Anda di halaman 1dari 2

Perancangan multimedia pembelajaran dibuat ketika ingin membuat pembelajaran berbasis

multimedia dengan persiapan dan perencanaan yang teliti. Dalam memproduksi multimedia
dikenal beberapa model perancangan, yaitu model ADDIE, model LEE, model Alessi & Trollip,
model DDD-E (Ivers & Barron), dan model APPED. Pembahasan mengenai Model DDD-E
dijelaskan dalam diklat ini. Model DDD-E merupakan singkatan dari tahapan decide, design, dan
develop. Tahap decide menentukan tujuan, pengguna target, cakupan materi, dan model
penyajian. Tahapan design menghasilkan outline isi, flow charts, screen design, dan story
boards. Sedangkan tahapan develop semua komponen: Text, Graphics, Audio, Video dan
Animasi dikemas menjadi produk MM menggunakan authoring tools. Semua tahapan tersebut
dilakukan sambil melakukan evaluasi.

Hasil tahap perancangan (design) yang menghasilkan outline isi, flow charts, screen design, dan
story boards. Outline isi menggambarkan garis besar isi multimedia yang berisi komponen dan
topik multimedia, dan berisi perkiraan waktu penyelesaian multimedia pembelajaran. Flow
chart menggambarkan urutan dan struktur program. Cara pembuatan flow charts dengan
melakukan identifikasi topik utama, topik utama tersebht diidentifikasi kedalam beberapa
bagian yang lebih kecil, urutkan isi/konten dari multimedia pembelajaran tersebut, dan setiap
materi diberi judul, serta topik yang telah diidentifikasi harus diurutkan secara sistematis.
Screen design yang dihasilkan berupa template layar yang digunakan dalam multimedia,
dimana tiap bagian/seksi menggunakan satu screen design agar konsisten. Story boards
merupakan prototipe kasar yang berisi rangkaian sketsa layar yang digunakan oleh perancang
untuk mengilustrasikan dan mengorganisasikan ide-ide dan untuk memperoleh umpan balik.
Manfaat pembuatan story boards tersebut untuk memberikan ringkasan terhadap sistem,
emperlihatkan fungsionalitas dari elemen-elemen stodyboard, memperlihatkan skema navigasi,
dapat mengecek apakah presentasi sudah akurat dan lengkap, dan tentunya dapat dievaluasi
oleh user.

Dalam memproduksi multimedia pembelajaran tentunya akan dilakukan evaluasi terhadap hasil
yang telah diperoleh. Tujuannya untuk mengetahui kualitas dari program yang dihasilkan, untuk
mendapatkam program yang berkualitas, untuk mengetahui efektivitas dan dampak program
dalam pembelajaran. Untuk mengetahui suatu kualitas dari program yang dihasilakn tentunya
perancang harus mengetahui kriteria dalam menentukan kualitas nya suatu program.

Evaluasi memikiki beberapa jenis, diantaranya Formatif (Ongoing evaluation (less formal), Alpha
testing, dan Beta testing), dan Sumatif (Kirkpatrick). Ongoing evaluation menjelaskan bahwa
evaluasi dilakukan di sepanjang waktu pengembangan untuk memastikan apakah multimedia
pembelajaran berjalan dengan baik. Dalam alpha testing, evaluasi dilakukan setelah program
selesai, untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin problem dalam program, sebagai bahan
untuk melakukan revisi oleh pihak luar pengembang, ahli materi, ahli media, ahli instruksional,
guru, praktisi, dll, dengan menggunakan lembar evaluasi. Alpha testing memiliki metode yang
Digunakan, yaitu black box tasting, dan white box tasting (tidak lazim untuk MPI). Aspek
evaluasi dalam alpha testing yaitu aspek materi/konten, aspek tampilan media, dan aspek
pedagogi. Selanjutnya beta testing yang merupkan evaluasi menyeluruh terhadap produk akhir
oleh pengguna yang dilakukan setelah tahalan alpha testing. Kemudian mengenai evaluasi
sumatif, dilakukan bila program sudah mantap dan perbaikan-perbaikan besar sudah tidak
dilakukan lagi, sehingga program siap digunakan secara luas. Evaluasi sumatif biasanya
menggunakan model Kirkpatrick. Model ini menjelasakn tahap evaluasi dibagi menjadi 4 level,
yaitu level 1 (reaction), level 2 (learning), level 3 (behavior), dan level 4 (results)

Dalam memproduksi multimedia tentu kita memerlukan alat atau disebut dengan authoring
tools. Authoring tools digunakan untuk menggabungkan, mengedit, mengorganisir elemen-
elemen multimedia seperti teks, Gambar, audio, dan video sehingga menjadi paket multimedia.
Beberapa contoh dari authoring tolls yaitu berbasis halaman (powerpoint, keynkte, dll),
berbasis waktu (adobe flash, adobe director, dll), dan berbasis icon (adobe authorware, dll).
Sedangkan alat yang digunakan untuk membuat dan mengedit beberapa elemen multimedia
disebut dengan Creating-editing tools. Contohnya seperti pengelola gambar bitmap
menggunakan Adobe Photoshop, GIMP, dll, untuk pengelola gambar vector dapat
menggunakan CoreIDRAW atau Inkscape, untuk mengelola suara dapat menggunakan adobe
audition atau audacity, dan untuk pengelolaan video dapat menggunakan adobe premiere atau
kdenlive.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memproduksi multimedia yaitu menentukan apa
yang dibuat, merancang seperti apa bentuk yang akan dibuat, membuat produknya, menilai
kualitasnya berdasarkan aspen konten dan aspek media, dan mengirim/menginformasikan ke
siswa. Dalam langkah membuat produk dan menilai kualitasnya dapat dilakukan secara
bersmaan. Untuk langkah formal dalam pembuatan multimedia yaitu dengan mengguanakan
Model Apped, dengan cara analisis dan penelitian awal, perancangan, produksi, evaluasi, dan
diseminasi. Langkah formal ini dapat digunakan jika ingin melakukan penelitian seperti skripsi
atau tesis, sedangkan untuk pendidikan dapat menggunakan langkah sederhana seperti yang
disebutkan diatas.

Anda mungkin juga menyukai