Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NORMAL PADA NY ”P” USIA 18 TAHUN

G1P0A0 HAMIL 12 MINGGU DENGAN KECEMASAN DI PMB SAMA


SENANG JAKARTA SELATAN TAHUN 2020

DI SUSUN OLEH:
EKA OKTAVIA
NPM : 205491517003

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
 
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Pranikah Dan Konseling Dengan Judul “Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada Ny. N Dengan Hiperemesis Gravidarum Di
Klinik “W” Kota Serang” Dalam Penyusunan Tugas Pranikah Dan Konseling Ini,
Penulis Banyak Mendapatkan Bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya
kepada :
1. Dr. Retno Widowati, selaku Dekan FIKES Universitas Nasional.
2. Dr. Rukmaini, S.ST, M.Keb, selaku Dekan FIKES Universitas Nasional.
3. Sri Dinengsih, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Universitas
Nasional.
4. Jenny Siauta, S.ST, M.Keb, selaku Sekretaris Prodi Profesi Kebidanan
Universitas Nasional.
5. Anni Suciawati, SSiT, S.H, M.Kes, M.H selaku Dosen Pembimbing Stase .
6. Teman - teman seangkatan dan pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu
yang telah
memberikan semangat dan masukkan dalam penyelesaian tugas Pranikah Dan
Konseling Ini. Penulis Menyadari Sepenuhnya Bahwa Tugas Pranikah Dan
Konseling Ini Masih Jauh Dari Sempurna. Pada Kesempatan Ini Penulis
Mengharapkan Kritik Dan Saran Yang Bersifat Membangun Guna Kesempurnaan
Tugas Pranikah Dan Konseling Ini. Akhir Kata Penulis Berharap Semoga Tugas
Pranikah Dan Konseling Ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi bagi
pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya.
Jakarta, 25 Oktober 2020

Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan awal mula suatu kehidupan manusia akan
berlangsung. Secara biologis kehamilan memiliki arti suatu proses
bertemunya sperma dan ovum sehingga menghasilkan zigot, yang kemudian
akan membelah berkali-kali sampai lahir (Papalia dalam Janiwarty & Zan
Pieter, 2013). Istilah dalam dunia medis untuk kehamilan adalah gravid.
Status kehamilan itu sendiri terdiri dari Primigravida dan Multigravida.

2.1.2 Primigravida
Definisi primigravida adalah kehamilan pertamakali yang dialami
seorang wanita (Cunningham, dkk.,2005).

2.1.3 Multigravida
Definisi multigravida adalah kehamilan yang dialami oleh seorang
wanita secara berturut-turut/lebih dari satu kali (Cunningham, dkk.,2005).

2.1.4 Tahapan Kehamilan


Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester I (usia kehamilan 1-
3 bulan atau 0-12 minggu), trimester II (usia kehamilan 4-6 atau 13-24
minggu), trimester III (usia kehamilan 7-9 bulan atau 25-40 minggu)
(Astuti,2011). Dalam tahap-tahap ini terjadi berbagai perubahan pada diri ibu
baik secara fisik maupun psikis. Hal-hal tersebut akan dibahas sebagai
berikut:

 Trimester I
- Perubahan fisik
Setelah terjadi peristiwa fertilisasi, hormon estrogen dan progesterone
akan terus meningkat. Peningkatan kedua hormon ini akan sangat
berpengaruh pada perubahan yang terjadi pada ibu pada saat hamil.
Salah satu perubahan yang terjadi akibat pengaruh kedua hormon ini
adalah pembesaran uterus. Pembesaran ini terjadi karena terjadinya
peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia
dan hypertropi, serta perkembangan desidua (Pantikawati & Saryono,
2010). Pada minggu pertama masa kehamilan, ibu akan merasakan
nyeri, kencang dan gatal pada mamae. Berat badan ibu pada bulan
pertama kehamilan biasanya belum bertambah, ditambah lagi jika
sang ibu mengalami mual dan muntah. Biasanya selama trimester
kedua berat badan ibu akan naik 1-2 kg (Astuti,2011).
- Perubahan psikologi
Pada masa trimester pertama ini merupakan masa dimana ibu masih
menerima fakta bahwa ia hamil. Beberapa wanita akan bingung
dengan kehamilannya, dan hampir 80% ibu akan merasa kecewa,
gelisah dan murung. Pada masa ini ibu akan merenungkan dirinya
dimana ia akan merasa bingung akan kehamilannya dan
kebingungannya akan secara normal berakhir spontan saat ia dapat
menerima kehamilannya. Disamping itu juga terdapat beberapa
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu, seperti mual, lelah, perubahan
selera dan emosional. Dapat terjadi kekhawatiran pada ibu hamil yang
dikarenakan pengalaman keguguran pada kehamilan sebelumnya.
Pada trimester pertama juga dapat terjadi perubahan keinginan
seksual. Walaupun beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat,
namun umumnya para wanita pada trimester pertama ini terjadi
penurunan libido. Hal ini dipengaruhi oleh kelelahan, mual, depresi,
sakit dan pembesaran mamae, kekhawatiran, kekecewaan yang
semuanya merupakan bagian yang normal dari masa ini (Pantikawati
& Saryono, 2011).

 Trimester II
- Perubahan fisik
Pada masa ini rahim ibu sudah mulai membesar dan dapat diraba
dengan mudah. Berat badan ibu mulai naik dan terlihat lebih gemuk
dengan bentuk pinggang yang sudah mulai tidak terlihat lagi. Mamae
ibu akan semakin membesar karena pembesaran kelenjar air susu,
wajah ibu akan terlihat lebih bercahaya namun kulit di leher, ketiak,
lipatan paha, dan kulit di aerola mamae akan semakin menggelap.
Kelenjar keringat akan lebih aktif sehingga ibu akan lebih sering
berkeringat. Terkadang ibu akan mengalami keluhan yang tidak
menyenangkan pada kaki, misalnya kram, varises (pelebaran
pembuluh darah), dan edema (pembengkakan). Terdapat pula keluhan
di mulut pada ibu, misalnya perdarahan pada gusi karena melunaknya
gusi, terutama saat menggosok gigi.
Ibu akan dapat merasakan gerakan janin pertama kali pada akhir
bulan keempat atau kelima, dimana gerakan awal tersebut akan dirasa
sangat lembut. Gerakan selanjutnya yang lebih kuat akan dirasakan
ibu pada akhir bulan kelima. Ibu bahkan dapat merasakan gerakan
bayi ketika berganti posisi, merentangkan tangan maupun ketika
menendang rahim serta dapat mengetahui ketika bayi sedang tidur
maupun saat bayi bangun. Pada akhir trimester kedua atau minggu ke-
24, ibu akan tampak jelas sedang hamil. Meskipun banyak yang
merasa sehat, namun ada juga beberapa ibu yang merasa mudah lelah
dan tidur lebih lama di malam hari. Beberapa ibu merasakan sakit
pada punggung yang disebabkan oleh karena ia menarik bahu ke
belakang untuk mengimbangi perutnya yang besar. Beberapa
olahraga, misalnya senam hamil, dapat dilakukan ibu untuk
melancarkan peredaran darah, menguatkan otot panggul, perut dan
kaki, serta untuk mempersiapkan tubuh untuk mengahadapi
persalinan nantinya. Namun olahraga yang memiliki gerakan terlalu
cepat sebaiknya dihindari, dan lakukan olahraga yang santai dan
“rileks” serta seharusnya didampingi oleh suami atau keluarga
(Astuti,2011).
- Perubahan psikologi
Dalam trimester kedua ini biasanya ibu sudah merasa lebih menerima
kehamilannya dan telah terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
Trimester kedua ini dapat terbagi menjadi dua fase, yaitu fase
prequickening dan postquickening. Dimana quickening sebagi fakta
kehidupan, bertambahnya daya dorong psikologi wanita yang
mengalami trimester kedua. Pada akhir dari trimester kedua dan
selama prequickening trimester kedua, ibu akan terus mengevaluasi
dan melengkapi segala aspek yang menghubungkan dengan ibunya
sendiri. Dengan refleksi dari ibunya, sang ibu hamil akan berusaha
unutk menjadi ibu yang baik untuk calon bayinya dan ibu hamil akan
menikmati kedekatan dengan ibunya dan proses dikaitkan
mengurangi transfer identitasnya sendiri. Pada trimester kedua ini pun
kebanyakan para ibu akan mengalami peningkatan libido.

 Trimester III
- Perubahan fisik
Pada trimester ketiga ini mamae ibu akan lebih membesar dan mulai
keluar kolostrum. Cairan ini dapat keluar dengan diberi tekanan
lembut. Perlu dilakukan pencegahan kesulitan saat menyusui nanti
dengan memijat lembut nipple ibu menggunakan baby oil atau losion
untuk melemaskannya. Dapat dilakukan juga perawatan mamae
dengan cara yang benar sehingga mamae akan siap untuk
menghasilkan ASI ketika bayi lahir nanti. Areola mamae akan
menjadi lebih lebar dan lebih gelap. Akan terlihat benjolan-benjolan
kecil yang terdapat diseluruh areola yang merupakan suatu kelenjar
yang disebut kelenjar Montgomery. Apabila payudara ibu sangat
besar, maka akan tampak garis-garis putih seperti yang terdapat pada
perut. Bentuk dan besar payudara tidak akan mempengaruhi produksi
air susu ibu. Pada akhir bulan ketujuh atau minggu ke-28, ibu
biasanya merasa sehat, namun kadang ia dapat mengalami kesulitan
pencernaan, misalnya sembelit, bengkak pada kaki, dan kelelahan.
Bayi dalam rahim akan bergerak lebih sering dan kadang ibu akan
merasakan kontraksi rahim yang tidak menyakitkan yang disebut
dengan kontraksi Braxton Hicks. Pada akhir bulan kesembilan atau
minggu ke-36, uterus akan mencapai daerah tulang rusuk dan ibu
akan mengalami tidak nyaman, khususnya jika ia makan makanan
dalam jumlah banyak pada malam hari. Ibu juga akan sering
terbangun pada malam hari dengan keluhan terasa panas dan sesak
didada. Ibu akan kesulitan untuk memiringkan tubuhnya saat
berbaring dan mudah capek saat duduk terlalu lama. Hal ini
dikarenakan beban tubuh semakin berat, sehingga tulang belakang
akan semakin kearah depan. Keluhan-keluhan lainnya yang mungkin
akan dialami oleh ibu adalah cepat lelah, kaki kram, gatal-gatal pada
daerah perut, suhu akan meningkat akibat dari peningkatan
metabolisme, gangguan sariawan, dan asma, dimana semua
perubahan ini dapat terjadi akibat perubahan hormon [ CITATION
Ast09 \l 1033 ].
- Perubahan psikologi
Trimester ketiga ini merupakan masa penantian sang ibu terhadap
kelahiran bayinya. Dimana ibu akan tidak sabar untuk melihat
bayinya dan akan kecewa jika bayinya tidak lahir tepat waktunya.
Trimester ketiga ini merupakan waktu bagi ibu untuk mempersiapkan
kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya
perhatian pada kelahiran bayi. Setelah mengalami kehamilan dan
akhirnya melahirkan, ibu akan merasa bahwa perutnya telah kosong.
Hal itu akan membuat ibu merasa canggung, jelek, tidak rapi dan
memerlukan perhatian yang lebih besar dari suaminya.

2.2 Kecemasan
2.2.1 Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan bentuk emosi yang dirasakan seseorang,
biasanya berupa emosi yang tidak menyenangkan, yang dapat melibatkan
perasaan takut yang bersifat subyektif, rasa tidak nyaman pada tubuh,
maupun gejala fisik (Katona,Cooper & Robertson,2012). Sementara dalam
buku Sinopsis Psikiatri[ CITATION Kap97 \l 1033 ] , kecemasan merupakan suatu
sinyal yang akan memperingatkan seseorang akan ancaman dan membuat
orang tersebut dapat melakukan sesuatu yang dapat mengatasi ancaman
tersebut. Pada kecemasan, sumber ancaman tidak diketahui, internal, samar-
samar atau konfliktual. Kecemasan menurut Maramis (2009) merupakan
suatu keadaan dimana terdapat perasaan tegang yang berlebihan dan tidak
pada tempatnya, ditandai dengan adanya khawatir, perasaan tidak menentu,
atau ketakutan. Kata kecemasan/ansietas itu sendiri berasal dari bahasa Latin
yaitu angere, yang memiliki arti tercekik atau tercekat.
Kecemasan kemudian dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
gangguan kecemasan menyeluruh (generalized anxiety disorder), gangguan
panik (panik disorder), fobia (phobic disorder), obsesif kompulsif (obsessive
compulsive disorder). Tak hanya itu, gejala kecemasan juga dapat timbul
dalam berbagai gangguan psikis lain, contohnya pada depresi. Kecemasan
dapat terjadi 6% di populasi pada umumnya, paling sering terjadi pada wanita
dan usia paruh baya dan jarang terjadi pada pria usia muda dan pada usia
lanjut serta berhubungan dengan status sosio-ekonomi [ CITATION Kat12 \l
1033 ]. Sedangkan dalam Maramis (2009) gangguan kecemasan dibagi
menjadi 2 golongan besar, yaitu
 kecemasan kontinyu (gangguan kecemasan menyeluruh/GAD)
 kecemasan episodic
- Pada situasi tertentu (gangguan fobik) : fobia spesifik,
fobia sosial dan agorafobia
- Pola campuran (agoraphobia dengan panik)
- Pada sembarang situasi (gangguan panik)

2.2.2 Penyebab kecemasan


Penyebab kecemasan dapat dijelaskan dengan beberapa teori berikut
menurut [ CITATION Kap97 \l 1033 ]
 Teori psikologis
Dalam teori ini, terdapat lagi 3 teori utama yang dapat menjelaskan
mengenai penyebab kecemasan. Dimana masing-masing teori memiliki
keuntungan dalam pengobatan pasien nanti.
 Teori Psikoanalitik
Dalam buku karangan Freud, Ia menyatakan bahwa
kecemasan merupakan suatu sinyal yang diberikan pada
ego bahwa suatu dorongan yang tidak dapat diterima
menekan untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan
sadar. Sebagai suatu sinyal. Kecemasan akan menyadarkan
ego agar dapat mengambil suatu tindakan defensive
terhadap tekanan dari dalam. Dalam batas tertentu
kecemasan memiliki karakteristik fungsinya sebagai suatu
sinyal, namun jika kecemasan ini naik diatas tingka
intensitas fungsinya maka ia dapat muncul dengan segala
kehebatan serangan panik.
Dalam teori psikoanalitik, kecemasan dapat masuk ke
dalam empat kategori utama, tergantung pada sifat akibat
yang ditakuti: kecemasan id atau impuls, kecemasan
perpisahan, kecemasan kastrasi, dan kecemasan superego.
Masing-masing kecemasan tersebut diduga akan
ditemukan dalam berbagai stadium pertumbuhan dan
perkembangan.
Kecemasan id atau impuls berhubungan dengan
ketidaknyamanan primitif dan difus dari seorang bayi jika
mereka merasakan kebutuhan dan stimuli dimana mereka
dalam keadaan tidak berdaya dan tidak memiliki
pengendalian. Kecemasan perpisahan dapat terjadi pada
anak yang lebih besar tetapi masih dalam masa praoedipal,
dimana mereka akan takut kehilangan cinta atau bahkan
ditelantarkan oleh orangtuanya apabila mereka gagal
mengendalikan dan mengerahkan impulsnya sesuai
dengan standar dan kebutuhan dari orangtuanya.
[ CITATION Kap97 \l 1033 ]
 Teori perilaku
Dalam teori perilaku dinyatakan bahwa kecemasan
merupakan suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli
lingkungan spesifik. Didalam model pembiasaan klasik
(classic conditioning), seseorang yang tidak memiliki
suatu alergi makanan dapat menjadi sakit setelah makan
kerang yang terkontaminasi di suatu rumah makan.
Pemaparan selanjutnya dengan kerang dapat menyebabkan
orang tersebut merasa sakit. Melalui generalisasi, orang
tersebut mungkin dapat menolak semua makanan yang
dimasak oleh orang lain. Sebagai kemungkinan penyebab
lainnya, seseorang dapat belajar untuk memiliki suatu
respon kecemasan internal dengan meniru respon
kecemasan orangtuanya (teori belajar sosial).
Pada tahun-tahun terakhir, pengaju teori perilaku telah
menunjukkan meningkatnya perhatian dalam pendekatan
kognitif untuk memahami dan mengobati gangguan
kecemasan, dan ahli teori kognitif telah mengajukan
alternatif terhadap teori belajar tradisional yang
merupakan model penyebab kecemasan. Pengertian
kognitif keadaan kecemasan nonfobik menyatakan bahwa
pola berpikir yang salah, terdistorsi, ataupun tidak
produktif (counterproductive) menyertai atau mendahului
perilaku maladaptive dan gangguan emosional. Menurut
salah satu model, pasien yang menderita gangguan
kecemasan cenderung dapat menilai lebih (overestimate)
terhadap derajat bahaya dan kemungkinan bahaya di
dalam situasi tertentu dan cenderung menilai rendah
(underestimate) kemampuan dirinya untuk mengatasi
ancaman yang datang kepada kesehatan fisik maupun
psikologisnya.[ CITATION Kap97 \l 1033 ]
 Teori eksistansial
Teori eksistansial tentang kecemasan memberikan model
untuk gangguan kecemasan umum (generalized anxiety
disorder), dimana tidak terdapat stimulus yang dapat
diidentifikasikan secara spesifik bagi suatu perasaan
kecemasan yang kronis. Konsep inti dari teori
eksistansional adalah bahwa seseorang menjadi menyadari
adanya kehampaan yang menonjol di dalam dirinya,
perasaan yang mungkin lebih mengganggu daripada
penerimaan kematian mereka yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan
eksistansi dan arti yang berat tersebut. [ CITATION Kap97 \l
1033 ]
a. Teori biologis
Teori biologis ini didasarkan pada perkembangan penelitian
praklinis dengan model kecemasan pada binatang, penelitian
pasien yang faktor biologisnya dipastikan, berkembangnya
pengetahuan tentang neurologi dasar, dan kerja obat psikoterapik.
Satu kutub pikiran menyatakan bahwa perubahan biologis yang
dapat diukur pada pasien yang mengalami gangguan kecemasan
mencerminkan akibat dari adanya konflik psikologis, sedangkan
kutub yang berlawanan bahwa konflik psikologis yang
mendahului peristiwa biologis. [ CITATION Kap97 \l 1033 ]
b. Sistem saraf otonom dan neurotransmitter
 Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan
beberapa gejala tertentu: pada kardiovaskular (misalnya
takikardia), muscular (misalnya, nyeri kepala),
gastrointestinal (misalnya diare) dan respirasi (misalnya,
napas cepat). Manifestasi kecemasan primer tersebut tidak
khusus terhadap kecemasan maupun tidak selalu
berhubungan dengan pengalaman kecemasan subjektif.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Walter Canon
dalam sepertiga bagian pertama abad ke-20, ia
menunjukkan bahwa jika seekor kucing yang dihadapkan
dengan anjing yang menggonggong akan menunjukkan
tanda ketakutan perilaku dan fisiologis yang disertai
dengan pelepasan epinefrin dari adrenal. Terdapat pula
teori James-Lange yang menyatakan bahwa kecemasan
subyektif merupakan suatu respon terhadap fenomena
perifer. Pada saat ini umumnya diperkirakan bahwa
kecemasan system saraf pusat mendahului manifestasi
perifer dari kecemasan, kecuali jika terdapat penyebab
perifer spesifik, seperti saat pasien memiliki suatu
feokromositoma. [ CITATION Kap97 \l 1033 ]
 Neurotransmitter
Terdapat tiga neurotransmitter utama yang berhubungan
dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang
dan respon terhadap terapi obat adalah GABA (gamma-
aminobutyric acid), norepinefrin dan serotonin. Sebagian
besar informasi mengenai neurologi dasar tentang
kecemasan berasal dari dari percobaan binatang yang
melibatkan paradigma perilaku dan obat psikoaktif. Satu
model kecemasan pada binatang tersebut adalah tes
konflik, dimana binatang secara bersama-sama diberikan
stimuli positif (misalnya, diberikan makanan) dan negatif
(misalnya, diberi kejutan listrik). Obat-obat ansiolitik
(misalnya, benzodiazepine) cenderung akan
mempermudah adaptasi binatang terhadap situasi tersebut,
sedangkan obat lain (misalnya, amfetamin) lebih
mengganggu respon perilaku binatang. [ CITATION Kap97 \l
1033 ]
- GABA ( gamma-aminobutyric acid). Peranan GABA
dalam gangguan kecemasan didukung paling kuat oleh
manfaat benzodiazepine yang tidak dapat dipungkiri, dapat
meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABAA,
dalam pengobatan pengobatan beberapa jenis gangguan
kecemasan. Meskipun benzodiazepine berpotensi rendah
sangat efektif untuk gejala gangguan kecemasan umum
(generalized anxiety disorder), namun benzodiazepine
berpotensi tinggi seperti alprazolam (Xanax), efektif
dalam pengobatan gangguan panik. Dalam penelitian pada
primata telah menemukan bahwa gejala system saraf
otonomik dari gangguan kecemasan dapat timbul jika
diberikan agonis kebalikan dari benzodiazepine, beta-
carboline-3-carboxyclic acid (BCCE). BCCE juga dapat
menyebabkan kecemasan pada sukarelawan kontrol yang
normal. Antagonis benzodiazepine, flumazenil,
menyebabkan serangan panik parah pada pasien dengan
gangguan panik. Dari data penelitian tersebut, para peneliti
akhirnya menghipotesiskan bahwa beberapa pasien dengan
gangguan kecemasan memiliki fungsi reseptor GABA
yang abnormal, meski hubungan tersebut belum dapat
terbukti secara langsung. [ CITATION Kap97 \l 1033 ]
- NOREPINEFRIN. Teori umum mengenai peranan
norepinefrin dalam gangguan kecemasan adalah bahwa
pasien yang menderita mungkin memiliki system
noradrenergic yang teregulasi secara buruk yang kadang-
kadang menyebabkan aktivitas. Badan sel pada system
noradrenergic terutama berlokasi di lokus seruleus di pons
rostral, dan mereka mengeluarkan aksonnya ke korteks
serebral, system limbic, batang otak, dan medulla spinalis.
Percobaan yang dilakukan pada primata telah
menunjukkan bahwa stimulasi lokus sereleus akan
menghasilkan suatu respon ketakutan pada binatang dan
dan bahwa ablasi daerah yang sama merintangi atau sama
sekali menghambat kemampuan binatang untuk
membentuk suatu respon ketakutan.
Melalui penelitian yang dilakukan pada manusia
menunjukkan bahwa pada pasien dengan gangguan panik,
agonis adrenergic-beta (contohnya, isoproterenol
[Isuprel]), dan antagonis adrenergic-alfa2 (contohnya,
yohimbin [Yocon]), dapat menyebabkan tercetusnya
serangan panik parah dan sering. Sebaliknya, clonidine
(Catapres), yang merupakan suatu agonis adrenergic-alfa2,
dapat menunjukkan gejala kecemasan pada beberapa
situasi percobaan dan terapetik. Penemuan yang kurang
konsisten adalah bahwa pasien dengan gangguan
kecemasan, khususnya gangguan panik, akan memiliki
kadar metabolit noradrenergic yaitu 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG) dalam cairan serebropinalis
dan urin dalam kadar tinggi. [ CITATION Kap97 \l 1033 ]
- SEROTONIN. Dikarenakan terdapat banyak tipe reseptor
serotonin yang telah dikenal, menyebabkan dicarinya
peranan serotonin dalam pathogenesis gangguan
kecemasan. Hubungan ini mulai diperhatikan karena
adanya pengamatan bahwa antidepresan serotogenik
memiliki pada beberapa gangguan kecemasan (misalnya,
clomipramine [Anafranil] pada gangguan obsesif-
kompulsif). Hubungan antara serotonin dan kecemasan
pun dinyatakan melalui efektifnya buspirone (BuSpar),
yang merupakan agonis reseptor serotonergenik tipe IA (5-
HT1A), dalam pengobatan kecemasan. Badan sel pada
sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di nucleus
raphe di batang otak rostral dan berjalan ke korteks
serebral, system limbic (khususnya amigdala dan
hipokampus), dan hipotalamus. Meskipun pemberian obat
serotonergik pada binatang mengakibatkan perilaku yang
mengarah pada kecemasan, namun adanya efek serupa
pada manusia belum terbukti secara kuat. Terdapat laporan
yang menyatakan bahwa m-chlorophenylpiperazine
(mCPP), yang merupakan obat dengan efek serotonergik
dan nonserotonergik yang multiple, dan fenfluramine
(Pondimin), yang menyebabkan pelepasan serotonin,
memang menyebabkan peningkatan kecemasan pada
pasien dengan gangguan kecemasan; serta terdapat banyak
laporan anecdotal yang menyatakan bahwa halusinogen
dan stimulan serotonergik, misalnya lysergic acid
diethylamine (LSD) dan 3,4-
methylenedioxymethamphetamine (MDMA),
berhubungan dengan perkembangan gangguan kecemasan
akut maupun kronis pada orang yang menggunakan obat-
obat tersebut. [ CITATION Kap97 \l 1033 ]

2.2.3 Fungsi kecemasan


Adanya kecemasan pada manusia sebenarnya dapat menguntungkan
jika masih dalam batas tertentu, seperti yang terdapat dalam kurva Yerkes-
Dodson, di mana dalam kurva ini terdapat titik (plateau) fungsi normal. Jika
kecemasan telah naik melebihi titik tersebut, maka akan terjadi penurunan
performa [ CITATION Kat12 \l 1033 ] . Kecemasan memperingatkan kita akan
adanya ancaman baik itu eksternal maupun internal, dan pada dasarnya
memiliki kualitas untuk menyelamatkan hidup. Pada tingkatan yang lebih
rendah, kecemasan akan memperingatkan diri kita akan ancaman cedera pada
tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan akan menerima hukuman,
maupun frustasi akan kebutuhan sosial atau tubuh; berpisah dengan orang
yang dicintai; terdapatnya gangguan dalam meraih keberhasilan maupun
status; dan ancaman pada kesatuan atau keutuhan seseorang. Dengan adanya
ancaman, maka kecemasan akan segera mengarahkan seseorang untuk
mengambil tindakan sehingga dapat meringankan maupun menghindari
akibat dari ancaman tersebut, sehingga kecemasan dapat mencegah
kerusakan dengan cara menyadarkan seseorang untuk melakukan sesuatu
yang dapat mencegah terjadinya bahaya. Misalnya, dalam kejadian yang kita
alami sehari-hari dimana saat kita berlari karena takut kehilangan kereta
terakhir, belajar yang giat untuk menghadapi ujian, dll. [ CITATION Kap97 \l
1033 ]

2.2.4 Gejala Kecemasan


Gejala-gejala yang dapat terjadi dalam gangguan kecemasan terbagi
menjadi 2 komponen, yaitu komponen psikis dan fisik.
a. Gejala Psikis
Gejala psikis yang terjadi pada gangguan kecemasan antara lain
kecemasan itu sendiri, yang sering juga disebut dengan berbagai
istilah oleh masyarakat luas, seperti was-was, khawatir, dll.
b. Gejala Fisik
Gejala fisik yang terdapat dalam gangguan kecemasan dapat
bervariasi dan berbeda pada tiap individu. Dimana terdapat
manifestasi keterjagaan yang berlebihan (hyperarousal
syndrome), yaitu jantung berdebar, nafas cepat (hiperventilasi,
yang sering dirasakan sebagai ‘sesak’), keluhan lambung, mulut
kering, tangan dan kaki terasa dingin, dan ketegangan otot.
[ CITATION Mar09 \l 1033 ]

2.2.5 Tingkat kecemasan


Tingkat kecemasan terbagi menjadi 4 tingkat menurut Stuart (2002) dalam
Oktavia (2011) :
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan dalam tingkat ini berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini akan menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas. Seseorang dengan kecemasan ringan memiliki hal-hal sebagai
berikut :
a. Persepsi dan perhatian meningkat
b. Mampu mengatasi suatu masalah
c. Dapat mengutarakan pengalaman masa lalu, saat ini, dan masa depan,
menggunakan sebagai belajar
d. Ingin tahu, mengulang pertanyaan
e. Kecenderungan untuk tidur
2. Kecemasan Sedang
Pada kecemasan tingkat sedang, individu akan dimungkinkan untuk focus
pada hal penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini dapat
mempercepat lapang persepsi individu dan dengan demikian individu
akan mengalami ketidakperhatian yang selektif namun dapat berfokus
pada lebih banyak area jika diarahkan dalam melakukannya. Seseorang
dengan kecemasan sedang dapat memiliki hal-hal sebagai berikut :
a. Persepsi agak menyempit, secara selektif tidak perhatian namun dapat
mengarahkan perhatian
b. Sedikit lebih sulit berkonsentrasi
c. Membandingkan pengalaman saat ini dengan pengalaman masa lalu
d. Dapat gagal untuk mengenali apa yang sedang terjadi pada situasi,
akan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi
e. Terjadi peningkatan suara atau ketinggian suara
f. Peningkatan frekuensi pernapasan dan jantung
g. Tremor atau gemetar
3. Kecemasan Berat
Pada kecemasan tingkat berat lapang persepsi individu akan sangat
berkurang. Pada tingkat ini, individu cenderung akan focus pada suatu hal
yang spesifik dan rinci serta tidak berpikir tentang hal lain lagi. Seseorang
dengan kecemasan berat akan memiliki hal-hal sebagai berikut :
a. Persepsi sangat berkurang terutama yang berfokus pada hal-hal yang
detail, tidak dapat berkonsentrasi lebih
b. Tidak mampu berkonsentrasi
c. Memandang pengalaman saat ini dengan masa lalu
d. Komunikasi sulit dipahami
e. Hiperventilasi, takikardi, sakit kepala, pusing dan mual
4. Panik
Panik disini berhubungan dengan ketakutan, terror dan terperangah. Hal
yang rinci telah terpisah dari proporsinya karena mengalami kehilangan
kendali, sehingga orang tersebut sudah tidak mampu lagi melakukan
sesuatu bahkan dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi
kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

2.2.6 Kecemasan pada Ibu Hamil


Pada umumnya, kecemasan dapat menimpa ibu hamil, khususnya
pada primigravida, paling sering pada trimester pertama dan ketiga masa
kehamilan. Pada masa itu terjadi perubahan emosi besar-besaran pada ibu
hamil karena terdapat berbagai perubahan psikologis yang terjadi akibat
banyak hal. Perubahan psikologis tersebut dapat berupa berbagai hal, salah
satunya adalah kecemasan. Kecemasan itu sendiri dapat terjadi pada ibu
primigravida dan multigravida, namun biasanya lebih sering terjadi pada ibu
primigravida karena pertama kali mengalami kehamilan. Kecemasan pun
dapat terjadi pada ibu multigravida yang pernah mengalami pengalaman
buruk dengan kehamilan sebelumnya.
Kecemasan pada ibu hamil baru terlihat ketika ibu tersebut mulai
mengeluhkannya, karena gejalanya tidak spesifik, seperti tremor, berdebar-
debar, gelisah, mudah lelah, dan insomnia. Gejala-gejala somatic yang terjadi
dapat terjadi karena terjadinya hiperaktivitas otonom (palpitasi, sesak napas,
rasa dingin di telapak tangan, berkeringat, pusing, dll) [ CITATION Bah08 \l
1033 ]

2.2.7 Pengukuran Tingkat Kecemasan


Pengukuran tingkat kecemasan dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai skala pengukuran kecemasan. dalam penelitian ini skala yang
digunakan adalah skala pengukuran kecemasan Hamilton, yaitu Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS/HAS/HAM-A). Pengukuran tingkat kecemasan
dengan menggunakan skala Hamilton ini membutuhkan waktu sekitar 10-15
menit (Hamilton, M.,1959 dalam Cahyani, 2010).
Skala pengukuran Hamilton ini dikembangkan oleh Max Hamilton
pada tahun 1959 dimana dalam skala ini terdapat pengukuran untuk seluruh
kecemasan, baik itu kecemasan fisik (agitasi mental dan distress psikologis)
hingga kecemasan somatic (keluhan fisik terkait kecemasan). skala
pengukuran Hamilton ini dapat dipakai untuk menilai kecemasan pada semua
usia, dari dewasa hingga anak-anak, walaupun paling sering digunakan untuk
dewasa muda. (Encyclopedia, Mental Disorder, Hamilton anxiety scale,
dalam Cahyani, 2010).
Dengan HARS ini dapat dievaluasi efek berbagai terapi anti-anxiety,
dapat juga digunakan sebagai standar penilaian kecemasan untuk evaluasi
penggunaan obat-obat psikotropika. Pengukuran kecemasan dengan
menggunakan HARS dapat dilakukan sebelum pengobatan maupun setelah
follow-up sehingga dosis pemberian obat dapat disesuaikan dengan kondisi
pasien berdasarkan hasil dari HARS. (Encyclopedia, Mental Disorder,
Hamilton anxiety scale, dalam Cahyani, 2010)
Walaupun HARS telah banyak dipakai dalam mengukur tingkat
kecemasan pada pasien, namun skala ini tetap memiliki beberapa
kekurangan. Diantaranya, kemampuannya yang lemah dalam membedakan
efek anxiolytic dengan anti-depressant, serta kecemasan somatic dengan efek
samping somatic (Hamilton, M., 1959 dalam Cahyani, 2010). Selain itu juga,
karena HARS dilakukan dengan cara wawancaradalam 14 bagian, akan
terdapat bias dari pewawancara dan dapat timbul subyektifitas dalam
penilaian dan interpretasi yang akan berdampak pada hasil tes HARS nanti.
(Encyclopedia, Mental Disorder, Hamilton anxiety scale, dalam Cahyani,
2010)
Meskipun HARS memiliki kekurangan-kekurangan tersebut, skala
ini tetap digunakan secara luas di masyarakat maupun secara klinis karena
realibilitas yang konsisten dalam penilaiannya terhadap gejala kecemasan
yang terdiri dalam 14 bagian serta validitasnya yang yang telah teruji dalam
penelitian uji validitas HARS. (Encyclopedia, Mental Disorder, Hamilton
anxiety scale, dalam Cahyani, 2010).
Penelitian mengenai tingkat reliabilitas dan validitas dari HARS yang
umumnya dikembangkan untuk dewasa, dilakuakn pada kelompok usia
remaja. Penelitian ini mengambil sampel dari usia 12-18 tahun sebanyak 257
orang, baik dari klinik maupun dari komunitas biasa. Dari penelitian ini,
didapatkan bahwa reliabilitas dan konsistensi internal antar
bagian/pernyataan HARS diterima pada sampel ini dan telah dibandingkan
dengan hasil dari usia dewasa. HARS menunjukkan validitas yang baik dan
hubungan yang signifikan secara statistic dengan pengukuran atas
indenpendensi dari kecemasan umum dan variabel-variabel kecemasan yang
lain. Kesimpulannya, yaitu HARS merupakan skala ukur yang terbukti
reliabel dan valid untuk untuk menilai kecemasan secara umum pada
populasi usia remaja (Clark, D. B. & Donovan, J. E., 1994 dalam Cahyani,
2010) .
BAB II
TINJAUAN KASUS
DATA SUBJEKTIF (S)
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. P
Umur : 18 Tahun
Suku               : Jawa / Indonesia
Pendidikan     : SMA
Pekerjaan       : IRT
Alamat           : Jl.Sadar Jaksel             

2. Keluhan Utama
Keluhan utama : ibu merasa cemas dan tidak menginginkan kehamilannya
3. Alasan datang :
a. Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya
b. Ibu mengatakan ingin menggugukan kehamilannya
c. Ibu mengatakan mengalami cemas menghadapi kehamilannya yang tidak
diketahui oleh orang tua dan keluarganya

DATA OBJECTIVE (O)


a. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 MmHg P : 18x/mt
N : 84 x/menit S : 36,3˚C
d. BB sekarang : 46 kg
e. TB : 150 cm
f. LiLA : 23 cm

b. Pemeriksaan Fisik yang berhubungan dengan kebidanan


a. Kepala : mesochepal, bersih dan tidak ada benjolan
b. Rambut : hitam, lurus, bersih, tidak rontok dan tidak ada ketombe
c. Mata : kongjutiva tidak anemis, sklera putih tidak ikterik, simetris
kiri kanan, reflek pupil ada, tidak ada secret
d. Hidung : bersih , tidak ada polip
e. Mulut : bersih, lembab, gigi tidak ada caries
f. Teling : simetris, bersih, tidak ada serumen
g. Muka : tidak ada oedema, tidak pucat, tidak ada jerawat
h. Leher : tTidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
i. Payudara : areolla bersih, puting susu menonjol
j. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan yang bersifat
patologis
k. Ekstremitas : simetris, tidak edema,kuku bersih tidak ada varises
l. Reflek Patella : +/+
m. Anogenetalia : Tidak dilakukan karena ibu menolak, namun ibu memastikan
bahwa tidak ada keluhan pada area tersebut
c. Pemeriksaan Obstetri
Leopold I   :
TFU 13 cm, teraba ballotemen
Leopold II   :
-
Leopold III :
-
Leopold IV :
-

ASSESMENT (A)
Ny. P usia 18 tahun G1A0P0 ymur kehamilan 12 minggu keadaan umum ibu dan
janin baik dengan masalah kecemasan

PENATALAKSANAAN (P)
Hari / tanggal : 25 Oktober 2020
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
Ev : Ibu mengetahui tentang keadaannya dan janinnya
2. Memjelaskan dampak dan resiko jika dilakukan pengguguran kehamilan
Ev : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang perubahan fisiologis ibu hamil, P4K,
nutrisi, personal hygience dan istirahat
Ev : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
4. Melakukan kolaborasi dengan psikolog untuk melakukan konseling terhadap
remaja dengan kehamilan, beserta keluarga untuk menangani kecemasan
yang dialami oleh ibu, serta membantu persiapan perubahan peran sebagai
orang tua
Ev : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau mengunjungi psikolog
5. Memberikan terapi pemberian obat dan vitamin kepada ibu
Ev : ibu telah diberikan obat Fe 60 mg 1x1 tablet (sebanyak 30 butir),
Vitamin B complex 1x1 tablet ( sebanyak 30 butir), Kalk 1x1 tablet
( sebanyak 30 butir)
6. Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi atau
apabila ada keluhan
Ev : ibu bersedia melakukaan sesuai anjuran bidan

Anda mungkin juga menyukai