Anda di halaman 1dari 4

“Kamu apa-apaan Gan, dikandunganku ini anakmu!!!

” Bentakku pada seseorang di


depanku.

“Kamu perempuan murahan, bisa jadi dikandunganmu bukan anakku. Aku bukan
bapaknya. BRAAK” ucap lelaki bangsat itu sambil menggebrak meja. Semua mata menatap
kami. Aku tertunduk sambil menangis, lelaki itu bangun dari duduknya, ia bersegera
melangkahkan kakinya.

“Kumohon Gan. Jangan tinggalkan Aku. Aku mohon nikahi Aku.. Aku tak mampu
mendengar cemoohan orang-orang kelak” ucapku sambil terisak. memohon sambil tak henti
kupegang erat tangannya. Air mata ini belum mengering, semua mata menatapku dengan iba.
Kini Ifgan tak peduli lagi, yang tertinggal di mataku hanya punggungnya, dengan kenangan-
kenangan yang kini seakan lebur dengan rasa kecewa.

“Hiks..Hiks.. Ini salahku” ujarku sangat lirih sambil terintih menangis. Café ini
menjadi saksi awal hubunganku dengan Ifgan, dan sekarang juga menjadi saksi sebuah hati
yang tersakiti. Aku benci, aku tak lagi peduli dengan semua mata yang menatapku, biar
mereka menerka dengan pikiran mereka saja.

Setahun yang lalu hubunganku dengan Ifgan sangat baik, dia sangat manis, aku teramat
mencintainya. Hingga suatu ketika Ifgan meminta mahkota kehormatanku. Atas nama cinta,
aku memberikan segalanya. Pada akhirnya benih yang ditabur itu tumbuh subur, namun
ternyata lelaki bangsat itu tak pernah mengakui kandungan di perutku ini. Aku teramat
kecewa. Aku ingin marah, tapi pada siapa??

***

Malam ini aku berjalan sendiri, mengikuti langkah kaki yang sedang mencari tempat
berteduh paling nyaman. Di Rumah?? Kurasa tidak mungkin, tempat itu hanyalah Neraka
Dunia. Aku lahir dari rahim seorang perempuan yang salah. Aku benci hal itu. Di rumah aku
hanya akan menemui pembantu-pembantu yang dungu. Terkadang aku heran mengapa
mereka begitu mudah menurut pada Ibuku, padahal Ibuku hanyalah seorang perempuan yang
kejam, bahkan dia rela membunuh Ayah hanya demi harta yang di inginkannya. Setelah
Ayah meninggal setiap hari dia berganti-ganti membawa lelaki ke rumah. Aku muak
melihatnya. Ah mengingat itu semua dadaku semakin bergemuruh, aku semakin membenci
kehidupanku. Kurasa tiada kosa kata “bahagia” dalam hidupku ini. Semua menyedihkan.
Dalam lamunan panjang, aku tersadar kini ada 3 orang lelaki yang menghadang
jalanku. Badan mereka kekar, tinggi dan besar. Aku takut, mata mereka mengawasiku dari
bawah hingga atas, dilakukan berulang dan terhenti pada bagian dress miniku. Aku teramat
risih, kuturunkan dress itu, namun percuma rasanya.

“Neng, sendiri aja.. sini Neng temani abang” ucap salah satu diantara mereka, mata
dia menatapku genit. Aku risih. Jantungku berdegup dengan sangat kencang.

“Minggir bang aku mau lewat” ujarku sambil mencoba menelusup diantara mereka
bertiga.

“Sudah Neng, sini aja” jawabnya sambil memegang tanganku erat. Aku mencoba
menepis tangan itu. Sayang tenagaku tak cukup kuat.

“Sudah ayo Neng” katanya sambil menggendongku di pundak salah satu diantara
mereka.

“TOLONG…TOLONG, LEPASKAN AKU” aku meronta, namun sia-sia. Tenaga


mereka teramat kuat. Aku tak bisa melawannya. Bagitupun kondisi yang teramat sepi. tak ada
yang mendengar jeritanku. Hingga pada akhirnya aku pasrah, aku lelah, tenagaku tak lagi
kuat. Yang kulihat hanya tanah dengan daun yang mengering, juga pohon-pohon yang
teramat tinggi. Rasa takutku semakin menjadi. Kutendang-tendangkan kakiku pada dada
lelaki ini. Namun ia tetap tak bergeming. Mereka semakin semangat membawaku masuk
lebih dalam ke Hutan ini. Tawa cekakan mereka membuat telingaku panas. Aku benci
keadaan ini. Hingga akhirnya mereka menurunkanku di sebuah tempat yang sangat gelap.
Gubuk renta di dalam hutan. Apa yang akan mereka lakukan?

Aku hanya terbaring. Aku sudah tak mampu melakukan apa-apa lagi. Mereka bertiga
meninggalku. Aku sedikit lega, seteidaknya mereka tak berbuat yang aneh-aneh.
namun beberapa menit kemudian rasa lega yang kurasakan berubah menjadi ketakutan yang
teramat besar. “TAP.. TAP..TAP” aku mendengar suara langkah kaki, semakin lama semakin
dekat, dan sekarang pintu gubuk itu telah terbuka. kulihat salah satu dari mereka, wajahnya
didekatkan dengan wajahku, sangat dekat.

“Bersenang-senanglah bersamaku perempuan manis” ucapnya menggoda. Aku sangat


muak, ingin kutampar wajahnya yang hitam itu, sayang tenagaku tak lagi mampu. Kulihat dia
melepas pakainnya, ia juga melucuti pakaianku, aku meronta namun hal itu membuatku
semakin lemah. Aku menangis dan kemudian rasa sakit menjalari tubuhku. Rasa sakit yang
kurasakan berulang-ulang membuatku sangat lemah dan semua semakin remang, sepersekian
detik kemudian, aku tak ingat apa-apa lagi.

***

Sinar matahari yang masuk dari celah-celah tabing gubuk ini membuatku terbangun.
Aku teringat kejadian semalam, aku sangat berharap semua hanya mimpi, namun setelah
kulihat kondisiku yang tanpa sehelai benang, rupanya semua bukan mimpi. Aku menjerit
sekerasnya. Menangis tak henti. Aku terpuruk, sangat terpuruk. Dalam sela tangisanku suara
yang teramat memekikkan telinga, membangkitkan rasa ingin tau. Dengan sisa tenaga aku
mengenakan pakaian dan bergegas keluar. Dari luar gubuk, kulihat benda seukuran mobil
berada agak jauh di depanku. Bentuk benda itu aneh, seperti sebuah obat kapsul namun
memiliki jendele-jendela kecil, sayangnya kapsul berwarna silver itu tak memiliki pintu.
Sebuah benda yang sangat aneh, dan tak pernah kutemui di bumi. Benda ini sangatlah
menawan. Kukucek mataku berulang-ulang, takutnya ini semua hanya mimpi, namun tak ada
perubahan, dan ini benar-benar nyata. Hingga kemudian seseorang keluar dari benda itu, dia
tak lewat pintu, dia menembus dinding silver itu. Makhluk itu tak berjalan, ia menaiki sebuah
benda seperti piring dengan ukuran yang cukup besar. Makhluk itu semakin dekat denganku,
dan tiba-tiba telah berada tepat di depanku, makhluk itu memiliki badan yang kecil, namun
ketika dekat denganku ia memanjangkan badannya hingga tingginya sama denganku,
kepalanya elips dengan mata yang aneh, juga bibir yang kecil.makhluk itu menjulurkan
tangannya padaku. aku ternganga, karena juluran tangannya yang tak berbalas makhluk itu
segera menggamit tanganku, seperti terhipnotis, aku melangkahkan kakiku ke atas benda
seperti piring. Dan kali ini aku terbang. Menembus dinding silver benda kapsul tadi. Di
dalam aku masih ternganga, rupanya benda ini tak sekecil yang kulihat, di dalamnya sangat
lebar, lebih lebar dari pesawat yang pernah kunaiki. Ada 5 makhluk aneh disini, mereka
berbincang, namun aku tak mengerti bahasa mereka. Denagn bahasa isyarat salah satu
diantara mereka menyuruhku duduk dan menelan sebuah benda mirip obat. Tak lama setelah
meminum obat itu, telingaku berdenging, tak terlalu lama dan kemudian dengingan itu
terhenti.

“Sudah bisa mengerti bahasaku?” tanya makhluk aneh itu. Aku kembali bingung,
kenapa tiba-tiba mereka bicara bahasa Indonesia. “Hihi.. tak usah bingung, kapsul yang kau
minum tadi berisi mesin translator, kapsul tadi akan menempati otak kiri, tepatnya pada Area
broca, sehingga bahasa yang masuk pada otakmu langsung diterjemahkan” terang makhluk
itu padaku. aku masih diam.mdan tiba-tiba semua makhuk aneh itu berada di dekatku.

“Aira perkenalkan, namaku Marsy, dan ini Saturn, Vens, Urans, dan dia Merku, Piter,
Ranus. Kami ini makhluk terpilih dari planet yang berbeda, kami tinggal di tempat yang
sangat jauh, tepat sebelum matahari. Tugas kami mengawasi kehidupan semua orang yang
berada di Dunia. Kami bisa menjadi makhluk yang baik namun kadang juga makhluk yang
jahat. Tergantung bagaimana kondisinya. Dan kali ini kami akan menjadi makhluk yang baik
untukmu namun menjadi makhluk yang jahat untuk orang yang kau benci. Kamu berhak
bahagia Aira” jelas makhluk itu. Aku mengangguk. Senang berkenalan dengan mereka.

“Jadi bentuk makhluk planet lain sama semua ya?” tanyaku pada mereka.

“Tidak Aira, kami pada mulanya memiliki bentuk fisik yang berbeda, namun setelah
sampai di sana, kami meminum kapsul perubah bentuk tubuh. Oh iya, yang kamu kendarai
ini namanya cepy plane, ini bagian dari teknologi yang sangat hebat, bisa jadi di bumi kelak
ada juga hal seperti ini” jelas mereka.

“Aku benci Bumi, Aku benci semua yang ada di bumi” ucapku datar.

“Kami tak ingin kau membenci Bumi, Bumi juga bagian dari planet ini Aira,
karenanya kami mengajakmu datang ke tempat kami” Ucap Marsy padaku. aku mengangguk,
dalam perjalanan panjang ini aku masih terus berpikir, apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tapi aku tak merasakan takut, sepertinya mereka benar-benar baik.

Sepersekian menit kemudian aku melihat sebuah tempat yang sangat besar, tempat itu
sepertinya terbuat dari bahan semacam besi berwarna silver, berbentuk seperti mangkok yang
terbalik dan berada diatas awan yang melayang, hanya ada jendela tanpa pintu. Cepy plane
menerobos masuk melewati dinding yang terlihat amat kuat itu. Aku dan 7 temanku turun
menaiki piringan yang melayang. Disini kami tak perlu bersusah payah untuk berjalan, semua
menggunakan teknologi yang teramat canggih. Dan disinilah aku sekarang, diruangan yang
dindingnya tembus pandang, dari luar, ruangan ini memang tak tembus pandang, terkesan
gelap dan panas. Namun rupanya perkiraanku salah, berada

Anda mungkin juga menyukai