Anda di halaman 1dari 4

Lampion Terakhir

Oleh:
Made Mertha Maha Yoga

Hari ini, di tempat ini, peristiwa itu terjadi. Peristiwa yang


membuat hidup Ben hampir berubah sepenuhnya, bagaimana tidak.
Sesosok laki-laki yang telah menemani hari-harinya selama 14 tahun ini,
seketika pergi dari kehidupannya, tepat di depan matanya. Sebenarnya,
peristiwa ini telah terjadi tepat setahun lalu, namun bayangan dan
kenangan akan sosok itu selalu menghantui Ben bahkan sampai
menghiasi mimpi Ben. Baiklah akan kuceritakan kisah tragis dua orang
sahabat karib yang menyentuh hati ni.
Sebelas Oktober Dua Ribu Sembilan Belas. Hari-hari berjalan
seperti biasanya. Bangun di kala sinar mentari tepat di atas kepala
adalah hal yang paling bahagia ketika hari libur. Ya, hari ini adalah hari
Sabtu. Hari libur yang harus diisi dengan kegiatan yang bermalas-
malasan. Tidak lupa juga hari ini adalah hari ulang tahun Joe. Joe,
sahabat Ben. Menempati rumah yang berada di sebelah rumah Ben.
Sesosok laki-laki yang sangat keras kepala dan juga egois. Tetapi, hanya
Joelah yang mampu mengerti Ben, menemani Ben sampai malam karena
orang tua Ben harus bekerja hingga larut. Tidak jarang Ben
menghabiskan waktunya di rumah Joe, bersama dua orang kakak laki-
lakinya. Bagi ben, keluarg Joe adalah keluarganya juga.
Karena kebetulan hari ini adalah hari ulang tahun Joe, Ben telah
merencanakan akan menghabiskan waktunya bersama Joe di Tebing.
Tempat yang selalu menjadi tempat tempat tujuan ketika mereka penat,
sedih, atau bahagia. Semua sudah direncanakan dengan sangat matang,
mulai dari transportasi, kue ulang tahun, dan juga beberapa kudapan
untuk menemani malam mereka. Tetapi sebelum itu, ada yang harus
disiapkan oleh Ben, yaitu sebuah lampion kecil yang akan mereka
terbangkan bersama di Tebing.
Ya, persahabatan mereka dilihat orang-orang terkadang
berlebihan. Tetapi bagi mereka, mereka bahagia bisa melakukannya
dengan saudara sendiri, tidak peduli orang lain berkata apa. Sebenarnya
mereka bersahabat juga dengan Kelly, tetapi Kelly telah ikut dengan
orang tuanya dan melanjutkan sekolah di Kalimantan.
Setelah bersiap-siap, Ben menuju tempat perlengkapan sekolah
yang tidak jauh di rumahnya untuk member peralatan lampion.
Membuatnya ternyata cukup mudah, ya walaupun tidak sesuai
ekspektasi yang ditayangkan di sebuah YouTube channel. Tetapi, untuk
sahabatnya, apapun akan ia lakukan. Menyiapkan sebuah spidol
berwarna emas dan juga sebuah teropong bintang yang dihadiahi oleh
ayahnya pada ulang tahunnya yang ke-13.
Waktu telah menunjukkan pukul 6 sore. Langit berwarna jingga
kemerahan membuat pikiran Ben tenang dan damai. Mobil yang akan
dipakainya menuju Tebing Bintang akan dikemudikan oleh Paman Ben
yang kebetulan hari itu menginap di rumahnya. Tetapi ada satu hal yang
janggal, Joe tidak terlihat sejak tadi pagi. Mama Joe mengatakan Joe
sedang pergi bersama kakaknya, jadi Ben harus menunggu Joe hingga
pukul 7 malam. Karena hari sudah mulai gelap, Ben memutuskan untuk
pergi ke Tebing terlebih dahulu, dan menitipkan pesan kepada Mama
Joe, agar Joe menyusul ke Tebing. Perjalanan dari rumah Joe ke Tebing
tidak terlalu lama, hanya sekitar 30 menit saja, itupun jika jalanan tidak
dipenuhi oleh orang-orang yang baru pulang bekerja.
Sesampainya di Tebing, paman Adi meninggalkan Ben karena
harus ada urusan yang diselesaikannya. Ben pun menunggu Joe
sendirian hingga pukul 8 malam. “Astaga Joe, kamu kemana sih?”.
Selang beberapa menit kemudian, Joe pun datang membawa dua botol
minuman dingin di tangannya, sambil menggenggam sebuah handphone
miliknya. Joe pun berlari menuju Ben. “Bennnn, sorry banget, tadi aku
harus nganterin Kak Kev beli sesuatu buat mama. Maaf banget ya”,
sesal Joe. “Yayaaya, gapapa, yang penting kamu dating aja, biar ga rugi
aku siapin ini semua wkwk”. “Dasar perhitungan banget si” keluh Joe.
Mereka pun menghabisi malam mereka sambil merayakan pesta ulang
tahun Joe. Sambil mengamati bintang yang menghiasi langit malam, dan
juga menulis nama mereka di lampion yang telah disiapkan oleh Ben.
Mengucapkan harapan dalam hati mereka, apa yang ingin mereka capai
bersama-sama, dan berharap bahwa persahabatan mereka tidak akan
berakhir. Ben pun menyalakan korek api di bawah lampion agar
lampionnya terbang ke langitt menuju tak terbatas dan melampauinya.
Setelah hitungan ketiga, mereka pun melepaskan lampion bersama-
sama. Sayangnya, lampion mereka tidak terbang jauh, dan tersangkut di
pepohonan. Joe pun berlari dan mencoba memanjat pohon itu.
Lampionpun berhasil didapatkan kembali oleh Joe, ketika turun dari
pohon tersebut, sialnya kaki Joe salah menginjak ranting, hingga
membuat Joe terjatuh dan terguling ke bawah. Ben pun awalnya terkejut
dan menertawakan sahabatnya itu. Tetapi, setelah beberapa menit Joe
tidak kembali dan membuat Ben khawatir. Benpun menyusul Joe ke
bawah, tetapi ia tidak menemukan Joe. Ben mulai panik, mencoba
menghubungi Joe tetapi handphone Joe ternyata masih berada di atas, di
tempat mereka makan tadi. Karena tidak menemukan Joe, Ben pun
menangis, memikirkan hal yang tidak-tidak.
Dihubungilah keluarga Joe, dan tidak lama kemudia
keluarganya datang. Mama Joe sangat bingung, kemana hilangnya Joe,
dan kenapa ini bisa terjadi. Mama Joe mulai menginterogasi Ben.
Karena Joe tidak ditemukan hingga pukul 12 malam. Papa Joe mulai
menghubungi Tim SAR untuk mencari Joe.
Proses evakuasi dilakukan selama satu jam, karena hari sudah
sangat gelap, dan juga berbahaya bagi keselamatan semua orang, maka
evakuasi akan dilanjutkan pada pagi hari nanti. Pukul 7 pagi, semua
orang kembali menuju Tebing. Proses evakuasi dilanjutkan, hingga
akhirnya menemui titik terang pukul 9 pagi. Joe ditemukan tak
bernyawa, karena terbentur oleh sebuah karang yang berada di bawah
tebing. Muka Joe pucat, darah Joe bercucuran. Semua orang kaget
melihatnya dan langsung menangis terutama Mama Joe. Ben pun hanya
bisa diam, tak bisa berkutik, bahkan berbicarapun tak sanggup. Ben
menyalahkan dirinya akan hal ini, awalnya Mama Joe menyalahkan
Ben, tetapi Mama Joe sadar ini bukan kesalahan Ben, mungkin ini
memang sudah ajalan hidup Joe. Joepun dibawa menggunakan
ambulance ke rumah sakit terdekat karena akan dilakukan autopsi lebih
lanjut. Pihak rumah sakit mengatakan, Joe sudah tidak bernyawa sekitar
pukul 10 malam, dan pihak rumah sakit menyuruh pihak keluarga untuk
memakamkan Joe segera agar jasadnya tenang. Pemakaman Joe
dilakukan seminggu setelah kejadian naas itu. Semua orang berduka
bahkan hingga waktu yang tidak ditentukan. Kenangan akan Joe akan
selalu menemani Ben. Tawa canda Joe akan selalu menghibur Ben.
Sahabatnya itu akhirnya pergi meninggalkan Ben untuk selamanya. Ben
hanya bisa meminta maaf kepada semua orang termasuk Joe akan
kejadian itu. Ia tidak bisa melupakan kejadian di hari itu. Hari ini,
tanggal 11 Oktober 2020, tepat satu tahun kepergian Joe, Ben pun
menuju tebing itu lagi untuk mengenang Joe, menerbangkan lampion
yang berisi nama Ben dan Joe, kali ini lampion itu terbang dengan
sempurna, semoga lampion itu bisa sampai di tempat Joe. “Untuk
sahabatku, Joe. Tidak satu haripun aku bisa melupakan kenangan kita,
sejak awal bertemu sudah kuyakinkan bahwa kaulah yang akan menjadi
sebagian diriku, hanya butuh waktu satu menit saja. Tetapi untuk
melupakanmu, seumur hidupku bahkan waktu yang tidak cukup untuk
melupakanmu. Tenang disana Joe, jaga kami semua dari sana. Kami
semua akan selalu merindukanmu. Ben.”

Anda mungkin juga menyukai