METODE PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu menurut Sugiyono (2011, hlm. 3).
Penelitian ini bermaksud untuk membuktikan pengaruh penerapan
psychomotoric therapy untuk pengendalian perilaku hiperaktif melalui
aktivitas aquatik pada anak ADHD dengan menggunakan metode
eksperimen.
Metode percobaan (eksperimen) merupakan metode mengajar yang
dalam penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau
mencobakan sesuatu serta mengamati secara proses. Penelitian
eksperimmen dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan Single
Subject Research (SSR).
Single Subject Research (SSR) merupakan bagian yang integral dari
analisis tingkah laku (Behaviour Analysis). SSR mengacu pada strategi
penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan
tingkah laku subjek secara individual. Melalui seleksi yang akurat dari
pemanfaatan pola desain kelompok yang sama, hal ini memungkinkan
untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari
perubahan perilaku. Adapun SSR bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh dari suatu perlakuan / Intervensi yang diberikan kepada individu
secara berulang dalam waktu tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh
Sunanto (2006, hlm 41) bahwa “Pada desain subjek tunggal pengukuran
variabel terkait atau perilaku sasaran (target behavior) dilakukan berulang-
ulang dengan perode waktu tertentu”.
Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desin dasar
A-B, desain A-B-A ini telah menuunjukan adanya hubungan sebab
akibatnantara variabel terikat dan variabel bebas. Prosedur dasarnya.
34
Tahapan-tahapan penelitian eksperimen menggunakan pendekatan
Single Subject Research (SSR) terbagi menjadi tiga tahapan yaitu sebagai
berikut:
1. Baseline-1 (A-1)
Baseline merupakan kemampuan awal atau dasar. Pada baseline-1
(A1) dimana peneliti akan melihat pengendalian perilaku hiperaktif.
Pengukuran diberikan secara keadaan natural dengan dilakukan 3 sesi
atau hingga menunjukkan data yang stabil, kemudian hasilnya
digambarkan pada grafik 3.1.
1. Intervensi (B)
Intervensi adalah suatu kondisi pemberian perlakuan secara
berulang-ulang hingga mencapai trend dan level yang jelas, perlakuan
akan diberikan setelah data menjadi stabil pada kondisi baseline-1 (A1),
Intervensi yang diberikan adalah dengan melakukan aktivitas aquatik.
Kemudian anak diamati selama 6 sesi atau hingga menunjukan data
yang stabil kemudian hasilnya digambarkan pada grafik 3.1.
2. Baseline-2 (A-2)
Baseline 2 (A2) adalah suatu kondisi tentang peningkatan
pengendalian perilaku hiperaktif pada anak ADHD setelah diberikan
intervensi kegiatan terapi renang, sehingga dapat menarik kesimpulan
adanya hubugan fungsional antara aktivitas aquatik dengan peningkatan
pengendalian perilaku hiperaktif. Kemudian diamati kembali selama 3
sesi, kemudian hasilnya digambarkan pada grafik 3.1.
3. Baseline-2 (A-2)
Baseline 2 (A2) adalah suatu kondisi tentang peningkatan
pengendalian perilaku hiperaktif pada anak ADHD setelah diberikan
intervensi kegiatan terapi renang, sehingga dapat menarik kesimpulan
adanya hubugan fungsional antara aktivitas aquatik dengan peningkatan
pengendalian perilaku hiperaktif. Kemudian diamati kembali selama 3
sesi, kemudian hasilnya digambarkan pada grafik 3.1.
Struktur dasar desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik
berikut:
35
36
Grafik 3.1
3.2.Variabel Penelitian
Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen
termasuk penelitian dengan subjek tunggal. Menurut Sugiyono (2009, hlm.
61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini
terdiri dari dua variable yaitu sebagai berikut :
3.2.1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya
atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah “aktivitas aquatik”. Dengan aktivitas aquatik dapat
mengembangkan pengendalian perilaku hiperaktif pada anak ADHD
dapat menjadi lebih tenang dan emosi anak semakin baik. Psychomotor
Therapy yang diberikan melalui aktivitas aquatik yaitu berenang dengan
mengimplementasikan dasar renang dan gaya renang. Adapun
implementasi tersebut yaitu pemanasan, adaptasi air, gerakan gaya
bebas.
3.2.2. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya varibel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah “pengembangan pengendalian perilaku hiperaktif
pada anak attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)”. Perubahan
yang diharapkan yaitu mengurangi perilaku hiperaktif anak.
3.3.Karakteristik Anak ADHD
Menurut DSM IV (dalam Baihaqi & Sugiarman, 2006: 8) kriteria
ADHD adalah sebagai berikut:
1. Kurang Perhatian
Pada kriteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami
enam atau lebih dari gejala-gejala berikutnya, dan berlangsung selama
paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak
konsisten dengan tingkat perkembangan.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen
Aktivitas Aquatik Untuk Mengukur
Pengendalian Perilaku Hiperaktif Anak ADHD
No Jenis Aspek Indikator Identifikasi
Tabel 3.2
Instrumen Penelitian
Aktivitas Aquatik Untuk Mengukur
Pengendalian Perilaku Hiperaktif Anak ADHD
Presentasi Deskripsi
No Jenis Aspek Indikator
1 2 3
Keterangan :
3 = Anak bisa
Tabel 3.3
- Swimming rest
- Self control
1. ADHD
- Body awerness
- Rough Motoric
Tabel 3.4
Penguatan
batang tubuh Untuk memperkuat
1 Ke-1
batang tubuh
- Sit up
- Back up
- Gerakan
meluncur
saat di air
Penguatan
tungkai
- Jogging
- Lompat Untuk memperkuat
2 Ke-2
kodok bagian tungkai
- Gerakan
kaki gaya
bebas saat
di air
Melatih rentang
atensi
- Mengikuti
intruksi
- Melempar
bola tepat Untuk melatih
3 Ke-3
pada rentang atensi
sasaran
- Memindahk
an cones
sesuai
dengan
warna
Penguatan
Untuk memperkuat
tungkai dan
4 Ke-4 tungkai dan batang
batang tubuh
tubuh
- Jogging
- Lompat
kodok
- Lampat satu
kaki
(bergantian
kanan &
kiri)
- Plank
- Gerakan
meluncur
saat di air
- Gerakan
kaki gaya
bebas saat
di air
Penguatan
tungkai dan
rentang atensi
- Jogging
- Naik turun
tangga Untuk memperkuat
5 Ke-5 - Gerakan tungkai dan melatih
kaki gaya rentang atensi
bebas saat
di air
- Memindahk
an cones
dari titik A
ke titik B
(di darat
dan di air)
Latihan
koordinasi
- Pemanasan
senam
koordinasi
Untuk melatih
- Lompat 1
koordinasi dari
kaki dan 2
6 Ke-6 tubuh bagian atas
kaki secara
dan tubuh bagian
bergantian
bawah
sesuai
dengan
intruksi
- Gerakan
lengan gaya
bebas
Penguatan tubuh
bagian depan
- Sit up
Untuk menguatkan
7 Ke-7 - Plank
tubuh bagian depan
- Meluncur
dan gerakan
kaki gaya
bebas
Penguatan tubuh Posisi superman
Untuk menguatkan
bagian belakang
8 Ke-8 tubuh bagian - Tengkurap
- Back up belakang dengan kaki dan
tangann lurus
- Gerakan
kaki gaya
bebas
- Gerakan
lengan gaya
bebas
Untuk melatih
- Koordinasi
9 Ke-9 koordinasi tubuh
antaran
dan rentang atensi
gerakan
kaki gaya
bebas dan
lengan gaya
bebas
- Memindahk
an cones
sesuai
dengan
warna
Melatih rentang
atensi
- Bermain
lempar
Untuk melatih
10 Ke-10 tangkap
fokus
bola
- Melempar
bola sesuai
sasaran
target
Latihan
koordinasi
- Melakukan
senam
koordinasi
- Melakukan
gerakan
kaki gaya
bebas
Untuk melatih
11 Ke-11 - Melakukan
koordinasi tubuh
gerakan
lengan gaya
bebas
- Melakukan
koordinasi
gerakan
antaran kaki
dan lengan
dari gaya
bebas
Melatih rentang
atensi
- Menyusun
cones
dengan
rapih
Untuk melatih
12 Ke-12 - Menendang
rentang atensi
/melempar
bola ke
gawang
- Bermain
lempar
tangkap
bola
Tabel 3.5
Tabel 3.6
3.9.Analisis Data
Analisis data dibuat setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya
dianalisis dengan perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah pada analisis data ini memiliki dua langkah di antaranya: Langkah-
langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah:
1. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 (A-1) dari setiap
subjek pada tiap seksi.
2. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi (B) dari subjek pada
setiap sesi.
3. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 (A-2) dari setiap
subjek pada setiap sesi.
4. Membuat table penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
baseline-1 (A-1), kondisi intervensi (B), dan baseline-2 (A-2).
5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A-1), skor
intervensi (B) dan baseline-2 (A-2).
6. Membuat analisis data bentuk grafik garis, sehingga dapat dilihat secara
langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
7. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
Langkah penganalisaan dalam kondisi dan antar kondisi. Analisis
perubahan dalam kondisi adalah analisis data dalam suatu kondisi, misalnya
kondisi baseline atau kondisi intervensi. Adapun komponen yang akan
dianalisis dalam kondisi ini meliputi:
1. Panjang kondisi
Panjang kondisi menunjukkan banyaknya data dan sesi yang ada pada
suatu kondisi atau fase.
2. Kecenderungan Arah