Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Metalurgi Fisik

HEAT TREATMENT
Di Susun Oleh:

Nama : LUAR HANDOYO

NIM :1904102010076

LABORATORIUM REKAYASA MATERIAL

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Logam merupakan material yang istimewa, keistimewaan ini terletak pada


sifat-sifat nya, salah satunya sifat mekaniknya. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu : komposisi kimia, perlakuan panas, dan struktur mikro.
Perlakuan panas dilakukan untuk mendapatkan mikro struktur logam yang
seragam, meningkatkan kekuatan, kekerasan, keuletan, ketangguhan, serta sifat
mampu las, sifat mampu mesin, sifat mampu bentuk dan dapat mengurangi zat
sisa ( untuk produk setengah jadi), yang muncul dari hasil pengerjaan logam
tersebut sebelumnya.

Heat treatment (perlakuan panas) adalah salah satu proses untuk mengubah
struktur logam dengan cara memanaskan spesimen pada elektrik terance (tungku)
pada temperatue rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian
didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, oli dan solar yang masing-
masing mempunyai kerapatan pendingin yang berbeda-beda.

Perlakuan panas adalaha proses kombinasi antara proses pemanasan atau


pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keaadan padat untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu.
BAB II

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum perlakuan panas ini antara lain:

- Pengaruh media pendingin terhadap sifat-sifat mekanis logam


- Pengaruh temperature pemanasan, holding time dan kecepatan
pendinginan terhadap sifat-sifat mekanis logam
- Pengaruh kecepatan pendinginan terhadap struktur mikro logam.
BAB III
DASAR TEORI

Sifat – sifat tertentu dari logam diperlukan supaya logam tersebut


mudah dilakukan proses pengerjaan khususnya pengerjaan mekanis. Salah satu
cara untuk dapat merubah sifat-sifat mekanis suatu logam adalah dengan
melakukan proses perlakukan panas ( Heat treatment ). Suatu proses perlakuan
panas lain mungkin diperlukan sesudah pengerjaan mekanis suatu logam untuk
memberikan sifat sifat tertentu pada produk akhir yang siap pakai.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa proses perlakuan panas


merupakan salah satu rangkaian proses produksi. Proses perlakuan panas
hendaknya tidak dilihat sebagai proses tersendiri yang terpisah dari
rangkaian proses produksi. Proses ini juga saling mempengaruhi, sehingga
dalam merancang suatu proses perlakuan panas, juga perlu diperhatikan proses
yang telah dilalui sebelumnya, proses yang akan dialami berikutnya dan sifat
akhir yang diinginkan.

Beberapa hal yang perlu dihayati dalam memperlajari perlakuan panas


antara lain berkaitan dengan struktur mikro, sifat-sifatnya terutama yang
berhubungan dengan transformasi yang terjadi selama proses pemanasan dan
pendinginan, perpindahan panas, diffuse, reaksi kimia dan lain-lain.

Proses perlakuan panas dapat dibagi dua, yaitu proses perlakuan panas
dengan kondisi equilibrium dan proses pelakuan panas non-equilibrium.

3.1. Proses Perlakuan Panas Kondisi Equilibrium

Proses perlakuan panas equilibrium adalah proses perlakuan


panas yang dilakukan dengan kondisi kesetimbangan/equilibrium, sehingga
akan menghasilkan struktur mikro yang sedikt banyak mendekati kondisi
pada diagram fasanya. Secara umum perlakuan panas ini disebut sebagai
annealing.
Annealing adalah suatu proses perlakuan panas yang sering dilakukan
terhadap logam/paduan pada proses pembuatan suatu produk. Pada dasarnya
annealing dilakukan dengan memanaskan suatu logam/paduan sampai
temperature tertentu, menahan pada temperature tersebut selama waktu tertentu
dan mendinginkan logam/paduan tadi dengan laju pendinginan yang sangat
lambat. Annealing dapat dilakukan terhadap benda kerja dengan kondisi yang
berbeda-beda dan tujuan yang berbeda-beda pula.

Secara umum heat treatment dengan kondisi equilibrium ini dapat


di bagi menjadi: Full Annealing, proses Annealing, Strees Relief Annealing,
Normalizing, Spherodizing, Homogenizing, dan lain-lain. Gambar 3.1.
memperlihatkan temperatur pemanasan untuk beberapa jenis perlakuan panas
pada kondisi equilibrium.

Gambar 3.1.Temperatur Pemanasan Beberapa Jenis Perlakuan Panas Kondisi


Equilibirum.

3.2. Perlakuan Panas Dengan Kondisi Non-Equilibrium

Proses perlakuan panas dengan kondisi pendinginan non-equlibrium


adalah perlakuan panas yang pendinginannya berlangsung sangat cepat,
sehingga struktur mikro yang dihasilkan adalah struktur mikro yang tidak
equilibrium.

Bila diperlukan sifat tahan aus dari suatu bagian logam, maka sifat
kekerasannya akan sangat menentukan. Kekerasan baja memang juga
tergantung pada komposisi kimianya, untuk baja terutama kadar karbonnya.
Makin tinggi kadar karbonnya, makin keras baja tersebut. Disamping itu
kekerasan masih dapat diubah dengan mengubah struktur mikronya.
Kekerasan yang sangat tinggi dapat diperoleh dengan melakukan proses
perlakuan panas untuk memperoleh struktur martensit.

Jenis – jenis proses perlakuan panas non-equilibrium antara lain :


Hardening, Tempering ( yaitu : Austempering dan Martempering ), Surface
hardening ( yaitu : Carburizing, Nitriding, Carbonitriding, Cyniding,
Flame Hardening, Induction Hardening ).
BAB IV

PELAKSANAANPRAKTIKUM

4.1 Spesimen

Gambar 4.1.1 spesimen yang didinginkan dengan menggunakan media

oli.

Gambar 4.1.2 spesimen yang didinginkan dengan menggunakan media air


garam.

Gambar 4.1.3 spesimen yang didinginkan dengan menggunakan media


air.
Gambar 4.1.4 spesimen sebelun didinginkan pada media air.

Gambar 4.1.5 spesimen sebelum didinginkan pada media air garam.

Gambar 4.1.6 spesimen sebelum didinginkan pada media oli.


4.2 Peralatan

Gambar 4.2.1 dapur pemanas yang berfungsi untuk memanaskan

spesimen.

Gambar 4.2.2 sarung tangan fungsinya untuk melindungi tangan dari


panas.

Gambar 4.2.3 helm berfungsi untuk melindungi wajah dari panas nya
dapur pemanas.
Gambar 4.2.4 gunting yanng berfungsi untuk memotong kertas gosok.

Gambar 4.2.5 mesin grinding yang berfungsi untuk menghaluskan

spesimen.

Gambar 4.2.6 mesin rockwell untuk menguji kekekrasan material

Gambar 4.2.7 kertas grinding p320 untuk menghaluskan spesimen


Gambar 4.2.8 kertas grinding p400 untuk menghakuskan spesimen

Gambar 4.2.9 tang penjepit untuk memindahkan spesimen.

Gambar 4.2.10 media pendingin air untuk mendinginkan spesimen

Gambar 4.2.11 media pendingin oli untuk mendinginkan spesimen

Gambar 4.2.12 media pendingin air garam untuk mendinginkan


spesimen.

4.3 Langkah Uji


 Siapkan 3 jenis media pendingin yaitu air, oli, dan air garam.
 Siapkan 3 buah spesimen
 Catat dimensi uji pada lmbar uji
 Gunakan semua peralatan safety
 Ambil 3 spesimen dengan penjepit dan panaskan didapur pemanas
 Masukan spesimen ke dapur pemanas
 Tutup dapur pemanas v
 Dan tunggu hingga temperature 870 derajat celcius
 Apabila sudah 870 derajat celcius buka dapur pemas
 Ambil spesimen dan tutup kembali dapur pemanasnya
 Letakkan spesimen pada media yang berbeda yang sebelmnya sudah
disiapkan
 Hitung waktu pendinginan masing-masing spesimen
 Setelah semua spesimen didinginkan lalu grinding spesimen tersebut
 Setelah dilakukan grinding dengan berbagai tahap grip sampai spesimen
memiliki permukaan yang halus
 Setelah itu uji masng-masing spesimen dwngan mesin rockwell dan catat
hasil yang dihasilkan oleh mesin tersebut pada setiap spesimen.

BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1 Data uji

No. Jenis Baja OLI AIR AIR GARAM


Kekerasan HRC Kekerasan HRC Kekerasan HRC
1 AISI 1045 45 50 54,5
2 AISI 1045 45,2 51 54,6
3 AISI 1045 44,8 50,5 53

5.2 Grafik

Grafik Media Pendinginan


60
54.5 54.6 53
50 51 50.5
50
45 45.2 44.8

40
Kekerasan HRC

30

20

10

0
AISI 1045 AISI 1045 AISI 1045

OLI AIR AIR GARAM

5.3 Pertanyaan Praktikum :


1. Hitung kekerasan masing – masing specimen yang telah dilakukan
perlakuan panas!
2. Plot diagram pemanasan ( Temperature dan Waktu ) untuk masing-masing
perlakuan!
3. Berikan analisa saudara tentang hubungan jenis heat treatment terhadap
kekerasan suatu bahan!
4. Bagaimana hubungan antara laju pendinginan dengan jenis media
pendingin yang dilakukan dalam praktikum?
5. Jelaskan struktur mikro akhir yang terbentuk pada masing – masing proses
perlakuan panas yang dilakukan !
6. Jelaskan mekanisme terbentuknya martensite pada Proses Hardening !
7. Gambar diagram bahan untuk uji specimen !
8. Pada industri apa saja proses heat treatment yang saudara lakukan sering
digunakan?
9. Apa saran saudara terhadap pelaksanaan praktikum ini?
Jawaban :
1. Perhitungan kekerasan specimen:
a) Pendinginan Oli
45+ 45,2+ 44.8
=45 HRC
3
b) Pendinginan Air
50+51+ 50,5
=50,5 HRC
3
c) Pendinginan Air Garam
54.5+54.6+53
=54,03
3
2. Plot Diagram Pemanasan

3. Proses Heat Treatment yang dilakukan adalah dengan menaiikan ke atas


temperatur kritis A3 yaitu 870 derajat celcius, kemudian didinginkan
dengan menggunakan media pendingin, proses ini dapat menambah nilai
kekerasan logam dengan menambahkan nilai yang berbeda
4. Hubungan laju pendinginan dengan jenis media pendingin yang dilakukan
adalah dimana jika media menguap lebih cepat dari media lainnya, maka
pendinginan yang terjadi akan lebih cepat dan semakin media melekat
maka akan membuat pendinginan specimen semakin melambat. Hal
tersebut juga dipengaruhi oleh struktur molekul media pendingin,
contohnya seperti media oli, dimana media oli digunakan untuk melumasi
komponen mesin agar tidak aus, media oli ini memiliki waktu penguapan
yang lebih lama dari pada media lainnya dan juga lebih viscous dari media
lainnya, sehingga banyak digunakan pada pendinginan permesinan.
5. Struktur molekul yang terbentuk adalah struktur martensit, dibuktikan
dengan bertambahnya nilai kekerasan pada specimen.
6. Pada saat specimen diturunkan suhunya dengan cepat, saat itu austenite
berubah menjadi martensit. Pada quenching logam tidak sempat
membentuk struktur ferrite dan pearlite tetapi membentuk struktur Kristal
martensite karena pendinginan yang sangat cepat.
7. Diagram bahan untuk uji specimen

8. Heat Treatment biasa dilakukan pada industri:


 Otomotif
 Pembuatan baja
 Dirgantara
 Kereta Api
9. Saran dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu walaupun dalam sedang
keadaan yang tidak mendukung karena adanya wabah pandemic Covid-19
tetapi diharapkan praktikum dapat tetap berjalan dengan baik tanpa
mengurangi pemahaman mahasiswa/i tentang pelaksanaan praktikum ini,
dan untuk pelaksanaan kali ini disarankan agar ada video demontrasi
tentang pelaksanaan praktikum agar lebih mudah dipahami oleh praktikan.
Oleh karena itu baik praktikan maupun dosen pengajar agar dapat
memaklumi segala kekurangan yang ada pada pelaksanaan praktikum ini.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa:
 Media pendingin berpengaruh pada nilai kekerasan specimen.
 Waktu penguapan yang lebih lama membuat specimen lebih kuat
(tidak mudah aus)
 Jika media menguap lebih cepat dari media, maka pendinginan
yang terjadi akan lebih cepat dan semakin media melekat maka
akan membuat pendinginan specimen semakin melambat.

6.2 Saran
Agar praktikum Metalurgi Fisik ini kedepannya lebih baik maka
sangat disarankan untuk:
 Setiap mahasiswa/i sudah sudah memahami teori maupun langkah-
langkah pelaksanaan praktikum sebelum praktikum dimulai.
 Setiap mahasiswa/i mematuhi segala standar keselamatan dalam
melakukan praktikum.
 Setiap mahasiswa/i mengikuti segala intruksi yang telah diberikan
oleh asisten dengan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Lab. Rekayasa Material. 2008. Penuntun Praktikum Metalurgi Fisik. Banda Aceh:
Teknik Mesin Universitas Syiah Kuala

Callister, W.D. 2003. Material Science and Engineering An Introduction. New


York: John Wiley & Sons.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai