10 Jari
CRT : < 2 Detik
12) Genetalia
Miksi dalam 24 jam : Ya
Perempuan
Labia mayora menutupi labia minora : Ya
Terdapat lubang uretra : Ya
Terdapat lubang vagina : Ya
201

13) Anus
Anus Berlubang : Ya
Pengeluaran Mekonium dalam 24 jam : Ya
Warna Mekonium : Hijau

III. ANALISA
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia1 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga untuk dilakukan
pemeriksaan kepada bayi ibu. Ibu menyetujui
2. Menghangatkan bayi dengan disimpan diinfant warmer atau alat
penghangat bayi untuk dilakukan pemeriksaan pada bayi.
3. Membersihkan bayi dari verniks, Tindakan sudah dilakukan dan bayi
tampak bersih.
4. Melakukan pengukuran antropometri yaitu Berat Badan, Panjang Badan,
Lingkar Kepada, Lingkar Dada dan Lingkar Lengan Atas, Tindakan sudah
dilakukan dan hasil terlampir
5. Melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa kelengkapan anggota
tubuh bayi serta untuk memeriksa apakah ada kelainan yang dialami oleh
bayi atau tidak, Tindakan sudah dilakukan dan tidak ada kelainan yang
ditemukan.
6. Memberitahu dan menjelaskan kepada keluarga mengenai hasil
pemeriksaan dan kondisi bayinya, keluarga mengerti dan mengetahui
mengenai hasil pemeriksaan dan kondisi bayinya.
7. Memakaikan baju, Tindakan sudah dilakukan.
8. Melakukan pemeriksaan DJA, Suhu dan Respirasi untuk memeriksa
keadaan tanda-tanda vitalnya, Tindakan sudah dilakukan dan hasil
terlampir.
9. Memberitahukan kepada keluarga bahwa bayi akan diberikan profilaksis
yaitu seperti salep mata untuk mencegah terjadinya infeksi dan akan
202

menyuntikkan vitamin K di paha kiri bayi untuk mencegah terjadinya


perdarahan intrakranial, Informasi sudah disampaikan dan keluarga
menyetujuinya.
10. Memberikan profilaksis yaitu salep mata (Clorampenicol 1%) di kedua
matanya dan menyuntikkan vitamin K1 (Phytomenadion 1 mg) di 1/3 paha
kiri antero lateral secara IM, Profilaksis sudah diberikan.
11. Menjaga kehangatan bayi dan memasukan ke dalam inkubator, Tindakan
sudah dilakukan dan bayi terlihat nyaman.
12. Memberikan konseling kepada ibu tentang ASI eksklusif untuk bayi
sampai usia 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan apapun, dan
menyusui bayi sesering mungkin minimal setiap 2 jam sekali, Ibu
mengerti dengan penjelasan Bidan.
13. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pada
bayinya, seperti: kejang-kejang, panas, tali pusat kemerahan, berdarah dan
berbau, pergerakkan bayi tidak aktif, warna kulit kuning, bayi tidak mau
menetek, bayi menangis terus tidak seperti biasanya, muntah terus-
menerus, dan diare. Dan anjurkan ibu untuk segera memanggil Bidan bila
terdapat tanda-tanda bahaya pada bayinya, Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
14. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
203

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY. I
USIA 6 JAM (KN 1)

Hari/tanggal : Selasa, 31 Juli 2019


Waktu Pengkajian : 16.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Bayi
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
bayinya sudah BAB dan BAK

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,7°C
Respirasi : 44 x / Menit
BJA : 138 x/ Menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ubun-Ubun : Datar
Caput Succadeneum : Tidak ada
Cephal Hematom : Tidak ada
Sutura (Molase ) : Tidak ada
Pembengkakan : Tidak ada
Cekungan : Tidak ada
2) Mata
Bentuk : Simetris
Perdarahan Pada Kornea : Tidak Ada
Konjungtiva : Merah Muda ( Tidak anemis )
Sklera : Putih (Tidak ikterik )
204

Tanda – Tanda Infeksi : Tidak Ada


Kelopak Mata : Terbuka
3) Hidung
Bentuk : Simetris
Lubang Hidung : Ada
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak Ada
4) Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir dan Langit-Langit : Ada, tidak terdapat labioskhizis
Dan Palato Skhizis
Sumbing : Tidak
5) Telinga
Hubungan Letak Mata dan Telinga : Simetris
Tanda-Tanda Infeksi : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
6) Leher
Pembengkakan : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
7) Dada
Bentuk : Simetris
Putting : Ada
Pembesaran Mammae : Tidak Ada
Sekresi Mammae : Tidak Ada
Bunyi Nafas : Tidak ada Wheezing dan
tidak ada ronchi
Bunyi Jantung : Reguler
8) Perut
Bentuk : Simetris
Benjolan : Tidak Ada
Penonjolan talipusat saat menangis : Tidak Ada
Perdarahan talipusat : Tidak Ada
205

Keadaan tali pusat : Normal


9) Kulit
Warna : Kemerahan
Verniks : Ada
Perlukaan : Tidak Ada
Bercak Hitam : Tidak Ada
Lanugo : Tidak Ada
10) Punggung
Bentuk : Simetris
Pembengkakan / Cekungan : Tidak Ada
11) Ekstremitas
Atas
Bentuk : Simetris
Gerakan : Aktif
Jumlah Jari : Lengkap, 10 jari
CRT : < 2 Detik
Bawah
Bentuk : Simetris
Gerakan : Aktif
Jumlah Jari : Lengkap , 10 Jari
CRT : < 2 Detik

III. ANALISA
Neonatus Cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayinya
dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengetahui tentang pemeriksaan
2. Melakukan pemeriksaan DJA, Suhu dan Respirasi, Tindakan sudah
dilakukan dan hasil terlampir.
206

3. Memberitahu kepada ibu bahwa bayinya sudah BAB atau BAK, Ibu
mengerti.
4. Memberitahu ibu cara menyusui yang baik dan benar, seperti: bersihkan
puting dengan air bersih sebelum menyusui atau oleskan daerah puting
dengan air susu terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayi agar
puting tidak lecet. Posisi kepala bayi harus lebih tinggi dari perut bayi
agar bayi tidak tersedak, posisi bayi tetap menghadap dan rapat diperut
ibu, dagu menyentuh payudara ibu, mulut terbuka lebar, bibir bawah bayi
melengkung keluar, pastikan sebagian besar aerola masuk ke mulut bayi,
baik menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang berhenti
sesaat, sendawakan bayi setelah menyusui agar bayi tidak muntah atau
tidurkan bayi secara miring bila tidak bersendawa agar pada saat terjadi
muntah tidak akan tersedak. Menganjurkan ibu untuk selalu menyusui
bayi dalam posisi yang benar agar mengurangi resiko puting lecet, Ibu
mengatakan bahwa ibu mengerti dengan penjelasan yang telah
disampaikan oleh bidan.
5. Memberikan konseling kepada ibu tentang ASI eksklusif untuk bayi
sampai usia 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan apapun, dan
menyusui bayi sesering mungkin minimal setiap 2 jam sekali, Ibu
mengerti dan akan melakukannya.
6. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pada
bayinya, seperti: kejang-kejang, panas, tali pusat kemerahan, berdarah
dan berbau, pergerakkan bayi tidak aktif, warna kulit kuning, bayi tidak
mau menetek, bayi menangis terus tidak seperti biasanya, muntah terus-
menerus, dan diare. Serta menganjurkan ibu untuk segera memanggil
bidan bila terdapat tanda-tanda bahaya pada bayinya, Ibu mengerti dan
akan melakukannya.
7. Memberitahu tentang cara perawatan bayi baru lahir seperti memandikan
bayi, Ibu mengerti.
8. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pemberian ASI, anjurkan
ibu untuk memberikan bayinya hanya ASI hingga bayi usia 6 bulan,
207

susui bayi minimal 2-3 jam sekali, biarkan bayi menyusu. Ibu mengerti
dan akan melakukannya.
9. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk menjemur bayinya setiap
pagi bersamaan dengan ibu setelah dimandikan selama 10-20 menit. Ibu
dan keluarga mengerti dan akan melakukannya.
10. Merapihkan dan menyelimuti bayi. Bayi terlihat nyaman
11. Melakukan kontrak waktu untuk melakukan kunjungan yang akan datang
tanggal 04 agustus 2019 di Rumah Ny M Ibu menyetujuinya
12. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
208

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


USIA 4 HARI (KN 2)

Hari/Tanggal : Sabtu 04 Agustus 2019


Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. M
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
Tali pusat bayi belum kering,bayi sering BAK dan BAB frekuensi BAK ±
5x/hari, dan BAB ± 4x/hari, bayinya menyusu kuat, tiap 2-3 jam sekali
bayinya menyusui dan ibu juga selalu menjemur bayinya setiap pagi bila
cuaca cerah.

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Berat badan : 4100 gram
c. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,7 °C
Respirasi : 44x/Menit
BJA : 137x/Menit
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : tidak ada benjolan, tidak ada kelainan
2) Mata
Perdarahan Pada Kornea : Tidak Ada
Konjungtiva : Merah Muda ( Tidak anemis )
Sklera : Putih (Tidak ikterik )
Tanda – Tanda Infeksi : Tidak Ada
Kelopak Mata : Terbuka
209

3) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung


4) Mulut : Tidak ada tanda infeksi
5) Telinga : Tidak ada kelainan dan tidan ada tanda infeksi
6) Leher : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada benjolan
7) Dada
Bunyi Nafas : Tidak ada Wheezing dan
tidak ada ronchi
Bunyi Jantung : Reguler
8) Perut
Benjolan : tidak ada
Penonjolan talipusat saat menangis : tidak ada
Perdarahan talipusat : tidak ada
Keadaan tali pusat : belum kering
9) Kulit
Warna : kemerahan
Perlukaan : tidak ada
Bercak Hitam : tidak ada
10) Punggung
Pembengkakan / Cekungan : tidak ada
11) Ekstremitas
Atas
Gerakan : aktif
CRT : < 2 Detik
Bawah
Bentuk : simetris
Gerakan : aktif
CRT : < 2 Detik

III. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 4 hari
210

IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pemeriksaan DJA, Suhu dan Respirasi, serta memerika
kondisi umum bayi dan keadaan tali pusat, Tindakan sudah dilakukan,
tanda vital dalam batas normal, keadaan secara umum baik dan tali pusat
belum terlepas pada hari ketiga.
2. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan dan
menjelaskan kondisi Bayinya saat ini, Ibu mengerti dan mengetahui
mengenai hasil pemeriksaan dan kondisi Bayinya.
3. Menanyakan kepada ibu apakah bayi sering dimandikan dan apakah bayi
sering di jemur setelah mandi, Ibu mengatakan bahwa bayi sering
dimandikan dan bayi sering di jemur.
4. Menanyakan kepada ibu apakah bayi diberi makanan pendamping selain
ASI, Ibu mengatakan bahwa bayi hanya diberikan ASI saja.
5. Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai ASI Eksklusif, Ibu mengerti
dan akan berusaha untuk melakukannya .
6. Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin dan
jika bayi tidur telalu lama, maka bayi harus dibangunkan, Ibu mengerti
dan akan melakukannya.
7. Memberitahukan kepada ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi,
keamanannya, kebersihan dan kenyamanannya, segera mengganti popok
apabila bayi BAB atau BAK dan menggantinya dengan popok yang
bersih dan kering, Ibu mengerti dan ibu telah melakukannya.
8. Mengingatkan kembali tanda bahaya pada bayi seperti kejang-kejang,
panas, tali pusat kemerahan/ berdarah dan berbau, pergerakkan bayi tidak
aktif, kulit bayi berwarna kuning, bayi tidak mau menyusu, bayi
menangis terus tidak seperti biasanya, muntah terus menerus, dan diare.
Ibu dan keluarga mengerti dan akan segera membawa bayinya ke fasilitas
kesehatan bila terdapat salah satu tanda bahaya.
9. Menganjurkan ibu untuk menjemurkan bayinya pada pagi hari sebelum
pukul 08.30 WIB, selama 30 menit, Ibu mengerti dan akan menjemur
bayinya setiap pagi.
211

10. Memberitahu ibu bahwa bayinya harus imunisasi sampai usia 7 hari,
akan disuntikan Hb 0 guna untuk mencegah penyakit Hepatitis B. ibu
mengerti
11. Memberitahukan kepada ibu bahwa nanti akan melakukan kunjungan
ulang kembali pada tanggal 30 July 2019, Ibu menyetujuinya.
12. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
212

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


USIA 10 HARI (KN 3)

Hari/Tanggal : Jum’at 10 Agustus 2019


Waktu Pengkajian : 10.30 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. M
Nama Pengkajian : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu lebih sering menyusui bayinya dan bayinya menyusu kuat, ibu juga
selalu menjemur bayinya setiap pagi bila cuaca cerah dan talipusat bayinya
sudah lepas sejak 3 hari yang lalu.

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,6 °C
Respirasi : 42x/Menit
BJA : 136x/Menit
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada kelainan.
2) Mata
Perdarahan Pada Kornea : Tidak Ada
Konjungtiva : Merah Muda (Tidak anemis)
Sklera : Putih (Tidak ikterik)
Tanda – Tanda Infeksi : Tidak Ada
Kelopak Mata : Terbuka
8) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
9) Mulut : Tidak ada tanda infeksi
10) Telinga : Tidak ada kelainan dan tidan ada
213

tanda infeksi
11) Leher : Tidak ada pembengkakan dan tidak
ada benjolan
12) Dada
Bunyi Nafas : Tidak ada Wheezing dan tidak ada
ronchi
Bunyi Jantung : Reguler
12) Perut
Benjolan : tidak ada
13) Kulit
Warna : kemerahan
Perlukaan : tidak ada
Bercak Hitam : tidak ada
14) Punggung
Pembengkakan / Cekungan : tidak ada
15) Ekstremitas
Atas
Gerakan : aktif
CRT : < 2 Detik
Bawah
Bentuk : simetris
Gerakan : aktif
CRT : < 2 Detik

III. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 10 hari
214

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayinya dalam
keadaan baik, ibu mengetahui keadaan bayinya dan tampak senang
karena mengetahui keadaan bayinya baik.
2. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap memberikan ASInya sesering
mungkin, berikan ASI saja hingga 6 bulan. Ibu akan berusaha
melakukannya.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan bayi sehari-hari. Ibu
akan melakukan yang dianjurkan.
4. Mengingatkan kembali tanda bahaya pada bayi seperti kejang-kejang,
panas, tali pusat kemerahan/ berdarah dan berbau, pergerakkan bayi tidak
aktif, kulit bayi berwarna kuning, bayi tidak mau menyusu, bayi
menangis terus tidak seperti biasanya, muntah terus menerus, dan diare.
Ibu dan keluarga mengerti dan akan segera membawa bayinya ke fasilitas
kesehatan bila terdapat salah satu tanda bahaya.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk menjemur bayinya pada pagi hari antara
jam 7 sampai 9 selama 10 menit setelah dimandikan. Ibu mengerti dan
akan selalu menjemur bayinya di pagi hari jika cuaca cerah.
6. Memotivasi ibu untuk menimbang berat badan bayinya setiap bulan di
posyandu dan aktif dalam kegiatan posyandu, Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
7. Memberitahu ibu bahwa bayi harus di imunisasi pada usia 1 bulan
imunisasi BCG untuk pencegahan penyakit Meningitis TBC, ibu
mengerti dan akan membawa bayi nya ke posyandu atau bidan untuk
mendapatkan imunisasi. Ibu mengerti
8. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.
215

3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA Ny.M P2A0


2 JAM POST PARTUM DI RSUD R. SYAMSUDIN SH
Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa 31 Juli 2019
Waktu Pengkjian : 11.05 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu selesai melahirkan 2 jam yang lalu masih lemas dan mulas.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 14 tahun
Lamanya : 5 hari
Siklus Haid : 28 hari
Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut / hari
Disminorhoe : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
b. Riwayat persalinan sekarang
Telah melahirkan di RSUD R. Syamsudin SH, Bayi lahir spontan
langsung menangis kuat pukul 10.30 WIB. Warna kulit kemerahan,
tonus otot kuat, Jenis kelamin: Perempuan.
c. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB : implan kemudian pil
Lamanya : implan : 3 tahun, pil : 2 tahun
Keluhan : tidak ada
Rencana KB selanjutnya : Suntik
d. Riwayat Post Partum
BAK : sudah
BAB : belum
216

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
2. Tanda- Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 130/70 mmHg.
b. Denyut Nadi : 83 x / menit.
c. Pernafasan : 20 x / menit
d. Suhu : 36,70C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Muka dan Mata : Tidak ada oedema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
b. Payudara
 Pembesaran : Normal
 Bentuk : Simetris
 Areola : Normal
 Puting susu : Menonjol
 Kolostrum : Sudah Keluar
c. Abdomen
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Kontraksi uterus : Keras
d. Genitalia
 Lokhea : Rubra
 Perineum : Ruptur pada mukosa vagina dan
otot perineum
 Varises : Tidak ada
 Pendarahan : ± 25 cc
217

e. Jenis Obat-obatan yang didapat :


 Cefadroxil (2x1 500mg)
 Asam mefenamat (3x1 500mg)

III. ANALISA
P2A0 postpartum 2 jam partus maturus pervaginam dengan repair perineum
grade II

IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tindakan sudah dilakukan dan
hasil terlampir.
2. Melakukan pemeriksaan kontraksi, TFU dan perdarahan, tindakan sudah
dilakukan.
3. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan dan menjelaskan mengenai kondisinya , Ibu mengetahui dan
mengerti mengenai hasil pemeriksaan dan kondisinya saat ini.
4. Menanyakan kepada ibu apa yang menjadi keluhan yang dirasakan saat ini
dan mengatasi keluhan yang ibu rasakan saat ini yaitu dengan ibu harus
istirahat dan memenuhi nutrisi dan hidrasi agar kondisi tubuh ibu kembali
seperti biasanya, Ibu mengerti dan akan melakukan apa yang telah
dianjurkan oleh Bidan.
5. Menjelaskan kepada ibu perubahan-perubahan fisiologi pada masa nifas,
Ibu mengerti mengenai penjelasan yang telah disampaikan.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan mobilisasi dini dengan miring
kiri atau miring kanan, turun dari tempat tidur dan juga menganjurkan ibu
untuk BAK. Ibu mengerti dan akan melakukannya.
7. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan kebersihan alat genitalnya
dengan cara mencuci dari atas ke bawah dengan menggunakan air bersih,
mengganti pembalut dan celana dalam minimal 2 kali sehari. Ibu mengerti
dan akan melakukannya.
218

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, istirahat disela-
sela bayi sedang tidur, Ibu mengerti dan akan melakukan apa yang
dianjurkan.
9. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya.
Yaitu makanan dengan gizi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat,
mineral protein, zat besi, dan vitamin yang terdapat pada nasi, lauk pauk,
sayur, buah buahan dan susu. Minum sedikitnya 8 gelas/hari agar dapat
merangsang pengeluaran ASI, dan tidak ada pantangan makanan selama
menyusui, Ibu mengerti mengenai penjelasan yang telah disampaikan oleh
Bidan.
10. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar dengan cara Bayi
diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke
puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Segera
dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak di bawah puting susu, Ibu mengerti dan mempraktikkannya.
11. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya masa nifas seperti
perdarahan hebat, nyeri perut bagian bawah, sembelit, nyeri pada saat
BAB, sakit kepala yang terus menerus, payudara kemerahan, panas,
demam tinggi, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, bengkak
muka dan kaki. Memberitahukan kepada ibu untuk segera memanggil
petugas kesehatan apabila ibu mengalami salah satu tanda bahaya tersebut,
Ibu mengerti dan akan segera memanggil petugas kesehatan apabila ibu
mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
12. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
219

Mencatat hasil pemeriksaan dan semua tindakan dalam format


Hasil observasi:

Jam Tekanan Tinggi fundus Kontaksi Kandung


Waktu Nadi Suhu Pendarahan
ke darah uteri uterus Kemih
11.05 130/70 84 x/m 36,30C 2 jari bwh pusat Keras Kosong ± 20 cc
1 11.20 140/80 80 x/m 2 jari bwh pusat Keras Kosong ± 10 cc
11.35 130/80 82 x/m 2 jari bwh pusat Keras Kosong ± 15 cc
11.50 130/80 81 x/m 2 jari bwh pusat Keras Kosong ± 10 cc
12.20 130/80 79 x/m 36,60C 2 jari bwhpusat Keras 100 cc ± 10 cc
2
12.50 130/80 86 x/m 2 jari bwh pusat Keras Kosong ± 25 cc
220

CATATAN PERKEMBANGAN
PADA Ny.M P2A0 6 JAM POST PARTUM (KF1)

Hari/tanggal Pengkajian : selasa 31 Juli 2019


Waktu Pengkajian : 14.50 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Melati
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu sudah BAK ke kamar mandi sendiri dan tidak merasa pusing
2. Riwayat Obstetri
a) Riwayat Menstruasi :
 Menarche : 14 Tahun
 Siklus Haid : 28 Hari, teratur
 Lama nya : 5 Hari
 Banyak nya : 3-4 kali ganti pembalut/hari
 Dismenorhoe : tidak ada
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Usia Komplikasi Anak Nifas
Tanggal Jenis Tempat
No kehami Penolong BB
Partus Persalinan persalinan Ibu Bayi JK PB ASI Penyulit
lan (gr)
1 2014 9 bulan spontan bpm t.a.k t.a.k bidan P 3.800 49 t.a.k
2 Nifas ini
c) Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB : implan kemudian pil
Lamanya : implan : 3 tahun, pil : 2 tahun
Keluhan : tidak ada
Rencana KB selanjutnya : Suntik
d) Riwayat Post Partum
BAK : 3 kali
BAB : Belum
221

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
2. Tanda- Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg.
b. Denyut Nadi : 80 x / menit.
c. Pernafasan : 20 x / menit
d. Suhu : 36,60C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Muka dan Mata : Tidak ada oedema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
b. Payudara
 Pembesaran : Normal
 Bentuk : Simetris
 Areola : Normal
 Putting susu : Menonjol
 Kolostrum : Sudah Keluar
c. Abdomen
 TFU : 2 jari dibawah pusat
 Kontraksi uterus : Keras
d. Genitalia
 Lokhea : Rubra
 Perineum : Ruptur
 Varises : Tidak ada
 Pendarahan : ± 15 cc
222

4. Jenis Obat-obatan yang didapat :


a. Cefadroxil (2x1 500mg)
b. Asam mefenamat (3x1 500mg)

III.ANALISA
P2A0 post partum 6 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi, TFU dan perdarahan,
Tindakan sudah dilakukan dan hasil terlampir.
2. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan dan menjelaskan mengenai kondisinya, Ibu mengetahui dan
mengerti mengenai hasil pemeriksaan dan kondisinya.
3. Menanyakan kepada ibu apa yang menjadi keluhan yang dirasakan saat ini
dan mengatasi keluhan yang ibu rasakan saat ini yaitu dengan ibu harus
sering menyusui bayinya karena hal itu menjadi salah satu pemicu
pengeluaran ASI. Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh Bidan.
4. Menjelaskan kepada ibu perubahan-perubahan fisiologi pada masa nifas,
Ibu mengerti tentang perubahan yang ibu alami selama masa nifas.
5. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan kebersihan alat genetalianya
dengan cara mencuci dari atas ke bawah dengan menggunakan air bersih,
mengganti pembalut dan celana dalam minimal 2 kali sehari, Ibu akan
menjaga kebersihan diri terutama kebersihan organ kewanitaannya.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, istirahat disela-
sela bayi sedang tidur, Ibu mengerti dan akan melakukannya.
7. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya.
Yaitu makanan dengan gizi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat,
mineral protein, zat besi, dan vitamin yang terdapat pada nasi, lauk pauk,
sayur, buah buahan dan susu. Minum sedikitnya 8 gelas/hari agar dapat
merangsang pengeluaran ASI, dan tidak ada pantangan makanan selama
menyusui, Ibu akan melakukan apa yang dianjurkan oleh Bidan.
223

8. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar dengan cara Bayi
diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke
puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Segera
dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak di bawah puting susu, Ibu akan mencoba melakukan teknik
menyusui yang benar.
9. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, tanpa
memberikan makanan tambahan apapun, Ibu akan berusaha memberikan
ASI Eksklusif.
10. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin, minimal
setiap 2 jam sekali, Ibu mengerti anjuran bidan dan mau melakukannya.
11. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas seperti perdarahan
hebat, nyeri perut bagian bawah, sembelit, nyeri pada saat BAB, sakit
kepala yang terus menerus, payudara kemerahan, panas, demam tinggi,
kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, bengkak muka dan kaki.
Memberitahukan kepada ibu untuk segera memanggil petugas kesehatan
apabila ibu mengalami salah satu tanda bahaya tersebut, Ibu mengerti dan
akan segera memanggil petugas kesehatan apabila ibu mengalami salah
satu tanda bahaya seperti yang telah disebutkan.
12. Memberitahukan kepada ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 24-07-
2019 menyetujuinya.
13. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan. SOAP
terlampir.
224

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.M P2A0
4 HARI POST PARTUM (KF 2)

Hari/tanggal Pengkajian : Sabtu, 04 Agustus 2019


Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny.M
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak ada keluhan dan masih sedikit keluar darah.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Keadaan emosional : Stabil
4. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85x / menit
Respirasi : 20x / menit
Suhu : 36,6 oC
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Muka : tidak pucat, tidak ada oedema.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
b. Payudara
Inspeksi : simetris, bersih, puting menonjol.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, ASI
keluar banyak.
c. Abdomen
Palpasi : kontraksi uterus baik, tidak ada nyeri tekan
225

TFU : 3 jari diatas simpisis, kandung kemih kosong,


d. Ekstremitas
Atas : turgor kulit baik, CRT kembali < 2 detik
Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises,
CRT kembali <2 detik
e. Genitalia : vulva tidak ada kelainan, tidak ada hematom, tidak
edema, lochea sanguinolenta, tidak ada tanda infeksi.
f. Anus : tidak ada hemoroid

III. ANALISA
P2A0 Post Partum 4 hari

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti dan mengetahui kondisi
ibu.
2. Mengingatkan kembali ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
hidrasinya. Yaitu makanan dengan gizi seimbang yaitu yang
mengandung karbohidrat, mineral protein, zat besi, dan vitamin yang
terdapat pada nasi, lauk pauk, sayur, buah buahan dan susu untuk
membantu proses pemulihan dan minum sedikitnya 8 gelas/hari serta
tidak ada pantangan makanan selama menyusui, Ibu mengerti dan akan
memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya. Ibu mengerti dan akan
tetap menyusui bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, istirahat disela-
sela bayi sedang tidur, Ibu mengerti dan mau melakukannya.
5. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, tanpa
memberikan makanan tambahan apapun, Ibu akan berusaha memberikan
ASI eksklusif.
226

6. Mengingatkan kembali tanda bahaya masa nifas seperti perdarahan hebat,


nyeri perut bagian bawah, sembelit, nyeri pada saat BAB, sakit kepala
yang hebat, pandangan kabur, payudara kemerahan dan panas, demam
tinggi, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, bengkak muka
da kaki, dan lain-lain, Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan datang ke
petugas kesehatan apabila ditemukan salah satu dari tanda bahaya
tersebut.
7. Mengingatkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya
terutama pada vagina. Ibu mengerti dan akan selalu menjaga kebersihan
dirinya.
8. Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
227

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.M P2A0
10 HARI POST PARTUM (KF 3)

Hari/tanggal Pengkajian : Jum’at, 10 Agustus 2019


Waktu Pengkajian : 10.30 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny.M
Nama Pengkaji : Risna Rahmawati

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak ada keluhan dan masih sedikit keluar darah.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Keadaan emosional : Stabil
4. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 87x / menit
Respirasi : 21x / menit
Suhu : 36,5 oC
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Muka : tidak pucat, tidak ada oedema.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
b. Payudara
Inspeksi : simetris, bersih, puting menonjol.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, ASI
keluar banyak.
c. Abdomen
Palpasi : kontraksi uterus baik, tidak ada nyeri tekan
228

TFU : 3 jari diatas simpisis, kandung kemih kosong,


d. Ekstremitas
Atas : turgor kulit baik, CRT kembali < 2 detik
Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises, CRT kembali
<2 detik
e. Genitalia : vulva tidak ada kelainan, tidak ada hematom, tidak
edema, lochea serosa, tidak ada tanda infeksi.
f. Anus : tidak ada hemoroid

III. ANALISA
P2A0 Post Partum 10 hari

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti dan mengetahui kondisi
ibu.
2. Mengingatkan kembali ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
hidrasinya. Yaitu makanan dengan gizi seimbang yaitu yang
mengandung karbohidrat, mineral protein, zat besi, dan vitamin yang
terdapat pada nasi, lauk pauk, sayur, buah buahan dan susu untuk
membantu proses pemulihan dan minum sedikitnya 8 gelas/hari serta
tidak ada pantangan makanan selama menyusui, Ibu mengerti dan akan
memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya. Ibu mengerti dan akan
tetap menyusui bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, istirahat disela-
sela bayi sedang tidur, Ibu mengerti dan mau melakukannya.
5. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, tanpa
memberikan makanan tambahan apapun, Ibu akan berusaha memberikan
ASI eksklusif.
229

6. Mengingatkan kembali tanda bahaya masa nifas seperti perdarahan hebat,


nyeri perut bagian bawah, sembelit, nyeri pada saat BAB, sakit kepala
yang hebat, pandangan kabur, payudara kemerahan dan panas, demam
tinggi, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, bengkak muka
da kaki, dan lain-lain, Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan datang ke
petugas kesehatan apabila ditemukan salah satu dari tanda bahaya
tersebut.
7. Mengingatkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya
terutama pada vagina. Ibu mengerti dan akan selalu menjaga kebersihan
dirinya.
8. Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas tentang


perkembangan kasus yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada Ny.M,
usia 30 tahun dengan kehamilan anak ke empat, asuhan kebidanan yang
diberikan meliputi kehamilan 41 minggu, persalinan, postpartum dan bayi
baru lahir dan KB. Keseluruhan asuhan kebidanan terangkum dalam
asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. M di RSUD R Syamsudin, SH
Kota Sukabumi.
Asuhan kebidanan komprehensif dilaksanakan mulai tanggal 15 juli
2019 sampai dengan 31 Agustus 2019 di wilayah kerja RSUDR
SYAMSUDIN, SH. Metode yang digunakan pada pengkajian pemeriksaan
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dan KB menggunakan
metode SOAP.
Adapun hal yang akan diuraikan merupakan hasil analisis dengan
cara membandingkan teori yang sesuai dengan penanganan yang telah
dilaksanakan secara langsung selama penulis melakukan asuhan kebidanan
komprehensif.
4.1 Kehamilan
Pemeriksaan antenatal care pada Ny. M usia 30 tahun dilakukan di
RSUD R SYAMSUDIN,SH dimana kontak pertama penulis dengan klien
pada tanggal 30 Juli 2019, pada usia kehamilan 41 minggu yang merupakan
kunjungan ANC ke 10, klien melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 10 kali
selama kehamilan di Puskesmas, Posyandu, dan dokter kandungan yaitu pada
trimester pertama 1 kali, pada trimester kedua sebanyak 5 kali, dan pada
trimester ke tiga 4 kali. Hal ini sesuai dengan kebijakan program menurut
Saifuddin (2011) yaitu dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal
sedikitnya 4 kali kunjungan selama hamil, yaitu 1 kali pada trimester pertama,
1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ketiga

230
231

Dalam melakukan pemeriksaan ANC, Ny. M mendapat asuhan sesuai


dengan standar 10 T yaitu timbang BB dan Tinggi Badan, Tekanan darah,
nilai status gizi (LILA), menentukan TFU (Tinggi Fundus Uteri), TT
(Tetanus Toksoid), Tablet Tambah Darah, Test Laboratorium, Tata Laksana
Kasus, Temu wicara. (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Pada pengkajian riwayat kehamilan sekarang didapatkan HPHT tanggal
15-10-2018 dengan taksiran persalinan tanggal 22-08-2019 dihitung
berdasarkan rumus neagle yaitu hari ditambah 7, bulan dikurangi 3 dan tahun
ditambah 1. (Ari Sulistyawati, 2011).
Ny. M mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali sesuai dengan data
di buku KIA. Ny. M mendapatkan Tablet Tambah Darah sebanyak 90 tablet,
disini tidak ditemukan kesenjangan dengan teori, yang mengatakan bahwa
untuk wanita hamil seharusnya diberikan Tablet Tablet Tambah Darah
minimal 90 tablet. (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Pada kasus Ny. M status gizinya bila dilihat dari IMT ibu dari sebelum
dan selama hamil, yaitu 40,20 yang tergolong klasifikasi
Overweight/obesitas. Hal ini sesuai dengan Indeks Masa Tubuh yang
direkomendasikan untuk ibu hamil seperti dalam teori menurut
(Prawirohadjo, 2017). Dan bila dilihat dari jumlah kenaikan berat badan ibu
(18 kg) tergolong klasifikasi berat badan obesitas. Dilihat dari rekomendasi
jumlah kenaikan berat badan ibu hamil dengan IMT normal seharusnya ada
dalam kisaran 11,5–16 kg.
Ny. M melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan HB
yang dilakukan pada tanggal 30 juli 2019 ketika usia kehamilan 31 minggu
dengan hasil 11,5 gr%.
Pada kasus Ny. M asuhan kehamilan yang diberikan berupa asuhan
sayang ibu, konseling kepada ibu tentang perencanaan persalinan, tanda
bahaya kehamilan, perubahan fisiologis Trimester III dan terminasi
kehamilan.
Saat pemeriksaan kehamilan ini dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu
pemeriksaan Inspeksi, Palpasi dan Auskultasi. Dari beberapa pemeriksaan
232

yang dilakukan hasilnya keadaan umum ibu yang terlihat baik, pemeriksaan
tanda-tanda vital (TD: 140/90 mmHg, N: 97 x/menit, R: 20 x/menit, S:
36,80C), pemeriksaan Leopold dengan presentasi kepala dan kepala janin
sudah masuk PAP sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pada
multigravida bagian terbawah masuk ke PAP pada usia kehamilan 32
minggu. (Sarwono, Ilmu Kebidanan: 2017). Dilakukan juga pemeriksaan
proteinuria dengan hasil negatif dan ketika dilakukan pemeriksaan DJJ hasil
yang ditemukan adalah normal yaitu 143x/menit, sehingga disimpulkan
bahwa pada saat pemeriksaan kehamilan ini ibu dalam keadaan mengalami
hipertensi gestational / hipertensi dalam kehamilan. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa Hipertensi gestational atau disebut juga
( transient hypertention ) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca
persalinan atau kehamilan dengan tanda tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria.hipertensi ialah tekanan darah sistolik > 140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah sekurang kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urine selama 24 jam atau
sama dengan > 1 + dipstick. (Prawirohardjo, 2017).
Asuhan yang di berikan pada ibu yaitu pemberian obat antihipertensi
yaitu dopamet 3 x 500 mg dan tindakan terminasi kehamilan dilakukan
karena ibu mengalami hipertensi gestational yang apabila kehamilan di
biarkan berlangsung terus akan membahayakan jiwa ibu dan anak. Hal ini
sesuai dengan SPO RSUD R Syamsusin S.H. dalam hal ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.

4.2 Persalinan
4.2.1 Kala I
e. Pada tanggal 31 juli 2019 pukul 06.30 WIB Ny. M mengeluh
mules sejak setengah jam yang lalu, gerakan janin di rasakan hal
ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa tanda-tanda
persalinan adalah adanya His yang sering dan kuat dan
233

menyebabkan terjadinya pembukaan serviks, adanya


pengeluaran lendir bercampur darah atau Bloody Show dan
adanya pengeluaran cairan dari jalan lahir. (Ari
sulistyawati,2012). Lalu dilakukan pemeriksaan dalam dan
didapatkan hasil yaitu v/v tidak ada kelainan, portio tebal lunak,
pembukaan 3 cm, ketuban utuh, dengan presentasi kepala,
penurunan kepala H 2, dan tidak ada molase. Dan diagnosa yang
dapat dibuat dari hasil pemeriksaan tersebut adalah G2P1A0
Parturient aterm 41 minggu Kala I Fase Laten dengan Hipertensi
Gestational. Diagnosa tersebut sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi
yang menimbulkan penipisan dan pembukaan serviks bertahap,
berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm pada
umumnya fase laten berlangsung hingga 8 jam (Damayanti, Ika
Putri, dkk. 2014). Tanggal 31 juli 2019 pukul 09.07 WIB ibu
mengeluh merasa keluar air air dan mulesnya semakin sering dan
kuat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan tentang
tanda tanda persalinan yaitu keluarnya air ketuban, proses
penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban.
Selama sembilan bulan masa gestasi bayi aman melayang dalam
cairan amnion. Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup banyak,
berasal dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin
sering terjadi (Fritasari, 2016: 20-21). Kemudian dilakukan
pemeriksaan dalam kembali dan didapatkan hasil yaitu v/v tidak
ada kelainan portio tipis kaku, pembukaan 6cm, ketuban pecah
spontan berwarna jernih, presentasi kepala, denominator ubun
ubun kecil depan, molase tidak ada, penurunan kepala H II,
bagian yang menumbung tidak ada. Diagnosa yang dapat di buat
dalam pemeriksaan tersebut adalah G2P1A0 Parturient aterm 41
minggu Kala I Fase Aktif dengan Hipertensi Gestational.
234

Karena ibu sudah memasuki Fase Aktif, maka dilakukan


pemantauan kesejahteraan janin dan ibu dan memasukkannya ke
dalam Partograf, sesuai dengan teori yaitu dilakukan
pemeriksaan Tekanan Darah setiap 4 jam, Suhu Tubuh setiap 4
jam, Nadi setiap 30 menit, Denyut Jantung Janin setiap 30 menit,
Kontraksi setiap 30 menit, Pembukaan Serviks setiap 4 jam dan
Penurunan setiap 4 jam. (Saifudin AB, 2002).
Pada kala I ibu mengalami suatu perubahan dalam
psikologisnya sehingga memerlukan dukungan psikologis yang
dapat diberikan dalam asuhan sayang ibu, dengan menganjurkan
pada keluarga untuk tetap mendampingi ibu dan ikut terlibat
dalam asuhan yang diberikan, penolong persalinan juga bisa
memberikan dukungan dengan menentramkan hati ibu dalam
proses persalinan, membantu ibu untuk memilih posisi yang
nyaman, memberikan semangat serta melakukan tindakan
pencegahan infeksi dengan membersihkan perineum dan
menganjurkan ibu untuk berkemih (Asuhan Peralinan Normal,
2010).
4.2.2 Kala II
Pada pukul 10.15 WIB, ibu mengeluh mules terasa semakin
sering dan semakin kuat serta ibu merasa ada dorongan ingin meneran
seperti ingin BAB, setelah dilakukan pemeriksaan dalam maka
didapati hasil yaitu tidak ada kelainan pada vulva dan vagina, portio
tidak teraba, pembukaan 10 cm, dengan presentasi kepala, penurunan
1/5 atau HIII+, dan tidak ada moulage. Diagnosa yang dapat dibuat dari
hasil pemeriksaan tersebut adalah G2P1A0 Parturient Aterm 41 minggu
Kala II dengan hipertensi gestational. Terlihat ibu seperti ingin
meneran, tampak tekanan pada anus dan perineum menonjol, hal ini
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa Ketika saat memasuki
Kala II, maka akan terlihat tanda gejala Kala II yaitu terlihat dorongan
235

ingin meneran pada ibu, tampak tekanan pada anus dan perineum
menonjol serta vulva membuka (Asuhan Persalinan Normal, 2017).
Kala II berlangsung 15 menit, yaitu pukul 10.30 WIB bayi lahir
spontan langsung menangis kuat, tonus otot aktif dan warna kulit
kemerahan. Sehingga di kala II tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek, yaitu bayi langsung menangis spontan.
4.2.3 Kala III
Setelah bayi lahir, maka penolong melakukan menejemen aktif
Kala III yaitu mengecek janin kedua, tidak didapatkan janin kedua.
Pemberian suntik oksitosin yang dilakukan dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir dan setelah dipastikan tidak ada bayi kedua
(undiagnosed twin) di dalam uterus. Suntikan oksitosin dengan dosis
10 unit diberikan secara Intra Muskular (IM) pada sepertiga bagian
atas paha kanan bagian luar. (Asuhan Persalinan Normal, 2017).
Setelah itu penolong melakukan peregangan tali pusat terkendali
sambil melakukan dorso kranial.
Pada pukul 10.42 WIB plasenta lahir spontan dan penolong
melakukan massase fundus uteri, serta melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
Segera setelah plasenta lahir, lakukan massase fundus uteri dan
melakukan pemeriksaan plasenta untuk memastikan bahwa kotiledon
dan selaput plasenta dalam keadaan lengkap. (Asuhan persalinan
Normal,2017). Pada kasus Ny.M plasenta lahir dalam keadaan
lengkap, Setelah itu dipastikan bahwa tidak ada sisa selaput yang
masih tertinggal, maka penolong melakukan massase fundus uteri
kembali untuk memastikan tidak ada perdarahan aktif.
Kala III berlangsung selama 5 menit. Hal ini sesuai dengan teori
lepasnya plasenta berkisar antara 6-15 menit menit setelah bayi lahir.
(Wiknjosastro, 2015). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek.
4.2.4 Kala IV
236

Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta sampai


dua jam pertama postpartum (Kumalasari, Intan. 2015: 99).
Penolong melakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir dengan
menggunakan kassa dan ditemukan robekan jalan lahir di mukosa
vagina dan otot perineum (grade II). Setelah diketahui adanya robekan
jalan lahir, maka penolong memberitahu ibu bahwa terdapat robekan
jalan lahir dan akan dilakukan penjahitan. Penjahitan dilakukan mulai
dari mukosa vagina dan otot perineum. Tidak ada perdarahan
aktif.Perdarahan sampai kala IV diperkirakan sebanyak ± 25 cc. Hal
ini masih termasuk ke dalam batas normal dan ibu tidak tergolong
perdarahan karena ibu tergolong kategori perdarahan apabila
perdarahannya lebih dari 500 cc. (Manuaba, 2005). Pada kala IV
penolong memantau keadaan umum ibu, dan jumlah kehilangan darah,
melalui pemeriksaan tanda-tanda vital ibu, kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar, mengajari ibu cara massase uterus dan
memotivasi ibu untuk mulai menyusui. (Depkes,2008:111)
Selama persalinan berlangsung dilakukan pemantauan kondisi
kesehatan ibu maupun bayinya dimana hasil pemantauan tersebut
dicatat dalam partograf, pemantauan dilakukan dari kala I sampai kala
IV berlangsung normal sehingga tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktek.

4.3 Bayi Baru Lahir


Pada pukul 10.30 WIB bayi lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, anus (+), dan tidak ada cacat bawaan, jenis kelamin perempuan
dengan BB 3870 gram dan PB 49 cm. Bayi lahir pada usia kehamilan 41
minggu dan termasuk kedalam bayi cukup bulan atau bayi aterm. Bayi aterm
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan
lahir 2500 – 4000 gram (Wiknjosastro, 2005).
Setelah dipastikan bahwa bayi dalam kondisi baik maka penolong
melakukan tindakan Inisiasi Menyusu Dini. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
237

Selama 1 jam hal ini sesuai dengan teori prawiroharjo 2017, IMD adalah
tindakan segera setelah lahir, yaitu bayi diletakkan di dada atau perut ibu,
dibiarkan merayap mencari puting, kemudian menyusu sampai puas. Proses
ini berlangsung minimal satu jam pertama sejak bayi lahir. (Asuhan
Persalinan Normal Bagi Bidan :123)
4.3.1 1 jam pasca lahir
Setelah melakukan IMD selama 1 jam, bayi dipindahkan ke
meja pemeriksaan untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
antropometri serta dilakukan pemberian profilaksis (Vitamin K dan
Salep Mata). Bayi dimandikan dan diberi Imunisasi Hepatitis B (HB0)
pada saat 6 jam setelah bayi lahir. Tidak ditemukan ikterus patologis,
pemberian ASI lancar. Ibu berencana akan memberikan ASI eksklusif
sampai bayi berusia 6 bulan tanpa ditambah makanan pendamping.
4.3.2 KN 1 (6 – 48 jam)
Pada tanggal 31 juli 2019 dilakukan pemeriksaan yang
termasuk kedalam kunjungan pertama (KN 1) yaitu saat usia 1 hari
dengan hasil pemeriksaan yaitu keadaan bayi baik, tali pusat bersih
dan tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak terdapat tanda bahaya pada
bayi, bayi sudah BAB dan BAK dan BB : 3870 gram PB : 49 cm. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa bayi baru lahir normal berat badannya
yaitu 2500 – 4000 gram, panjang badan bayi yaitu 48 – 52 cm dan
pengeluaran mekonium, urine harus keluar dalam waktu 24 jam
pertama. (Prawihardjo, 2017).
4.3.3 KN 2 (3 – 7 hari)
Pada tanggal 4 agustus2018 dilakukan kunjungan ke dua. Hasil
pemeriksaan yaitu keadaan bayi baik, tali pusat belum puput, tidak ada
tanda bahaya pada bayi, pola eliminasi baik dan tidak ada masalah
serta proses menyusui berjalan lancar, BB: 4100 gram.
4.3.4 KN 3 (8 – 28 hari)
Pada tanggal 10 agustus 2019 dilakukan kunjungan ketiga. Hasil
pemeriksaan yaitu keadaan bayi baik, tali pusat sudah puput dalam 7
238

hari setelah bayi lahir, bayi masih diberikan ASI dan tidak pernah
diberikan makanan selain ASI. asuhan yang diberikan adalah
konseling tentang lima imunisasi dasar pada bayi, dan bayi belum
mendapatkan imunisasi BCG dan polio karen usia bayi belum 1 bulan.
Bayi Ny.S tidak ada masalah atau tidak ditemukan komplikasi.
Dengan demikian asuhan yang diberikan sesuai kebutuhan dan tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik. (Prawihardjo, 2017).

4.4 Nifas
Dalam perawatan masa nifas asuhan yang diberikan pada Ny. D sesuai
dengan program teknis yaitu 3 kali kunjungan untuk menilai status ibu dan
bayinya dan juga untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi (Depkes RI, 2010).
4.4.1 2 jam pasca bersalin
Dua jam pertama merupakan masa yang sangat berbahaya dan
mempunyai peluang yang besar untuk terjadi komplikasi, maka
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan
didapatkan ibu dalam keadaan baik. Lochea yang keluar adalah
Lochea rubra berwarna merah berbau khas yang terjadi pada 1-3 hari
setelah persalinan pengeluaran pervaginam dapat berupa darah segar
yang bercampur dengan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks caseosa, lanugo dan mekonium (Wiknjosastro, 2005: 238).
4.4.2 KF 1 (6 jam – 3 hari)
Pada 1 hari pasca persalinan ibu sudah bisa BAK, hal ini
menunjukkan tidak terjadi trauma yang berlebihan pada jalan lahir dan
saluran kemih. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil,
yaitu keadaan umum baik, tanda-tanda vital normal TD: 120/70
mmHg, Nadi 80 kali/menit, Pernafasan 20 kali/menit, Suhu 36,60C,
kontraksi uterus baik konsistensi keras, tinggi fundus uteri sepusat. ibu
sudah mulai melakukan mobilisasi dini seperti miring kiri/kanan,
duduk, bangun dari tempat tidur, sampai ibu sudah dapat BAK ke
239

kamar mandi sejak 2 jam postpartum. Hal ini sesuai dengan teori
menurut (Hanifah Wiknosastro, 2010) bahwa mobilisasi dini
mempunyai keuntungan melancarkan peredaran darah sehingga
mempercepat pengeluaran ASI. Dalam 1 hari postpartum ini
dilakukan pemberian ASI sedini mungkin sehingga mencapai
kedekatan antara ibu dan bayi. Hal ini sesuai dengan program
kebijakan pemerintah (Depkes RI, 2010).
4.4.3 KF 2 (4 – 28 hari)
Pada tanggal 4 agustus 2018 dilakukan kunjungan nifas kedua.
Pada pemeriksaan keadaan umum ibu baik, dan pada pemeriksaan
tanda-tanda vital normal Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 85
kali/menit, Suhu 36,60C, Pernafasan 20 kali/menit, tinggi fundus 3 jari
diatas sympisis, hal ini sesuai dengan teori bahwa 1 minggu TFU
pertengahan pusat-sympisis (Fitramaya, 2010). dan lochea berwarna
kekuningan berisi sedikit darah dan lebih banyak serum (lochea
sanguinolenta), hal ini sesuai dengan teori bahwa pada hari ke 4-7
postpartum akan mengeluarkan lochea sanguinolenta (Bahiyatun,
2010). Tujuan dari kunjungan ini untuk memastikan involusi uterus
berjalan normal dan tidak mengalami penyulit. (Depkes RI, 2010).
4.4.4 KF 3 (29 – 42 hari)
Pada Kujungan ke tiga postpartum tanggal 10 agustus 2019 hasil
pemeriksaan secara umum: Tekanan Darah 110/80 mmhg, nadi:
87x/menit, suhu 36,50 dan pernafasan 21x/menit, tidak adanya keluhan
yang dirasakan ibu dan tidak adanya komplikasi masa nifas. Memberi
Konseling mengenai Asi eksklusif, tanda bahaya masa nifas dan
keluarga berencana yaitu jenis-jenis alat kontrasepsi dan keuntungan
serta efek sampingnya. Asuhan yang diberikan sesuai dengan
kunjungan ke tiga masa nifas.
Masa nifas Ny. M berlangsung normal seperti involusi uterus,
pengeluaran lochea dan pengeluaran ASI lancar. Asuhan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu, adapun asuhan yang diberikan
240

adalah Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.


Pemeriksaan lochea dan pengeluaran pervagina lainnya personal
hygine, gizi ibu menyusui, tanda-tanda bahaya masa nifas, perawatan
payudara dan keluarga berencana. Hal ini sesuai dengan teori,
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Ny.M
memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah masa nifas
selesai. Setelah di jelaskan berbagai jenis,cara kerja, keuntungn dan
kerugian dari KB, ibu memilih alat kontrasepsi suntik KB.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada kasus Ny. M dari
mulai kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir hingga KB yang
dilaksanakan di RSUD R SYAMSUDIN,SH Kota Sukabumi maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Antenatal
Pada kasus Ny.M dalam masa kehamilan penulis melakukan
pengkajian pada trimester III dengan kunjungan ANC (Antenatal Care)
yang dilakukan penulis adalah sebanyak 1 kali.
Pada kunjungan ANC trimester III ini penulis menemukan adanya
keluhan yang mengarah pada patologis yaitu ibu mengalami hipertensi
gestational, dan hasil pemeriksaan fisik ditemukan adanya oedema pada
tungkai ibu, juga hasil pemeriksaan laboratorium protein urine negatif,
maka Penulis menentukan bahwa Ny.M merupakan ibu hamil yang
patologis
2. Intranatal
Pada persalinan Ny.M berlangsung dengan lancar dan ditolong
sesuai Asuhan Persalinan Normal. Pada kala I berlangsung selama ±4
jam. Pada kala II berlangsung selama ±15menit. Pada kala III
berlangsung selama ±12 menit dan plasenta lahir lengkap. Kala IV
diobservasi selama 2 jam.
3. Postnatal
Masa nifas Ny. M dipantau sebanyak 3 kali pemeriksaan yaitu 1
hari, 4 hari dan 10 hari postpartum dan tidak di temukan penyulit atau
masalah yang di alami Ny. M
4. Neonatal
Asuhan kebidanan pada Bayi Ny. M mendapatkan manajemen
asuhan Bayi Baru Lahir yang sesuai dengan standar seperti pemeriksaan

241
242

TTV, pemeriksaan fisik, suntikan Vit K1, pemberian salep mata,


imunisasi HB0, dan pada kunjungan kedua dan ketiga Bayi Baru Lahir
Ny.M tidak di temukan kelainan/komplikasi, sehingga asuhan diberikan
sesuai dengan standar asuhan bayi baru lahir normal.
5. Pendokumentasian
Dengan melakukan asuhan kebidanan komprehensif, penulis
memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pasien dan melakukan
pendokumentasian dengan menggunakan metode SOAP, sehingga
seluruh tindakan/kegiatan dapat terlihat baik oleh penulis maupun yang
membutuhkannya untuk sebagai bahan peneliti.

5.2 Saran
1. Bagi Ny.M
a. Semoga dengan adanya asuhan ini dapat meningkatkan pengetahuan
ibu di bidang kesehatan.
b. Diharapkan agar ibu mengikuti program keluarga berencana.
2. Bagi Mahasiswa
Agar lebih meningkatkan ilmu kebidanan yang dimiliki baik itu
dalam teori maupun praktek sehingga pada saat dilapangan telah siap
menjadi bidan yang profesional dan melakukan asuhan kebidanan sesuai
standar kebidanan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat lebih mempersiapkan mahasiswanya khususnya
dalam pembekalan keterampilan praktek, yaitu dengan melakukan
bimbingan dan pengarahan yang maksimal sebelum mahasiswa praktik
ke lapangan sehingga pada saat praktik lapangan mahasiswa lebih
terampil dan mampu bekerja sesuai standar pelayanan kebidanan.
4. Bagi RSUD
Diharapkan RSUD sebagai salah satu fasilitas kesehatan tetap
mempertahankan kompetensi atau kualitas pelayanan yang sudah sesuai
dengan standar pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.
Jakarta : EGCDepkes RI, 2015

2. Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI

3. http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/arsip/categories/MTEz/profile-
kesehatan diakses pada tanggal 5 Maret 2018

4. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi 2017

5. WHO. 2010. Infant mortality. World Health Organization

6. Imamah. 2012. Perencanaan-Bidan-Praktek-Mandiri Bpm.


(http://imamah03.blogdetik.com/2012/01/11/perencanaan-bidan-praktek-
mandiri-bpm). Diakses pada tanggal 9 Mei 2018

7. Laporan Tahunan BPM Yani Suhendro, S. ST 2017

8. Hani, Umi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.


Jakarta: Salemba Medika

9. Sulistyawati, Ari.2012.Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta:

Salemba Medika

10. www.cendikia.com diakses pada tanggal 26 Januari 2018

11. Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan Jakarta : Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

12. Saifuddin. 2013. Ilmu Kebidanan Jakarta : Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

13. Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita Jakarta ; CV. Trans Info Media

14. Sulistyowati Ari. 2009 Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan Jakarta ;
Salemba Medika

15. Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti. 20111. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita Jakarta ; CV. Trans Info Media

16. Nurasiah,dkk , 2012 Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan PT Refika


Aditama Bandung
17. Prawirohardjo,Sarwono , 2017 , Ilmu Kebidanan Yayasan Bina
PustakaSarwono Prawirohaardjo , Jakarta

18. APN. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
JNPK-KR

19. Kemenkes RI. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak Jakarta : Kemenkes RI

20. Jitowiyono S. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Muha


Medika

21. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010).Peraturan Menteri


KesehatanRepublik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010.Jakarta
:DepkesRI

22. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011).Profil Kesehatan


Indonesia.Jakarta: Depkes RI

23. Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010).Asuhan Neonatus bayi dan Anak
Balita.Jakarta:Salemba Medika

24. Vivian Nanny. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.

25. Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

26. Hidayat, A, Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Yogyakarta : Salemba Medika

27. Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Asuhan Postnatal Care.


http://www.masbied.com/search/pembagian-umur-menurut-masa-reproduksi
diakses tanggal 04/02/2018, jam 11:00

28. Irianto, Koes.2014.Pelayanan Keluarga Berencana Bandung : Alfabeta

29. Alisjahbana, Mutia.2008. Senam Nifas http://www.berbagisehat.com Diakses


5 April 2018
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :..........................................................................................
Umur : ..........................................................................................
Alamat : ..........................................................................................

Menyatakan bersedia untuk diberikan Asuhan Kebidanan oleh mahasiswi :


Nama : RISNA RAHMAWATI
NIM : 029B.A17.031

Dalam kegiatan Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan, Persalinan, Nifas,


Bayi Baru Lahir dan KB oleh Mahasiswi Program Diploma II Kebidanan Poltekes
Yapkesbi Sukabumi, Tanpa ada paksaan dan secara sukarela.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Sukabumi, 2018
Mahasiswi, Responden

RISNA RAHMAWATI (......................................)


029B.A17.031 Nama Lengkap
DOKUMENTASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERSIAPAN PERSALINAN KEHAMILAN

OLEH :
RISNA RAHMAWATI
029B.A17.031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERSIAPAN PERSALINAN

Topik : Persiapan Persalinan


Hari/Tanggal : Selasa, 30 JULI 2019
Jam : 11.30 WIB
Waktu : 10 Menit
Tempat : RSUD R SYAMSUDIN,SH
Penyuluh : RISNA RAHMAWATI

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan selama
10 menit, Ibu mampu menjelaskan macam-macam persiapan persalinan.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan, ibu
dapat:
1. Menjelaskan pengertian persalinan
2. Menjelaskan macam-macam persalinan
3. Menjelaskan persiapan ibu menghadapi persalinan

C. METODE
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.

D. MEDIA
Leaflet.
E. KEGIATAN
N Tahap Waktu Kegiatan
O
1 Pembukaan 1 Menit  Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Kontrak waktu
 Menjelaskan maksud dan tujuan
pemberian pendidikan kesehatan
2 Pelaksanaan 5 Menit  Menjelaskan pengertian persalinan
penyampaian  Menjelaskan macam-macam persalinan
materi  Menjelaskan persiapan ibu menghadapi
persalinan
3 Diskusi 2menit  Tanya jawab Peserta bertanya
4 Penutup 1 Menit  Menyimpulkan hasil penyuluhan.
 Memberi saran-saran.
 Mengucapkan salam penutup

MATERI PENYULUHAN
“PERSIAPAN PERSALINAN”

A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses saat janin dan produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat
(Barbara, 2009).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir (Sarwono,2009).
Jadi, persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan atau tanpa bantuan.
B. Macam-macam persalinan
1. Persalinan Normal
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak
belakang kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat bantu, serta tidak
melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi). Proses persalinan normal
biasanya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. (Manuaba, 2010).
Terjadinya persalinan membutuhkan tiga faktor penting, yaitu
kekuatan ibu saat mengejan, keadaan jalan lahir, dan keadaan janin.
Ketiganya harus dalam keadaan baik, sehingga bayi dapat dilahirkan.
Dengan adanya kekuatan mengejan ibu, janin dapat didorong kebawah,
dan masuk kerongga panggul. Saat kepala janin memasuki ruang
panggul, posisi kepala sedikit menekuk sehingga dagu dekat dengan dada
janin. Posisi ini akan memudahkan kepala janin lolos melalui jalan lahir,
yang diikuti dengan beberapa gerakan selanjutnya. setelah kepala keluar,
bagian tubuh janin yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu, badan, dan
kedua kaki.
2. Persalinan Dibantu Alat
Jika pada fase kedua/ kala dua persalinan tidak maju dan janin tidak
juga lahir, sedangkan Anda sudah kehabisan tenaga untuk mengejan,
maka dokter akan melakukan persalinan berbantu, yaitu persalinan
dengan menggunakan alat bantu yang disebut forsep atau vakum. Jika
tidak berhasil maka akan dilakukan operasi caesar.
a. Persalinan dibantu Vakum (Ekstrasi Vakum)
Disebut juga ekstrasi vakum. Vakum adalah seatu alat yang
menggunakan cup ppenghisap yang dapat menarik bayi keluar
dengan lembut. Cara kerjanya sangat sederhana, yaitu vakum
diletakan diatas kepala bayi, kemudian ada selang yang
menghubungkan mangkuk ke mesin yang bekerja dengan listrik atau
pompa. Alat ini berpungsi membantu menarik kepala bayi ketika
Anda mengejan. Jadi tarikan dilakukan saat Anda mengejan, dan saat
mulut rahim sudah terbuka penuh (FASE KEDUA) dan kepala bayi
sudah berada dibagian bawah panggul. Persalinan dengan vakum
dilakukan bila ada indikasi membahayakan kesehatan serta nyawa
ibu atau anak, maupun keduanya. Jika proses persalinan cukup lama
sehingga ibu sudah kehilangan banyak tenaga, maka dokter akan
melakukan tindakan segera untuk mengeluarkan bayi, misalnya
dengan vakum. Keadaan lain pada ibu, yaitu adanya hipertensi
(preeklamsia) juga merupakan alasan dipilihnya vakum sebagai alat
bantu persalinan. Daam keadaan demikian, Anda tidak boleh
mengejan terlalu kuat karena mengejan dapat mempertinggi tekanan
darah dan membahayakan jiiwa Anda. Vakum juga dikerjakan
apabila terjadi gawat janin yang ditandai dengan denyut jantung
janin lebih dari 160 kali permenit atau melambat mencapai 80 kali
permenit yang menandakan bahwa bayi telah mengalami kekurangan
oksigen (HIPOKSIA).
Proses persalinannya sendiri menghabiskan waktu lebih dari 10
menit. Namun, dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menjalani
seluruh prosedur.
b. Persalinan Dibantu forsep (ekstrasi forsep)
Forsep merupakan alat bantu persalinan yang terbuat dari logam
menyerupai sendok. Berbeda dengan vakum, persalinan yang
dibantu forsep bisa dilakukan meski Anda tidak mengejan, misalnya
saat terjadi keracunan kehamilan, asma, atau penyakit jantung.
Persalinan dengan forsef relatip lebih beresiko dan lebih sulit
dilakukan dibandingkan dengan vakum. Namun kadang terpaksa
dilakukan juga apabila kondisi ibu dan anak sangat tidak baik.
Dokter akan meletakan forsep diantara kepala bayi dan
memastikan itu terkunci dengan benar, artinya kepala bayi
dicengkram dengan kuat dengan forsep. Kemudian forsep akan
ditarik keluar sedangkan ibu tidak perlu mengejan terlalu kuat.
Persalinan forsep biasanya membutuhkan episiotomi.
Forsep digunakan pada ibu pada keadaan sangat lemah, tidak ada
tenaga, atau ibu dengan penyakit hipertensi yang tidak boleh
mengejan, forsep dapat menjadi pilihan. Demikian pula jika terjadi
gawat janin ketika janin kekurangan oksigen dan harus segera
dikeluarkan. Apabila persalinan yang dibantu forsep telah dilakukan
dan tetap tidak bisa mengeluarkan bayi, maka operasi caesar harus
segera dilakukan.
c. Secsio Caesar 
a) Operasi Caesar Terencana (elektif)
Pada operasi caesar terencana (elektif), operasi caesar telah
direncanakan jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan
mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin. Beberapa
keadaan yang menjadi pertimbangan untuk melakukan operasi
caesar secara elektif, antara lain:
1) Janin dengan presentasi bokong: Dilakukan operasi caesar
pada janin presentasi bokong pada kehamilan pertama,
kecurigaan janin cukp besar sehingga dapat terjadi
kemacetan persalinan (CEPALO PELVIC
DISPROPORTION), janin dengan kepala menengadah
(DEFLEKSI), janin dengan lilitan tali pusat, atau janin
dengan presentasi kaki.
2) Kehamilan kembar: Pada kehamilan kembar dilihat
presentasi terbawah janin apakah kepala, bokong, atau
melintang. Masih mungkin dilakukan persalinan
pervaginam jika persentasi kedua janin adalah kepala-
kepala. Namun, dipikirkan untuk melakukan caesar pada
kasus janin pertama/terbawah selain presentasi kepala. pada
USG juga dilihat apakah masing-masing janin memiliki
kantong ketuban sendiri-sendiri yang terpisah, atau
keduanya hanya memiliki satu kantong ketuban. Pada kasus
kehamilan kembar dengan janin hanya memiliki satu
kantong ketuban, resiko untuk saling mengait/menyangkut
satu sama lain terjadi lebih tinggi, sehingga perlu dilakukan
caesar terencana. Pada kehamilan ganda dengan jumlah
janin lebih dari dua (misal 3 atau lebih), disarankan untuk
melakukan operasi caesar terencana.
3) Plasenta previa: artinya plasenta terletak dibawah dan
menutupi mulut rahim. Karena sebelum lahir janin
mendapat suplai makanan dan oksigen, maka tidak mungkin
plasenta sebagai media penyuplai lahir/ lepas terlebih dulu
dari janin karena dapat mengakibatkan kematian janin.
Plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah, lokasi plasenta
yang menutupi jalan lahir, sangat rawan dengan terjadinya
pendarahan. Apabila terjadi kontraksi pada rahim, maka
sebagian plasenta yang kaya pembuluh darah ini akan
terlepas dan menimbulkan pendarahan hebat yang dapat
mengancam nyawa janin dan ibu.
4) Kondisi medis ibu: preeklamsia, kencing manis (diabetes
militus), herpes, penderita HIV/AIDS, penyakit jantung,
penyakit paru kronik, atau tumor rahim (mioma) yang
ukurannya besaratau menutupi jalan lahir, kista yang
menghalangi turunnya janin, serta berbagai keadaan lain
merupakan hal-hal yang menyebabkan operasi caesar lebih
diutamakan.
5) Masalah pada janin: Misanya pada janin dengan
oligohidramnion (cairan ketuban sedikit) atau janin dengan
gangguan perkembangan.
b) Opereasi Caesar Darurat (Emergency)
Yang dimaksud operasi caesar darurat adalah jika operasi
dilakukan ketika proses persalinan telah berlangsung. Hal ini
terpaksa dilakukan karena ada masalah pada ibu maupun janin.
Beberapa keadaan yang memaksa terjadinya operasi caesar
darurat, antara lain:
1) Persalinan macet
Keadaan ini dapat terjadi pada fase pertama (fase
lilatasi) atau fase kedua (ketika Anda mengejan). Jika
persalinan macet pada fase pertama, dokter akan memberi
obat yang disebut oksitosin untuk menguatkan kontraksi
otot-otot rahim. Dengan demikian mulut rahim dapat
membuka. Ada teknik lain, yaitu memecahkan selaput
ketuban atau memberikan cairaan infus intrafena jika Anda
kekurangan cairan /dehidrasi. Jika cara-cara itu tidak
berhasil, maka operasi caesar akan dilakukan.
Jika persalinan macet pada fase kedua, dokter harus
segera memutuskan apakah persalinan dibantu dengan
vakum atau forsep atau perlu segera dilakukan operasi
caesar. Hal yang menjadi   pertimbangan untuk melanjutkan
persalinan pervaginam dengan alat (berbantu) atau operasi
caesar, tergantung pada penurunan kepala janin didasar
tanggul, keadaan tanggul ibu, dan ada tidaknya kegawatan
pada janin.
Persalinan macet merupakan penyebab tersering
operasi caesar. Beberapa alasan yang dijadikan
pertimbangan ialah kontraksi tidak lagi efektif, janin terlalu
besar semantara jalan lahir ibu sempit, dan posisi kepala
janin yang tadak memungkinkan dilakukan penarikan
dengan vakum maupun forsep.
2) Stres pada janin
Ketika janin stres, dia akan kekurangan oksigen. Pada
pemeriksaan klinik tanpak bahwa denyut jantung janin
menurun. Secara normal, selama terjadi kontraksi denyut
jantung      janin menurun sedikit, namun akan kembali ke
prekwensi asalnya, jika:
a. Prolaps tali pusat: jika tali pusat keluar melalui mulut
rahim, dia bisa terjepit, sehingga suplai darah dan
oksigen kejanin berkurang. Keadaan ini berbahaya jika
janin dilahirkan secara normal lewat vagina, sehingga
memerlukan tindakan operasi caesar segara.
b. Perdarahan: Jika Anda mengalami perdarahan yang
banyak akibat plasenta terlepas dari rahim, atau karena
alasan lain, maka harus dilakukan operasi caesar.
c. Stres janin berat: Jika denyut jantung janin menurun
sampai 70x per menit, maka harus segera dilakukan
operasi caesar. Normalnya denyut jantung janin adalah
120/160x per menit. (wordpress.com/macam-macam-
persalinan)

C. Persiapan ibu menghadapi persalinan


1. Persiapan persalinan secara bio/fisiologis
a) Semakin meningkat umur kehamilan, ibu semakin merasakan
pergerakan-pergerakan bayi. Perut ibu semakin membesar,
pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu merasakan tidak nyaman.
b) Kadang-kadang ibu mengalami gangguan kencing, kaki bengkak
c) Kondisi otot panggul dan otot jalan lahir mengalami penekanan
d) Keluarnya bayi itu sebagian besar disebabkan oleh kekuatan dan
kontraksi otot-otot dan sebagian lagi oleh tekanan dari perut.
e) Kontraksi dari otot uterus dan pelontaran bayi keluar amat
dipengaruhi oleh sistem syaraf simpati, parasimpatis dan syaraf lokal
pada otot uterus
2. Persiapan Psikologis
a) Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis
belaka, akan tetapi banyak diwarnai dengan komponen psikologis
b) Ada perbedaan yang dialami ibu yang satu dengan yang lain
c) Pada minggu-minggu terakhir menjelang persalinan bayinya, ibu
banyak dipengaruhi oleh perasaan/emosi dan ketegangan
d) Ibu merasa cemas dapat lahir dengan lancar, sehat atau cacat
e) Adanya dukungan moral daripada suami dan calon ayah
f) Kesiapan mental untuk menghadapi proses persalinan dan
meyakinkan diri sebelum proses persiapan persalinan normal adalah
suatu proses yang alami dan terbaik
g) Ibu juga amat bahagia menyonsong kelahiran bayinya yang diidam-
idamkannya.
h) Disamping itu ibu merasakan takut terhadap darah, takut sakit, takut
terjadi gangguan waktu melahirkan, bahkan takut mati.
i) Kecemasan ayah juga tidak boleh diabaikan. Kecemasan ayah
hampir sama besarnya dengan kecemasan ibu yang melahirkan,
hanya berbeda sang ayah tidak secara langsung merasakan efeknya
kehamilan.
Bantuan yang diberikan kepada ibu dalam rangka bimbingan
persiapan mental adalah sebagai berikut:
1) Mengatasi perasaan takut yang dirasakan oleh ibu dalam persalinan
dengan cara:
 Memberikan pengertian pada ibu tentang peristiwa persalinan
 Menunjukkan kesediaan untuk menolong
 Mengajak ibu berdoa untuk menyerahkan diri dan mohon
bantuan kepada Tuhan sesui dengan agama.
2) Berusaha menentramkan perasaan yang mencemaskan
 Dengan penjelasan yang bijaksana
 Dengan menjawab perasaan ibu secara baik dan tidak
menyinggung perasaan
3) Memberi gambaran yang jelas dan sistematis tentang jalannya
persalinan. Misal:
 His/kontraksi yang mengakibatkan rasa sakit itu penting untuk
membuka jalan kelahiran
 Mengeluarkan anak dalam kandungan bukan saja dengan his
makin kuat tetapi juga dengan cara yang baik. Penjelasan ini
banyak sekali sesuai dengan perubahan fisiologis dalam
persalinan. Perlu diingat bahwa penjelasan harus sederhana agar
mudah dimengerti oleh ibu.
4) Ibu harus sering ditemani karena akan merasa mendapatkan bantuan
moril orang yang simpati dengan memberi bantuan setiap saat yang
diperlukan dan mendengarkan segala keluhan penderita
5) Mengerti perasaan penderita
6) Menarik perhatian dan kepercayaan ibu dengan perhatian dan
tingkah laku, bijaksana, halus dan ramah serta sopan
7) Berusaha membesarkan kepercayaan dan keselamatan ibu
menghadapi persalinan dengan memberi petunjuk dan mengikutinya.
3. Persiapan Sosial
Segi sosial merupakan akar untuk tumbuh, dalam hal ini harus
dipersiapkan mengenai unsur apa yang harus dikenal dari lingkungan
sosial, kondisi ekonomi, taraf penghidupan dan kebudayaan yang
berhubungan dengan calon ibu yang akan melahirkan. Misal:
 Malnutrisi akan membawa akibat bagi kehamilan, ibu maupun
janin
 Perumahan yang tidak memenuhi syarat, ini akan menimbulkan
higiene yang kurang
4. Persiapan Kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan tingkat
hidup yang kurang baik terhadap kehamilan dan berusaha unutk
mencegah akibat itu. (Hamilton P.2008)
5. Persiapan TABULIN (Tabungan Ibu Bersalin)
Tabulin adalah tabungan yang dipersiapkan untuk persalinan yang
dilakukan pada pasangan suami istri sedang dasolin atau dana social
bersalin digunakan untuk merencanakan dalam kehamilannya.
Salah satu kegiatan ini adalah membuat tabungan ibu bersalin
(tabulin). Secara psikologis, ibu akan merasa tenang menghadapi saat
persalinan jika semua kebutuhan sudah terpenuhi. Tabulin ini biasanya
dilakukan oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan, sehingga akan
menjamin akses ibu kepada petugas kesehatan. Adapun manfaat dari
diadakannya tabulin ini adalah sebagai berikut:
 Sebagai tabungan/simpanan itu yang digunakan untuk biaya
persalinan atau sesudah persalinan.
 Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.
Tabungan yang bersifat social ini sangat membantu warga, terutama
bagi warga yang berekonomi lemah. Proram ini sangat tepat dan efektif
dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan
merasa terbebani dalam upaya mendukung program tersebut karena
penggalangan dana tabungan dilakukan mellaui proses jimpitan. Melalui
tabulin bumil diharapakan dapat menabung sehingga saat melahirkan,
tidak mengalami kesulitan biaya persalinan karena sudah ada dana
tabungan. Kegiatan ini adalah upaya yang sangat baik untuk menurunkan
angka kematian ibu. Meskipun demikian, cara ini belum menjamin 100%
menjamin ibu hamil selamat dari maut. Tabungan ini biasanya dibentuk
berdasarkan RW atau posyandu. Sebagai tenaga kesehatan yang akan
membantu proses kelahiran biasanya akan menetukan jumlah tabungan
ibu hamil di setiap minggu nya dan memberi penjelasan kepada ibu hamil
betapa pentingnya manfaat tabulin sehingga ibu hamil mempunyai
kesadaran untuk membayar tabulin. (www.academia.edu/TABULIN)
6. Persiapan Kegawatdaruratan (BAKSOKUDA)
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat
“BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut:
 B (Bidan): Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kegawatdaruratan
 A (Alat): Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan
seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop
 K (keluarga): Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu
(klien) dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota
keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
 S (Surat): Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu
(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat
yang telah diterima ibu
 O (Obat): Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk
 K (Kendaraan): Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
 U (Uang): Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempar rujukan
 DA (Darah): Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan
transfusi darah apabila terjadi perdarahan.
(jurnalbidandiah.blogspot.com/pelayanan-kontrasepsi-dan-
rujukannya)
DAFTAR PUSTAKA
1. Barbara. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
2. Hamilton P. 2008. Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
3. Manuaba. 2010. Pengantar Obstetri. Jakarta: EGC.
4. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pengerti ngi Rasa
an Nyeri
1. Mintalah
Persalina pasangan  m
n emijat
punggung
Tanda- bawah.
Persalinan
adalah Tanda
pengeluaran Persalina
hasil konsepsi
yang sudah n
cukup bulan
atau dapat 1. Keluar 2. Berkonse
lender ntrasilah
hidup di luar
bercampur pada
kandungan darah. pernafasan.
melalui jalan 2. Kontraksi
lahir atau jalan yang teratur
lain, disusun setiap 10 –
dengan 15 menit.
pengeluaran 3. Ketuban
pecah.
plasenta dan 4. Dilatasi 3. Bernyanyi
selaput janin serviks lah atau
dari dalam (leher bersuaralah
tubuh ibu. rahim) saat nyeri
Cara timbul untuk
melepaskan
Mengura rasa sakit
anda
berdiri,
duduk, Tujuan
maupun
posisi
Menget
lainnya ahui
4. Berkonse
ntrasilah
Tanda-
pada tiap Tanda
kontraksi
Persalin
an
7. Buang air
kecil
sesering Persalinan
mungkin normal selalu
agar didahului
kandungan dengan adanya
5. Bergerakl kontraksi uterus
kencing
ah terus yang
tidak
diantara tiap menimbulkan
menghalangi
kontraksi rasa nyeri.
saat
kontraksi. Faktor- faktor
yang
menyebabkan
rasa nyeri
tersebut antara
lain :
1. Gerakan
6. Pertahank
kontraksi
an posisi
rahim
punggung
menyebabka
yang tegak,
n otot-otot
baik saat
dinding
rahim respon POLTEKES
YAPKESBI
mengerut, terhadap SUKABUMI
menjepit stress.
2019
pembuluh TANDA-
darah. TANDA
2. Jalan lahir PERSALINA
dan jaringan
N
lunak di
sekitarnya
meregang,
sehingga
terasa nyeri.

Disusun Oleh :

RISNA RAHMAWATI
3. Keadaan 029B.A17.031
mental ibu
(ketakutan,
cemas,
khawatir
atau tegang),
serta hormon
prostaglandi PROGRAM STUDI
n yang D III KEBIDANAN
meningkat
sebagai
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KELUARGA BERENCANA

Disusun oleh:

Risna Rahmawati

029B. A17. 031

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KELUARGA BERENCANA

Pokok Bahasan : Keluarga Berencana


Sub Bahasan  : KB
Penyuluh  : Risna Rahmawati
Hari Tanggal  : 10 Agustus 2019
Waktu   : 15 Menit
Tempat : Rumah Ny. M

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, dan mengatur interval
diantara kelahiran.
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Kontrasepsisuntikan ialah suatu cara kontrasepsi wanita yang diberikan
melalui suntikan.
Pengendalian kehamilan yaitu pengaturan jumlah anak yang dikandung
atau lahir. Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan.
Jadi, Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan jumlah keluarga.
Pembatasan bisa dilakukan dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.

B. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Ibu mengetahui macam-macam metode kontrasepsi
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
a. Ibu mengetahui pengertian KB
b. Ibu mengetahui manfaat KB
c. Ibu mengetahui macam-macam metode alat kontrasepsi
C. STRATEGI
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.

D. MEDIA
1. Leaflet.

E. KEGIATAN
No Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Evaluasi
.
1. Pembukaan 2 menit  Mengucap salam Menjawab salam,
 Memperkenalkan diri mendengarkan
2. Isi 10 menit  Menjelaskan tentang Mendengarkan
pengertian KB dan
 Menjelaskan manfaat memperhatikan.
KB
 Menjelaskan tentang
macam-macam metode
KB
 Tanya jawab
4. Penutup 3 menit  Menyimpulkan hasil menjawab salam.
penyuluhan.
 Memberi saran-saran.
 Memberi salam
KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

PENGERTIAN
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kehamilan, atau salah satu usaha untuk membantu keluarga termasuk individu
merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik sehingga dapat mencapai
keluarga berkualitas.

MANFAAT KELUARGA BERENCANA


a. Perbaikan kesehatan badan ibu
b. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anaak, beristirahat, dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.
c. Perkembangan fisik, mental dan sosial anak lebih sempurna.
d. Perencanan kesempatan pendidikan yang lebih baik.
MACAM-MACAM METODE KONTRASEPSI
A. Macam-macam kontrasepsi
1. Metode Alami dalam Kontrasepsi
a. Koitus Interuptus (Sanggama Terputus)
Metode ini dapat mencegah terjadinya pembuahan yang
berujung pada kehamilan. 
1) Pengertian
Coitus Interruptus dapat diartikan sebagai senggama
terputus atau dalam artian penis dikeluarkan dari vagina
sesaat seblum ejakulasi terjadi. Membutuhkan partisipasi
yang besar dari pasangan Anda.
2) Cara kerja
Dengan cara ini diharapkan cairan sperma tidak akan
masuk kedalam rahim serta mengecilkan kemungkinan
bertemunya sperma dengan sel telur yang dapat
mengakibatkan terjadinya pembuahan.
3) Keuntungan
a) Murah
b) Tidak perlu repot-repot datang ke tenaga kesehatan
c) Bisa digunakan oleh ibu yang mempunyai tekanan
darah tinggi
4) Kerugian
Faktor kegagalan cukup tinggi jika pasangan tidak
bisa bekerja sama dengan baik
b. Sistem Kelender (Pantang Berkala/ogino-knaus)
Metode ini disebut juga dengan The Rhythm Method.
Jika cara ini jadi pilihan maka pengetahuan kita tentang masa
subur atau fertility awareness harus tinggi. Kita harus
mengetahui dengan tepat masa subur atau saat yang paling
memungkinkan kita mengalami kehamilan.
Bila kita emang ingin menunda kehamilan, maka pada
saat tubuh memasuki masa subur tundalah keinginan
berhubungan intim dengan pasangan. Atau kita tetap
melakukan hubungan seksual tapi menggunakan kondom.
Dianjurkan untuk memperhatikan terlebih dahulu siklus
mentruasi kita selama 3 bulan kalau perlu 6 bulan guna
mendapatkan perhitungan waktu siklus mentruasi yang tepat, 
Secara umum masa "aman" seorang wanita adalah 2 hari
setelah mentruasi hingga 20 hari menjelang mentruasi
berikutnya buat yang memiliki siklus haid pendek.
Jika siklus menstruasi kita panjang, maka masa "aman" 2
hari setelah haid hingga 16 hari menjelang menstruasi yang
akan datang.
Namun perlu di ingat sebenarnya masa subur sangat sulit
ditebak dengan pasti jadi masih ada kemungkinan Anda
mengalami "kebobolan"
c. Metode Amenore Laktasi
1) Pengertian
Metode kontrasepsi yang digunakan dengan cara
menyusui bayinya secara eksklusif selama 6bln tanpa
tambahan makanan apapun dengan syarat ibu belum
kembali kesuburannya (menstruasi)
2) Efektifitas
Efektifitas MAL mencapai 98%
3) Cara Kerja
Cara kerja dari MAL yaitu menghambat ovulasi
4) Syarat yang boleh menggunakan MAL
a) Klien yang belum mendapatkan haid setelah melahirkan
b) Umur bayi kurang dari 6 bulan
c) Menyusui Eksklusif
5) Keuntungan
a) Murah
b) Tidak perlu repot-repot datang ke tenaga kesehatan
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Tidak mengganggu produksi ASI
6) Kerugian
a) Tidak bisa digunakan bila klien bekerja / berpisah
dengan bayinya lebih dari 6 jam
b) Tidak bisa mencegah dari PMS (Penyakit Menular
Seksual)
2. Metode Perlindungan (Barrier) 
a. Kondom
1) Pengertian
Kondom digunakan pada fenis pria untuk mencegah sperma
bertemu sel telur ketika terjadiejakulasi. 
Gambar 2.15 Alat Kontrasepsi Kondom
2) Efektivitas
Penggunaan kondom cukup efektif selama digunakan secara
tepat dan benar. 
3) Cara Kerja
Mencegah masuknya sperma ke alat kelamin wanita sampai
ke ovum
4) Keuntungan
a) Mudah digunakan
b) Tidak membutuhkan bantuan medis untuk memakai.
c) Bisa menlindungi dari PMS
d) Mudah didapat
e) Tidak Merepotkan
5) Kerugian
Kegagalan terjadi jika kondom bocor, robek
6) Efek Samping
a) Kondom dapat tertinggal di dalam alat kelamin ibu
b) Ibu bisa mengeluh keputihan yang banyak dan berbau
c) Terjadi infeksi ringan
b. IUD (Intrauterine Device) = AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) 
1) Pengertian
Teknik kontrasepsi ini adalah dengan cara memasukkan alat
yang terbuat dari tembaga kedalam rahim.
Gambar 2.16 Alat Kontrasepsi IUD
2) Cara Kerja
Menimbulkan reaksi keradangan lokal dalam endometrium
kavum uteri sehingga menghambat terjadinya penempelan
sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim.
IUD diduga juga menghambat motilitas tuba sehingga
memaksa sperma "berenang" melawan arus.
3) Efektifitas
Efektivitasnya bisa mencapai 98%, layaknya seperti pil,
IUD juga mudah mengembalikan kesuburan Anda.
4) Keuntungan
a) Bisa digunakan untuk metode jangka panjang
b) Bisa digunakan untuk klien yang mempunyai tekanan
darah tinggi
c) Tidak mengganggu produksi ASI
5) Kerugian
a) Mengganggu hubungan seksual
b) Harus datang ke tenaga kesehatan untuk memasang,
melepas, dan kontrol
c) Mahal
d) Tidak bisa mencegah dari PMS
6) Efek Samping
a) Amenorhea
b) Spoting / perdarahan bercak
c) Nyeri
3. Metode Hormonal
a. Pil KB
1) Jenis pil dan Pengertian
a) Minipil yaitu alat kontrasepsi jenis pil yang hanya
mengandung hormon progesteron cocok untuk ibu
menyusui

Gambar 2.17 Alat Kontrasepsi Pil KB


b) Pil Kombinasi yaitu alat kontrasepsi yang mengandung
hormon estrogen dan progesteron.
2) Cara Kerja
a) mencegah pelepasan sel telur
b) mengentalkan lendir sehingga sperma sulit bertemu
dengan sel telur
3) Efektifitas
Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi (99%)
bila digunakan dengan tepat dan secara teratur. 
4) Keuntungan
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Kesuburan cepat kembali
c) Membuat menstruasi teratur, 
d) Mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. 
5) Kerugian
a) Bisa menambah/mengurangi berat badan
b) Harus selalu mengingat-ingat minum pil
c) Tidak bisa mencegah dari PMS
6) Efek Samping
a) Mual, muntah
b) Amenorhea
c) Spotting
b. Suntik KB
1) Pengertian
Alat kontrasepsi suntik yang hanya mengandung hormon
progesteron yang diberikan setiap 3 bulan sekali/12 minggu
sekali.

Gambar 2.18 Alat Kontrasepsi KB Suntik


2) Cara Kerja
a) mencegah pelepasan sel telur
b) mengentalkan lendir sehingga sperma sulit bertemu
dengan sel telur
3) Efektifitas
Efektifitasnya tinggi sekitar 99% bila digunakan secara
teratur
4) Keuntungan
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Tidak mengganggu produksi ASI
c) Cocok digunakan bagi klien yang pelupa (lupa minum
pil)
5) Kerugian
a) Kesuburan lama kembali
b) Tidak melindungi dari PMS
c) Tidak boleh digunakan untuk wanita perokok
d) Kegemukan
6) Efek Samping
a) Amenorhea
b) Spotting
c. Susuk KB Implant/susuk KB
1) Pengertian
Alat kontrasepsi dengan cara memasukkan tabung kecil di
bawah kulit pada bagian tangan yang dilakukan oleh dokter
Anda.

Gambar 2.19 Alat Kontrasepsi Implant


2) Cara Kerja
a) Mengentalkan lendir serviks
b) Mengurangi proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi
c) Menekan ovulasi
3) Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100
perempuan)
4) Jenis Implan
a) Norplant : terdiri dari 6 batang dan lama kerja 5 tahun
b) Implanont : terdiri dari 1 batang lama kerja 3 tahun
c) Indoplant dan Jadena : terdiri dari 2 batang dengan lama
kerja 3 tahun.
5) Keuntungan
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang
c) kesuburan cepat kembali
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
6) Kerugian
a) Membutuhkan tindakan insisi
b) Tidak melindungi dari PMS
c) Tidak dapat menghentikan pemakaian sendiri
7) Efek Samping
a) Amenorhea
b) Spotting
c) Ekspulsi
d) Infeksi pada daerah insisi
4. Metode Kontrasepsi Permanen (Kontrasepsi Mantap/
KONTAP)
a. Sterilisasi
1) Pengertian
Saluran telur pada wanita disumbat dengan cara
diikat, dipotong atau dilaser. Sterilisasi pada wanita ini juga
bisa dilakukan dengan pengangkatan rahim.
2) Cara kontrasepsi ini bersifat permanent.
Sedangkan pada kaum pria, sterilisasi dilakukan
dengan cara memotong saluran sperma. 
Jika kita ingin jalani kontrasepsi ini, sebaiknya usia
anak bungsu Anda telah melewati masa balita. hal ini
sekedar berjaga-jaga jika suatu saat Anda masih berniat
untuk hamil kembali.
mencapai dan penjarangan
Apa Itu KB ? kesejahteraan dengan kehamilan dengan
Keluarga Berencana jalan memberikan pemberian alat
adalah salah satu usaha nasehat perkawinan kontrasepsi.
 Memperoleh 1.     Praktis, efektif, aman
Tujuan KB : perhatian, dan relatif murah.
1. Mencegah pemeliharaan dan 2.     Tidak mempengaruhi
kehamilan karena makanan yang
cukup produksi ASI, sehingga
alasan pribadi
2. Menjarangkan  Perencanaan sangat cocok digunakan
kehamilan kesempatan bagi ibu-ibu yang
3. Membatasai pendidikan lebih sedang menyusui.
jumlah anak baik

Sasaran KB: SUNTIKAN Kerugian :


1. Ibu yang Suntik KB adalah suatu -         Gangguan hamil
menderita cara kontrasepsi untuk -         Pusing  dan sakit
penyakit menahun wanita yang mampu kepala
2. Usia ibu yang -         Perubahan BB
melindungi seorang ibu
menderita
terhadap kemungkinan -         Perubahan libido
penyakit menahun
3. Pasangan usia hamil. -         Jerawat
subur dari 20 -         Depresi
tahun atau lebih -         Keputihan
dari 30 tahun
4. Riwayat persalinan PIL
yang buruk
Pil KB adalah alat
5. Keguguran
berulang kali kontrasepsi yang diugn
untuk mencegah
Manfaat KB Cara  Kerja  terjadinya kehamilan

Bagi Ibu :     1. Suntik KB ? mengandung hormon


     Mencegah lepasnya sel estrogen dan
1. Perbaikan progesterone.
telur dari indung telur
kesehatan
2. Peningkatan wanita.
kesehatan 2.     Mengentalkan lendir
3. Waktu yang cukup mulut rahim, sehingga
untuk mengasuh spermatozoa/sel mani
anak tidak dapat masuk ke
4. Waktu yang cukup
dalam rahim.
untuk istirahat
5. Menikmati waktu 3.     Menipiskan
luang endometrium, sehingga Cara kerja  :
6. Dapat melakukan tidak siap untuk Sama dengan cara kerja
kegiatan lain pembuahan dan KB Suntik.
Manfaat KB kehamilan.
4.     Menghambat Cara pemakaian :
Bagi anak :    pematangan dan Pil KB diminum pada
 Dapat tumbuh pelepasan sel telur hari pertama haid 
dengan wajar dan Keuntungan : sesudah makan malam,
sehat
selanjutnya diminum  Murah, mudah Keuntungan:
setiap hari sesuai didapat a. Daya guna tinggi
petunjuk.  Dapat dipakai b. Perlindungan jangka
sendiri panjang (sampai 5
 Efek samping tidak tahun)
Keuntungan : ada c. Pengembalian
- Sangat efektif
kesuburan yang cepat
- Menyebabkan Kerugian : d. Tidak memerlukan
sedikit gangguan
 Sedikit pemeriksaan dalam
pada haid.
mengganggu e. Tidak mengganggu
- Mengurangi resiko
 Selalu harus pakai kegiatan sanggama
terhadap kanker
kondom baru f. Tidak mengganggu
ovarium dan kanker
 Harus ada ASI
rahim.
persediaan g. Klien hanya kembali
ke klinik bila ada
Kerugian : keluhan
- Sakit kepala AKDR h. Dapat dicabut setiap
- Mual AKDR atau IUD (Intra saat
- Perubahan BB i. Mengurangi jumlah
Uterine Device) bagi
- Melunaknya buah darah haid
dada banyak kaum wanita
- Perubahan aliran merupakan alat
Kerugian:
haid kontrasepsi yang terbaik
- Perubahan libido a. Nyeri kepala
b. Peningkatan berat
badan
c. Jerawat
KONDOM d. Perubahan perasaan
(mood) atau
Suatu karet tipis,
kegelisahan
berwarna atau tidak (nervousness)
berwarna, dipakai untuk e. Membutuhkan
menutupi penis yang tindak pembedahan
ereksi sebelum KONTRASE minor untuk insersi
dan pencabutan.
dimasukkan ke dalam
vagina sehingga sperma PSI f. Tidak memberikan
tertampung di efek protektif
dalamnya. IMPLAN terhadap infeksi
menular seksual
metode kontrasepsi yang
termasuk AIDS.
diinsersikan pada bagian
g. Klien tidak dapat
subdermal, yang hanya menghentikan
mengandung progestin sendiri pemakaian
dengan masa kerja kontrasepsi.
panjang, dosis rendah,
dan reversibel untuk
Keuntungan : wanita
SUDAHKAN
ANDA
MENJADI PRODI
ASEPTOR DIPLOMA III
KB..??? KEBIDANAN
POLTEKES
YAPKESBI
SUKABUMI
2019
ALAT
KONTRASEPS
I
KELUARGA
BERENCANA

OLEH :
Risna Rahmawati
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

OLEH :

RISNA RAHMAWATI
029B.A17.031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

Topik : Tanda Bahaya pada BBL


Hari/Tanggal : 04 AGUSTUS 2018
Jam : 09.30WIB
Waktu : 10 Menit
Tempat : RSUD SYAMSUDIN SH
Penyuluh : RISNA RAHMAWATI

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pertemuan ini, peserta diharapkan dapat mengetahui tanda
- tanda bahaya pada bayi baru lahir

B. Tujuan Khusus
Pada akhir pertemuan, peserta dapat:
1. Memahami tentang tanda - tanda bahaya bayi baru lahir
2. Membawa bayi segera ketenaga kesehatan bila terjadi dari tanda - tanda
bahaya bayi baru lahir

C. Media
Leaflet

D. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
E. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
Pembukaan  Mengucapkan  Menjawab salam
(1 menit) salam  Mendengarkan
 Menyampaikan
tujuan
Inti Isi materi
(5 menit) penyuluhan
1. Menjelaskan  Mendengarkan
tentang pengertian
bayi baru lahir
2. Menjelaskan  Mendengarkan
pengertian tanda -
tanda bahaya bayi
baru lahir     
3. Menjelaskan tanda    Memperhatikan
- tanda bahaya
pada bayi baru
lahir
Penutup 1. Tanya jawab  Mengajukan pertanyaan
(4 menit) 2. Mengakhiri  Menjawab
penyuluhan     
3. Salam  Menjawab salam
Lampiran Materi
TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR

A. Pengertian Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram dan telah mampu hidup di
luar kandungan (Ibrahim Kristina S. 1984. Perawatan Kebidanan jilid
II,Bandung).
B. Pengertian Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah pada
bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi.
C. Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Berikut berapa tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali
kegawatan pada bayi baru (neonatus):
1. Bayi tidak mau menyusu
Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti
yang kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika
bayi tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya akan berkurang dan ini
akan berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu
ketika sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin justru dalam kondisi
dehidrasi berat.
2. Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda
perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang
terjadi saat bayi demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari
demamnya, selalu sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis
anjuran dokter. Jika bayi anda kejang namun tidak dalam kondisi demam,
maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya
kejang, konsultasikan pada dokter.
3. Lemah
Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah.
Jangan biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari
diare, muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat.
4. Sesak Nafas
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa
yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali
per menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib waspada.
Lihat dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
5. Merintih
Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika
bayi kita merintih terus menerus walau sudah diberi ASI atau sudah
dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
6. Pusar Kemerahan
Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda
infeksi. Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga
tali pusat bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan
biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi tidak untuk
dikompreskan. Artinya hanya dioleskan saja saat sudah kering baru anda
tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di apotik.
7. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang atau
lebih perhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar membuat
bayi anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin atau
pakaian yang basah.
8. Mata Bernanah Banyak
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi
yang berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan kapas
dan air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.
9. Kulit Terlihat Kuning
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun
jika kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14
hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan
tinja bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal
tersebut pada dokter.
D. Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya
Merujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas.Masalah atau kondisi akut
perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di kamar
bersalin) :
1. Tidak bernafas
2. Sesak nafas
3. Sianosis sentral (kulit biru)
4. Bayi berat lahir rendah (BBLR) < 2500 gram
5. Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c)
6.  Kejang
E. Kondisi perlu tindakan awal
1. Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama)
2. Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)
F. Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera
(oleh tenaga di kamar bersalin):
1. Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah
kelahiran bayi
2. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA
Nanny,Via Lia Dewi.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta.
Salimba Medika
TANDA BAHAYA Tanda dan gejala bayi muda sering
BAYI BARU LAHIR sakit berat pada tidak spesifik.
bayi baru lahir dan Tanda ini dapat
terlihat pada saat
atau sesudah bayi
lahir, saat bayi baru
lahir datang atau
saat perawatan di
rumah sakit.
Pengelolaan awal
bayi baru lahir
dengan tanda ini
adalah stabilisasi Warna kulit
Infeksi
dan mencegah Kuning (terutama
Suhu meningkat,
keadaan yang lebih pada 24 jam), biru
merah, bengkak,
buruk.  atau pucat, memar.
keluar cairan
(nanah), bau busuk,
Pernafasan pernafasan sulit.
Sulit atau lebih dari
60 kali permenit.

Pemberian ASI
Tinja/kemih
Hisapan lemah,
Tidak buang air
mengantuk
besar dalam 3 hari,
Kehangatan berlebihan, rewel,
tidak berkemih
Terlalu panas lebih banyak muntah.
dalam 24 jam, tinja
dari 38oC atau lembek, ada lender
terlalu dingin kurang atau darah pada
dari 36oC. tinja.
BAYI BARU
LAHIR

Aktivitas
menggigil,
menangis yang
tidak biasa, rewel,
lemas, terlalu
mengantuk, lunglai,
kejang halus, tidak
bisa tenang, Oleh:
menangis terus-
RISNA RAHMAWATI
menerus.
029B.A17.031

PROGRAM STUDI
DIII KEBIDANAN
POLTEKES
YAPKESBISUKABU
MI

TANDA 2019

BAHAYA

Anda mungkin juga menyukai