DIRGAHANI PUTRI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Aplikasi Sitokinin dan
Mikoriza untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Bibit Asal Setek Basal Daun
Mahkota Nanas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2020
Dirgahani Putri
NRP A251170031
RINGKASAN
DIRGAHANI PUTRI. Aplikasi Sitokinin dan Mikoriza untuk Meningkatkan
Produksi dan Mutu Bibit Asal Setek Basal Daun Mahkota Nanas. Dibimbing oleh
M. RAHMAD SUHARTANTO dan ENY WIDAJATI.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
APLIKASI SITOKININ DAN MIKORIZA UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU BIBIT ASAL
SETEK BASAL DAUN MAHKOTA NANAS
DIRGAHANI PUTRI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Sobir, MSi
:snp111ei33u1\l.
OZOG N\tr L �
q1u;:ia 1ifo[OtDJAl. unp mun
!PlUS lUBJiJO.Td l?IU;'.:l)l_
lJ010 !O\jB10)]lQ
ST!\J ·pulepl,\\ AU3 JJ .IQ V\J JJ JO
l £00l l l SZV d<IN
Ullld muqu'BJ!O l?lll8N
sBm�N Bto:>[4BJ"J unua JBrna )1010s resv nqttl mnJ;\J
tmp !�D\11J10Jd llU)jW)jBll)U0W
xtuun t!ZUO){TJ;\J: uep U!UD\Ol!S !�IDl!Jdv: S)S0.l tnpnj-
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini ialah mutasi, dengan judul Aplikasi Sitokinin dan Mikoriza untuk
Meningkatkan Produksi dan Mutu Bibit Asal Setek Basal Daun Mahkota Nanas.
Penyelesaian penelitian dan penyusunan tesis ini tidak lepas dari dukungan
banyak pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Dr Ir M. Rahmad Suhartanto, MSi dan Ibu Dr Ir Eny Widajati, MS selaku
pembimbing atas bimbingan, sarana prasarana, saran, dukungan, dan doa yang
telah diberikan selama penelitian sampai selesainya penyusunan tesis dan Ibu Dr
Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku ketua program studi Ilmu dan Teknologi
Benih yang telah mendukung, memudahkan dan mendoakan penulis.
2. Suami, orang tua, Ibu Rosdiana dan semua keluarga atas doa dan kasih sayang
yang selalu diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis.
3. Prof Dr Ir Sobir, MSi selaku dosen penguji luar komisi yang telh memberikan
koreksi dan saran untuk perbaikan tesis.
4. Bapak dan Ibu Dosen pada program studi Ilmu dan Teknologi Benih atas ilmu
yang telah diberikan.
5. Pihak Pusat Kajian Hortikultura Tropika LPPM IPB dan Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam program Riset STARNAS yang telah
mendanai, memfasilitasi dan membantu selama penulis penelitian.
6. Nadiya, Pak Arif, Yukarie, Moses, Ibu Kartika, teman-teman ITB dan semua
pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis selama penelitian sampai
selesainya penyusunan tesis.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat dan Allah memberkahi semua pihak yang
telah melakukan kebaikan kepada penulis.
Dirgahani Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Setek Basal Daun Mahkota Nanas 3
Sitokinin 4
Peran Mikoriza untuk Meningkatkan Laju Pertumbuhan 4
3 METODE 6
Waktu dan Tempat 6
Percobaan 1 Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Sitokinin
terhadap Produksi dan Mutu Setek Basal Daun Mahkota Nanas 7
Percobaan 2 Pengaruh Dosis Mikoriza terhadap Produksi dan Mutu Bibit
Asal Setek Basal Daun Mahkota Nanas 9
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Sitokinin terhadap Produksi
dan Mutu Setek Basal Daun Mahkota Nanas 12
Pengaruh Dosis Mikoriza terhadap Produksi dan Mutu Bibit Asal Setek
Basal Daun Mahkota Nanas 20
5 SIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 31
RIWAYAT HIDUP 40
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi sitokinin terhadap persentase
setek bertunas 5-20 MST 32
2 Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi sitokinin terhadap persentase
setek bertunas 5-20 MST 33
3 Ekstrapolasi tinggi bibit setek basal daun mahkota nanas percobaan
pertama 34
4 Ekstrapolasi tinggi bibit asal setek basal daun mahkota nanas percobaan
kedua 34
5 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap tinggi bibit asal setek basal daun
mahkota nanas 1-10 MST 35
6 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap lebar daun bibit asal setek basal
daun mahkota nanas 1-10 MSP 36
7 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap jumlah daun bibit asal setek basal
daun mahkota nanas 1-10 MSP 37
8 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap panjang daun bibit asal setek basal
daun mahkota nanas 1-10 MSP 38
9 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap jumlah akar, panjang akar, bobot
kering tunas dan bobot kering akar bibit asal setek basal daun mahkota
nanas 10 MSP 39
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Setek adalah salah satu teknik pembiakan vegetatif yang dilakukan dengan
cara melakukan pemisahan atau pemotongan bagian batang, akar atau daun dari
pohon induknya. Menurut Hartmann et al. (1997) perbanyakan dengan
menggunakan setek mempunyai beberapa kelebihan antara lain: (1) bibit dapat
diperoleh dalam jumlah besar dan waktu yang relatif singkat, (2) tanaman cukup
homogen dan dapat dipilih dari bahan tanaman yang mempunyai kualitas tinggi
yang diturunkan dari induknya, (3) membutuhkan bahan setek yang sedikit, (4)
populasi tanaman yang dihasilkan relatif seragam, dan (5) mudah dan tidak
memerlukan teknik yang rumit. Struktur morfologi tanaman nanas dapat dilihat
pada Gambar 1.
dan persentase berakar 85.19% lebih tinggi dibandingkan dengan bagian pangkal
daun mahkota 1.39 cm dan persentase berakar 70.37%.
Sitokinin
3 METODE
Makhota Nanas
Output: Output:
Mendapatkan konsentrasi dan frekuensi Mendapatkan dosis mikoriza yang
tepat
aplikasi sitokinin yang tepat
Rekomendasi : Rekomendasi :
Mendapatkan konsentrasi, frekuensi Mendapatkan dosis mikoriza yang
aplikasi sitokinin yang tepat untuk tepat untuk meningkatkan produksi
meningkatkan produksi dan mutu bibit dan mutu bibit nanas yang
nanas yang berkualitas berkualitas
Rancangan Percobaan
Percobaan pertama menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktorial, dengan dua faktor. Faktor pertama adalah sitokinin BAP terdiri
atas lima taraf konsentrasi yaitu: 0, 200, 400, 600, dan 800 ppm. Faktor kedua
adalah frekuensi aplikasi terdiri atas tiga taraf pemberian yaitu 1 kali, 2 kali dan 3
kali pemberian. Setiap pemberian terdiri atas tiga ulangan, sehingga terdapat 45
satuan percobaan berupa box semai berukuran 40 cm x 30 cm. Masing-masing
satuan percobaan terdiri dari 30 setek basal daun mahkota nanas sehingga total
bahan setek yang akan digunakan adalah 1 350 setek. Rancangan statistik
menggunakan model aditif linear sebagai berikut :
Prosedur Percobaan
Persiapan dan sterilisasi media tanam. Media tanam yang digunakan adalah
campuran cocopeat dan kompos dengan perbandingan 1:1 (Husniati 2010). Media
tanam disterilkan terlebih dahulu dengan menempatkan media ke dalam drum
tertutup yang dipanaskan selama 4 jam untuk menghindari adanya patogen.
Selanjutnya media tanam tersebut diisi ke dalam bak persemaian berupa bak plastik
yang bagian dasarnya berlubang dan ditempatkan di green house kebun percobaan
Cikabayan. Media yang telah disterilisasi tersebut kemudian disiram air dan
dibiarkan selama dua hari agar air meresap rata pada media sehingga
kelembabannya merata (Naibaho 2012).
Persiapan setek basal daun mahkota nanas. Mahkota nanas disusun kemudian
disimpan di ruang terbuka selama 7-9 hari setelah panen (Hairani 2019). Bagian
mahkota yang digunakan adalah bagian tengah sampai ujung mahkota nanas
(Eprilian 2019).
8
Pembuatan larutan IBA dan BAP. Pembuatan larutan IBA 250 ppm dilakukan
dengan menimbang senyawa IBA sebanyak 0.25 g, dilarutkan dengan beberapa
tetes alkohol 96% sampai larut dan kemudian ditambahkan aquadest hingga volume
larutan mencapai 1 L. Pembuatan larutan BAP dilakukan dengan menimbang
senyawa BAP sesuai taraf masing-masing pemberian (0.2 g; 0.4 g; 0.6 g; dan 0.8
g), dilarutkan dengan beberapa tetes KOH 1 N sampai senyawa BAP larut dan
kemudian ditambahkan aquadest hingga volume mencapai 1 L. Sebelum
digunakan, larutan stok tersebut dapat disimpan dalam lemari pendingin
(refrigerator).
Aplikasi ZPT dan penyemaian. Aplikasi IBA dilakukan dengan cara merendam
setek selama 30 menit. Selanjutnya setek ditanam dalam bak persemaian yang telah
terisi media tanam. Jarak tanam antar setek 5 cm dan kedalaman tanam 2 cm.
Frekuensi penyemprotan BAP terdiri atas 1 kali (2 MST), 2 kali (2 dan 3
MST) dan 3 kali (2, 3, dan 4 MST), menggunakan hand sprayer sesuai taraf
pemberian pada mata tunas. Dosis BAP untuk masing-masing setek adalah 2 ml per
setek. Pemeliharaan dilakukan secara intensif selama percobaan berlangsung.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada seluruh setek yang ditanam pada setiap satuan
percobaan. Pengamatan dilakukan sejak 5 MST-20 MST.
Secara kuantitatif peubah yang diamati pada percobaan pertama meliputi:
1. Persentase setek hidup, dilihat apabila setek masih segar. Pengamatan
dilakukan selama 5-20 MST.
9
Percobaan 2 Pengaruh dosis mikoriza terhadap produksi dan mutu bibit asal
setek basal daun mahkota nanas
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan kedua menggunakan model Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan dosis mikoriza sebagai pemberian. Dosis
mikoriza Glomus sp. Jumlah spora/bibit terdiri atas lima taraf yaitu: 0, 50, 100, 150,
dan 200 spora/bibit. Pengelompokan dilakukan berdasarkan ukuran tunas yaitu
kecil 0.5-3 cm, sedang >3-5.5 cm, dan besar >5.5 cm. Setiap pemberian diulang
tiga kali, sehingga diperoleh 15 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan
terdiri atas 25 bibit yang berasal dari setek basal daun mahkota nanas sehingga total
bibit yang akan digunakan berjumlah 375 bibit. Rancangan statistik menggunakan
model aditif linear sebagai berikut :
Yij = μ + αi + βj + εij
Keterangan :
Уijk = respon pada pengaruh dosis mikoriza ke-i, dan ulangan ke-j
μ = rataan umum
αi = (nilai) pengaruh dosis mikoriza taraf ke-i
βj = pengaruh kelompok ke-j
10
Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan kedua sama dengan percobaan pertama. Perbedaannya
terletak pada ZPT yang digunakan. Pada percobaan ini ZPT yang digunakan hanya
IBA. Bibit nanas yang telah berumur 10 MST, dipindahkan ke tempat pembibitan
berdasarkan pengelompokan ukuran tunas (kecil, sedang dan besar). Bibit ditanam
pada polybag berukuran 15 cm x 20 cm dengan media tanam campuran arang
sekam, kompos, cocopeat, dan tanah dengan perbandingan 1:3:3:3 sebanyak 2 kg
per polybag.
Aplikasi mikoriza diberikan pada saat bibit pindah tanam, dengan
memberikan mikoriza disekitar perakaran sesuai pemberian. Aplikasi mikoriza
diberikan sebanyak 0 g (tanpa mikoriza), 5 g (50 spora), 10 g (100 spora), 15 g (150
spora), dan 20 g (200 spora). Hal ini berdasarkan hasil pengamatan yang
menunjukkan bahwa 10 g mikoriza Glomus sp mengandung ± 100 spora.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada seluruh bibit dari setiap satuan percobaan.
Pengamatan dilakukan sejak satu minggu setelah pembibitan (MSP) hingga 10
MSP. Peubah yang diamati pada percobaan kedua adalah:
1. Persentase hidup tunas, dilihat apabila tunas masih segar. Pengamatan
dilakukan pada 1-10 MSP.
2. Tinggi tunas (cm), diukur dari pangkal tunas hingga daun terakhir yang muncul
pada tunas. Pengamatan dilakukan pada 1-10 MSP.
3. Jumlah daun, dihitung mulai daun terbawah hingga daun terakhir yang terbuka.
Pengamatan dilakukan pada 1-10 MSP.
4. Lebar daun, diukur dari lebar daun tengah terpanjang. Pengamatan dilakukan
pada 1-10 MSP
5. Panjang daun, diukur dari panjang daun terpanjang. Pengamatan dilakukan
pada 1-10 MSP
6. Jumlah akar, dihitung berdasarkan jumlah akar primer yang muncul dari setiap
bahan setek yang ditanam. Pengamatan dilakukan pada 10 MSP
7. Panjang akar (cm), diukur dari pangkal sampai ujung akar primer. Pengamatan
dilakukan pada 10 MSP.
8. Bobot kering tunas (g), tunas terlebih dahulu diberishkan dan dipisahkan dari
akar. Tunas kemudian dioven pada suhu 60 oC selama 72 jam. Penimbangan
tunas dilakukan menggunakan timbangan analitik. Pengamatan dilakukan
terhadap seluruh setek bertunas pada 10 MSP.
9. Bobot kering akar (g), akar terlebih dahulu diberishkan dan dipisahkan dari
tunas. Akar kemudian dioven pada suhu 60 oC selama 72 jam. Penimbangan
akar dilakukan menggunakan timbangan analitik. Pengamatan dilakukan
terhadap seluruh tunas berakar pada 10 MSP.
11
10. Persentase infeksi akar mikoriza, dilakukan pada akhir pengamatan percobaan
kedua yaitu 10 MSP. Menggunakan metode Persentase akar terinfeksi dihitung
dengan rumus:
bidang pandang yang terinfeksi
Kolonisasi akar (%) = x 100%
bidang pandang keseluruhan
11. Kecepatan tumbuh bibit (cm/minggu), dihitung dengan rumus :
Tinggi akhir (cm) − Tinggi awal saat tanam (cm)
Kecepatan tumbuh = x 100%
lama pengamatan
12. Analisis kandungan klorofil, analisis kandungan klorofil menggunakan alat
SPAD. Analisis kandungan klorofil dilakukan pada 5 dan 10 MSP.
13. Analisis N, P, K daun, analisis N menggunakan metode Kjeldahl, analisis P
dan K menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada umur tanaman 10 MSP.
14. Analisis enzim fosfatase, analisis menggunakan metode Tabatabai dan
Bremner (1969) pada umur tanaman 10 MSP pada media tanaman.
12
sangat nyata pada 15 dan 20 MST serta memberikan pengaruh tidak nyata terhadap
peubah persentase setek hidup, tinggi bibit, persentase setek berakar, jumlah akar,
panjang akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar. Faktor tunggal frekuensi
aplikasi sitokinin tidak berpengaruh nyata pada sebagian peubah yang diamati
kecuali persentase setek bertunas pada 5 dan 6 MST, tinggi bibit pada 7, 9, 10, 12
adan 14 MST.
Pengaruh kelompok aplikasi BAP pada peubah pengamatan setek bertunas
5 MST terjadi karena pengelompokan berdasarkan waktu tanam yaitu 7, 8 dan 9
hari penyimpanan mahkota setelah panen. Berdasarkan hasil rata-rata dari seluruh
perlakuan, setek dengan penyimpanan mahkota 7 hari setelah panen menghasilkan
persentase setek bertunas 53.65%, penyimpanan mahkota 8 hari menghasilkan
persentase setek bertunas 61.51%, dan penyimpanan mahkota 9 hari menghasilkan
persentase setek bertunas 61.7%. Terlihat bahwa penyimpanan mahkota 9 hari
menunjukkan kecepatan bertunas yang relatif lebih dulu dibandingkan
penyimpanan mahkota 7 dan 8 hari setelah panen. Hal ini sejalan dengan penelitian
Hairani (2019) yang menyatakan penyimpanan mahkota sampai 10 hari setelah
panen menghasilkan tunas tertinggi pada 5 MST yaitu 13.71%, lebih tinggi
dibandingkan penyimpanan 2 hari (1.15%) dan 20 hari (0.77%).
Produksi Setek
A B C
Gambar 4 Setek busuk (A), setek dengan daun mengering (B), setek yang
mengalami serangan kutu putih pada bagian pangkal (C)
142
Tabel 2 Pengaruh konsentrasi dan aplikasi sitokinin terhadap setek hidup 5-20 MST
Pengamatan minggu ke- (MST)
Perlakuan
5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20
Konsentrasi BAP ..............................................%..............................................
0 ppm 87.4 87.4 87.4 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.4
200 ppm 92.2 91.5 91.1 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 88.1
400 ppm 93.7 93.7 93.7 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.4
600 ppm 92.6 92.6 92.2 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.2
800 ppm 92.2 92.2 91.1 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.1
Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
Frekuensi BAP ..............................................%..............................................
1 kali 91.9 91.9 91.8 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9
2 kali 91.3 90.9 90.6 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.7
3 kali 91.6 91.6 91.3 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2
Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
KxF BAP
Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.
152
Tabel 4 Pengaruh konsentrasi dan aplikasi sitokinin terhadap setek bertunas 6-20
MST
Setek bertunas minggu ke- (MST)
Perlakuan
6 7 8 9 10 12 14 16 18 20
Konsentrasi BAP ....................................%................................
0 ppm 64.1 b 84.5 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3
200 ppm 62.6 b 85.6 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 88.9
400 ppm 70.4 ab 91.5 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3
600 ppm 74.5 a 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1
800 ppm 74.8 a 87.8 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0
Uji F * tn tn tn tn tn tn tn tn tn
Frekuensi BAP ....................................%................................
1 kali 60.7 b 89.1 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.8
2 kali 72.2 a 87.8 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.7
3 kali 74.9 a 87.3 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2
Uji F ** tn tn tn tn tn tn tn tn tn
K X F BAP
Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5%. * = berpengaruh sangat nyata pada uji F taraf
ɑ = 5 %, ** = berpengaruh nyata pada uji F taraf ɑ = 1 %, tn= tidak
berpengaruh nyata pada uji F taraf ɑ = 5 %.
optimal sehingga pembentukan tunas pada bahan setek dapat lebih maksimal
(Octaviani 2009).
Mutu bibit
Tinggi bibit Pengamatan tinggi tunas dilakukan dengan mengukur tinggi bibit
nanas dari permukaan media tanam hingga ujung daun tertinggi. Berdasarkan
analisis ragam pengaruh konsentrasi BAP memberikan pengaruh yang nyata pada
7-10 MST, sedangkan frekuensi aplikasi BAP menunjukkan pengaruh yang nyata
pada 7 dan 14 MST serta berpengaruh sangat nyata pada 8-12 MST terhadap tinggi
bibit. Interaksi antar pemberian berpengaruh tidak nyata sampai akhir pengamatan
(Tabel 5).
Tabel 5 Pengaruh konsentrasi dan aplikasi sitokinin terhadap tinggi bibit asal setek
basal daun mahkota nanas 5-20 MST
Tinggi bibit minggu ke- (MST)
Perlakuan
7 8 9 10 12 14
Konsentrasi BAP .....................................(cm).......................................
0 ppm 1.40 a 1.64 ab 2.21 a 2.72 a 4.10 5.50
200 ppm 1.24 ab 1.67 a 2.16 ab 2.64 ab 3.96 5.39
400 ppm 1.24 ab 1.68 a 2.06 ab 2.54 abc 3.98 5.54
600 ppm 1.20 b 1.46 b 1.92 b 2.32 c 3.60 5.04
800 ppm 1.27 ab 1.49 ab 1.97 ab 2.34 bc 3.91 5.13
Uji F * * * * tn tn
Frekuensi BAP .....................................(cm).......................................
1 kali 1.37 a 1.71 a 2.26 a 2.72 a 4.23 a 5.55 a
2 kali 1.25 ab 1.57 b 2.05 b 2.55 a 3.94 a 5.44 a
3 kali 1.19 b 1.48 b 1.88 b 2.28 b 3.55 b 4.98 b
Uji F * ** ** ** ** *
K X F BAP
Uji F tn tn tn tn tn tn
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5%. * = berpengaruh sangat nyata pada uji F taraf
ɑ = 5 %, ** = berpengaruh nyata pada uji F taraf ɑ = 1 %, tn= tidak
berpengaruh nyata pada uji F taraf ɑ = 5 %.
Perbenihan Hortikultura (2016), tinggi bibit nanas asal setek basal daun mahkota
untuk sertifikasi adalah 25 cm. Sampai dengan akhir pengamatan tinggi bibit
seluruh pemberian sekitar 8-9 cm. Pemberian konsentrasi dan frekuensi aplikasi
BAP belum dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit yang dihasilkan karena
belum mencapai tinggi minimal bibit siap tanam. Hasil ekstrapolasi data tinggi bibit
mencapai standar dengan konsentrasi BAP 0 ppm pada 51 MST, 200 ppm pada 50
MST, 400 ppm pada 50 MST, 600 ppm pada 49 MST, 800 ppm mencapai standar
pada 51 MST, frekuensi aplikasi 1 kali pada 50 MST, frekuensi aplikasi 2 kali pada
50 MST dan frekuensi aplikasi 3 kali pada 52 MST. Tabel ekstrapolasi dapat dilihat
pada Lampiran 3.
Pengaruh Aplikasi Mikoriza terhadap Produksi dan Mutu Bibit Asal Setek
Basal Daun Mahkota Nanas
Pertambahan tinggi bibit, lebar daun, jumlah daun dan panjang daun
Pertumbuhan vegetatif tanaman nanas meliputi pertambahan tinggi bibit, lebar
daun, jumlah daun dan panjang daun menunjukkan bahwa pemberian pemberian
dosis mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah (Tabel 9).
Pengamatan tinggi tunas dilakukan dengan mengukur tinggi nanas dari permukaan
media tanam hingga ujung daun tertinggi. Data pengaruh ukuran tunas kecil, sedang
dan besar dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pertumbuhan tinggi bibit selama pengamatan tidak menunjukkan pengaruh
nyata. Menurut Direktorat Perbenihan Hortikultura (2016), tinggi bibit nanas asal
setek basal daun mahkota untuk sertifikasi adalah 25 cm. Pemberian dosis mikoriza
sampai akhir pengamatan belum dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit
yang dihasilkan karena belum mencapai tinggi minimal bibit siap tanam. Hasil
ekstrapolasi data tinggi bibit menunjukkan bahwa bibit dengan dosis mikoriza 0
spora sampai 200 spora mencapai standar pada 43 MSP, 42 MSP, 43 MSP, 43 MSP
dan 39 MSP (Lampiran 4). Harahap et al., (2014) menyatakan bahwa tidak
maksimalnya asosiasi antara mikoriza yang diinokulasikan dengan inangnya,
menyebabkan kurangnya penyerapan unsur hara, sehingga tanaman yang dihasilkan
juga memiliki tinggi tanaman relatif sama.
Faktor lainnya yang mempengaruhi tinggi tanaman adalah faktor
lingkungan terutama cahaya dan suhu. Menurut Fitter dan Hay (1994) bahwa
pertumbhuan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya
dan suhu, dimana kedua faktor ini berperan penting dalam produksi dan transportasi
bahan makanan sehingga sehinggs dengan intensitas cahaya yang sama maka
pertumbuhan tanaman yang dihasilkan juga reatif sama.
Pengamatan lebar daun dilakukan dengan mengukur bagian daun yang
terlebar. Pertambahan lebar daun setiap minggunya terlihat tidak berpengaruh.
Hasil pengukuran lebar daun tanaman yang dilakukan setiap minggu, didapatkan
nilai yang hampir sama pada setiap pemberian. Aplikasi mikoriza tidak
berpengaruh terhadap lebar daun (Tabel 9). Data pengaruh ukuran tunas kecil,
sedang dan besar terhadap lebar daun dapat dilihat pada Lampiran 6.
Terlihat bahwa lebar daun terlebar adalah pemberian dosis mikoriza 50-200
spora tidak berpengaruh terhadap kontrol. Hal ini diduga karena setek basal dari
mahkota membutuhkan waktu yang lama dan pada pertumbuhan lebar daun sangat
rendah sehingga untuk melihat perbedaan lebar daun jelas membutuhkan waktu
yang lama sedangkan penelitian ini hanya dilakukan 10 minggu. Tidak adanya
pengaruh terhadap lebar daun dengan pemberian mikoriza diduga karena
ketersediaan dan penyerapan hara tidak terlalu berbeda oleh tanaman serta proses
metabolisme yang terjadi. Unsur hara dan air yang diserap tanaman akan digunakan
dalam proses metabolimse tanaman, khususnya meningkatkan proses fotosintesis
sehingga fotosintat yang dihasilkan sebagian ditranslokasikan untuk pertambahan
22
Jumlah akar, panjang akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi mikoriza pengaruh
yang tidak nyata terhadap jumlah akar, panjang akar, bobot kering bibit setek dan
berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar bibit asal setek basal daun mahkota
10 MSP (Tabel 10). Data pengaruh ukuran tunas kecil, sedang dan besar terhadap
jumlah akar, panjang akar, bobot kering tunas dan akar dapat dilihat pada Lampiran
9.
Tabel 10 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap jumlah akar, panjang akar, bobot
kering tunas, dan bobot kering akar bibit asal setek basal daun mahkota
nanas 10 MSP
Jumlah akar Panjang akar Bobot kering Bobot kering
Mikoriza
(helai) (cm) tunas (g) akar (g)
0 spora 5.813 16.509 0.3994 0.0792 b
50 spora 6.267 16.647 0.4764 0.0833 ab
100 spora 5.733 16.281 0.4931 0.0840 ab
150 spora 5.760 15.617 0.4540 0.0829 ab
200 spora 6.213 17.103 0.4692 0.0913 a
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.
meningkatkan penyerapan air dan unsur hara tanaman, sehingga berat kering
tanaman menjadi meningkat.
A B
Gambar 5 Akar yang tidak terinfeksi mikoriza (A), akar yang terinfeksi mikoriza (B)
25
5 SIMPULAN
Saran
Daun mahkota yang digunakan untuk setek adalah bgaian tengah samapi
ujung mahkota. Mahkota perlu dilakukan penyimpanan mahkota selama 9-10 hari.
Aplikasi IBA 250 ppm digunakan sebelum tanam untuk meningkatkan
pertumbuhan dengan cara direndam selama 30 menit. Aplikasi mikoriza 100 spora
dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit.
DAFTAR PUSTAKA
Davies PJ. (2010). The plant hormones: Their nature, occurrence, and functions.
Department of Plant Biology. Cornell University, Ithaca, New York
14853, USA.
Dedi S, Zaenal K, Priyo C. 2018. pengaruh pemberian pupuk hayati berbasis
mikoriza terhadap P tersedia dan pertumbuhan tanaman nanas (Ananas
comosus (L.) Merr) pada tanah masam. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan. 5(2): 901-909.
d’Eeckenbrugge GC, Leal F. 2003. Morphology, anatomy and taxonomy. Hal. 13-
32. Dalam Bartholomew DP, Paull RE, Rohrbach KG. (Eds). The
Pineaplle: botany, porduction and uses. CABI Publishing. Oxon. UK.
Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2016. Teknis sertifikasi benih hortikultura
[diunduh 2019 Oktober 20]. Tersedia pada
http://ingesz.files.wordpress.com/2016/04/2016-teknis-sertifikasi-benih-
hortikultura.pdf.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2017. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal
Hortikultura Tahun 2016. Jakarta (ID). Kementrian Pertanian Direktorat
Jenderal Hortikultura.
Djazuli, Muhamad. 2011. Pengaruh Pupuk P dan Mikoriza Terhadap Produksi
dan Mutu Simplisia Purwoceng (Pimpinella pruatjan). Buletin Littro. 22
(2):147-156.
Elfiani. 2011. Peningkatan efesiensi produksi bibit nanas hasil kultur jaringan
melalui aplikasi GA3 dan pupuk nitrogen pada daun [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Elfiani, Aryati V. 2012. Prospek pengembangan dan penyediaan bibit tanaman
nanas. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional Sumber Daya Genetik
Medan. hlm 7-12.
Eprilian HF. 2019. Pengaruh tingkat kemasakan buah serta optimasi auksin dan
sitokinin pada setek basal daun mahkota nanas (Ananas comosus (L.)
Merr) cv. smooth cayenne [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fitter AH, RKM Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.
Gardner GP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo
dan Subiyanto, penerje,ah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari
Physiology of Crop Plants.
Gomez KA, Gomez AA. 1984. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi
Kedua. Sjamsuddin E, Baharsyah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press.
Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research.
Hadiati S, Indriyani NLP. 2008. Petunjuk Teknis Budidaya Nanas. Solok (ID):
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika.
Hadiati S. 2011. Pengaruh konsentrasi BAP terhadap pertumbuhan setek batang
nanas (Ananas comosus L.). Agrin. 15 (2): 127-132.
Hairani PM. 2019. Penyimpanan mahkota dan aplikasi IBA serta BAP terhadap
produksi dan mutu setek basal daun mahkota nanas [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hamad AM, Taha RM 2008. Effect of benzylaminopurine (BAP) on in vitro
proliferation and growth of pineapple (Ananas comosus L. Merr.) cv.
Smooth cayenne. J. App. Sci. 8(22): 4180-4185.
28
Harahap RA, Cucu S, Santi R. 2014. Pemanfaatan fungi mikoriza arbuskular pada
media campuran subsoil dan kompos kulit pisang terhadap pertumbuhan
kelapa sawit (Elaeis gueneensis Jacq) varietas PPKS 540 di pembibitan
awal. Agric.sci. 1(4): 244-253.
Hartmann HT, DE Kester, FT Davies, RL Geneve. 1997. Plant propagation
principles and practices 6th ed. Prentice Hall. Englewood. New Jersey.
Henny RJ. 2010. A review of literature concerning the use of growth regulator to
induce lateral or basal shoot production in ornamental tropical foliage
plants. http://mrec.ifas.ufl.edu/Foliage/Resrpts/rh_90_12.htm. [10
Agustus 2018].
Hepton A. 2003. Cultural System. P.109-140. In : D.P. Bartholomew, R.E. Paull,
and K.G. Rohrbach (Eds). The Pineapple : Botany, Production, and Uses.
Wallingford (US): CABI Publishing.
Herlangga AO. 2016. Pemanfaatan fungi mikoriza arbuskula dan pupuk fosfat
untuk meningkatkan pertumbuhan bibit trembesi [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hidayati N, Eny F, Sumardi. 2015. Peran mikoriza pada semai beberapa sumber
benih mangium (Acacia mangium Willd.) yang tumbuh pada tanah kering.
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 9(1):13-29.
Husniati K. 2010. Pengaruh media tanam dan konsentrasi auksin terhadap
pertumbuhan setek basal daun mahkota tanaman nanas (Ananas comosus
L. Merr) cv. Queen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2017. Analisis kinerja perdagangan komoditas
pertanian. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Jakarta (ID): Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.
Khan, S, Nasib A, Saeed BA. 2004. Employment of in vitro technology for large
scale multiplication of pinaepple (Ananas comosus). Pak. J. Bot., 36(3):
611-615.
Kocot KP, Andrzej K, Aleksandra H. 2011. The effect of kinetin on the chlorophyll
pigments content in leaves of Zea mays L. seedlings and accumulation of
some metal ions. Inżynieria i Ochrona Środowiska. 14(4) 397-409.
Lakitan B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta [ID]: Raja Grafindo
Persada.
Laksono, Intan RD, Cucu S, Joko S. 2013. Pengaruh fungi mikoriza arbuskula
terhadap pertumbuhan akar setek pucuk kina (Cinchona ledgeriana,
Moens) klon Cib5 dan QRC. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 16(2):83-90.
Marbun CLM. 2006. Perbanyakan tanaman nanas (Ananas comosus (L.) Merr.)
varietas Queen asal kepulauan Bangka dengan kultur in vitro. skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian.
Margalef O, Sardans J, Fernandez MM, Molowny RS, Janssens IA, Ciasi P, Goll
D, Richter A, Obersteiner M, Asensio D, Penuelas J. 2017. Global patterns
of phosphatase activity in natural soil. Sci. Rep. 7:1337.
Doi:10.1038/s41598-017-01418-8.
Naher UA, Othman R, Panhwar QA. 2013. Beneficial effects of mycorrhizal
association for crop production in the tropics - a review. Int. J. Agric. Biol.,
15(5): 1021‒1028.
29
LAMPIRAN
322
Lampiran 1 Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi sitokinin terhadap persentase setek bertunas 5-20 MST
Pengamatan minggu ke- (MST)
Konsentrasi BAP Blok Rerata
5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20
............................................(%).........................................
0 ppm 1 56.7 64.4 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 84.6
2 42.2 63.3 83.3 83.3 83.3 83.3 83.3 83.3 83.3 83.3 83.3 77.7
3 42.2 64.4 85.6 85.6 85.6 85.6 85.6 85.6 85.6 85.6 85.6 79.7
Rerata 47.0 b 64.1 b 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3 86.3
200 ppm 1 50.0 57.8 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 83.4
2 38.9 57.8 85.6 86.7 85.7 86.8 85.8 86.9 85.9 86.1 85.6 79.3
3 63.3 72.2 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 86.9
Rerata 50.7 b 62.6 b 85.6 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 88.9
400 ppm 1 45.6 62.2 94.4 94.4 94.4 94.4 94.4 94.4 94.4 94.4 94.4 87.0
2 68.9 77.8 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 87.0
3 72.2 71.1 95.6 95.6 95.6 95.6 95.6 95.6 95.6 95.6 95.6 91.2
Rerata 62.2 a 70.4 ab 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3
600 ppm 1 43.3 56.7 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 81.8
2 81.1 81.1 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 90.2
3 81.1 85.6 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 90.6
Rerata 68.5 a 74.5 a 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1
800 ppm 1 45.6 62.2 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 91.1 84.3
2 74.4 81.1 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 92.2 89.6
3 78.9 81.1 86.7 86.7 86.7 86.7 86.7 86.7 86.7 86.7 86.7 85.5
Rerata 66.3 a 74.8 a 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0
Keterangan : Angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%. MST :
minggu setelah tanam; Blok : ulangan berdasarkan waktu tanam 7 hari setelah penyimpanan (1), 8 hari setelah penyimpanan
(2), 9 hari setelah penyimpanan (3), aNilai rerata adalah hasil pembulatan satu angka dibelakang titik.
33
33
Lampiran 2 Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi sitokinin terhadap persentase setek bertunas 5-20 MST
Pengamatan minggu ke- (MST)
Aplikasi BAP Blok Rerata
5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20
............................................(%).........................................
1 kali 1 48.0 51.3 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.1 82.7
2 55.3 69.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 93.3 87.7
3 41.3 61.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 89.3 82.4
a
Rerata 48.2 a 60.7 b 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9 90.9
2 kali 1 66.7 70.7 84.7 84.7 84.7 84.7 84.7 84.7 84.7 84.7 84.7 81.8
2 63.3 72.7 90.0 90.7 90.7 90.7 90.7 90.7 90.7 90.7 90.0 86.4
3 55.3 73.3 91.3 91.3 91.4 91.5 91.6 91.7 91.8 91.9 91.3 86.6
Rerataa 61.8 a 72.2 a 88.7 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.9 88.7
3 kali 1 73.3 75.3 86.0 86.0 86.0 86.0 86.0 86.0 86.0 86.0 86.0 83.9
2 68.0 76.0 92.0 92.0 92.0 92.0 92.0 92.0 92.0 92.0 92.0 88.4
3 59.3 73.3 92.7 92.7 92.7 92.7 92.7 92.7 92.7 92.7 92.7 87.9
a
Rerata 66.9 a 74.9 a 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2 90.2
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%. MST : minggu
setelah tanam; Blok : ulangan berdasarkan waktu tanam 7 hari setelah penyimpanan (1), 8 hari setelah penyimpanan (2), 9 hari
setelah penyimpanan (3). aNilai rerata adalah hasil pembulatan satu angka dibelakang titik.
342
Lampiran 3 Ekstrapolasi tinggi bibit setek basal daun mahkota nanas percobaan pertama
Pengamatan minggu ke- (MST)
Perlakuan
30 34 38 42 46 47 48 49 50 51 52 53
Konsentrasi BAP
0 ppm 14.0 16.2 18.3 20.5 22.7 23.3 23.8 24.3 24.9 25.4 25.9 26.5
200 ppm 14.2 16.4 18.7 20.9 23.1 23.7 24.3 24.8 25.4 25.9 26.5 27.0
400 ppm 14.4 16.7 19.0 21.3 23.5 24.1 24.7 25.2 25.8 26.4 26.9 27.5
600 ppm 13.6 15.7 17.9 20.0 22.2 22.7 23.3 23.8 24.3 25.4 26.1 26.9
800 ppm 13.6 15.7 17.9 20.0 22.1 22.7 23.2 23.8 24.3 25.4 26.1 26.9
Frekuensi BAP
1 kali 14.2 16.4 18.6 20.8 23.0 23.6 24.1 24.7 25.2 24.2 24.7 25.1
2 kali 14.2 16.5 18.7 21.0 23.2 23.8 24.3 24.9 25.5 33.6 34.5 35.3
3 kali 13.4 15.5 17.7 19.8 21.9 22.4 23.0 23.5 24.0 24.6 25.1 25.6
Lampiran 4 Ekstrapolasi tinggi bibit asal setek basal daun mahkota nanas percobaan kedua
Pengamatan minggu ke- (MSP)
Mikoriza
12 20 28 32 36 37 38 39 40 41 42 43
0 spora 11.0 14.7 18.3 20.1 21.9 22.4 22.9 23.3 23.8 24.2 24.7 25.1
50 spora 11.4 15.0 18.7 20.5 22.4 22.8 23.3 23.7 24.2 24.7 25.1 25.6
100 spora 11.5 15.2 18.9 20.7 22.5 23.0 23.5 23.9 24.4 24.8 25.3 25.8
150 spora 11.4 15.0 18.6 20.4 22.2 22.7 23.1 23.6 24.0 24.5 24.9 25.4
200 spora 11.8 15.7 19.7 21.7 23.7 24.1 24.6 25.1 25.6 26.1 26.6 27.1
35
Lampiran 5 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap tinggi bibit asal setek basal daun mahkota nanas 1-10 MSP
Pengamatan ke- (Minggu)
Mikoriza Blok Rerata
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
....................................(cm)...................................
0 spora 1 2.9 3.4 3.9 4.3 5.1 5.5 5.9 6.1 6.6 6.8 7.1 5.2
2 4.9 5.3 6.0 6.8 7.3 7.8 8.3 8.4 9.0 9.2 9.6 7.5
3 8.2 8.7 9.3 10.1 10.9 11.2 11.6 11.9 12.3 12.5 12.6 10.8
Rerataa 5,3 5.8 6.4 7.1 7.8 8.2 8.6 8.8 9.3 9.5 9.7
50 spora 1 3.0 3.8 4.6 4.9 5.6 6.0 6.4 6.6 7.2 7.5 7.9 5.8
2 4.7 5.2 6.0 6.6 7.1 7.5 7.9 8.1 8.3 8.8 9.1 7.2
3 8.4 9.2 9.9 10.8 11.5 11.8 12.2 12.5 12.8 13.1 13.3 11.4
Rerataa 5,4 6.1 6.8 7.4 8.1 8.4 8.8 9.1 9.5 9.8 10.1
100 spora 1 3.0 3.6 4.3 4.8 5.4 5.8 6.1 6.4 6.9 7.2 7.5 5.5
2 4.7 5.3 6.0 6.6 7.1 7.6 8.0 8.2 8.4 8.9 9.2 7.3
3 8.9 9.6 10.4 11.2 12.1 12.4 12.8 13.2 13.6 13.7 14.0 12.0
a
Rerata 5,5 6.2 6.9 7.5 8.2 8.6 9.0 9.3 9.6 9.9 10.2
150 spora 1 3.0 3.5 4.1 4.6 5.2 5.7 6.2 6.4 6.9 7.3 7.6 5.5
2 4.9 5.3 5.9 6.6 7.0 7.6 8.0 8.2 9.0 9.3 9.6 7.4
3 9.4 10.0 10.6 11.2 11.9 12.1 11.8 12.7 13.0 13.1 13.4 11.7
Rerataa 5,7 6.2 6.9 7.5 8.0 8.5 8.6 9.1 9.6 9.9 10.2
200 spora 1 3.0 3.6 4.3 5.0 5.7 6.0 6.4 6.6 7.3 7.5 7.9 5.8
2 5.1 5.9 6.6 7.4 8.0 8.4 8.8 9.1 9.8 10.1 10.4 8.1
3 8.1 8.9 9.5 10.1 10.9 11.1 11.8 11.9 12.6 12.8 13.0 11.0
Rerataa 5,4 6.1 6.8 7.5 8.2 8.5 9.0 9.2 9.9 10.2 10.4
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%. MST : minggu
setelah tanam; Blok : tunas kecil 0.5-3 cm (1), tunas sedang >3-5.5 cm (2), tunas besar >5.5 cm (3). aNilai rerata adalah hasil
pembulatan satu angka dibelakang titik
352
362
Lampiran 6 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap lebar daun bibit asal setek basal daun mahkota nanas 1-10 MSP
Pengamatan ke- (Minggu)
Mikoriza Blok Rerata
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
....................................(cm)...................................
0 spora 1 0.4 0.6 1.0 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 1.3 1.0
2 1.1 1.1 1.6 1.3 1.3 1.3 1.3 1.4 1.4 1.4 1.5 1.3
3 1.3 1.4 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.7 1.8 1.7 1.6
a
Rerata 0.9 1.0 1.4 1.3 1.3 1.3 1.4 1.4 1.4 1.5 1.5
50 spora 1 0.5 0.6 1.1 1.1 1.2 1.2 1.2 1.2 1.3 1.3 1.4 1.1
2 1.1 1.1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.4 1.4 1.3
3 1.3 1.4 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.9 1.9 1.9 2.0 1.8
Rerataa 1.0 1.0 1.4 1.4 1.4 1.4 1.5 1.5 1.5 1.5 1.6
100 spora 1 0.5 0.5 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1 1.2 1.2 1.2 1.3 1.0
2 1.1 1.1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.4 1.3 1.3 1.4 1.4 1.3
3 1.4 1.6 1.8 1.9 1.9 1.9 1.9 1.9 2.0 2.0 2.1 1.8
a
Rerata 1.0 1.1 1.4 1.4 1.4 1.4 1.5 1.5 1.5 1.5 1.6
150 spora 1 0.5 0.5 1.0 1.1 1.1 1.1 1.2 1.2 1.2 1.3 1.3 1.0
2 1.1 1.1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.4 1.4 1.4 1.4 1.6 1.3
3 1.4 1.6 1.7 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.9 1.9 1.8
a
Rerata 1.0 1.1 1.3 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.5 1.5 1.6
200 spora 1 0.7 0.7 1.0 1.1 1.1 1.2 1.2 1.2 1.2 1.3 1.4 1.1
2 1.1 1.2 1.3 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.5 1.6 1.4
3 1.3 1.4 1.7 1.7 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.9 1.9 1.7
Rerataa 1.0 1.1 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4 1.5 1.5 1.5 1.6
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%. MST : minggu
setelah tanam; Blok : tunas kecil 0.5-3 cm (1), tunas sedang >3-5.5 cm (2), tunas besar >5.5 cm (3). aNilai rerata adalah hasil
pembulatan satu angka dibelakang titik
37
Lampiran 7 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap jumlah daun bibit asal setek basal daun mahkota nanas 1-10 MSP
Pengamatan ke- (Minggu)
Mikoriza Blok Rerata
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
....................................(helai)...................................
0 spora 1 6.1 6.6 6.7 7.6 7.8 8.2 8.3 8.4 8.7 8.7 9.0 7.8
2 6.7 7.1 7.3 8.3 8.4 8.8 9.0 9.4 9.9 10.1 10.3 8.7
3 7.4 7.5 8.0 8.7 9.2 9.6 9.9 10.3 11.0 11.4 11.5 9.5
a
Rerata 6.7 7.1 7.4 8.2 8.5 8.9 9.1 9.4 9.8 10.1 10.2
50 spora 1 6.1 6.7 6.9 7.4 7.7 8.0 8.1 8.4 8.8 8.9 9.7 7.9
2 6.9 7.3 7.5 8.2 8.6 8.8 9.1 9.2 9.4 9.6 9.7 8.6
3 7.7 8.1 8.8 9.4 9.7 10.1 10.7 11.2 12.0 12.1 12.1 10.2
Rerataa 6.9 7.4 7.7 8.3 8.7 9.0 9.3 9.6 10.0 10.2 10.5
100 spora 1 6.2 6.8 6.9 7.2 7.4 8.0 8.5 8.6 8.9 9.1 9.3 7.9
2 6.9 7.2 7.8 8.2 8.5 8.9 9.0 9.3 9.6 9.9 10.2 8.7
3 7.8 8.0 8.7 9.3 9.8 9.9 10.5 11.1 11.8 11.8 11.8 10.0
a
Rerata 7.0 7.3 7.8 8.3 8.6 8.9 9.3 9.7 10.1 10.3 10.4
150 spora 1 6.3 6.9 7.1 7.5 7.6 8.2 8.5 8.6 8.9 9.2 9.4 8.0
2 7.1 7.1 7.2 7.9 8.0 8.7 9.0 9.3 9.6 10.0 10.2 8.6
3 7.8 7.9 8.4 8.8 9.2 9.4 10.5 10.5 11.2 11.5 11.8 9.7
a
Rerata 7.0 7.3 7.5 8.1 8.3 8.8 9.3 9.5 9.9 10.2 10.5
200 spora 1 6.9 6.5 6.9 7.4 7.7 8.2 8.5 8.5 8.8 9.0 9.2 8.0
2 7.0 7.5 7.7 8.6 8.7 9.1 9.3 9.6 10.3 10.7 10.7 9.0
3 7.8 8.0 8.6 9.3 9.6 9.9 10.5 10.9 11.8 12.0 12.2 10.0
Rerataa 7.2 7.4 7.7 8.4 8.7 9.1 9.5 9.7 10.3 10.6 10.7
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%. MST : minggu
setelah tanam; Blok : tunas kecil 0.5-3 cm (1), tunas sedang >3-5.5 cm (2), tunas besar >5.5 cm (3). aNilai rerata adalah hasil
pembulatan satu angka dibelakang titik.
372
382
Lampiran 8 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap panjang daun bibit asal setek basal daun mahkota nanas 1-10 MSP
Pengamatan ke- (Minggu)
Mikoriza Blok Rerata
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
....................................(cm)...................................
0 spora 1 2.8 3.2 3.5 4.0 4.6 5.1 5.5 5.8 6.2 6.7 6.7 4.9
2 4.5 4.8 5.5 6.2 6.9 7.3 7.9 7.8 8.6 8.8 9.1 7.0
3 7.6 8.2 8.1 9.5 10.5 10.7 11.1 11.2 11.6 11.9 12.0 10.2
Rerataa 5.0 5.4 5.7 6.6 7.4 7.7 8.1 8.2 8.8 9.1 9.3
50 spora 1 2.9 3.7 4.2 4.6 5.2 5.4 6.1 6.0 6.9 7.1 7.5 5.4
2 4.3 4.6 5.6 6.1 6.8 6.9 7.4 7.6 7.6 8.3 8.6 6.7
3 7.9 8.6 9.4 10.3 10.0 11.3 11.6 11.8 12.3 12.7 12.9 10.8
Rerataa 5.0 5.6 6.4 7.0 7.3 7.9 8.4 8.4 8.9 9.4 9.7
100 spora 1 2.9 3.4 3.9 4.3 5.3 5.8 6.1 6.5 6.8 7.0 7.0 5.4
2 4.3 4.8 5.5 6.1 6.7 7.1 7.6 7.6 8.2 8.5 8.7 6.8
3 8.6 9.1 10.0 10.7 11.5 11.8 12.4 12.6 12.9 13.1 13.4 11.5
a
Rerata 5,2 5.8 6.5 7.1 7.8 8.2 8.7 8.9 9.3 9.5 9.7
150 spora 1 2.8 3.2 3.8 4.3 4.6 5.3 5.8 5.9 6.5 6.8 7.2 5.1
2 4.5 4.8 5.4 6.1 6.5 7.2 7.6 7.7 8.5 8.8 8.8 6.9
3 8.9 9.5 10.0 10.6 11.5 11.7 11.2 12.1 12.4 12.5 12.9 11.2
Rerataa 5.4 5.8 6.4 7.0 7.5 8.0 8.2 8.6 9.1 9.4 9.6
200 spora 1 2.9 3.1 3.9 4.5 5.2 5.6 6.0 6.1 6.9 7.1 7.5 5.4
2 4.7 5.5 6.2 6.9 7.5 8.4 8.4 8.4 9.4 9.6 9.6 7.7
3 7.6 8.5 9.0 9.7 10.5 10.7 11.2 11.3 12.0 12.2 12.5 10.5
Rerataa 5.0 5.7 6.4 7.0 7.7 8.2 8.5 8.6 9.4 9.7 9.9
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%. MST : minggu
setelah tanam; Blok : tunas kecil 0.5-3 cm (1), tunas sedang >3-5.5 cm (2), tunas besar >5.5 cm (3). aNilai rerata adalah hasil
pembulatan satu angka dibelakang titik.
39
Lampiran 9 Pengaruh aplikasi mikoriza terhadap jumlah akar, panjang akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar bibit asal setek basal
daun mahkota nanas 10 MSP
Mikoriza Blok Jumlah akar (helai) Panjang akar (cm) Bobot kering tunas (g) Bobot kering akar (g)
0 spora 1 4.680 12.124 0.2075 0.0400
2 5.720 17.316 0.4482 0.0688
3 7.040 20.088 0.5426 0.1288
Rerata 5.813 16.509 0.3994 0.0792 b
50 spora 1 4.960 12.404 0.2272 0.0460
2 5.280 16.068 0.3612 0.0608
3 8.560 21.468 0.8408 0.1432
Rerata 6.267 16.647 0.4764 0.0833 ab
100 spora 1 3.920 13.308 0.2104 0.0311
2 4.800 16.344 0.3632 0.0662
3 8.480 19.192 0.9056 0.1546
Rerata 5.733 16.281 0.4931 0.0840 ab
150 spora 1 4.520 11.872 0.2248 0.0320
2 4.880 14.856 0.3500 0.0652
3 7.880 19.396 0.7872 0.1514
Rerata 5.760 15.375 0.4540 0.0829 ab
200 spora 1 4.720 13.648 0.2232 0.0312
2 5.760 16.960 0.4540 0.0672
3 8.160 20.700 0.7304 0.1756
Rerata 6.213 17.103 0.4692 0.0913 a
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%. MST : minggu
setelah tanam; Blok : tunas kecil 0.5-3 cm (1), tunas sedang >3-5.5 cm (2), tunas besar >5.5 cm (3).
392
40
2
RIWAYAT HIDUP