Anda di halaman 1dari 3

Tugas Individu 3

Jelaskan Bagaimana Posisi Tubuh Dalam Keadaan Statis Ataupun Dinamis (Pilih Salah

1) Dapat Mempengaruhi Cedera Muskuloskeletal Baik Selama Dalam Perjalanan Dan

Selama Melakukan Aktifitas Tertentu Di Tempat Wisata Tujuan!

Jawaban

Posisi tubuh dalam keadaan statis adalah keadaan diam tubuh dalam basis

dukungannya. Posisi ini memungkinkan tubuh untuk menyeimbangkan diri lebih lama.

Namun, posisi ini juga dapat mengakibatkan masalah muskuloskeletal yaitu keluhan low

back pain (LBP). LBP sendiri merupakan salah satu cedera yang dapat dirasakan oleh siapa

saja dan saat dimana saja, baik di perjalanan atau selama beraktivitas. Saat perjalanan,

khususnya menggunakan mobil, respons nyeri LBP mengalami peningkatan saat durasi

duduk lebih dari 2 jam. Hal tersebut tidak terlepas dari posisi postur ketika duduk. Saat posisi

duduk, postur tulang belakang akan tertekuk antara 50% dan 97% dari akhir ROM. Ketika

persendian menjauh dari posisi netral dan menuju akhir ROM, jaringan di sekitar persendian

mengalami peningkatan tingkat stres dan ketegangan. Gaya mekanis yang terlibat (tegangan,

kompresi, geser) yang dialami di tulang belakang, setelah melewati ambang batas, dapat

memicu sinyal nosiseptif melalui nosiseptor mekanis yang tertanam di jaringan ini (De

Carvalho, 2020), sehingga menimbulkan LBP.

Selain di perjalanan, LBP juga dapat terjadi saat bersepeda di tempat wisata.

Diketahui prevalensi tahunan kejadian LBP saat bersepeda sebesar 58% di antara pengendara

sepeda profesional (Ferrero, 2018). Bersepeda merupakan salah satu aktivitas olahraga yang

berfokus pada pergerakan ekstremitas bawah. Walau ekstremitas bawah bergerak secara

dominan, peran ekstremitas atas dan otot-otot tulang belakang juga membantu dalam

stabilisasi postural. Ketika bersepeda tubuh cenderung melakukan fleksi lumbar dalam waktu
yang lama untuk menghasilkan posisi aerodinamik saat bersepeda. Hal ini akan memudahkan

pesepeda melaju kencang, namun dapat mengakibatkan keluhaan LBP oleh karena adanya

penekanan pada discus saat posisi fleksi lumbar. Selain itu, penonaktifan otot erektor spine

atau otot multifidus juga terjadi saat tulang belakang mengatur posisi fleksi selama

bersepeda. Saat otot tersebut rileks, beban kemudian dialihkan ke struktur pasif, seperti

ligamen, dan mungkin otot yang lebih dalam. Aktivasi berlebihan dari otot ekstensor tulang

belakang dapat menyebabkan kontraktur otot dan peningkatan ketegangan jaringan di

sepanjang tulang belakang lumbar pada pengendara sepeda (Makke,2019).

Ketika posisi statis dan tulang belakang lumbal tetap berada di posisi fleksi trunk

selama bersepeda, maka akan dapat mengurangi mekanisme normal nutrisi untuk masuk ke

diskus dan sisa metabolisme untuk keluar. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan nyeri

iskemik (Makke,2019). Diketahui dari penelitian sebelumnya, keluhan LBP akan bertambah

parah saat posisi fleksi lumbar lebih dari 2 jam bersepeda dan di tambah dengan posisi

handlebars yang terlalu di bawah (Streisfeld, 2016).

De Carvalho, D. E., de Luca, K., Funabashi, M., Breen, A., Wong, A., Johansson, M. S.,

Ferreira, M. L., Swab, M., Neil Kawchuk, G., Adams, J., & Hartvigsen, J. (2020).

Association of Exposures to Seated Postures With Immediate Increases in Back Pain:

A Systematic Review of Studies With Objectively Measured Sitting Time. Journal of

manipulative and physiological therapeutics, 43(1), 1–12.

https://doi.org/10.1016/j.jmpt.2019.10.001

Ferrero, M., Ignacio, D.F., Garrosa Martín, G. (2018). Acute response of low back pain

perception in road cyclists: a descriptive study.. 10.13140/RG.2.2.25080.70400.


Makke, S. (2019). Effectiveness Of Static Stabilization Versus Dynamic Stabilization Of

Core Muscles On Low Back Pain In Cyclists - An Experimental Study. Int. J. Adv.

Res. 7(7), 336-344.

Streisfeld, G. M., Bartoszek, C., Creran, E., Inge, B., McShane, M. D., & Johnston, T.

(2016). Relationship Between Body Positioning, Muscle Activity, and Spinal

Kinematics in Cyclists With and Without Low Back Pain. Sports Health: A

Multidisciplinary Approach, 9(1), 75–79.

Anda mungkin juga menyukai