TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian kehamilan
Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga
kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika
seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan adanya
menstruasi. (Hanni, 2011).
Kehamilan adalah serangkaian proses yang di awali dari konsepsi
atau pertemuan antara ovum dan sperma sehat dan di lanjutkan dengan
fertilisasi, nidasi dan impantasi (Sulistyani 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan proses
alamiah pada seorang wanita yang sudah mengalami menstruasi berupa
penyatuan spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan implantasi
berlangsung kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 301 hari
(43 minggu).
6
7
Atau
TP: Tanggal HPHT +7
Bulan HPHT +9
(Jika bulan dari 1-3)
2.1.5 Tanda-tanda bahaya pada Ibu hamil Trimester III (29-42 minggu)
Adapun Tanda bahaya pada kehamilan menurut (sarwono 2014)
yaitu :
1. Perdarahan pervaginam
Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai dengan rasa nyeri.
Perdarahan semacam ini berarti plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu segmen bawah
rahim. Sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internal, penyebab lain adalah solutio plasenta dimana plasneta
12
diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan
pertanda preeklampsia.
5. Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1
jam)
Gerakan janin tidak ada atau kurang ( minimal 3 kali dalam 1
jam).Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-
6.jika bayi tidak bergerak seperti biasa diamakan IUFD (intra
uterine fetal death). IUFD adalah tdak adanya tanda-tanda
kehidupan janin di dalam kandungan. Beberapa ibu dapat
merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1
jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan
minum dengan baik.
6. Pengeluaranan cairan pervaginam (ketuban pecah dini)
Yang dimaksud cairan di sini adalah ketuban.ketuban yang
pecah pada kehamilan aterm dan disertai dengan munculnya tanda-
tanda prsalinan adalah normal.pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan dan di tuggu 1 jam belum di mulainya
tanda-tanda persalinan ini di sebut ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara
dunia luar dan ruangan dalam rahim sehinggan memudahkan
terjadinya infeksi.makin lama priode laten (waktu sejak ketuban
pecah sampai terjadi kontraksi rahim),makin besar kemungkinan
kejadian kesakitan dan kmatian ibu atau janin dalam rahim.
7. Kejang
Pada umunya kejang didaahului oleh makin memburuknya
keadaan dan terjadinya gejala-gejala Sakit kepala, mual ,nyeri ulu
hati sehingga muntah. bila semakin berat penglihatan semakin
kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam
kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia.
14
0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode
untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu :
a) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5
kg20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
b) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 16 kg.
(Depkes RI.2010)
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk
mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering
berhubungan dengan keadaan rongga panggul, seperti ibu hamil
dengan tinggi badan ≤ 145 cm beresiko panggul sempit.
2) Mengukur Tekanan Darah
Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan
kunjungan, hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan kenaikan tekanan darah yang disebabkan
kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil dikatakan normal
yaitu di bawah 140/90 mmHg.
3) Nilai Status Gizi
Yaitu dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang
tidak terpengaruh oeh keadaan cairan tubuh dibandingkan
dengan berat badan. Pengukuran LILA biasanya menggunakan
pita yang terbuat dari cellulid film atau pita dari kertas yang
dilapisi plastik yang panjangnya 33 cm. LILA sebaiknya diukur
pada lengan kiri atau kanan yang tidak banyak melakukan
aktivitas sehingga masa otot tidak mempengaruhi pengukuran.
Ukuran LILA wanita usia subur (WUS) dengan resiko di
Indonesia dengan ambang batas (cut of points) <23,5 cm
4) Mengukur Tinggi Fundus Uteri
Mengukur TFU digunakan sebagai salah satu cara untuk
mengetahui usia kehamilan dimana biasanya lebih tepat bila
dilakukan pada kehamilan pertama.
18
Tabel 2.2
Umur Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri
Tinggi fundus uteri TFU (cm) Usia kehamilan
1-2 jari diatas sympisis 12 minggu
Pertengahan sympisis pusat 16 minggu
3 jari dibawah pusat 20 20 minggu
Setinggi pusat 23 24 minggu
3 jari diatas pusat 26 28 minggu
Pertengahan pusat-PX 30 32 minggu
Setinggi PX 33 36 minggu
2 jari dibawah PX 40 minggu
(Manuaba, 2010)
Adapun cara lain untuk menghitung usia kehamilan yaitu
menggunakan Rumus Neagle, yaitu :
HPHT dari bulan Januari-Maret dihitung hari +7 dan
bulan +9 sedangkanuntuk HPHT dari bulan April-Desember
dihitung hari +7, bulan-3 dan tahun +1. (Rukiyah, 2009).
TFU juga digunakan untuk mengetahui Taksiran Berat
Badan Janin (TBBJ). Rumus TBBJ menurut Johnson Tausak:
a) Jika belum masuk PAP=(TFU-13)x155 gram
b) Jika sudah masuk PAP=(TFU-11)x155 gram
5) Tentukan Presentasi Janin
Untuk menentukan besarnya rahim dan dengan ini
menentukan tuanya kehamilan dan juga menentukan letaknya
anak dalam rahim terdiri dari 4 bagian, yaitu:
a) Leopold I (untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian
apa terdapat dalam fundus):
(1) Kaki klien dibengkokkan pada lutut dan lipat paha
(2) Pemeriksa berdiri disebelah kanan klien dan melihat
kearah muka klien
(3) Rahim dibawa ke tengah
(4) Tingginya fundus uteri ditentukan
(5) Tentukan bagian apa yang terdapat dalam fundus
19
2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan adanya kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progsesif dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Sulistyawati, 2012).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari
dalam uterus dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
alat atau pertolongan istimewa yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lamanya persalinan berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. (Sarwono dalam Rukiah,
2012).
23
3. Teori prostaglandin
Prostatglandin yang dihasilkan oleh desi duadisangka oleh
salah satu sebab permulaan persalinan. Kadar prostatglandin dari
kehamilan minggu ke-15 hingga aterm terutamasaat persalinan yang
menyebabkan kontraksi miometrium.
4. Teori distensi Rahim
Dengan majunya kehamilan, maka makin terengganglah otot-
otot Rahim sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan janin
(Ai yeyeh, 2009)
Kepala di dasar
1/5 H III – H IV panggul
Di perineum
0/5 H IV
Bidang Hodge:
1) Bidang Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simpisis dan promontorium.
2) Bidang Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi bagian bawah
simpisis.
3) Bidang Hodge III : Sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika.
4) Bidang Hodge IV : Sejajar Hodge I setinggi os. Koksigis.
29
b. Tenaga meneran
30
4) Sutura
Sutura adalah sela-sela diantara tulang yang ditutupi oleh
membran. Macam-macam sutura:
a) Sutura sagitalis terletak diantara kedua os parietal
b) Sutura Coronalis terletak antara os frontal dan os parietal
c) Sutura lamboidea terletak antara os occipital dan kedua
os parietal
d) Sutura frontalisterletak os frontal kiri kanan
5) Fontanel/ubun-ubun
Merupakan pertemuan beberapa sutura yang ditutupi oleh
membrane fontanel terdiri dari dua macam:
a) Fontanel mayor/ubun esar/ fontanel anterior merupakan
pertemuan anatara sutura sagitalis, sutura frontalis,
sutura coronalis. Berbentuk segi empat. Fontanel ini
menutup pada usia bayi 18 bulan.
b) Fontanel minor/ubun-ubun kecil/fontanel superior
erupakan pertemuan anatra sutura sagitalis dan sutura
lamboidea. Berbentuk segitiga fontanel ini menutup pada
usia bayi 6-8 minggu.
6) Ukuran-ukuran kepala bayi
a) Ukuran muka belakang
(1) Diameter suboccipitio bregmatika: dari foramen
magnum ke ubun-ubun besar: 9,5 cm
(2) Diameter suboccipito frontalis: 11cm
(3) Diameter fronto-occipitalis (dari pangkal hidung ke
titik terjauh pada belakang kepala): 12 cm
(4) Diameter mento-occipitalis (dari dagu ke titik yang
terjauh pada belakang kepala): 13,5 cm
(5) Diameter Submento-bregmatika (dari bawah dagu
ialah os hyoid ke ubun-ubun besar): 9,5 cm
32
b) Ukuran melintang
(1) Diameter biparietalis (ukuran yang terbesar antara
kedua ossa parietalia): 9 cm. Pada letak belakang
kepala ukuran ini melalui ukuran muka belakang dari
pintu atas panggul (conjugate vera)
(2) Diameter bitemporalis (jarak yang terbesar antara
suura-coronaria kanan kiri): 8 cm. Pada letak defleksi
ukuran ini melalui conjugate vera.
c) Ukuran Lingkaran
(1) Circumferentia suboccipito bregmatica (lingkaran
kecil kepala) 32 cm
(2) Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang
kepala) 34 cm
(3) Circumferentia mento occipitalis (lingkaran kepala
besar) 35 cm.
b. Plasenta
1) Struktur plasenta
a) plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal 2-2,5cm, berat rata-rata 500
gram.
b) Letak plasenta umunya di depan atau di belakang
dinding uterus, agak ke atas arah fundus uteri. Hal ini
fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehinnga lebih banyak tempat untuk
berimplantasi. Bila diteliti benar, maka plasenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar janin, yaitu vili
korialis yang berasal dari korion dan sebagian kecil dari
bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
c) Terdiri dari dua bagian, antara lain
(1) Pers maternal: bagian plasaenta yang menempel pada
desidua terdapat kotiledon rata-rata (15-20
33
f. Persiapan
pertolongan kelahiran bayi
Lahirnya kepala
18. Setelah kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
yang bersih dan kering, letakkan tangan lain di kepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut da tidak menghambat pada kepala
bayi, membiarkan kepaa keluar perlahan-lahan. Menganjurkan
ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat dan
dangkal.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut.
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar, secara
spontan.
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparientel anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah, dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
kearah atas distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum
ibu dan untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah
43
56. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir lalu
keringkan dengan handuk pribadi.
57. Melakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata anti
biotic proflaksis, dan vitamin K1 1 Mg intramuskuler di paha
kiri anterolateral.
58. Setelah satu jam pemberian vitamin K berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.
a) Letakan bayi di dalam jangkaun ibu agar sewaktu - waktu
bisa di susukan.
b) Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu didalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
59. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5)
Dokumentasi
60. Melengkap partograf (Halaman depan dan belakang) periksa
tanda – tanda vital dan asuhan kala IV.
(Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan).
3) meningkatkan kecerdasan.
4) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan
dan nafas.
5) Meningkatkan jalinan kasih sayng ibu- bayi.
6) Mencegah kehilangan panas.
d. Langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir.
1) Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan.
2) Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu
jam
3) Biarkan bayi mencari dan menmukan pdan mulai menyusu.
Tabel 2.6
Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali
Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan
waktu
1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit
pertama
2 Bayi mulai mendecakan bibir dan 30 – 60 menit
membawa jarinya ke mulut setelah lahir
3 Bayi mengeluarkan air liur
dengan kontak
4 Bayi menendang, menggerakan
kulit dengan
kaki, bahu lengan dan badannya ke
kulit teris
arah ibu dengan mengendalikan
menerus tanpa
indra penciumannya
5 Bayi melekatkan mulutnya ke terputus
putting
Sumber (KEMENKES RI. 2012.)
2.2.9 Partograf
a. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik. Partograf
adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
b. Tujuan
52
f. Molage
53
h. Parameter Partograf
Tabel. 2.6
Parameter partograf
Parameter Frekwensi fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam
Suhu Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 Menit
DJJ Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 3 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam
(Sumber Nurasiah, Ai S.ST, dkk. 2012.)
b) Pernafasan
Denyut pernafasan pada bayi baru lahir adalah berkisar
dari 30 - 60 kali per menit. Pengukuran dilakukan
dengan menghitung selama 60 detik penuh untuk
mendeteksi ketidakteraturan dalam kecepatan, irama dan
kualitasnya.
c) Nadi
Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah 100 -
180 kali permenit, jika kondisi bayi telah stabil dari 120 -
140 kali per menit.
b. Kondisi umum
1) Kepala: Ukuran, bentuk, simetris
2) Mata: Yang perlu diperiksa pada mata adalah sebagai
berikut:
a) Posisi mata
b) Kelopak mata, akan tampak edema beberapa hari akibat
proses kelahiran, iritasi kimia.
c) Adanya perdarahan subkonjungtiva karena tekanan pada
kepala bayi selama persalinan.
d) Pupil, perhatikan simetri dan refleks cahaya
e) Lensa mata, perhatikan apakah ada katarak
3) Telinga, yang perlu diperiksa adalah: Kematangan, atau
simetri, letak dan bentuk, ukuran, lubang telinga
4) Hidung, yang perlu diperiksa pada hidung bayi baru lahir
adalah: Bentuk dan ukuran, lubang hidung
5) Mulut, perlu di periksa pada mulut bayi baru lahir adalah:
a) Posisi, ukuran, simetri
b) Bibir: celah bibir
c) Palatum: celah
d) Mukosa dan lidah: normalnya merah muda
e) Gusi: perhatikan adanya kista kecil
64
f) Gigi neonates
g) Rahang
h) Air liur: bila banyak curiga adanya atresia esophagus
6) Leher, yang perlu diperiksa pada leher bayi baru lahir
adalah:
a) Bentuk: normal, webbing, torticolitis
b) Massa: normal, kelenjar tidak teraba
7) Klavikula
8) Payudara, yang perlu diperiksa pada payudara bayi baru
lahir adalah: bentuk, ukuran, bentuk puting susu, lokasi daii
jumlahnya.
9) Jantung
10) Paru-paru
11) Abdomen
12) Anus, yang perlu diperiksa pada anus bayi baru lahir adalah:
a) Paten, atresia ani
b) Feses: mekonium keluar dalam 48 jam pertama, feses
kuning mulai hai ke-5. Atau feses kehijauan dan
berlendir.
13) Tulang belakang
14) Genitalia, yang perlu diperiksa pada bayi baru lahir adalah:
a) Laki-laki: testis sudah turunke dalam scrotum, lubang
uretra.
b) Perempuan: labia minora sudah ditutupi labia mayora,
klitoris, lubang uretra, lubang vagina
15) Ekstremitas atas dan bawah (APN. 2008)
2.3.6 Refleks Refleks pada bayi baru lahir
1. Reflek moro
Reflek ini adalah salah satu reflek yang didapat oleh bayi, sebab
reflek ini menunjukan status neurologist, ini juga sering disebut
reflek kejutan.
65
2. Imunisasi Polio
Yaitu tindakan imunisasi dengan memberikan vaksin polio (dalam
bentuk oral) atau dikenal dengan sebutan oral polio vaccine (OPV)
yang bertujuan untuk memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis,
dapat diberikan 4 kali dengan interval 4-6 minggu.
Gambar 2.5
Imunisasi Polio
3. Imunisasi DPT/DT
Imunisasi ini dilakukan dengan
memberikan vaksin DPT (Difteri
Pertusis Tetanus)/DT (Difteri Tetanus) pada anak yang bertujuan
untuk memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya
dengan interval 4-6 minggu (kurang lebih 3 kali), selanjutnya
ulangan pertama 1 tahun dan ulangan berikutnya 3 tahun sekali
68
sampai usia 8 tahun. Imunisasi ini tidak dianjurkan untuk bayi usia
kurang dari 2 bulan mengingat imunogen pertusis yang sangat
reaktogenik dan adanya hambatan tanggap kebal karena pengaruh
antibodi maternal untuk imunogen difteri atau tetanus.
Gambar 2.6
Imunisasi Pentavalen
4. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B dilakukan dengan memberikan vaksin
hepatitis B ke dalam tubuh yang bertujuan untuk memberi
kekebalan dari penyakit hepatitis. Pada ibu yang menderita hepatitis
B dengan HbsAg negatif, imunisasi dapat diberikan kepada anak-
anak sesuai dosis yang ada, kemudian dilanjutkan pada usia 1-2
bulan dan yang ke tiga pada usia 6 bulan. Apalagi HbsAg ibu
positif, vaksin dapat diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi
lahir kemudian suntikan kedua pada usia 1-2 bulan dan ketiga.
Imunisasi ulangan dapat diberikan 5 tahun kemudian.
69
Gambar 2.7
Imunisasi HB-0
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak: tindakan memberikan vaksin campak pada anak
yang bertujuan membentuk kekebalan terhadap penyakit campak
yang dapat diberikan pada usia 9 bulan secara subcutan, kemudian
dapat diulang dalam interval waktu 6 bulan lebih setelah suntikan
pertama. (Hidayat, 2008)
Tabel 2.8
Jadwal Imunisasi Puskesmas
2.3.9 Kewenangan:
1. Episiotomi
2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
70
2.4 NIFAS
2.4.1 Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hami. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Menurut Rukiyah Y.
A, dkk (2010)
Masa nifas adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembai alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.lamanya masa nifas
ini yaitu kira-kia 6-8 minggu (abidin,2011)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono, 2012).
Jadi dari beberapa pengertian diatas masa nifas adalah masa yang
dimulai setelah lahirnya bayi, plasenta dan membran sampai organ atau
alat-alat kandungan kembali pulih seperti sebelum hamil dalam waktu
kira-kira 6 minggu (42 hari).
2.4.2 Fisiologis nifas
1. Puerperium dini : Masa kepulihan,yakni saat ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genetal kira-kira 6-8 minggu.
3. Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil (persalinan
mempunyai komplikasi). (suherni, dkk, 2009).
72
plasenta
Sumber : Suherni,dkk.2009
a. Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan dan
puerperium merupakan suatu saluran yang berdinding tipis
secara berangur-angsur luasnya berkurang,tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran multipara. Rughae timbul kembali pada
minggu tiga pasca melahirkan.
b. Serviks
Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan
paskularitasnya yang tertinggi, lubang serviks lambat laun akan
mengecil, beberapa hari stelah persalinan diriretak karena
robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar
akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat
empat (4) minggu post partum.
c. Perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil pada biasa, kepala janin melewati
bawah panggul dengan ukuran lebih besar. Bila ada laserasi
jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukanlah enjahitan dan
perawatan dengan baik (suherni, dkk. 2009).
d. Payudara
74
j. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi ASI.
k. Estrogen dan progesteron
Tingkat estrogen yang tinggi membesar hormon anti
diuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan meningkatkan pembuluh darah.
2. Taking hold
a. Pada fase taking hold, secara bergantian timbul kebutuhan ibu
untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain
dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara
mandiri.
b. Pase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
c. Pada fase ini, ibu sudah mulai menunjukan kepuasan (terfokus
pada bayinya).
d. Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan bagi dirinya dan
juga bayinya.
e. Ibu mudah didorong untuk melakukan perawatan bayinya.
f. Pada fase ini, ibu berespon dengan penuh semangat untuk
memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tetang cara pera-
watan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bayinya
secara langsung.
g. Fase ini sangat tepat bagi bidan untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang hal yang diperlukan bagi ibu dan bayinya.
3. Leting go
a. Fase ini merupakan fase penerima tanggung jawab akan peran
barunya, berlangsung setelah hari ke 10 pasca melahirkan.
b. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya.
c. Keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya sangat
meningkat pada fase ini.
d. Terjadi penyesuaikan dalam hubungan keluarga untuk
mengobservasi bayi. Hubungan antar pasangan memerlukan
penyesuaikan karena adanya anggota keluarga baru. (Fitramaya,
2009)
78
j. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan bawah
seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.
Indikasi
1) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
2) Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil
menunggu metode yang lain
3) Suami yang sulit melakukan senggama terputus
Efek samping
Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun).
c. Kontrasepsi Kombinasi (Hormone Estrogen dan Progesterone)
1) Pil kombinasi
Pil monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormone aktif estrogen/progestin dalam
dosis yang masa, dalam 7 tablet tanpa hormon aktif.
Pil bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progestin dengan 2 dosis
yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
Pil trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet hormone aktif.
Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah inplantasi
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh
sperma
d) Pergerakan tuba terganggu sehngga transpotasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula.
Efek samping
Mual, perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama, pusing,
nyeri payudara, mengurangi ASI, meningkatkan tekanan darah
dan retensi cairan
90
2) Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksip
progesterone asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan
injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Nerotindron
enantat dan 5 mg Estradol Valerat yang diberikan injeksi I.M.
sebulan sekali.
Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu
c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang
tinggi
d) Menyusu ASI pasca persalinan > 6 bulan
e) Pasca persalinan tidak menyusui
f) Anemia, nyeri haid hebat dan haid teratur
Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan
darah tinggi > 180/110 mmHg. Penyakit hati akut (virus
hepatitis) dan kanker payudara
Efek samping
Terjadinya perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak/spooting atau perdarahan selama 10 hari
91
Efek samping
Meningkatnya atau menurunnya berat badan
2) Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
Jenis minipil :
a) kemasan dengan isi 35 pil
b) kemasan dengan isi 28 pil
Cara kerja :
a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks
diovarium (tidak begitu kuat)
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
Indikasi
a) Usia reproduksi, telah memiliki anak
b) Pasca persalinan dan tidak menyusui
c) Pasca keguguran, perokok untuk segala usia
d) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama, 180x/menit)
atau dengan masalah pembekuan darah
Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
d) Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin)
e) Sering lupa menggunakan pil
Efek samping
Amenorhoe dan perdarahan tidak teratur
3) Kontrasepsi Implant
Norplan terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36
mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
93
a. Riwayat Kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan
hasil studi.
2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan indetifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang suadah dikumpulkan
diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang
spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan yang
memenuhi standar nomenklatur antara lain : kehamilan normal,
partus normal, syok, denyut jantuk janin tidak normal, abortus,
solusio plasenta, amnionitis, anemia berat, atonia uteri, postpartum
normal, infeksi mammae, pembengkakan mamae, presentasi
bokong, presentasi dagu, disproporsi kepala panggul (DKP),
presentasi ganda, eklampsi, kehamilan ektopik, hidramnion,
presentasi muka, persalinan semu, PEB, PER, Hipertensi karena
kehamilan, retensio plasenta, ruptur uteri, bekas luka uteri,
presentasi bahu, robekan serviks dan vagina, letak lintang, dan lain-
lain.
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah di identifikasi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman. Contoh seorang wanita dengan pemuaian uterus
yang berlebihan, bidan harus mempertimbangkan kemungkinan
penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut (misalnya
98
didalam situasi dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klie
dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi dalam tulisan saja.
2.6.2 Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan. Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan
menggambarkan alur pola berpikir dan bertindak bidan dalam
pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah. Asuhan yang
telah dilakukan harus dicatat seicara benar, jelas, singkat dan logis
dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang
dapat mendokumentasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang
telah dilakukan dan yang akan dilakukan pada seorang klien yang
didalamnya tersirat proses berfikir sistematis seorang bidan dalam
menghadapi seorang klien sesuai langkah – langkah dalam proses
manajemen kebidanan. Alur berfikir bidan saat menghadapi klien ada 4
langkah yang didokumentasikan dalam bentuk soap.
S : Subjektif: Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney(pengkajian
data),terutama data yang diperoleh melalui anamesis. Data subjektif ini
berhubungan dengan masalahdari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenali kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis.Data subjektif ini nantinya akan menguatkan
diagnosis yang akan disusun.
O : Objektif: Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil lab, tes diagnostik lain, yang dirumuskan dalam data,
focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney. Terutama
data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan
fisik pasien,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
100
lain,catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti
gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
A : Assesment: Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interprestasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
diagnosa. Antisipasi diagnose atau masalah potensial. Perlunya
tindakan oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi, rujukan
sebagai langkah ke 2,3 dan 4 varney.
Sehingga mencakup hal-hal berikut ini; diagnosis masalah kebidanan,
diagnosis masalah potensial, serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan
tindakan segera untuk antisipasi diagnosis masalah potensial dan
kebutuhan tindakan segera harus di identifikasi menurut kewenangan
bidan,meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan
merujuk klien.
P : Planing: Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
implementasi dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6
dan 7 varney.
3. Perubahan hati.
Perdarahan yang tidak teratur, terjadi nekrosis dan thrombosis
pada lobus hati. Gejala-gejala seperti sakit kepala, skotomata,
kejang, kebutaan hingga edema serebri menjadi efek berbahaya
yang mungkin terjadi.
4. Retina
Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina
(lepasnya retina), menyebabkan penglihatan kabur. Selain itu dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda preeklampsia berat
yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia,
dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran
darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam
retina.
5. Otak
Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia
jaringan otak, perdarahan dan nekrosis, menimbulkan nyeri kepala
yang berat.
6. Paru-paru
Berbagai tingkat edema, bronkopneumonia sampai abses,
menimbulkan sesak nafas sampai sianosis.
7. Jantung
Perubahan degenerasi lemak dan edema, perdarahan
subendokardial, menimbulkan dekompensasi kordis sampai
terhentinya fungsi jantung
8. Aliran darah ke plasenta
Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat
sampai kematian janin. Spasme yang berlangsung lama,
mengganggu pertumbuhan janin.
106
9. Perubahan ginjal.
Terjadi pembesaran glomerulus hingga 20% yang bersifat
kurang perdarahan, serta lengkung kapiler yang berdilatasi dan
berkontraksi. Endotel membengkak (glomerular capillary
endotheliossi). Endotel yang membengkak ini seringkali
menyebabkan sumbatan pada lumen kapiler. Terdapat deposit
protein dan material seperti fibrin pada subendotel. Biasanya
penurunan tidak lebih rendah dari wanita yang tidak hamil. Spasme
arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga
filtrasi glomerolus berkurang, penyerapan air dan garam tubulus
tetap, terjadi retensi air dan garam, edema pada tungkai dan tangan,
paru dan organ lain.
10. Perubahan pembuluh darah.
Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga
terjadi vasasi protein ke jaringan; protein ekstravaskular menarik air
dan garam menimbulkan edema; hemokonsentrasi darah yang
menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis.
7. Tingkat Pendidikan
113
d. Diabetes
e. Penyakit Autoimun
Dibawah ini dapat digambarkan kerangka pemikiran terjadi
Preeklmapsia berdasarkan teori-toeri yang telah disebutkan di atas.