PROPOSAL
Oleh:
PATCHU RAHMI
NIM : 1313194063
Oleh :
PATCHU RAHMI
NIM : 1313194063
Menyetujui;
Pembimbing I
Mengetahui;
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Proposal Penelitian
Formulasi Pembuatan Sediaan Lilin Aromaterapi dari Ekstrak Jahe Merah
(Zingiber officinale Rosc. var. rubrum)”. Seiring syalawat dan salam penulis
sampaikan keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabt
beliau semoga kelak mendapat limpahan safaat beliau.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta fasilitas
sehingga Proposal ini dapat disusun, antara lain penulis sampaikan kepada:
1. Ibu dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan
STIKes Helvetia Medan.
2. Bapak Dr. Ayi Darmana, M.Si., selaku Ketua STIKes Helvetia Medan.
3. Ibu Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt., selaku Ketua Progra Studi D-III
Farmasi STIKes Helvetia Medan.
4. Ibu Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah membantu penulis dalam penyelesain Proposal ini.
5. Teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda, Ibunda, Kakak-kakak dan
keluarga besar yang tak henti-hentinya mendoakan dan memberikan dukungan
kepada penulis baik secara moril maupun materil.
6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi D-III Farmasi yang tekah meluangkan
waktu dalam membantu penyelesaian Proposal ini.
Penulis menyadari bahwa Proposal ini jauh dari kesempurnaan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis juga
mengharapkan Proposal ini menjadi sesuatu yang berarti bagi ilmu pengetahuan.
Penulis
Patchu Rahmi
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak abad ke-15 sebelum gas dan listrik menjadi sumberdaya penerangan,
lilinlah yang menjadi sumber penerangan utama. Sampai saat ini lilin tetap
menjadi pilihan dan memberikan nuansa baru sebagai alternatif dekorasi ruangan
yang akan menciptakan suasana yang berbeda tergantung ungsi, bentuk, letak
Sebelum tahun 1854, lilin terbuat dari bahan baku lemak hewan, malam
Sehingga lilin dari lemak hewan menghasilkan asap hitam dan bau tidak
sedap, dan lilin dari malam tawon mahal dan sukar didadapatkan. Barulah pada
pertengahan abad ke-20, ditemukan bahan baku lilin yang lebih murah, mudah
didapat, waktu bakar lebih lama dan lebih mudah diolah, yaitu stearin.(1)
Akan tetapi, jika ditilik lebih jauh dan mendalam, berbagai praktek upacara adat
antara lain inhalasi, berendam, pijat, semprot dan kompres.(3) Lima cara tersebut,
sebagai cara penyembuhan paling cepat dan juga menghirup uap minyak
(penghirupan), yaitu penghirupan uap aroma yang dihasilkan dari beberapa tetes
minyak atsiri dalam wadah berisi air panas. Lilin aromaterapi akan menghasilkan
dan lalat.
Minyak jeruk nipis beraroma enak seperti halnya minyak lemon dan jenis
jeruk lainnya. Minyak ini bersifat sebagai pembangkit tenaga dan dapat
menjernihkan pikiran. Secara tradisional, minyak ini digunakan sebagai penyegar,
Minyak akar wangi atau vetiver mirip dengan minyak nilam. Khasiatnya
Secara umum lilin berfungsi sebagai penerangan dan secara fisik kurang
menarik. Penelitian ini akan membuat lilin aromaterapi yang berfungsi ganda,
yaitu sebagai alat penerangan, media terapi, penyegar ruangan dan efek terapi.
yaitu pengaruh perbedaan komposisi bahan, konsentrasi dan jenis minyak atsiri
minyak jasmin.
(essential oil) menggunakan minyak minyak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan
aromaterapi terhadap organoleptis (uji hedonik dan mutu hedonik) dan waktu
bakar?
2. Bagaimana pengaruh perbedaan tingkat konsentrasi minyak atsiri pada
hedonik)?
hedonik)?
komposisi bahan dan tingkat konsentrasi minyak atsiri pada produk lilin
aromaterapi, jenis aroma yang disukai, kesukaan konsumen terhadap produk lilin
aromaterapi (uji organoleptik), efek terapi pertama kali yang dihasilkan dari
dan 4%) pada produk lilin aromaterapi terhadap organoleptis (uji hedonik dan
mutu hedonik)?
3. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis minyak atsiri yang digunakan
(minyak jeruk nipis dan minyak akar wangi) pada pembuatan lilin
penerangan saja tetapi bermanfaat pula bagi masyarakat dalam penggunaan terapi
non farmakologi.
untuk penulis sendiri tentang penggunaan lilin aromaterapi sebagai terapi non
produk lilin aromaterapi (uji organoleptik) dan efek terapi pertama kali yang
1.5 Hipotesis
aromaterapi baik dari organoleptik, efek terapi pertama kali yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Penelitian I
Pada penelitian sebelumnya yang diuji oleh Sapta Raharja et.al. (2006)
komposisi bahan dan tingkat konsentrasi minyak atsiri pada produk lilin
aromaterapi (uji organoleptik) dan efek terapi yang dihasilkan dari minyak melati
dan lavender.
a1 = 10 stearin; 90 paraffin
a2 = 50 stearin; 50 paraffin
a3 = 90 stearin; 10 paraffin
b1 = 2%; b2 = 4%
c1 = melati; c2 = lavender
nilam sebagai minyak pengikat sebanyak 10 % dari minyak atsiri yang digunakan.
Parameter uji pada penelitian ini meliputi uji kekerasan, titik leleh, waktu
bakar, warna, dan pengujian organoleptik (hedonik dan mutu hedonik). Uji
lavender yang ditambahkan ke dalam bahan lilin cair adalah 2 persen dan 4 persen
untuk setiap jenis minyak. Minyak nilam sebagai zat pengikat ditambahkan
lavender.
Produk lilin terbaik berdasarkan uji kekerasan dan waktu bakar adalah lilin
(a2). Uji titik leleh terbaik ada pada komposisi bahan 90 stearin: 10 parafin (a3)
dan 10 stearin: 90 parafin (a1). Produk lilin terbaik berdasarkan uji warna adalah
dan jenis minyak atsiri tidak memberikan pengaruh yang nyata. Berdasarkan hasil
uji kekerasan, waktu bakar, titik leleh dan warna, lilin dengan komposisi bahan 90
komposisi bahan 50 stearin: 50 parafin (a2) sebagai lilin yang disukai konsumen.
Lilin terbaik pertama hasil uji organoleptik adalah lilin a2b1c2 dan terbaik kedua
adalah lilin a2b1c1. Lilin dengan selang waktu deteksi aroma, waktu deteksi efek
terapi dan efek terapi terbaik adalah lilin a3b1c1. Jenis aroma yang mudah
diidentifikasi oleh panelis dan yang memberikan efek terapi terbaik adalah melati
(c1). Produk lilin terbaik berdasarkan hasil pengujian keseluruhan adalah lilin
2.1.2 Penelitian II
Pada penelitian yang dilakukan oleh Merin Awu Sari et.al. (2012) yaitu
Agung Semarang”.
Hasil Penelitian ini adalah aromaterapi ekstrak kulit buah jeruk nipis
Led Photoelectric”.
Hasil dari penelitian ini adalah minyak akar wangi konsentrasi 0.5% dan
mencit putih jantan dengan alat led Photoelectric yang menggunakan cahaya
sebagai penginduksinya.
Sejak abad ke-15 sebelum gas dan listrik menjadi sumberdaya penerangan,
lilinlah yang menjadi sumber penerangan utama. Sampai saat ini lilin tetap
menjadi pilihan dan memberikan nuansa baru sebagai alternatif dekorasi ruangan
yang akan menciptakan suasana yang berbeda tergantung fungsi, bentuk, letak
Lilin dari lemak hewan menimbulkan asap hitam dan bau tidak sedap,
sedangkan lilin dari malam tawon harganya mahal dan sulit didapatkan. Barulah
pada pertengahan abad ke-20, ditemukan bahan baku lilin yang lebih murah,
mudah didapat, waktu bakar lebih lama dan lebih mudah diolah, yaitu stearin.(1)
Pada awalnya lilin berfungsi sebagai penerangan, kini fungsi lilin tidak
(1)
sebagai penerangan saja. Kini telah berkembang menjadi lilin yang berfungsi
(penghirupan), yaitu penghirupan uap aroma yang dihasilkan dari beberapa tetes
minyak atsiri dalam wadah berisi air panas. Lilin aromaterapi akan menghasilkan
Aroma lilin dihasilkan dari minyak atsiri jeruk nipis dan akar wangi yang
Sejak dahulu orang telah mengenal berbagai jenis tanaman yang memiliki
bau spesifik. Bau tersebut bukan ditimbulkan oleh bunganya, tetapi oleh
tanamannya, baik dari batang, daun, rimpang, atau keseluruhan bagian tanaman.
secara terus menerus sehingga dapat memberi ciri tersendiri yang berbeda-beda
antara tanaman satu dengan tanamn yang lainnya. Minyak ini bukan merupakan
senyawa tunggal, tetapi tersusun oleh gabungan dari berbagai senyawa “pencetus
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak
ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minya esensial karena pada
menguap pada suhu kama. Minyak ini diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun,
kulit batang, kayu dan akar tumbuh-tumbuhan. Minyak atsiri merupakan minyak
formula obat dan kosmetik tertua yang diketahui manusia dan diklaim lebih
hangat sampai panas, atau justru dingin ketika dirasa dikulit, tergantung dari
pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika
e) Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubahmenjadi
tengik (rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun oleh asam-
asam lemak.
udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet), dan panas karena
h) Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang palarisasi dengan rotasi
asimetrik
i) Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut
kesil.
dan Rutaceae), terkandung di dalam semua jaringan (pada famili Coniferae). Pada
bunga mawar, kandungan minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota bunga,
pada kayu manis (sinamon)banyak ditemui di kulit batang (korteks), pada famili
Umbelliferae banyak terdapat dalam perikarp buah, pada Menthae sp. Terdapat
dalam rambut kelenjar batang dan daun, serta pada jeruk terdapat dalam kulit buah
adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida
tertentu. Peranan paling utama dari minyak atsiri terhadap tumbuhan itu sendiri
adalah sebagai pengusir serangga (mencegah daun dari bunga rusak)serta sebagai
Tidak satupun minyak atsiri tersusun dari senyawa tunggal, tetapi merupakan
campuran komponen yang terdiri dari tipe-tipe yang berbeda. Berdasarkan cara
bertingkat.
Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti
bau atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah salah
satu cara pengobatan penyakit dengan bau-bauan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan serta berbau harum, gurih dan enak yang disebut dengan minyak atsiri.
Istilah aromaterapi baru populer pada tahun 1928. Namun, cara pengobatan ini
kimia utama yang dikandungnya adalah limonena. Limonena adalah zat yang
METODOLOGI PENELITIAN
Eksperimental adalah
daerah lain. Sampel minyak geranium, minyak akar wangi dan minyak nilam
sebagai bahan pengikat dibeli di toko online yakni Lansida Group. Jl. Karanglo,
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah panci ganda, Hot
plate, Cangkir stainless steel, kawat, gelas tuang, cetakan lilin, pengaduk,
termometer, gelas piala, timbangan, sudip, gelas bakar, korek api, gunting dan
stopwatch.
3.4.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah parafin, stearin, bubuk
minyak akar wangi, minyak nilam sebagai bahan pengikat) dan pin pengait
sumbu.
Organoleptis
minyak jeruk nipis dan minyak akar manis dilakukan dengan cara trial and error.
Oppenheimer (2001), bahwa secara umum malam atau lilin hanya dapat menerima
sediaan lilin aromaterapi. Pada penelitian ini menggunakan minyak pengikat yaitu
minyak nilam dengan konsentrasi 10 % dari minyak atsiri (minyak juruk nipis dan
1 F1 3 - 10 10 90
2 F2 - 3 - 10 90
3 F3 4 - - 10 90
4 F4 - 4 10 10 90
5 F5 3 - 10 50 50
6 F6 - 3 - 50 50
7 F7 4 - - 50 50
8 F8 - 4 10 50 50
9 F9 3 - 10 90 10
1
F10 - 3 - 90 10
0
1
F11 4 - - 90 10
1
1
F12 - 4 10 90 10
2
1. Minyak Atsiri
a) Minyak Geranium
3
F1 = × 40 g=1.2 ml
100
4
F3 = × 40 g=1.6 ml
100
3
F5 = × 40 g=1.2 ml
100
4
F7 = × 40 g=1.6 ml
100
3
F9 = × 40 g=1.2 ml
100
4
F11 = × 40 g=1.6 ml
100
3
F2 = × 40 g=1.2 ml
100
4
F4 = × 40 g=1.6 ml
100
3
F6 = × 40 g=1.2 ml
100
4
F8 = × 40 g=1.6 ml a
100
3
F10 = × 40 g=1.2 ml
100
4
F12 = × 40 g=1.6 ml
100
10
F1 = ×1.2 ml=0.12 ml
100
10
F4 = ×1.6 ml=0.16 ml
100
10
F5 = ×1.2 ml=0.12 ml
100
10
F8 = ×1.6 ml=0.16 ml
100
10
F9 = ×1.2 ml=0.12 ml
100
10
F12 = ×1.6 ml=0.16 ml
100
3. Komposisi Bahan
10
F1 parafin = × 40 g=4 g
100
90
F1 stearin = × 40 g=36 g
100
10
F2 parafin = × 40 g=4 g
100
90
F2 stearin = × 40 g=36 g
100
10
F3 parafin = × 40 g=4 g
100
90
F3 stearin = × 40 g=36 g
100
10
F4 parafin = × 40 g=4 g
100
90
F4 stearin = × 40 g=36 g
100
50
F5 parafin = × 40 g=20 g
100
50
F5stearin = × 40 g=20 g
100
50
F6 parafin = × 40 g=20 g
100
50
F6 stearin = × 40 g=20 g
100
50
F7 parafin = × 40 g=20 g
100
50
F7 stearin = × 40 g=20 g
100
50
F8 parafin = × 40 g=20 g
100
50
F8 stearin = × 40 g=20 g
100
90
F9 parafin = × 40 g=36 g
100
10
F9 stearin = × 40 g=4 g
100
90
F10 parafin = × 40 g=36 g
100
10
F10 stearin = × 40 g=4 g
100
90
F11 parafin = × 40 g=36 g
100
10
F11 stearin = × 40 g=4 g
100
90
F12 parafin = × 40 g=36 g
100
10
F12 stearin = × 40 g=4 g
100
3.8 Proses Pembuatan Lilin Aromaterapi
masing.
f) Tambahkan minyak atsiri ( minyak jeruk nipis dan akar wangi) dan tambahkan
Panaskan
(50 oC)
Panaskan
(55 oC)
1.3 mg bubuk
pewarna
Panaskan
(65-70 oC)
Aduk
Homogen
Mengeras
Wadah + Sumbu
LILIN AROMATERAPI
Parameter uji lilin aromaterapi yaitu uji organoleptis (uji hedonik dan mutu
a. Letak Sumbu
sama dan merata, tidak retak, tidak cacat dan tidak patah (2).
c. Gelembung/Bintik Udara
1 = sedikit (little)
2 = sedang (moderate)
3 = banyak (much)
sukarelawan.
Waktu deteksi aroma pertama kali, dibagi dalam 5 kategori yaitu (2):
0 – 20 det (sec)
21 – 40 det (sec)
41 – 60 det (sec)
Waktu deteksi efek terapi pertama kali, dibagi dalam 5 kategori yaitu (2):
0 – 39 det (sec)
39 – 78 det (sec)
Wangi
sistem kerja susunan saraf pusat yang bertanggung jawab terhadap kerja minyak
esensial. (2)
Efek terapi yang dihasilkan di uji kepada suka relawan dan diuji
1 = sesak (congested)
2 = pusing (headache)
5 = ngantuk (sleepy)
10 = hangat (warm)
11 = tenang (calm)
12 = segar (fresh)
dibakar sampai habis. Waktu bakar diperoleh dari selisih antara waktu awal
pembakaran dan waktu saat sumbu lilin habis terbakar (api padam). (2)
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
1. Mangoenprasodjo, S. S., & Hidayati, S. N.(2005). Terapi alternatif dan gaya
hidup sehat. Yogyakarta: PradiptaPublishing.
2. Murhananto, Ria Aryasatyani (1999) Membuat dan Mendekorasi Lilin. Puspa
Swara Jakarta.
3. Saraswati (1985) Berkreasi dengan Lilin. Bhratara Karya Aksara Jakarta.
4. Sharma, Sumeet. 2009. Aromaterapi (Aromatherapy). Tangerang: Karisma
Publishing Group.
5. Primadiati Rachmi (2002) Aromaterapi: Perawatan Alami Untuk Sehat dan
Cantik. PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
6. Yuliani, S. Panduan lengkap minyak atsitri Hal. 6-12, 177-181.Jakarta:
Penebar Swadaya:2012
7. Poerwadi,R.Aromaterapi Sahabat Calon Ibu Hal. 93-94,117-118.Jakarta:
Dian Rakyat: 2006
8. Taufiq A, T. Menyuling minyak atsiri. Yogyakarta : PT Citra Aji Parama:
2007
9. Konsoemardiyah. A-Z Aromaterapi untuk Kesehatan, Kebugaran, dan
Kecantikan, Yogyakarta : Lily Publisher, 2009.
10. Jusuf, O. Membuat Patung Gips dan Lilin. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama : 2007
11. Konsoemardiyah, Ag Budi Indarto. Nyamuk pergi tanpa Racun.
Yogyakarta : Lily Publisher. 2015
12. Oppenheimer B (2001) The Candlemaker’s Companion. Storey Books.
Massachusetts USA.
13. Ketaren S (1986) Pengantar Teknologi Minyak Lemak dan Pangan. Penerbit
UI-Press Jakarta.