Anda di halaman 1dari 112

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian kehamilan
Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga
kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika
seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan adanya
menstruasi. (Hanni, 2011).
Kehamilan adalah serangkaian proses yang di awali dari konsepsi
atau pertemuan antara ovum dan sperma sehat dan di lanjutkan dengan
fertilisasi, nidasi dan impantasi (Sulistyani 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan proses
alamiah pada seorang wanita yang sudah mengalami menstruasi berupa
penyatuan spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan implantasi
berlangsung kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 301 hari
(43 minggu).

2.1.2 Pembagian waktu kehamilan


Adapun fisiologi kehamilan menurut (Sarwono, 2014) Yaitu
sebagai berikut :
1. Trimester I
Mornig sicknes/mual muntah dipagi hari di mulai dari usi
khamilan 8 minggu dan mungkin berakhir sampai usia 12 minggu,
perubahan uterus dapat teraba di bawah simpisis pubis pada uk 12
mgg, adapun kenaikan berat badan yang terjadi pada Trimester 1
sekitar1-2 kg.
2. Trimester II
Uterus akan tumbuh pada usia kehamilan 16 minggu,uteus
biasanya berada pada pertengahan antara simpisis pubis dan pusat.
payudara akan mengeluarkan kolostrum.ibu akan merasakan gerak

6
7

bayinya. Akan timbul perubahan kulit seperti cloasma, striae


gravidarm dan linea nigra.
3. Trimester III
Pada usia kehamilan 28 minggu pundus akan berada di sekitar
pusat, dan prosesus xipodius. Pada usia 32-36 minggu pundus dapat
mencapai prosesus xipodius, payudara akan terasa nyeri dan penuh,
keadaan sering kencing akan timbul kembali, mulai mules yang
semakin meningkat, terjadi perasaan nyeri punggung karena tahanan
di punggung semakin besar.
2.1.3 Menentukan Usia Kehamilan
1. Rumus Naegele
Usia kehamilan dihitung 280 hari, patokannya adalah HPHT
atau TP (Taksiran Persalinan).
HPHT adalah Hari Pertama Haid Terakhir seorang wanita
sebelum hamil. Cara menentukan HPHT adalah dengan melakukan
anamnesis pada ibu secara tepat karena apabila terjadi kesalahan,
maka penentuan usia kehamilan juga menjadi tidak tepat. Beberapa
pertanyaan yang bisa diajukan:
a. Kapan ibu mengeluarkan haid sebelum hamil.
b. Apakah pada tanggal tersebut sudah bersih atau masih baru
keluar darah haidnya.
c. Berapa lama menstruasinya.
d. Berapa banyak menstruasinya (jika hanya sedikit maka
kemungkinan sudah terjadi nidasi.
HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru
mengeluarkan darah menstruasinya dengan frekuensi dan lama
seperti menstruasi yang seperti biasa.
TP adalah tanggal taksiran perkiraan persalinan ibu. Bisa
ditentukan setelah HPHT didapatkan. Berikut Rumus yang
digunakan:
8

TP: Tanggal HPHT +7


Bulan HPHT -3
Tahun HPHT +1 (jika bulan dari 4 – 12)

Atau
TP: Tanggal HPHT +7
Bulan HPHT +9
(Jika bulan dari 1-3)

1) Jika dari HPHT: Dihitung secara rinci hari-hari yang sudah


dilalui dimulai dari HPHT sampai tanggal waaktu
penghitungan.
2) Jika dari TP: Dihitung secara rinci hari-hari yang belum dilalui
secara mundur dimulai dari TP sampai minggu waktu
perhitungan, kemudian mengurangi dari 40 minggu (bulan
aterm) dengan hasil hitungan dengan cara:
a) Menghitung TP = HPHT ditambah 7, bulan dikurangi 3 dan
tahun ditambah 1. Atau hari di tambah 7, bulan ditambah 9
tahun tetap.
b) Menghitung hari-hari yang belum dilalui, mundur dari TP.
c) mengurangi Minggu aterm (40 minggu) dengan hasil
hitungan no (2). (Ari Sulistyawati, 2011)
2. Cara Manual (Menghitung)
a. Tentukan HPHT terlebih dahulu
b. Tentukan tanggal pemeriksaan hari ini.
c. Buat daftar jumlah minggu dan kelebihan hari setiap bulan.
Contoh: Bulan desember berjumlah 31 hari, maka menjadi 4
minggu +3 hari.
d. Daftar jumlah minggu dan hari dibuat mulai dari sisa hari dalam
bulan HPHT sampai dengan jumlah minggu dan hari dibulan
saat melakukan pemeriksaan.
9

e. Setelah daftar selesai dibuat, jumlahkan minggu dan harinya,


hasil akhir dikonversikan dalam jumlah mingggu

2.1.4 Perubahan perubahan yang terjadi di trimester III


1. Sistem pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon
progesteron yang meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi
karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut
yang mendesak organ organ dalam perut khususnya saluran
pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral. Wasir (hemoroid),
cukup sering pad kehamilan sebagian besar akibat konstipasi dan
naiknya tekanan vena-vena dibawah uterus termasuk vena
hemoroid. Panas perut (Heart burn) terjadi karena terjadinya aliran
balik asam gastrik kedalam esophagus bagian bawah.
(www.cendikia.com diakses pada tanggal 6 Agustus 2018)
2. Sistem Muskuloskeletal
Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan
relaksasi jaringan ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada
satu minggu terakhir kehamilan, proses relaksasi ini memberikan
kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai
persiapan proses persalinan, tulang pubik melunak menyerupai
tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat
tulang coccigis bergeser kearah belakang sendi panggul yang tidak
stabil, pada ibu hamil hal ini menyebabkan sakit pinggang. Postur
tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin
membesar dalam abdomen sehingga untuk mengkompensasi
penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang
lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan dapat
menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita.
(www.cendikia.com di akses pada tanggal 6 Agustus 2018)
10

Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa di alami oleh


anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang besar dengan
pleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu yang akan
menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus. ligament
lotundrum mengalami hipertropi dan mendapatkan teknn dari uterus
yang mengakibatkn rasa nyeri pada ligament tesrsebut.
(www.cendikia.com di akses pada tanggal 6 Agustus 2018)
3. Sistem kardiovaskular
Terjadi edema devenden kongesti sirkulasi pada ekstremitas
bawah karena peningkatan permeabilitas caviler dan tekanan dari
pembesaran uterus dari vena velvik atau pada vena kava inferior.
Gusi berdarah karena trauma berdarah terhadap gusi yang karena
pengaruh hormon estrogen sangat vaskuler, percepatan panggantian
pelapis efitel gusi dan berkurangnya ketebalan efitel tersebut.
Hemorroid akibat tekanan uterus terhadap vena hemoroidal.
Hipotensi suvinasi karena terbloknya aliran darah di vena kava
inferior oleh uterus yang membesar apabila ibu pada posisi tidur
terlentang. Timbul spidarnevi dan palmar eritema karena
meningkatnya aliran darah ke daerah kulit. Varicess pada kaki dan
vulva karena kongesti vena bagian bawah meninggkat sejalan
tekanan karena pembesaran uterus dan kerapuhan jaringan elastis
karena pengaruh hormon estrogen (www.cendikia.com diakses pada
tanggal 6 Agustus 2018).
4. Perubahan psikologis pada trimester III
Seperti pada perubahan fisiologis, perubahan psikologis pada
ibu hamil juga mengalami perunbahan jika di bandingkan dengan
keadaan sebelum hamil, perubahan psikologis pda ibu hamil dapat
dibagi dengan melihat waktu kehamilan yaitu trimester I, trimester
II dan trimester III.
a. Trimester III seringkali disebut priode menunggu dan waspada
sebab saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayi.
11

b. Kadang-kadang ibu merasa hawatir bahwa bayinya akan lahir


sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu menigkatkan
kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan
terjadinya persalinan.
c. Rasa tidak nyaman timbul karena ibu merasa dirinya aneh dan
jelek. Di sampipng itu ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dengan bayinya, dan kehilangan perhatian yang khusus
diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu membutuhkan
kesenangan dari suami dan keluarga
d. Pada trimester 3 ibu merasa tidak nyaman dan depresi karena
janin membesar dan perut ibu juga, melahirkan, sebagian besar
wanita mengalami klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran
bayi.
e. Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam
kondisi yang tidak normal dan semakin ingin menyudahi
kehamilannya tidak sabaran dan resah.
f. Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, aktif mempersiapkan
kelahiran bayinya. (www.cendikia.com di akses pada tanggal 6
Agustus 2018)

2.1.5 Tanda-tanda bahaya pada Ibu hamil Trimester III (29-42 minggu)
Adapun Tanda bahaya pada kehamilan menurut (sarwono 2014)
yaitu :
1. Perdarahan pervaginam
Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai dengan rasa nyeri.
Perdarahan semacam ini berarti plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu segmen bawah
rahim. Sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internal, penyebab lain adalah solutio plasenta dimana plasneta
12

yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin


lahir, biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu..
2. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-
kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin
mengalami penglihatan yang kabur.Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia.
3. Penglihatan kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan
oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak
dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf
pusat, yang dapat menimbulkan kelainan cerebral (nyeri kepala dan
kejang), dan gangguan penglihatan. Perubahan atau pandangan
kabur, dapat menjadi tanda preeklampsia. Masalah visual yang
mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual yang mendadak, mislanya pnglihatan kabur atau
berbayang, malihat bintik-bintik (spot) berkunang-kunang. selain
itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakn tanda-tanda
yang menunjukan preeklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina
(odema retina dan spasme pada pembuluh darah)
4. Bengkak dimuka atau tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan
biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakannya lebih tinggi.
Bengak dapat menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada
permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan
13

diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan
pertanda preeklampsia.
5. Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1
jam)
Gerakan janin tidak ada atau kurang ( minimal 3 kali dalam 1
jam).Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-
6.jika bayi tidak bergerak seperti biasa diamakan IUFD (intra
uterine fetal death). IUFD adalah tdak adanya tanda-tanda
kehidupan janin di dalam kandungan. Beberapa ibu dapat
merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1
jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan
minum dengan baik.
6. Pengeluaranan cairan pervaginam (ketuban pecah dini)
Yang dimaksud cairan di sini adalah ketuban.ketuban yang
pecah pada kehamilan aterm dan disertai dengan munculnya tanda-
tanda prsalinan adalah normal.pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan dan di tuggu 1 jam belum di mulainya
tanda-tanda persalinan ini di sebut ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara
dunia luar dan ruangan dalam rahim sehinggan memudahkan
terjadinya infeksi.makin lama priode laten (waktu sejak ketuban
pecah sampai terjadi kontraksi rahim),makin besar kemungkinan
kejadian kesakitan dan kmatian ibu atau janin dalam rahim.
7. Kejang
Pada umunya kejang didaahului oleh makin memburuknya
keadaan dan terjadinya gejala-gejala Sakit kepala, mual ,nyeri ulu
hati sehingga muntah. bila semakin berat penglihatan semakin
kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam
kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia.
14

8. Selaput kelopak mata pucat


Merupakan salah satu tanda anemia.anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11 gram
% pada trimester III.anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya
saling berinteraksi.anemia pada trimester III dapat menyebabkan
perdarahan pada waktu persalinan dan nifas, BBLR (berat bayi
lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram).
9. Demam tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat
merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.menurut SDKI
tahun 2012 penyebab kematian ibu karena infeksi (11%).
Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum
banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu.

2.1.6 Antenatal Care (ANC)


1. Pengertian
Antenatal care atau asuhan kehamilan merupakan
pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2010).
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga
mampu menghadapi persalinan, nifas dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Prawirohardjo, 2010).
Dalam bahasa pemerograman ibu dan anak, kunjungan
antenatal ini diberi kode K yang merupakan singkatan dari
kunjungan. Pemeriksaan antenatal lengkap adalah K1 yaitu pertama
kali ibu hamil kontak dengan tenaga kesehatan pada trimester I. K4
Yaitu cakupan ibu hamil yang telah mendapat pelayanan ANC
sesuai standar 14T paling sedikit 4 kali. (Saifuddin, 2013)
15

Jadi, dapat disimpulkan bahwa antenatal care adalah asuhan


kehamilan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum menghadapi
proses persalinan, nifas dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar, terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin.
2. Tujuan Antenatal Care
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan sosial ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayina dengan trauma seninimal mungkin
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar tumbuh kembang secara normal. (Hanni, 2011).
3. Kebijakan Program
Menurut Saifuddin (2010) kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
a. Satu kali pada triwulan pertama
b. Satu kali pada triwulan kedua
c. Dua kali pada triwulan ketiga
Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilan dengan jadwal sebagai berikut :
a. sampai dengan kehamilan 28 minggu periksa empat minggu
sekali
b. kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali
c. kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali
16

4. Standar Pelayanan bidan dalam Antenatal care


Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Standar 5 : Palpasi abdominal
Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Standar 8 : Persiapan persalinan
5. Standar Pelayanan Minimal Antenatal Care 140T
Menurut Saifudin, dalam memberikan pelayanan atau asuhan
standar sebaiknya terdapat 10T, yaitu:
1) (Timbang) berat badan dan ukur tinggi badan
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari
sebelum hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar
anatar 6-16 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang
tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II.
Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT
(Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh
(IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan.
Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni :
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2
Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 – 20,5
Sumber : (Prawirohadjo, 2013)
Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik
perlahan dan bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada
trimester II dan III perempuan dengan gizi baik dianjurkan
menambah berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan gizi kurang
17

0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode
untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu :
a) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5
kg20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
b) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 16 kg.
(Depkes RI.2010)
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk
mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering
berhubungan dengan keadaan rongga panggul, seperti ibu hamil
dengan tinggi badan ≤ 145 cm beresiko panggul sempit.
2) Mengukur Tekanan Darah
Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan
kunjungan, hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan kenaikan tekanan darah yang disebabkan
kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil dikatakan normal
yaitu di bawah 140/90 mmHg.
3) Nilai Status Gizi
Yaitu dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang
tidak terpengaruh oeh keadaan cairan tubuh dibandingkan
dengan berat badan. Pengukuran LILA biasanya menggunakan
pita yang terbuat dari cellulid film atau pita dari kertas yang
dilapisi plastik yang panjangnya 33 cm. LILA sebaiknya diukur
pada lengan kiri atau kanan yang tidak banyak melakukan
aktivitas sehingga masa otot tidak mempengaruhi pengukuran.
Ukuran LILA wanita usia subur (WUS) dengan resiko di
Indonesia dengan ambang batas (cut of points) <23,5 cm
4) Mengukur Tinggi Fundus Uteri
Mengukur TFU digunakan sebagai salah satu cara untuk
mengetahui usia kehamilan dimana biasanya lebih tepat bila
dilakukan pada kehamilan pertama.
18

Tabel 2.2
Umur Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri
Tinggi fundus uteri TFU (cm) Usia kehamilan
1-2 jari diatas sympisis 12 minggu
Pertengahan sympisis pusat 16 minggu
3 jari dibawah pusat 20 20 minggu
Setinggi pusat 23 24 minggu
3 jari diatas pusat 26 28 minggu
Pertengahan pusat-PX 30 32 minggu
Setinggi PX 33 36 minggu
2 jari dibawah PX 40 minggu
(Manuaba, 2010)
Adapun cara lain untuk menghitung usia kehamilan yaitu
menggunakan Rumus Neagle, yaitu :
HPHT dari bulan Januari-Maret dihitung hari +7 dan
bulan +9 sedangkanuntuk HPHT dari bulan April-Desember
dihitung hari +7, bulan-3 dan tahun +1. (Rukiyah, 2009).
TFU juga digunakan untuk mengetahui Taksiran Berat
Badan Janin (TBBJ). Rumus TBBJ menurut Johnson Tausak:
a) Jika belum masuk PAP=(TFU-13)x155 gram
b) Jika sudah masuk PAP=(TFU-11)x155 gram
5) Tentukan Presentasi Janin
Untuk menentukan besarnya rahim dan dengan ini
menentukan tuanya kehamilan dan juga menentukan letaknya
anak dalam rahim terdiri dari 4 bagian, yaitu:
a) Leopold I (untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian
apa terdapat dalam fundus):
(1) Kaki klien dibengkokkan pada lutut dan lipat paha
(2) Pemeriksa berdiri disebelah kanan klien dan melihat
kearah muka klien
(3) Rahim dibawa ke tengah
(4) Tingginya fundus uteri ditentukan
(5) Tentukan bagian apa yang terdapat dalam fundus
19

b) Leopold II (untuk menentukan dimana letaknya punggung


janin dan dimana letaknya bagian-bagian kecil janin)
(1) kedua tangan pindah kesamping
(2) tentukan dimana punggung janin, punggung anak
terdapat di pihak yang memberikan lintangan yang
terbesar, carilah bagian-bagian kecil, yang biasanya
terletak bertentangan dengan pihak yang memberi
lintangan yang terbesar.
(3) kadang-kadang disamping terdapat kepala atau bokong
ialah pada letak lintang.
c) Leopold III (untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah apakah bagian bawah janin sudah atau belum masuk
pintu atas panggul):
(1) dipergunakan satu tangan saja
(2) bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
(3) cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan
d) Leopold IV (untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga pangggul)
(1) pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat ke arah klien
(2) dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi
bagian bawah
(3) ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam
pintu atas panggul dan berapa masuknya bagian bawah
ke dalam rongga panggul
(4) jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari
bagian terbawah dari kepala yang masih teraba dari luar:
(a) kedua tangan itu convergen hanya bagian kecil dari
kepala yang turun ke dalam rongga
(b) jika kedua tangan itu sejajar maka separuh kepala itu
masuk ke dalam rongga panggul
20

(c) jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar


dari kepala masuk ke dalam rongga panggul dan
ukuran terbesar dari kepala sudah melewati atas
panggul.
6) Skrining status imunisasi Tetanus dan Pemberian
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
2 kali pada ibu hamildiberikan imunisasi TT sebanyak 2
kali selama kehamilan dengan interval waktu 4 minggu.
Imunisasi ini dianjurkan pada setiap ibu hamil,karena
diharapakan dapat menurunkan angka kematian bayi akibat
tetanus neonatorum. Imunisasi ini diberikan dengan dosis 0,5
cc/I.M. dalam 1 kali penyuntikan.
Tabel 2.3 Imunisasi TT
Interval (selang Lama %
Antigen
waktu minimal) perlindungan Perlindungan
Pada kunjungan
TT 1 - -
antenatal pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
25 tahun/
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99
seumur hidup
(Saifuddin, 2008)
7) Tablet Zat Besi
Pemberian tablet Fe (zat besi) minimal sebanyak 90 tablet
selama kehamilan. Tablet ini diberikan sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang. Setiap tablet Fe mengandung FeS04
320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg. Tablet Fe
diminum 1x1 tablet perhari,dan sebaiknya dalam meminum
tablet Fe tidak bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan
mengganggu penyerapan.
8) Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
21

Tes laboratorium meliputi tes untuk mengetahui apakah


ibu menderita Penyakit Menular Seksual (PMS), mengetahui
kadar hemoglobin, protein, dan glukosa.
9) Tatalaksana Kasus
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
10) Temu wicara (konseling),
termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca Persalinan.
Tabel 2.4
Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
No Jenis Pemeriksaan TM I TM II TM III Keterangan
1 Keadaan Umum √ √ √ Rutin
2 Suhu Badan √ √ √ Rutin
3 Tekanan Darah √ √ √ Rutin
4 Berat Badan √ √ √ Rutin
5 LILA √ Rutin
6 TFU √ √ Rutin
7 Presentasi Janin √ √ Rutin
8 DJJ √ √ Rutin
9 Pemeriksaan HB √ √ Rutin
10 Golongan Darah √ Rutin
11 Protein Urin √ √ √ Rutin
12 Gula Darah/reduksi √ √ √ Atas indikasi
13 Darah Malaria √ √ √ Atas indikasi
14 BTA √ √ √ Atas indikasi
15 Darah Sifilis √ √ √ Atas indukasi
16 Serologi HIV √ √ √ Atas indikasi
17 USG √ √ √ Atas indikasi
Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2015)
22

2.1.7 Permenkes NO 28/Menkes/PER/2017 Tentang Kewenangan yang


Dimiliki Bidan
1. Episiotomi
2. Pertolongan persalinan normal
3. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
4. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
5. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
6. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
7. Fasilitasi/bimbingan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif
8. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
9. Penyuluhan dan konseling
10. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
11. Pemberian surat keterangan kematian

2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan adanya kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progsesif dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Sulistyawati, 2012).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari
dalam uterus dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
alat atau pertolongan istimewa yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lamanya persalinan berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. (Sarwono dalam Rukiah,
2012).
23

Jadi dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan proses


pengeluaran hasil konsepsi dari dalam uterus yang telah cukup bulan
(37-42 minggu) atau dapat hidup diluar kandungan tanpa alat atau
pertolongan istimewa, lamanya persalinan yaitu 18 jam dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati ditandai perubahan.

2.2.2 Fisiologi persalinan


Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita
terdapat duda hormon yang dominan, yaitu :
1. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsnagan
oksitosin, prostaglandin dan mekanis.
2. Progesteron
Progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot
rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, prostatglandin dan mekanis, serta menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi.
Adapun fisiologi persalinan menurut (Ari sulistyawati, 2012)
1. Teori progesteron
Progesteron mempunyai peranan untuk mempertahankan
kehamilan. Semakin tua usia kehamilan maka kadar progesteron
dalam tubuh akan berkurang, sehingga otot Rahim akan mudah
dirangsang oksitosin.
2. Teori oksitosin
Menurunnya konsentrasi progesterone karena matangnya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya
dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi yang akan
menjadi kekuatan dominan saat memlainya proses persalinan
sesungguhnya.
24

3. Teori prostaglandin
Prostatglandin yang dihasilkan oleh desi duadisangka oleh
salah satu sebab permulaan persalinan. Kadar prostatglandin dari
kehamilan minggu ke-15 hingga aterm terutamasaat persalinan yang
menyebabkan kontraksi miometrium.
4. Teori distensi Rahim
Dengan majunya kehamilan, maka makin terengganglah otot-
otot Rahim sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan janin
(Ai yeyeh, 2009)

2.2.3 Tanda-tanda persalianan


Adapun tanda-tanda persalinan menurut (Ari sulistyawati,2012) yaitu:
1. Terjadinya his persalinan.
Karakteristik dari his persalinan.
a. Pinggang teras sakit menajalar kedepan
b. Sifat his tertur, interval makin pendek, dan kekuatan makin
besar
c. Terjadi perbuhanan pada serviks.
d. Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan,
maka kekuatannya bertambah.
2. Pengeluaran lendir dan darah
Denga adanya his persalinan, terjadi perubahan pada servik
yang menimbulkan :
a. Pendataran dan pembukaan.
b. Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang dapat pada canalis
servikalis terlepas.
c. Terjadi perdarahan karena caviler pembuluh darah pecah.
3. Pengeluaran cairan
Jika ketuban sudah pecah maka persalinan di targetkan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun, jika ternyata tidaka tercapai,
25

maka harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi


vacum atau Sectio Caesaria.(AI yeyeh,2009)

2.2.4 Faktor-faktor yanng mempenngaruhi persalinan


Adapun faktor-faktor penting dalam persalinan menurut (Ari
sulistyawati,2012) adalah sebagai berikut:
1. Passege (jalan lahir), mengacu pada kemampuan panggul dan jalan
lahir untuk memungkinkan janin turun ke dasar panggul (Ari
sulistyawati.2012).
Gambar 2.1
Anatomi panggul wanita

a. Os Pelvis (Tulang Panggul)


1) Fungsi Panggul Wanita
Fungsi umum panggul wanita adalah :
a) Panggul besar (Pelvis Mayor)
Fungsi dari panggul besar adalah menyangga isi
abdomen
b) Panggul kecil (Pelvis Minor)
Fungsi panggul kecil adalah :
(1) Membentuk jalan lahir
(2) Tempat alat genitalia
2) Jenis-jenis Panggul Wanita
26

Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk panggul :


a) Panggul Gynecoid: bentuk panggul ideal, bulat dan
merupakan jenis panggul tipikal wanita
b) Panggul Android: bentuk PAP seperti segitiga,
merupakan jenis jenis panggul tipikal pria
c) Panggul Antropoid: bentuk PAP seperti elips, agak
lonjong seperti telur
d) Panggul Platipeloid: bentuk PAP seperti kacang atau
ginjal, picak, menyempit arah muka belakang.
Gambar 2.2
Jenis Panggul

3) Panggul wanita terdiri dari :


a) Panggul besar (Pelvis Mayor)
Panggul besar dibentuk oleh 4 buah tulang :
(1) 2 tulang pangkal paha (Os Coxae), terdiri dari tiga
buah tulang :
(a) Tulang Usus (Os. Ilium)
(b) Tulang Duduk (Os. Ischium)
(c) Tulang Kemaluan (Os. Pubis)
(2) 1 tulang kelangkang (Os. Sacrum)
(3) 1 tulang tungging (Os. Coccygis)
27

b) Panggul kecil (Pelvis Minor)


Panggul kecil terbentuk oleh 4 buah tulang :
(1) Pintu atas panggul (PAP)/ Inlet
Pap dibentuk oleh: Promontorium, Sayap Os.
Sacrum, Linea terminalis/Inominata kanan dan kiri,
Ramus superior Ossis Pubis kanan dan kiri dan
Pinggir atas simfisis pubis
(2) Pintu tengah panggul (PTP)/ Midlet
PTP dibentuk oleh 2 buah bidang yaitu :
(a) Bidang luas panggul
Bidang luas panggul dibentuk oleh pertengahan
simfisis menuju pertemuan Os. Sacrum 2 dan 3.
(b) Bidang sempit panggul
Bidang sempit panggul dibentuk oleh tepi bawah
simfisis menuju kedua spina ischiadica dan
memotong Os. Sacrum setinggi 1-2 cm diatas
ujungnya.
(3) Pintu bawah panggul (PBP)/ Outlet
Pintu bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber ossis
ischiadica dengan dibatasi arcus pubis, sedangkan
segitiga belakang dasarnya tuber ossis ischiadica
denga dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kiri
dan kanan.
28

b. Bidang hodge perlimaan


Tabel 2.5
Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan
(Saifuddin, 2008.)
Periksa luar Perlimaan Bidang Keterangan
Hodge
Kepala di atas PAP
5/5 mudah digerakan.

Sulit digerakan, bagian


4/5 H I – H II etrbesar kepala belum
masuk panggul.

Bagian terbesar kepala


3/5 H II – H III belum masuk panggul

Bagian terbesar kepala


2/5 H III+ sudah masuk panggul

Kepala di dasar
1/5 H III – H IV panggul

Di perineum
0/5 H IV

Bidang Hodge:
1) Bidang Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simpisis dan promontorium.
2) Bidang Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi bagian bawah
simpisis.
3) Bidang Hodge III : Sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika.
4) Bidang Hodge IV : Sejajar Hodge I setinggi os. Koksigis.
29

Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan)


adalah:
1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas
simpisis pubis.
2) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah melewati
pintu atas panggul.
3) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul.
4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janinmasih
berasa di atas simpisis dan 3/5 bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
5) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada di atas simpisis dan 4/5 bagian
telah masuk ke dalam rongga panggul.
6) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak didapat diraba
dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian bawah janin sedah
masuk ke dalam rongga panggul.
2. Power (kekuatan), kekuatan yang mendorong janin keluar:
a. His (kontraksi otot rahim)
His yang sempurna mempunyai kejang otot paling tinggi di
fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal, dan puncak
kontraksi terjadi simultan diseluruh bagian uterus. Sesudah tiap
his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari pada
sebelumnya (retraksi). Oleh karena serviks kurang mengandung
otot maka serviks tertarik dan dibuka, lebih-lebih lagi jika ada
tekanan oleh bagian besar janin yang keras, umpamanya kepala
yang merangsang pleksus saraf yang setempat.

b. Tenaga meneran
30

Tenaga meneran akan semakin menambah kontraksi uterus


pada saat meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen
akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran
akan meningkatkan tekanan intra uterus sehingga janin akan
semakin terdorong keluar. Dorongan meneran akan semakin
meningkat ketika dalam posisi yang nyaman, misalnya setengah
duduk, jongkok, berdiri, atau miring kiri.
3. Passenger (isi kehamilan), mengacu pada janin dan
kemampuannya untuk bergerak melalui jalan lahir.
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa factor yakni kepala janin, presentasi, leak,
sikap, dan posisi janin. Karena plasenta harus melewati jalan lahir,
maka dia dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai
janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan normal
(Sumarah, 2010).
a. Janin
1) Kepala Janin
Kepala adalah bagian terbesar janin dan paling sulit untuk
dilahirkan. Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan
dengan besarnya kepala dan juga posisi kepala tersebut.
Umumnya, jika kepala janin telah dilahirkan, bagian-bagian
lain dengan udah menyusul.
2) Bagian muka, terdiri dari: tulang hidung, tulang pipi,
tulang rahang atas dan tulang rahang bawah.
3) Bagian tengkorak
Yang membentuk bagian tengkorak adalah Tulang dahi 2
buah, Tulang ubun ubun 2 buah, Tulang pelipis 2 buah dan
tulang belakang kepala.
31

4) Sutura
Sutura adalah sela-sela diantara tulang yang ditutupi oleh
membran. Macam-macam sutura:
a) Sutura sagitalis terletak diantara kedua os parietal
b) Sutura Coronalis terletak antara os frontal dan os parietal
c) Sutura lamboidea terletak antara os occipital dan kedua
os parietal
d) Sutura frontalisterletak os frontal kiri kanan
5) Fontanel/ubun-ubun
Merupakan pertemuan beberapa sutura yang ditutupi oleh
membrane fontanel terdiri dari dua macam:
a) Fontanel mayor/ubun esar/ fontanel anterior merupakan
pertemuan anatara sutura sagitalis, sutura frontalis,
sutura coronalis. Berbentuk segi empat. Fontanel ini
menutup pada usia bayi 18 bulan.
b) Fontanel minor/ubun-ubun kecil/fontanel superior
erupakan pertemuan anatra sutura sagitalis dan sutura
lamboidea. Berbentuk segitiga fontanel ini menutup pada
usia bayi 6-8 minggu.
6) Ukuran-ukuran kepala bayi
a) Ukuran muka belakang
(1) Diameter suboccipitio bregmatika: dari foramen
magnum ke ubun-ubun besar: 9,5 cm
(2) Diameter suboccipito frontalis: 11cm
(3) Diameter fronto-occipitalis (dari pangkal hidung ke
titik terjauh pada belakang kepala): 12 cm
(4) Diameter mento-occipitalis (dari dagu ke titik yang
terjauh pada belakang kepala): 13,5 cm
(5) Diameter Submento-bregmatika (dari bawah dagu
ialah os hyoid ke ubun-ubun besar): 9,5 cm
32

b) Ukuran melintang
(1) Diameter biparietalis (ukuran yang terbesar antara
kedua ossa parietalia): 9 cm. Pada letak belakang
kepala ukuran ini melalui ukuran muka belakang dari
pintu atas panggul (conjugate vera)
(2) Diameter bitemporalis (jarak yang terbesar antara
suura-coronaria kanan kiri): 8 cm. Pada letak defleksi
ukuran ini melalui conjugate vera.
c) Ukuran Lingkaran
(1) Circumferentia suboccipito bregmatica (lingkaran
kecil kepala) 32 cm
(2) Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang
kepala) 34 cm
(3) Circumferentia mento occipitalis (lingkaran kepala
besar) 35 cm.
b. Plasenta
1) Struktur plasenta
a) plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal 2-2,5cm, berat rata-rata 500
gram.
b) Letak plasenta umunya di depan atau di belakang
dinding uterus, agak ke atas arah fundus uteri. Hal ini
fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehinnga lebih banyak tempat untuk
berimplantasi. Bila diteliti benar, maka plasenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar janin, yaitu vili
korialis yang berasal dari korion dan sebagian kecil dari
bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
c) Terdiri dari dua bagian, antara lain
(1) Pers maternal: bagian plasaenta yang menempel pada
desidua terdapat kotiledon rata-rata (15-20
33

kotiledon). Di bagian ini tempat terjadiya pertukaran


darah ibu dan janin
(2) Pers fetal : terdapat tali pusat,
2) Fungsi plasenta
a) sebagai alat yang memberi makanan pada janin
b) sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme
c) sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan
CO2.
d) Sebagai alat pembentuk hormon
e) Sebagai alat penyalur berbagai antibodi ke janin.
f) ekskresi hormon
c. Tali pusat
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin.
1) Struktur tali pusat sebagai berikut:
a) Terdiri dari dua arteri umbilkalis dan satu vena
umbilikalis
b) Bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion
c) Panjang rata-rata 50 cm
2) Fungsi tali pusat
a) Nutisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh janin
b) Pengeluaran sisa metabolisme ke tubuh janin
c) Zat antibodi dari ibu ke janin.
d. Air ketuban
Air ketuban merupakan elemen penting dalam proses persalinan.
Air ketuban dapat dijadikan acuan dalam menentukan
kesejahteraan janin. Beberapa aspek penting yang perlu
diketahui yaitu sebagai berikut:
1) Struktur amnion
a) Volume pada kehamilan cukup bulan kira-kira 500-1000
cc.
34

b) Warna keruh sampai hijau pada proses persalinan


mengidentifikasikan adanya kondisi janin yang tidak
sejahtera, sehingga membutuhkan tindakan khusus untuk
bayi yang dilahirkan.
2) Fungsi amnion
a) Melindungi janin dari trauma atau benturan
b) Memungkinkan janin bergerak bebas
c) Menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat
d) Menahan tekanan uterus
e) Pembersihan jalan lahir
4. Psikis (psikologis), mengacu pada keadaan psikologis pasien,
sistem pendukung yang tersedia, persiapan kelahiran bayi dan
pengalaman.
5. Provider (Penolong), peran dari penolong persalinan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin. Dalam hal ini penolong selalu menerapkan
upaya pencegahan infeksi yang di anjurkan termasuk diantaranya
cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan perlindungan
diri. (Depkes RI 2010.)

2.2.5 Perubahan dalam proses persalinan


Perubahan dalam proses persalinan menurut (sarwono,2012), yaitu :
1. Kala I
Dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir
yang bersemu darah ini berasal dari lendir canalis servicalis karena
servik mulai membuka dan mendatar. Sedangkan darah berasal dari
pembuluh caviler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah
karena pergeseran-pergeseran ketika servik membuka. Proses
membukanya serviks sebagai akaibat his di bagi dalam 2 fase:
35

a. Fase laten: berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat


lambat sampai mencapai ukuran diameter 4 cm.
b. Fase Aktif: dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu:
1) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi: Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan serviks lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir. Lama persalinan kala II pada primipara adalah 2 jam,
sedangkan pada multipara adalah 1 jam.
Pada kala ini his menjadi kuat dan lebih cepat kira2 2-3 menit
sekali, karena bisanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk
diruang panggul, maka pada his diaraskan tekanan pada otot-otot
dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin
mengedan. Wanita merasa ada tekanan pada rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi
lebar dengan anus membuka, labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tempak di depan vulva pada waktu his,
dengan his dan kekuatan maksimal kekuatan mengedan maksimal
kepala janin dilahirkan dengan suboksipito di bawah simpisis dahi,
muka dan dagu melewati perineum.
3. Kala III
Uterus teraba keras setingi dipusat. Beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 5-15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri, pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Tanda – tanda lepasnya plasenta:
36

a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus, setelah bayi baru lahir


sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
penuh dan tinggi biasanya dibawah pusat.
b. Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar
melalui vulva. (Tanda Alfeld)
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
Manajemen aktif kala III:
1) Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika
dibandingkan penatalaksanaan fisiologis.
2) Keuntungan:
a) Persalinan kala III lebih singkat.
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah.
c) Mengurangi kejadian retensi plasenta.
3) Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah:
a) Pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir.
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
c) Masase fundus uteri.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum (Nurasiah, dkk. 2012).
Tujuan asuhan persalinan ialah memberi asuhan yang memadai
selama persalinan dalam upaya pencapaian pertolongan persalinan
yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan
sayang bayi.
37

2.2.6 Mekanisme Persalinan Normal


Mekanisme persalinan normal merupakan gerakan janin dalam
menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat
kepala melewati panggul. Mekanisme dalam persalinan diantaranya:
1. Engagement
Peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang/oblik didalam jalan lahir dan
sedikit fleksi, pada primigravida terjadi pada bulan terakhir
kehamilan dan pada multigravida terjadi pada permulaan persalinan
2. Penurunan kepala
Dimulai Sebelum persalinan/inpartu, penurunan kepala terjadi
bersamaan dengan mekanisme lainnya, kepala turun kedalam
rongga panggul akibat tekanan langsung dari his dari daerah fundus
ke arah daerah bokong, tekanan dari arah cairan amnion, kontraksi
dinding perut dan diafragma (mengedan), dan baggian janin terjadi
ekstensi dan menegang.
3. Fleksi
Gerakan fleksi disebabkan karena gerakan janin terus didorong
maju tetapi kepala janin terhambat oleh servik, dinding panggul atau
dasar panggul. Pada kepala janin dengan adanya fleksi maka
diameter oksipitofrontalis 12 cm berubah sub oksipitofrontalis 9 cm,
posisi dagu bergeser kearah dada janin, pada pemeriksaan dalam
ubun – ubun kecil lebih jelas teraba dari pada ubun – ubun besar.
4. Rotasi dalam
Gerakan ini adalah pemutaran bagian terendah janin dari posisi
sebelumnya ke arah depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi
belakang kepala dimana bagian terendah janin yaitu ubun – ubun
kecil memutar ke depan sampai berada dibawah simpisis.
5. Ekstensi
Gerakan ini mengakibatkan bertambahnya penegangan pada
perineum dan introitus vagina. Ubun–ubun kecil semakin banyak
38

terlihat dan sebagai hypomochlion atau pusat pergerakan maka


berangsur–angsur lahirlah ubun–ubun kecil, ubun–ubun besar, dahi,
mata, hidung, mulut dan dagu.
6. Rotasi dalam
Gerakan ini menjadikan diameter biakromial janin searah
dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu
bahu dianterior dibelakang simpisis dan bahu yang satunya dibagian
posterior dibelakang perinium, sutura sagitalis kembali melintang.
7. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai
hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah
kedua bahu lahir disusul lahirnya trochanter depan dan belakang
sampai lahir jalan seluruhnya. (Nurasiah, dkk. 2012).

2.2.7 60 Langkah Pertolongan Persalinan Normal


a. Mengenali gejala
tanda kala II
1. Mengenali dan melihat adanya tanda gejala kala dua
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rectum dan vagina
c) Perineum tampak menonjol.
d) Vulva dan spingter ani membuka.
b. Menyiapkan
pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat – obatan
etensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir untuk aspiksia » tempat datar
dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering , lampu sorot 60
Watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a) Menyimpan kain di atas perut ibu dan tempat vesuritasi serta
ganjal bahu bayi.
39

b) Mematahkan ampul oksitoksin 10 unit dan menempatkan


alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan APD lengkap.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk periksa dalam.
6. Masukan oksitoksin kedalam tabung suntik ( Gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT dan steril ( Pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik ) dan meletakkan kembali
dalam partus set.
c. Memastikan
pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati –
hati dari depan belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT.
a) Jika introirus vagina, peremium atau anus tekontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang.
b) Buang kapas atau kasa pembersih ( Terkontaminasi ) dalam
wadah yang tersedia.
c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi ( dekontaminasi,
lepaskan dan redam dalam larutan klorin 0,5% ).
8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan masih memakai sarung tangan kedalam klorin 0,5%,
40

kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam


larutan 0,5% dalam waktu 10 menit, cuci ke dua tangan setelah
sarung tangan di lepaskan. Mencuci tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat
relaksi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120 – 160 X /menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil – hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dan semua hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
d. Menyiapkan ibu
dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
11. Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman
dan sesuai dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutan
pemantauan keadaan kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu
dan janin (Ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif ) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberikan semangat
pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan
dorongan meneran :
a) Membimbingan ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
kenginan untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
41

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai


pilihan (kecuali posisi terbaring terlentang dalam waktu
yang lama ).
d) Menganjurkan untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untukmendukungdan semangat pada
ibu.
f) Memberikan asuhan cairan per – oral ( minum ).
g) Menilai DJJ setiap 5 menit atau setiap kontraksi selesai.
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit ( 2 jam ) meneran ( primigravida ) atau 60
menit ( 1 jam) meneran ( multi gravida ).Menganjurkan ibu
untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
aman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara
kontraksi.
i) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu segera.
e. Persiapan
pertolongan kelahiran bayi
14. Meletakan handuk bersih ( untuk mengeringka bayi ) di perut
ibu, jika kepala bayi telah telah tampak dengan diameter 5-6 cm
dan vulva membuka.
15. Meletakan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu.
16. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali pelengkapan
alat dan bahan.
17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
42

f. Persiapan
pertolongan kelahiran bayi
Lahirnya kepala
18. Setelah kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
yang bersih dan kering, letakkan tangan lain di kepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut da tidak menghambat pada kepala
bayi, membiarkan kepaa keluar perlahan-lahan. Menganjurkan
ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat dan
dangkal.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut.
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar, secara
spontan.
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparientel anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah, dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
kearah atas distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum
ibu dan untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah
43

bawah gunakan tangan atas untuk menelusuri, dan memegang


lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran lengan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki..
g. Penanganan bayi
baru lahir
25. Melakukan penilaian ( selintas )
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap – mengap
lakukan langkah – langkah resusitasi ( lanjut ke langkah
resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir).
26. Mengeringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepla, dan bagian tubuh lainya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan bagian vermiks,
ganti handuk basah dengan handuk yang bersih dan kering,
biarkan bayi di atas perut ibu.
27. Menjepit talipusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada talipusat mulai dari klem kearah
ibu dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama.
28. Memegang talipusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut
29. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (Hamil tunggal ).
30. Memberit ahu bahwa ibu akan di suntik oksitoksin agar uterus
berkontraksi baik.
44

31. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitoksin 10


unit IM (Intara muskuler) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitoksin ).
32. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira- kira 3 cm dari pusat bayi, mendorong isi tali pusat kearah
distal (Ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
33. Memotong dan mengikat tali pusat
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit
( lindungi perut bayi ) dan lakukan pengguntingan tali pusat
di antara dua klem tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatkannya dengan simpul kunci pada sisi lainya.
c) Lepaskan klem dan masukan ke dalam wadah yang telah di
sediakan.
34. Letakan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakan bayi tengkurap didada ibu, luruskan bayi bahu sehingga
bayi menempel didada / luruskan bayi bahu sehingga bayi
menempel didada/perut ibu, usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
payudaya ibu.
35. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
dikepala bayi.
h. Penatalaksanaan
aktif persalinan kala III
36. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm
dari vulva.
37. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
sympisis untuk mendeteksi kontraksi, tangan lain menegangkan
tali pusat.
45

38. Menunggu uterus berkontraksi, dan kemudian melakukan


penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut sambil
tangan yang lain mendorong uterus kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belang atas (dorso-kranial )
secara hati-hati (mencegah inversion uteri) jika placenta tidak
lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur
di atas.
a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Pengeluaran placenta
39. Lakukan penegangan dan dorso cranial hingga placenta
terlempas, minta ibu meneran dan penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir ( tetap lakukan tekanan dorso – kranial ).
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
bergerak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirnya placenta.
b) Jika placenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat.
(1) Beri dosis ulangan oksitoksin 10 intra unit IM.
(2) Lakukan kateterisasi ( aseptic ) jika kandung kemih
penuh.
(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
(5) Jika placenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi pendarahan, lakukan placenta
manual.
40. Saat placenta muncul diintroitus vagina, lahirkan placenta
dengan kedua tangan pegang dan putar hingga selaput selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan placenta pada
wadah yang telah di sediakan.
46

a) jika selaput placenta robek pakai sarung tangan DTT atau


steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari – jari tangan atau klem DTT atu steril untuk
mengeluarkan bagian – bagian selaput yang tertinggal.
47

Rangsang taktil ( masase ) Uterus


41. Segera setelah placenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontaksi (Fundus teraba keras ).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik masase.
i. Penilaian
pendarahan
42. Memeriksa ke dua sisi placenta bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh, masukan placenta
kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
43. Mengevalusi kemungkianan adanya laserasi pada vagina dan
perineum, lakukan penjahitan bila leserasi menyebabkan
pendarahan.
Bila ada robekan yang menyebabkan pendarahan aktif , segera
lakukan penjahitan.
j. Melakukan
prosedur pasca persalinan
44. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
pendarahan pervaginam.
45. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air disinfektan tingkat tinggi
dan keringkan dengan tissue atau handuk pribadi.
46. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase dan
memeriksa kontraksi uterus.
47. Mengevaluasi jumlah kehilangan darah.
Evaluasi
48. Melanjutkan pemantauan TD, nasi, suhu, TFU, kontraksi,
kandung kemih dan perdarahan :
48

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.


b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memelukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anastesi local dan menggunakan
teknik yang sesuai.
49. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir, dan darah Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
50. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
51. Memastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu meberikan ASI
anjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang di inginkan.
52. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan:
a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap 2 jam
pertama pasca persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
53. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai
54. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah dekontaminasi. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu
memberikan ASI.
55. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
49

56. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir lalu
keringkan dengan handuk pribadi.
57. Melakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata anti
biotic proflaksis, dan vitamin K1 1 Mg intramuskuler di paha
kiri anterolateral.
58. Setelah satu jam pemberian vitamin K berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.
a) Letakan bayi di dalam jangkaun ibu agar sewaktu - waktu
bisa di susukan.
b) Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu didalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
59. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5)
Dokumentasi
60. Melengkap partograf (Halaman depan dan belakang) periksa
tanda – tanda vital dan asuhan kala IV.
(Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan).

2.2.8 Inisiasi Menyusu Dini


Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakan bayi
tengkurap didada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit
ibu. Biarkan kontak kulit dengan kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam
atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri. Bayi diberi topi
dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan
membantu ibu selama proses ini.
a. Keuntungan kontak kulit dengan kulit pada bayi:
1) Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi.
2) kontak kulit ke kulit dan Imd akan:
a) Menstabilkan pernapasan.
50

b) mengendalikan temperatur tubuh bayi


c) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik.
d) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih
cepat dan efektif.
e) meningkatkan kenaikan BB.
f) meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
g) bayi tidak perlu banyak menangis selama satu jam pertama.
h) menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam
perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap
infeksi.
i) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan
mekonium lebih cepat, sehingga menurunkan kejadian
ikterus BBL.
j) kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik
selama beberapa jam pertama hidupnya.
b. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu.
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
1) Oksitosin: Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko
perdarahan pasca persalinan, merangsang pengeluaran
kolostrum dan meningkatkan produksi ASI, keuntungan dan
hubungan mutualistik ibu dan bayi, ibu menjadi lebih tenang,
fasilitasi kelahiran plasenta dan pengalihan rasa nyeri dari
berbagai prosedur persalinan lainnya.
2) Prolaktin: meningkatkan produksi ASI, membantu ibu
mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman,
memberi efek relaksasi pada ibu setelah selesai menyusu,
menunda ovulasi.
c. Keuntungan IMD untuk bayi
1) Makanan denga kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat
kostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2) Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.
51

3) meningkatkan kecerdasan.
4) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan
dan nafas.
5) Meningkatkan jalinan kasih sayng ibu- bayi.
6) Mencegah kehilangan panas.
d. Langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir.
1) Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan.
2) Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu
jam
3) Biarkan bayi mencari dan menmukan pdan mulai menyusu.
Tabel 2.6
Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali
Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan
waktu
1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit
pertama
2 Bayi mulai mendecakan bibir dan 30 – 60 menit
membawa jarinya ke mulut setelah lahir
3 Bayi mengeluarkan air liur
dengan kontak
4 Bayi menendang, menggerakan
kulit dengan
kaki, bahu lengan dan badannya ke
kulit teris
arah ibu dengan mengendalikan
menerus tanpa
indra penciumannya
5 Bayi melekatkan mulutnya ke terputus
putting
Sumber (KEMENKES RI. 2012.)

2.2.9 Partograf
a. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik. Partograf
adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
b. Tujuan
52

1) Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan


2) Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
3) Mencatat kondisi ibu dan janin
4) Untuk membuat keputusan klinik
c. Catatan Kondisi Ibu
1) frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk
pemantauan DJJ setiap 30 menit).
2) Nadi setiap 30 menit.
3) dilatasi serviks setiap 4 jam.
4) Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam.
5) tekanan darah dan temperatur suhu tubuh setiap 4 jam
6) produksi urine, atau adanya aseton/protein urin setiap 2-4 jam.
d. Data Dalam Partograf
1) informasi tentang ibu dan riwayat tentang kehamilan/persalinan
2) kondisi janin
3) kemajuan persalinan
4) jam dan waktu
5) kontraksi uterus
6) obat – obatan dan cairan yang di berikan.
7) kondisi ibu.
8) asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik.
e. Catatan Tentang Air Ketuban
1) U: selaput ketuban utuh
2) J: selaput ketuban sudah pecah, cairannya sudah jernih.
3) M: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
meconium.
4) D: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
darah.
5) K: selaput ketuban sudah pecah, cairannya tidak ada (kering)

f. Molage
53

Adalah penyusupan antara tulang kronium, dalam patograph


ditandai dengan:
1) 0: tulang kepala janin terpisah
2) 1: hanya bersentuhan.
3) 2: saling tumpang tindih, dapat dipisah
4) 3: saling tumpang tindih, tidak dapat dipisah
g. Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),atau
lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit,nilai dan catat turunnya
bagian terbawah atau turunnya bagian terbawah persentasi
janin.pada persalinan normal,kemajuan pembukaan servik umumnya
diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi
janin.namun kadangkala,turunnya bagian terbawah/presentasi janin
baru terjadi setelah pembukaan servik sebesar 7cm.penurunan
kepala janin di ukur secara pasti palpasi bimanual. Penurunan
kepala janin di ukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi
menjadi 5 kategori denganb simbol 5/5 sampai 0/5.simbol 5/5
menyatakan bahwa bagian kepala janin belum memasuki tepi atas
simfisis pubis, sedangkan simbol 0/5 menyatakan bahwa kepala
janin sudah tidak bisa lagi di palpasi diatas simpisis pubis.kata-kata
turunnya kepala dan garis terputus dari 0-5,tertera di sisi yang sama
dengan angka pembukaan servik.beri tanda O pada garis waktu yang
sesuai.Sebagaicontoh,jika kepala bisa dipalpasi 4/5,tuliskan tanda O
dinomer 4.hubungkan tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis
terputus.( Asuhan Persalinan Normal. 2008.)
54

h. Parameter Partograf
Tabel. 2.6
Parameter partograf
Parameter Frekwensi fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam
Suhu Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 Menit
DJJ Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 3 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam
(Sumber Nurasiah, Ai S.ST, dkk. 2012.)

Gambar 2.3. Lembar Partograf

2.2.10 Standar Pertolongan Persalinan


Standar 9: Asuhan persalinan kala satu
Standar 10: Persalinan kala dua yang aman
Standar 11: Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
Standar 12: Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
55

2.2.11 Permenkes NO 28/Menkes/PER/2017 Tentang Kewenangan yang


Dimiliki Bidan
1. Episiotomi
2. Pertolongan persalinan normal
3. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
4. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
5. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
6. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
7. Fasilitasi/bimbingan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif
8. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
9. Penyuluhan dan konseling
10. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
11. Pemberian surat keterangan kematian
12. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2.3 Bayi Baru Lahir


2.3.1 Pengertian
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0-28 hari.
(KEMENKES RI. 2012)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram. (Jitowiyono, 2010).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin. (Dewi, 2011)
Dari beberapa pernyataan di atas dapat dsimpulkan bahwa bayi
baru lahir atau neonatus adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir normal 2500-4000
56

gram yang baru saja mengalami trauma kelahiran, serta harus


menyesuaikan diri dengan kehidupan ekstrauterin.

2.3.2 Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir


1. Sistem Karidovaskuler
Terjadi penutupan voramen ovale pada atrium dan penutupan
duktus arteriousus antara atretri paru-paru dengan aorta, perubahan
akibat tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah pasa saat tali
pusat dipotong dan pernafasan petama (Vivian Nanny, 2013)
2. Sistem pernafasan
Pernafasan pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama segera setelah bayi lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan,
juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan
merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonates
bernafas diafragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi
dan dalamnya bernafas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang,
maka alveoli akan kolaps dan paru-paru akan menjadi kaku,
sehingga terjadi aktelektatis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia),
nenonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya
kelanjutan metabolism anaerobic.
3. Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum bisa mengatur suhu tubuhnya, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan syhu lingkungan.
Pada lingkungan dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan hasil penggunaan lemak cokelat untuk
memproduksi panas. Lemak cokelat akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stress dingin.
4. Metabolisme glukosa
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 s/d 2 jam). Koreksi dapat dilakukan dengan cara :
57

a. Melalui penggunaan Asi


b. Melalui penggunaan cadangan glikogen
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
5. Perubahan gastrointestinal
Setelah bayi lahir, bayi cukup bulan akan menghisap dan
menelan. Namun hubungan bagian bawah esophagus dan lambung
belum sempurna sehingga menyebabkan gumoh. Kapasitas lambung
sangat sedikit dan sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi
cukup bula. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat
bersamaan dengan tumbuhnya bayi.
6. Perubahan kekebalan tubuh
Sistem imunisasi belum matang sehingga menyebabkan bayi
baru lahir rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Kekebalan
alami yang terdapat pada tubuh bayi baru lahir antara lain:
a. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
b. Fungsi saringan saluran nafas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh lingkungan asam lambung,
juga sel darah merah membantu membunuh mikroorganisme
asing. Namun pada bayi baru lahir sistem ini belum matang
sehingga belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi
secara efisien.

2.3.3 Tanda- tanda bayi baru lahir normal


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2500-4000 gram. (Nany,
2010)
Kehangatan tidak terlalu panas (≥380C) atau terlalu dingin (≤
360C), warna kuning pada kulit ( tidak pada konjungtiva), terjadi pada
hari 2-3 biru,pucat, memar,pada saat diberi makanan hisapan kuat,tidak
mengantuk berlebihan,tidak muntah,tidak terlihat tand-tanda infeksi tali
pusat, seperti tali pusat merah, bengkak, keluran cairan, bau busuk,
58

berdarah. Apat merkemih selama24 jam,tinja lembek atau hijau tua,


tidak ada lendir atau darah pada tinja ,bayi idak menggigil atau tangisan
kuat,terdapat tanda lemas,terlalu mengantuk, lunglay,kejang- kejang
atau menangis terus- menerus, (prawihardji,2014)
Ciri ciri bayi baru lahir normal
1. Lahir aterm antara 37-40 minggu
2. berat badan 2500-4000 gram.
3. frekuensi denyut jantung 120-160 kali permenit
4. Pernafan kurang lebih 40-60 kali permenit
5. Warna kulit kemerahan
6. Nilai afgar > 7
7. Gerak aktif
8. Bayi lahir langsung menangis kuat
9. Genetalia
a. Pada laki laki kematangan di tandai dengan testis yang berada
pada scrotum dan penis yang berlubang pada ujung
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta terdapat labia mayora dan labia minora.
c. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

2.3.4 Tanda-tanda bayi baru lahir tidak normal


1. Bayi lahir < dari 37 minggu atau > 40 minggu
2. Berat badan bayi kurang 2500-4000 gram
3. Frekuensi denyut jantung < 120 atau > 160 kali permenit
4. Pernafasan < 40 atau > 60 kali permenit
5. Kulit kebiruan
6. Nilai afgar score < 7
7. Tidak bergerak aktif
8. Bayi lahir tidak langsung menangis
9. Genetalia
59

10. Laki-laki : penis tidak berlubang


11. Perempuan : vagina dan uretra tidak berlubang
12. Belum BAB dalam waktu 24 jam pertama

2.3.5 Penatalaksanaan bayi baru lahir


1. Memberikan jalan nafas
a. Bayi noral akan langsung menangis spontan segera setelah lahir
b. Segera setelah lahir secara cepat menilai pernafasannya,
latakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.
c. Dengan kain bersih dan kering atau kassa waslap darah atau
lender dari wajah bayi untuk mencegah jalannya udara
terhalang. Periksa ulang pernafasan bayi. (sebagian besar bayi
akan menangis atau bernafas secara spontan dalam waktu 70
detik stelah lahir)
d. Bila bayi tersebut tidak benafas dalam waktu 30 detik segeralah
cari bantuan dan mulai langkah-langkah resusitasi.
2. Pemotongan tali pusat
Tali pusat di potong di potong 2-3 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan di klem. dengan cara
a. Klem tali pusat dengan menggunakan 2 buah klem pada titik
kira-kira 2-3 cm dari pangkal pusat bayi (sisakan kira-kira 2-3
cm dari klem pertama)
b. Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi
bayi dari gunting dengan tangan.
c. Pertahankan bkebersihan saat pemotongan.
3. Pemberian vitamin K 1
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
Vitamin K pada bayi baru lahir, lakukan hal-hal berikut Semua bayi
baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K dengan
dosis 1 mg secara IM.
60

4. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Pada waktu lahir, bayi belum mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya agar
tetap hangat, dengan cara:
a. Kerinngkan bayi dengan seksama, selimuti bayi dengan kain
bersih
b. Tutup bagian kepala bayi, dianjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusui bayinya.
c. Jangan memandikan bayi dengan segera setelah lahir, paling
sedikitnya 6 jam.
d. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
Mekanisme kehilangan panas:
a. Evaporasi: karena pengeuapan cairan ketuban.
b. Konduksi: melalui kontak langsung udara sekitarnya yang
dingin.
c. Radiasi: terjadi pada saat bayi ditempatkan dengan benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari pada suhu tubuh bayi.
d. Konveksi : kehilangan panas terjadi pada saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. (APN,2008).
5. Pemberian obat/salep mata
Salep mata cholampenicol 1 % dianjurkan untuk mencegah
penyakit/infeksi dari jalan lahir, dan untuk mencegah penyakit
infeksi menular seksual. Salep mata di berikan pada 1 jam pertama
setelah lahir
6. Pemberian ASI/IMD (Inisiasi Menyusui Dini) Selama 1 jam
pertama
Pastikan pemberian ASI sesegera mungkin setelah lahir, ASI
memiliki beberapa keuntungan secara dini, diantaranya:
a. Merangsang produksi ASI
b. Memperkuat reflex menghisap bayi
c. Memperkuat kasih saying ibu dan anak
61

d. Memberikan kekebalan pasif yang segera pada bayi melalui


colostrum
e. Merangsang kontraksi uterus
Pedoman umum yang harus diikuti ibu saat menyusui mencakup:
a. Mulai menyesui sesegera mungkin setelah lahir
b. Jangan memberikan makanan dan minuman pada bayi selain
ASI.
c. Berikan ASI eksklusif selam 6 bulan
d. Berikan asi 2 jam sekali
e. Posisi yang baik, aman dan nyaman bagi ibu maupun janin
f. Peluk dan pandanglah bayi saat menyusui
g. Mulut bayi harus menempel semua pada aerola payudara ibu.
7. Pemantauan bayi selama 1 jam pertama
Hal hal yang dinilai waktu pemntauan bayi pada satu jam pertama
sesudah lahir meliputi:
a. Kemampuan menghisap kuat dan lemah
b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Warna kulit bayi kemerahan atau kebriuan
8. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi
hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K,
pada saat bayi berusia 2 jam. (Sulistyawati. 2009)
9. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
a. Pengukuran
1) Lingkar kepala
Lingkar kepala ukur dengan menggunakan meteran mulai
dari baggian depan kepala (di atas alis/area frontalis) dan
area occipital disebut lingkar oksipitofrontalis yang
merupakan diameter terbesar. Lingkar kepala yang
62

normalnya 31-35,5 cm pada bayi cukup bulan. Lingkar


kepala lebih besar dari lingkar dada sekitar 2-3 cm.
2) Lingkar dada
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5 - 33
cm. Lingkar dada lebih kecil daripada lingkar kepala sekitar
2 cm. Pengukuran dilakukan tepat pada garis buah dada.
3) Panjang badan
Panjang badan yang diukur dari puncak kepala sampai tumit
pada bayi cukup bulan normalnya adalah 48 - 53 cm.
Terkadang agak sulit dilakukan pada bayi cukup bulan
karena adanya molase, ekstensi lutut tidak sempurna. Bila
panjang badan < 45 cm perlu dicermati adanya
penyimpangan kromosom.
4) Berat badan
Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2.500-4.000
gram. Timbang berat badan bayi segera setelah lahir karena
dapat terjadi penurunan berat badan agak cepat. Normalnya
bayi baru lahir kehilangan sampai 10% dari berat badan
lahirnya pada minggu pertama kehidupannya karena adanya
kehilangan cairan ekstraseluler dan mekonium yang
berlebihan maupun asupan makanan/minum terbatas,
terutama pada bayi yang menyusu ASI. Berat badan bayi
akan kembali naik pada sekitar hari ke-10.
5) Pengukuran tanda-tanda vital
a) Temperatur
Sebaiknya mengukur temperatur melalui aksila karena
mengukur temperatur melalui rectal/rectum dapat
menyebabkan perforasi pada mukosa. Temperatur tubuh
internal bayi adalah 36,5 - 37,5 °C.
63

b) Pernafasan
Denyut pernafasan pada bayi baru lahir adalah berkisar
dari 30 - 60 kali per menit. Pengukuran dilakukan
dengan menghitung selama 60 detik penuh untuk
mendeteksi ketidakteraturan dalam kecepatan, irama dan
kualitasnya.
c) Nadi
Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah 100 -
180 kali permenit, jika kondisi bayi telah stabil dari 120 -
140 kali per menit.
b. Kondisi umum
1) Kepala: Ukuran, bentuk, simetris
2) Mata: Yang perlu diperiksa pada mata adalah sebagai
berikut:
a) Posisi mata
b) Kelopak mata, akan tampak edema beberapa hari akibat
proses kelahiran, iritasi kimia.
c) Adanya perdarahan subkonjungtiva karena tekanan pada
kepala bayi selama persalinan.
d) Pupil, perhatikan simetri dan refleks cahaya
e) Lensa mata, perhatikan apakah ada katarak
3) Telinga, yang perlu diperiksa adalah: Kematangan, atau
simetri, letak dan bentuk, ukuran, lubang telinga
4) Hidung, yang perlu diperiksa pada hidung bayi baru lahir
adalah: Bentuk dan ukuran, lubang hidung
5) Mulut, perlu di periksa pada mulut bayi baru lahir adalah:
a) Posisi, ukuran, simetri
b) Bibir: celah bibir
c) Palatum: celah
d) Mukosa dan lidah: normalnya merah muda
e) Gusi: perhatikan adanya kista kecil
64

f) Gigi neonates
g) Rahang
h) Air liur: bila banyak curiga adanya atresia esophagus
6) Leher, yang perlu diperiksa pada leher bayi baru lahir
adalah:
a) Bentuk: normal, webbing, torticolitis
b) Massa: normal, kelenjar tidak teraba
7) Klavikula
8) Payudara, yang perlu diperiksa pada payudara bayi baru
lahir adalah: bentuk, ukuran, bentuk puting susu, lokasi daii
jumlahnya.
9) Jantung
10) Paru-paru
11) Abdomen
12) Anus, yang perlu diperiksa pada anus bayi baru lahir adalah:
a) Paten, atresia ani
b) Feses: mekonium keluar dalam 48 jam pertama, feses
kuning mulai hai ke-5. Atau feses kehijauan dan
berlendir.
13) Tulang belakang
14) Genitalia, yang perlu diperiksa pada bayi baru lahir adalah:
a) Laki-laki: testis sudah turunke dalam scrotum, lubang
uretra.
b) Perempuan: labia minora sudah ditutupi labia mayora,
klitoris, lubang uretra, lubang vagina
15) Ekstremitas atas dan bawah (APN. 2008)
2.3.6 Refleks Refleks pada bayi baru lahir
1. Reflek moro
Reflek ini adalah salah satu reflek yang didapat oleh bayi, sebab
reflek ini menunjukan status neurologist, ini juga sering disebut
reflek kejutan.
65

2. Reflek menggenggam telapak tangan dan kaki


Reflek ini adalah suatu reflek ketika sebuah benda diletakkan di
telapak tangan neonatus, reflek menggenggam menyebabkan jari
menggenggam benda tersebut, reflek ini dapat terlihat sampai tunur
satu tahun.
3. Reflek tonik neck
Reflek ini dapat diobervasi pada neonatus dalam posisi terlentang.
Reflek ini tidak dapat dilihat pada bayi yang berusia 1 hari,
meskipun relek ini dapat diamati sampai usia bayi 3-4 bulan.
4. Rooting
Reflek ini ditandai dengan penghisapan secara kuat jari atau putting
susu ketika dimasukan kedalam mulut.
5. Reflek Swallowing
Reflek ini ditandai dengan menelan secara tepat cairan yang
dimasukan ke dalam mulut, reflek ini dapat dengan mudah
diobservasi pada saat makan.
6. Reflek babinski
Reflek ini disebut juga reflek hiperektensi jari kaki, tejadi ketika
bagian lateral dari telapak kaki bayi digores dari tumit ke atas dan
menyilang pada kaki, reflek ini menghilang setelah berusia 1 tahun.
7. Reflek menginjak
Bayi dapat membuat gerakan menginjak yang kadang-kadang
disebut gerakan menari. Reflek ini kadang-kadang sulit diperoleh
sebab tidak semua bayi kooperatif, dan menghilang berangsur-
angsur pada usia 2-3 bulan. (Depkes RI 2010)

2.3.7 Jadwal Kunjungan Neonatus


Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus:
1. Kunjungan Neonatal 1 (KN 1) dilakukan pada 6-48 jam setelah
lahir.
2. Kunjungan Neonatal 2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke
3-7 setelah lahir.
66

3. Kunjungan Neonatal 3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke


8-28setelah lahir. (Salmah, dkk. 2008)
Kunjungan Neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Resiko
terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika
bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Tabel 2.7
Jadwal kunjungan neonatus
Kunjungan
Penatalaksanaan Asuhan Neonatus
Neonatus
KN 1(6-48 jam) 1. Menjaga kehangatan bayi
2. Memberi ASI ekslusif
3. Melakukan pecegahan infeksi
4. Memeriksa status pemberian vit k dan
memberikan Imunisasi HBO
5. Memandikan bayi dan melakukan perawatan
tali pusat
KN 2 (3-7 hari) 1. Menimbang berat badan
2. Memeriksa tanda-tanda vital seperti suhu,
pernafasan,denyut jantung
3. Memriksa kemungkinan penyakit yang sangat
berat
4. Memeriksa kemungkinan berat badan rendah
dam masalah pemberian ASI
5. Memeriksa kemungkinan mengalami adanya
diare,ikterus dan keluhan lain
6. Memeriksa pelepasan tali pusat
KN 3 (8-28 hari) 1. Menimbang berat badan
2. Memeriksa tanda-tanda vital seperti suhu,
pernafasan, denyut jantung
3. Memriksa kemungkinan penyakit yang sangat
sangat berat dan masalah pemberian ASI
4. Memeriksa kemungkinan berat badan rendah
dam masalah pemberian ASI
67

Sumber (Abdul Bari, Saifuddin . 2010)


2.3.8 Imunisasi Dasar
1. Imunisasi BCG
Yaitu tindakan memasukkan vaksin BCG yang bertujuan untuk
memberi kekebalan tubuh terhadap kuman Mycobacterium
tuberculosis dengan cara menghambat penyebaran kuman.
Gambar 2.4
Imunisasi BCG

2. Imunisasi Polio
Yaitu tindakan imunisasi dengan memberikan vaksin polio (dalam
bentuk oral) atau dikenal dengan sebutan oral polio vaccine (OPV)
yang bertujuan untuk memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis,
dapat diberikan 4 kali dengan interval 4-6 minggu.
Gambar 2.5
Imunisasi Polio

3. Imunisasi DPT/DT
Imunisasi ini dilakukan dengan
memberikan vaksin DPT (Difteri
Pertusis Tetanus)/DT (Difteri Tetanus) pada anak yang bertujuan
untuk memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya
dengan interval 4-6 minggu (kurang lebih 3 kali), selanjutnya
ulangan pertama 1 tahun dan ulangan berikutnya 3 tahun sekali
68

sampai usia 8 tahun. Imunisasi ini tidak dianjurkan untuk bayi usia
kurang dari 2 bulan mengingat imunogen pertusis yang sangat
reaktogenik dan adanya hambatan tanggap kebal karena pengaruh
antibodi maternal untuk imunogen difteri atau tetanus.
Gambar 2.6
Imunisasi Pentavalen

4. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B dilakukan dengan memberikan vaksin
hepatitis B ke dalam tubuh yang bertujuan untuk memberi
kekebalan dari penyakit hepatitis. Pada ibu yang menderita hepatitis
B dengan HbsAg negatif, imunisasi dapat diberikan kepada anak-
anak sesuai dosis yang ada, kemudian dilanjutkan pada usia 1-2
bulan dan yang ke tiga pada usia 6 bulan. Apalagi HbsAg ibu
positif, vaksin dapat diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi
lahir kemudian suntikan kedua pada usia 1-2 bulan dan ketiga.
Imunisasi ulangan dapat diberikan 5 tahun kemudian.
69

Gambar 2.7
Imunisasi HB-0

5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak: tindakan memberikan vaksin campak pada anak
yang bertujuan membentuk kekebalan terhadap penyakit campak
yang dapat diberikan pada usia 9 bulan secara subcutan, kemudian
dapat diulang dalam interval waktu 6 bulan lebih setelah suntikan
pertama. (Hidayat, 2008)
Tabel 2.8
Jadwal Imunisasi Puskesmas

Umur Jenis Imunisasi


0-24 jam Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib l, Polio2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak/Measles Rubella (MR)
(Sumber KEMENKES RI. 2018)

2.3.9 Kewenangan:
1. Episiotomi
2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
70

6. Fasilitasi/bimbingan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan promosi air


susu ibu (ASI) eksklusif
7. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
8. Penyuluhan dan konseling
9. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10. Pemberian surat keterangan kematian
11. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2.3.10 Standar perawtan bayi baru lahir


1. Standar Pelayanan bayi baru lahir
Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir
Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
2. Permenkes NO 28/Menkes/PER/2017 Tentang Kewenangan
yang Dimiliki Bidan
Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup:
1) Pelayanan bayi baru lahir
2) Pelayanan bayi
3) Pelayanan anak balita
4) Pelayanan anak pra sekolah
b. Kewenangan:
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini
(IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada
masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
71

4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah


5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
pra sekolah
6) Pemberian konseling dan penyuluhan

2.4 NIFAS
2.4.1 Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hami. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Menurut Rukiyah Y.
A, dkk (2010)
Masa nifas adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembai alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.lamanya masa nifas
ini yaitu kira-kia 6-8 minggu (abidin,2011)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono, 2012).
Jadi dari beberapa pengertian diatas masa nifas adalah masa yang
dimulai setelah lahirnya bayi, plasenta dan membran sampai organ atau
alat-alat kandungan kembali pulih seperti sebelum hamil dalam waktu
kira-kira 6 minggu (42 hari).
2.4.2 Fisiologis nifas
1. Puerperium dini : Masa kepulihan,yakni saat ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genetal kira-kira 6-8 minggu.
3. Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil (persalinan
mempunyai komplikasi). (suherni, dkk, 2009).
72

2.4.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas


1. Perubahan sistem produksi
a. Uterus
Ukuran uterus akan mengecil kembali pada ukuran
sebelum hamil setelah 2 minggu pasaca persalinan.
(suherni,dkk.2009)
Tabel 2.9
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000gram
Usia lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengangahan pusat-simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 ram
b. Lochea
Lochea adalah istilah untuk secret dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium ( Varney,2007)
Tabel 2.10
Macam-macam lochea
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah Sel desidua,


kehitaman serviks, lanugo,
sisa mekonium dan
sisa darah

Sanguinolenta 3-7 hari Merah Sisa darah


kuningan bercampur lendir

Serosa 7-14 Kekuningan Lebih sedikit darah


hari Kecoklatan dan lebih banyak
serum,juga terdiri
dari leukosit,dan
robekan laserasi
73

plasenta

Alba >14 Putih Mengandung


hari leukosit,selaput
lendir serviks,dan
selaput jaringan
yang mati

Sumber : Suherni,dkk.2009
a. Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan dan
puerperium merupakan suatu saluran yang berdinding tipis
secara berangur-angsur luasnya berkurang,tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran multipara. Rughae timbul kembali pada
minggu tiga pasca melahirkan.
b. Serviks
Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan
paskularitasnya yang tertinggi, lubang serviks lambat laun akan
mengecil, beberapa hari stelah persalinan diriretak karena
robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar
akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat
empat (4) minggu post partum.
c. Perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil pada biasa, kepala janin melewati
bawah panggul dengan ukuran lebih besar. Bila ada laserasi
jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukanlah enjahitan dan
perawatan dengan baik (suherni, dkk. 2009).
d. Payudara
74

Ketika hormon yang dihasilkan placenta tidak ada lagi


untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan
prolaktin (hormon laktognik). Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.
Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit.
e. Perubahan pada sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal
ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya
serat selama persalinan.
f. Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada keadaan/status sebelum persalinan, lamanya
partus kala 2 dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan
pada saat persalinan.
g. Sistem muskulosketal
Ligamen- ligamen,fasia dan diagfragma pelvis yang
meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamen rotundum
mengendur sehingga uterus jatuh kebelakang.
h. Sistem endokrin
Suatu proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin,terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
i. Oksitosin
Oksitosin disekresikan Dari kelenjar otak bagian
belakang,selama tahap ketiga persalinan,hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan oksitosin. Hal tersebut
membantu uterus kembali normal.
75

j. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi ASI.
k. Estrogen dan progesteron
Tingkat estrogen yang tinggi membesar hormon anti
diuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan meningkatkan pembuluh darah.

2.4.4 Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas


1. Suhu badan
a. Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik
sedikit, antara 37,2-37,5°C. kemungkinan disebabkan karena
mengikuti aktivitas payudara.
b. Bila kenaikan mencapai 38,0°C pada hari kedua sampai hari-
hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis
nifas.
2. Denyut nadi
a. Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit, yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat
penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.
b. Pada ibu yang nervous nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit.
Bisa juga terjadi gejala syok karena infeksi, khususnya bila
disertai peningkatan suhu tubuh.
3. Tekanan darah
a. Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum.
b. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukan adanya
perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,
76

merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang


bisa timbul pada masa nifas. Namun hal seperti itu jarang
terjadi.
4. Respirasi
a. Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa
demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat.
b. Bila ada respirasi cepat post partum (>30x/menit), mungkin
karena adanya tanda-tanda syok. (Suherni, 2009).

2.4.5 Adaptasi Psikologis Masa Nifas


1. Taking in
a. Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu meng-
harapkan segala kebutuhan tubuhnya terpenuhi orang lain.
b. Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, dimana fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
c. Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan
keterlibatannya dalam tanggung jawabnya.
d. Pada waktu ini, ibu yang baru melahirkan memerlukan
perlindungan dan perawatan.
e. Pada waktu ini, ibu menunjukan kebahagiaan yang sangat dan
sangat sengang untuk menceritakan tentang pengalamanya
melahirkan.
f. Fase ini ibu lebih cenderung pasif terhadap lingkungannya
dikarenakan kelelahan.
g. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan agar
ibu cepat pulih.
77

2. Taking hold
a. Pada fase taking hold, secara bergantian timbul kebutuhan ibu
untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain
dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara
mandiri.
b. Pase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
c. Pada fase ini, ibu sudah mulai menunjukan kepuasan (terfokus
pada bayinya).
d. Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan bagi dirinya dan
juga bayinya.
e. Ibu mudah didorong untuk melakukan perawatan bayinya.
f. Pada fase ini, ibu berespon dengan penuh semangat untuk
memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tetang cara pera-
watan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bayinya
secara langsung.
g. Fase ini sangat tepat bagi bidan untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang hal yang diperlukan bagi ibu dan bayinya.
3. Leting go
a. Fase ini merupakan fase penerima tanggung jawab akan peran
barunya, berlangsung setelah hari ke 10 pasca melahirkan.
b. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya.
c. Keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya sangat
meningkat pada fase ini.
d. Terjadi penyesuaikan dalam hubungan keluarga untuk
mengobservasi bayi. Hubungan antar pasangan memerlukan
penyesuaikan karena adanya anggota keluarga baru. (Fitramaya,
2009)
78

2.4.6 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Kunjungan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Adapun kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI tahun 2010 mengenai jadwal kunjungan nifas yaitu :
1. KF1 : Kunjungan 6 jam-48 hari pasca persalinan
Tujuan : mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
mendeteksi dan merawat penyebab lain perdaraha, rujuk jika
perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri, pemberian ASI awal, menjaga bayi tetap sehat
dengan mencegah hipotermia, jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2. KF2 : Kunjungan 4-28 hari setelah persalinan
Tujuan : memastikan involusi uterus berjalan dengan normal ;
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau ; menilai adanya tanda-tanda
demam infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu
mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat, memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan kepada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
3. KF3 : Kunjungan 29-42 hari setelah persalinan
Tujuan : menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami, memberi konseling untuk KB secara dini (Depkes,
2010).
Pelayanan kunjungan nifas merupakan kontak ibu nifas dengan
tenaga ke sehatan baik di dalam atau di luar gedung fasilitas
79

kesehatan termasuk bidan di desa/polindes/poskesdes atau


kunjungan rumah.
Pemeriksaan yang diberikan :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)
c. Pemeriksaan lochia dan pengeluaran pervaginam lainnya
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan
e. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali,
pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24
jam pemberian kapsul vitamin A pertama
f. Pelayanan KB pasca salin. (Kemenkes, 2014).

2.4.7 Penatalaksanaan Masa Nifas


1. Mobilisasi : karena lelah habis bersalin, ibu harus istitrahat, tidur
telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-
miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya erawatts dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3
jalan-jalan, hari ke-4 atau ke-5 diperbolehkan pulang. Mobilisasi
diatas bervariasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka-luka.
2. Gizi : makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi : hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.
4. Defekasi: buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca
persalinan.
5. Personal higene ibu
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempay
tidur, dan lingkungannya. Ajari ibu cara memebrsihkan daerah
genetalia dengan sabun dan air bersih stelah berkemih dan defekasi
80

sebelum dan sesudah membersihkan genetalia ia harus mencuci


tangan.
Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya jika puting
terbenam, lakukan masase payudara secara perlahan dan tarik
keluar secara hati-hati. Pada masa post partum, seorang ibu akan
rentan terhadap infeksi.
Perawatan perineum 10 hari:
a. Ganti bembalut wanita yang bersih setiap 4-5 jam.pembalut
dengan baik sehingga tidak bergeser.
b. Lepaskan pembalut dari depan ke belakanng untuk
menghindari penyebaran bakteri dan anus ke vagina.
c. Alirkan atau bilas dengan air hangat atau cairan anti septik
pada area perineum stelah defekasi. Keringkan dengan kain
handuk dengan cara di tepuk-tepuk dari depan ke belakang.
d. Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk berlama untuk
mengurangi tekanan pada daerah tersebut.
6. Istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur menurut (suherni,dkk 2010) yaitu :
a. Istirahat yang cukup untuk mengurangi kekelahan
b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
c. Kembali kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
Mengatur kegiatan rumahnnya sehingga dapat menyediakan
waktu untuk istirahat pada siang ± 2 jam dan malam 7-8 jam.
d. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
a. Mengurangi jumlah asi
b. Memperlambat imvolusi, yang akhirnya dapat
mengakibtkan perdarahan
c. Defresi
81

2.4.8 Senam Nifas


1. Pengertian
Senam nifas adalah senam yang di lakukan pada saat seorang
ibu menjalani masa nifas atau masa setelah melahirkan
(Idamaryanti,2009).
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat
mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami
peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada
kondisi normal seperti semula.(Ervinasby,2008).
Senam nifas dapat di mulai 6 jam setelah melahirkan dan
dalam pelaksanaanya harus dilakukan secara bertahap, sistematis
dan kontinyu (Alijahbana,2008).
2. Tujuan senam nifas
Tujuan senaam nifas di antaranya:
a. Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya
rahim ke bentuk semula).
b. Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan
pada kondisi semula.
c. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama menjalani
masa nifas.
d. Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar
panggul, serta otot pergerakan.
e. Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah hamil dan
melahirkan, tonus otot pelvis, regangan otot tungkai bawah.
f. Menghindaripembengkakan pada pergelangan kaki dan
mencegah timbulnya varises.
3. Manfaat senam nifas
a. Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang
mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-
bagian tersebut kebentuk normal.
82

b. Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar


diakibatkan kehamilan.
c. Menghasilkan manfaat psikologis menambah kemampuan
menghadapi stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi
pasca persalinan.
4. Syarat senam nifas
Senam nifas dapat di lakukan setelah persalinan, tetapi dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak ada kelainan.
b. Senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan dilakukan di
rumah sakit atau rumah bersalin, dan diulang terus di rumah.
5. Kerugian Bila Tidak Melakukan senam nifas
a. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa
darah tidak dapat dikeluarkan.
b. Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan.
c. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah).
d. Timbul varises.
6. Cara melakukan senam nifas
a. Latihan senam nifas
1) Hari pertama, sikap tubih terlentang dan rileks, kemudian
lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas
melalui hidung dan tahan 3 detik kemudian buang melalui
mulut, Lakukan 5-10 kali.
Rasional: Setelah melahirkan peredaran darah dan
pernafasan belum kembali normal. Latihan pernafasan ini
ditujukan untuk memperlancar peredaran darah dan
pernafasan. Seluruh organ-organ tubuh akan teroksigenasi
dengan baik sehingga hal ini juga akan membantu proses
pemulihan tubuh.
83

2) Hari kedua, sikap tubuh terlentang, Kedua tangan dibuka


lebar hingga sejajar dengan bahu kemudian pertemukan
kedua tangan tersebut tepat di atas muka. Lakukan 5-10 kali.
Rasional : Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan
menguatkan kembali otot-otot lengan.
3) Hari ketiga, sikap tubuh terlentang, kedua kaki agak
dibengkokkan sehingga kedua telapak kaki berada dibawah.
Lalu angkat pantat ibu dan tahan hingga hitungan ketiga lalu
turunkan pantat keposisi semula. Ulangi 5-10 kali.
Rasional : Latihan ini di tujukan untuk menguatkan kembali
otot-otot daar panggul yang sebelumnya otot-otot ini bekerja
dengan keras selama kehamilan dan persalinan.
4) Hari keempat, tidur terlentang dan kaki ditekuk ± 45°,
kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu
angkat tubuh ibu ± 45° dan tahan hingga hitungan ketiga.
Rasional : Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan
menguatkan kembali otot-otot punggung.
5) Hari kelima, tidur terlentang, salah satu kaki ditekuk ± 45°,
kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan
dengan kaki yang ditekuk usahakan tangan menyentuh lutut.
Gerakan ini dilakukan secara bergantian hingga 5 kali.
Rasional : Latihan ini bertujuan untuk elatih sekaligus otot-
otot tubuh diantaranya otot-otot punggung, otot-otot bagian
perut, dan otot-otot paha.
6) Hari keenam, Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki
sehingga paha membentuk 90° lakukan secara bergantian
hingga 5 kali.
Rasional: Latihan ini ditujukan untuk menguatkan otot-otot
di kaki yang selama kehamilan menyangga beban yang
berat. Selain itu untuk memperlancar sirkulasi di daerah kaki
sehingga mengurangi resiko edema kaki.
84

7. Tahapan Senam Nifas


a. Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut
di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung
dan kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding
abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru

b. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak


terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri
dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada
seluruh bagian kanan tubuh.

c. Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit


diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan
kemudian rileks.

d. Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk.


Kontraksikan/kencangkan otot-otot perut sampai tulang
punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3
detik kemudian rileks.
85

e. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut.


Angkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan
rilekskan dengan perlahan.

f. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di


bagian luar lutut kiri.

g. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki


diluruskan. angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut
mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan
angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan
kembali ke lantai.

h. Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan


meletakkan kursi di ujung kasur, badan agak melengkung
dengan letak pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan
pada jari-jari kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan
ini selama setengah menit.
86

i. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke


dalam dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama
setengah menit.

j. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan bawah
seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.

k. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan


dimana lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki
kanan, sedangkan tangan memegang ujung kaki, dan urutlah
mulai dari ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha.
Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.
l. Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan di
bawah kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah
sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan angkatlah pantat dari
kasur dengan melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4
sampai 6 kali selama setengah menit.

2.4.9 Standar Pelayanan Nifas


a. Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir
b. Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
c. Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
87

2.4.10 Kewenangan bidan dalam melakukan perawatan masa nifas


Permenkes No 28/MENKES/PER/2017 Tentang Kewenangan yang
Dimiliki Bidan
1. Kewenangan normal
a. Episiotomi
b. Pertolongan persalinan normal
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
e. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g. Fasilitasi/bimbingan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan promosi
air susu ibu (ASI) eksklusif
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
i. Penyuluhan dan konseling
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
k. Pemberian surat keterangan kematian
l. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2.5 Keluarga Berencana


2.5.1 Pengertian
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka
dibuatlah beberapa cara atau alternative untuk mencegah ataupun
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. (Sulistiawati, 2012).
Keluarga Berencana (KB) adalah mengatur jumlah anak sesuai
kehendak anda, dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil. Usaha
keluarga berencana (penggunaan kontrasepsi) dapat digunakan untuk
mencapai tujuan ini, misalnya mengurangi primi muda, grande multi
atau mengatur jarak antara dua kehamilan. (Irianto, 2014).
88

Menurut Undang-undang No. 10/1992, KB adalah upaya


peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia sejahtera.
Dari beberapa pengertian diatas bisa disimpulkan Keluarga
Berencana (KB) merupakan usaha mengatur dan mengukur jumlah
anak, jarak kehamilan, dan mencegah kehamilan dengan tujuan
mengurangi primi muda, grande multi dan mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia sejahtera.

2.5.2 Macam-Macam Metode Alat Kontrasepsi


Macam-macam Metode dan Alat Kontrasepsi. (Saifuddin, 2010).
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu
(ASI) secara eksklusif.Cara kerja :
1) Penundaan atau penundaan ovulasi
2) Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin
didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek
ketidak suburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh
aspek– aspek : yaitu cara menyusui, seringnya menyusui,
lamanya menyusui, jarak antara menyusui dan kesungguhan
menyusui.
Indikasi
1) Ibu yang menyusui secara eksklusif
2) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan
Kontra Indikasi
1) Tidak menyusui secara eksklusif
2) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
b. Senggama terputus
Adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi.
89

Indikasi
1) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
2) Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil
menunggu metode yang lain
3) Suami yang sulit melakukan senggama terputus
Efek samping
Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun).
c. Kontrasepsi Kombinasi (Hormone Estrogen dan Progesterone)
1) Pil kombinasi
Pil monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormone aktif estrogen/progestin dalam
dosis yang masa, dalam 7 tablet tanpa hormon aktif.
Pil bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progestin dengan 2 dosis
yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
Pil trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet hormone aktif.
Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah inplantasi
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh
sperma
d) Pergerakan tuba terganggu sehngga transpotasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula.
Efek samping
Mual, perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama, pusing,
nyeri payudara, mengurangi ASI, meningkatkan tekanan darah
dan retensi cairan
90

2) Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksip
progesterone asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan
injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Nerotindron
enantat dan 5 mg Estradol Valerat yang diberikan injeksi I.M.
sebulan sekali.
Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu
c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang
tinggi
d) Menyusu ASI pasca persalinan > 6 bulan
e) Pasca persalinan tidak menyusui
f) Anemia, nyeri haid hebat dan haid teratur
Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan
darah tinggi > 180/110 mmHg. Penyakit hati akut (virus
hepatitis) dan kanker payudara
Efek samping
Terjadinya perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak/spooting atau perdarahan selama 10 hari
91

mual, sakit kepala, nyeri payudara, nyeri payudara ringan dan


keluhan ini akan hilang ketika setelah suntikan kedua dan
ketiga.
d. Kontrasepsi progestin
1) Kontrasepsi Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin :
a) Depo medroksiprogeston Asete (Depo provera,
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3
bulan dengan cara disuntik intramuscular (didaerah
bokong)
b) Depo noristerat yang mengandung 200 mg noretindron
enentat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular
Cara kerja
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir tipis dan atrofi
d) Menghambat transfortasi gamet ke tuba
Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak
c) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
d) Setelah melahirkan dan menyusui
e) Tekanan darah < 180/110
Kontraindikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Menderita kanker peyudara atau riwayat kanker payudara
92

Efek samping
Meningkatnya atau menurunnya berat badan
2) Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
Jenis minipil :
a) kemasan dengan isi 35 pil
b) kemasan dengan isi 28 pil
Cara kerja :
a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks
diovarium (tidak begitu kuat)
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
Indikasi
a) Usia reproduksi, telah memiliki anak
b) Pasca persalinan dan tidak menyusui
c) Pasca keguguran, perokok untuk segala usia
d) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama, 180x/menit)
atau dengan masalah pembekuan darah
Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
d) Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin)
e) Sering lupa menggunakan pil
Efek samping
Amenorhoe dan perdarahan tidak teratur
3) Kontrasepsi Implant
Norplan terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36
mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
93

Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang


kira–kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg
3 ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrol demgan lama kerja 3 tahun.
Cara kerja
1) Lendir serviks menjadi kental
2) Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi
3) Mengurangi transportasi sperma
4) Menekan ovulasi
Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
3) Paska persalinan tidak menyusui
4) Paska keguguran
Kontraindikasi
1) Hamil atau diduga hmil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Efek samping
1) Perdarahan tidak teratur, dan perdarahan bercak
2) Nyeri kepala, mual, dan gelisah
e. AKDR Cut – 380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Cara kerja
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba fallopi
2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
94

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma


untuk fertilisasi
Indikasi
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Hamil atau kemungkinan hamil
6) Perdarahan vagina yang belum diketahui penyebabnya
Efek samping
1) Perubahan siklus haid (umumnya dalam 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
f. Kontrasepsi MANTAP
Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
vertilitas (kesuburan) seorang perempuan.
Cara kerja
Dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
Indikasi
1) Usia > 26 tahun
2) Paritas > 2
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya
4) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Kontraindikasi
1) Hamil dan dicurigai hamil
95

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas


3) Infeksi sistemik atau velvik yang akut
4) Belum memberikan persetujuan yang tertulis
Efek samping
1) Infeksi luka
2) Demam pasca operasi (> 38º C)
3) Luka pada kandung kemih, intensial (jarang terjadi)
4) Rasa sakit pada lokasi pembedahan
5) Perdarahan suferpisial (tepi – tepi kulit atau subkutan)
g. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklsi vasa deferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses vertilisasi
penyatuan dalam ovum tidak terjadi.
Cara kerja
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan vertilitas dimana
fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap
kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan
kualitas keluarga
Kontraindikasi
1) Usia > 37 tahun
2) Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium)
Komplikasi
1) Komplikasi bisa terjadi saat prosedur berlangsung atau
beberapa saat setelah tindakan
2) Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis,
infeksi atau abses pada testis, otrifi testis.

2.5.3 Kewenangan bidan dalam kontrasepsi


Permenkes No 28/MENKES/PER/X/2017 Tentang Kewenangan
yang Dimiliki Bidan
96

1. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana, dengan kewenangan:
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

2.6 Manajemen Asuhan Kebidanan


Proses manejemen kebidanan menurut Helen Varney (2007)
menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan
masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an.
Varney (2007) dalam bukunya menjelaskan bahwa proses penyelesaian
masalah merupakan salah satu teori yang dapat digunakan dalam manajemen
kebidanan. Dalam text book kebidanan yang di tulis pada tahun 1981 proses
manajemen kebidanan diselesaikan dalam lima langkah, setelah
menggunakan varney (2007) ada beberapah hal yang penting yang harus
disempurnakan sehingga ditambahkan dua langkah lagi untuk
menyempurnakan teori lima langkah yang sudah di jelaskan terdahulu.
2.6.1 Tujuh Langkah Manajemen Dokumentasi Varney
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan dan di setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi,
ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat diaplikasikan dalam situasi apa pun,akan tetapi setiap langkah
dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini
bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut
adalah sebagi berikut :
1. Pengumpulan data dasar
Pada langakah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi Keadaan klien
secara lengkap yaitu.
97

a. Riwayat Kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan
hasil studi.
2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan indetifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang suadah dikumpulkan
diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang
spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan yang
memenuhi standar nomenklatur antara lain : kehamilan normal,
partus normal, syok, denyut jantuk janin tidak normal, abortus,
solusio plasenta, amnionitis, anemia berat, atonia uteri, postpartum
normal, infeksi mammae, pembengkakan mamae, presentasi
bokong, presentasi dagu, disproporsi kepala panggul (DKP),
presentasi ganda, eklampsi, kehamilan ektopik, hidramnion,
presentasi muka, persalinan semu, PEB, PER, Hipertensi karena
kehamilan, retensio plasenta, ruptur uteri, bekas luka uteri,
presentasi bahu, robekan serviks dan vagina, letak lintang, dan lain-
lain.
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah di identifikasi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman. Contoh seorang wanita dengan pemuaian uterus
yang berlebihan, bidan harus mempertimbangkan kemungkinan
penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut (misalnya
98

polihidramion, besar dari masa kehamilan, gemelli, diabetes).Pada


persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi
dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu
dan juga kebutuhan untuk resusitasi.
4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
7. Evaluasi
Pada langkah ini evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang bener efektif dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah proses manajemen pada
umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pernikahan yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung
99

didalam situasi dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klie
dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi dalam tulisan saja.
2.6.2 Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan. Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan
menggambarkan alur pola berpikir dan bertindak bidan dalam
pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah. Asuhan yang
telah dilakukan harus dicatat seicara benar, jelas, singkat dan logis
dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang
dapat mendokumentasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang
telah dilakukan dan yang akan dilakukan pada seorang klien yang
didalamnya tersirat proses berfikir sistematis seorang bidan dalam
menghadapi seorang klien sesuai langkah – langkah dalam proses
manajemen kebidanan. Alur berfikir bidan saat menghadapi klien ada 4
langkah yang didokumentasikan dalam bentuk soap.
S : Subjektif: Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney(pengkajian
data),terutama data yang diperoleh melalui anamesis. Data subjektif ini
berhubungan dengan masalahdari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenali kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis.Data subjektif ini nantinya akan menguatkan
diagnosis yang akan disusun.
O : Objektif: Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil lab, tes diagnostik lain, yang dirumuskan dalam data,
focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney. Terutama
data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan
fisik pasien,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
100

lain,catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti
gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
A : Assesment: Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interprestasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
diagnosa. Antisipasi diagnose atau masalah potensial. Perlunya
tindakan oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi, rujukan
sebagai langkah ke 2,3 dan 4 varney.
Sehingga mencakup hal-hal berikut ini; diagnosis masalah kebidanan,
diagnosis masalah potensial, serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan
tindakan segera untuk antisipasi diagnosis masalah potensial dan
kebutuhan tindakan segera harus di identifikasi menurut kewenangan
bidan,meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan
merujuk klien.
P : Planing: Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
implementasi dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6
dan 7 varney.

2.7 Materi preeklamsi berat


2.7.1 Pengertian Preeklamsi Berat
Preeklamsi berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah sistolil
>160 mmHg dan tekanan diastolil > 110 mmHg disertai edema dan
prtotei urine lebih dari 5/24 jam.
Preeklampsia adalah berkembangnya hipertensi dengan
proteinuria atau edema atau kedua-duanya yang disebabkan oleh
kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang sekarang. Biasanya
keadaan ini timbul setelah umur 20 minggu kehamilan tetapi dapat pula
berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik.
Preeklampsia merupakan gangguan yang terutama terjadi pada
primigravida.1Preeklampsia merupakan suatu kehamilan yang ditandai
dengan sindrom multisistem yaitu penurunan perfusi organ sekunder
101

hingga vasospasme dan aktivasi kaskade koagulasi. Kondisi ini menjadi


komplikasi pada sekitar 3-6% kehamilan dengan insiden 1,5-2 kali
lebih besar pada primigravida.
Preeklampsia adalah suatu penyakit yang muncul pada awal
kehamilan dan berkembang secara perlahan dan hanya akan
menunjukkan gejala jika kondisi semakin memburuk.
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan
proteinuria pada usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Saat ini edema pada ibu hamil dianggap sebagai hal yang
biasa dan tidak spesifik dalam diagnosis preeklampsia. Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Proteinuria ditetapkan apabila
dalam urine terdapat protein ≥ 300 mg/ml dalam urine tampung 24 jam
atau ≥ 30 mg/dl urin acak tengah yang tidak menunjukan tanda-tanda
infeksi saluran kemih.
Preeklampsia atau preeclamptic toxaemia adalah penyebab utama
morbiditas dan mortalitas ibu yang ditandai dengan hipertensi dan
proteinuria yang baru muncul saat trimester II kehamilan dan biasanya
pulih pada masa postnatal.

2.7.2 Patofisiologi Preeklampsia


Preeklampsia seringkali bersifat asimtomatik, sehingga sekalipun
sudah muncul sejak trimester pertama, tanda dan gejala belum
ditemukan. Namun demikian plasentasi yang buruk telah terjadi yang
dapat menyebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi pada janin, yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra uterin atau yang lebih
dikenal dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT).
Awal mula terjadi preeklampsi sebenarnya sejak masa awal
terbentuknya plasenta dimana terjadi invasi trofoblastik yang abnormal
seperti dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
102

Gambar 1. Invasi Trofoblas pada Preeklampsia


Sumber: Cunningham (2009)
Pada kondisi normal, terjadi remodeling anteriol spiralis uterin
pada saat diinvasi oleh trofoblast endovaskuler. Sel-sel tersebut
menggantikan endotel pembeluh darah dan garis otot sehingga diameter
pembuluh darah membesar. Vena diinvasi secara superfisial. Pada kasus
preeclampsia, terjadi invasi trofoblast yang tidak lengkap. Invasi terjadi
secara dangkal terbatas pada pembuluh darah desidua tetapi tidak
mencapai pembuluh darah myometrium. Pada kehamilan normal tanpa
preeklampsia, invasi trofoblast terjadi secara lengkap mencapai
myometrium.
Pada Preeklampsia, arteroil pada myometrium hanya memiliki
diameter berukuran setengah lebih kecil dari plasenta yang normal.
Selain itu pada awal preeklampsia terjadi kerusakan endotel, insudasi
dari plasma ke dinding pembuluh darah, proliferasi sel miointimal dan
nekrosi medial. Lipid dapat terkumpul pada sel miointimal dan di dalam
kantong makrofag. Akibat dari gangguan pembuluh darah tersebut,
terjadi peningkatan tekanan darah serta kurangnya pasokan oksigen dan
nutrisi ke plasenta. Kondisi tertentu membuat plasenta mengeluarkan
faktor-faktor tertentu yang dapat memicu inflamasi secara sistemik.
Adapun kondisi yang terjadi pada preeclampsia antara lain
vasospasme, aktivasi sel endoteliel, peningkatan respon presor dan juga
aktivasi endoteliel dan protein angiogenik serta antiangiogenik. Proses
103

inflamasi yang terjadi secara sistemik memicu terjadinya vasospasme.


Kontriksi pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
sehingga tekanan darah meningkat. Kerusakan pada sel endotel
pembuluh darah juga menyebabkan kebocoran interstitial sehingga
platelet fibrinogen terdeposit pada subendotel. Pada kondisi tersebut,
ibu dengan preeklampsia akan mengalami gangguan distribusi darah,
iskemia pada jaringan di sekelilingnya sehingga mengakibatkan
kematian sel, perdarahan dan gangguan organ lainnya.
Sel endotel pada ibu dengan preeklampsia tidak memiliki
kemampuan yang baik dalam melepaskan suatu senyawa pemicu vaso
dilatasi, yaitu nitrit oksida. Selain itu endotel tersebut juga
menghasilkan senyawa pencetus koagulasi serta mengalami
peningkatan sensitifitas terhadap vasopressor. Pada preeklampsia,
produksi prosasiklin endothelial (PGI2) berkurang disertai peningkatan
produksi tromboksan oleh platelet. Dengan begitu, rasio perbandingan
dari prostasiklin : tromboksan berkurang. Hasil akhir dari semua
kejadian tersebut adalah pembuluh darah menyempit, tekanan darah
meningkat, cairan keluar dari ruang pembuluh darah. Jadi meskipun
pasien mengalami edema atau bengkak oleh cairan, sebenarnya dia
mengalami kondisi kekurangan cairan di pembuluh darahnya.
Senyawa lain yang meningkat pada preeklampsia adalah
endotelin. Endotelin merupakan suatu asam amino yang bersifat
vasokonstriktor poten yang memang dihasilkan oleh endotel manusia.
Peningkatan poten ini terjadi karena proses aktivasi endotel secara
sistemik, bukan dihasilkan dari plasenta yang bermasalah. Pemberian
magnesium sulfat pada ibu dengan preeklampsia diteliti mampu
menurunkan kadar endotelin – 1 tersebut.
Pada penyempurnaan plasenta, terdapat pengaturan tertentu pada
protein angiogenik dan antiangiogenik. Proses pembentukan darah
plasenta itu sendiri mulai ada sejak hari ke-21 sejak konsepsi. Adanya
ketidakseimbangan angiogenik pada preeklampsia terjadi karena
104

produksi faktor antiangiogenik yang berlebihan. Hal ini memperburuk


kondisi hipoksia pada permukaan uteroplasenta.

2.7.3 Perubahan yang Terjadi Akibat Preeklampsia


1. Sistem Kardiovaskuler
Ventrikel kiri jantung dapat membesar karena adanya
peningkatan afterload karena adanya hipertensi, aktivasi endothelial
dengan ekstravasasi cairan intravaskuler terutama paru. Pada
kehamilan normal volume darah mencapai 5000 ml, sedangkan
pada wanita yang tidak hamil volume darah 3500 ml. Jadi terdapat
peningkatan 1500 ml. Jika terjadi eklampsia, tambahan volume
darah 1500 ml tersebut tidak terjadi atau terjadi hemokonsentrasi.
Hemokonsentrasi tersebut terkait dengan vasokonstriksi
menyeluruh akibat aktivasi endothelial ditambah kebocoran plasma
ke ruang insterstisial karena adanya peningkatan permeabilitas.
Pada preeklampsia bisa saja terjadi penurunan volume darah
tersebut sesuai dengan derajat keparahannya. Jika hanya terjadi
hipertensi gestasional, volume darah biasanya normal.
Ibu dengan eklampsia memiliki sensitivitas yang rendah
terhadap terapi cairan yang agresif sebagai upaya meningkatkan
volume darah sesuai dengan volume darah kehamilan normal. Ibu
dengan preeklampsia akan sensitif terhadap kehilangan darah
dibanding ibu hamil normal.
2. Trombositopenia
Trombositopenia merupakan temuan yang umum dijumpai
pada preeklampsia. Perubahan lain dapat berupa penurunan faktor-
faktor pembekuan dari plasma, serta perubahan bentuk eritrosit dan
trombosit. Hemolisis dapat dipastikan dengan adanya peningkatan
kadar laktat dehydrogenase. Hemolisis, peningkatan enzim hati
serum dan penurunan platelet menjadi manifestasi dari sindrom
HELLP.
105

3. Perubahan hati.
Perdarahan yang tidak teratur, terjadi nekrosis dan thrombosis
pada lobus hati. Gejala-gejala seperti sakit kepala, skotomata,
kejang, kebutaan hingga edema serebri menjadi efek berbahaya
yang mungkin terjadi.
4. Retina
Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina
(lepasnya retina), menyebabkan penglihatan kabur. Selain itu dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda preeklampsia berat
yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia,
dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran
darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam
retina.
5. Otak
Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia
jaringan otak, perdarahan dan nekrosis, menimbulkan nyeri kepala
yang berat.
6. Paru-paru
Berbagai tingkat edema, bronkopneumonia sampai abses,
menimbulkan sesak nafas sampai sianosis.
7. Jantung
Perubahan degenerasi lemak dan edema, perdarahan
subendokardial, menimbulkan dekompensasi kordis sampai
terhentinya fungsi jantung
8. Aliran darah ke plasenta
Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat
sampai kematian janin. Spasme yang berlangsung lama,
mengganggu pertumbuhan janin.
106

9. Perubahan ginjal.
Terjadi pembesaran glomerulus hingga 20% yang bersifat
kurang perdarahan, serta lengkung kapiler yang berdilatasi dan
berkontraksi. Endotel membengkak (glomerular capillary
endotheliossi). Endotel yang membengkak ini seringkali
menyebabkan sumbatan pada lumen kapiler. Terdapat deposit
protein dan material seperti fibrin pada subendotel. Biasanya
penurunan tidak lebih rendah dari wanita yang tidak hamil. Spasme
arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga
filtrasi glomerolus berkurang, penyerapan air dan garam tubulus
tetap, terjadi retensi air dan garam, edema pada tungkai dan tangan,
paru dan organ lain.
10. Perubahan pembuluh darah.
Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga
terjadi vasasi protein ke jaringan; protein ekstravaskular menarik air
dan garam menimbulkan edema; hemokonsentrasi darah yang
menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis.

2.7.4 Deteksi Dini Preeklampsia


Deteksi dini terhadap kasus preeklampsia dapat dilakukan melalui
beberapa cara mulai dengan cara yang sederhana seperti pengkajian
yang komprehensif agar semua riwayat dan faktor risiko dapat
diketahui, sehingga diagnosis dini dapat ditegakkan dan intervensi yang
tepat dapat diberikan. Deteksi dini terhadap preeklampsia dapat juga
dilakukan melalui intervensi medis baik invasive maupun non invasive.
Berikut ini dijelaskan beberapa cara deteksi dini preeklampsia dari
berbagai sumber di berbagai negara antara lain:
1. Pengkajian yang komprephensif pada saat pemeriksaan kehamilan,
dan jika ditemukan tanda-tanda preeklampsi ringan maka kunjungan
ANC perlu di lakukan lebih sering dengan panduan dari NICE
dianjurkan mengkaji tekanan darah dan dipstik urine pada usia
107

kehamilan 16,28,34,36,38 dan 41 minggu pada secundipara dan


seterusnya, sedangkan kunjungan tambahan diperlukan pada
nulipara di usia kehamilan 25 dan 31.
2. Peningkatan berat badan 1 kg dalam seminggu atau lebih
3. Agregasi platelet yang meningkat secara signifikan.
4. Pemeriksaan ultrasonografi dengan doppler pada arteri uterine
untuk menemukan adanya notch pada usia kehamilan 20-24
minggu, juga kecepatan aliran darah serta untuk pemeriksaan
adanya oligohidramnion dan pertumbuhan janin apakah terdapat
PJT/IUGR. Gambaran notch dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Gambaran notch pada arteri uterin Preeklampsia


dengan Pemeriksaan Doppler dengan USG
Sumber : Nakasutka et al (2002)16

5. Kombinasi doppler dan faktor angiogenik (PIGF/sEndoglin)


6. Pemeriksaan NST
7. Pemeriksaan Profil Biofisik
8. Gerakan Janin setiap hari tidak boleh kurang dari 15 kali/hari diluar
waktu tidur ibu

2.7.5 Penanganan Preeklamsi Berat


1. Penatalaksanaan Kehamilan
PROTAP PEB DENGAN MGSO4
a. Syarat pemberian
1) Urine lebih dari 30 ml/jam sebelumnya(0,5 cc/kg berat
badan/4 jam
2) Respirasi lebih dari 16X permenit
108

3) Reflek patella positif atau kuat


4) Adanya atidotum(kalsium glukonas 10%) di berikan intra
vena dalam waktu 3-5 menit
b. Obat hipertensi
1) Nefedipine
2) Dopamet(untuk pasien rawat konservatif)
3) Clonidin injek(untuk di RS rujukan)
c. Dosis awal (loading dose)
MGSO4 4 gram 20% (20cc MGSO4 20%) dilarutkan dengan
RL 100cc diberikan selama 15-20 menit.
d. Dosis lanjutan (maintence)
MGSO4 20% 10 gram (50cc MGSO4 20%) dilarutkan dengan
RL 500cc di berikan 20 tetes permenit selama 24 jam
e. Jika terjadi kejang.
Di berikan MGSO4 2 gram 10cc dengan cara bolus (intra vena)
setiap kejang terjadi.
f. Jika terjadi intoksitasi atau keracunan MGSO4 di stop dan
berikan kalsium glukonas 10% secara bolus (intra vena).
2. Penatalaksanaan pada Persalinan
a. Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam,
sedang pada eklampsia dalam 12 jam sejak gejala eklampsia
timbul.
b. Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi
alam 12 jam (pada eklampsia), lakukan seksio sesarea.
c. Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa :
1) Tidak terdapat koagulopati
2) Anastesi yang aman/ terpilih adalah anastesi umum. Jangan
lakukan anastesi lokal, sedang anastesi spinal berhubungan
dengan risiko hipotensi.
d. Jika anastesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, atau
terlalu kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks
109

matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml


dekstrose/ RL 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
3. Perawatan postpartum
a. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau
kejang terakhir.
b. Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih >
110 mmHg dan pantau urine.

2.7.6 Determinan Preeklampsia


1. Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endothelial
plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin
meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga
timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun.
Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral
terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan. Hal ini
mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi, dan penurunan volume plasma.
2. Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena
pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies
terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi
kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat
diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.
Beberapa studi melaporkan bahwa kemungkinan mal-adaptasi
imunologis sebagai patofisiologi dari preeclampsia. Pada ibu
dengan preeklampsia terjadi penurunan T-helper dibandingkan
dengan ibu hamil normotensi yang dimulai sejak awal trimester dua.
Antibodi yang melawan sel endotel ditemukan pada 50% wanita
110

dengan preeklampsia, sedangkan pada kelompok kontrol hanya


terdapat 15%.17
Radikal bebas yang dilepas oleh sel desidua akan
menyebabkan kerusakan sel endotel. Radikal bebas-oksigen dapat
menyebabkan pembentukan lipid peroksida yang akan membuat
radikal bebas lebih toksis dalam merusak sel endotel. Hal ini akan
menyebabkan ganggguan produksi nitrit oksida oleh endotel
vaskuler yang akan mempengaruhi keseimbangan prostasikin dan
tromboksan dimana terjadi peningkatan produksi tromboksan A 2
plasenta dan inhibisi produksi prostasiklin dari endotel vaskuler.
3. Genetik
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada
penderita preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte
antigen (HLA). Menurut beberapa peneliti, wanita hamil yang
mempunyai HLA dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7
memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia dan
pertumbuhan janin terhambat.
Penelitian lain melaporkan bahwa prevalensi preeklampsia
meningkat pada anak perempuan yang lahir dari ibu yang menderita
preeklampsia, mengindikasikan adanya pengaruh genotip fetus
terhadap kejadian preeklampsia. Walaupun faktor genetik
nampaknya berperan tetapi manifestasi pada penyakit ini secara
jelas belum dapat dijelaskan.
4. Iskemik Plasenta
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi
desidua dan myometrium dalam 2 tahap. Pertama sel-sel trofoblas
endovaskuler menginvasi arteri spiralis yaitu dengan mengganti
endotel, merusak jaringan elastis pada tunika media dan jaringan
otot polos dinding arteri serta mengganti arteri dengan material
fibrinoid. Proses ini selesai pada akhir semester pertama dan pada
111

masa ini proses tersebut telah sampai pada deciduomyometrial


junction.
Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi invasi tahap kedua
dair sel trofoblas yang mana sel-sel trofoblas tersebut akan
menginvasi arteri spiralis lebih dalam hingga ke dalam
myometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti tahap pertama yaitu
penggantian endotel, perusakan jaringan muskulo-elastis serta
perubahan material fibrinoid dinding arteri. Akhir dari proses ini
adalah pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan berbentuk
seperti kantong yang memungkinkan terjadinya dilatasi secara pasif
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan aliran darah yang
meningkat pada kehamilan, dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Plasenta pada kehamilan normotensi dan


preeklampsia
Sumber: Reynold et al (2003)18

Pada preeklampsia, proses plasentasi tersebut tidak berjalan


sebagaimana mestinya disebabkan oleh : (1) tidak semua arteri
spiralis mengalami invasi oleh sel-sel trofoblas, (2) Pada arteri
spiralis yang mengalami invasi, terjadi tahap pertama invasi sel
trofoblas secara normal tetapi invasi tahap kedua tidak berlangsung
sehingga bagian arteri spiralis yang berada dalam myometrium,
tetapi mempunyai dinding muskulo elastic yang reaktif sehingga
masih terdapat resistensi vaskuler. Disamping itu terjadi juga
arterosis akut (lesi seperti arteroskllerosis) pada arteri spiralis yang
dapat menyebabkan lumen arteri bertambah kecil atau bahkan
mengalami obstruksi. Hal ini akan menyebabkan penurunan aliran
112

darah ke plasenta dan berhubungan dengan luasnya daerah infark


pada plasenta.
5. Disfungsi Endotel
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan
pada terjadinya preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada
preeklampsia dapat menyebabkan penurunan produksi prostasiklin,
peningkatan aktivitas agregasi trombosit dan fibrinolisis, kemudian
diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga
terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
6. Usia Ibu
Semakin tua usia ibu, semakin berisiko terjadinya
preeklampsia. Usia ibu memiliki risiko 1,40 (IK 95%; 1,31-1,51)
terjadi preeklampsia, sementara usia ibu ≥ 35 tahun berisiko 1,95
(IK 95%; 1,80-2,12) terjadi preeklampsia. Studi lain
menginformasikan bahwa usia ibu yang lebih tua yaitu 40 tahun
lebih besar resikonya mengalami preeclampsia atau meningkat 2
kali lipat. Sementara itu studi di Amerika melaporkan bahwa pada
kelompok ibu hamil yang lebih tua lebih banyak mengalami
preeklampsia dibandingkan dengan kelompok ibu yang berusia
lebih muda. Namun hal tersebut dipengaruhi oleh perilaku ibu hamil
pada kelompok yang lebih muda sebagai perokok. Pada kelompok
tersebut kejadian preeklampsia justru lebih rendah. Penelitian lain
menyebutkan bahwa tidak terbukti merokok dapat mengurangi
risiko kejadian preeklampsi dilaporkan Payne dkk dari penelitian
yang dilakukan di beberapa Negara. Studi lanjut mengenai hal
tersebut perlu dilakuan untuk membuktikan hasil penelitian yang
konsisten.

7. Tingkat Pendidikan
113

Tingkat pendidikan dilaporkan berhubungan dengan kejadian


preeklampsia. Semakin rendah tingkat pendidikan ibu semakin
berisiko terjadi preeklampsia. Ibu yang berpendidikan rendah
berisiko 1,22 (IK 95%; 1,07-1,39) terhadap terjadinya
preeclampsia.19
8. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT berhubungan secara signifikan terhadap preeclampsia,
IMT ≥ 35 tahun berisiko 3 kali pebih besar terjadi preeklampsia OR
3,90 (IK 95%; 3,52-4,33) sedangkan IMT 20 sampai < 26 lebih
rendah risikonya terhadap kejadian preeklampsia dengan OR 1,71
(IK 95%; 01,61-1,81). Hal yang sama juga dilaporkan dari studi
kohort yang dilakukan di Amerika bahwa IMT berhungan
pereklampsia. Sedangkan sumber lain menyatakan IMT yang
meningkat sebelum kehamilan beresiko mengalami preeklampsia
2,5 kali lebih besar. Sedangkan jika IMT meningkat selama
pemeriksaan Antenatal (ANC) atau juga beresiko 1,5 kali lebih
besar mengalami preeclampsia.
9. Paritas
Nulipara lebih berisiko terjadinya preeklampsia dengan OR
2,04 (IK 1,92-2,16). Sumber lain melaporkan bahwa nulipara
beresiko mengalami preeklampsia sebanyak 3 kali lipat.
10. Riwayat Hipertensi Kronik
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik sangat tinggi risikonya
yakni 7 kali lebih besar terjadi preeklampsia dengan OR 7,75 (IK
95%; 6,77-8,87). Pada hipertensi kronis terjadi jejas pada endotel
vaskuler yang dapat menyebabkan hipertropi dan proliferasi sel
endotel vaskuler hingga kerusakan endotel. Studi lain menyatakan
bahwa jika terjadi peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 80
mmHg, maka resiko preeklampsia meningkat 1,5 kali lipat.

11. Riwayat Preeklampsia sebelumnya


114

Ibu dengan riwayat preeklampsia sebelumnya memiliki risiko


7 kali lipat mengalami preeklampsia pada kehamilan berikutnya.
Penelitian lain melaporkan bahwa ibu dengan riwayat preeklampsia
berisiko terjadi superimposed preeclampsia pada kehamilan
berikutnya dengan OR 3,76 (IK 95%; 1,82 – 7,75).
12. Diabetes Gestasional
Ibu dengan riwayat diabetes gestasional berisiko 2 kali lebih
besar terjadi preeklampsia dengan OR 2,00 (IK 95%; 1,63-2,45).
Hal yang sama juga dilaporkan dari studi yang lain di Amerika
Serikat, bahwa terjadi peningkatan prevalensi preeklampsia salah
satunya disebabkan oleh meningkatnya proporsi ibu hamil dengan
diabetes gestasional.
13. Penyakit Jantung
Penyakit jantung memberikan resiko 2 kali lebih besar
terhadap kejadian preeklampsia OR 2,38 (IK 95%; 1,86-3,05).
14. Anemia Berat
Anemia berat memberikan resiko 2 kali lebih besar terjadinya
preeklampsia, OR 2,98 (IK 2,47-3,61).
15. Kunjungan Antenatal
Kunjungan ANC yang rendah lebih berisiko terjadinya
preeklampsia dengan OR 1,41 (IK 95%; 1,26-1,57).
16. Tingkat Pendapatan
Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin berisiko
terjadinya preeklampsia. Pendapatan rendah-menengah OR 2,24 (IK
95%; 1,03-4,02) sedangkan pendapatan menengah ke atas OR 3,55
(OR 95%; 1,57 – 8,02).
17. Kehamilan Kembar
Pada kehamilan ganda ditemukan peningkatan kadar aktivin A
yang menggambarkan adanya kelaianan plasentosis dan fungsi
trofoblas. Pada kehamilan ganda terjadi hiperplasia plasenta yang
diikuti dengan peningkatan jumlah produk yang dihasilkan plasenta
115

termasuk aktivin A. Sumber lain melaporkan bahwa kehamilan


kembar beresiko mengalami preeclampsia 3 kali lipat dibandingkan
kehamilan tunggal.
Referensi lainnya membagi faktor risiko menjadi 3 bagian
yaitu risiko yang berhubungan dengan pasangan/ suami, risiko yang
berhubungan dengan riwayat pneyakit terdahulu, dan risiko yang
berhubungan dengan kehamilan yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasangan: primigravida,
umur yang ekstrim: terlalu muda atau terlalu tua untuk
kehamilan, pasangan/suami yang pernah menikah wanita yang
kemudian hamil dan mengalami preeklampsia, inseminasi donor
dan donor oocyte
2. Risiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit
terdahulu: berupa riwayat pernah preeklampsia, hipertensi
kronis, penyakit ginjal, obesitas dan diabetes gestasional.
3. Risiko yang berhubungan dengan kehamilan : kehamilan
kembar dan mola hidatidosa serta hydrops fetalis.
Faktor resiko preeklampsi menurut tingkat resiko dapat dilihat
dibawah ini:
1. Risiko Sedang
a. Usia 40 tahun atau lebih
b. Primigravida
c. Kehamilan Kembar
d. Interval kehamilan lebih dari 10 tahun atau lebih
e. IMT 35 atau lebih
f. Riwayat keluarga dengan Preelampsia
2. Resiko Tinggi
a. Hipertensi kronis
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipertensi selama kehamilan sebelumnya
116

d. Diabetes
e. Penyakit Autoimun
Dibawah ini dapat digambarkan kerangka pemikiran terjadi
Preeklmapsia berdasarkan teori-toeri yang telah disebutkan di atas.

2.8 Dasar Hukum Bidan Tentang Preeklamsi Berat


Dalam undang-undang bidan tahun 2019
Tugas dan Wewenang
Pasal 43
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana;
d. pelayanan Kebidanan komunitas;
e. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama ataupun sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Pasal 44
Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan berperan sebagai:
a. pemberi pelayanan Kebidanan;
b. pengelola pelayanan Kebidanan;
c. penyuluh dan konselor;
d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan;
dan/atau peneliti.
Pasal 45
117

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
a. memberikan asuhan Kebidanan, bimbingan, serta komunikasi, informasi,
dan edukasi kesehatan dalam rangka perencanaan kehamilan, persalinan,
dan persiapan menjadi orang tua;
b. memberikan asuhan pada masa kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan ibu dan janin, mempromosikan air susu ibu eksklusif, dan
deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan, masa
persalinan, pasca persalinan, masa nifas, serta asuhan pasca keguguran;
c. melakukan pertolongan persalinan normal;
d. memfasilitasi inisiasi menyusu dini;
e. memberikan asuhan pasca persalinan, masa nifas, komunikasi, informasi,
dan edukasi serta konseling selama ibu menyusui, dan deteksi dini
masalah laktasi;
f. melakukan penanganan kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, pasca
persalinan, dan masa nifas dilanjutkan dengan perujukan;
g. memberikan obat-obat terbatas; dan
h. merujuk ibu hamil, bersalin, pasca persalinan, dan masa nifas dengan
risiko dan/atau komplikasi yang membutuhkan pertolongan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai