Anda di halaman 1dari 12

1 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

REVIEW

Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang


terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di
Lifestyle Center
: Tinjauan Pustaka

*Millenda Aulia Basten1, Saarah Salsabila Shofa2


1,2,3
Department of Architecture, Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Indonesia

*Corresponding Author E-mail: wenny.arminda@ar.itera.ac.id

ABSTRAK
Lifestyle center merupakan industri yang dinamis. Kondisi sosial,
ekonomi, dan lifestyle dapat mempengaruhi kegiatan lifestyle center. Sehingga
dengan kondisi ekonomi yang meningkat, bermunculan konsep dan strategi
masing-masing untuk menarik konsumen. Dengan keadaan yang penuh
persaingan ini, para pemilik bisnis lifestyle center harus mampu menerapkan
strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan desain interior dan pola sirkulasi ruang yang tepat guna mengontrol
penyebaran pengunjung. Kedua aspek tersebut berperan penting pada proses
interaksi pengunjung pada lifestyle center. Dalam review ini, akan dibahas lebih
mendetail mengapa desain interior dan pola sirkulasi ruang mempengaruhi
perilaku dan penyebaran pengunjung di lifestyle center.
Kata Kunci: desain interior, mal, perilaku, pola sirkulasi, suasana ruang,
2 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

1. Pendahuluan

Lifestyle Center Menurut International Council of Shopping Centres


(ICSC) merupakan sebuah “pusat khusus” yang memiliki toko khusus
rantai nasional kelas menengah sampai atas dengan tempat makan dan
hiburan dalam suasana luar ruangan. (ICSC, 2017). Definisi lifestyle center
sendiri hampir sama dengan mal, sehingga banyak sumber dan referensi
yang tak jauh dari mal maupun shopping center.

Melihat kondisi ekonomi, sosial, gaya hidup yang terus berubah


belakangan ini, para pengembang mulai mendirikan bisnis dengan
menawarkan konsep-konsep baru dan berbeda. Salah satunya adalah
bisnis lifestyle center. Dengan banyaknya kompetitor, maka pemilik
bisnis, harus mampu mengantisipasi perubahan- perubahan yang terjadi di
dalam pasar dan dituntut mampu beradaptasi sehingga selalu sesuai dengan
lifestyle terkini masyarakat (Kusumowidagdo, 2005).

Piliang (1998:216) menyebutkan bahwa shopping mall telah berkembang


sebagai pusat pembentukkan gaya hidup. Shopping mall menyatukan waktu
dan aktivitas masyarakat, sehingga dapat menjadi pusat aktivitas sosial dan
akulturasi, tempat pembentukan citra dan eksistensi individu, sumber
wawasan, informasi, tata nilai dan moral (Sari, 2011) . Perkembangan pusat
perbelanjaan itu sendiri tidak lepas dari rancangan pola sirkulasi dan desain
interiornya. Pola sirkulasi dirancang sedemikian rupa dengan tujuan
pengunjung dapat melewati seluruh retail toko yang dapat menguntungkan
bagi penyewa retail dan penyelenggara pusat perbelanjaan. Oleh karena itu,
pola sirkulasi sangat menentukan berhasil atau tidaknya fungsi suatu
bangunan (Syoufa, 2014).

Hubungan yang sifatnya timbal-balik antara suasana ruang (atmosphere)


dengan perilaku juga sangat dipengaruhi oleh faktor desain interior ruang
dan karakteristik dominan dari manusia yang berinteraksi di dalamnya
(Hidjaz, 2013). Desain interior tersebut perlu dirumuskan pada tatanan
yang strategis, sehingga dalam perencanaan dan proses perancangannya
perlu memperhatikan elemen strategis lainnya seperti halnya lokasi, pilihan
barang dan positioning terhadap konsep bangunan. Dengan perencanaan
yang tepat akan hadir nuansa, atmosfer dan estetika yang menarik bagi
pengunjung. Dengan desain interior yang sesuai diharapkan pengunjung
dapat tertarik. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa perencanaan
dan penciptaan suasana interior yang tepat akan mendorong lajunya tingkat
penjualan (Kusumowidagdo, 2005).

2. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode analisis kajian pustaka dengan
mengkaji literatur ilmiah. Referensi dapat berasal dari jurnal dan literatur
lain yang berkaitan dengan pembahasan.
3 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

3. Desain Interior dan Suasana Ruang


Menurut Francis D. K. Ching (Ching & Binggeli, 2012) desain interior
adalah sebuah perencanaan tata letak dan perancangan ruang dalam di
dalam bangunan. Dimana hasil fisiknya memenuhi kebutuhan dasar
manusia untuk perlindungan, disamping itu desain interior juga
mempengaruhi pandangan, suasana hati, dan pola sirkulasi pengunjung.
Oleh karena itu tujuan dari perancangan interior bukan hanya sekedar
memaksimalkan fungsi ruangan, tetapi membangun suasana dengan unsur
estetika.
Berikut adalah elemen-elemen pada desain interior:
No Elemen Penjelasan
1. Lantai Lantai merupakan batas bawah bagi interior sebuah
ruang. Lantai terbentang secara horizontal. Banyak
treatment yang dapat diterapkan pada lantai mulai dari:
jenis material, perbedaan ketinggian lantai, dan
pengaplikasian bentuk.

2. Dinding Dinding adalah sekat ruang yang membentang secara


vertikal dan merupakan bidang paling dominan dalam
ruang bangunan. Dinding dapat diaplikasikan dengan
berbagai jenis material finishing, material pembentuk,
pencahayaan, dll.

3. Langit- Langit-langit merupakan pembatas interior yang


langit terbentang secara horizontal di bagian atas interior.
Langit-langit umumnya tidak begitu diperhatikan oleh
masyarakat awam, namun dengan perancangan menarik,
dapat menghasilkan efek yang lebih baik. Langit-langit
dapat dimodifikasi mulai dari penggunaan jenis
materialnya, perbedaan ketinggian, dan varian bentuk.

4. Elemen Interior harus mengandung elemen estetis yang


estetik mengacu pada prinsip desain seperti proporsi, skala
ruang, keseimbangan, dan kesatuan ruang. Jika
memungkinkan suatu interior harus diberi benda seni
yang bernilai estetis untuk memperindahnya.

5. Elemen Yang dimaksud dengan bukaan pada elemen ruang


bukaan adalah jendela, pintu, dan lubang ventilasi. Dengan
perancangan bukaan yang baik, maka akan berjalan
sirkulasi udara yang baik, sehingga ruangan menjadi
nyaman dan sehat.

6. Elemen Interior ruang memerlukan pencahayaan yang cukup


cahaya intensitasnya. Terang di sebagian tempat, atau ada opsi
pengontrol untuk meredupkannya juga. Ambience ruang
4 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

akan terbentuk dengan adanya pengaplikasian


pencahayaan yang baik

Sumber: (Hidjaz, 2013)


Berdasarkan elemen-elemen diatas, pertimbangan elemen desain interior
pada lifestyle center lebih spesifik diterapkan pada ruang-ruang publik
seperti main lobby, atrium, void, dan hall. Pada beberapa titik pertemuan di
ruang publik dibuat aksen yang cukup dominan menggunakan elemen
estetik dan elemen cahaya. Adanya desain interior khusus tersebut berperan
sebagai penanda zona bagi pengunjung, sehingga mereka dapat mengingat
dan menemukan lokasi dengan baik (Kusumowidagdo, 2005). Selain pada
ruang publik terdapat persamaan antar toko retail yang menjadikan lifestyle
center tetap selaras yaitu baik penggunaan material maupun karakteristik
dan bentuk-bentuk geometris dari konsep yang diambil pada perencanaan
awal lifestyle center. Penggunaan material yang selaras menciptakan
suasana ruang yang merupakan rangsangan yang terbentuk sehingga
mempengaruhi persepsi, kognisi, dan proses motivasi yang kemudian
membentuk respon-respon terhadap suasana ruang berupa perilaku dan
kegiatan pengunjung (Hidjaz, 2013).
3.1. Analisis Desain Interior Pada Lifestyle Center
a) Bandung Super Mall
Desain interior lobby utama dan ruang-ruang untuk publik di lantai
dua terhadap desain interior ruang-ruang koridor di lantai lain,
dapat dilihat adanya persamaan yang menghubungkan diantaranya.
Baik dari segi penggunaan material, maupun karakteristik dan
pola-pola yang dipakai, persamaannya adalah bentuk-bentuk
geometris yang disusun menjadi pola bentuk yang menghubungkan
posisi kolom-kolom struktural. Pola lantai di entrance, ruang-ruang
lobby utama, koridor, lift hall, di lantai satu, dua, dan tiga terpola
dari bentuk persegi yang berbeda-beda ukurannya dan disusun
sesuai modul jarak kolom- kolom struktur. Kolom-kolom semua
berbentuk bulat dengan penempatan unsur decorative lighting. Di
ujung atas kolom-kolom di lantai teratas menggunakan pola rangka
ruang dari besi yang dibentuk untuk membawa persepsi kepada
unsur daun pohon kelapa. Wujud pohon kelapa dalam ukuran besar
yang utuh ditampilkan sebagai tanaman hias yang ditempatkan di
koridor dengan ukuran yang berbeda (Hidjaz, 2013).
5 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

Gambar 3.1 Bandung Super Mall


Dengan pemakaian material baja nirkarat jenis berkilap seperti
cermin pada kolom-kolom, tangan-tangan tangga dan void, garis-
garis seperti balok yang menghubungkan kolom-kolom pada
langit-langit, granit permukaan mengkilap pada lantai, langit-langit
menggunakan lembaran baja berlubang-lubang (perforated metal),
serta bidang vertikal sisi terluar dari cermin, kesemuanya
menampilkan karakter presisi dan penggunaan teknologi yang
keberaturannya tinggi (Hidjaz, 2013). Oleh karena itu suasana
ruang interiornya menampilkan citra modern dan fungsional.
b) Mall Boemi Kedaton
Pada mall ini, bagian yang di highlight adalah bagian koridor. Pada
koridor hall ini ada beberapa elemen interior yang menjadi
penanda rancangan, meliputi standard fasade showroom, ceiling,
dan border lantai. Standar tipe kolom pada fasade menjadi olahan
tenant tidak berdiri sendiri (Primayudha, 2018). Lebih lanjut dapat
dilihat di tabel berikut.
Tabel 1. Analisis Interior Objek
6 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

Sumber: (Primayudha, 2018)

c) Kelapa Gading Mall

Gambar 3.2 Lobi Kelapa Gading Mall


Perbandingan desain interior lobi utama dan ruang-ruang publik di
lantai 2 dengan desain interior ruang-ruang koridor di lantai lain
mem- perlihatkan persamaan yang menghubungkan keduanya, baik
dari segi penggunaan material, maupun karakteristik dan bentuk-
bentuk geo- metris yang direduksi dari unsur pohon Palm atau jenis
kelapa. Pola lantai di Entrance, lobi utama, koridor, lift hall,
dilantai satu, dua, dan tiga berbentuk persegi dengan ukuran
berbeda dan disusun mendekati kesan bentuk pohon kelapa
(Hidjaz, 2007). Kelapa Gading Mall menggunakan rangka besi
yang dibentuk menyerupai unsur daun pohon kelapa. Wujud pohon
kelapa dan jenis Palm lain yang utuh ditampilkan sebagai tanaman
hias yang ditempatkan di lobi dan koridor dengan ukuran yang
berbeda.
Susunan komponen dan unsur-unsur vertikal dan horizontal dalam
ruang lobi utama, koridor dan lift hall yang terdiri atas material
7 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

granit alam, lembar baja nirkarat akan dirasakan oleh pengunjung


sebagai satu susunan desain interior yang dapat memberikan nilai
tertentu secara keseluruhan, sesuai dengan tingkat interaksi yang
dapat dirasakannya. Interaksi dan pengalaman dengan ruang itu
diperoleh sebagai hasil gabungan perasaan dan pikiran terhadap
segala sesuatu mengenai ruang yang diterima melalui indera dan
kemampuan geraknya, dengan latar belakang dan orientasi nilai
budaya yang berbeda-beda (Hidjaz, 2007).
4. Pola Sirkulasi dan Interaksi
Pola sirkulasi ruang adalah suatu bentuk rancangan dari satu ruang ke ruang
lainnya dengan maksud menambah estetika agar dapat memaksimalkan
sirkulasi ruang yang digunakan. Pola sirkulasi juga secara langsung
terbentuk dari susunan pola ruang suatu bangunan (Pynkyawati et al.,
2014). Menurut Frich, Northen dan Haskoll (1977) pola tata letak mall
yang banyak berhasil sesuai kondisi di Amerika adalah yang memiliki
bentuk huruf I, L dan T. Pada Prinsipnya pola mall adalah Linier Tambahan
variasi bertujuan untuk menghindari kemonotonan secara visual, tetapi
tanpa mengurangi pola yang sederhana. Panjang mall harus
mempertimbangkan kemampuan pengunjung untuk berjalan dari ujung
sampai ke ujung mall (Syoufa, 2014).

Menurut Ruben (1978), shopping mall adalah penggambaran kota yang


terbentuk oleh elemen-elemen:
1. Anchor magnet, merupakan pusat ruang yang menjadikan perhatian
dimana orang pasti tertuju kearah situ. Contohnya adalah main lobby,
atrium, hall, dan void.
2. Magnet sekunder, berupa fungsi pendamping utama Lifestyle center
seperti toko retail, tempat makan, dan supermarket.
3. Street mall, merupakan ciri pada umumnya Lifestyle center dimana ada
pedestrian dan jalur sirkulasi yang menghubungkan magnet-magnet.
4. Landscaping, berupa lanskap yang menyeimbangkan seluruh tapak
Lifestyle center.
4.1. Analisis Pola Sirkulasi Ruang
Menurut Francis D.K.Ching dalam bukunya Teori arsitektur (1993),
pola sirkulasi ruang terdiri dari 5 pola, diantaranya pola linier, pola
radial, pola spiral (berputar), pola network (jaringan) dan pola grid.
Dari 5 pola sirkulasi ruang tersebut, memberikan suatu gambaran akan
pola sirkulasi yang dapat menjadi acuan dalam suatu desain sirkulasi
pada suatu bangunan. Berikut adalah beberapa shopping center beserta
analisis pola sirkulasinya:
a) Tunjungan Plaza I
Tunjungan Plaza 1 terdiri dari 5 lantai dengan atrium pada bagian
tengah bangunan dan memiliki koridor-koridor spiral dengan lantai
sloping yang membuat pengunjung dapat menikmati semua lantai
dengan berjalan santai dan nyaman yang diperlengkapi dengan lift
dan eskalator untuk berpindah dari satu lantai ke lantai lain (Sari,
8 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

2014). Melalui rancangan koridor spiral dan lantai sloping tersebut,


dapat disimpulkan bahwa Tunjungan Plaza 1 memiliki konfigurasi
alur sirkulasi spiral yang adalah sebuah jalur tunggal yang menerus
dan berawal dari sebuah titik pusat (A), bergerak melingkar dan
semakin menjauh dari titik pusat tersebut.

Gambar 2. Alur spiral (A) atrium; (B) lantai 4


Sumber: (Sari, 2014)
b) Mall Bandung Trade Center
Pada bangunan Mall BTC, membentuk ruang sirkulasi yang
berbentuk persegi. Hal ini terjadi pada setiap lantai karena fungsi
Mall sebagai tempat berbelanja yang terdiri dari kios- kios yang
berjejer. Sirkulasi yang berupa koridor membentuk jalan-jalan
lurus dengan mengelilingi deretan kios. Sehingga pada Mall BTC
pola sirkulasi berupa spiral. Sedangkan pada bangunan Hotel BTC,
pola sirkulasi yang terbentuk berupa pola linier. Hal ini
dikarenakan tata letak ruang yang sejajar dan tidak ada maju
mundur pada ruang-ruang tertentu. (Pynkyawati et al., 2014)
9 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

Gambar 1. Pola Sirkulasi Ruang Mall dan Hotel BTC


Sumber: (Pynkyawati et al., 2014)

c) Paris Van Java


Sifat pencapaian Paris Van Java Mall adalah pencapaian tersamar
karena pencapaian terhambat adanya koridor Utama, koridor
Sekunder, dan Selasar. Konfigurasi alur sirkulasi pada Paris Van
Java Mall adalah linier. Alur gerak pengunjung menuju Paris Van
Java Mall pada hari kerja (weekday) dan akhir pekan (weekend)
cenderung melalui koridor Utama. Untuk akhir pekan alur gerak
menuju pintu masuk utama dialihkan menuju koridor Utama dan
koridor Sekunder karena terhalang oleh adanya sebuah event di
selasar. (Nazir, 2019)

Hubungan ruang dan jalan pada ruang terbuka publik Paris Van
Java Mall sebagai berikut:

Ga
mbar 1. Hubungan Ruang dan Jalan Pada (a) koridor utama, (b)
koridor sekunder, dan (c) selasar
Sumber: (Nazir, 2019)

d) Cihampelas Walk
Penataan ruang luar bangunan utama pada kawasan ini, tertata secara
linier. Sesuai dengan teori Francis DK Ching (1996 hal 186) bahwa
tatanan linier dapat memberikan kemudahan dalam aksesibilitas di
dalamnya, karena hanya bersifat garis utama yang sedikit bercabang di
tiap sisinya. Keuntungan lain yang didapat adalah kecepatan dalam
aksesibilitas. Dengan beberapa kemudahan yang dihasilkan dari
tatanan linier ini, maka desain tata letak ruang luar pada kawasan ini
tepat digunakan khususnya bagi penyandang cacat. (Pynkyawati et al.,
2012)
10 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

Gambar. 9 Sirkulasi Ruang Luar Cihampelas Walk


Sumber: (Pynkyawati et al., 2012)

e) Mall Kelapa Gading


Mall ini memiliki 3 ruang terbuka publik yang terintegrasi dengan
Mall Kelapa Gading, yaitu koridor La Piazza, koridor Gading Walk,
dan selasar. Ruang terbuka publik pada Mall Kelapa Gading berada di
Ground Floor (GF) yang dikelilingi oleh hotel, retail dan restoran. Sifat
pencapaian pada ruang terbuka publik Mall Kelapa Gading
menggunakan pencapaian tersamar menuju pusat perbelanjaan
dikarenakan bentuk sirkulasi yang menembus ruang terbuka publik dan
melewati ruang-ruang di koridor pusat perbelanjaan Mall Kelapa
Gading. Konfigurasi alur gerak pengunjung di ruang terbuka publik
berupa radial karena letak ruang terbuka publik di tengah- tengah pusat
perbelanjaan sehingga pengunjung dapat bergerak ke segala arah.
kecenderungan alur gerak pengunjung pada weekday dan weekend,
yakni menuju koridor pusat perbelanjaan.

Gambar 1. Kecenderungan Alur Gerak Sirkulasi Pada Hari Kerja


(Weekday) _garis tebal dan Akhir Pekan (Weekend) _garis tipis
Sumber: (Nazir, 2019)

f) Lippo Mall Kemang


Sifat pencapaian pada ruang terbuka publik Lippo Mall Kemang
menggunakan pencapaian tersamar menuju pusat perbelanjaan
dikarenakan adanya penghambat, yakni ruang terbuka publik serta
hubungan ruang dan jalan yang melewati ruang-ruang berupa retail
11 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

makanan dan minuman dan menembus ruang di area tempat duduk.


Konfigurasi alur gerak pengunjung berbentuk radial dengan
kecenderungan alur gerak pada hari kerja dan akhir pekan menuju
pintu masuk berada di sisi Utara ruang terbuka publik. (Nazir, 2019)

Gambar 1. Kecenderungan Alur Gerak pengunjung dalam beraktivitas


di Ruang Terbuka Publik Lippo Mall Kemang
Sumber: (Nazir, 2019)

5. Simpulan
Pusat perbelanjaan adalah suatu wadah atau tempat terjadinya transaksi
jual beli yang dapat menciptakan kedinamisan lingkungan. Lifestyle center sendiri
adalah pusat perbelanjaan yang terdiri dari beberapa toko retail, pusat makanan,
dan pusat hiburan yang dikelola oleh manajemen yang baik sampai pada
perawatan dan pengawasannya. Selain menjadi tempat perbelanjaan lifestyle
center juga menggabungkan pusat hiburan seperti bioskop, area bermain dan area
olahraga.
Lifestyle center pada perencanaanya tidak hanya memikirkan bagaimana
bangunan terbangun. Namun juga memikirkan bagaimana terciptanya suasana
ruang dan interaksi sosial yang baik, dengan mempertimbangkan dan menerapkan
desain interior dan pola sirkulasi yang membuat pengunjung berkesan karena
berbeda dari yang lain. Dengan adanya desain interior dan pola sirkulasi ruang
juga terbentuklah rasa emosional pengunjung yang membentuk suatu kegiatan
berdasarkan fungsi dan kegiatannya. Penggunaan desain interior dan pola sirkulasi
juga sesuai dengan kriteria semua umur, agar anak kecil, lansia, bahkan golongan
difabel pun tertarik dan nyaman selama berada dalam area lifestyle center.
12 | Pengaruh Desain Interior dan Pola Sirkulasi Ruang terhadap Perilaku dan Penyebaran Pengunjung di Lifestyle Center

DAFTAR PUSTAKA

Hidjaz, T. (2007). Desain Interior Dan Perilaku Pengunjung Di Ruang Publik.


Dimensi Interior, 5.
Hidjaz, T. (2013). Desain Interior Dan Perilaku Pengunjung Di Ruang Publik
( Studi Kasus : Bandung Super Mall ). 1–19.
ICSC. (2017). Us_Center_Classification. January, 2017.
Kusumowidagdo, A. (2005). Peran Penting Perancangan Interior Pada Store
Based Retail. Dimensi Interior, 3(1).
Nazir, I. R. (2019). Pengaruh Aspek Sirkulasi Dalam Membentuk Integrasi Ruang
Terbuka Publik Pada Sebuah Pusat Perbelanjaan. Jurnal SCALE, 5(2), 13.
https://doi.org/10.33541/scale.v5i2.31
Primayudha, N. (2018). TINJAUAN DESAIN INTERIOR KORIDOR HALL
MALL. 155–159.
Pynkyawati, T., Alpi, M., Hendarsyah, R., & Amhar, F. (2012). Kajian Desain
Sirkulasi Ruang Luar Dan Ruang Dalam Bagi Penyandang Cacat Pada
Kawasan Bangunan Ciwalk ( Cihampelas Walk ). Jurnal Arsitektur
Universitas Bandar Lampung, 1(3), 7–13.
Pynkyawati, T., Aripin, S., Iliyasa, E. R. I., & Ningsih, L. Y. (2014). Kajian
Efisiensi Desain Sirkulasi pada Fungsi Bangunan Mall Dan Hotel BTC.
Jurnal Reka Karsa, 2(1), 1–12.
Sari, S. M. (2011). Sejarah Evolusi Shopping Mall. Dimensi Interior, 8(1).
https://doi.org/10.9744/interior.8.1.52-62
Sriti Mayang Sari, M. (2014). Aplikasi Sirkulasi Fungsional Pada Interior
Shopping Mall “Tunjungan Plaza” Di Surabaya. Intra, 2(2), 555–562.
Syoufa, A. (2014). Pengaruh Pola Sirkulasi Pusat Perbelanjaan Mall Terhadap
Pola Penyebearan Pengunjung. Jurnal Desain Konstruksi, 13(2), 46–57.
Ariyanti, n. Peran Desain Interior Terhadap Kepuasan Pemustaka. Jurnal
Administrasi Publik, 3(11), 1868-1873.
Hidjaz, T. (2011). Interaksi Perilaku dan Suasana Ruang di Perkantoran Kasus
di 2 lokasi Kantor Pusat PT . Telkom , Bandung. Jurnal Itenas Rekarupa,
1(1), 13–27.
Ching, Francis D.K; 1993; “Teori Arsitektur : Bentuk, ruang, dan susunannya”,
Jakarta; Erlangga halaman 16.
Piliang, Yasraf A. 1998. Hiper-Realitas Kebudayaan. Yogyakarta: LkiS.
Fries, Northen dan Haskoll, M., Shopping Centers, College of Estate
Management, 1977.
Rubenstein, Harvey M. 1978. Centrall City Mall. New York: John Willy and
Sons.

Anda mungkin juga menyukai