Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 21- 27 (2009) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.

php/jai 21
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

Identifikasi Dan Uji Postulat Koch Cendawan Penyebab Penyakit Pada


Ikan Gurame

Identification and Koch Postsulate Test of Fungal Causative Disease in


Gouramy Fish
S. Nuryati, F. B. P. Sari, dan Taukhid
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680

ABSTRACT

Micotic diseases caused by aquatic fungi is often found in gouramy fish (Osphronemus goramy Lac.) at
various stages from egg hatching to adult. Samples of fungi were isolated and identified from eggs and fish
indicated with fungal diseases infection. Saprolegnia was identified in infected egg whereas Aphanomyces sp.
was identified in the internal part (underneath lesion) of gouramy fish. Postulate Koch tests was further
confirmed that both species could infect gouramy fish.

Keyword : Gouramy, fungi, Saprolegnia and Aphanomyces

ABSTRAK

Penyakit mikotik yang disebabkan oleh cendawan akuatik sering ditemui pada ikan gurame
(Osphronemus goramy Lac.) dari fase penetasan telur sampai ukuran dewasa. Dari isolasi dan identifikasi yang
dilakukan terhadap telur yang terinfeksi dan permukaan tukak diperoleh cendawan Saprolegnia, sedangkan
isolasi dan dan identifikasi dari bagian internal (dibawah tukak) ikan gurame diperoleh cendawan
Aphanomyces sp. Dari uji reinfeksi dengan menggunakan Postulat Koch diperoleh hasil bahwa cendawan
Saprolegnia yang diisolasi dari telur gurame maupun cendawa cendawan Aphanomyces dari tukak dapat
menginfeksi ikan gurame.

Kata kunci : gurame, cendawan, Saprolegnia dan Aphanomyces

PENDAHULUAN jenis penyakit yang sering dijumpai pada


usaha budidaya bik pembenihan maupun
Usaha perikanan terutama budidaya pembesaran adalah penyakit yang disebabkan
telah berkembang pesat dan diusahakan oleh cendawan.
secara intensif dengan ciri padat penebaran Ikan gurame (Osphronemus goramy
yang tinggi dan lingkungan yang terkontrol. Lac.) termasuk salah satu komoditas
Hal ini memerlukan manajemen yang baik budidaya yang dapat terserang penyakit
agar menghasilkan komoditas yang cendawan (Arsyad dan Hadaimi, 1989).
berkualitas. Dalam pengelolaannya, Penyakit cendawan mudah sekali menyerang
seringkali terdapat kendala yang berpeluang telur, benih maupun ikan dewasa yang telah
menghambat kelancaran usaha budidaya. mencapai ukuran konsumsi. Mengingat nilai
Salah satu kendala tersebut adalah penyakit ekonomis ikan gurame sampai saat ini masih
yang berimplikasi negatif terhadap cukup tinggi, maka diperlukan usaha
produktifitas komoditas budidaya. pencegahan penyakit yang dapat
Munculnya serangan penyakit disebabkan menghambat atau mengganggu usaha
oleh interaksi yang tidak serasi antara inang, budidayanya. Walaupun cendawan yang
patogen dan lingkungan (Afrianto dan menyerang ikan terlihat tidak berbahaya, tapi
Liviawaty, 1992). Interaksi yang tidak serasi dalam keadaan parah dapat menyebabkan
mengakibatkan stres pada ikan sehingga kematian pada ikan. Oleh karena terbatasnya
melemahkan mekanisme pertahanan diri dan informasi mengenai penyakit yang
ikan mudah terserang penyakit. Salah satu disebabkan oleh cendawan, termasuk yang
22 S. Nuryati, F.B.P. Sari, dan Taukhid

menyerang ikan gurame, maka perlu media yang telah disiapkan. Untuk
dilakukan penelitian yang berhubungan mengetahui kemungkinan hifa cendawan
dengan penyakit ini. Penelitian ini bertujuan menembus pada bagian internal ikan
untuk menggali informasi mengenai jenis (daging), maka daging yang terletak dibawah
cendawan yang menyerang ikan gurame sisik tempat tumbuhnya cendawan diambil
sehingga dapat mendukung langkah sebesar 5 mm dengan metode aseptik dan
penanggulangan serangan cendawan. ditanam pada media. Cendawan yang telah
diinokulasi disegel menggunakan pita
perekat dan diinkubasi pada suhu ruang yang
BAHAN & METODE berkisar antara 24 – 28 °C. Pengamatan
pertumbuhan cendawan yang telah diisolasi
Sterilisasi Alat dan Media dilakukan setelah 24 jam. Apabila cendawan
tersebut tumbuh, maka dilakukan pemurnian
Sterilisasi alat dan media merupakan
isolat dengan menanam kembali pada media
syarat penting dalam keberhasilan isolasi dan
GYA tanpa antibiotik.
identifikasi cendawan dari suatu spesimen
yang diperikasa sehingga cendawan yang
bertanggung jawab terhadap suatu infeksi Penanaman pada Media Cair (Broth)
dapat diidentifikasi dengan tepat. Sebelum Cendawann yang tumbuh ditanam pada
digunakan, alat-alat yang akan digunakan media cair (Glucose Yeast tanpa agar)
direndam dalam larutan alkohol 70 % untuk dengan memotong hifa cendawan menjadi
mencegah kemungkinan terjadinya “mat” (potongan kecil) yang berukuran
kontaminasi pada saat isolasi cendawan. 3×3×3 mm secara aseptik. Penanaman ini
Wadah yang digunakan juga harus dalam bertujuan untuk mengamati proses sporulasi
keadaan steril, yaitu telah melalui proses atau terbentuknya granul, kantung spora dan
sterilisasi menggunakan autoklaf bertekanan keluarnya spora stelah “mat” cendawan
1 atm pada suhu 121°C selama 15 menit. dalam media cair berumur 2 sampai 3 hari.
Demikian juga pada meja kerja yang akan
digunakan sebagai tempat isolasi harus Identifikasi Jenis Cendawan
dibersihkan menggunakan larutan alkohol 70 Setelah berumur 3 hari dan hifa dari
%. “mat” cendawan telah berkembang dicuci
menggunakan akuades steril dan diamati
Pembuatan Media Cendawan menggunakan mikroskop dengan perbesaran
Sebagai media tumbuh bagi cendawan 100 dan 200 kali. Pengamatan proses
yang akan diisolasi, disiapkan media GYA sporulasi berguna untuk identifikasi jenis
(Glucose Yeast Agar) yang ditambah dengan cendawan yang disolasi dari telur dan ikan
antibiotik penicili streptomycin untuk gurame. Berdasarkan ciri yang diamati dari
mencegah kontaminasi bakteri. Komposisi proses sporulasi dapat diketahui jenis atau
media yang digunakan adalah: genus cendawan yang menyerang telur atau
Akuades : 1 liter ikan gurame.
Glukosa : 5 gram
Yeast ekstrak : 2,5 gram Uji Reinfeksi Cendawan
Agar : 15 gram Ikan gurame yang berukuran 5 inchi
Penicilin streptomycin : 10 ml (dosis disiapkan untuk uji reinfeksi cendawan. Ikan
10.000 unit/ml) dikondisikan dalam keadaan stres sehingga
mekanisme penyerangan patogen (cendawan)
Isolasi Cendawan dari Telur dan Ikan mempunyai peluang yang besar. Ikan dilukai
Gurame Sakit pada bagian sisi tubuhnya (dibawah sirip
Sampel berupa telur dan ikan gurame punggung) dengan mencabut sisiknya seluas
sakit dengan indikasi terserang cendawan 1 cm2. Ikan dipindahkan dari wadah
dicuci menggunakan akuades. Cendawan pemeliharaan yang bersuhu 28 °C ke
yang ditemukan diambil dan ditanam pada akuarium berukuran 20×20×20 cm dengan
Identifikasi dan uji coba postulat koch 23

suhu 25 °C. Perubahan suhu mendadak HASIL & PEMBAHASAN


diharapkan menjadi stresor bagi ikan
Pengamatan Mikroskopis
sehingga meningkatkan peluang serangan
cendawan. Kepadatan ikan masing-masing Karakteristik mikroskopis cendawan
akuarium adalah 5 ekor/akuarium. yang diamati meliputi bentuk hifa dan sistem
Selain diamati proses sporulasinya, hifa sporulasi (bentuk dan jumlah kantung spora).
cendawan yang berkembang juga digunakan Cendawan yang menginfeksi telur ikan
untuk uji reinfeksi dengan cara gurame adalah Saprolegnia sp., sedangkan
diinokulasikan dalam akuarium pemeliharaan cendawan Aphanomyces sp. menyerang
ikan untuk masing-masing jenis cendawan. bagian eksternal (sisik dan kulit) maupun
Pengamatan harian terhadap perubahan yang internal (daging) ikan gurame yang
terjadi dilakukan sampai hari ke-7. berukuran 8 inchi. Cendawan Aphanomyces
sp. bersifat parasitik dengan kantung spora
Reisolasi Cendawan lebih dari satu dan keluar dari bagian
samping hifa. Secara mikroskopis, struktur
Proses reisolasi cendawan diambil dari hifa cendawan Saprolegnia sp. relatif lebih
ikan uji yang telah terserang cendawan tebal dibandingkan dengan Aphanomyces sp.
dengan lukanya yang semakin parah. Walaupun keduanya termasuk dalam satu
Reisolasi cendawan dilakukan dengan famili, namun memiliki ciri yang berbeda
mengambil sisik yang ditumbuhi cendawan, dan mudah dibedakan trerutama proses
mengambil cendawan yang lepas dari luka sporulasinya. Parameter yang diamati dalam
ikan dan mengangkat bagian permukaan luka proses identifikasi cendawan dapat dilihat
yang ditumbuhi cendawan secara aseptik pada tabel 1.
yang kemudian ditanam pada media yang Kantung spora cendawan Saprolegnia
telah tersedia. Otot daging yang berada sp. berbentuk memanjang dan menggembung
dibawah permukaan luka diambil dengan yang merupakan diferensiasi dari hifa
memotong sedalam 5 mm, dibagi menjadi vegetatif. Spora berkembang memadati
bagian yang lebih kecil (2 mm) dan ditanam sporangium dan bergerak dari arah hifa
pada media GYA yang telah ditambahkan menuju sporangium. Menurut Sharma
antibiotik. Pengamatan pertumbuhan (1994), pada saat spora lepas, ujung
cendawan dilakukan setiap hari. Pemurnian sporangium (Protuberant tip) pecah, spora
isolat dilakukan terhadap cendawan yang keluar dalam keadaan terbalik (didahului
tumbuh. Data yang diperoleh berupa oleh posterior yang bertekstur kasar) dan
karakteristik cendawan dan hasil reinfeksi keluar tanpa membentuk kista di ujung
dengan uji Postulat Koch dianalisi secara
sporangium (langsung menyebar). Setelah
deskriptif. semua spora lepas, sporangium segera
memperbarui diri dan berkembang menjadi
sporangium baru.

Gambar 1. Proses sporulasi cendawan Saprolegnia sp.


24 S. Nuryati, F.B.P. Sari, dan Taukhid

Sedangkan cendawan Aphanomyces sp. bercabang, tidak bersepta dan berpigmen.


memiliki sporangium yang lebarnya sama Hal ini sesuai dengan pernyataan Mc. Kenzie
dengan hifanya. Zoospora dibentuk dari hifa dan Hall (1076) dalam Lilley et al (1992)
vegetatif yang berkembang dalam sebuah tentang ciri-ciri Aphanomyces sp. Dari hasil
deretan tunggal dan muncul pada ujung identifikasi ditemukan bahwa Aphanomyces
sporangium dalam bentuk memanjang, sp. bersifat parasitik karena menghasilkan
kemudian menjadi kista di sekitarnya kantung spora lebih dari satu dan keluar dari
(Gambar 2). Hifa Aphanomyces sp. sedikit samping hifa.

Gambar 2. Proses sporulasi cendawan Aphanomyces sp.

Tabel 1. Hasil identifikasi cendawan yang diisolasi dari telur dan tubuh ikan gurame.

Saprolegnia Aphanomyces
Parameter
Pustaka Hasil Pustaka Hasil
Diameter hifa Less than 100 μm 6,6 – 13,3 μm 5 – 15 μm 6,6 – 26,6 μm
(20 μm)
Proliferasi :
 Ukuran Up to 100 μm < 100 μm 5 – 15 μm (sama 13,3 μm
sporangium dengan hifa)
 Bentuk Hifa membengkak Menggembung, Sama dengan Sama dengan
sporangium lebih lebar dari hifa hifa
hifanya
Tipe Sporulasi Spora bergerak Spora berkembang Spora Spora
dari arah hifa, memadati membentuk kista membentuk
memadati sporangium dan (encyst) berupa kista (encyst)
sporangium keluar keluar melalui bola di mulut berupa bola di
dengan memecah ujungnya dan sporangium mulut
ujung sporangium langsung sporangium
dan langsung menyebar (tanpa
menyebar (tidak encyst)
encyst)
Internal/eksternal Eksternal Eksternal Internal Internal dan
eksternal
Spora:
 Motil √ √ √ √
 Non motil − − − −
 Ukuran 5 μm 3,3 – 10 μm 6 – 15 μm 6,6 μm
Spora yang lepas Menyebar Menyebar Menyebar Menyebar
Identifikasi dan uji coba postulat koch 25

Pengamatan Makroskopis Afrianto dan Liviawaty (1992), pengaruh


stres terhadap menurunnya ketahanan ikan
Pengamatan makroskopis dilakukan
terjadi secara hormonal. Ikan stres
dengan mengamati perubahan luka dan
mempunyai respon humoral (antibodi) dan
tingkah laku ikan gurame yang diinfeksi
respon seluler (fagositik) yang relatif rendah
dengan cendawan yang berhasil diisolasi dan
sehingga tidak mempunyai kemampuan yang
diidentifikasi. Luka ikan yang diinfeksi
memadai terhadap serangan penyakit.
dengan Saprolegnia sp. mulai memerah pada
Sebelum cendawan berhasil
hari ke-5 dan cendawan yang tumbuh lepas
menginfeksi ikan, terlebih dahulu harus
bersama kulit ikan. Sebagian besar luka ikan
menghadapi sistem pertahanan pada tubuh
terserang cendawan pada hari berikutnya,
ikan yaitu lendir, sisik dan kulit. Dengan
termasuk bagian tubuh lainnya termasuk sirip
mengerik lendir dan mengambil sisiknya
punggung dan sirip perut. Tingkah laku ikan
sehingga diharapkan mekanisme
cenderung tenang namun aktif. Pada hari
penyerangan patogen (cendawan) lebih cepat
terakhir pengamatan, bagian luka hampir
dan mudah. Hal ini terbukti bahwa dari hari
semua ikan ditumbuhi cendawan bahkan
ke hari tampak luka yang ditumbuhi
pada bagian permukaan kulit lain timbul luka
cendawan dan tampak berwarna merah.
akibat ditumbuhi cendawan. Sampai hari ke-
Warna merah merupakan respon inflamasi
7, tidak terjadi kematian pada ikan dan
yang dilakukan ikan apabila terjadi luka atau
tingkah lakunya relatif normal.
serangan patogen yang ditandai dengan rasa
Keadaan luka ikan setelah proses
sakit, bengkak atau warna kemerahan dalam
reinfeksi oleh cendawan Aphanomyces sp.
kedadaan akut.
berwarna kemerahan dan terdapat selaput
Sebagai genus yang tergabung dalam
putih disekelilingnya. Hampir semua
kelompok Oomycetes, Saprolegnia sp.
epidermis terkelupas sampai terlihat otot
berkembang biak pada ikan yang mengalami
dagingnya bahkan sudah ditumbuhi
luka fisik, stres atau mengalami infeksi
cendawan pada bagian lukanya serta sirip
(Pickering dan Willoughby, 1982a dalam
punggung pada beberapa ikan. Luka sebagian
Bruno dan Wood, 1999). Penyebaran
besar ikan cenderung memerah sampai hari
cendawan ini terjadi secara langsung tanpa
akhir pengamatan dan ditumbuhi cendawan
adanya inang perantara yang rumit.
walaupun sedikit serta sirip ekor mengalami
Walaupun cendawan Saprolegnia sp. yang
erosi. Ikan paling kecil mengalami kerusakan
digunakan pada uji reinfeksi diisolasi dari
paling parah pada sirip ekor, punggung dan
telur gurame, namun terbukti mampu
perut serta permukaan kulit.
menginfeksi ikan gurame, tidak hanya bagian
Beberapa saat setelah ikan diinfeksi
luka, namun juga pada bagian tubuh lainnya
oleh Saprolegnia sp., ikan tampak gelisah
seperti sirip punggung dan sirip perut.
dan berenang dengan arah gerak yang acak,
Sampai hari terakhir pengamatan, tingkah
namun kemudian ikan mulai bisa bergerak
laku ikan cenderung normal, walaupun
normal dan tenang. Hal ini terjadi karena
sekujur tubuhnya (termasuk bagian luka)
setelah ikan dilukai, secara tiba-tiba
ditumbuhi cendawan. Tidak adanya ikan
dipindahkkan dari media bersuhu 28 °C ke
yang mati serta perilaku yang normal
wadah yang lebih kecil dengan suhu 25 °C
dimungkinkan karena jumlah sel spora yang
serta kepadatan yang lebih tinggi (6 ekor/5
diinokulasikan relatif sedikit yaitu 97 sel/ml.
liter).
Kondisi ikan gurame yang diinfeksi
Selama penelitian tidak dilakukan
oleh cendawan Aphanomyces sp.
pemberian pakan untuk mempercepat
menunjukkan tingkah laku gelisah dan
mekanisme penyerangan cendawan. Dengan
berenang dengan arah gerakan acak. Hal ini
kondisi lingkungan yang tidak menunjang
merupakan fenomena yang wajar sebagai
diharapkan terjadi interaksi yang tidak
mekanisme penyesuaian diri terhadap
seimbang antara ikan (inang), cendawan
lingkungan yang baru dan terjadi hanya
(patogen) dan lingkungan yang pada
dalam waktu singkat. Beberapa hari setelah
akhirnya ikan tidak mampu mempertahankan
perlakuan, luka yang tampak pada beberapa
diri dari serangan cendawan. Menurut
26 S. Nuryati, F.B.P. Sari, dan Taukhid

ikan berwarna agak kemerahan dengan Untuk memastikan cendawan yang


selaput putih pada sekeliling luka dan diinfeksikan ke dalam tubuh ikan berasal dari
epidermis mengelupas sehingga terlihat otot cendawan yang diinokulasikan pada uji
dagingnya. Sedangkan luka pada ikan yang reinfeksi, maka dilakukan reisolasi cendawan
lain mulai ditumbuhi cendawan walaupun dari ikan gurame hasil uji (Postulat Koch).
sedikit. Selaput yang tampak pada sekeliling Cendawan tersebut diisolasi kembali dan
luka merupakan bentuk respon seluler ditanam pada media GYA yang telah
(fagositik) sebagai mekanisme pertahanan ditambahkan abtibiotik penicillin
ikan terhadap serangan penyakit, sedangkan streptomycin. Pencampuran antibiotik
luka yang memerah merupakan suatu respon tersebut bertujuan untuk mencegah
inflamasi. Pengamatan lebih lanjut pertumbuhan bakteri sehingga dapat
menunjukkan bahwa luka pada sebagian memudahkan untuk mendapat isolat
besar ikan tetap memerah dan ditumbuhi cendawan yang diinginkan. Cendawan
cendawan walaupun sedikit, sirip ekor juga Saprolegnia sp. dan Aphanomyces sp. yang
mengalami erosi. Luka yang tetap memerah direisolasi akan tumbuh dalam media GYA
menandakan bahwa sel darah putih yang yang telah ditambah antibiotik setelah 2 – 3
menyusun sistem pertahanan relatif kurang hari. Hifa akan muncul dan berkembang
sehingga tidak mampu bekerja optimal dalam menjadi koloni yang bersumber dari sisik,
merespon dan menyembuhkan luka. Hal ini sirip, permukaan kulit dan cendawan yang
semakin diperparah oleh keadaan lingkungan lepas dari luka ikan. Dari potongan urat
yang sangat buruk, dengan banyaknya feses daging ikan juga diambil dan diisolasi untuk
pada dasar akuarium dan air yang keruh. membuktikan adanya serangan cendawan
Selanjutnya dapat diamati bahwa ikan yang pada bagian daging.
berukuran paling kecil mengalami luka yang Hasil reisolasi menunjukkan bahwa
cukup parah. Tidak hanya pada bagian yang cendawan Saprolegnia sp. tidak menembus
sengaja dilukai untuk perlakuan infeksi, kedalam urat daging ikan uji, sedangkan hifa
namun juga pada bagian tubuh yang lain Aphanomyces sp. berhasil tumbuh pada urat
(hampir seluruh permukaan tubuh). Ikan juga daging ikan uji. Hal ini membuktikan bahwa
mengalami kerusakan sirip ekor, punggung luka yang semakin merah dan berlubang
dan perut yang parah. Hal ini menunjukkan mengandung hifa Aphanomyces sp. yang
bahwa ikan yang berukuran lebih kecil mampu menembus kulit hingga bagian dalam
memiliki tingkat kerentanan yang lebih besar tubuh dan masuk dalam otot daging yang
terhadap serangan penyakit dibandingkan menjadi inangnya (Susanto, 1999).
dengan ikan yang berukuran lebih besar. Koloni yang diperoleh dimurnikan dan
Tidak adanya pemberian pakan selama ditanam pada media GYA. Dari hasil
pengamatan juga mendukung mekanisme pemurnian menunjukkan bahwa koloni
serangan patogen kedalam tubuh ikan. Ikan cendawan Saprolegnia sp. berwarna putih
tidak mendapat suplai energi dari luar kecokelatan dengan permukaan seperti kapas,
tubuhnya sehingga cadangan energi yang menonjol dan bundar. Sedangkan koloni
dimiliki digunakan untuk mempertahankan cendawan Aphanomyces sp. secara visual
diri. Sampai hari terakhir pengamatan (Hari terlihat berwarna putih dengan permukaan
ke-7), luka ikan masih tampak memerah rata dan tipis. Reisolasi cendawan yang
bahkan berlubang. Hal ini menunjukkan dilakukan terhadap potongan daging ikan
bahwa kondisi luka menjadi semakin parah dibawah luka menghasilkan isolat cendawan
dan kemungkinan miselium atau hifa Aphanomyces sp. yang bersifat parasitik. Ciri
cendawan berhasil menembus daging. spesifik cendawan tersebut berupa kantung
Disamping itu, terlihat banyak cendawan spora yang jumlahnya lebih dari satu dan
yang lepas dari luka ikan dan tersebar pada keluar dari samping hifa (gambar 2).
lingkungan pemeliharaan sehingga Cendawan Aphanomyces parasitik berbeda
memungkinkan bertambahnya jumlah dengan yang bersifat saprofitik yang hanya
zoospora dalam lingkungan tersebut. menghasilkan satu kantung spora pada
Identifikasi dan uji coba postulat koch 27

bagian terminal (ujung) hifa (Fraser et al., Bruno, D. W. Dan B. P. Wood. 1999. Fish
1992 dan Roberts et al., 1993). diseases and disorders, Volume 3:
Viral, bacterial and fungal infections.
FRS Marine Laboratory, PO BOX
KESIMPULAN 101, Victoria Road, Aberdeen AB11
9DB, UK. P. 599 – 626.
Jenis cendawan yang menyerang telur
ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) Fraser, C. G., R. B. Callinan and L. M.
adalah Saprolegnia sp. Cendawan Calder. 1992. Aphanomyces species
Saprolegnia sp. yang diinfeksikan ke ikan associated with red spot disease: An
ternyata tidak menyebabkan kematian sampai ulcerative disease of estuarine fish
hari ke-7 walaupun kepadatan spora from eastern Australia. Journal of
mencapai 97 sel/ml. Sedangkan Fish Desease. 15: 173 – 181.
Aphanomyces sp. yang bersifat parasitik
terisolasi dari sisik, kulit dan daging ikan Lilley, J. H., M. J. Phillips and K. Tonguthai.
tersebut. Dengan kepadatan spora mencapai 1992. A. Riview of epizootic
105 sel/ml, cendawan Aphanomyces sp. tidak ulcerative syndrome (EUS) in Asia
menyebabkan kematian sampai hari ke-7. Aquatic Animal Health Institut –
Cendawan Aphanomyces sp. mampu Kasetsart University Campus.
menyerang bagian internal ikan gurame, Bangkok. 73 p.
sedangkan Saprolegnia sp. hanya menyerang
bagian eksternal ikan atau tidak ditemukan Roberts, R. J. Frerichs, G. N. and Milan, S.
pada urat daging ikan. D. 1992. Epizootic ulcerative
syndrome, the current position. In: M.
Shariff, R. P. Subhasinghe and J. R.
DAFTAR PUSTAKA Arthur (eds). Disease in Asian
Aquaculture I. Fish health section.
Afrianto, E. Dan E. Liviawaty. 1992. Asian Fisheries Society, Manila.
Pengendalian hama dan penyakit
ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 20 – Sharma, O. P. 1994. Text book of fungi.
21. Department of Botany. Meerut
College. Meerut. Tata McGraw-Hill
Arsyad, H. dan R. E. Hadaimi. 1989. Publishing Company Limited. New
Petunjuk praktis budidaya perikanan Delhi. P. 74 – 75.
(suatu rangkuman). Penerbit PD.
Mahkota. Jakarta 144 hal. Susanto. 1999. Pembesaran ikan air tawar.
Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai