Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh yang
tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam tubuh
karena dapat menjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi eliminasi unrine
(buang air kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar). Gangguan saluran kemih adalah
gangguan dari kandung kemih atau uretra. Ginjal, uretra, kandung kemih adalah organ-
organ yang menyusun saluran kemih. Fungsi utama darisaluran ini adalah untuk
membuang air dan sisa metabolisme dan mengeluarkannnya sebagai urin. Proses ini
berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi atau penyakit pada organ dari saluran
kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya menganggu biokimia dari aliran
bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep dasar dalam pemeriksaan fisik gangguan perkemihan?
2. Bagaimana cara memeriksa bagian ginjal pada pemeriksaan fisik gangguan
perkemihan?
3. Bagaimana cara memeriksa bagian genetalia eksterna pada pemeriksaan fisik
gangguan perkemihan?
4. Bagaimana cara memeriksa bagian pemeriksaan rectal touche pada pemeriksaan fisik
perkemihan?
BAB II
PEMBAHASAN

4.1 Konsep Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik merupakan komponen pengkajian kesehatan yang bersifat obyektif.
Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan
selama pemeriksaan fsik : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-teknik ini
digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera penglihatan,
pendengaran, sentuhan dan penciuman. Data dikumpulkan berdasarkan semua indera
tersebut secara simultan untuk membentuk informasi yang koheren. Teknik-teknik
tersebut secara keseluruhan disebut sebagai observasi/pengamatan, dan harus dilakukan
sesuai dengan urutan di atas, dan setiap teknik akan menambah data yang telah
diperoleh sebelumnya. Dua perkecualian untuk aturan ini, yaitu jika usia pasien atau
tingkat keparahan gejala memerlukan pemeriksaan ekstra dan ketika abdomen yang
diperiksa.

1) Inspeksi :
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien dengan gangguan sistem perkemihan
adalah inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan
metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Secara formal,
pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien
secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik pertama bertemu,
dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama, sepanjang pemeriksaan fisik
dilakukan.
Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk mengetahui
lebih lanjut, lebih jelas dan memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan
dengan suara atau bau yang berasal dari pasien. Pemeriksa kemudian akan
mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh semua indera
tersebut, baik disadari maupun tidak disadari, dan membentuk opini, subyektif dan
obyektif, mengenai pasien, yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosis
dan terapi. Pemeriksa yang telah melakukan observasi selama bertahun-tahun (ahli)
melaporkan bahwa mereka seringkali mempunyai persepsi intuitif mengenai
sumber/penyebab masalah kesehatan pasien segera setelah melihat pasien. Inspeksi
pada sistem perkemihan meliputi :
1) Keadaan umum sistem perkemihan
2) Keadaan lokalis sistem perkemihan (ginjal, kandung kemih, alat genitalia, rectum,
dll)
3) Penggunaan alat bantu seperti : condom catheter, folleys catheter, silikon kateter
atau urostomy atau supra pubik kateter.
4) Dll

2) Palpasi
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada
pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui
inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun dalam rongga
tubuh, terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk,
konsistensi dan mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah
terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat teraba.
Palpasi juga efektif untuk menilai menganai keadaan cairan pada ruang tubuh.
Palpasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pada awal selalu digunakan palpasi ringan, dan
kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat mentoleransi. Jika pada
awal palpasi, anda melakukan terlalu dalam, anda mungkin melewatkan dan tidak
mengetahui jika terdapat lesi permukaan dan palpasi anda akan mengakibatkan rasa nyeri
yang tidak perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat superfisial, lembut dan berguna untuk
menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Juga dapat membuat pasien relaks sebelum
melakukan palpasi medium dan dalam. Untuk melakukan palpasi ringan, letakkan/tekan
secara ringan ujung jari anda pada kulit pasien, gerakkan jari secara memutar.
Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk massa, nyeri
tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur tubuh. Dilakukan dengan
menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh pasien, menggunakan gerakan
sirkuler/memutar. Sedangkan palpasi dalam digunakan untuk menilai organ dalam rongga
tubuh, dan dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan,
tangan yang di atas menekan tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan
sirkuler. Bagian yang nyeri atau tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan
untuk membuat rasa tidak nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.
Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik palpasi dapat dilakukan pada ginjal,
kandung kemih, alat genitalia dan rectum klien dengan memperhatikan prinsip diatas untuk
mendapatkan informasi tambahan terkait kondisi klien.

Gambar 1. A (teknik palpasi ringan); B (teknik palpasi dalam)

3) Perkusi
Perkusi, merupakan langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan
tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau
cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan menghasilkan gelombang suara
yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda
karakteristiknya tergantung sifat struktur yang dilewati oleh suara itu.
Prinsip dasarnya adalah jika suatu struktur berisi lebih banyak udara (misalnya paru-
paru) akan menghasilkan suara yang lebih keras, rendah dan panjang daripada struktur yang
lebih padat (misalnya otot paha), yang menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan
pendek. Densitas jaringan atau massa yang tebal akan menyerap suara, seperti proteksi
akustik menyerap suara pada ruang “kedap suara”.
Ada dua metode perkusi langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusi
diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untuk
menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil, dan digunakan
untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari gading), yang
dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang disukai selama hampir
100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini. Sehingga,
perkusi tak langsung, menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah satu
tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah tangan yang lain sebagai
plessimeter, berkembang menjadi metode pilihan sekarang. Kini, jari pasif (plessimeter)
diletakkan dengan lembut dan erat pada permukaan tubuh, dan jari-jari lainnya agak
terangkat di atas permukaan tubuh untuk menghindari berkurangnya suara. Pleksimeter,
mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di antara ruas interphalangeal proksimal.
Setelah melakukan ketukan cepat, jari segera diangkat, agar tidak menyerap suara. Lihat
gambar 2.
Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan tangan
(Gambar 3). Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan
yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung kepalan bermanfaat
untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung
dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika
pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi
bermanfaat untuk menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.
Pada pemeriksaan fungsi sistem perkemihan pada saat dilakukan perkusi mungkin
akan dirasakan nyeri pada lokasi yang sakit. Sehingga perlu diperhatikan dalam melakukan
tindakan perkusi agar dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan ekspresi klien.

Gambar 2. Teknik jari tidak langsung


Gambar 3. Perkusi kepalan tangan.
(A) Perkusi tak langsung pada daerah costovertebral (CVA).
(B) Perkusi langsung pada CVA.

4) Auskultasi
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung
pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik
terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat
auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera
abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi
dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keras lemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan
waktunya.
Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff),
suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh. Auskultasi dilakukan
dengan stetoskop (Gambar 4). Stetoskop regular tidak mengamplifikasi suara. Stetoskop
regular meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian
ujung yang ke telinga (earpiece), menghilangkan suara gangguan eksternal dan demikian
memisahkan dan meneruskan satu suara saja. Stetoskop khusus yang mengamplifikasi suara
juga tersedia dengan akuitas suara yang lebih rendah. Yang penting diperhatikan adalah
kesesuaian dan kualitas stetoskop. Ujung yang ke telinga harus diletakkan pas ke dalam
telinga, dan tabung/pipa tidak boleh lebih panjang dari 12-18 inci.
Gambar 4. Stetoskop

Auskultasi adalah keterampilan yang mudah dipelajari tapi sulit interpretasinya.


Pertama, suara normal yang bermacam-macam harus dipelajari sebelum dapat membedakan
mana suara yang abnormal dan ektra. Ketika menggunakan stetoskop, kurangi suara-suara
eksternal yang mengganggu dan suara artefak. Tutup mulut anda dan, jika endpiece telah
diletakkan pada permukaan tubuh, tutup mata anda dan berkonsentrasilah. Dengan cara
demikian, anda akan mengeliminasi suara yang ditransmisikan melalui mulut yang terbuka,
yang dapat berfungsi seperti megaphone, dan gangguan akibat stimulasi visual terus menerus.
Pada pemeriksaan sistem perkemihan beberapa suara abnormal yang mungkin ditemukan
adalah suara bruit yang merupakan indikasi terjadinya stenosis arteri renal.

2.2 Pemeriksaan Fisik Ginjal


Ginjal terletak pada regio posterior, dilindungi oleh iga. Sudut costovertebral adalah
regio dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok pada ginjal. Pada level yang lebih
bawah pada kwadran kanan atas, pool bawah ginjal kanan, kadang-kadang dapat diraba.
Vesica urinaria yang terisi penuh dan uterus hamil dapat diraba di atas simpisis pubis.
Beberapa hal penting yang diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah cahaya ruangan cukup
baik, klien harus rileks, pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis
pubis. Kondisi rileks dari klien dapat diperoleh dengan cara :
1. Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2. Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada posisi fleksi
(bila diperlukan)
3. Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas kepala akan
menarik dan menegangkan otot perut
4. Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, sdan kuku harus pendek. Dengan jalan
menggesek gesekan tangan akan membuat telapak tangan jadi hangat.
5. Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan tak diinginkan
6. Jika perlu ajak klien berbicara sehingga pasien akan lebih relak
7. Jika klien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan klien sendiri
dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan tangan pemeriksa
menggantikan tangan klien
8. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan emosi klien

Gambar 5. Gambaran ginjal dari posterior

Inspeksi
Atur posisi pasien dengan tidur terlentang, minta klien membuka bajunya. Perhatikan
sekitar abdomen klien. Lakukan inspeksi pada abdominal jika terdapat massa di
abdominal atas, massa keras dan padat kemungkinan terjadi keganasan atau infeksi
perinefritis.
Palpasi
a. Palpasi Ginjal Kanan
1. Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, dengan
ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah mendorong
ginjal kanan ke depan (anterior).
2. Letakkan tangan kanan anda dengan lembut pada kuadran kanan atas, di sebelah
lateral dan sejajar terhadap otot rektus (muskulus rektus abdominis dekstra)
3. Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah
tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, di bawah arcus costa, dan
cobalah untuk “menangkap” ginjal diantara kedua tangan anda.
4. Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-pelan,
lepaskan tekanan tangan kanan anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali ke
posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba (normalnya jarang teraba), tentukan
ukurannya, contour, dan ada/tidaknya nyeri tekan.

Gambar 6. Teknik palpasi bimanual pada ginjal kanan

b. Palpasi Ginjal Kiri


Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita. Gunakan tangan kanan Anda
untuk menyanggga dan mengangkat dari belakang, dan tangan kiri untuk meraba pada
kuadran kiri atas. Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan. Ginjal kiri yang normal jarang
dapat teraba.

C. Palpasi Aorta
Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah, dan rasakan
adanya pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah memperkirakan lebar aorta
dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.
Perkusi
Teknik perkusi digunakan untuk mengetahui nyeri ketok pada ginjal. Nyeri tekan ginjal
mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada sudut
costovertebrae. Kadang-kadang penekanan pada ujung jari pada tempat tersebut cukup
membuat nyeri, tetapi seringkali harus digunakan kepalan tangan untuk menumbuhkan nyeri
ketok ginjal (ditinju dengan permukaan ulnar kepalan tangan kanan dengan beralaskan volar
tangan kiri ( fish percussion). Letakkan satu tangan pada sudut kostovertebra, dan pukullah
dengan sisi ulner kepalan tangan Anda.

Gambar 7. Teknik nyeri ketok ginjal

Prosedur Pemeriksaan Ginjal

PSIK PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

UNIVERSITA
S
JEMBER
PROSEDUR NO NO REVISI HALAMAN
TETAP DOKUME
N
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
1 PENGERTIAN Pemeriksaan fisik ginjal untuk mengetahui adanya
kelainan pada ginjal yang dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi dan perkusi

2 TUJUAN Pemeriksaan fisik ginjal untuk mengetahui adanya


kelainan pada ginjal
3 INDIKASI -
4 KONTRA INDIKASI -
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien (lakukan
anamnesis)
3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau
keluarganya tindakan yg dilakukan
4. Jaga privacy klien
5. Posisi klien : duduk, tidur
6 PERSIAPAN ALAT 1. Sarung tangan
2. Stetoskop
3. Bengkok/ tempat sampah
4. Lembar hasil periksa dan alat tulis
7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
(kesukaanya)
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
pada klien/keluarga

Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya atau
melakukan sesuatu sebelum kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama klien, kaji riwayat
penyakit dan riwayat penyakit dahulu serta
riwayat penyakit keluarga
3. Jaga privacy klien
4. Memulai dengan cara yang baik
5. Gunakan sarung tangan bersih
6. Atur posisi yang nyaman bagi klien, posisikan
klien terlentang
7. Berdiri disisi kanan klien
8. Minta klien membuka pakaian atas,bantu jika
perlu
9. Buat klien dalam kondisi relaks dengan
menekukkan lutut, mengajak bicara
10. Persiapan sebelum melakukan palpasi
(mengesekkan kedua telapak tangan untuk
menghangatkan)
Palpasi Ginjal Kanan
11. Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita
(dinding posterior), paralel pada costa ke-12,
dengan ujung jari anda menyentuh sudut
kostovertebral. Angkat, dan cobalah mendorong
ginjal kanan ke depan (anterior).
12. Letakkan tangan kanan anda dengan lembut pada
kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan sejajar
terhadap otot rektus (muskulus rektus abdominis
dekstra)
13. Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada
waktu puncak inspirasi, tekanlah tangan kanan
anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, di
bawah arcus costa, dan cobalah untuk
“menangkap” ginjal diantara kedua tangan anda.
14. Mintalah penderita untuk membuang napas dan
menahan napas. Pelan-pelan, lepaskan tekanan
tangan kanan anda, dan rasakan bagaimana ginjal
akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi.
15. Apabila ginjal teraba (normalnya jarang teraba),
tentukan ukurannya, contour, dan ada/tidaknya
nyeri tekan.

Palpasi Ginjal Kiri


16. Pindahlah ke sebelah kiri pasien.
17. Gunakan tangan kanan untuk mendorong dan
mengangkat dari bawah
18. Kemudian gunakan tangan kiri menekan di
kwadrant kiri atas lateral, sejajar dengan M.
Rectus Abdominis sinistra.
19. Lakukan seperti sebelumnya. Secara serentak
kedua tangan tersebut melakukan palpasi seperti
pada palpasi ginjal kanan

Perkusi Ginjal (nyeri tekan dan nyeri ketok


ginjal)
Nyeri tekan:
20. Pada sudut costovertebrae dilakukan penekanan
dengan ujung ibu jari, lihat reaksi pasien apakah
ada nyeri.
Nyeri Ketok :
21. Pada sudut costovertebrae dilakukan dengan
meninju menggunakan permukaan ulnar kepalan
tangan kanan dengan beralaskan volar tangan kiri
( fish percussion). lihat reaksi pasien apakah ada
nyeri

22. Tulislah hasil pemeriksaan pada pada lembar


kerja.
23. Posisikan klien dalam posisi yang nyaman
24. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat
sampah
25. Cuci tangan
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement
positif
3. Lakukan kontrak untuk
kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan
dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan
jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan
objektif) di dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

2.3 Pemeriksaan Fisik Genitalia Eksterna


1. Pemeriksaan fisik genetalia Pria
Pemeriksaan fisik genitalia dengan inspeksi dan palpasi termasuk prosedur rutin yang
harus dikerjakan pada penderita dengan indikasi kelainan genitalia pria dan traktus urinarius
segmen distal. Organ genitalia pria terdiri dari penis, scrotum, testis, epididimis, vesika
seminalis dan kelenjar prostat. Uretra merupakan saluran berbentuk pipa yang berfungsi
saluran pengeluaran urine yang telah ditampung di dalam vesica urinaria (kandung kencing)
ke luar badan (dunia luar) dan saluran semen. Saluran tersebut dimulai dari orificium urethra
internum dan masuk lewat di dalam prostat, berlanjut berjalan di dalam corpus cavernosum
urethrae dan berakhir pada lubang luar pada ujung penis (orificium uretra eksternum).
Dengan demikian uretra laki-laki menurut tempat yang dilewati dapat dibedakan menjadi tiga
bagian berurutan, yaitu pars prostatica, pars membranosa clan pars spongiosa urethrae.
Penis terdiri atas dua buah corpora cavernosa penis, satu buah corpus cavernosum
urethrae (corpus spongiosum penis) dan satu buah corpus cavernosum glandis sebagai
lanjutannya. Saluran uretra melewati corpus spongiosum. Penis mempunyai 2 permukaan
yaitu permukaan ventral dan dorsal, dan terdiri atas akar, batang dan glans.
Skrotum merupakan kantung yang dibentuk oleh lapisan yang tipis, kulit yang
berkerut-kerut (rugous skin) yang menutupi lapisan tebal, tunica dartos yang terdiri dari
serat-serat otot polos dan fascia. Skrotum menggantung pada pangkal penis, dimana bagian
kiri lebih rendah dibanding yang kanan karena pada skrotum yang kiri funiculus spermaticus
lebih panjang. Kulit skrotum terbagi dua oleh median raphe yang memanjang dari bagian
ventral korpus penis, melewati pertengahan skrotum sampai ke anus. Dibagian dalam, kedua
skrotum dipisahkan oleh septal fold dari tunica dartos. Masing-masing skrotum berisi testis,
epididimis dan funiculus spermaticus. Kulit skrotum hiperpigmentasi dan mengandung
banyak folikel sebasea yang dapat menyebabkan timbulnya kista. Kelenturan otot dartos
menentukan ukuran skrotum; paparan suhu eksternal yang dingin menyebabkan skrotum
mengecil, sebaliknya sensasi hangat akan merelaksasikan otot dan memperbesar ukuran
skrotum.

Gambar 8. Organ genetalia pria

Hal yang harus diperiksa/dilihat pada saat melakukan pemeriksaan genitalia eksternal pria
adalah:
a. inspeksi kulit dan rambut disekitar genitalia: bertujuan untuk melihat perubahan
warna, bercak kemerahan dan sebagainya
b. inspeksi penis dan skrotum:
- pasien telah sirkumsisi atau belum
- ukuran penis dan skrotum (bandingkan kiri dan kanan)
- adanya lesi
- bentuk penis (phimosis)
c. inspeksi meatus eksternal uretra
- letak muara eksternal (normalnya terletak ditengah gland penis)
- adanya cairan abnormal yang keluar dari muara (discharge)
d. Skrotum
- adanya lesi/perubahan warna
- pembengkakan
- memeriksa bagian posterior skrotum

Keadaan anatomis berikut ini sebaiknya diingat sebelum melakukan tindakan procedural
seperti memasukkan kateter atau alat lain kedalam uretra pria:
1. orifisium eksternus glans penis merupakan bagian uretra yang paling sempit.
2. didalam glans, uretra melebar membentuk fossa terminalis
3. dekat ujung posterior fossa, dari atapnya terdapat lipatan mukosa yang menonjol ke
4. lumen
5. uretra pars membranosa sempit dan terfiksasi
6. uretra pars prostatika paling luas dan paling lebar
7. dengan memegang penis ke atas, bentuk uretra yang seperti S berubah menjadi bentuk
huruf J

2. Pemeriksaan fisik genetalia wanita


Genitalia eksternal wanita atau vulva terdiri dari: mons veneris, labia majora, labia
minora, vestibulum dan kelenjar-kelenjarnya, introitus vaginal, meatus urethra and clitoris.
Saluran uretra wanita panjangnya sekitar 3,8 cm. Uretra bermuara sekitar 2,5 cm dibawah
klitoris dan terletak tepat didepan vagina.
Gambar 9. Organ gentelia wanita

Bagian-bagian organ genetalia wanita :


1. Mons veneris adalah tonjolan bulat dari jaringan lemak diatas simfisis pubis.
2. Labia mayora adalah dua buah lipatan kulit lebar yang membentuk batas lateral
vulva. Kedua labia mayora bertemu dibagian anterior di mons veneris untuk
membentuk komisura anterior. Labia mayor dan mons veneneris mempunyai folikel
rambut dan kelenjar sebasea.
3. Labia minora sesuai dengan skrotum pada pria. Labia minora adalah lipatan kulit
yang sempit dan berpigmen yang antara labia mayora dan menutupi vestibulum, yang
merupakan daerah diantara kedua labia minora. Diantara anterior, kedua labia minora
membentuk prepusium klitoris.
4. Klitoris, yang analog dengan penis, terdiri dari jaringan erektil dan banyak
mengandung ujung saraf, klitoris mempunyai satu glans dan dua korpora kavernosa.
Meatus uretra eksternal terletak dibagian anterior vestibulum dibawah kritoris.
5. Kelenjar parauretra, atau kelenjar Skene, adalah kelenjar –kelenjar kecil yang
bermuara di lateral uretra. Sekresi kelenjar sebasea di daerah ini melindungi jaringan
yang rentan terhadap urin.
6. Kelenjer Bartholin terdiri dari struktur kecil,ukuran diameter sekitar 0,5 sampai 1 cm,
merupakan kelenjer vestibular mayor, terdapat pada batas sisi luar orifisium vagina
kearah fourchette.

Ketika melakukan pemeriksaan fisik, usahakan untuk menyentuh pasien dengan punggung
tangan sambil mengatakan bahwa akan dilakukan pemeriksaan genitalia. Ini
diperlukan agar pasien merasa nyaman.

Prosedur Pemeriksaan Genetalia Pria

PSIK PEMERIKSAAN GENETALIA EKSTERNA PRIA

UNIVERSITA
S
JEMBER
PROSEDUR NO NO REVISI HALAMAN
TETAP DOKUME
N
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
1 PENGERTIAN Pemeriksaan fisik pada organ genetalia eketerna
untuk mengetahui adanya kelainan pada organ
tersebut yang dilakukan dengan cara inspeksi dan
palpasi

2 TUJUAN Mengetahui adanya kelainan organ genetalia eketerna


pria
3 INDIKASI -
4 KONTRA INDIKASI -
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien (lakukan
anamnesis)
3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau
keluarganya tindakan yg dilakukan
4. Jaga privacy klien
5. Posisi klien : tidur
6 PERSIAPAN ALAT 1. Sarung tangan steril
2. Wadah specimen urine
3. Bengkok/ tempat sampah
4. Lembar hasil periksa dan alat tulis
7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
(kesukaanya)
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
pada klien/keluarga

Tahap Kerja
4. Berikan kesempatan klien bertanya atau
melakukan sesuatu sebelum kegiatan dilakukan
5. Menanyakan keluhan utama klien, kaji riwayat
penyakit dan riwayat penyakit dahulu serta
riwayat penyakit keluarga
6. Jaga privacy klien
7. Memulai dengan cara yang baik
8. Usahakan untuk menyentuh pasien dengan
punggung tangan sambil mengatakan bahwa akan
dilakukan pemeriksaan genitalia
9. Gunakan sarung tangan steril
10. Atur posisi yang nyaman bagi klien, posisikan
klien terlentang
11. Berdiri disisi kanan klien
12. Minta klien membuka pakaian atas, bantu jika
perlu dan pasang selimut mandi
13. Buat klien dalam kondisi relaks dengan
menekukkan lutut, mengajak bicara
Pemeriksaan penis
14. Lakukan inspeksi penis, perhatikan adanya
kelainan :
- Edema, biasanya terjadi pada pasien dengan
edema anasarka karena berbagai sebab.
Inflamasi atau obstruksi vena-vena sekitar
penis dapat menyebabkan edema lokal.
- Kontusio
- Fraktur corpus : Fraktur dan kontusio
memberikan tanda pembengkakan, namun
sulit dibedakan bila tidak dilakukan
pembedahan.
- Ulkus penis : dapat berupa syphilitic chancre,
chancroid, lymphogranuloma venereum,
herpes progenitalis, dan behcet syndrome
15. Mintalah penderita membuka preputium,
perhatikan apakah terdapat phimosis,
paraphimosis, hipospadia, epispadia.
16. Palpasi sepanjang korpus penis, pada bagian
ventral, sepanjang corpus spongiosum dari
penoskrotal junction menuju meatus, pada bagian
middorsal, diatas septum interkorporeal, pada
bagian lateral, diatas kedua korpus kavernosum,
rasakan adanya nodul dan plak.
17. Tekan glans penis anteroposterior menggunakan
ibu jari dan telunjuk untuk membuka dan
memeriksa urethra terminal.
18. Tampunglah menggunakan wadah specimen
apabila terdapat discharge yang keluar dari urethra
untuk pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Skrotum
19. Regangkan kulit skrotum diantara jari-jari untuk
menilai dinding skrotum
20. Inspeksi skrotum, perhatikan apakah terdapat
edema, kista, hematoma, laserasi, dan ulkus.
21. Lakukan transiluminasi untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya hernia skrotalis, dan untuk
menilai isi skrotum.
22. Bandingkan kedua testis secara simultan dengan
palpasi keduanya menggunakan ibu jari dan
telunjuk. Bedakan ukuran, bentuk, konsistensi dan
sensitivitas terhadap tekanan.
23. Lokalisasi epididimis dengan palpasi testis secara
perlahan, temukan bagian bergerigi dan nodul
lembut dimulai dari pole atas testis menerus ke
pole bawah, umumnya epididimis berada
dibelakang testis. Bandingkan kedua epididimis
berdasarkan komponen kepala, badan dan
ekornya. Nilailah apakah terdapat tumor dan nyeri
tekan.
24. Bandingkan kedua funiculus spermaticus secara
simultan dengan palpasi pada leher skrotum. Vas
deferens normal teraba seperti tali cambuk yang
keras dan dapat dibedakan dengan struktur lainnya
seperti saraf, arteri, dan serat m.kremaster.
Nilailah apakah funikulus positif, adakah massa
dan nyeri tekan.
25. Untuk semua kasus, lakukanlah pemeriksaan
limfonodi inguinal dan femoral untuk menilai
pembesaran nnll.
26. Setelah pemeriksaan selesai, lepas handscoen,
bantu pasien mengembalikan posisinya yang
nyaman.
27. Cuci tangan
28. Dokumentasi hasil pemeriksaan
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan
jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan
objektif) di dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Prosedur Pemeriksaan Genetalia Wanita

PSIK PEMERIKSAAN GENETALIA EKSTERNA WANITA

UNIVERSITA
S
JEMBER
PROSEDUR NO NO REVISI HALAMAN
TETAP DOKUME
N
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
1 PENGERTIAN Pemeriksaan fisik pada organ genetalia eketerna
untuk mengetahui adanya kelainan pada organ
tersebut yang dilakukan dengan cara inspeksi dan
palpasi

2 TUJUAN Mengetahui adanya kelainan organ genetalia eketerna


wanita
3 INDIKASI -
4 KONTRA INDIKASI -
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien (lakukan
anamnesis)
3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau
keluarganya tindakan yg dilakukan
4. Jaga privacy klien
5. Posisi klien : tidur
6 PERSIAPAN ALAT 1. Sarung tangan steril
2. Wadah specimen urine
3. Bengkok/ tempat sampah
4. Lembar hasil periksa dan alat tulis
7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
(kesukaanya)
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
pada klien/keluarga

Tahap Kerja
4. Berikan kesempatan klien bertanya atau
melakukan sesuatu sebelum kegiatan dilakukan.
5. Menanyakan keluhan utama klien, kaji riwayat
penyakit dan riwayat penyakit dahulu serta
riwayat penyakit keluarga
6. Jaga privacy klien
7. Memulai dengan cara yang baik
8. Usahakan untuk menyentuh pasien dengan
punggung tangan sambil mengatakan bahwa akan
dilakukan pemeriksaan genitalia
9. Gunakan sarung tangan steril
10. Atur posisi yang nyaman bagi klien, posisikan
klien litotomi
11. Berdiri disisi di depan klien
12. Minta klien membuka pakaian bawah, bantu jika
perlu dan pasang selimut mandi
13. Buat klien dalam kondisi relaks dengan mengajak
bicara
Pemeriksaan genetelia eketerna dan pubis
14. Lakukan inspeksi genetelia eksterna dan pubis,
perhatikan adanya kelainan :
- Lihat adanya lesi atau pembengkakan pada
mons veneris.
- Kaji rambut pubis untuk melihat pola dan kutu
pubis.
- Kaji kulit vulva untuk melihat adanya
kemerahan, ekskoriasi, massa, leukoplakia dan
pigmentasi. Jika menemukan kelainan harus
dilanjutkan dengan palpasi.

15. Lakukan pemeriksan pada labia


- Saat pemeriksan labia ini, sampaikan pada
pasien bahwa anda akan membuka labia.
- Dengan tangan kanan, labia mayor dan minor
dibuka di buka terpisah oleh ibu jari dan jari
telunjuk tangan kanan.
- Lihat apakah ada pus atau peradangan pada
meatus eksternal uretra
16. Setelah pemeriksaan selesai, lepas handscoen,
bantu pasien mengembalikan posisinya yang
nyaman.
17. Cuci tangan
18. Dokumentasi hasil pemeriksaan
8 HASIL 1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement
positif
3. Lakukan kontrak untuk
kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan
dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan
jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan
objektif) di dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

2.4 Pemeriksaan Rectal Touche


Pemeriksaan rectal touche dilakukan pada penderita dengan kelainan dan keluhan di
daerah rectum, anus dan pemeriksaan prostate pada laki-laki. Pada pemeriksaan ini, kita
dapat memilih posisi pasien sbb:
1. Left lateral prone position Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan
palpasi anal kanal dan rektum. Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan
peritoneum.
2. Litothomy position : Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang
tidak memerlukan pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan
prostate dan vesika seminalis karena memudahkan akses pada cavum peritoneal.
3. Knee-chest position : Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.
4. Standing elbow-knee position Posisi ini jarang digunakan.

Prosedur Pemeriksaan Rectal Touche


PSIK PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHE

UNIVERSITA
S
JEMBER
PROSEDUR NO NO REVISI HALAMAN
TETAP DOKUME
N
TANGGAL DITETAPKAN OLEH
TERBIT
1 PENGERTIAN Pemeriksaan fisik pada daerah anus untuk
mengetahui adanya untuk mengetahui adanya
kelainan dan keluhan di daerah rectum, anus dan
pemeriksaan prostate pada laki-laki dengan
menggunakan teknik palpasi
2 TUJUAN Mengetahui adanya kelainan dan keluhan di daerah
rectum, anus dan pemeriksaan prostate pada laki-laki
3 INDIKASI -
4 KONTRA INDIKASI -
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien (lakukan
anamnesis)
3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau
keluarganya tindakan yg dilakukan, jelaskan
terkait rasa tidak nyaman
4. Inform consent
5. Jaga privacy klien
6. Posisi klien sesuai kondisi
6 PERSIAPAN ALAT 1. Sarung tangan steril
2. Wadah specimen urine
3. Bengkok/ tempat sampah
4. Pelumas
5. Sabun dan air bersih
6. Handuk bersih dan kering
7. Larutan antiseptik
8. Senter
9. Lembar hasil periksa dan alat tulis
7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
(kesukaanya)
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
pada klien/keluarga

Tahap Kerja
4. Berikan kesempatan klien bertanya atau
melakukan sesuatu sebelum kegiatan dilakukan,
minta klien mengosongkan kandung kemih.
5. Menanyakan keluhan utama klien, kaji riwayat
penyakit dan riwayat penyakit dahulu serta
riwayat penyakit keluarga
6. Jaga privacy klien
7. Memulai dengan cara yang baik
8. Gunakan sarung tangan steril
9. Atur posisi yang nyaman bagi klien, pilih posisi
sesuai kondisi
10. Berdiri disisi di depan klien
11. Minta klien membuka pakaian bawah, hingga
regio analis terlihat jelas bantu jika perlu dan
pasang selimut mandi
12. Buat klien dalam kondisi relaks denganmengajak
bicara
Pemeriksaan genetelia eketerna dan pubis
13. Gunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.
14. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada
kelainan
15. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari
telunjuk kanan pada anal orificium dan tekanlah
dengan lembut sampai sfingter relaksasi.
Kemudian fleksikan ujung jari dan masukkan jari
perlahan-lahan sampai sebagian besar jari berada
di dalam canalis analis.
16. Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah
kelainan
Note :
17. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral
sebagai titik acuan.
18. Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah
ventral sebagai titik acuan.
19. Menilai tonus sfingter ani.
20. Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam.
21. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak
22. Pemeriksaan khusus
- Prostat : Nilailah ketiga lobus prostate, fisura
mediana, permukaan prostate (halus atau
bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut,
fluktuan), bentuk (bulat, datar), ukuran
(normal, hyperplasia, atropi), sensitivitas dan
mobilitas.
- Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba,
apabila terdapat kelainan akan teraba pada
superior prostate di sekitar garis tengah.
Nilailah distensi, sensitivitas, ukuran,
konsistensi, indurasi dan nodul.
- Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum
Douglas pada forniks posterior vagina.

23. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari


rectum, perhatikan apakah pada sarung tangan
terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
24. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan
dengan air mengalir
25. Buka sarung tangan dan buang di tempat sampah
26. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di
sekitar regio analis.
27. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah
selesai dan persilahkan pasien untuk duduk di
tempat yang sudah disediakan.
28. Dokumentasi hasil pemeriksaan

8 HASIL 1. Evaluasi respon klien


2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
9 DOKUMENTASI 1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan
jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan
objektif) di dalam catatan
3. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Anda mungkin juga menyukai