Anda di halaman 1dari 42

i

PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr)


PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS
KEMASAN

NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyimpanan Benih


Kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada Berbagai Kadar Air Benih dan Jenis
Kemasan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Nicky Lintang Ageng Purnama Sari


A24100042
2

ABSTRAK

NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI. Penyimpanan Benih Kedelai


(Glycine max (L.) Merr) pada Berbagai Kadar Air Benih dan Jenis Kemasan.
Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan FAIZA CHAIRANI SUWARNO.

Kadar air benih, jenis kemasan, dan kondisi lingkungan simpan, terutama
suhu dan RH, merupakan faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar air benih optimal dan
mengidentifikasi jenis kemasan yang tepat untuk mempertahankan viabilitas benih
kedelai selama penyimpanan terkontrol, serta mempelajari pengaruh interaksi dari
2 faktor perlakuan terhadap viabilitas benih. Benih kedelai varietas Tanggamus
dengan kadar air benih 79%, 911%, dan 1113% dikemas dalam plastik
polypropylene, botol kaca, dan karung plastik, dan disimpan dalam kondisi
penyimpanan terkontrol dengan suhu 1922 C dan RH 6467%. Benih disimpan
selama 6 bulan dan dilakukan evaluasi parameter viabilitas setiap bulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar air optimal benih kedelai dalam kondisi
penyimpanan terkontrol (suhu 1922 C dan RH 6467%) adalah 713% dengan
kadar air kesetimbangan 10% pada RH 65%. DHL benih kedelai dengan kadar
air 1113% secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air lain
setelah periode simpan 3 bulan. Interaksi antara 2 faktor perlakuan secara
signifikan hanya terjadi pada parameter DHL dengan periode simpan 5 dan 6
bulan, tetapi tidak untuk parameter viabilitas lainnya. Semua jenis kemasan (botol
kaca, plastik polypropylene, dan karung plastik) dapat digunakan untuk
mempertahankan mutu benih selama 6 bulan pada penyimpanan terkontrol.
Perlakuan kadar air benih dan jenis kemasan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap viabilitas benih. Hal ini mengindikasikan bahwa benih kedelai dapat
disimpan pada suhu 1922 C dan RH 6467% selama periode simpan 6 bulan.

Kata kunci: periode simpan, RH, suhu, terkontrol, viabilitas


iii

ABSTRACT

NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI. Soybean (Glycine max (L.)


Merr) Seed Storage at Different Levels of Seed Moisture Content and Packaging
Type. Supervised by ABDUL QADIR and FAIZA CHAIRANI SUWARNO.

Seed moisture content, type of packaging, and storage conditions,


especially temperature and RH, are important factors affecting seed storability.
The objectives of this research were to determine the optimum seed moisture
content and to identify appropriate type of packaging for maintaining the viability
of soybean seeds in controlled storage, and to study the interaction effects of the
two factors on the seed viability. Seed of soybean variety Tanggamus with seed
moisture content of 79%, 911%, and 1113% were packaged with
polypropylene plastics, glass bottles, and plastic sacks and stored in controlled
storage conditioned with temperature of 1922 C and RH 6467%. The seeds
were stored for 6 months and evaluated for viability parameters monthly. Results
of the experiment showed that the optimum moisture content of soybean seed in
controlled storage conditions (temperature of 1922 C and RH 6467%) is 7
13% with the equilibrium moisture content of RH 65% is 10%. EC of soybean
seeds with 1113% moisture content was significantly higher than that of the
other moisture content after the 3 months storage period. Interaction of the two
treatment factors significantly affected only on EC parameters at 5 and 6 months
storage period, but not to the other viability parametars. All of the package types
(glass bottles, polypropylene plastics, and plastic sacks) could be used to maintain
the seed quality for 6 months in controlled storage. All of the treatment of the seed
moisture contents and packaging types were not significantly affected the seed
viability. This indicated that the soybean seed could be stored at 1922 C and
RH 6467% for 6 months storage period.

Keywords: storage period, RH, temperature, controlled, viability


2
v

PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr)


PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS
KEMASAN

NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2
iii

Judul Skripsi : Penyimpanan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr)


pada Berbagai Kadar Air Benih dan Jenis Kemasan
Nama : Nicky Lintang Ageng Purnama Sari
NIM : A24100042

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Qadir, MSi Dr Ir Faiza C Suwarno, MS


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
2
v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi
dengan judul Penyimpanan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada Berbagai
Kadar Air Benih dan Jenis Kemasan dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
merupakan bagian dari tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Qadir, MSi dan
Ibu Dr Ir Faiza C Suwarno, MS selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan dan bimbingan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini, Bapak Ir
Baran Wirawan, MSc sebagai dosen penguji, Ari Wahyuni, SP, MSi yang telah
memberikan saran dan pengarahan selama kegiatan penelitian, serta Bapak Ir
Winarso D Widodo, MS PhD selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan nasihat, motivasi, dan pengarahan.
Selain itu, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua,
kakak, dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa serta kasih sayang
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada teman-teman, khususnya Nurul Azizah Ramadhani
yang telah membantu dalam proses sidang serta Keluarga Edelweiss AGH 47
yang telah memberikan semangat dan bantuan selama penelitian hingga skripsi.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2014

Nicky Lintang Ageng Purnama Sari


2
vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Viabilitas dan Vigor Benih 2
Penyimpanan Benih Terkontrol dan Kemasan Simpan 2
Pengaruh Kadar Air Benih Terhadap Penyimpanan 3
Aktivitas Respirasi Benih 4
METODE PENELITIAN 4
Lokasi dan Waktu Penelitian 4
Bahan Penelitian 4
Peralatan Penelitian 4
Prosedur Percobaan 5
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Penentuan Tingkat Kadar Air Benih 7
Viabilitas Benih Sebelum Simpan 7
Penyimpanan dan Pengujian Benih 8
Pengaruh Kadar Air Benih terhadap Viabilitas Benih selama 6 Bulan
Penyimpanan 13
Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Viabilitas Benih selama 6 Bulan
Penyimpanan 17
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 24
RIWAYAT HIDUP 26
2

DAFTAR TABEL

1. Viabilitas benih kedelai sebelum simpan 8


2. Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 1 bulan 8
3. Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 2 bulan 9
4. Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 3 bulan 10
5. Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 4 bulan 11
6. Interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap daya hantar
listrik pada periode simpan 5 bulan 11
7. Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 5 bulan 12
8. Interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap daya hantar
listrik pada periode simpan 6 bulan 12
9. Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 6 bulan 13
10. Persamaan regresi antara laju respirasi benih dan periode simpan dengan
faktor perlakuan KA benih 14
11. Persamaan regresi antara laju respirasi benih dan periode simpan dengan
perlakuan jenis kemasan 19

DAFTAR GAMBAR

1. Inkubasi benih kedelai 6


2. Daya hantar listrik selama 6 bulan penyimpanan dengan tingkat kadar air
benih yang berbeda 14
3. Laju respirasi selama 6 bulan penyimpanan dengan tingkat kadar air benih
yang berbeda 15
4. Indeks vigor selama 6 bulan penyimpanan dengan tingkat kadar air benih
yang berbeda 16
5. Keragaan kecambah kedelai (A) normal, (B) abnormal, (C) abnormal dan
mati terserang cendawan 16
6. Daya berkecambah selama 6 bulan penyimpanan dengan tingkat kadar air
benih yang berbeda. 17
7. Daya hantar listrik selama 6 bulan penyimpanan dengan jenis kemasan yang
berbeda. 18
8. Laju respirasi selama 6 bulan penyimpanan dengan jenis kemasan yang
berbeda. 19
9. Indeks vigor selama 6 bulan penyimpanan dengan jenis kemasan yang
berbeda. 20
ix

10. Daya berkecambah selama 6 bulan penyimpanan dengan jenis kemasan


yang berbeda. 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Deskripsi varietas Tanggamus 24


2. Permeabilitas plastik polypropylene, botol kaca, dan karung plastik 25
3. Suhu dan RH ruang penyimpanan 25
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merr) merupakan salah satu komoditas tanaman
palawija penting di Indonesia. Copeland dan McDonald (2001) menyatakan
bahwa kedelai memiliki kandungan protein 37.9% dan lemak 18%. Menurut
Margono et al. (2000) kedelai memiliki kadar protein yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kacang hijau, beras, dan jagung.
Kebutuhan benih untuk mencukupi permintaan kedelai yang tinggi
mendorong berkembangnya teknologi benih yang menangani masalah produksi,
pengolahan, dan penyimpanan. Sasaran pokok teknologi benih adalah
menghasilkan benih bermutu yang mencakup mutu fisik, fisiologi, dan mutu
genetik. Tatipata et al. (2004) menyatakan bahwa mutu benih kedelai dipengaruhi
oleh proses penanganan dari produksi sampai akhir periode simpan.
Kendala dalam penyimpanan benih kedelai adalah kemunduran benih
kedelai secara cepat dan periode simpannya pendek, disebabkan oleh kandungan
lemak dan protein yang relatif tinggi (Tatipata et al. 2004). Penyimpanan benih
untuk menunggu musim tanam berikutnya akan menyebabkan turunnya viabilitas
dan vigor. Penelitian Kartono (2004) menunjukkan bahwa pada penyimpanan
terbuka (dalam karung goni dengan suhu ruang > 25 C dan RH > 75%)
menyebabkan kerusakan benih yang tinggi, menurunkan daya berkecambah, dan
menurunkan daya simpan benih.
Penyimpanan benih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
penyimpanan terbuka atau sistem penyimpanan tertutup (terkontrol).
Penyimpanan terkontrol merupakan penyimpanan benih yang dilakukan dengan
mengatur kondisi lingkungan penyimpanan, terutama suhu dan RH. Kadar air
benih merupakan salah satu faktor yang berperan dalam mempertahankan
viabilitas benih selama penyimpanan. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa
penyimpanan benih dengan tingkat kadar air aman untuk disimpan sangat penting.
Purwanti (2004) menambahkan bahwa kadar air yang aman untuk penyimpanan
benih kedelai dalam suhu kamar selama 610 bulan adalah tidak lebih dari 11%.
Menurut Copeland dan McDonald (2001) penggunaan kemasan kedap
sangat berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan.
Kartono (2004) menyatakan bahwa penyimpanan kedap dapat menghambat
kegiatan biologis benih, menekan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu dan
kelembapan, serta mengurangi ketersediaan oksigen, dan kontaminasi organisme.
Kadar air awal dan bahan kemasan sangat berpengaruh dalam mempertahankan
kadar air benih selama penyimpanan.
Penyimpanan benih kedelai secara terkontrol pada suhu dan RH tertentu
diharapkan dapat mengatasi kendala penyimpanan. Penelitian ini dilakukan
dengan menyimpan benih kedelai selama 6 bulan dalam kondisi suhu dan RH
terkontrol pada berbagai tingkat kadar air dan kemasan yang berbeda. Penelitian
ini diharapkan dapat memperoleh kadar air optimal dan jenis kemasan yang tepat
untuk mempertahankan mutu benih selama 6 bulan.
2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar air benih optimal dan
mengidentifikasi jenis kemasan yang tepat untuk mempertahankan viabilitas benih
kedelai selama penyimpanan terkontrol, serta mempelajari pengaruh interaksi dari
2 faktor perlakuan terhadap viabilitas benih.

Hipotesis

1. Terdapat kadar air benih yang optimal dan jenis kemasan yang tepat untuk
mempertahankan viabilitas benih kedelai selama penyimpanan terkontrol
2. Terdapat interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap
viabilitas benih kedelai.

TINJAUAN PUSTAKA

Viabilitas dan Vigor Benih

Menurut Sadjad et al. (1999) viabilitas benih merupakan daya hidup benih
yang ditunjukkan melalui pertumbuhan benih atau gejala metabolismenya.
Viabilitas benih terdiri atas viabilitas potensial, vigor kekuatan tumbuh, vigor
daya simpan, viabilitas dorman, dan viabilitas total.
Menurut Sadjad (1993) daya berkecambah merupakan viabilitas absolut
yang mensimulasikan viabilitas potensial. Vigor kekuatan tumbuh (VKT)
merupakan vigor benih pada periode III (periode kritikal) saat benih mampu
tumbuh di lapang untuk menjadi tanaman normal dan berproduksi normal pada
kondisi sub-optimum, atau mampu berproduksi di atas normal pada kondisi
optimum. Vigor kekuatan tumbuh dapat dinyatakan dalam 3 tolok ukur yaitu
kecepatan tumbuh (KCT), keserempakan tumbuh (KKT), dan vigor spesifik (KKT
spesifik). Vigor daya simpan (VDS) merupakan parameter vigor benih yang
ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk disimpan dalam kondisi sub-
optimum. Viabilitas dorman (VD) merupakan parameter vigor dalam keadaan
benih mengalami dormansi. Viabilitas total (VT) adalah viabilitas yang
menunjukkan gejala hidup baik langsung oleh fenomena pertumbuhan atau gejala
metabolismenya.

Penyimpanan Benih Terkontrol dan Kemasan Simpan

Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa penyimpanan terkontrol


merupakan penyimpanan benih yang dilakukan dengan cara mengatur kondisi
lingkungan penyimpanan. Pengaturan komposisi gas merupakan salah satu cara
untuk melakukan penyimpanan terkontrol. Namun, beberapa peneliti
mempertimbangkan pengaruh kelembapan atau suhu penyimpanan sebagai faktor
3

kontrol simpannya, karena mengatur komposisi udara dalam wadah tertutup


secara berkesinambungan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan.
Hasil penelitian Sianturi (2011) menunjukkan bahwa kadar air benih
bengkuang meningkat sangat nyata selama penyimpanan 16 minggu. Peningkatan
kadar air benih ini dipengaruhi oleh RH lingkungan penyimpanan dan kemasan
simpan benih. Kadar air benih dalam kemasan kaleng lebih tinggi daripada
kemasan plastik polietilen dan aluminium foil. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan kemasan plastik polietilen dan aluminium foil yang lebih tinggi
dalam menahan masuknya air dan uap air dibandingkan dengan kemasan kaleng.
Kemasan kaleng merupakan kemasan kedap, namun aplikasinya yang hanya
ditutup masih memungkinkan adanya rongga-rongga kecil yang menyebabkan
terjadinya sirkulasi udara sehingga terjadi peningkatan kadar air benih.

Pengaruh Kadar Air Benih terhadap Daya Simpan

Penurunan mutu dan kerusakan benih selama penyimpanan dapat


diperlambat dengan mengatur kondisi lingkungan penyimpanan. Kadar air benih
merupakan salah satu faktor utama yang menentukan daya simpan benih.
Kerusakan benih selama penyimpanan sebagian besar dipengaruhi oleh kadar air
benih (Justice dan Bass 2002). Indartono (2011) menyatakan bahwa terjadi
kenaikan kadar air benih setelah disimpan dalam plastik tanpa vakum selama 4
bulan karena sifat biji kedelai yang higroskopis. Agrawal (1980) menyatakan
bahwa kadar air benih akan meningkat atau menurun dengan meningkat atau
menurunnya kelembapan relatif. Perubahan kadar air benih akan terus
berlangsung sampai tercapainya keseimbangan. Kadar air kesetimbangan (KAK)
adalah keseimbangan antara KA benih dengan RH lingkungannya. Kelembapan
relatif secara tidak langsung mempengaruhi mutu benih, karena kelembapan
relatif dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cendawan yang
merupakan penyebab penurunan mutu benih.
Hasil penelitian Purwanti (2004) menunjukkan bahwa laju kenaikan kadar
air benih kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi,
yaitu rata-rata 0.3% per bulannya. Pada keadaan tersebut, aktivitas enzim respirasi
yang berfungsi dalam perombakan cadangan makanan dapat ditekan, sehingga
dapat mengurangi proses deteriorasi. Kadar air yang aman untuk penyimpanan
benih kedelai dalam suhu kamar selama 610 bulan adalah tidak lebih dari 11%.
Hasil penelitian Asni (2010) viabilitas benih selama penyimpanan sangat
dipengaruhi oleh kadar air benih. Semakin tinggi kadar air benih diatas kadar air
yang berkeseimbangan dengan RH 65% selama penyimpanan menyebabkan
viabilitas benih cepat menurun, demikian juga sebaliknya. Viabilitas benih dapat
dipertahankan tetap tinggi selama penyimpanan pada kadar air benih yang berada
pada atau dibawah kadar air yang berkeseimbangan dengan RH 65%. Benih
berkadar air tinggi (di atas keseimbangan RH 65%) akan melakukan respirasi
dengan aktif yang dapat meningkatkan suhu dalam kemasan, sehingga
viabilitasnya cepat menurun.
24

Aktivitas Respirasi Benih

Sadjad (1975) menyatakan pengaruh suhu terhadap berlangsungnya proses


respirasi dihubungkan dengan metabolisme enzim. Proses respirasi benih akan
meningkat apabila suhu dan kadar air meningkat. Pada umumnya hubungan antara
pengambilan O2 dengan perkecambahan benih, kemampuan berkecambah, dan
pertumbuhan bibit adalah positif dan signifikan.
Aktivitas respirasi benih merupakan metabolisme benih yang dapat
digunakan sebagai tolok ukur viabilitas. Melalui aktivitas respirasi, daya hidup
benih dapat diketahui dari banyaknya CO2 yang terbentuk atau O2 yang diserap.
Pengujian aktivitas respirasi merupakan pengujian viabilitas dengan metode tidak
langsung, yaitu berdasarkan gejala metabolismenya. Hasil penelitian benih jagung
dan kedelai menunjukkan bahwa semakin tinggi viabilitas benih jagung dan
kedelai, maka laju respirasinya semakin tinggi walaupun secara statistik
peningkatan laju respirasi ini tidak berbeda nyata (Yulinda 2000). Hasil penelitian
Kusumadewi (1988) menyatakan bahwa kapasitas respirasi dapat mendeteksi
viabilitas total benih, vigor daya simpan, dan vigor kekuatan tumbuh.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih


dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan November 2013 sampai dengan
Mei 2014.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih kedelai varietas
Tanggamus (Lampiran 1) hasil panen September 2013 yang didapat dari Balai
Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. Kemasan botol kaca
(permeabilitas 0.0059 g m-2 hari-1), plastik polypropylene (permeabilitas 0.0287 g
m-2 hari-1), dan karung plastik (permeabilitas 0.4481 g m-2 hari-1) tercantum pada
Lampiran 2. Bahan lain yang digunakan adalah NaNO2, kertas stensil dan plastik
untuk mengecambahkan benih, aquabides, wrapping, dan label.

Peralatan Penelitian

Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan untuk pengukuran kadar air


(oven 1032 C, cawan, timbangan analitik, dan desikator), pengujian viabilitas
(alat pengecambah benih IPB 72-1), Cosmotector XP-314, Electric Conductivity
Meter, sealer, thermohigrometer, dan controlled seed storage.
5

Prosedur Percobaan

Percobaan I adalah penentuan tingkat kadar air benih. Penentuan tingkat


kadar air benih dilakukan dengan melembapkan benih kedelai hingga mencapai
kadar air 79%, 911%, dan 1113%.
Percobaan II adalah penyimpanan terkontrol benih kedelai selama periode
simpan 6 bulan. Tolok ukur viabilitas yang diamati meliputi kadar air benih (%),
daya berkecambah (%), indeks vigor (%), laju respirasi (mg CO2 kg-1 jam-1), dan
daya hantar listrik (mhos cm-1 g-1) pada beberapa periode simpan, dimulai dari 0
sampai 6 bulan penyimpanan. Benih yang memiliki kadar air 79%, 911%, dan
1113% dimasukkan ke dalam kemasan plastik polypropylene, botol kaca, dan
karung plastik dengan bobot 25 g untuk setiap kemasan. Pada kemasan plastik
polypropylene dan karung plastik ditutup dengan menggunakan sealer. Benih
disimpan pada kondisi suhu dan RH terkontrol dengan suhu 1922 C dan RH
6467% (Lampiran 3) dengan larutan garam NaNO2 jenuh di laboratorium
penyimpanan benih selama 6 bulan. Pengujian viabilitas benih dilakukan dengan
interval waktu 1 bulan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 bulan.
Pengamatan dilakukan terhadap:
1. Kadar air (KA) awal benih
Penentuan kadar awal benih dilakukan dengan melembapkan benih
hingga mencapai KA benih sesuai dengan taraf perlakuan (KA 79%, 911%,
dan 1113%). Kisaran bobot benih yang ekuivalen dengan KA benih yang
diinginkan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
( )
( )
( )
KA akhir*: KA berkisar 713%

2. Kadar air (KA) benih


Kadar air benih diukur dengan mengoven 3 g hingga 4 g benih kedelai
pada suhu 1032 oC selama 171 jam. Benih kedelai yang telah dioven
dimasukkan dalam desikator selama 30 sampai 45 menit. Kemudian KA
dihitung dengan menggunakan rumus:
( )
Keterangan :
M1 : berat cawan + tutup (g)
M2 : berat benih sebelum dioven + M1 (g)
M3 : berat benih setelah dioven + M1 (g)

3. Daya berkecambah (DB)


Benih sebanyak 50 butir ditanam pada kertas stensil dengan metode uji
kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp), kemudian dikecambahkan
pada alat pengecambah benih IPB 72-1. Pengamatan dihitung berdasarkan
persentase jumlah kecambah normal hitungan pertama (3 HST) dan kedua (5
HST) dibandingkan jumlah total benih yang ditanam. Daya berkecambah
dihitung dengan rumus:

( )

26

4. Indeks vigor (IV)


Indeks vigor dihitung berdasarkan persentase kecambah normal yang
tumbuh pada hitungan pertama (3 HST) pengujian DB. Indeks vigor dihitung
dengan rumus:

( )

5. Respirasi benih
Pengujian respirasi benih dilakukan dengan menggunakan alat
Cosmotector XP-314. Benih kedelai sebanyak 100 butir dilembapkan selama
15 jam, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam dalam kemasan.

Gambar 1 Inkubasi benih kedelai


Aktivitas respirasi dihitung dengan menghitung CO2 yang diproduksi
dengan rumus:

Keterangan:
L : laju respirasi (mg CO2 kg-1 jam-1)
V : volume udara bebas dalam kemasan (V kemasan V bahan) dalam ml
K : kadar CO2 setelah inkubasi kadar CO2 awal (0.03%)
W : waktu inkubasi (jam)
B : bobot bahan (kg)
Nilai 1.76 merupakan konstanta gas
6. Uji daya hantar listrik (DHL)
Uji daya hantar listrik (mhos cm-1 g-1) dilakukan dengan merendam 25
butir benih pada 125 ml aquabides selama 24 jam. Kemudian air rendamannya
diukur dengan alat Electric Conductivity Meter.
( )
( )
Keterangan:
X : daya hantar listrik air rendaman benih (mhos cm-1)
Blangko : daya hantar listrik aquabides tanpa benih (mhos cm-1)

Analisis Data

Percobaan ini terdiri atas 2 tahap, yaitu percobaan pertama mengenai


penentuan tingkat kadar air benih dan percobaan kedua mengenai penyimpanan
terkontrol benih kedelai selama periode simpan 6 bulan. Rancangan percobaan
7

yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor
perlakuan. Faktor pertama adalah kadar air benih () yang terdiri atas 3 taraf,
yaitu kadar air 79% (1), kadar air 911% (2), dan kadar air 1113% (3).
Faktor kedua adalah jenis kemasan () yang terdiri atas 3 taraf, yaitu plastik
polypropylene (1), botol kaca (2), dan karung plastik (3). Total kombinasi
perlakuan adalah 9 kombinasi dengan masing-masing perlakuan terdiri atas 3
ulangan dan pengamatan dilakukan 7 kali sehingga terdapat 189 satuan
percobaan.
Model rancangan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah:
Yij = + i + j + ()ij + ij
Keterangan:
Yij : Nilai peubah yang diamati
: Nilai rata-rata umum
i : Pengaruh kadar air benih pada taraf ke-i
j : Pengaruh jenis kemasan pada taraf ke-j
()ij : Pengaruh interaksi kadar air benih pada taraf ke-i dan jenis kemasan
pada taraf ke-j
ij : Pengaruh galat kadar air benih pada taraf ke-i dan jenis kemasan pada
taraf ke-j.
Analisis data menggunakan uji F dan jika menunjukkan pengaruh yang
nyata, dilanjutkan dengan pengujian Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Tingkat Kadar Air Benih

Benih yang disimpan harus memiliki tingkat kadar air (KA) benih sesuai
dengan KA yang telah ditentukan dalam faktor perlakuan, yaitu kadar air 79%,
911%, dan 1113%. Penentuan KA benih ini dilakukan dengan melembapkan
benih kedelai hingga mencapai KA yang ditentukan. Kadar air benih sebelum
percobaan sebesar 6.89%. Kesetimbangan KA benih 79% dicapai dengan
menambahkan 1.21 ml aquades; KA benih 911% dicapai dengan menambahkan
3.47 ml aquades; KA benih 1113% dicapai dengan menambahkan 5.83 ml
aquades pada 100 g benih. Benih tersebut disimpan dalam refrigerator selama 24
jam. Benih yang telah mencapai kesetimbangan KA dimasukkan ke dalam
kemasan plastik polypropylene, botol kaca, dan karung plastik sesuai dengan
perlakuan.

Viabilitas Benih Sebelum Simpan

Viabilitas awal benih sebelum disimpan menentukan daya simpan benih.


Data viabilitas benih sebelum disimpan terdapat pada Tabel 1. Tabel 1
menunjukkan bahwa KA benih telah sesuai dengan faktor perlakuan, yaitu KA
benih 79%, 911%, dan 1113%. Viabilitas benih kedelai yang ditunjukkan oleh
28

tolok ukur DB berkisar 92.89% hingga 95.78%. Daya berkecambah tersebut


sesuai dengan persyaratan sebagai benih bina berdasarkan SNI nomor 01-6234-4-
2003, yaitu DB minimum 80%.
Tabel 1 Viabilitas benih kedelai sebelum simpan
Tolok ukur
Perlakuan DB IV KA Respirasi DHL
(%) (%) (%) (mg CO2 kg jam ) (mhos cm-1 g-1)
-1 -1

Kadar air (KA)


79 % 92.89 68.45 8.10 144.58 52.28
911 % 95.78 76.22 9.74 448.87 49.69
1113 % 95.33 75.56 11.52 165.78 48.66
Nilai DHL terendah sebesar 48.66 mhos cm-1 g-1 dan tertinggi sebesar
52.28 mhos cm-1 g-1. Penelitian Fitriningtyas (2008) menyatakan bahwa benih
kedelai dengan KA benih 814% memiliki DHL sebesar 34.25 mhos cm-1 g-1
hingga 60.29 mhos cm-1 g-1.

Penyimpanan dan Pengujian Benih

Penyimpanan dan pengujian benih dilaksanakan untuk mempelajari


perilaku benih selama penyimpanan terkontrol. Pada periode simpan 1 bulan tidak
terdapat interaksi antara kadar air benih dan kemasan pada semua tolok ukur
viabilitas benih kedelai. Perlakuan faktor tunggal kemasan menunjukkan
pengaruh yang sangat nyata terhadap indeks vigor (Tabel 2).
Tabel 2 Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 1 bulan
Tolok ukura
Perlakuan DB IV KA Respirasi DHL
(%) (%) (%) (mg CO2 kg jam ) (mhos cm-1 g-1)
-1 -1

Kadar air (KA)


79 % 94.67 81.11 8.62c 323.9 50.42
911 % 93.56 83.11 10.31b 535.5 48.37
1113 % 94.44 83.78 12.27a 364.7 49.68
Uji F tn tn ** tn tn
Kemasan
Plastik PP 96.00 91.56a 10.30 490.6 49.82
Botol kaca 91.55 69.33b 10.62 314.1 50.37
Karung plastik 95.11 87.11a 10.26 419.5 48.28
Uji F tn ** tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn tn
KK 4.12 14.29 4.72 17.10b 6.96
a
Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(uji selang berganda Duncan), bHasil transformasi logaritma.
9

Indeks vigor tertinggi terdapat pada kemasan plastik PP dan karung


plastik, sedangkan terendah pada botol kaca sebesar 69.33%. Indeks vigor yang
tinggi menunjukkan bahwa benih memiliki kemampuan berkecambah lebih cepat
dan mampu menghadapi kondisi sub-optimum. Benih dalam kemasan botol kaca
memiliki vigor yang lebih rendah, namun pada tolok ukur DB masih
menunjukkan viabilitas benih yang tinggi (91.55%).
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 3, interaksi dari 2 faktor perlakuan
dan perlakuan faktor tunggal kemasan tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap semua tolok ukur viabilitas benih kedelai.
Tabel 3 Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 2 bulan
Tolok ukura
Perlakuan DB IV KA Respirasi DHL
(%) (%) (%) (mg CO2 kg jam ) (mhos cm-1 g-1)
-1 -1

Kadar air (KA)


79 % 96.00a 79.56 8.78c 532.8 51.12
911 % 95.78a 79.78 10.29b 471.8 52.32
1113 % 92.22b 71.60 12.05a 683.1 52.64
Uji F ** tn ** tn tn
Kemasan
Plastik PP 95.78 78.86 10.52 519.8 52.18
Botol kaca 94.67 81.11 10.50 603.0 50.89
Karung plastic 93.56 72.86 10.11 564.9 53.01
Uji F tn tn tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn tn
KK 2.40 8.90 4.71 8.85b 4.53
a
Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(uji selang berganda Duncan), bHasil transformasi logaritma.
Pada periode simpan 2 bulan, perlakuan KA benih memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap tolok ukur DB dan KA. Nilai rata-rata daya
berkecambah pada KA benih 79% dan 911% nyata lebih tinggi daripada KA
benih 1113%. Hal tersebut diduga disebabkan oleh tingginya KA benih 11-13%
yang mengakibatkan berkurangnya daya hidup benih tersebut. Kadar air benih
yang tinggi juga memicu tumbuhnya cendawan sehingga meningkatkan jumlah
kecambah yang terinfeksi cendawan. Wijayati (2013) menyatakan bahwa KA
benih yang terlalu tinggi mendorong terciptanya kondisi yang mempercepat laju
kerusakan benih, akibat terjadinya proses metabolisme dan respirasi. Selain itu,
pada KA benih yang tinggi, mikroorganisme akan tumbuh aktif dan berkembang
merusak embrio.
Pada periode simpan 3 bulan, interaksi antar kedua faktor perlakuan tidak
memberikan pengaruh terhadap seluruh tolok ukur viabilitas. Perlakuan KA benih
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap KA dan DHL, sedangkan perlakuan
kemasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap IV dan DHL (Tabel 4).
210

Tabel 4 Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 3 bulan
Tolok ukura
Perlakuan DB IV KA Respirasi DHL
(%) (%) (%) (mg CO2 kg-1 jam-1) (mhos cm-1 g-1)
Kadar air
79 % 94.00 77.11 8.66c 486.8 52.59b
911 % 94.00 82.89 10.76b 402.8 51.25b
1113 % 91.56 78.00 12.47a 411.1 56.51a
Uji F tn tn ** tn **
Kemasan
Plastik PP 94.44 76.22b 10.57 449.3 55.50a
Botol kaca 94.44 84.89a 10.61 400.8 52.78ab
Karung plastik 90.67 76.89b 10.71 450.7 52.06b
Uji F tn * tn tn *
Interaksi tn tn tn tn tn
KK 4.27 9.05 9.12 11.04b 5.27
a
Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(uji selang berganda Duncan), bHasil transformasi logaritma.
Benih yang disimpan dengan KA 1113% memiliki nilai DHL tertinggi.
Kadar air benih yang tinggi tersebut diduga memicu terjadinya kebocoran
membran pada benih. Hasil penelitian Ismattullah (2003) menunjukkan bahwa
pada benih kedelai, semakin tinggi KA benih maka nilai DHL yang terukur akan
semakin tinggi. Benih kedelai yang telah disimpan selama 7 bulan penyimpanan,
pada kondisi penyimpanan kamar dengan KA 9.37% dan DB 41.3% nilai
DHLnya lebih tinggi (184.8 mhos cm-1 g-1) dibandingkan dengan benih yang
belum disimpan dengan KA 6.50% dan DB 80.0% (DHL 130.1 mhos cm-1 g-1).
Hutahaean (2008) menyatakan bahwa tujuan pengemasan benih yaitu
melindungi benih dari kerusakan fisik maupun fisiologis. Jenis kemasan botol
kaca memiliki indeks vigor nyata lebih tinggi 84.89% dibandingkan plastik PP
dan karung plastik. Hal ini disebabkan karena kemasan botol kaca memiliki sifat
lebih kedap sehingga dapat melindungi benih dari uap air dan udara. Botol kaca
merupakan kemasan yang kedap uap air dan gas dengan nilai permeabilitas
0.0059 g m-2 hari-1. Menurut Justice dan Bass (2002) penyimpanan benih dalam
wadah kedap menyebabkan terjadinya akumulasi CO2 hasil respirasi benih.
Akumulasi CO2 tersebut menyebabkan berkurangnya metabolisme benih selama
penyimpanan sehingga cadangan makanan dapat digunakan untuk tumbuh
menjadi tanaman normal secara optimal. Nilai DHL tertinggi terdapat pada benih
yang dikemas dalam plastik PP dan yang terendah pada karung plastik.
Tabel 5 menunjukkan viabilitas benih pada periode simpan 4 bulan.
Analisis ragam menunjukkan bahwa faktor kemasan dan interaksinya dengan KA
benih tidak memberikan pengaruh terhadap semua tolok ukur viabilitas benih.
Perlakuan KA benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap KA dan
DHL. Benih berkadar air 1113% memiliki nilai DHL 58.43 mhos cm-1 g-1 yang
nyata lebih tinggi dibandingkan 79% dan 911%. Kadar air benih yang tinggi ini
11

diduga menyebabkan tingginya nilai DHL yang dihasilkan. Daya hantar listrik
merupakan salah satu komponen penilaian deteriorasi benih. Menurut Sianturi
(2011) salah satu penyebab deteriorasi benih dalam penyimpanan adalah kadar air
lingkungan yang dapat mempengaruhi KA benih, disamping komponen mutu
benih secara fisik dan fisiologis. Benih dengan KA tinggi diduga mengalami
kebocoran membran yang lebih tinggi dibandingkan benih dengan KA rendah.
Tabel 5 Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 4 bulan
Tolok ukura
Perlakuan DB IV KA Respirasi DHL
(%) (%) (%) (mg CO2 kg jam ) (mhos cm-1 g-1)
-1 -1

Kadar air (KA)


79 % 94.89 85.78 8.54c 261.8 50.81b
911 % 94.44 88.44 10.11b 458.5 50.89b
1113 % 93.78 87.33 11.98c 413.6 58.43a
Uji F tn tn ** tn **
Kemasan
Plastik PP 95.33 89.33 10.37 452.4 54.83
Botol kaca 94.89 86.67 10.27 338.0 53.38
Karung plastic 92.89 85.56 9.99 343.5 51.91
Uji F tn tn tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn tn
KK 3.62 6.21 6.81 12.13b 5.50
a
Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(uji selang berganda Duncan), bHasil transformasi logaritma.
Periode simpan 5 bulan, interaksi antara KA benih dan kemasan
berpengaruh nyata terhadap DHL. Perlakuan kadar air benih dan jenis kemasan
berpengaruh sangat nyata terhadap DHL. Nilai rata-rata DHL akibat pengaruh
interaksi antara KA benih dan kemasan tertera pada Tabel 6.
Tabel 6 Interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap daya hantar
listrik pada periode simpan 5 bulan
Kadar air benih (%)
Kemasan
79 911 1113
Plastik PP 53.18b 53.28b 68.25a
Botol kaca 54.25b 53.30b 68.64a
Karung plastik 51.73b 48.91b 51.33b
a
Angka pada kolom atau baris yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Berdasarkan analisis ragam, nilai DHL tertinggi terdapat pada benih
dengan KA benih 1113% yang disimpan dalam kemasan plastik PP dan botol
kaca (Tabel 6). Tingginya nilai DHL tersebut disebabkan oleh KA benih yang
tinggi sehingga proses deteriorasi benih mulai terjadi. Menurut Tatipata (2008)
kadar air benih yang tinggi menyebabkan kerusakan protein yang memicu
212

terbentuknya radikal bebas yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan protein


membran. Kerusakan protein membran tersebut menyebabkan menurunnya
integritas membran dan deteriorasi benih selama penyimpanan. Pada kemasan
karung plastik, nilai DHL tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada
ketiga tingkat KA benih.
Tabel 7 Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 5 bulan
Tolok ukura
Perlakuan DB IV KA Respirasi DHL
(%) (%) (%) (mg CO2 kg-1 jam-1) (mhos cm-1 g-1)
Kadar air
79 % 91.56 76.44 8.59c 550.5 53.05b
911 % 92.22 76.89 10.18b 653.4 51.83b
1113 % 90.00 70.00 11.82a 606.4 62.74a
Uji F tn tn ** tn **
Kemasan
Plastik PP 93.11 75.78 10.26 571.5 58.24a
Botol kaca 91.33 77.33 9.98 556.4 58.73a
Karung plastik 89.33 70.22 10.36 682.4 50.66b
Uji F tn tn tn tn **
Interaksi tn tn tn tn *
KK 5.89 11.34 4.45 7.53b 7.46
a
Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(uji selang berganda Duncan), bHasil transformasi logaritma.
Tabel 9 menunjukkan viabilitas benih pada periode simpan 6 bulan.
Analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara KA benih dan jenis kemasan
hanya memberikan pengaruh nyata terhadap DHL. Faktor tunggal KA benih
hanya memberikan pengaruh sangat nyata terhadap KA dan DHL, sedangkan
faktor kemasan tidak memberikan pengaruh terhadap semua tolok ukur. Nilai
rata-rata pengaruh interaksi terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8 Interaksi antara kadar air benih dan jenis kemasan terhadap daya hantar
listrik pada periode simpan 6 bulan
Kadar air benih (%)
Kemasan
79 911 1113
Plastik PP 52.61c 57.51bc 81.16a
Botol kaca 52.52c 54.98c 68.34b
Karung plastik 54.83c 62.33bc 56.20c
a
Angka pada kolom atau baris yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Benih yang disimpan dalam plastik PP dan botol kaca, DHL tertinggi
terdapat pada benih dengan KA 1113%. Benih yang disimpan dalam karung
plastik memiliki nilai DHL terendah pada KA benih 1113%. Semakin tinggi
tingkat KA benih, semakin tinggi nilai DHL, kecuali pada benih dalam karung
13

plastik. Tingginya KA benih diduga menyebabkan turunnya integritas membran


pada benih. Utomo (2011) menyatakan bahwa nilai DHL yang tinggi
menunjukkan kebocoran metabolit benih yang tinggi. Benih dengan vigor rendah
diketahui mengalami penurunan integritas membran sebagai hasil deteriorasi masa
penyimpanan dan kerusakan mekanik. Agrawal (1980) menyatakan bahwa benih
ortodoks pada KA 1214% viabilitas benih mulai menurun dan cendawan mulai
aktif tumbuh merusak benih.
Tabel 9 Viabilitas benih kedelai dengan kadar air benih dan jenis kemasan yang
berbeda pada periode simpan 6 bulan
Tolok ukura
Perlakuan DB IV KA Respirasi DHL
(%) (%) (%) (mg CO2 kg jam ) (mhos cm-1 g-1)
-1 -1

Kadar air
79 % 94.67 78.00 8.47c 452.2 53.32b
911 % 94.44 72.22 10.04b 714.0 58.27b
1113 % 93.00 69.00 11.56a 741.8 70.11a
Uji F tn tn ** tn **
Kemasan
Plastik PP 94.22 77.78 10.02 578.1 63.76
Botol kaca 94.44 71.78 10.18 735.9 58.61
Karung plastik 93.50 69.75 9.65 575.5 57.98
Uji F tn tn tn tn tn
Interaksi tn tn tn tn *
KK 3.34 12.91 6.74 8.80b 10.38
a
Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(uji selang berganda Duncan), bHasil transformasi logaritma.

Pengaruh Kadar Air Benih terhadap Viabilitas Benih selama 6 Bulan


Penyimpanan

Perilaku benih kedelai dalam 3 tingkat kadar air benih berbeda


ditunjukkan melalui tolok ukur DHL tertera pada Gambar 2. Uji daya hantar
listrik merupakan pengujian secara fisik untuk melihat tingkat kebocoran
membran sel. Struktur membran yang rusak menyebabkan kebocoran sel yang
tinggi dan erat hubungannya dengan benih yang memiliki vigor rendah. Semakin
banyak elektrolit seperti asam amino, asam organik lainnya serta ion-ion
anorganik yang dikeluarkan benih ke air rendaman akan semakin tinggi
pengukuran daya hantar listriknya. Copeland dan McDonal (2001) menyatakan
bahwa benih bervigor rendah memiliki integritas membran yang rendah akibat
kerusakan penyimpanan dan mekanik. Selama imbibisi, benih yang memiliki
struktur membran yang lemah akan melepaskan zat terlarut yang membawa
muatan listrik. Pengaruh kadar air benih terhadap daya hantar listrik selama
penyimpanan 6 bulan ditunjukkan pada Gambar 2.
214
100
DHL (mhos cm-1 g-1)
80

60
7-9%
40 9-11%
11-13%
20

0
0 1 2 3 4 5 6
Periode simpan (bulan)
Gambar 2 Daya hantar listrik selama 6 bulan penyimpanan dengan tingkat
kadar air benih yang berbeda
Pada peubah daya hantar listrik, KA benih memberikan pengaruh
signifikan pada periode simpan 3 hingga 6 bulan. Nilai DHL meningkat pada
semua tingkat KA benih hingga akhir periode simpan. Gambar 2 menunjukkan
bahwa peningkatan DHL tertinggi terjadi pada KA benih 1113%. Standar deviasi
nilai rataan DHL pada KA benih 1113% berada di luar selang standar deviasi
nilai rataan DHL benih berkadar air 79% pada periode simpan 4 dan 6 bulan.
Tatipata et al. (2004) menyatakan bahwa KA benih yang tinggi akan
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran. Selanjutnya Tatipata
(2008) menyatakan bahwa meningkatnya permeabilitas membran sel secara
langsung dan menurunnya integritas membran mitokondria secara tidak langsung
dapat diindikasikan oleh peningkatan DHL.
Gejala hidup benih dapat ditentukan melalui proses metabolismenya, yaitu
respirasi benih. Respirasi berbanding lurus dengan KA benih dan suhu. Benih
kehilangan viabilitasnya dengan cepat pada suhu dan KA benih tinggi. Tabel 10
menunjukkan persamaan regresi antara laju respirasi dan periode simpan dengan
faktor perlakuan KA benih.
Tabel 10 Persamaan regresi antara laju respirasi benih dan periode simpan
dengan faktor perlakuan KA benih
Perlakuan kadar air Persamaan regresi R2 P
79% y = 274.83 + 39.466x 0.31 0.194
911% y = 417.35 + 36.353x 0.46 0.094
1113% y = 275.72 + 69.356x 0.54 0.058
Berdasarkan nilai P pada Tabel 10, hubungan antara laju respirasi benih
dengan periode simpan membentuk respon linier, kecuali pada perlakuan KA 7
9%. Semakin tinggi KA benih akan meningkatkan laju respirasi yang
mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara cepat. Persamaan regresi
pada perlakuan KA benih 1113% menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu
satuan periode simpan, laju respirasi akan meningkat sebesar 69.356 x satuan.
Melalui persamaan regresi tersebut KA benih 1113% mengalami kenaikan laju
15

respirasi tertinggi selama penyimpanan 6 bulan. Hasil penelitian Sianturi (2011)


menyatakan peubah respirasi menunjukkan bahwa meningkatnya respirasi benih
adalah sejalan dengan semakin tingginya KA benih dan semakin rendahnya DB.
Laju respirasi (mg CO2 kg-1 jam-1) 800
700
600
500
400 7-9%
300 9-11%
200 11-13%
100
0
0 1 2 3 4 5 6
Periode simpan (bulan)
Gambar 3 Laju respirasi selama 6 bulan penyimpanan dengan tingkat kadar air
benih yang berbeda
Berdasarkan Gambar 3, benih dengan KA 79% memiliki laju respirasi
terendah. Hal ini diduga disebabkan oleh rendahnya KA benih sehingga proses
metabolisme dalam benih berjalan dengan lambat. Sesuai dengan penelitian
Kristiani (2012) bahwa kadar air benih yang rendah merupakan faktor penting
dalam inaktivasi benih kedelai selama penyimpanan karena kadar air benih yang
rendah (<11%) mampu menekan terjadinya respirasi yang menyebabkan
kemunduran benih.
Perilaku benih kedelai dalam 3 tingkat KA benih berbeda ditunjukkan
melalui tolok ukur IV tertera pada Gambar 4. Berdasarkan grafik pada Gambar 4,
kadar air benih tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tolok ukur
IV selama penyimpanan. Gambar 4 menunjukkan bahwa standar deviasi nilai
rataan IV seluruh tingkat KA benih masih terletak dalam satu selang pada setiap
periode simpan. Pada periode simpan 2 bulan terjadi penurunan IV pada KA
benih 1113%. Penurunan vigor benih berkadar air 1113% pada periode simpan
2 bulan diduga benih mengalami kondisi lingkungan perkecambahan yang kurang
optimal. Hal ini diperkuat dengan meningkatnya jumlah kecambah abnormal dan
benih mati akibat terserang cendawan (Gambar 5). Suhu dan kelembapan
lingkungan perkecambahan yang fluktuatif juga mempengaruhi pertumbuhan
kecambah. Menurut Copeland dan McDonal (2001) kondisi lingkungan yang
optimal bagi pertumbuhan benih adalah ketersediaan air, suhu, cahaya, dan
oksigen.
Pada periode simpan 5 dan 6 bulan IV mengalami penurunan. Penurunan
IV diduga karena benih mengalami deteriorasi sehingga vigornya menurun.
Menurut Sadjad et al. (1999) daya simpan benih sebagai kemampuan lamanya
benih disimpan. Benih secara alami akan mengalami kemunduran selama masa
penyimpanan. Pada penyimpanan selama 6 bulan dengan suhu dan RH terkontrol,
216

indeks vigor benih dapat dipertahankan > 65% hingga akhir periode simpan.
Tingkat KA benih 1113% menunjukkan IV yang lebih fluktuatif selama 6 bulan
penyimpanan. Hal ini diduga disebabkan oleh KA benih yang terlalu tinggi
sehingga lebih peka terhadap kondisi lingkungan perkecambahan yang kurang
optimal. Hasil penelitian Asni (2010) menyatakan bahwa kadar air aman untuk
penyimpanan kedelai pada RH 65% adalah 5.39%10.75%.
100

80
Indeks vigor (%)

60
7-9%
40 9-11%
11-13%
20

0
0 1 2 3 4 5 6
Periode simpan (bulan)
Gambar 4 Indeks vigor selama 6 bulan penyimpanan dengan tingkat kadar air
benih yang berbeda

B C

Gambar 5 Keragaan kecambah kedelai (A) normal, (B) abnormal, (C) abnormal
dan mati terserang cendawan
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan
dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat
genetik, viabilitas awal, kondisi kulit, dan kadar air benih awal. Faktor eksternal
antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu, dan kelembaban ruang simpan
17

(Copeland dan McDonald 2001). Kadar air benih merupakan faktor utama yang
menentukan daya simpan benih. Kerusakan benih selama penyimpanan
dipengaruhi oleh kandungan air di dalam benih (Justice dan Bass 2002). Gambar
6 menunjukkan bahwa standar deviasi nilai rataan DB seluruh tingkat KA benih
masih terletak dalam satu selang pada setiap periode simpan, dengan DB > 90%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa KA benih tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap DB selama penyimpanan terkontrol. Pada suhu dan RH
rendah, respirasi berjalan dengan lambat dibanding pada suhu dan RH tinggi
sehingga viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama.

100
Daya berkecambah (%)

80

60
7-9%
40 9-11%
11-13%
20

0
0 1 2 3 4 5 6
Periode simpan (bulan)

Gambar 6 Daya berkecambah selama 6 bulan penyimpanan dengan tingkat


kadar air benih yang berbeda
Purwanti (2004) menyatakan bahwa penyimpanan benih kedelai hitam
varietas Ciwalen dan kedelai kuning varietas Wilis pada suhu rendah (2123 C)
mampu mempertahankan kualitas benih tetap tinggi selama 6 bulan disimpan,
namun pada suhu tinggi (2729 C) viabilitas benih menjadi sangat rendah hanya
selama 2 bulan penyimpanan.

Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Viabilitas Benih selama 6 Bulan


Penyimpanan

Benih yang disimpan selama periode simpan 6 bulan mengalami


perubahan kadar air benih menuju kadar air kesetimbangan, yaitu 10%. Kadar
air benih tersebut merupakan kadar air kesetimbangan dengan RH 65%. Sifat
benih yang higroskopis menyebabkan benih tersebut mengalami penguapan air
apabila kelembapan udara lebih rendah dan menyerap air apabila kelembapan
udara lebih tinggi sampai tercapai tekanan udara yang seimbang. Menurut
Wirawan dan Wahyuni (2002) pengemasan dan penyimpanan benih hendaknya
mampu menjaga tingkat KA benih dan mutu benih dari pengaruh lingkungan luar
(suhu ruang, RH, dan hama penyakit).
218

Kebocoran membran sel akibat deteriorasi menyebabkan penurunan vigor


menjadi lebih cepat. Peningkatan DHL berkaitan dengan adanya kebocoran
membran sel akibat deteriorasi.
100
DHL (mhos cm-1 g-1)

80

60
Plastik PP
40 Botol kaca
Karung plastik
20

0
0 1 2 3 4 5 6
Periode simpan (bulan)
Gambar 7 Daya hantar listrik selama 6 bulan penyimpanan dengan jenis
kemasan yang berbeda.
Gambar 7 menunjukkan bahwa perlakuan kemasan tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap tolok ukur DHL. Standar deviasi nilai rataan
DHL pada semua jenis kemasan masih terletak dalam satu selang selama
penyimpanan 6 bulan. Selama periode simpan hingga 6 bulan terjadi peningkatan
DHL pada semua kemasan. Hal ini sesuai dengan penelitian Taliroso (2008)
bahwa terdapat pertambahan nilai DHL pada benih kedelai seiring dengan
lamanya periode simpan. Semakin lama benih disimpan maka nilai DHL semakin
tinggi, namun viabilitas dan vigor benih mengalami penurunan. Gambar 7
menunjukkan bahwa grafik memiliki garis yang berimpit pada 3 jenis kemasan
yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh kadar air benih yang telah mencapai
kesetimbangan dengan RH 65% sehingga tingkat kebocoran membran relatif
sama. Fitriningtyas (2008) menyatakan bahwa nilai DHL dipengaruhi oleh
varietas, periode imbibisi, jumlah benih yang digunakan, suhu imbibisi, dan kadar
air benih. Berdasarkan hasil penelitian tolok ukur DB pada Gambar 10, terlihat
bahwa DB benih masih tinggi hingga 6 bulan peyimpanan. Hal ini menunjukkan
bahwa tolok ukur DHL lebih dini dalam mendeteksi deteriorasi benih.
Menurut Woodstock dan Feeley (1965) dalam Copeland dan McDonald
(2001) respirasi merupakan serangkaian aktivitas enzim dalam merombak
cadangan makanan. Benih yang telah mengalami kemunduran memiliki laju
respirasi yang lemah dan menyebabkan hilangnya perkecambahan benih.
Respirasi juga memiliki korelasi dengan tingkat vigor benih. Tabel 11
menyatakan bahwa nilai koefisien determinasi atau R2 pada kemasan plastik PP
sebesar 55.9%. Hal ini dapat diartikan bahwa 55.9% variasi variabel y (laju
respirasi) dapat dijelaskan oleh variabel x (periode simpan) dan 44.1% dijelaskan
oleh faktor lain.
19

Tabel 11 Persamaan regresi antara laju respirasi benih dan periode simpan
dengan perlakuan jenis kemasan
Perlakuan kemasan Persamaan regresi R2 P
Plastik PP y = 351.94 + 39.813x 0.559 0.053
Botol kaca y = 298.76 + 54.921x 0.491 0.080
Karung plastik y = 320.54 + 48.452x 0.456 0.096
Garis regresi pada Gambar 8 menunjukkan bahwa laju respirasi benih
yang disimpan pada semua kemasan cenderung meningkat hingga periode simpan
6 bulan.
800
Laju respirasi (mg CO2 kg-1 jam-1)

700
600
500
400 Plastik PP
300 Botol kaca
200 Karung plastik
100
0
0 1 2 3 4 5 6
Periode simpan (bulan)
Gambar 8 Laju respirasi selama 6 bulan penyimpanan dengan jenis kemasan
yang berbeda
Inkubasi benih dilakukan pada kondisi kamar dengan suhu dan
kelembapan yang fluktuatif. Semakin tinggi suhu dan kelembapan inkubasi,
semakin tinggi aktivitas enzim pada mitokondria benih. Menurut Justice dan Bass
(2002) suhu diatas 20 C menyebabkan enzim aktif dan meningkatkan laju
respirasi benih. Suhu dan kelembapan inkubasi yang fluktuatif diduga menjadi
faktor lain yang menyebabkan laju respirasi cenderung meningkat selama periode
simpan. Inkubasi benih sebaiknya dilakukan pada kondisi terkontrol agar tidak
ada faktor lain yang mempengaruhi laju respirasi benih. Daya berkecambah
selama penyimpanan yang masih tinggi (> 90%) menghasilkan laju respirasi yang
tinggi. Penelitian Yulinda (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi viabilitas
benih kacang hijau, maka laju respirasi yang dihasilkan juga semakin tinggi dan
kecenderungan yang sama juga terjadi pada benih jagung dan kedelai.
Vigor adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi
normal pada kondisi lingkungan yang sub-optimum. Menurut Sadjad (1993) vigor
benih dapat diklasifikasikan menjadi vigor genetis dan vigor fisiologis. Vigor
genetis adalah vigor benih dari satu galur genetik yang berbeda, sedangkan vigor
fisiologis adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama.
220

100

80
Indeks vigor (%)

60
Plastik PP
40 Botol kaca
Karung plastik
20

0
0 1 2 3 4 5 6
Periode simpan (bulan)
Gambar 9 Indeks vigor selama 6 bulan penyimpanan dengan jenis kemasan
yang berbeda
Gambar 9 menunjukkan perilaku benih dalam berbagai kemasan selama
penyimpanan terkontrol 6 bulan yang ditunjukkan melalui tolok ukur IV.
Berdasarkan grafik tersebut, pengaruh perlakuan kemasan tidak berpengaruh
signifikan terhadap IV selama penyimpanan, kecuali pada periode simpan 1 bulan.
Pada periode simpan 1 bulan, standar deviasi nilai rataan IV pada benih yang
disimpan dalam botol kaca berada di luar selang standar deviasi nilai rataan IV
pada plastik PP. Pada periode simpan 1 bulan, IV terendah terdapat pada benih
yang disimpan dalam botol kaca. Menurut Copeland dan McDonald (2001) faktor
yang mempengaruhi vigor benih antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan
selama perkembangan benih. Faktor genetik terdiri atas kekerasan benih,
kerusakan mekanik benih, dan komposisi kimia benih. Faktor lingkungan terdiri
atas kelembapan dan kesuburan tanah, tingkat kematangan benih, dan
penyimpanan benih.
Perilaku benih kedelai yang disimpan selama 6 bulan dengan 3 jenis
kemasan yang berbeda ditunjukkan melalui tolok ukur daya berkecambah pada
Gambar 10. Gambar 10 menunjukkan bahwa penyimpanan benih terkontrol
dengan suhu 1922 C dan RH 6467% dapat mempertahankan DB benih tetap
tinggi hingga akhir periode simpan pada semua kemasan. Selama periode simpan
6 bulan, DB benih masih > 90%, angka ini masih berada diatas DB standar
pengujian benih BPSB, yaitu 85%. Penyimpanan benih dengan kondisi terkontrol
(suhu 1922 C dan RH 6467%) baik untuk penyimpanan benih karena
metabolisme dan aktivitas enzim dalam benih berjalan sangat lambat. Berdasarkan
analisis ragam, faktor kemasan tidak berpengaruh terhadap DB benih jika
disimpan dalam kondisi terkontrol. Pada penyimpanan terkontrol, suhu dan
kelembapan dipertahankan agar tidak ada aliran udara dan uap air dari luar
lingkungan penyimpanan sehingga mutu benih tetap tinggi walaupun
menggunakan kemasan yang porous (karung plastik).
21

100

Daya berkecambah (%) 80

60
Plastik PP
40 Botol kaca
Karung plastik
20

0
0 1 2 3 4 5 6
Periode simpan (bulan)

Gambar 10 Daya berkecambah selama 6 bulan penyimpanan dengan jenis


kemasan yang berbeda

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kadar air optimal benih kedelai selama kondisi penyimpanan terkontrol


(suhu 1922 C dan RH 6467%) adalah 713% dengan kadar air kesetimbangan
10% pada RH 65%. DHL benih kedelai dengan kadar air 1113% secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air lain setelah periode simpan
3 bulan. Interaksi antara 2 faktor perlakuan secara signifikan hanya terjadi pada
parameter DHL dengan periode simpan 5 dan 6 bulan, tetapi tidak untuk
parameter viabilitas lainnya. Semua jenis kemasan (botol kaca, plastik
polypropylene, dan karung plastik) dapat digunakan untuk mempertahankan mutu
benih selama 6 bulan pada penyimpanan terkontrol. Perlakuan kadar air benih dan
jenis kemasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap viabilitas benih. Hal
ini mengindikasikan bahwa benih kedelai dengan KA 713% dapat disimpan pada
suhu 1922 C dan RH 6467% dalam kemasan plastik polypropylene, botol
kaca, dan karung plastik selama periode simpan 6 bulan.

Saran

Penyimpanan benih kedelai secara terkontrol pada suhu 1922 C dan RH


6467% perlu dilakukan lebih dari 6 bulan untuk mengetahui daya simpan benih.
Selain itu, perlu diamati enzim yang terlibat dalam proses respirasi untuk
mengetahui proses metabolisme benih kedelai. Penyimpanan benih kedelai yang
baik untuk mempertahankan viabilitas benih kedelai dilakukan dengan RH 65%
dengan kadar air benih 10%.
222

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal RL. 1980. Seed Technology. New Delhi (IN): Oxford and IBH
Publishing Company. 685 p.
Asni N. 2010. Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih tanaman pangan
(jagung, kedelai, dan kacang tanah). Jambi (ID): Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). p 1-10.
Copeland LO, McDonald MB. 2001. Principles of Seed Science and Technology
4th edition. London (GB): Kluwer Academic Publishers. 467 p.
Fitriningtyas N. 2008. Studi daya hantar listrik pada benih kedelai (Glycine max
(L.) Merr) dan hubungannya dengan mutu fisiologis benih [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Hutahaean JE. 2008. Viabilitas benih kedelai (Glycine max (L.) Merr) dengan
varietas dan kemasan yang berbeda pada beberapa ruang penyimpanan
[tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Indartono. 2011. Pengkajian suhu ruang penyimpanan dan teknik pengemasan
terhadap kualitas benih kedelai. Gema Teknologi. 16(3):158-163.
Ismatullah. 2003. Studi penciri mutu benih kedelai (Glycine max (L.) Merr)
varietas Wilis selama masa penyimpanan [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Justice OL, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R,
penerjemah. Jakarta (ID): Grafindo Persada. Terjemahan dari: Principles
and Practices of Seed Storage. 446 p.
Kartono. 2004. Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar air
dan suhu penyimpanan yang berbeda. Bul. Tek. Pertanian. 9(2):79-82.
Kristiani S. 2012. Kajian suhu dan kadar air terhadap kualitas benih kedelai
(Glycine max (L.) Merr) selama penyimpanan [makalah]. Yogyakarta
(ID): Universitas Gadjah Mada.
Kusumadewi N. 1988. Studi perbandingan antara berbagai tolok ukur status
viabilitas benih dengan kapasitas respirasi kasus benih kedelai [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Margono T, Suryati D, Hartinah S. 2000. Pembuatan Bubuk Kedelai untuk
Minuman. Di dalam: Esti, Sediadi A, editor. Buku Panduan Teknologi
Pangan [Internet]. Jakarta (ID): Pusat Informasi Wanita dalam
Pembangunan PDII-LIPI; [diunduh 2013 Sept 5]. Tersedia pada:
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6c01
Purwanti S. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai
hitam dan kedelai kuning [Study of storage temperature on the quality of
black and yellow soybean seed]. JIPI. 11(1):22-31.
Sadjad S. 1974/1975. Proses metabolisme perkecambahan benih II. Dalam S
Sadjad, H Suseno, SS Harjadi, J Sutakaria, Sugiharso, Sudarsono, editor.
Dasar-dasar Teknologi Benih Capita Selekta. Bogor (ID): Departemen
Agronomi, Institut Pertanian Bogor. p 58-77.
Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta (ID): Grasindo. 144 p.
23

Sadjad S, Murniati E, Ilyas S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari


Komparatif ke Simulatif. Jakarta (ID): Grasindo. 185 p.
Sianturi PLL. 2011. Viabilitas benih bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) selama
penyimpanan 4 bulan dengan tingkat kadar air berbeda dalam beberapa
jenis kemasan [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Taliroso D. 2008. Deteksi status vigor benih kedelai (Glycine max L. Merr)
melalui metoda uji daya hantar listrik [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Tatipata A, Prapto Y, Aziz P, Woerjono M. 2004. Kajian aspek fisiologis dan
biokimia deteriorasi benih kedelai dalam penyimpanan. JIPI. 11(2):76-87.
Tatipata A. 2008. Pengaruh kadar air awal, kemasan, dan lama simpan terhadap
protein membran dalam mitokondria benih kedelai [The effect of moisture
content, package, and storage period on mitochondrial inner membrane
protein of soybean seed]. Bul. Agron 36 (1): 8-16.
Utomo BP. 2011. Uji tetrazolium dan uji daya hantar listrik, salah satu metode uji
cepat penduga mutu benih. Surabaya (ID): Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan.
Wijayati RY. 2013. Usaha menghambat kemunduran benih kedelai (Glycine max
L.) selama penyimpanan [makalah]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah
Mada.
Wirawan B, Wahyuni S. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya. 120 p.
Yulinda R. 2000. Studi pengukuran respirasi dengan metoda titrasi sebagai tolok
ukur viabilitas benih jagung (Zea mays), kedelai (Glycine max), dan
kacang hijau (Phaseolus radiatus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
224

LAMPIRAN

Lampiran 1 Deskripsi varietas Tanggamus


Dilepas tahun : 22 Oktober 2001
Asal : Hibrida (persilangan tunggal) Kerinci x No. 3911
Hasil rata-rata : 1.22 ton ha-1
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna kotiledon : Kuning
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong masak : Coklat
Warna hilum : Coklat tua
Bentuk biji : Oval
Bentuk daun : Lanceolate
Tipe tumbuh : Determinate
Umur berbunga : 35 hari
Umur saat panen : 88 hari
Tinggi tanaman : 67 cm
Percabangan : 34 cabang
Bobot 100 biji : 11.0 g
Ukuran biji : Sedang
Kandungan protein : 44.5%
Kandungan lemak : 12.9%
Kandungan air : 6.1%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan penyakit : Moderat karat daun
Sifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
Wilayah adaptasi : Lahan kering masam
25

Lampiran 2 Permeabilitas plastik polypropylene, botol kaca, dan karung plastik


Ulangan m1 (g) m2 (g) A (cm2) t (jam) WVTR (g m-2 hari-1)
..............Plastik polypropylene..............
1 20.2904 20.3067 47.52 2 0.04116
2 20.0306 20.0399 62.37 2 0.01789
3 20.2025 20.1891 59.40 2 0.02707
Rata-rata 0.02871
.......................Botol kaca.......................
1 20.7636 20.7632 28.26 1 0.00340
2 22.9460 22.9453 28.26 1 0.00594
3 22.6892 22.6882 28.26 1 0.00849
Rata-rata 0.00594
....................Karung plastik....................
1 20.2193 20.4628 48.38 2 0.60397
2 20.2388 20.4322 47.20 2 0.49169
3 20.3218 20.4196 47.20 2 0.24864
Rata-rata 0.44810
a
WVTR: water vapor transmission rate/laju transmisi uap air

Lampiran 3 Suhu dan RH ruang penyimpanan


Bulan Suhu (C) RH (%)
November 21.85 64.76
Desember 21.60 64.61
Januari 21.38 65.76
Februari 21.80 65.08
Maret 21.77 64.62
April 21.77 64.62
Mei 21.55 64.63
226

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sleman, Yogyakarta pada tanggal 18 Februari 1992


sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Wartono dan Ibu Erni Yurianingsih.
Penulis memiliki seorang saudara bernama Niko Beatson Haq.
Pendidikan menengah ke atas ditempuh di SMA Negeri 7 Yogyakarta dan
lulus pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis diterima di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Biologi
Dasar TPB pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis aktif dalam
berbagai organisasi, diantaranya Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON)
periode 2011-2012 sebagai staff departemen internal dan periode 2012-2013
sebagai bendahara departemen internal, serta sebagai anggota dari Ikatan
Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penulis juga aktif dalam berbagai lomba karya ilmiah nasional maupun
internasional, diantaranya Youth Paper Competition dalam Gebyar Indonesia
Berkarya 2012, Civil and Environmental Festival 2012, Essay Competition
Festival Ekonomi 2012 Universitas Sebelas Maret, Lomba Karya Tulis Ilmiah
PIKNAS VI 2012, Innovation & Entrepreneurship Global Student Challenge The
Hong Kong Polytechnic University 2013, dan AISC-Taiwan 2013 The First
Annual International Scholars Conference in Taiwan.

Anda mungkin juga menyukai