Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS Tn.

B
DENGAN HERNIA DI RUANGAN OK

DI SUSUN OLEH :
NAMA : RAHMAWATI
NIM : 17CP1002
KELOMPOK: 6

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Muh. Alwi S.kep.Ns) ) (Kamriana, S.Kep.Ns,M.Biomed)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR
2020-2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ melalui
stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada
rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen konginental
atau didapat (Ester, 2004).
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya
yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat (Long, 2002).
2. Etiologi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh
melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut.
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan
karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi 
buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
c. Penyakit penyerta

2
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih
pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya
hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada
otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
3. Klasifikasi
a. Hernia hiatal
Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati diafragma
melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada
(toraks).
b. Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut.
Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi
usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut
ketika pertama kali ditemukan.
3
c. Hernia umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan
pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup
sepenuhnya.
d. Hernia inguinalis
Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
e. Hernia femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
f. Hernia insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak
menutup sepenuhnya.
4. Manifestasi Klinis
a. Berupa benjolan
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing
5. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ– organ selalu saja melakukan pekerjaan
yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah
penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya

4
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan.

6. Pathway Keperawatan

Factor pencetus: aktivitas berat,


bayi prematur, kelemahan
Hernia
dinding abdomen,
intraabdiminal tinggi, adanya

Hernia umbilikalis Hernia para Hernia Inguinalis


kongenital umbilikalis

Kantung hernia memasuki


Masuknya omentum organ Kantung hernia melewati celah inguinal
intestinal ke kantong dinding abdomen
umbilikalis
Dinding posterior canalis
Prostusi hilang timbul inguinal yang lemah
Gangguan suplai darah ke
intestinal
Ketidaknyamanan abdominal Benjolan pada region inguinal
Nekrosis intestinal
Intervensi bedah
relative/konsevatif Diatas ligamentum inguinal
mengecil bila berbaring

Pembedahan

Insisi bedah Asupan gizi kurang Mual

Nafsu makan menurun


Resti perdarahan
Resti infeksi Intake makanan indekuat

Terputusnya jaringan syaraf Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan
tubuh
Nyeri Kantung hernia memasuki
celah bekas insisi
Hernia insisional
Kantung hernia memasuki
Heatus hernia rongga thorak

5
7. Komplikasi
a. Perdarahan, khususnya pada luka operasi.
b. Reaksi alergi terhadap obat-obatan anestesi (bius) atau obat-obatan lain yang
digunakan.
c. Infeksi, khususnya pada luka operasi.
d. Gangguan pernapasan.
e. Nyeri pada area operasi.
f. Demam di atas 38’C
g. Kerusakan pada pembuluh darah. Pada pasien laki-laki, testis dapat terluka
apabila pembuluh darah di sekitarnya mengalami kerusakan.
h. Kerusakan saraf atau organ-organ di sekitar hernia.
i. Sakit saat berkemih
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dalam menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidakseimbangan elektrolit.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Secara konservatif (non operatif)
 Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
 Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset
b. Secara operatif
 Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti sering
dilakukan pada anak – anak
 Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong diikat,
dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang
dewasa

6
 Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
klien dengan hernia yang sudah nekrosis
B. Konsep Dasar Auhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.   Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan
yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b.   Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia
atau retensi urin.
c.    Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d.   Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia,
nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
e.   Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f.    Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
2.      Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Pre Operasi
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
b. Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi
2. Hambatan mobilitias fisik berhubungan dengan nyeri
3. Resiko infeksi di tandai dengan luka insisi post operasi

7
3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
No Diagnosa Keperawatan SIKI/NIC SLKI/NOC
1. Ansietas berhubungan 1. Gunakan Tujuan
dengan perubahan status pendekatan yang 1. Anxiety self
kesehatan menenangkan control
2. Dorong keluarga 2. Anxiety level
untuk menenmani 3. Coping
anak Kriteria hasil :
3. Dorong pasien 1. Klien mampu
untuk mengidentifikasi
mengungkapkan dan
perasaan, mengungkapkan
ketakutan, persepsi gejala kecemasan
4. Instruksikan pasien 2. Mengidentifikasi,
menggunakan mengungkapkan,
tehnik relaksasi dan menunjukkan
5. Berikan obat untuk tehnik untuk
mengurangi mengontrol cemas
kecemasan 3. Vital sign dalam
batas normal
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

2. Gangguan pola tidur 1. Observasi ttv 1. Jumlah jam tidur


berhubungan dengan 2. Kaji tingkat pola dalam batas
nyeri tidur klien normal 6-8 jam/

8
3. Ciptakan hari
lingkungan yang 2. Pola tidur dalam
nyaman batas normal
4. Anjurkan minum 3. Perasaan segar
air hangat sesudah tidur atau
sebelum tidur istirahat
5. Kolaborasi
pemberian obat
jika perlu

3. Kurang pengetahuan 1. Berikan  Klien dan keluarga


berhubungan dengan penilaian menyatakan
kurangnya informasi tentang tingkat pemahaman
pengetahuan tentang penyakit,
pasie tentang kondisi, prognosis,
proses penyakit dan program
yang spesifik pengobatan.
2. Jelaskan tanda  Klien dan keluarga
dan gejala yang mampu
biasa muncul melaksanakanpros
pada penyakit edur yang
dengan cara dijelaskan secara
yang tepat benar
3. Identifikasi  Pasien dan
kemungkinan keluarga mampu
penyebab menjelaskan
dengan cara kembali apa yang
yang tepat di jelaskan
4. Instruksikan perawat/tim
keluarga untuk kesehatan lainnya
bertanya
5. Diskusikan
pilihan terapi
atau

9
penanganan

b. Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan SIKI/NIC SLKI/NOC
1. Nyeri akut berhubungan 1. Obsevasi Tujuan dan Kriteria
dengan post operasi reaksi Hasil:
nonverbal dari - Pain level
ketidaknyama - Pain control
nan - Comfort level
2. Kaji kultur Kriteria hasil :
yang - Mampu mengontrol
mempengaruh nyeri (tahu penyebab
i respon nyeri nyeri, mampu
3. Berikan posisi memgunakan tehnik
nyaman non farmakologi
4. Tingkatkan untuk mengurangi
istirahat nyeri, mencari
5. Kolaborasi bantuan)
pemberian - Melaporkan bahwa
obat nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenal
nyeri
(skala,intensitas,freku
ensi dan tanda nyeri.
- Menyatakan rasa
nyaman settelah nyeri
berkurang

2. Hambatan mobilitias fisik 1. Kaji tingkat  Klien meningkat


berhubungan dengan mobilitas dalam aktivitas fisik

10
nyeri 2. Berikan alat  Mengerti tujuan dari
bantu jika peningkatan mobilitas
perlu  Bantu untuk
3. Ajarkan klien mobilisasi (walker)
dan keluarga
tentang tehnik
ambulasi
4. Kolaborasi
pemberian
obat jika perlu
5. Konsultasikan
dengan ahli
terapi fisik
tentang
ambulasi
sesuai
kebutuhan

3. Resiko infeksi di tandai 1. Kaje tanda dan Noc :


dengan luka insisi post gejalah infeksi  Imunne status
operasi 2. Monitor  Knowledge:infection
kebersihan  Risk control
lingkungan Kriteria hasil :
3. Ajarkan pasien  Klien bebas dari tanda
dan keluarga dan gejala infeksi
cara  Mendeskripsikan
menghindari proses penularan
infeksi penyakit, factor yang
4. Kolaborasi mempengaruhi
pemberian penularan serta
obat penatalaksanaannya
5. Intruksikan
 Menunjukkan
pasien untuk
kemampuan untuk
minum
mencegah timbulnya

11
antibiotic infeksi
sesuai resep  Jumlah leukosit dalam
batas normal
 Menunjukkan
perilaku hidup sehat

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda Nic Noc Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
Long, Barbara C. (2002). Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media Aesculapius
FKUI: Jakarta
Poppy Kumala, dkk. (2005). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta
R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

12
13

Anda mungkin juga menyukai