Anda di halaman 1dari 7

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN ISPA


DISUSUNOleh Kelompok 8 1. ARMADA PATRA2. DODDY ALFRED WARUWU3. IVO ERA-ERA
HALAWA4. TAHARUDIN5. ZAINAL ABIDINDosen pembimbingRINCO SIREGAR, Ns. S.Kep MNS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIAMEDAN2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah,
kami dapat meyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Penyakit Diabetes MelitusTak lupa terima
kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu kelompok dalam pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi parapembaca. Tentu saja makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna untuk
menjadikan lebih baik kedepannya nanti.
Medan, Februari 2014
Kelompok 8
BAB ITINJAUAN TEORI
1.1 KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS Menurut Kontjaraningrat (1990) Komunitas adalah,
sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Betty Neuman
(1989) berpendapat bahwa, komunitas juga dipandang sebagai klien Client is an interacting open system in
total interface with both internal and external forces or stressors . Sedangkan Logan dan Dawkin (1987)
menuliskan bahwa pengertian keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kepeawatan. Pernyataan lain menurut Soerjono Soekanto
(1982) komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah
(dalam arti geografi) dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang
lebih besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya. Adapun
menurut WHO (1974) komunitas adalah kelompok sosial yang di tentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-
nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan interaksi antar anggota
masyarakat.Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan
pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan
penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Salah satunya adalah konsep menurut (Christine
Ibrahim, 1986) keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 (empat) konsep pokok, yang meliputi konsep
manusia, kesehatan, masyarakat dan keperawatan. Paradigma keperawatan ini menggambarkan hubungan
teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori itu berhubungan satu dengan yang lain
sehingga menimbulkan hal-hal yang perlu di selidiki (Christine Ibrahim, !986).Model teori Neuman
menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka yang mempunyai sumber energi (infra struktur)
dan mempunyai 5 variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu;
Biologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.Model teori Neuman dilandasi oleh teori
sistem dimana terdiri dari individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target
pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas
dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan yaitu; pencegahan primer,
sekunder dan tersier.1. Pencegahan PrimerPencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit
atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan
mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan
dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder
menekankan pada diagnosa dini intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan
atau keseriusan penyakit.
3. Pencegahan TersierTingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadi
gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk
menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang
optimal dari ketidakmampuannya.
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik
yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Nasrul Effendy, 1998),
sasaran ini terdiri dari :1. IndividuIndividu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan / keperawatan karena ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh
sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.2. KeluargaKeluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan
ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu
atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan / keperawatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota-anggota keluarga lain, dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.3. Kelompok
khususKelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,
permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan, dan termasuk
diantaranya adalah :1. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya seperti ; Ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah, usia
lanjut.2. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan
keperawatan, diantaranya adalah :Penderita penyakit menular seperti; TBC, AIDS, penyakit kelamin dan
lainnya.
Penderita yang menderita penyakit tidak menular, seperti; Diabetes melitus, jantung koroner, cacat fisik,
gangguan mental dan lainnya.1. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya :
WTS, pengguna narkoba, pekerja tertentu, dan lainnya2. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi,
diantaranya adalah: Panti Werdha, panti asuhan, pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial dan lainnya),
penitipan anak balita.4. Tingkat Komunitas Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu,
keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko
atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan
mamandang komunitas sebagai klien.
PERAN PERAWAT KOMUNITAS (PROVIDER OF NURSING CARE)Banyak peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah :1. Sebagai Pendidik (Health
Education)Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di
rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisirdalam rangka menanamkan perilaku sehat,
sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal.2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-
masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui
kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.3.Koordinator Pelayanan
Kesehatan (Coordinator of Servises)Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan
masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan
lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikianpelayanan
kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu
dengan yang lainnya.4. Sebagai Pembaharuan (Inovator)Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan
sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah
perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.5.
Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta
dalam memberikan motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya:
kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian,
sehingga ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pengorganisasian masyarakat dalam
bidang kesehatan.6. Sebagai Panutan (Role Model) Perawat kesehatan masyarakat harus dapat
memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat.7.
Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator) Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.8.
Sebagai Pengelola (Manager) Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.
BAB IIPEMBAHASAN1. PengertianInfeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian
Roberts; 1990; 450).ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ
mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. ISPA
merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984
setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa
inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI).ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian
dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama
14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga,
radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian
bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia.(WHO) Infeksi saluran pernafasan
adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini
adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia
dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta
keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
1. Etiologi Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab
ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus,
Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.Etiologi Pneumonia pada
Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di
Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di
berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus
influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9%
aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini
Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.a. Faktor Pencetus ISPA1. UsiaAnak yang usianya
lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan
dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.2. Status ImunisasiAnak
dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang
status imunisasinya tidak lengkap.3. Lingkungan Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi
udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
b. Faktor Pendukung terjadinya ISPA 1. Kondisi EkonomiKeadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis
ekonomi yang berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya
menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan
terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong
meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.2. KependudukanJumlah penduduk yang besar
mendorong peningkatan jumlah populasi Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan
masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.3.
GeografiSebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi yang
setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong
terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam
pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit
ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk.
Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif
terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu
melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.1. Lingkungan dan Iklim
GlobalPencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan
polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian pula
perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam
pemberantasan penyakit ISPA. Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni
golongan A -hemolityc streptococus, clamydia trachomatis, mycoplasma danstaphylococus, haemophylus
influenzae, pneumokokus.Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari
lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena
dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara
keseluruhan dari jalan nafas.Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran
pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat
terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
2. Patofisiologi Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu : Tahap prepatogenesis : penyuebab
telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan
lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. Tahap
dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut
penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu :a) Dapat sembuh sempurna.b) Sembuh dengan atelektasis.c)
Menjadi kronos.d) Meninggal akibat pneumonia.Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan
dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien.
Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung
pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A.
Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi
saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena
infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi
pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.Infeksi bakteri
mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu.
Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok
dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2
konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
3. Manifestasi Klinis Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas Pada umur kurang dari 2 bulan,
nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam,
adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi
menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;
451). Demam. Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama
terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. Meningismus.Adalah tanda meningeal
tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya
adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
Anorexia. Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan
bhkan tidak mau minum. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi
saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley
and Wong; 1991; 1419).
4. Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :1. Biakan virus2.
Serologis3. Diagnostik virus secara langsung.Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan
dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.Fokus utama pada pengkajian pernafasan
ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.2.
Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan
rongga dada dan pergerakan abdomen.3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai
dengan adanya bersin.4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.5.
Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya
batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan
produksi dari sputum.
5. Riwayat kesehatan:a. Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)b. Riwayat penyakit
sekarang (kondisi klien saat diperiksa)c. Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami
penyakit seperti yang dialaminya sekarang)d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang
pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)e. Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal
klien)Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :a. Inspeksi1) Membran mukosa
hidung-faring tampak kemerahan2) Tonsil tampak kemerahan dan edema3) Tampak batuk tidak
produktif4) Tidak ada jaringan parut pada leher5) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan, pernafasan cuping hidung.b. Palpasi1) Adanya demam2) Teraba adanya pembesaran kelenjar
limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis\3) Tidak teraba adanya pembesaran
kelenjar tyroidc. Perkusi : Suara paru normal (resonance)d. Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak
terdengar ronchi pada kedua sisi paru
6. Penatalaksanaan Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia
dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang
akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi
penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk
tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi
pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :1. Upaya
pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan : a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita
ISPA. 2. Pengobatan dan perawatanPrinsip perawatan ISPA antara lain :a. Menigkatkan istirahat minimal
8 jam perharib. Meningkatkan makanan bergizic. Bila demam beri kompres dan banyak minumd. Bila
hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersihe. Bila badan
seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.f. Bila terserang pada anak tetap
berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek Pengobatan antara lain : Mengatasi panas
(demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam
harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi
obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
BAB IIITINJAUAN KASUSASKEP KOMUNITAS DENGAN MASALAH ISPA DI RT 05
KELURAHAN DWIKORA KEC MEDAN HELVETIA
Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
( FiKes ) Sari Mutiara Medan dalam praktek dimasyarakat berlangsung mulai tanggal 17 Januari 17 Maret
2014 di RT 05 Kelurahan Dwikora Kec Medan Helvetia.
2.1 Tahap PersiapanKegiatan praktek keperawatan komunitas diawali dengan kegiatan penerimaan
mahasiswa yang dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2014 di Balai Kecamatan Kelurahan Dwikora Kec
Medan Helvetia. Dalam acara serah terima tersebut , mahasiswa mendapatkan penjelasan dari Bapak
Camat, Pihak Pendidikan , Puskesmas dan Kelurahan, Acara tersebut dilanjutkan dengan orientasi ke
wilayah Kelurahan Dwikora Kec Medan Helvetia pada RT 05, selanjutnya mahasiswa merencanakan temu
kenal dengan masyarakat.
2.2 Tahap Pelaksanaan2.2.1 Pengkajian1) Data Demografi RT 05 termasuk dalam wilayah Kelurahan
Dwikora yang terdiri atas 10 RT. Batas wilayah yang dijadikan target pengkajian, sebelah utara dibatasi
oleh RT 04, dan sebelah selatan dibatasi oleh RT 06. 2) Data Lingkungan FisikRT 05 memiliki berbagai
fasilitas umum yang terdiri dari sebuah Masjid, sebuah gereja, sebuah Taman sekolah Kanak-Kanak,
sebuah balai RT serta lokasi pemakaman umum. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh RT 05
sementara masih memiliki satu puskesmas.Kegiatan rutin yan dilakukan oleh warga di RT 05 meliputi
kegiatan PKK yang diadakan setiap hari selasa, selain itu pengajian Ibu-Ibu yang dilaksanakan pada hari
kamis dan kegiatan remaja. Sepeti kegiatan olahraga sepak bola oleh remaja mesjid dan gereja serta bapak-
bapak di RT 05. Selain itu Puskesmas biasanya mengadakan penyuluhan 2 x setahun. 3) Kondisi
Kesehatan UmumRT 05 terdiri ats 100 KK dengan 350 jiwa yang terdiri dari 50 anak Usia Balita, 60 Usia
sekolah , 80 orang remaja, 110 orang Usia Produktif, dan 50 orang lanjut usia. Berdasarkan pengkajian,
selama 6 bulan terakhir riwayat penyakit yang terjadi di RT 05 adalah masalah dengan
ISPA.HasilpengkajiandenganQuestionerdisajikandalambentuktabelsebagai berikut: a. Tabel 1, Persentasi
Jumlah Penduduk RT 05 kelurahan Dwikora berdasarkan Usia NoUsiaFrekuensiPersentasi
10-5 tahun5014,28%
26-12 tahun6017, 14%
313-20 tahun8022,85 %
421-358022,85%
535-45308,57 %
6>455014,28%
Total350100%
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk RT 05 berdasarkan usia yaitu 0-5 tahun sebanyak 14,28 %, 6-
12 tahun sebanyak 17,14 %, 13-20 tahun sebanyak 22,85 %, 21-35 tahun sebanyak 22,85 % , 35-45 tahun
sebanyak 8,57 % serta >45 sebanyak 14,28 %b. Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan
Agama NoAgamaFrekwensiPersentasi
1Kristen4848 %
2Muslim5252 %
Total100100%
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk yang berdominan adalah agama muslim sebanyak 52 %
c. Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Penduduk (usia 13-20 tahun) Berdasarkan
PendidikanNoPendidikanFrekwensiPersentasi
1SMP3037,5 %
2SMU2835 %
3Mahasiswa1215 %
4Tidak Sekolah562,5 %
5Petani562,5%
Total80100%
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar penduduk yang berusia 13-18 tahun pekerjaan adalah sebagai
SMP sebesar 37,5 % d. Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Sampah NoSistem
PembuanganFrekwensiPersentasi
1Tempat Pembuangan Umum22%
2Di Sungai00
3.Ditimbun3030%
4.Dibakar1010%
5.Disembarang Tempat5858%
Total100100%
Berdasarkan tabel diatas, frekuensi berdasarkan pembuangan sampah adalah disembarang tempat sebesar
58%e. Kondisi Kesehatan berdasarkan usia 13-20 tahuna. Keluhan NoKeluhanFrekuensiPersentasi
1Ya7087,5 %
2Tidak1012,5%
Total80100%
Berdasarkan tabel diatas, maka kebanyakan penduduk usia 13-20 tahun mengalami keluhan sebesar 87,5%
b. Jenis Penyakit yang dialami penduduk usia 13-20 tahun pada 6 bulan terakhirNoJenis
PenyakitFrekuensiPersentasi
1Thypoid67,5 %
2Tbc56,25 %
3Ispa6075 %
4DBD56,25 %
5Diare45 %
Total80100%
Berdasarkan tabel diatas, penyakit tertnggi dialami oleh usia 13-20 tahun pada 6 bulan terakhir adalah Ispa
sebesar 75 %c. Sering mengalami sesakNoSesakFrekuensiPersentasi
1Ya5062,5 %
2Tidak3037,5 %
Total80100%
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar usia 13-20 tahun dmemiliki pola makan lebih dari 1 piring setiap
makan 62,5 %d. Frekuensi pola makan lebih dari 1 piring setiap makan NoPola Makan Lebih dari 1
piringFrekuensiPersentasi
1Ya6075 %
2Tidak2025 %
Total80100%
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar usia 13-20 tahun dmemiliki pola makan lebih dari 1 piring setiap
makan 75 %
Analisa DataNoSytompEtiologiProblem
1Ds : masyarakat mengatakan bahwa 6 bulan terakhir penyakit yang paling banyak adalah ISPA ( infeksi
saluran pernafasan atas) DO :1. Berpendidikan SMP sebanyak 37,5 % 2. Pembuangan sampah adalah
disembarang tempat sebesar 58%3. Sering mengalami sesak sebanyak 62,5%4. Memiliki pola makan lebih
dari 1 piring setiap makan 75%5. jumlah penduduk dengan usia 13-20 tahun yang mengalami ISPA
sebesar 75%.Pola /gaya hidup yang burukPeningkatan angka kejadian ISPA di RT 05Kelurahan Dwikora
Kec. Medan Helvetia
F. Diagnosa Keperawatan 1. Peningkatan angka kejadian ISPA di RT 05 Kelurahan Dwikora Kec. Medan
Helvetia b/d Pola /gaya hidup yang buruk d./dDS : Masyarakat mengatakan bahwa 6 bulan terakhir
penyakit yang paling banyak adalah ISPA ( infeksi saluran pernafasan atas) DO :1. Tidak berpendidikan
SD sebanyak 37,5 % 2. pembuangan sampah adalah disembarang tempat sebesar 58%3. Sering mengalami
sesak sebanyak 62,5%4. Memiliki pola makan lebih dari 1 piring setiap makan 75%5. jumlah penduduk
dengan usia 13-20 tahun yang mengalami ISPA sebesar 75%.
G. Perencanaan Keperawatan KomunitasNoDx Kep. KomunitasTujuanSasaranStrategiIntervensiHari,
tglTempatEvaluasi
KriteriaStandar
1Peningkatan angka kejadian ISPA di RT 05 kelurahan Medan Helvetia b/d Pola gaya hidup yang
burukSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali pertemuan diharapkan masyarakat RT 05 Kec
Medan Helvetia mampu :a.Mengenali tanda dan gejala ISPA b.Menggunakan pelayanan kesehatan yang
ada di lingkunganc.Memodifikasi lingkungan yang sehatd.Dapat merawat anggota keluarga.
Ibu- ibu dan Bapak-bapak K.I.E1.Berikan penyuluhan tentang Penyakit ISPA pada Ibu dan Bapak-bapak
Sabtu, 15 Februari 2013, Jam 14.00-15.30 WIBBalai RT 05verbala. Pengertian Infeksi saluran pernapasan
atasb. Tanda dan gejala Ispac. Tindakan yang dapat dilakukan bila anggota keluarga sakit
H. Pelaksanaan Keperawatan KomunitasNoDiagnosaTglImplementasievaluasi
1Peningkatan angka kejadian ISPA di kelurahan RT 05 Medan Helvetia b/d Pola gaya hidup yang
buruk..15 Februari 2014Penyuluhan pada masyarakat tentang ISPA Ibu- ibu dan Bapak-bapak di kelurahan
RT 05 Medan HelvetiaEvaluasi struktur :a. Rencana penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara
dilakukan.b. Undangan penyuluhan disebarkan 3 hari sebelum acara dilaksanakan.Evaluasi proses :a.
Peserta yang hadir sebanyak 60 orang b. 30% perserta aktif bertanya terhadap materi penyuluhan.c.
Penyuluhan dilaksanakan di balai RT 03 kelurahan Dwikora kec.Medan Helvetia
BAB IVPENUTUP
KesimpulanAsuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan
keperawatankomunitas yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua masyarakat yang ada
dalam wilayah yang dikaji. Jadi apabila ada keluarga riwayat keluarga ini,keluarga harus merawatnya
dengan baik seperti melakukan pengontrolan kesehatan di rumah sakit/puskesmas agar penyakit ini bisa di
sembuhkan.
DAFTAR PUSTAKA1. Wahit Iqbal Mubarak,Bambang Adi Santoso,Khoirul Rozikin,Siti
Patonah(2005).Ilmu Keperawatan Komunitas 2.jakarta 20052. Diankarimawati,2013.Askep komunitas.
(online). http://diankarimawati.wordpress.com/2013/07/26/askep-komunitas.Diakses 26 juli 2013

Anda mungkin juga menyukai