Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

TOKSIKOLOGI KLINIK
Pengantar Toksikologi Klinik

Dosen Pengampu: Devi Etivia Purlinda, S.ST., M.Si.

Oleh:
KELOMPOK 5
1) SILFIA ANDRIYANI (P1337434318006)
2) DEVA ALVIRA CAHYANING P. (P1337434318007)
3) SETIA EKA WULANDARI (P1337434318011)
4) NURRUL FATIMATUZZAHROH (P1337434318021)
5) MUHAMMAD DANDY PRATAMA (P1337434318036)
6) ADAMALAY WARDIWIRA (P1337434318042)

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga tersusunlah makalah Toksikologi Klinik. Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Toksikologi Klinik semester enam dengan dosen pengampu Devi
Etivia Purlinda, S.ST., M.Si.
Makalah ini masih membutuhkan penyempurnaan, sehingga saran dan kritik dari
banyak pihak sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan makalah ini. Pada kesempatan ini Saya
mengucapkan terima kasih dan penghargaan pada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Pada akhirnya semoga makalah ini dapat meningkatkan mutu tenaga laboratorium
serta mahasiswa jurusan Teknologi Laboratorium medik dan bermanfaat bagi pihak yang
memerlukannya.

Semarang, Januari 2021


Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan
Kemenkes Semarang

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ........................................................................................................i


KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................................1
C. Manfaat ...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2
A. Sejarah Perkembangan Ilmu ...................................................................................2
B. Peristilahan dalam Bidang Toksikologi ..................................................................2
C. Klasifikasi Bahan Toksik ........................................................................................3
D. Toksisitas ................................................................................................................4
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................8
A. Simpulan .................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Toksikologi klinik merupakan salah satu mata kuliah terapan yang
memerlukan dukungan ilmu lain terutama anatomi fisiologi, patofisiologi, biokimia
dan kimia analitik. Pada bidang toksikologi akan menggunakan istilah-istilah khusus
yang sering dijumpai saat mempekajari materi tersebut. Oleh karena itu seorang
teknisi laboratorium medik perlu mengenal beberapa istilah yang berkaitan dengan
bidang toksikologi klinik.
B. Tujuan
Mengetahui beberapa istilah dalam bidang toksikologi klinik
C. Manfaat
Mempermudah teknisi laboratorium medik dalam mempelajari materi
toksikologi klinik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ilmu


Toksikologi analitik adalah bidang kajian yang memerlukan dukungan ilmu
lain terutama anatomi fisiologi, patofisiologi, biokimia dan kimia analitik.
Toksikologi analitik berkaitan dengan deteksi, identifikasi dan pengukuran obat-
obatan dan senyawa asing lainnya (xenobiotik) dan metabolitnya pada spesimen
biologis dan yang terkait. Metode analisis tersedia untuk berbagai senyawa yang
sangat beragam: dapat berupa bahan kimia, pestisida, obat-obatan, penyalahgunaan
obat-obatan (drugs abuse) dan racun alami.
Toksikologi analitik dapat membantu dalam diagnosis, manajemen dan dalam
beberapa kasus pencegahan keracunan. Selain itu, laboratorium toksikologi analitik
dapat dilibatkan dalam berbagai kegiatan lain seperti penilaian paparan setelah
kejadian kimia, pemantauan obat terapeutik, analisis forensik, dan pemantauan
penyalahgunaan obat-obatan serta dapat terlibat dalam penelitian, misalnya dalam
menentukan sifat farmakokinetik dan toksinokinetik zat atau keefektifan rejimen
pengobatan baru.
Analisis toksikologi meliputi: (1) toksikologi darurat dan rumah sakit umum,
termasuk pemeriksaan “bisa” dan (2) kategori khusus: toksikologi forensik, skrining
untuk penyalahgunaan obat (drugs abuse), pemantauan obat terapeutik (therapeutic
drugs monitoring=TDM) dan toksikologi lingkungan serta yang terkait dengan
pekerjaan (occupational toxicology), meskipun ada banyak tumpang tindih antara
semua area ini.
B. Peristilahan dalam Bidang Toksikologi
Dalam lingkup toksikologi sering digunakan beberapa istilah yang mirip yaitu,
racun, toksin, toksikan yang memiliki arti yang mirip tetapi berbeda. Berikut beberapa
definisi yang perlu dipahami:
1. Racun
Menurut Taylor, “Racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah tertentu
bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi yang akan
menyebabkan penyakit dan kematian”.
Menurut Dorland Dictionary, “Racun adalah setiap zat yang bila dalam jumlah
sedikit ditelan atau dihirup atau diserap atau dioleskan atau disuntikkan ke dalam

2
tubuh atau dihasilkan dalam tubuh, memiliki aksi kimiawi dan menyebabkan
kerusakan pada struktur atau gangguan fungsi yang menimbulkan gejala, penyakit
atau kematian”.
2. Toksin
Racun (poison) adalah zat yang memiliki efek berbahaya pada organisme hidup.
Sedangkan toksin adalah racun yang diproduksi oleh organisme hidup. “Bisa”
(venom) adalah racun yang disuntikkan dari organisme hidup ke makhluk lain.
“Bisa” (venom) adalah toksin dan toksin adalah racun, tidak semua racun adalah
toksin, tidak semua toksin adalah venom.
3. Venom atau “bisa”
Racun dan “bisa” (venom) adalah toksin, karena toksin didiskripsikan secara
sederhana sebagai bahan kimia yang diproduksi secara biologis yang mengubah
fungsi normal organisme lain.
4. Toksikan
Toksin adalah produk alami seperti yang ditemukan pada jamur beracun, atau
racun ular. Toksikan adalah produk buatan manusia, produk buatan yang
dipaparkan ke lingkungan karena aktivitas manusia; Contohnya adalah produk
limbah industri dan pestisida.
5. Toksoid
Toksoid adalah toksin yang tidak aktif atau dilemahkan. Toksin adalah racun
yang dibuat oleh organisme lain yang bisa membuat kita sakit atau membunuh
kita. Dengan kata lain, toksin beracun. Toksoid tidak lagi beracun tetapi masih
sebagai imunogenik sebagai toksin dari mana ia berasal.
6. Xenobiotik
Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing. Xenobiotik
adalah zat asing yang secara alami tidak terdapat dalam tubuh manusia. Contoh:
obat obatan, insektisida, zat kimia.
C. Klasifikasi Bahan Toksik
1. Klasifikasi berdasarkan sumbernya, yaitu: toksin tanaman, toksin hewan, dan
toksin lingkungan (air, tanah, udara).
2. Klasifikasi berdasarkan senyawanya, yaitu: logam berat, senyawa organic, dan
racun gas.
3. Berdasarkan penggunaannya, yaitu: obat-obatan, pestisida, pelarut organik dan
logam berat.

3
D. Toksisitas
Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di
reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem
bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan.
Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk
mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul.
Toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya
menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu
organisme. Pengertian lain dari toksisitas yaitu pernyataan kemampuan racun
menyebabkan timbulnya gejala keracunan. Toksisitas ditetapkan di laboratorium,
umumnya menggunakan hewan coba dengan cara ingesti, pemaparan pada kulit,
inhalasi, gavage, atau meletakkan bahan dalam air, atau udara pada lingkungan hewan
coba.
Efek berbahaya atau efek farmakologik timbul apabila terjadi interaksi antara
zat kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat dua aspek yang
harus diperhatikan dalam mempelajari interakasi antara zat kimia dengan organisme
hidup, yaitu
1. kerja farmakon pada suatu organisme (aspek farmakodinamik atau toksodinamik)
dan
2. pengaruh organisme terhadap zat aktif (aspek farmakokinetik atau toksokinetik)
Toksisitas dapat dinyatakan dengan ukuran sebagai berikut:
1. LD50 yaitu jumlah (dosis) efektif senyawa kimia yang mampu menyebabkan
kematian 50% populasi hewan coba yang terpapar dengan berbagai cara,
dinyatakan dengan satuan mg/kg berat badan. Semakin tinggi LD50, semakin
rendah adalah toksisitas.

4
LC50 yaitu konsentrasi senyawa kimia dalam lingkungan (air dan udara) yang
menyebabkan kematian 50% populasi hewan coba dalam jangka waktu tertentu.
Dinyatakan dengan satuan mg/L (part per million=ppm)
2. ED50 (dosis efektif) adalah dosis yang menyebabkan efek spesifik selain
mematikan pada 50% hewan.
3. Ambang dosis adalah tingkat dosis rendah ini dimana tidak ada efek yang dapat
diamati. Ambang batas diperkirakan ada untuk efek tertentu, seperti efek toksik
akut; tapi tidak untuk yang lain, seperti efek karsinogenik.
Toksisitas dapat dinyatakan dengan peristilahan sebagai berikut:
1. Karsinogen
Zat karsinogenik dikaitkan dengan penyebab atau peningkatan kanker pada
manusia dan hewan. Contoh: benzena, vinil klorida, formaldehid, dioksan, dan
akrilamida.
2. Mutagen
Mutagen adalah zat yang mengubah informasi genetik suatu organisme, biasanya
dengan mengubah DNA. Mutagen biasanya juga karsinogen karena mutasi sering
menyebabkan kanker. Contoh mutagen termasuk etidium bromida, formaldehid,
dioksan, dan nikotin.
3. Teratogen
Teratogen adalah zat yang menyebabkan kerusakan pada janin atau embrio selama
kehamilan, yang menyebabkan cacat lahir sementara ibu tidak menunjukkan tanda
toksisitas. Teratogen umum meliputi etanol, senyawa merkuri, senyawa timbal,
fenol, karbon disulfida, toluena dan xilena.
Toksisitas juga dapat dinyatakan berdasarkan waktu hingga timbulnya gejala
keracunan (onset), yaitu:
1. Toksisitas akut, jika efek timbul segera atau paparan durasi pendek dalam
hitungan jam sampai hari setelah terpapar bahan toksik. Efek akut dapat
reversibel atau tidak dapat dipulihkan.
2. Toksisitas sub akut, jika gejala keracunan timbul dalam jangka waktu setelah
sedang (minggu sampai bulan) setelah terpapar bahan toksik dalam dosis tunggal
3. Toksisitas kronis, jika akibat keracunan baru timbul setelah terpapar bahan toksik
secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang (dalam hitungan tahun)

5
atau bahkan dekade. Efek kronis terjadi setelah terpapar dalam waktu lama
(bulan, tahun, dekade) dan bertahan setelah paparan telah berhenti
Pada penggunaan obat karena gangguan medis/psikis sebelumnya,
penyalahgunaan obat terutama untuk obat-obat psikotropika, dapat terjadi toleransi,
dan akhirnya ketergantungan. Toleransi obat sendiri dapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu toleransi farmakokinetik, toleransi farmakodinamik, dan toleransi yang
dipelajari (learned tolerance).
1. Toleransi farmakokinetika
Toleransi farmakokinetika adalah perubahan distribusi atau metabolisme suatu
obat setelah pemberian berulang, yang membuat dosis obat yang diberikan
menghasilkan kadar dalam darah yang semakin berkurang dibandingkan dengan
dosis yang sama pada pemberian pertama kali. Mekanisme yang paling umum
adalah peningkatan kecepatan metabolisme obat tersebut. Contohnya adalah obat
golongan barbiturat.
2. Toleransi farmakodinamika
Toleransi farmakodinamika merujuk pada perubahan adaptif yang terjadi di
dalam system tubuh yang dipengaruhi oleh obat, sehingga respon tubuh terhadap
obat berkurang pada pemberian berulang. Hal ini misalnya terjadi pada
penggunaan obat golongan benzodiazepine.
3. Toleransi yang dipelajari
Toleransi yang dipelajari (learned tolerance) artinya pengurangan efek obat
dengan mekanisme yang diperoleh karena adanya pengalaman terakhir.
Berikut beberapa Mekanisme reaksi pada tubuh :
1. Mekanisme terjadinya adiksi
Pengaturan perasaan dan perilaku ada pada jalur tertentu di otak, yang disebut
reward pathway. Perilaku-perilaku yang didorong oleh reward alami ini
dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk survived (mempertahankan kehidupan).
Ventral Tegmental Area (VTA) terhubung dengan nucleus accumbens dan
prefrontal cortex melalui jalur reward ini yang akan mengirim informasi melalui
saraf. Saraf di VTA mengandung neurotransmitter dopamine yang akan
dilepaskan menuju nucleus accumbens dan prefrontal cortex. Jalur reward ini
akan teraktivasi jika ada stimulus yang memicu pelepasan dopamin, yang
kemudian akan bekerja pada system reward. Obat-obat yang dikenal
menyebabkan adiksi/ketagihan seperti kokain, misalnya, bekerja menghambat re-

6
uptake dopamin, sedangkan amfetamin, bekerja meningkatkan pelepasan
dopamin dari saraf dan menghambat re-uptake-nya, sehingga menyebabkan kadar
dopamin meningkat.
2. Mekanisme adiksi obat-obat golongan opiat
Ketika seseorang menggunakan obat-obat golongan opiat seperti morfin, heroin,
kodein, dll, maka obat akan mengikat reseptornya di jalur reward, dan juga jalur
nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat akan memberikan efek analgesia,
sedangkan pada jalur reward akan memberikan reinforcement positif (rasa
senang, euphoria), yang menyebabkan orang ingin menggunakan lagi.
International Classification Disease 10 (Revisi ke 10 dari Klasifikasi Penyakit dan
Masalah Kesehatan Internasional), yang dikembangkan oleh WHO
mendefinisikan sindrom ketergantungan sebagai sekelompok fenomena fisiologis,
perilaku dan kognitif dimana penggunaan zat atau kelompok zat memperoleh
“rasa” yang jauh lebih tinggi pada seseorang daripada yang diperoleh
sebelumnya. ICD 10 tidak mengacu pada obat-obatan atau obat-obatan terlarang,
tetapi untuk zat psikoaktif yang digunakan sendiri karena sifat penguatnya, dan
juga zat non-terapeutik yang digunakan (WHO).
Konsep ketergantungan obat biasanya melibatkan hal-hal berikut:
1. Ketergantungan psikologis adalah gangguan kontrol psikologis terhadap
penggunaan narkoba; Ini adalah hasil interaksi satu set farmakologis (faktor
pengkondisian potensial), faktor psikologis (faktor pengkondisian primer) dan
faktor sosial (pengaruh kelompok atau akseptabilitas sosial obat)
2. Ketergantungan fisik, termasuk dalam sindrom withdrawl pada gangguan konsumsi
kronis, dalam waktu lama atau pada pengurangan dosis.
3. Toleransi adalah menurunnya kepekaan terhadap zat setelah pemberian berulang;
diwujudkan dengan kebutuhan untuk meningkatkan dosis untuk mencapai efek
yang sama
Psikotoksisitas adalah perubahan perilaku yang serius, tingkat psikotik,
setelah penggunaan dosis tinggi yang berkepanjangan (terlihat jelas pada
penggunaan alkohol, barbiturat, kokain, LSD, amfetamin). Ketergantungan adalah
kelainan otak pada orang akibat penggunaan yang kemudian telah mengubah
struktur dan fungsi otak. Ketergantungan diekspresikan dalam bentuk perilaku
kompulsif, namun perilaku ini sangat terkait dengan perubahan otak yang terjadi
seiring berjalannya waktu, dengan penggunaan narkoba berulang kali.

7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Toksikologi analitik adalah bidang kajian yang memerlukan dukungan ilmu lain
terutama anatomi fisiologi, patofisiologi, biokimia dan kimia analitik. Dalam bidang
toksikologi dibedakan antara istilah racun, toksin, dan toksikan Toksisitas suatu bahan
toksik dapat dinyatakaan dalam ukuran LD50, atau dengan peristilahan misalnya:
karsinogen, mutagen, teratogen. Toksisitas juga digolongkan menjadi toksisitas akut dan
kronis. Penggunaan obat dapat mengakibatkan toleransi, habituasi, ketergantungan
(dependensi) dan ketagihan (adiksi).

8
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu M, Solihat MF. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik (TLM) Toksikologi
Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Wirasuta, I.M.A.G & Niruri, R. 2007. Buku Ajar Toksikologi Umum. Bali: Fakultas Farmasi
Udayana

Anda mungkin juga menyukai