Anda di halaman 1dari 16

Nama : Nina Fitri Arima Sari

Kelas : 1a (D3-Keperawatan Lawang)

Nim : P17220191011

Soal & Jawaban Tugas Psikologi

1. Apakah belajar itu, Bagaimana hubungannya dengan perilaku, Perilaku kita yang manakah yang
merupakan hasil proses belahar classical conditioning atau operant conditioning?
Jawaban : Secara sederhana belajar dikatakan sebagai proses perubahan dari belum
tahu/mampu menjadi sudah tahu/mampu, dan terjadi dalam waktu tertentu. Perubahan itu
harus terjadi secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada
perilaku yang saat ini nampat (immediate behavior), tetapi juga pada perilaku yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang (potensial behavior). Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah bahwa perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Sebagian orang beranggapan bahwa
belajar adalah semat-mata untuk mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang
tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
 Proses belajar classical conditioning dipengaruhi oleh stimulant/refleks
manusia itu sendiri. Dan ketika reflex tersebut sudah menjadi kebiasaan
maka otomatis manusia itu mengondisikan stimulus yang sudah terjadi
sebelumnya untuk memulai suatu kegiatan.
- Contohnya : rasa takut pada pelajaran matematika dibuah
menjadi rasa senang dengan pelajaran matematika
 Proses belajar operant conditioning dipengaruhi oleh penguatan positif dan
penguatan negative. Sehingga ketika anak tersebut melakukan suatu
kegiatan ditambah dengan adanya penguatan maka perilaku anak tersebut
akan meningkat
- Contohnya : Seorang anak selalu mendapat nilai jelek di
ulangan matematika. Melihat anaknya seperti itu, sang ayah
membuat janji pada anaknya jka anak tersebut mendapat nilai
bagus dalam ulangan matematika maka ia akan mendapatkan
tas baru. Ketika akan menghadapi ulangan matematika anaknya
belajar dengan tekun dan saat hasil ulangan dibagi, anak
tersebut mendapat nilai bagus sehingga mendapat tas baru dari
ayahnya

2. Apakah proses belajar selalu terjadi secara mekanis seperti yang diutarakan oleh tokoh
Behavioralisme? Apakah dalam perilaku itu factor kognitif dan afektif ikut menentukan?
(berkaitan dengan pertanyaan no. 1)
Jawaban : Menurut kami setiap anak memiliki metode belajar tersendiri menyesuaikan
dengan kepribadian mereka masing masing. Metode belajar tidak hanya secara mekanis,
tetapi bisa juga dengan dilakukan role playing. Dengan proses belajar yang terjadi secara
mekanik, anak tersebut cenderung pasif, tidak memunculkan minat inisiatif dan berkreasi
serta cederung mengulang keterampilannya yang sama seperti sebelumnya. Untuk factor
kognitif dan afektif dalam proses pembelajaran ikut berpengaruh dalam proses berpikir
karena dengan adanya itu dapat mengembangkan kemampuan rasional bagi otak dan
berkaitan dengan semangat, minat, dan sikap terhadap suatu hal.

3. Bagaimanakah hubungan belajar dengan berpikir?


Jawaban : Belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku ditimbulkan, diubah, atau
diperbaiki melalui serentetan reaksi. Proses belajar tidak hanya meliputi perilaku motoric,
tetapi juga berpikir. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.
Definisi paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep dalam diri
seseorang. Sehingga ketika proses belajar manusia perlu berpikir untuk memahami.
menghitung, mengevaluasi, menghubungkan, membuat analisis sintesis menalar atau
menarik kesimpulan dari soal soal yang dihadapi.

4. Sebutkan prinsip-prinsip belajar berdasarkan teori Clasiccal conditioning, jelaskan.


Jawaban : Prinsip prinsip belajar menurut teori Classical Conditioning adalah sebagai
berikut :
1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara
menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih
kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi jika ada interaksi antara organisme dengan
lingkungan
3. Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-
syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan respons
4. Belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali atau dengan
perkataan lain dan ulangan dalam hal belajar adalah penting
5. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan
menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih
dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus
di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan.

5. Sebutkan prinsip-prinsip belajar berdasarkan teori operant conditioning, jelaskan.


Jawaban : Prinsip-Prinsip Belajar Operant Conditioning Menurut skinner, pengkondisian
operan terdiri dari dua konsep utama, yaitu:
 Penguatan (reinforcement) : Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan
kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan
rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan
penguatan negatif.
a. Positive Reinforcement (Penguatan Positif) Penguatan positif
(positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk
memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik
sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti dengan stimulus
yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya
memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk
menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah
anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada
anak tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal
tersebut berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak
tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan
kemungkinan sifat pemalunya akan hilang. Rangsangan yang
diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti,
makanan, minuman, sex, dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa
hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan,
perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai
rangsangan penguatan positif (Penguatan Positif + Stimulus =>
Perilaku baik)
b. Negative Reinforcement (Penguatan Negatif) : Negative
Reinforcement adalah peningkatan frekuensi suatu perilaku positif
karena hilangnya rangsangan yang merugikan (tidak menyenangkan).
Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi
karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak
tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak
memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin
membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi
sikap kemarahan dari ibunya. Perbedaan mutlak penguatan negatif
dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan
stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu
perilaku yang baik (Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik).
 Hukuman (Punishment) Penguatan negatif (negative reinforcement) tidaklah sama
dengan hukuman, keduanya sangat berbeda. Penguatan negatif lebih bertujuan
untuk meningkatkan probabilitas dari sebuah perilaku, sedangkan hukuman lebih
bertujuan untuk menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Dalam penguatan
negatif respon akan meningkat karena konsekuensinya, sedangkan pada hukuman
respon akan menurun karena konsekuensinya. Sebagai contoh, ketika kita
meminum obat saat kita sakit kepala dan hasilnya sakit kepala kita hilang , maka
kita akan meminum obat yang sama saat kita mengalami sakit kepal.
Penghilangan rasa sakit kepala pada kasus ini merupakan penguatan negatif,
sedangkan apabila setelah meminum obat ternyata kita mendapat alergi, maka
tentunya kita tidak akan meminum obat yang sama lagi sebab mendapat alergi
dalam kasus ini merupakan sebuah hukuman sehingga perilaku berikutnya tidak
akan mengulangi hal yang sama. Hukuman (punishment) adalah sebuah
konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkian sebuah perilaku
akan muncul. Sebagai contoh, seorang anak bermain-main pedang-pedangan
menggunakan pisau, kemudian kulit jari tanganya terpotong ketika pisau tersebut
salah diarahkan. Pada akhirnya anak tersebut akan sedikit kemungkinannya
bermain-main menggunakan pisau.
Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif.
Hukuman positif (positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika
diikuti dengan rangsangan yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang
anak mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan memarahinya
hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan
orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai
jelek). Hukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang
ketika sebuah rangsangan positif atau menyenagkan diambil. Sebagai contoh,
seorang anak mendapat nilai jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan
temannya dan malas belajar, kemudian anak tersebut dihukum oleh orangtuanya
untuk tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya
anak tersebut tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau lebih
mengutamakan pelajarannya.

6. Sebutkan prinsip-prinsip belajar berdasarkan teori cognitive learning, jelaskan?


Jawaban : Berikut adalah prinsip-prinsip belajar teori kognitif yaitu sebagai berikut:
Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
Disebut model perseptual.
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi
komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-
pisah, akan kehilangan makna.
Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya
Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif sangat dipentingkan.
Materi pelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleksi.
Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa belajar.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas
belajar yang berkaitan dengan penataan infomasi, reorganisasi perceptual, dan
proses internal. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar amat dipehitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan
kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-pinsip sebagai berikut :
Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melakukan tahap-tahap tertentu.
Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siswa maka proses asmilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar pelu mengkaitkan
pengalaman atau infomasi baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki si
belajar.
Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tetentu, dari sedehana ke kompleks.
Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar meghafal. Aga
bermakna, infomasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa
yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi kebehasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya
pada motivasi, persepsi, kemampuan bepikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.
Dari pemahaman di atas, maka langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan
oleh masing-masing tokoh tesebut bebeda.

7. Sebutkan prinsip-prinsip belajar berdasarkan teori observational learning, jelaskan.


Jawaban : Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya
conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir
dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

8. Perilaku kita yang manakah yang merupakan hasil proses belajar Clasiccal conditioning dan
operant conditioning?
Jawaban : Perilaku yang merupakan hasil proses belajar Clasiccal conditioning dan
operant conditioning:
o Clasiccal conditioning : Belakangan ini sangat saya menyukai bakpao yang lewat
didepan rumah saya. Penjual bakpao(unconditional stimulus) tersebut berjualan
dengan cara berkeliling dengan menggunakan mobil pickup. Dan sebagai
penanda, penjual mengeluarkan sebuah bunyi yang dihasilkan dari sebuah
rekaman suara (conditioned stimulus). Di saat-saat awal saya membeli bakpao
tersebut hanya ketika penjual bakpao itu telah berada hampir di depan rumah
(unconditioned responses). Namun, lama kelamaan saya terbiasa dengan bunyi
yang dikeluarkan oleh penjual itu bakpao tersebut karena suaranya sudah
terdengar dari jauh dan akhirnya sekarang ini hanya dengan mendengar suaranya
saja saya langsung berlari keluar rumah untuk menunggu penjual bakpao sampai
didepan rumah.
o Operant conditioning : Awal saya mau kuliah besoknya saya diantar keluarga
saya ke kost, disana saya ngekost sendiri saya jauh dari keluarga. Ibu saya
memberitahu saya supaya hati-hati jauh dari orang tua dan ayah saya memberi
sebuah arahan supaya tidak terlalu boros dengan uang bulanan saya. Jika akhir
bulan saya masih memiliki sisa uang maka ayah saya akan memberikan saya
laptop. Pada akhirnya saya mencoba untuk tidak boros dan menyisakan uang saku
saya. Kemudian ayah saya menepati janjinya dengan membelikan saya sebuah
laptop baru

9. Apa gunanya umpan balik dalam suatu proses belajar ? didukung teori belajar manakah jawaban
anda?
Jawaban : Umpan balik dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh pada
perkembangan murid. Dengan adanya umpan balik dari lingkungan sekitarnya, baik dari
guru, orangtua, atau teman temannya, murid akan merasa lebih dihargai atas segala hasil
yang telah diperjuangkannya, murid juga bisa menganalisis suatu permasalahan soal yang
dihadapinya berdasarkan pendapat yang berbeda dari setiap orang, dan murid juga bisa
memahami sampai sejauh mana kriteria keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukannya. Jika masih kurang terpenuhi, murid bisa lebih termotivasi untuk
memperbaiki apa yang kyrang dalam proses belajarnya.

Pentingnya umpan balik dalam proses pembelajaran didukung oleh teori kognitif.
Pada teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil bela-jar itu sendiri.
Pada teori ini belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon,
namun ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang individu melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan.Jadi menurut teori Kognitif ini tingkah laku
individu senantiasa didasarkan kepada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan
situasi dimana tingkah laku itu terjadi, di dalam situasi belajar individu harus terlibat
langsung yang pada akhirnya ini akan memperoleh insight untuk memecahkan masalah.

Sebagai contoh, seorang siswa yang sdah mengetahui prinsip penjumlahan, jika
gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses Pengintegrasian antara prinsip
penjumlahan (yang sudah ada dibenak siswa) dengan prinsip perkalian (sebagai informasi
baru) disebut proses asimilasi, jika siswa diberi sebuah soal perkalian, maka situasi ini
disebut akomodasi, ini berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut terjadi
dalam situasi yang baru dan spesifik. Agar siswa tersebut dapat berkembang dan
menambah ilmunya, harus tetap menjaga stabilitas mental dalam dirinya diperlukan
proses penyeimbangan, proses inilah yang disebut equalibrasi.
10. U F. Thorndike melakukan eksperiment dengan menggunakan seekor kucing yang dimasukan
dalam kotak teka-teki. Dari ekperimennya ini mengahsilkan teori Law of effect, Law of readiness
dan Law of exercise. Jelaskan?
Jawaban :
1. Law Of Effect (Dalil / Hukum Sebab Akibat) : Dalil / hukum ini menunjukkan
kuat lemahnya hubungan stimulus dan respon tergantung kepada akibat yang
ditimbulkan. Apabila respon yang ditimbulkan mendatangkan kesenangan, maka
respon tersebut akan dipertahankan atau diulang ; sebaliknya jika respon yang
ditimbulkan adalah hal yang tidak menyenangkan, maka respon tersebut
dihentikan atau tidak diulang lagi.
2. Law Of Readiness (Dalil / Hukum Kesiapan) : Menurut dalil / hukum ini,
hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada
kesiapan dalam diri individu. Jika seorang ada kesiapan untuk merespon atau
bertindak, maka tindakan yang dilakukan akan memberi kepuasan dan
mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain
3. Law Of Exercise (Dalil / Hukum Latihan Atau Pembiasaan) : Dalil / hukum ini
menunjukkan bahwa stimulus dan respon akan semakin kuat manakala terus
menerus dilatih atau diulang ; sebaliknya hubungan stimulus dan respon akan
semakin melemah jika tidak pernah dilatih atau dilakukan pengulangan.

11. Apa manfaatnya (Hukum-hukum No. 13) dalam proses pembelajaran anda di pendidikan tenaga
kesehatan/perawat?
Jawaban : Manfaatnya (Hukum-hukum No. 13) dalam proses pembelajaran di
pendidikan tenaga kesehatan/perawat adalah : Menurut saya sendiri, dengan adanya
hukum hukum keperawatan/kesehatan maka dapat membuat mahasiswa kesehatan
mengerti jika segala tindakan yang dilakukan kepada pasien didasari oleh hukum. Dan
pada saat melakukan proses pembelajaran, mahasiswa lebih memposisikan dirinya untuk
berpikir bagaimana cara yang tepat dan benar dalam melakukan tindakan sesuai SOP
yang telah dijelaskan dalam undang undang (Tidak sembarangan melakukan tindakan
yang dapat membahayakan nyawa pasien). Hukum yang sudah tertulis membuat
mahasiswa berusaha untuk mengembangkan pola pikirnya dalam menyesuaikan tindakan
yang sesuai dengan dasar hukum. Sehingga mahasiswa lebih bijak dalam menentukan
tindakan apa yang akan dilakukan seharusnya.

12. Apa yang dimaksud dengan lupa? Dan bagaimana proses terjadinya lupa? Kemudian apa yang
dimaksud dengan transfer atau alih belajar ? Kapan terjadinya transfer belajar? Apa yang
dimaksud dengan Penguat dalam proses belajar? Apakah jenis-jenis penguat dan apakah manfaat
dari penguat tersebut?
Jawaban : Lupa (forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa yang sebelumnya telah kita pelajari. GULO dan REBER
mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang
pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal kita.
 Proses terjadinya lupa :
1. Tahap Pertama
Apa yang sudah kita ingat, akan disimpan dalam bagian otak tertentu jika materi
tersebut harus diingat namun tidak pernah digunakan. Maka karena adanya
proses metabolisme dalam otak, lambat laun materi tersebut akan terhapus dalam otak
yang membuat seseorang tidak dapat mengingatnya kembali. Sehingga karena tidak
digunakan lagi, maka secara tidak langsung menyebabkan materi tersebut lenyap
dengan sendirinya.
2. Tahap Kedua
Ada beberapa prinsip-prinsip sistematis yang perlu anda ketahui, yaitu :
a) Penghalusan, materi berubah bentuk menuju bentuk yang lebih halus,
lebih simetris, dan kurang tajam sehingga membuat bentuknya yang asli
tidak dapat diingat kembali.
b) Penegasan, bagian-bagian yang mencolok dalam sesuatu hal menjadi
bagian yang paling mengesankan. Sehingga di dalam ingatan akan
dipertegas. Sehingga bagian-bagian tersebutlah yang kemudian hanya
diingat sedangkan yang lainnya secara keseluruhan tidak terlalu diingat.
c) Asimilasi, misalnya saja anda mengingat sebuah bunga, maka anda akan
mengingatnya sebagai bunga meskipun bentuknya bukan bunga. Sehingga
yang anda hanya ingat hanyalah sebuah bunga namun tidak mengingat
bagaimana bentuknya yang asli. Perubahan materi ini disebabkan
bagaimana bentuk wajah orang tersebut tidak dapat diingat lagi.
3. Tahap Ketiga
Saat mempelajari hal yang baru, kemungkinan sesuatu yang sebelumnya sudah anda
ingat tidak dapat kembali diingat. Dapat dikatakan jika materi kedua lah yang
menjadi penghambat untuk mengingat kembali materi pertama sebelumnya.
Hambatan seperti ini yang dinamakan dengan Hambatan retroaktif. Sebaliknya bisa
saja materi yang baru dipelajari tidak masuk ke dalam ingatan dikarenakan mater lain
sebelumnya, hambatan ini dikenal dengan nama hambatan proaktif.
4. Tahap Keempat
Ada kalanya saat seseorang melakukan sesuatu, disebut dengan represi. Peristiwa
yang menakutkan, mengerikan, menjijikkan, dan sejenisnya tidak dapat diterima hati
nurani yang membuat peristiwa tersebut akan sengaja terlupakan bahkan tanpa
disadari.
 Transfer atau alih belajar adalah pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain.
 Transfer belajar terjadi menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk
kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsipprinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.
 Penguat dalam proses belajar adalah suatu stimulus atau rangsang yang nantinya akan
dapat menjadi motivasai dalam belajar sehingga akan dapat menghasilkan.
 Jenis-jenis penguat dan manfaat dari penguat :
a) Penguat negatif : Penguat negatif diberikan untuk meningkatkan frekuensi
terjadinya perilaku yang dikehendaki
b) Penguat positif : penguat positif dapat berupa pujian, hadiah kepada siswa
memiliki banyak tujuan antara lain untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap
mata pelajaran yang sedang diajarkan, mengembangkan rasa percaya diri siswa
untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, sehingga
motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dapat meningkat karena
siswa akan merasa diperhatikan dan dihargai oleh guru di dalam proses
pembelajaran.

13. Apa yang dimaksud dg motivasi dalam belajar, bagaimana membentuk motivasi belajar,
jelaskan. Apa manfaatnya kita mempelajari belajar dan berpikir bagi keperawatan, dan bagaimana
cara untuk merangsang minat belajar?
Jawaban : Motivasi belajar adalah proses internal yang merupakan salah satu factor
utama yang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. “Motivasi ada dua macam
yaitu motivasi yang datang dari dalam diri anak, disebut motivasi intrinsik, dan motivasi
yang diakibatkan dari luar, disebut motivasi ekstrinsik ”(Djamarah S.B, 1997:223).
Untuk membentuk motivasi belajar dapat menggunakan cara :
1. Membentuk agenda belajar . Dengan seperti ini kamu bisa tau mana
yang harus kamu prioritaskan terlebih dahulu dan membuat daftar materi
apa saja yang harus kamu pelajari, sehingga membuat kamu termotivasi
untuk menyelesaikannya dan melihat sejauh mana kamu bisa menguasai
materi tersebut.
2. Ciptakan suasana belajar sesuai yang kamu sukai.
3. Gunakanlah fasilitas pendukung. Seperti berkonsultasi pada guru teman,
dan orang orang disekitarmu. Selain itu kamu juga bisa mendapat
informasi dari sumber daring yang telah direkomendasikan atau kamu bisa
mengunjungi perpustakaan. Semakin banyak referensi yang kamu dapat,
smeakin besar peluang motivasi belajar kamu.
4. Buatlah peningkatan secara bertahap. Dengan cara ini kamu bisa
melihat sudah sejauh mana kemampuan kamu sejak komitmen untuk rajin
belajar. Catat berbagai kemajuan yang kamu peroleh.
5. Senangi apa yang sudah kamu pelajari. Rubahlah sudut pandangmu
mengenai hal itu, lalu lihatlah dari sisi yang berbeda tentang apa yang
kamu pelajari, barangkali itu akan bermanfaat di masa mendatang

Dengan adanya materi belajar dan berpikir pada keperawatan bisa membuat
perawat mengembangkan ide dan kemampuannya jika menghadapi permasalahan dalam
dunia keperawatan, dapat menganalisis masalah dan mengambil keputusan terhadap
persoalan yang ada, dapat menyemibangkan proses berpikir antara individu dengan
lingkungannya, dan selalu mengembangkan ilmu pengetahuan tentang dunia keperawatan
agar lebih edukatif terhadap segala hal yang ditanyakan oleh masyarakat

Menurut Reojakkers bahwa untuk membangkitkan minat siswa dapat dicapai


dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang
sudah diketahui kebanyakan siswa.

14. Teori belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?


Jawaban : . – Teori pembelajaran :
A. Teori Behaviorisme : Behaviorisme merupakan salah
aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa
belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan
yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan
behaviorisme ini, diantaranya =
Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike. Dalam teori ini organisme
dianggap mampu melakukan tindakan atas inisiatif sendiri dalam lingkunannya
yang bersifat sebagai subyek yang aktif, hukum-hukum belajar diantaranya :
1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan
Stimulus – Respons akan semakin kuat.
2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu
pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit)
3. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara
Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat
Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov Menurut teori ini organisme
dianggap sebagai obyek yang bersifat relatif pasif, menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum
pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus
dihadirkan secara simultan (yang salah satunya
berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah
diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun.
Operant Conditioning menurut B.F. Skinner Dari eksperimen yang dilakukan B.F.
Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku
diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant
telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.
Social Learning menurut Albert Bandura Teori belajar sosial atau disebut juga
teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut
Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata
refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang
timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu
itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang
individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan.
B. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget : Piaget merupakan salah
seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah
satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk
memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu
meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete
operational dan (4) formal operational.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

C. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne : Asumsi yang


mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi
antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi
delapan fase yaitu : (1) motivasi (2) pemahaman (3) pemerolehan (4)
penyimpanan (5) ingatan kembali (6) generalisasi (7) perlakuan dan (8) umpan
balik.
D. Teori Belajar Gestalt : Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang
mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi Pokok pandangan
Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Aplikasi teori Gestalt dalam proses
pembelajaran antara lain :
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu obyek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan
unsurunsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan
masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna
yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada
tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang
diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi
dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi
lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan
prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun
ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah
dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik
untuk menguasai prinsipprinsip pokok dari materi yang diajarkannya
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar : Secara umum belajar banyak dipengaruhi
oleh:
 Faktor Internal :
1) Aspek fisiologis adalah kondisi umum, jasmaniah dan otot yang menandai tingkat
kebugaran, organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dn
investasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
2) Aspek Psikologi (jiwa) ntelegensi : kemampuan psiko fisik untuk mereaksi
rangsangan / menyesuaikan diri dengan lingkungannya
3) Sikap : gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek baik secara berlebihan/kekuarangan
4) Bakat : kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan dating.
5) Minat : kecenderungan dan kegairahan yang tinggi / keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Makin besar minat indivuv untuk bmempelajari sesuatu maka akan makin beasr
perhatiannya sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajarinya.
6) Motivasi : Keadaan internal yang mendorong untuk berbuat sesuatu/pemasok daya
untuk bertindak secara terarah.
7) Kematangan/pertumbuhan : belajar sesuatu memerlukan kematangan/kesiapan
pertumbuhan individu sesuai dengan usia individu. Mengajarkan sesuatu baru dapat
berhasil jika tahap pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya.
8) Latihan : Karena sering berlatih maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki
individu menjadi semakin dikuasai dan semakin mendalam.
9) Sifat-sifat pribadi individu : tiap-tiap orang memilki sifat-sifat kepribadian
masingmasing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Sifat-sifat ini sedikit
banyak turut berpengaruh dalam masil belajar.
 Faktor eksternal :
1) Lingkungan sosial :
a. keluarga, : Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam dapat
menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh
individu. Termasuk di dalamnya fasilitas yang diperlukan dalam belajar ikut
berperan penting dalam belajar.
b. guru/pendidik : Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan factor penting
dalam belajar. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
pengetahuan yang dimiliki guru,dan bagaimana cara mengajrnya turut berperan
dalam hasil belajar yang dicapai individu.

2) Lingkungan non sosial : alat peraga, alam, cuaca/alam

a. Alat peraga/alat pembelajaran : Alat peraga tidak dapat kita lepaskan dari factor
guru dan cara mengajarnya. Demikian pula kecukupan alat peraga menentkan
hasil belajar indivivu.

b. Lingkungan dan kesempatan : teman disekolah, masyarakat serta lingkungan


yang mendukung akan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Sekolah yang
terlalu jauh dan sulitnya alat transportasi akan menyebabkan individu merasa
lelalh sebelum belajar, hal ini akan dapat mempenagruhi hasil belajarnya.
Demikian juga apabila individu terlalu sibuk sehingga tidak ada kesempatan
untuk belahar maka akan berpengaruh pda hasil belajarnya.

15. Cara dan metoda belajar yang efektif adalah……bagaimana cara belajar yang efektif.
Jawaban :
 Menurut Dr.Rudolf Pintner:
1. Metode keseluruhan kepada bagian dalam belajar, kita mulai dari
keseluruhan baru pada bagian mendetailnya.
2. Metode Keseluruhan Lawan Bagian
3. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian biasanya digunakan
untuk mempelajari yang cakupannya luas seperti Accounting
4. Metode resitasi mengulangi kembali apa yang sudah dipelajari.
5. Jangka waktu belajar
Jangka waktu yang produktif seperti menghafal dan mengerjkaan
soal yang rumit yaitu 20-30 menit. Jangka waktu bisa dipengaruhi minat
seseorang terhadap pelajaran tertentu.
6. Pembagian waktu belajar
Waktu belajar yang terus menerus tidak efektif dan malah
menurunkan konsentrasi. Lebih baik melakukan 30 menit dua kali sehari
daripada 6 jam sehari.
7. Membatasi kelupaan dengan melakukan review pelajaran
8. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ikatan
9. Menghafal
Metode ini berguna untuk menguasai materi yang banyak dengan
cepat dalam waktu yang relatif singkat. Namun metode ini memiliki
kelemahan yaitu hasil belajar gampang dilupakan.
10. Retriactive Inhibition (Penolakan berpikir)
Untuk menghindari terjadinya ini, jangan mencampur aduk
beberapa mata pelajaran dalam satu waktu untuk dipelajari sekaligus.
 Menurut Crow and Crow cara belajar yang efektif :
1. Adanya tugas yang jelas dan tegas
2. Belajar membaca dengan baik
3. GUNAKAN METODE KESELURUHAN DAN METODE BAGIAN
4. PELAJARI DAN KUASAI BAGIAN-BAGIAN YANG SUKAR DARI
BAHAN YANG DIPELAJARI
5. Buat outline dan catatan saat belajar
6. Kerjakan atau jawablah pertanyaan
7. Hubungkan bahan baru dan bahan lama
8. Buat rangkuman dan review
 METODA-METODA BELAJAR :
1. SURVEY 5 w + 1 H (What, Why, When, Where, Who + How
2. Q 3 R ( QUESTIONS, READ, RECITE DAN REVIEW)
3. 3. PQRST :
a. Preview (menyelidiki)
b. Questions (bertanya)
c. Read (membaca)
d. State (menyatakan)
e. Test (tes)

4. RTP (Read The Problem)

5. PERU :
a. Preview (menyelidiki)
b. Enquire (menanyakan)
c. Read (membaca)
d. Use (menggunakan)

Anda mungkin juga menyukai