Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Keterampilan
Keterampilan adalah suatu kelebihan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan. Keterampilan dapat membuat seseorang menggunakan ide, gagasan dan
kreatifitasnya dalam menyelesaikan sesuatu. Menurut Susi (2008) skill berarti
kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat.
Keterampilan merupakan hasil interpretasi dari sebuah konsep menjadi praktik sehingga
tercapainya hasil kerja yang diinginkan.
2. Pengertian Konseling
Konseling didefinisikan sebagai upaya bantuan yang diberikan oleh seorang
pembimbing yang terlatih dan berpengalaman terhadap individu- individu yang
membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu
mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu
berubah. Konsep dasar konseling adalah mengerti atau memahami setiap individu yang
berbeda dengan pandangan yang berbeda pula. Peranan sebagai guru Bimbingan dan
Konseling telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi masyarakat modern.
Pelaksanaan hubungan konseling (helping relationship) bukan semata-mata terjadi di
laboratorium bimbingan dan konseling dan di sekolah saja (Willis, 2007).
Konseling menekankan ide hubungan profesional dan pentingnya pengembangan
potensi diri secara optimal dan penyesuaian diri. Selain itu, juga adanya penekanan
pemecahan masalah melalui face to face, meskipun saat ini sudah mulai berkembang
kecenderungan konseling tanpa face to face. Namun secara ideal, konseling dilakukan
secara berhadapan langsung antara konselor dan konseli. Konseling sebagai suatu proses,
melibatkan hubungan antara satu individu dengan individu lain, yaitu konselor dan
konseli merupakan aspek terpenting yang harus ditekankan dalam memahami profesi ini
(Hansen, Stevic, & Warner, 1982). Hubungan ini merupakan sebuah proses profesional
yang melibatkan dua pihak yang secara bersama-sama dan bersinergi, berusaha mencapai
suatu tujuan bersama.
Konseling merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan bagi setiap individu,
termasuk anak berkebutuhan khusus ( ABK). Mengingat ABK memiliki berbagai
permasalahan yang kompleks, anak memerlukan layanan konseling untuk membantu
mengatasi permasalahan perkembangan dan membantu proses pembelajaran bagi anak.
Proses dan layanan konseling yang diberikan harus berkesinambungan agar dapat
membantu anak secara optimal.
3. Keterampilan Konseling
Konseling merupakan salah satu cara khusus untuk membantu oranglain yang
melibatkan keterampilan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan khusus (Gerdald &
Gerdald (2005). Sebagai suatu ilmu, konseling beroperasi dengan memanfaatkan
berbagai keterampilan tertentu berdasarkan pendekatan dan teori yang telah tervalidasi.
Dalam penyelenggaraan praktik konseling, konselor mengandalkan penggunaan sejumlah
keterampilan, salah satunya yaitu kemampuan berkomunikasi yang merupakan
keterampilan mikrokonseling, di samping berbagai keterampilan lainnya (Geldard &
Geldard, 2005).
Capuzzy dan Gross (1997) membagi keterampilan menjadi dua, yakni
keterampilan dasar dan keterampilan lanjutan. Keterampilan dasar terdiri atas a)
keterampilan penampilan yang meliputi kontak mata, bahasa tubuh, jarak, tekanan suara,
dan alur verbal (verbal tracking); b) keterampilan mendengar dasar yang meliputi
pengamatan terhadap konseli, perilaku verbal, dorongan, parafrase dan pembuatan
kesimpulan, refleksi perasaan, serta pengajuaan pertanyaan; c) self attending skills yang
meliputi kesadaran diri, humor, sikap nonjudgmental terhadap diri, sikap nonjudgmental
terhadap orang lain, genuine, dan concreteness. Sementara itu, keterampilan lanjutan
terdiri atas a) keterampilan memahami dan menolak (understanding & challenging) yang
meliputi advanced empaty, keterbukaan diri (self disclosure), konfrontasi, dan
immediacy; b) keterampilan perilaku; dan c) keterampilan terminasi (pengakhiran).
Menurut Nelson- Jones (2008) terdapat dua kategori utama keterampilan
konseling, yaitu keterampilan komunikasi dan bertindak, serta keterampilan pikiran.
Keterampilan komunikasi dan bertindak melibatkan perilaku eksternal, dan keterampilan
pikiran melibatkan perilaku internal konselor. Keterampilan konseling merupakan
keterampilan dalam melakukan layanan konseling. McLeod (2006) mengemukakan
bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan
masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan
individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Definisi ini
mengindikasikan bahwa proses konseling menekankan adanya hubungan antara orang
yang memberi bantuan dengan yang menerima bantuan dengan menggunakan metode
wawancara.
Tujuan utama menggunakan keterampilan konseling adalah untuk membantu
konseli mengembangkan keterampilan pribadi dan inner strength (kekuatan batin) agar
mereka dapat menciptakan kebahagiaan di dalam kehidupannya sendiri dan orang lain.
Dengan demikian keterampilan konseling digunakan oleh para konselor profesional
untuk membantu individu atau kelompok agar memiliki kemampuan secara mandiri
memberdayakan dan menolong dirinya sendiri. Hal ini secara langsung berkaitan dengan
tujuan akhir proses konseling. Pemakaian keterampilan konseling oleh konselor dibagi
menjadi lima tujuan berbeda, yaitu: (1) supportive listening, memberi konseli perasaan
dipahami dan diafirmasi; (2) mengelola situasi bermasalah; (3) problem management; (4)
mengubah keterampilan-keterampilan buruk konseli yang menciptakan masalah bagi
konseli; dan (5) mewujudkan perubahan falsafah hidup (Nelson-Jones, 2008).
4. Keterampilan Konseling yang Harus dimiliki oleh Konselor
Neukrug (2011) menguraikan terdapat empat pengelompokan utama keterampilan
yang digunakan konselor dalam proses konseling, yaitu: (1) keterampilan dasar terdiri
dari mendengarkan, empati dan pemahaman mendalam, serta diam; (2) keterampilan
yang biasa digunakan terdiri daripertanyaan, pengungkapan diri, pemodelan, afirmasi dan
dorongan, serta menawarkan alternatif,memberikan informasi, dan memberikan saran; (3)
keterampilan lanjutan yang biasa digunakan terdiri dari konfrontasi, penafsiran dan
kolaborasi; (4) keterampilan konseling lanjutan dan spesialis terdiri dari penggunaan
metafora, hipnosis, keterampilan strategis, metode restrukturisasi kognitif, narasi dan
cerita, terapi sentuhan, paradoxical intention, bermain peran, berbagai teknik visualisasi,
dan sebagainya. Secara khusus, keterampilan konseling yang harus dimiliki oleh konselor
adalah
a. Attending, yakni keterampilan berupa pemberian perhatian, baik verbal maupun
nonverbal melalui kontak mata, postur, bahasa tubuh, dan mendengarkan.
b. Mendengarkan, yakni keterampilan menangkap inti dan makna pembicaraan, tanpa
prasangka atau penilaian.
c. Bertanya,yakni keterampilan mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi
d. empati, yakni keterampilan memahami perasaan dan pikiran konseli
e. klarifikasi, yakni keterampilan memperjelas informasi konseli yang sebelumnya
samar-samar atau tidak jelas
f. pemfokusan, yakni keterampilan mengarahkan arus pembicaraan ke arah topik yang
diinginkan
g. memberikan dukungan, yakni keterampilan untuk mengurangi kecemasan konseli
sehingga konseli merasa menjadi lebih berharga
h. memberikan dorongan, yakni keterampilan memberikan stimulasi kepada konseli
supaya konseli dapat terus berbicara dan lebih terarah
i. membuka diri, keterampilan untuk mengungkapkan pikiram, perasaan dan
pengalaman yang dimiliki terkait dengan masalah yang dihadapi konseli
j. pemecahan masalah, yakni keterampilan untuk membantu konseli menyelesaikan
masalah
k. menutup, yakni mengakhiri sesi konseling dengan memberikan penekanan pada inti
pembicaraan dan menunjukkan attending yag relevan.
DAFTAR PUSTAKA

Capuzzy, D & Gross, D.R. (1997). Introduction to the counseling profession. Second Edition.
Boston: Allyn & Bacon.

Geldard, K., & Geldard, D. (2005). Practical Counselling Skills: An Integrative Approach.
Palgrave Macmillan.
Hansen, J. C., Stevic, R. R., & Warner, R. W. (1982). Counseling: Theory and Process (Vol. 23).
Allyn & Bacon.

Hariko, R. (2017). Landasan Filosofis Keterampilan Komunikasi Konseling. Jurnal Kajian


Bimbingan Konseling, 41-49.

Kusmaryani, R. E. (2010). Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di


Yogyakarta. Jurnal Kependidikan, 175-186.

Kusmaryani, R. E. (n.d.). Pengembangan Modul Keterampilan Konseling bagi Guru Bimbingan


dan Konseling. Prosiding Seminar Nasional, 95-104.

McLeod, J. (2006). Pengantar konseling: Teori dan studi kasus. Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana.

Nelson-Jones, R. (2008). Introduction to Counselling Skills: Text and Activities. Sage.


Neukrug, E. (2011). The World of The Counselor: An Introduction to The Counseling
Profession. Nelson Education.

Susi Hendriani, Soni A. Nulhaqim, Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Dalam Menumbuhkan
Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Dumai,
Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, Juli 2008, hlm. 158.

Anda mungkin juga menyukai