Anda di halaman 1dari 74

PERKEMBANGAN HARGA, JUMLAH UANG

BEREDAR, PERKREDITAN BANK DAN


LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN
B A B III

PERKEMBANGAN HARGA, JUMLAH UANG BEREDAR,


PERKREDITAN BANK DAN LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

A. PENDAHULUAN

Sebagaimana dalam tahun-tahun sebelumnya, maka dalam tahun


1977/78 kebijaksanaan Pemerintah di bidang moneter tetap dituju-
kan untuk menunjang kegiatan ekonomi dan pembangunan serta se-
kaligus mengusahakan adanya stabilitas harga-harga. Usaha untuk
menegakkan stabilitas ekonomi dalam tahun 1977 / 78 tersebut ber-
hasil dengan baik walaupun kita masih terus mengalami tantangan-
tantangan yang besar oleh karena belum meredanya gejolak ekonomi
dunia dan hambatan-hambatan dalam produksi pangan.
Berhubung dengan meningginya kembali laju inflasi dalam tahun
1972/73 dan 1973 / 74 maka pada tanggal 9 April 1974 telah dilak-
sanakan kebijaksanaan ekonomi keuangan yang kemudian disesuai-
kan pada tanggal 28 Desember 1974, untuk mengatasi kegoncangan-
kegoncangan moncter yang bersumber baik dari luar maupun dari
dalam negeri.
Sehubungan dengan itu, maka kebijaksanaan tersebut dilaksana-
kan untuk mengatur likwiditas perekonomian termasuk pertambahan
uang beredar sesuai dengan kebutuhan perekonomian itu sendiri
sehingga tingkat inflasi dapat ditekan sedangkan di lain pihak
kelancaran dan perluasan kegiatan produksi tidak terganggu. Dalam
hubungan ini pengaturan penambahan uang beredar dilaksanakan
terutama melalui pembatasan perluasan kredit perbankan dan peng -
arahan penggunaannya untuk membiayai usaha-usaha yang produk-
tif. Dengan demikian, maka persentase kenaikan uang beredar yang
dalam tahun 1973 / 74 adalah sebesar 47,9 % menurun menjadi ma-
sing-masing 31,0%, 39,0%, 27,1 dan 18,8% dalam tahun 1974/
75, 1975/76, 1976/77 dan 1977/78. Sejalan dengan itu laju inflasi

139
juga menurun dari 47,4% menjadi masing-masing 20,1%, 19,8%,
12,1 % dan 10,1 % di dalam masa-masa yang bersangkutan. Perim-
bangan antara kenaikan jumlah uang beredar dan laju inflasi yang te-
lah semakin baik ini merupakan pertanda bahwa pertambahan uang
beredar yang sebagian besar berasal dari pemberian kredit telah se makin
digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang produk- tif
di pelbagai sektor dan menggambarkan pula meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap nilai rupiah.
Usaha untuk mengendalikan inf.lasi yang dilakukan melalui ke-
bijaksanaan untuk mengendalikan jumlah uang beredar seperti
tersebut di atas juga dilakukan bersama-sama dengan kebijaksanaan -
kebijaksanaan ekonomi lainnya seperti kebijaksanaan fiskal dan per-
dagangan serta kerbijaksanaan moneter lainnya yang bertujuan untuk
mendorong kegiatan usaha khususnya kegiatan golongan ekonomi le-
mah dan perluasan kesempatan kerja dalam rangka pemerataan hasil-
hasil pembangunan. Usaha ini dilaksanakan terutama melalui pelba-
gai program perkreditan yang hingga saat ini telah meliputi program
Kredit Jangka Pendek, Kredit Investasi, Kredit Investasi Kecil (KIK),
Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Mini, Kredit Candak
Kulak serta Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar.
Pada akhir tahun 1977/78 jumlah seluruh kredit perbankan
adalah sebesar Rp. 4.072,4 milyar yang berarti telah menjadi lebih 3
kali lipat daripada jumlah seluruh kredit perban'kan pada akhir tahun
1973 / 74. Sejak dimulainya program Kredit Investasi Kecil (KIK)
dan program Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) pada bulan
Januari 1974, jumlahnya juga terus menunjukkan peningkatan.
Sampai dengan akhir Maret 1977 / 78 jumlah KIK yang telah dise-
tujui telah mencapai Rp. 79.249,0 juta dan meliputi 42.163 per-
mohonan sedangkan nilai KMKP telah mencapai Rp. 124.496,,0 juta
dengan 335.366 jumlah permohonan.
Kebijaksanaan pemberian kredit perbankan selalu dikaitkan
dengan kebijaksanaan pengerahan dana perkreditan dari masyarakat
dan pengaturan suku bunga, baik suku bunga kreditt maupun suku
bunga dana perkreditan. Hal ini dilaksanakan agar sekaligus dapat
tercapai pertumbuhan kegiatan ekonomi dan stabilitas harga-harga.

140
Selama periode tahun 1973/74 - 1977/78, kebijaksanaan
pengerahan dana yang ditempuh Pemerintah pada dasarnya merupa-
kan kelanjutan dari kebijaksanaan yang dilaksanakan pada masa-
masa sebelumnya yaitu meningkatkan dana yang dihimpun dari
masyarakat untuk membiayai kegiatan pembangunan yang semakin
meningkat.
Pengerahan dana tersebut juga dimaksudkan untuk mengurangi
pengaruh terhadap harga (price effect) dari pembiayaan pembangun-
an yang berasal dari dana Bank Sentral. Dari sebab itu agar tetap
efektif, kebijaksanaan tersebut secara teratur ditinjau kembali untuk
disesuaikan dengan perkembangan keadaan ekonomi dan moneter.
Sebagai salah satu alat kebijaksanaan moneter maka pengaturan
suku bunga kredit serta suku bunga deposito dan tabungan juga terus
disesuaikan dengan perkemfbangan keadaan ekonomi dan moneter
serta skala prioritas usaha-usaha pembangunan. Sejak 9 April 1974
kebijaksanaan suku bunga kredit telah mengalami empat kali penye -
suaian. Penyesuaian yang iterakhir mulai berlaku pada tanggal 1 Ja-
nuari 1978 yaitu di mana suku bunga pinjaman bank-bank Peme-
rintah diturunkan, baik suku bunga pinjaman untuk investasi maupun
pinjaman untuk modal kerja. Bersamaan dengan itu juga diadakan
penurunan suku bunga kredit likwiditas Bank Indonesia serta besar-
nya bagian pembiayaan oleh Bank Indonesia. Suku bunga dan bagian
pembiayaan oleh Bank Indonesia tersebut juga telah mengalami be-
berapa kali penyesuaian sejak akhir Maret 1973. Suku bunga kredit
likwiditas yang sebelumnya berkisar antara 3% - 10% sebulan,
sejak 1 Januari 1978 disesuaikan menjadi berkisar anitara 3% - 6% setahun.
Di samping memupuk dana-dana masyarakat serta mengarahkan
penggunaannya ke sektor-sektor yang diprioritaskan maka kebijak-
sanaan moneter juga diarahkan untuk mengembangkan suatu sistem
moneter yang sehat yang dapat mernberikan pelayanan yang baik
bagi kelancaran kegiatan ekonomi dan pembangunan. Dalam hubung-
an ini kebijaksanaan Pemerintah untuk membina dan mengembang-
kan l em baga- l em baga keuangan di arahkan pada pem ul i han dan

141
pemupukan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga per-
bankan serta mendorong pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan
lainnya. Kedua jenis lembaga tersebut merupakan prasarana insti-
tusionil yang penting bagi kegiatan ekonomi dan usaha-usaha
pembangunan.
Sementara itu, usaha-usaha penumbuhan dan pembinaan lembaga-
lembaga keuangan bukan bank terus dilaksanakan agar dapat meng -
gali dan memanfaatkan lebih banyak potensi tabungan masyarakat
yang semestinya disalurkan melalui lembaga-lembaga keuangan bukan
bank.
Dalam hubungan ini, sampai dengan akhir Maret 1978 jumlah
lembaga keuangan bukan bank telah ada sebanyak 15 buah yang ter -
diri atas 10 lembaga perantara penerbitan dan perdagangan surat-surat
berharga (Investment Finance Corporation), 2 lembaga pembiayaan
pembangunan (Development Finance Corporation) dan 3 kantor per -
wakilan lembaga keuangan bukan bank di luar negeri.
Lembaga-lembaga keuangan khusus bukan bank seperti PT. Ba-
hana, PT. Askrindo dan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi juga terus
dikembangkan dalam rangka usaha membantu memenuhi kebutuhan
modal para pengusaha golongan ekonomi lemah. Fungsi PT. Askrindo
adalah menjamin kredit perbankan yang diberikan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah. Fungsi Lembaga Jaminan Kredit Koperasi
adalah memberikan jaminan terhadap kredit yang diber.ikan oleh Bank
Rakyat Indonesia (BRI) kepada koperasi-koperasi. Sedangkan tugas
PT. Bahana adalah memberikan bantuan berupa penyertaan modal,
pengelolaan manajemen, dan pengembangan pemasaran.
Dalam rangka usaha pembinaan pasar uarg dan modal maka
sejak tahun 1974 telah dirintis adanya pasar uang antar bank dan se -
lanjutnya telah dikeluarkan pengaturan dan ketentuan pelaksanaan
tentang tatacara pemasaran efek-efek di pasar modal. Pada akhir tahun
1976 juga dikeluarkan serangkaian peraturan untuk melindungi para
penanam modal dalam perusahaan-perusahaan yang menjual sahamnya
dan didirikan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) serta PT.
Danareksa. Bapepam bertugas mengendalikan dan melaksanakan pasar

142
modal sedangkan PT Danareksa bertugas untuk membeli dan memecah
saham-saham perusahaan yang dibelinya menjadi sertifikat saham
yang bernilai nominal yang lebih kecil agar dapat dijangkau oleh pe-
nanam modal kecil.
Di samping berperan sebagai lembaga penghimpun dan pemupuk
modal dari masyarakat, yaitu berupa premi asuransi, maka kegiatan
asuransi dapat juga menunjang usaha-usaha pembangunan nasional da-
lam arti dapat memperkecil risiko yang dapat menghambat kelancaran
jalannya pembangunan. Dalam hubungan ini, sejalan dengan laju pem -
bangunan nasional dan kemantapan yang telah dicapai dalam tata ke-
hidupan perekonomian maka dalam tahun 1977/78 ini usaha perasu-
ransian di Indonesia telah pula menunjukkan perkembangan yang cu-
kup menggembirakan. Pemerintah menyadari bahwa sesuai dengan laju
pembangunan dan perkembangan teknologi, maka usaha perasuransian
menghadapi pelbagai kesulitan terutama di dalam hal permodalan, ma-
najemen, ketrampilan dan keahlian. Sehubungan dengan itu maka se-
lama periode 1973/74 - 1977/78 telah dilaksanakan berbagai kebi-
jaksanaan untuk mewujudkan adanya suatu usaha perasuransian yang
sehat dan kuat, baik ditinjau dari segi kemampuan keuangan maupun
teknis asuransi. Dalam usaha meningkatkan kemampuan keuangan
maka perusahaan-perusahaan asuransi nasional telah didorong untuk
membentuk diri sedemikian rupa sehingga menjadi unit-unit usaha
yang lebih besar. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemam-
puan teknis perasuransian telah diberikan perhatian dan bantuan ke-
pada usaha-usaha pendidikan perasuransian agar dapat menghasilkan
tenaga-tenaga yang ahli dan mampu menangani perasuransian di Indo-
nesia. Di samping itu perusahaan-perusahaan asuransi kerugian asing
didorong untuk beralih bentuk menjadi usaha patungan (joint-venture)
sedangkan perusahaan asuransi kerugian nasional juga didorong un-
tuk meningkatkan kemampuannya di mana sejak Juli 1974 mereka
diharuskan untuk meningkatkan modal setor perusahaan secara ber-
tahap hingga mencapai minimal Rp. 100,- juta pada akhir Maret
1978.
B. PERKEMBANGAN HARGA
Harga barang-barang kembali menunjukkan kenaikan yang cu-
kup berarti dalani tahun 1972/73 dan tahun 1973/74 sebesar
masing-

143
masing 20,7% dan 47,4% dan telah menimbulkan gangguan-ganggu-
an pada usaha stabilisasi dan pembangunan ekonomi yang sedang di-
laksanakan.
Sebagai penyebab dari kenaikan tersebut adalah faktor-faktor luar
negeri seperti krisis pangan, krisis moneter internasional dan krisis
energi yang menyebabkan kenaikan harga-harga barang impor serta
faktor-faktor dalam negeri oleh karena produksi padi yang rendah
akibat musim kemarau yang panjang.

TABEL III -1
PERSENTASE KENAIKAN INDEKS BIAYA HIDUP, 1973 - 1977/78

(September 1966 = 100)

Tahun % Kenaikan Ta h u n % Kenaikan

1973 27,4 1973/74 47,4


1974 33,3 1974/75 20,1
1975 19,7 1975/76 19,8
1976 14,2 1976/77 12,1
1977 11,8 1977/78 10,1
Berhubung dengan itu maka serangkaian tindakan-tindakan Pe-
merintah di bidang moneter, fiskal dan perdagangan telah diambil
pada tanggal 9 April 1974, dalam rangka program stabilisasi Pemerin -
tah guna mengendalikan laju inflasi yang tinggi tersebut. Kebijaksa-
naan untuk memperketat pertambahan kredit serta aktiva netto per -
bankan dan penyesuaian terhadap tarif pajak penjualan antara lain
merupakan kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang moneter dan di
bidang fiskal. Sedangkan di bidang perdagangan dilakukan kebijak -
sanaan untuk memperbesar cadangan stock nasional (cadangan ba-
rang-barang pokok) yang berwujud beras, pupuk, tepung terigu, gula
pasir, semen, kertas koran, besi beton dan benang tenun.

Untuk mendorong kegiatan ekonomi dan mempergiat usaha-usa-


ha pembangunan diadakan beberapa penyesuaian pada tanggal 28 De-
sember 1974. Penyesuaian ini dilakukan oleh karena kebijaksanaan

144
GRAFIK III – 1
BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI INDONESIA
1973/74 – 1977/78
(milyar rupiah)

145
9 April 1974 di dalam pelaksanaannya berhasil mengendalikan per -
kembangan harga di bulan-bulan selanjutnya.
Hasil-hasil yang diharapkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan di
atas terasa dengan semakin menurunnya tingkat inflasi menjadi
20,1 % pada tahun 1974/75, 19,8 % pada tahun 1975/76, dan
12,1 % pada tahun 1976/77. Dalam tahun 1977/78 laju inflasi terus
menurun dan mencapai 10,1 % untuk seluruh tahun (lihat Tabel III
— 1 dan Grafik III - 1).
Selama masa Repelita II tingkat harga menunjukkan perkem-
bangan yang semakin mantap. Kemantapan harga tersebut disebab-
kan antara lain oleh usaha-usaha di mana: (a) laju perkembangan
jumlah uang beredar yang berhasil ditekan dari 47,9 % dalam tahun
1973/74 turun menjadi 31,0% dalam tahun 1974/75, 39,0% dalam
tahun 1975/76, 27,1 % dalam tahun 1976/77 dan 18,8 % dalam ta-
hun 1977/78; dan (b) peningkatan pengadaan dan penyaluran ba-
rang-barang kebutuhan pokok berupa beras, tepung terigu, gula pasir,
pupuk dan semen.
Tabel III - 1 dan Grafik III - 1 memperlihatkan perincian
dari perkembangan harga. Indeks harga 62 macam barang dan jasa
di Jakarta yang merupakan Angka Indeks Biaya hidup dalam tahun
1977/78 meningkat dengan 10,1%.
Indeks biaya hidup selama semester I tahun 1977/78 naik de -
ngan 6,4% atau suatu kenaikan rata-rata sebesar 1,0% setiap bulan.
Kenaikan tersebut terutama terjadi menjelang Hari Raya Lebaran hal
mana menyebabkan kenaikan tertinggi indeks tersebut terjadi dalam
bulan September 1977 yaitu sebesar 1,6%. Sektor makanan hanya
mengalami kenaikan sebesar 6,5 % walaupun hampir seluruh harga
bahan makanan naik, oleh karena menurunnya harga beras dengan
1,5%. Hal ini memperlihatkan bahwa faktor harga beras sangat ber-
pengaruh dalam perhitungan keseluruhan indeks biaya hidup khusus-
nya dalam sektor makanan. Kenaikan disektor perumahan, di sektor
pakaian dan di sektor lain-lain masing-masing sebesar 4,7%, 5,6% dan
7,1%. Kenaikan di sektor perumahan disebabkan oleh naiknya harga
air pikulan, sewa rumah dan arang/kayu bakar. Kenaikan di sektor
pakaian terjadi di semua jenis barang dari kelompok tersebut sedang-

146
kan kenaikan di sektor lain-lain merupakan akibat dari naiknya har-
ga rokok dan biaya pengangkutan.
Indeks biaya hidup selama semester II tahun 1977/78 ternyata
hanya meningkat dengan 3,4%. Kenaikan harga-harga dalam semes-
ter kedua tersebut adalah relatif lebih rendah dibandingkan dengan
semester pertama. Angka indeks soktor makanan dalam semester ini
naik hanya dengan 3,8% disebabkan oleh naiknya harga gula pasir
dan lombok. Kenaikan indeks sektor perumahan adalah sebesar 4,9%
terutama disebabkan oleh naiknya sewa rumah sedangkan kenaikan
indeks sektor pakaian adalah sebesar 0,8%. Kenaikan indeks sektor
pakaian yang relatif lebih kecil itu, disebabkan oleh naiknya pakaian
un.tuk anak-anak. Kenaikan di sektor lain-lain mencapai 2,5 % oleh
karena kenaikan harga rokok.
Persentase kenaikan indeks biaya hidup di Jakarta secara rata -
rata bulanan dalam tahun 1973/74 adalah 3,3 % lalu menurun men-
jadi 1,5% pada tahun 1974/75. Rata-rata bulanan kenaikan tersebut
kemudian dalam tahun-tahun 1975/76, 1976/77 dan 1977/78 terus
menurun berturut-turut menjadi 1,5%, 1,0% dan 0,8%.
Perkembangan indeks harga 9 macam bahan pokok yang melipu-
ti beras, ikan asin, minyak goreng, gula pasir, garam, minyak tanah,
sabun cuci, tekstil dan batik di Jakarta, dapat pula dipergunakan
sebagai dasar untuk menilai perkembangan laju inflasi. Kenaikan
angka indeks 9 macam bahan pokok tersebut dalam tahun 1973/74
dan 1974/75 masing-masing mencapai 31,2% dan 11,2%.
Penurunan persentase kenaikan harga barang-barang kebutuhan
pokok tersebut menunjukkan adanya keberhasilan daripada program
stabilisasi ekonomi dalam tahun 1974.
Oleh karena adanya kenaikan harga minyak tanah, beras dan
gula pasir dalam tahun 1975/76, maka indeks 9 macam bahan pokok
dalam tahun tersebut meningkat lagi dibandingkan dengan tahun
1974/75 menjadi 19,8%. Namun dengan turunnya indeks harga be-
ras sebesar 3,8% dalam tahun 1976/77 sebaga.i akibat persediaan
beras yang cukup banyak di pasaran, angka indeks 9 macam bahan
pokok hanya mengalami kenaikan yang kecil sebesar 0,9% di dalam
tahun tersebut.

147

11
TABEL I I I - 2
INDEKS BIAYA HIDUP, 1973 - 1977/78
(September 1966 = 100 )

Indeks Kenaikan Indeks Umum (%


Tahun/ Makanan Perumahan Pakaian lain-lain Umum
Bulan (57,2%) (19,0%) (100%)
(7,2%) (16,6%)
Tahun/Triwulan Bulan

1973 1.162 1.025 574 1.021 1.028 + 27,4


1973/74 1.356 1.194 632 1.166 1.188 + 47,4

1974 1.536 1.258 765 1.442 1.370 + 33,3

1974/75 1.615 1.323 772 1.472 1.427 + 20,1

1975 1.896 1.665 836 1.561 1.640 + 19,7

1975/76 1.986 1.695 846 1.635 1.709 + 19,8

1976 2.146 2.056 934 1.800 1.873 + 14,2

1976/77
1.916 + 12,1
Juni 2.052 1.867 885 1.708 1.779 + 4,1

September 2.150 1.997 930 1.800 1.870 + 5,1

Desember 2.146 2.056 934 1.800 1.873 + 0,2

Maret 2.199 2.144 944 1.826 1.916 + 2,3

1977 2.412 2.326 1.002


2.001 2.094 + 11,8

1977/78 2.109 + 10,1

April 2.214 2.151 947 1.876 1.935 + 1,0

Mei 2.256 2.163 948 1.890 1.963 + 1,4

Juni 2.251 2.181 959 1.890 1.963 + 2,5 + 0,0

J u I i 2.291 2.187 970 1.915 1.993 + 1,5

Agustus 2.304 2.245 980 1.918 2.007 + 0,7

September 2.342 2.245 997 1.959 2.039 + 3,9 + 1,6

Oktober 2.345 2.289 1.001 1.960 2.045 + 0,3

Nopember 2.373 2.320 1.001 1.960 2.063 + 0,9

Desember 2.412 2.326 1.002 2.001 2.094 + 2,7 + 1,5

Januari 2.413 2.331 1.002 2.007 2.096 + 0,1

Pebruari 2.413 2.352 1.002 2.008 2.098 + 0,1

Maret 2.432 2.356 1.005 2.008 2.109 + 0,7 + 0,5

148
GRAFIK III – 2
INDEKS BIAYA HIDUP
1973/74 – 1977/78
(September 1966 = 100)

149
TABEL III – 3
PERKEMBANGAN 9 MACAM BAHAN POKOK, 1973 – 1977/78
(Oktober 1966 = 100)
Kenaikan Indeks
Keseluruhan (%)
Tahun / Bulan Beras lk an Minyak Gula Garam Minyak Sabun Tekstil Batik lndeks
Asin Goreng Pasir Bataan Tanah Cuci Keseluruhan Tahun /
Tr iwu la n Bulan

1 .01 7 - 3,3
1973 1.072 1 .17 4 1.8 86 1.3 55 875 1,2 09 810 309 1.050
1973 / 74 1.110 1.726 1.748 1.384 1 .41 9 1.161 1 .42 0 917 348 1.1 30 + 3 1,2
1974 1 .1 9 6 1 .80 7 1.6 30 1.653 1 .81 7 1.000 1 .28 3 917 362 1.1 84 + 12,8
t974 / 75 1 .3 1 3 2.067 1.301 1.681 1 .89 7 1.000 1 .20 7 917 371 1.257 + 11,2
197 5 1 .6 5 6 2.219 950 1.8 74 2 .2 5 6 1.250 991 890 375 1 .482 + 2 5,2
1975176 1 .6 7 3 2 .4 8 0 995 1.883 2.290 1.2 50 995 890 375 - 1.5 06 + 19,8
1976 1 .61 0 2 .57 4 1.5 63 1.8 53 2.304 1.5 00 1 .00 0 900 375 1.5 05 + 1,6
1976/77 1.5 20 + 0,9
J u n i 1 .56 3 2.569 1.468 1.911 2 .30 4 1.500 1 .00 0 891 375 1 .471 - 2,3
September 1.621 2.574 7.412 1.896 2 .30 4 1.5 00 1007 900 375 1.507 + 2,4
Cesemter 1 .6 1 0 2.574 1.5 63 1.8 53 2.304 1.5 00 10D0 900 375 1.5 05 -- 0,1
M a r e t 1 .61 0 2.677 1.730 1.911 2.304 1 .500 1 .10 0 900 375 1.520 + 1,0
1977 1 .65 9 2.741 1.8 56 2.052 2.401 1.500 1.19 3 917 412 1.570 + 4,3
1977/78 1.557 + 4, 4
A p r i I 1 .58 9 2.677 1.841 1.9 57 2.304 1.5 00 1.160 900 375 1.5 14 - 0.4
M e i 1.588 2 .7 1 9 2.001 2.050 2.604 1 .500 1 .13 8 911 375 1,5 26 + 0,8
Juni 1 .5 9 4 2.727 1.859 2.011 2.304 1,500 1.188 917 398 1.5 25 + 0, 3 - 0,1
JuIi 1 .59 7 2 .72 8 1.8 67 2.067 2.304 1.500 1 .1 8 8 917 393 1.529 + 0, 3
Agustus 1 .5 9 8 2 .7 3 6 1.851 2.099 2.362 1.5 00 1 .18 8 917 400 1.5 30 + O, l
September 1 .5 8 8 2.741 1.848 2.058 2.401 1.5 00 1.188 917 400 1.5 23 - 0,1 - 0,5
O kt o b e r 1.591 2.741 1.8 60 2.055 2.401 L5o0 1,1 95 917 412 1.526 + 0, 2
Nopember 1 .64 9 2.741 1.8 60 2.052 2.401 1.5 00 1.198 917 412 1.5 64 + 2,5
Desember 1.659 2.741 1.856 2.052 2.4D1 1.5 00 1 .19 8 917 412 1.5 70 + 3,1 + Q4
Januari 1 .63 7 2.741 t. S 5 2 2.124 2.407 1.5 00 1 .19 8 917 412 1;551 + 0, 7
Pebruari 1.675 2 .74 1 1.852 2.1 67 2.401 1.5 00 1 .19 8 917 411 1.5 83 + 0,1
Maret 1 .67 6 2 .74 1 1.946 2.171 2.401 1.500 1.198 917 411 1.587 + 1, 1 + 0,3

150
Angka indeks 9 macam bahan pokok dalam tahun 1977/78 me-
ningkat dengan 4,4% yaitu dari 1.520 pad~a akhir Maret 1977 men-
jadi 1.587 pada akhir Maret 1978. Kenaikan tersebut disebabkan an-
tara lain oleh harga beras yang naik dengan 4,1 %, harga minyak go-
reng naik dengan 12,5%, harga gula pasi.r naik dengan 13,6%,
harga sabun cuci naik dengan 8,9 % dan harga batik naik dengan
9,6%. Dalam semester I 1977/78 angka indeks 9 macam bahan pokok
menunjukkan kenaikan sebesar 0,2%. Ke,naikan tersebut disebabkan
harga gula pasir naik 7,7%, harga garam naik sebesar 4,2%, harga
tekstil naik 1,9%, serta harga ikan asin naik dengan 2,4%. Harga
minyak tanah tidak mengalami perubahan dan di samping itu angka
indeks harga beras menurun dengan 1,4% dalam semester ini, akan
tetapi harga minyak goreng meningkat dengan cukup besar yaitu
6,8%. Dengan demikian maka faktor-faktor yang penting yang mem-
pengaruhi laju inflasi dalam semester ini adalah kestabilan harga
beras dan harga beberapa bahan pokok yang sebagian dikendalikan
oleh Pemerintah.
Dalam semester kedua 1977/78 kenaikan indeks 9 bahan pakok
mencapai 4,2%. Dalam semester ini harga minyak tanah, harga ikan
asin, harga garam dan harga tekstil tidak mengalami perubahan.
Harga minyak goreng meningkat sedikit yaitu dengan 5,3 %, harga gula
pasir meningkat sebesar 5,5%, harga sabun cuci meningkat hanya
sebesar 0,8%; dan harga batik meningkat dengan 2,7% sedangkan
indeks harga beras meningkat dengan cukup besar yaitu sebesar
5,5%.
Beberapa barang ekspor Indonesia di pasaran dunia selama pe-
riode 1973/74 - 1977/78 mengalami proses perkembangan harga
yang sifatnya naik dan turun. Kegoncangan moneter internasional,
krisis pangan dan krisis energi yang melanda dunia dalam tahun
1973/74 telah menyebabkan kenaikan harga barang-barang di pasar-
an internasional sedangkan dalam tahun 1974/75 terjadi resesi di ne-
gara-negara industri yang menyebabkan penurunan harga beberapa jenis
barang ekspor Indonesia.
Dalam tahun 1975/76 keadaan ekonomi di negara-negara industri
mulai pulih kembali dari suasana resesi sehingga harga barang-barang

151
ekspor Indonesia mulai meningkat kembali. Harga barang-barang eks-
por Indonesia tersebut di pasaran dunia terus menunjukkan kenaikan-
kenaikan selama tahun 1976/77.
Dalam tahun 1977/78 harga beberapa barang di pasaran dunia
seperti karet dan timah terus menunjukkan peningkatan. Harga karet
di pasaran dunia meningkat dengan 2,5 % sedangkan harga rata-rata
karet RSS I di pasaran dalam negeri meningkat dengan 4,4%. Harga
kopi juga masih mengalami kenaikan, sehingga nilai dan volume
ekspor kopi terus meningkat. Hal ini dimungkinkan oleh karena ber -
kurangnya penawaran kopi Brazilia di pasaran dunia. Harga lada
yang semula memperlihatkan penurunan ternyata dalam semester II
tahun 1977/78 meningkat kembali baik untuk lada putih maupun
lada hitam yaitu masing-masing naik sebesar 48,8% dan 18,8%.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh karena bertambahnya permintaan
lada di pasaran dunia. Harga teh juga mengalami kenaikan yang ber-
arti. Sebaliknya harga minyak sawit dan kayu cenderung menurun.

C. PEREDARAN UANG
Dalam tahun 1977/78 kebijaksanaan Pemerintah di bidang
moneter tetap ditujukan untuk menunjang kegiatan ekonomi dan pem-
bangunan serta sekaligus mengusahakan adanya stabilitas harga-harga.
Dalam hubungan ini, kebijaksanaan moneter diarahkan untuk meng-
atur perkembangan likwiditas perekonomian, termasuk jumlah uang
beredar, sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan perekonomian itu
sendiri. Khususnya penambahan uang beredar sebagai salah satu kom-
ponen penting dari likwiditas perekonomian dilaksanakan terutama
melalui perluasan kredit perbankan dan diarahkan untuk membiayai
usaha-usaha yang produktif.
Tabel III - 4 dan Grafik III - 4 melukiskan perbandingan
antara perkembangan jumlah uang beredar dan perkembangan laju inflasi.
Dari tabel ini tampak bahwa pada akhir Maret 1978 jumlah uang
beredar telah mencapai Rp. 2.157,6 milyar yang berarti mening- kat
sebesar Rp. 1.373,3 milyar atau 175,1 % dibandingkan dengan posisi
jumlah uang beredar pada akhir Maret 1974 yang besarnya adalah
Rp. 784,3 milyar. Hal ini berarti bahwa persentase kenaikan rat a- rat a
dari j um l ah uang beredar sel am a peri ode 1973/ 74 —

152
TABEL III - 4
PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT KENAIKAN HARGA
DENGAN TINGKAT PERTAMBAHAN JUMLAH UANG BEREDAR,
1973 - 1977/78

Tingkat Kenaikan Tingkat Pertambahan Tingkat Kenaikan Tingkat Pertambahan


Tahun Harga Jumlah Uang Beredar Tahun Harga Jumlah Uang Beredar
(%) (%) (%) (%)

1973 27,4 41,0 1973/74 47,4 47,9


1974 33,3 40,1 1974/75 20,1 31,0
1975 19,7 33,3 1975/76 19,8 39,0
1976 14,2 28,2 1976/77 12,1 27,1
1977 11,8 29,2 1977/78 10,1 18,8

153
GRAFIK III – 3
PERBANDNGAN ANTARA TINGKAT KENAIKAN HARGA DENGAN
TINGKAT PERTAMBAHAN JUMLAH UANG BEREDAR
1973 – 1977/78

154
1977/78 adalah sebesar 28,8% per tahun. Sementara itu dalam
periode yang sama indeks harga naik hanya dengan 77,5% atau rata-
rata 15,4 % per tahun. Persentase kenaikan jumlah uang beredar yang
lebih besar dibandingkan dengan persentase kenaikan harga selama
periode tahun 1973/74 — 1977/78 mtirupakan cermin bahwa seba-
gian besar daripada pertambahan jumlah uang beredar telah diguna -
kan untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan yang produktif. Selanjut-
nya, hal ini juga berarti bahwa tingkat kepercayaan masyarakat ter-
hadap nilai mata uang rupiah telah semakin mantap.
Dalam tahun 1973/74 tingkat pertambahan jumlah uang beredar
hampir menyamai tingkat kenaikan harga yaitu masing-masing adalah
sebesar 47,9% dan 47,4%.
Dalam tahun 1974/75 dan 1975/76 tingkat kenaikan uang ber-
edar menurun menjadi masing-masing 31,0% dan 39,0% sedangkan
laju inflasi menurun menjadi masing-masing 20,1% dan 19,8%.
Perbandingan antara tingkat kenaikan uang beredar dengan laju
inflasi tersebut dalam tahun 1976/77 berobah menjadi masing-masing
27,1 % dan 12,1 %. Selanjutnya, selama tahun 1977/78 perbandingan
tersebut telah menjadi semakin baik lagi di rnana tingkat pertambah-
an uang beredar adalah 18,8 % sedangkan laju inflasi hanya mencapai
10,1%.
Tabel III - 5 menggambarkan per'kembangan jumlah uang ber-
edar secara lebih terperinci. Dari tabel ini tampak bahwa pengguna-
an jasa-pasa perbankan oleh masyarakat selama periode tahun 1973/
74 - 1977/78 tclah menjadi semakin incluas. Plal ini tercermin pada
perkembangan jumlah uang beredar di mana persentase uang giral
telah meningkat setiap tahun. Peningkatan persentase uang giral ter-
sebut merupakan indikasi adanya kenaikan pendapatan riil masyara-
kat di samping kepercayaan terhadap mata uang rupiah yang semakin
baik. Jika pada akhir tahun 1973/74 dan 1974/75 proporsi uang
kartal sebagai pcrsentase dari jumlah uang beredar masih lebih besar
dibandingkan dengan uang giral yaitu masing-masing 54,0% dan
52,0 %, maka mulai tahun 1975/76 peranan uang giral mulai meng-
geser kedudukan uang kartal sebagai alat pembayaran dan penyim-
pan kekayaan yang utama. Pada akhir tahun 1977/78 proporsi uang
giral sebagai persentase dari jumlah uang beredar mencapai 52,0%.

155
T A B E L III - 5
1)
PERKEMBANGAN JUMLAH UANG BEREDAR, 1973 - 1977/78 (dalam
milyar rupiah )
Akhir Tahun/Bulan Jumlah
Uang Uang Mutasi
Persentase
Kartal Giral Perbankan
Uang
Perubahan
Beredar
Jumlah % Jumlah % Tahun/Triwulan Bulan

1973 669,0 375,0 (56) 294,0 (44) + 194,4 + 41,0


1973/74 784,3 421,1 (54) 363,2 (46) + 254,0 + 47,5
1974 937,5 494,2 (53) 443,3 (47 ) + 268,5 + 40,1
1974/75 1.027,1 538,5 (52) 488,6 (48) + 242,8 + 31,0
1975 1.250,1 625,3 (50) 624,8 (50) + 312,6 + 33,3
1975/76 1.427,9 659,2 (46) 768,7 (54) + 400,8 + 39,0
1976 1.602,9 781,0 (49) 821,9 (51 ) + 352,8 + 28,2
1976/77 1.815,4 + 387,5 + 27,1
Juni 1.432,8 679,9 (4 7 ) 752,8 (53) + 4,9 + 0,3
September 1.607,5 799,9 ( 50 ) 807,6 (50) + 174,7 + 12,2
Desember 1.602,9 781,0 (49) 821,9 (51 ) - 4,6 - 0,3
Maret 1.815,4 853,4 (47) 962,0 (53) + 212,5 + 13,3
1977 2.070,2 986,1 (48) 1.084,1 (52) + 467,3 + 29,2
1977/78 2) 2.157,6 + 342,22) + 18,8)
April 1.898,7 941,7 (50) 957,0 (50) + 83,3 + 4,6
Mei 1.894,1 908,5 (48) 985,6 (52) - 4,6 - 0,2
Juni 1.972,9 936,5 (47) 1.036,4 (53) + 78,8 + 4,2
Kumulatif I + 157,5 + 8,7
Juli 1.971,6 949,6 (48) 1.022,0 (52) - 1,3 - 0,1
Agustus 1.999,0 966,9 (48) 1.032,1 (52) + 27,4 + 1,4
September 2.029,3 985,9 (49) 1.043,4 (51 ) + 30,3 + 1,5
Kumulatif 11 + 56,4 + 2,9
Oktober 1) 2.050,2 976,9 (48) 1.073,3 (52) + 20,9 + 1,0
Nopember 1) 2.050,0 972,8 (47) 1.077,2 (53) - 0,2 - 0,01
Desember 1) 2.022,0 994,7 (49) 1.027,3 (51 ) - 28,0 - 1,4
Kumulatif III - 7,3 - 0,4
Januari 2.068,1 979,1 (47) 1.089,0 (53) + 46,1 + 2,3
Pebruari 2) 2.091,3 991,1 (47) 1.100,2 (53) + 23,2 + 1,1
Maret 2) 2.157,6 1.046,2 (48) 1.111,4 (52) + 66,3 + 3,2
Kumulatif IV + 135,6 + 6,7
1) Angka diperbaiki
2) Angka sementara
156
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah uang ber-
edar dapat diikuti pada Tabel III - 6. Dari tabel ini tampak bahwa
sektor kegiatan perusahaan merupakan faktor utama yang menyebab-
kan pertambahan jumlah uang beredar selama periode tahun 1973/74
sampai dengan 1976/77. Pemberian kredit kepada perusahaan-per-
usahaan negara, perusahaan-perusahaan swasta dan perorangan yang
dalam tahun 1973/74 baru mencapai Rp. 470,0 milyar terus mening-
kat menjadi Rp. 547,8 miayar dalam tahun 1974/75 dan Rp. 1.265,4
milyar dalam tahun 1975/76 tetapi kemudian menurun menjadi
Rp. 672,1 milyar dalam tahun 1976/77 dan Rp. 203,7 milyar dalam
tahun 1977/78.

Sebagian besar daripada kenaikan yang sangat besar pada tahun


1975/76 merupakan pemberian kredit kepada perusahaan-perusahaan
negara, terutama Pertamina, yang memerlukan kredit dalam jumlah
yang besar untuk penyelesaian hutang-hutang dalam dan luar negeri-
nya. Penurunan pengaruh daripada sektor kegiatan perusahaan dalam
tahun 1976/77 dan 1977/78 terutama disebabkan berkurangnya pin-
jaman bersih kepada BULOG dan PERTAMINA. Penurunan pin-
jaman bersih kepada BULOG disebabkan oleh penjualan beras yang
relatif lebih besar oleh lembaga Pemerintah tersebut sejak tahun
1976/77, sedangkan penurunan pinjaman bersih kepada PERTAMI-
NA disebabkan semakin berkurangnya kewajiban membayar kembali
hutang-hutang luar negeri serta semakin baiknya pengelolaan keuang-
an perusahaan tersebut. Di samping itu kebijaksanaan pembatasan
aktiva netto perbankan yang sekaligus mengarahkan kredit perbankan
secara selektif serta adanya pembayaran kembali pinjaman oleh debi-
tur yang lebih besar daripada yang direncanakan, telah pula ikut
memperlambat peningkatan pemberian kredit.

Sektor aktiva luar negeri mempunyai pengaruh kontraktif yang


sangat besar dalam tahun 1975/76 sebesar Rp. 319,7 milyar tetapi
kemudian menjadi ekpansif dalam tahun 1976/77 sebesar Rp. 476,3
milyar. Hal ini erat hubungannya dengan pembayaran hutang-hutang
luar negeri oleh Pertamina dalam tahun 1975/76. Dalam tahun 1977/
78 sektor aktiva luar negeri mulai menggantikan kedudukan sektor

157
TABEL III – 6
SEBAB-SEBAB PERUBAHAN JUMLAH UANG BEREDAR
1973/74 – 1977/78
(dalam milyar rupiah)

158
kegiatan perusahaan sebagai faktor utama yang menyebabkan per-
tambahan uang beredar dengan pengaruh ekspansif sebesar Rp. 396,6
milyar.
Kecuali dalam tahun 1974/75, sektor Pemerintah selalu mempu-
nyai pengaruh kontraktif terhadap perkembangan uang beredar sela-
ma periode 1973/74 - 1977/78. Efek kontraktif dalam tahun 1975/
76 terutama disebabkan oleh karena pembukuan nilai lawan pinjaman
luar negeri Pemerintah untuk perluasan hutang-hutang Pertamina.
Dalam tahun 1976/77, sektor Pemerintah memperlihatkan pe-
ngaruh kontraktif yang cukup besar yaitu sebesar Rp. 371,5 milyar.
Hal ini disebabkan oleh karena Pemerintah Pusat telah dapat melu-
nasi sebagian kewajibannya pada Bank Indonesia akibat pembiayaan
Bank Indonesia (bridging finance) atas beberapa pengeluaran negara
dalam tahun-tahun sebelumnya. Pengaruh kontraktif tersebut kemu-
dian menurun di dalam tahun 1977/78 menjadi Rp. 42,2 milyar. Me-
nurunnya pengaruh kontraktif daripada sektor Pemerintah terhadap
jumlah uang beredar dalam tahun 1977/78 tersebut dibandingkan
dengan tahun 1976/77 antara lain disebabkan karena pengaruh kon-
traktif dari tagihan kepada Pemerintah Pusat yang sebenarnya sebesar
Rp. 191,2 milyar, telah diimbangi oleh pengaruh ekspansif sebesar
Rp. 149,0 milyar yang digunakan untuk pembayaran kembali seba-
gian hutang-hutang luar negeri dalam rangka pinjaman sindikat.
Sektor lain-lain yang dalam tahun 1976/77 mempunyai efek kon-
traktif sebesar Rp. 194,4 milyar dalam tahun 1977/78 hanya mem-
berikan efek kontraktif sebesar Rp. 54,5 milyar.
Pengerahan dana dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan
merupakan kebijaksanaan lain yang penting dalam rangka pengen-
dalian laju inflasi. Melalui kebijaksanaan tersebut sebagian perkredit-
an dapat dibiayai dengan dana-dana yang berhasil ditarik dari masya-
rakat sehingga pengaruh pertambahan likwiditas dalam masyarakat
terhadap kenaikan harga dapat berkurang. Dengan demikian maka
kenaikan deposito berjangka dan tabungan selalu mempunyai penga-
ruh kontraktif terhadap jumlah uang beredar yang dalam tahun 1973/
74, 1974/75 dan 1975/76 masing-masing berjumlah Rp. 180,4 milyar,
Rp. 138,1 milyar dan Rp. 277,2 milyar. Dalam tahun 1976/77 dan

159
1977/78 pengaruh kontraktif tersebut menurun menjadi masing-ma-
sing Rp. 195,0 milyar dan Rp. 161,4 milyar oleh karena diturunkan-
nya suku bunga deposito berjangka dan tabungan pada 13 Januari
1977 dan 1 Januari 1978.

D. PERKREDITAN
1. Kebijaksanaan Perkreditan
Kebijaksanaan perkreditan pada hakekatnya merupakan salah
satu bagian dari kebijaksanaan moneter yang bertujuan untuk meng-
atur dan memberikan pengarahan perkreditan baik secara kwantitatif
maupun secara kwalitatif.
Kebijaksanaan perkreditan yang ditempuh oleh Pemerintah pada
tanggal 9 April 1974 serta penyesuaiannya pada tanggal 28 Desem-
ber 1974 bertujuan untuk mengendalikan laju inflasi yang meningkat
kembali dalam tahun 1972/73 dan 1973/74. Sej.alan dengan itu telah
dikeluarkan ketentuan yang bersifat pengetatan terhadap pemeliha-
raan likwiditas minimum oleh bank-bank, pembatasan pertambahan
aktiva netto perbankan, serta kebijaksanaan penyesuaian suku bunga.
Terhadap kebijaksanaan perkreditan dan kebijaksanaan suku bunga
tersebut kemudian diadakan penyempurnaan dalam ketentuan mau-
pun pelaksanaannya, dan senantiasa disesuaikan dengan perkembang-
an perekonomian yang sedang berlangsung. Terakhir pada tanggal
1 Januari 1978 telah diadakan tindakan panyesuaian berupa penurun-
an suku bunga pinjaman meliputi baik pinjaman modal kerja, KIK
dan KMKP maupun suku bunga kredit investasi. Penyesuaian-penye-
suaian tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan in-
vestasi dalam negeri dan mendorong ekspor dengan menekan biaya
produksi.
Dalam tahun 1977/78 kebijaksanaan pembatasan pertambahan
aktiva netto perbankan masih tetap dilanjutkan. Sehubungan dengan
itu telah ditetepkan rencana perkembangan ekspansi aktiva netto bank-
bank sebesar 21 % dari posisi akhir Maret 1977.
Pada tanggal 1 Januari 1978 juga berlaku ketentuan mengenai pe -
meliharaan alat-alat likwid minimum oleh bank-bank yang diturunkan

160
dari 30% menjadi 15%. Hal ini di satu pihak dimaksudkan untuk
menurunkan biaya dana perbankan dan di lain pihak untuk memung -
kinkan bank-bank agar dapat memperbesar "earning assets-nya".
Pemberian kredit investasi yang dimulai sejak 1 April 1969 dan
yang kemudian dikhususkan bagi perusahaan-perusahaan pribumi se-
jak bulan Januari 1974 terus dilanjutkan dan ditingkatkan selama ta-
hun 1977/78. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 1978 diadakan be-
berapa perubahan mengenai kebijaksanaan kredit investasi yang meli-
puti perubahan mengenai perluasan batasan jumlah pinjaman untuk
masing-masing golongan kredit investasi, perubahan mengenai jangka
waktu dan penurunan suku bunga. Kctentuan mengenai jangka waktu
kredit investasi diperpanjang menjadi maksimum 10 tahun termasuk
masa tenggang 4 tahun. Hal ini dimaksudkan agar debitur dapat me-
lunasi pinjamannya dailam jangka waktu yang lebih lama dengan jum-
lah yang relatif lebih kecil. Berdasarkan peraturan yang terbaru ter -
sebut maka penggolongan kredit investasi juga di,robah menjadi seba-
gai berikut :
Golongan I : sampai dengan Rp. 75 juta.
Golongan II : di atas Rp. 75 juta sampai dengan Rp. 200 juta
Golongan III : di atas Rp. 200 juta sampai dengan Rp. 500 juta dan
Golongan IV : di atas Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 1.500 juta
Bagi investasi yang memerlukan pembiayaan pinjaman di atas
Rp. 1.500 juta dengan jangka waktu lebih dari 10 tahun sampai
dengan 15 tahun termasuk masa tenggang 6 tahun, masih juga dapat
diberikan oleh Bank Pembangunan Indanesia (BAPINDO) sesuai de-
ngan ketentuan yang berlaku.
Dalam rangka usaha untuk membantu permodalan para peng-
usaha kecil terutama pengusaha pribumi telah disediakan pula fasi -
litas kredit berupa Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kred it Modal
Kerja Permanen (KMKP), Kredit Mini, Kredit Candak Kulak (KCK),
serta Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar.
Pemberian KIK datn KMKP yang dimulai dalam tahun 1974 telah
berhasil mendorong para pengusaha kecil dalam mengembangkan usa-
hanya. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pengusaha kecil maka

161
pada bulan Pebruari 1977 batas maksimum jumlah KIK dan KMKP
bagi tiap nasabah dinaikan menjadi Rp. 10 juta. Salanjutnya pada
bulan Januari 1978 terhadap suku bunga KIK diadakan perubahan
dari 12 % menj.adi 10,5 % setahun, sedangkan bagi KMKP, suku
bunganya diturunkan dari 15 % setahun menjadi 12 % setahun. Se -
lanjutnya untuk meningkatkan partisipasi bank-bank swasta nasional
dalam pembangunan, dan pemberian kredit kepada pengusaha pri-
bumi khususnya, maka bank-bank tersebut telah diikut sertakan dalam
penyaluran KIK dan KMKP. Pemberian KIK/KMKP tersebut dilaku-
kan baik melalui pembiayaan bersama dengan bank-bank Pemerintah
maupun secara langsung oleh bank-bank swasta yang bersangkutan.
Untuk pemberian kredit ini disediakan kredit likwiditas dari Bank
Indonesia sebesar 80% untuk KIK dan 70% untuk KMKP. Jangka
waktu maksimum untuk KIK dan KMKP masing-masing adalah tetap
5 tahun dan 3 tahun.

Di samping KIK/KMKP disediakan pula fasilitas Kredit Mini


yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pemberian kredit mini tersebut terutama ditujukan kepada para pe-
ngusaha kecil di daerah pedesaan, dan besarnya kredit ditetapkan
antara Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 100.000,- bagi tiap nasa -
bah. Kredit mini ini disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia sejak
tahun 1974. Besarnya suku bunga kredit mini untuk keperluan in-
vestasi adalah 12% setahun, sedangkan untuk keperluan modal kerja
adalah 15% setahun.

Dalam tahun 1976/77 dilaksanakan pula program kredit candak


kulak yang merupakan kredit tanpa jaminan dengan prosedur yang
sederhana dan persyaratan yang sangat lunak, terutama untuk me-
lindungi para pedagang kecil di daerah pedesaan. Selanjutnya Peme -
rintah juga memberikan bantuan keuangan dalam rangka pemba ngunan
dan pemugaran pasar kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/
Kotamadya yang disebut INPRES Pasar, guna membantu pedagang
kecil di pasar-pasar. Bantuan keuangan tersebut dimaksudkan untuk
memungkinkan Pemerintah Daerah mendapatkan pinjaman tanpa
bunga dan melunasi pinjaman tersebut dalam jangka waktu 10 tahun.

162
2. Jumlah dan Arah Penggunaan Kredit.
Pemberian kredit perbankan pada akhir tahun 1977/78 ber-
kembang menjadi Rp. 4.072,4 milyar, yang berarti telah terjadi ke-
naikan sebesar 234,7% dari jumlah kredit pada akhir tahun 1973/74
(lihat Tabel III - 7, Tabel III - 8 dan Grafik III - 4). Dalam
tahun 1973/74 jumlah kredit perbankan mencapai Rp. 1.216,6 mil-
yar dengan kenaikan sebesar 58,0%. Dalam tahun-tahun 1974/75
dan 1975/76 persentase kenaikan yang terjadi masing-masing adalah
sebesar 44,4% dan 70,2%. Laju pertambahan kredit yang terjadi
dalam tahun 1975/76 mencapai angka terbesar, terutama disebabkan
oleh meningkatnya kredit kepada Pertamina dalam rangka pemba-
yaran hutang-hutangnya serta meningkatnya pemberian kredit kepada
para pengusaha golongan ekonomi lemah.
Dalam tahun 1976/77 dan tahun 1977 /78 laju kenaikan jumlah
kredit perbankan menurun masing-masing menjadi 24,4% dan 9,5%
terutama disebabkan oleh berkurangnya kredit Bank Indonesia ke-
pada PERTAMINA dalam jumlah yang cukup berarti, serta pengam-
bil alihan kredit Bimas (PN Pertani) oleh Pemerintah.
Dalam tahun 1977/78 kebijaksanaan pembatasan pertambahan
aktiva netto perbankan masih tetap dilanjutkan, dan ditetapkan ren-
cana pertambahan ekspansi aktiva netto bank-bank sebesar 21 % dari
posisi akhir Maret 1977. Dibandingkan dengan plafon sebesar 21 %
tersebut, jumlah realisasi kredit perbankan dalam tahun 1977/78 ter-
nyata jauh lebih rendah, terutama disebabkan oleh karena sikap ber-
hati-hati bank-bank dalam pemberian kredit dan semakin cermatnya
pengawasan oleh Bank Sentral. Di samping itu bertambah besarnya
pelunasan kredit oleh para nasabah, telah diimbangi pula oleh ber-
kurangnya permintaan kredit pada sektor-sektor tertentu.
Perkembangan pemberian kredit menurut sektor perbankan dan
menurut sektor ekonomi selama periode 1973/74 - 1977/78 dapat
dilihat pada Tabel III - 7, Tabel III - 8 serta Grafik III - 4.
Dilihat dari segi perkembangan kredit menurut sektor perbankan
(lihat Tabel III - 7), maka kredit yang diberikan oleh bank-bank
Umum Pemerintah merupakan komponen yang terbesar. Dalam ta -

163
hun-tahun 1973 /74 dan 1974/75 peranan kredit dari bank-bank ter -
sebut merupakan masing-masing 72,5 % dan 72,0% dari seluruh
kredit perbankan.
Namun dalam tahun-tahun berikutnya peranan kredit bank-bank
umum Pemerintah menurun menjadi 58,1%, 56,7%% dan 58,3%
masing-masing dalam tahun 1975/76, 1976/77 dan 1977/78. Hal
ini antara lain disebabkan oleh sikap berhati-hatinya bank-bank
Pemerintah dalam pemberian kredit. Walaupun peranannya menu-
run, namun jumlah nominal kredit yang diberikan oleh bank-bank
Umum Pemerintah menunjukkan perkembangan yang terus mening-
kat dari tahun ketahun yaitu dari Rp. 882,3 milyar pada akhir tahun
1973/74 menjadi Rp. 2.374,8 milyar pada akhir tahun 1977/78.
Dalam pemberian kredit, Bank Indonesia memberi bantuan pin-
jaman berupa kredit likwiditas kepada Bank-bank Umum Pemerintah
dan Bank-bank swasta nasional. Kredit likwiditas tersebut selain
berfungsi meningkatkan kemampuan bank-bank dalam pemberian
kredit, juga merupakan subsidi dari Bank Indonesia kepada bank -
bank Pemerintah dan bank-bank Swasta Nasional berupa pemba-
yaran bunga yang relatif lebih rendah. Dana kredit likwiditas ini
kemudian berangsur-angsur dibatasi dengan maksud agar bank-bank
meningkatkan pengerahan dan penggunaan dana-dana sendiri di dalam
pemberian kreditnya.
Peranan pemberian kredit langsung oleh Bank Indonesia dalam
keseluruhan kredit meningkat dari 11,4% pada akhir tahun 1973/74
menjadi 15,1% pada akhir tahun 1974/75. Dalam tahun 1975/76
dan tahun 1976/77 proporsi kredit langsung tersebut berkembang
dengan pesat menjadi masing-masing sebesar 32,4% dan 33,2% ter -
utama disebabkan oleh besarnya pemberian kredit kepada perusa-
haan PERTAMINA. Sejalan dengan semakin berkurangnya kebu-
tuhan kredit untuk PERTAMINA dalam rangka pelunasan hutang-
hutangnya terhadap luar negeri, maka proporsi kredit langsung dalam tahun
1977/78 menurun menjadi 29,5% dari jumlah seluruh kredit perbankan.
Selama periode 1973/74 - 1977/78 jumlah kredit langsung yang
diberikan oleh Bank Indonesia meningkat dari Rp. 138,6
milyar menjadi Rp. 1.202,9 milyar.

164
TABEL III - 7
PERKEMBANGAN KREDIT 1) MENURUT SEKTOR PERBANKAN,
1973 - 1977/78
(dalam milyar rupiah)
Bank-bank Bank-bank Bank-bank Persentase Kenaikan
Akhir Bank Swasta Asing/
Tahun/Bulan Indonesia Pemerintah ²) JUMLAH Kenaikan
Nasional2) Campuran Tahun/Triwulan Bulan

1973 153,9 744,7 65,6 95,1 1.059,3 + 379,4 + 55,8


1973/74 138,6 882,3 71,9 123,8 1.216,6 + 446,4 + 58,0
1974 232,3 1.135,8 89,1 117,1 1.574,3 + 515,0 + 48,6
1974/75 265,1 1.264,1 99,2 128,0 1.756,4 + 539,8 + 44,4
1975 895,3 1.601,9 132,6 122,3 2.752,1 +1.177,8 + 74,8

1975/76 2.988,7 +1.232,3 + 70,2

Juni 533,8 1.378,7 1G9,8. 121,2 2.143,5 + 387,1 + 22,0


September 757,4 1.520,8 124,9 116,6 2.519,7 + 376,2 + 17,6
Desember 895,3 1.601,9 132,6 122,3 2.752,1 + 232,4 + 9,2
Maret 967,4 1.735,7 150,4 135,2 2.988,7 + 236,6 + 8,6

1976 1.219,0 2.007,5 197,4 150,0 3.573,9 + 821,8 + 29,9


1976/77 3.717,6 + 728,9 + 24,4

Juni 1.057,2 1.848,3 169,3 134,4 3.209,2 + 220,5 + 7,4


September 1.146,1 1.942,8 178,8 137,6 3.405,3 + 196,1 + 6,1
Desember 1.219,0 2.007,5 197,4 150,0 3.573,9 + 168,6 + 5,0
Maret 1.236,1 2.108,6 212,7 160,2 3.717,6 + 143,7 + 4,0

165
Lanjutan Tabel III-7

Akhir Bank Bank-bank Bank-bank Bank-bank


Swasta Asing/ Persentase Kenaikan
Tahun/Bulan Indonesia Pemerintah2) JUMLAH Kenaikan
Nasional2) Campuran Tahun/Triwulan Bulan

1977 1.234,9 2.279,4 257,0 183,5 3.954,8 + 33J,9 + 10,7


1977/78 5) 4.072,4 + 354,8 + 9,5
April 1.224,7 2.143,8 217,8 151,5 3.737,8 + 20,2 + 0,5
Mei 1.220,7 2.175,5 220,6 154,7 3.771,5 + 33,7 + 0,9
Juni 1.225,4 2.20$,8 231,6 160,3 3,826,1 + 54,6 + 1,5
+ 2,9
JuIi 1.224,5 2.177,7 235,7 161,7 3.799,E - 26,5 - 0,7
Agustus 1.226,5 2.186,6 242,1 166,4 3,861,E + 62,0 + 1,6
September 1.269,0 2.228,2 246,6 174,8 3.918,6 + 57,0 + 2,4 + 1,5
Oktober 3) 1.253,0 2.256,9 255,9 177,5 3.943,3 + 24,7 + 0,6
1.244,5 2.282,0 260,2 179,6 3.966,3 + 23,0 + 0,6
Nopember ' 4

1.234,9 2.279,4 257,0 183,5 3.954,8 + 11,5 + 0,9 - 0,3


Desember 4)

Januari 4) 1.222,8 2.315,9 269,1 192,0 3.999,8 + 45,0 + 1,1


1.255,2 2.355,9 279,6 194,7 4.085,4 + 85,6 + 2,1
Pebruari 4)

1.202,9 2.374,8 286,2 208,5 4.072,4 - 13,0 + 3,0 - 0,3


Maret 5)

1) Kredit dalam rupiah maupun valuta asing. Termasuk kredit investasi, KIK dan KMKP,
tetapi tidak termasuk kredit antar bank serta kredit kepada Pemerintah Pusat dan
bukan penduduk.
2) Termasuk kredit yang dibiayai oleh dana kredit likwiditas Bank Indonesia.
3) Angka diperbaiki.
4) Angka sementara.
5) Angka perkiraan, kecuali Bank Indonesia

166
TABEL III - 8
PERKEMBANGAN KREDIT ¹) MENURUT SEKTOR EKONOMI,
1973 - 1977/78
(dalam milyar rupiah)

Persentase Kenaikan
Akhir Tahun/Bulan Produksi2j Perdagangan 3) Lain-lain 4) JUMLAH Kenaikan
Tahun/ Bulan
Triwulan

1973 372,8 428,2 258,3 1.059,3 + 37g,4 + 55,8


1973/74 453,7 425,7 337,2 1.216,6 + 446,4 + 58,0

486,0 626,8 461,5 1.574,3 + 515,0 + 48,6


1974
1974/75 536,8 613,3 606,3 1.756,4 + 539,8 + 44,4

1975 954,8 766,3 1.031,0 2.752,1 + 1 .177,8 + 74,8


1975/76 2.988,7 + 1 .232,3 + 70,2
Juni 787,9 761,5 594,1 2.143,5 + 387,1 + 22,0
September 887,3 806,4 826,0 2.519,7 + 376,2 + 17,6
Desember 954,8 766,3 1.031,0 2.752,1 + 232,4 + 9,2
Maret 1.057,3 789,8 1.141,6 2.988,7 + 236,6 + 8,6
1976 1.272,3 858,1 1.443,5 3.573,9 + 821,8 + 29,9
1976/77 3.717,6 + 728,9 + 24,4
Juni 787,9 811,5 1.609,3 3.209,2 + 220,5 + 7,4
September 887,5 830,9 1.686,9 3.405,3 + 196,1 + 6,1
Desember 1.272,3 858,1 1.443,5 3.573,9 + 168,6 + 5,0
Maret 1.376,1 811,0 1.530,5 3.717,6 + 143,7 + 4,0

167
Lanjutan Tabel III - 8

Persentase
Kenaikan
Produksi 2
) Perdagangan 3) Lain-lain 4)
JUMLAH Kenaikan Tahun/ Bulan
Akhir Tahun/Bulan
Triwulan
1.455,1 911,1 1.588,6 3.954,8 + 380,9 + 10,7
1977 6)
7)
4.072,4 + 354,8 + 9,5
1977/78
April 1.367,4 812,9 1.557,5 3.737,8 + 20,2 + 0,5
Mei 1.390,0 820,3 1.561,2 3.771,5 + 33,7 + 0,9
Juni 1.421,3 853,7 1.551,1 3.826,1 + 54,6 + 2,9 + 1,5
Juli 1.353,0 880,4 1.566,2 3.799,6 26,5 0,7
Agustus 1.384,0 885,8 1.591,8 3.861,E + 62,0 + 1,6
September 1.383,6 936,2 1.598,8 3.918,6 + 57,0 + 2,4 + 1,5
Oktober 1.419,7 909,7 1.613,9 3.943,3 + 24,7 + 0,6
Nopember 1.469,1 907,9 1.589,3 3.966,3 + 23,0 + 0,6
Desember 6. 1.458,7 911,2 1.584,9 3.954,8 - 11,5 + 0,9 0,3
6) 1.496,1 897,2 1.606,5 3.999,8 + 45,0 + 1,1
Januari
Pebruari 6) 1.581,3 929,9 1.574,2 4.085,4 + 85,6 + 2,1
Maret 7) 1.472,4 1.014,7 1.585,3 4.072,4 - 13,0 + 3,0 0,3

1) Kredit dalam rupiah maupun valuta asing. Termasuk kredit investasi, KIK dan KMKP, tetapi
tidak termasuk kredit antar bank serta kredit kepada Pemerintah Pusat dan bukan penduduk.
2) Termasuk produksi barang-barang hasil pertanian, pertambangan (kecuali Pertamina) dan perindustrian.
3) Terdiri dari kredit ekspor, kredit impor dan kredit perdagangan dalam negeri.
4) Terdiri dari kredit untuk Pertamina, jasa-jasa dan lain-lain. Di dalam sektor lain-lain diperhitungkan
pula pinjaman-pinjaman yang diberikan kepada para karyawan Bank Indonesia.
5) Angka diperbaiki.
6) Angka sementara.
7) Angka perkiraan.
168
GRAFIK III – 4
PERKEMBANGAN KREDIT MENURUT SEKTOR EKONOMI,
1973/74 – 1977/78

169
Jumlah pemberian kredit oleh bank-bank swasta (bank-bank
swasta nasional dan bank-bank swasta asing) terus mengalami kenaik-
an dari Rp. 195,7 milyar pada akhir tahun 1973/74 menjadi Rp. 494,7
milyar pada akhir tahun 1977/78.
Proporsi pemberian kredit oleh bank-bank swasta nasional ter-
hadap keseluruhan kredit juga meningkat dari 5,9% pada akhir
Maret 1974 menjadi 7,0% pada akhir Maret 1978. Hal ini men-
cerminkan mulai berhasilnya Pemerintah dalam usaha mendorong
dan mengembangkan peranan bank swasta nasional. Jumlah pem -
berian kredit oleh bank swasta nasional meningkat dari Rp. 71,9
milyar pada akhir tahun 1973/74 menjadi Rp. 286,2 milyar pada
akhir tahun 1977/78. Di lain pihak proporsi pemberian kredit oleh
bank-bank swasta asing terhadap seluruh kredit perbankan telah
mengalami penurunan yaitu dari 10,2 % pada akhir tahun 1973/74
menjadi 5,1 % pada akhir tahun 1977/78. Penurunan tersebut ber-
kaitan dengan kebijaksanaan yang membatasi agar bank-bank swasta
asing hanya boleh beroperasi di Jakarta. Walaupun proporsi kredit
dari bank-bank asing tersebut menurun, namun jumlah kredit dalam
tahun 1977/78 mengalami kenaikan yang terbesar yaitu meningkat
dengan Rp. 48,3 milyar atau 30,1% dari jumlah kredit dalam tahun
sebelumnya. Selama periode 1973 / 74 - 1977/78 jumlah pemberi-
an kredit oleh bank-bank swasta asing meningkat dari Rp. 123,8
milyar menjadi Rp. 208,5 milyar.
Menurut sektor ekonomi, pemberian kredit perbankan digunakan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan,dalam sektor pmoduksi seperti per-
industrian, pertanian dan pertambangan, sektor perdagangan terma-
suk ekspor impor dan sektor lain-lain (lihat Tabel III - 8 dan Grafik
III - 4). Dari tabel tersebut terlihat bahwa telah terjadi penggeseran
peranan yang cukup besar dari sektor perdagangan ke sektor lain-lain.
Pada akhir tahun 1973/74 jumlah kredit untuk sektor produksi
sebesar Rp. 453,7 milyar telah berkembang menjadi Rp. 1.472,4 mil-
yar pada akhir tahun 1977/78 atau meningkat sebesar 224,5%. Pe-
ningkatan yang terbesar terjadi dalam tahun 1975/76 sebesar
Rp. 520,5 milyar terutama disebabkan oleh meningkatnya kredit un-
tuk industri tekstil dan logam dasar. Secara proporsi selama periode

170
1973/74 sampai dengan akhir tahun 1977/78 peranan kredit untuk
sektor produksi mengalami sedikit penurunan yaitu dari 37,3% men-
jadi 36,2% dari seluruh kredit perbankan.
Proporsi pemberian kredit di sektor perdagangan terhadap selu-
ruh kredit perbankan mengalami penurunan selama periode 1973/74
- 1977/78. Jumlah kredit untuk sektor perdagangan yang pada akhir
tahun 1973/74 berjumlah Rp. 425,7 miilyar atau 35,4% dari seluruh
kredit, telah meningkat menjadi Rp. 1.014,7 milyar atau merupakan 24,9%
dari jumlah kredit pada akhir tahun 1977/78. Menurunnya peranan kredit
di sektor perdagangan tersebut berhubungan erat de - ngan
semakin meningkatnya pemberian kredit untuk sektor lain-lain.
Pemberian kredit untuk sektor lain-lain digunakan terutama un-
tuk membiayai usaha-usaha di sektor jasa-jasa seperti pengangkutan
dan perhubungan. Sejak tahun 1974/75 kredit untuk perusahaan
PERTAMINA dimasukkan ke dalam sektor lain-lain. Jumlah pembe-
rian kredit untuk sektor lain-lain pada akhir tahun 1973/74 sebesar
Rp. 337,2 milyar telah meningkat menjadi Rp. 1.585,3 milyar pada
akhir tahun 1977/78. Adapun kenaikan jumlah yang terbesar terjadi
selama tahun 1975/76 dan tahun 1976/77 masing-masing sebesar
88,3 % dan 34,1 % dari jumlah kredit sektor lain-lain dalam tahun-
tahun sebelumnya. Dalam tahun 1977/78 persentase kenaikan yang
terjadi menurun sekali dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,
yaitu hanya sebesar 3,6%. Kenaikan yang kecil tersebut terjadi dise-
babkan oleh menurunnya pemberian kredit kepada perusahaan PER-
TAMINA. Posisi pemberian kredit kepada PERTAMINA yang pada
akhir Maret 1975 berjumlah Rp. 85,9 milyar meningkat menjadi
Rp. 1.078,8 milyar pada akhir Maret 1976 dan selanjutnya menurun
menjadi Rp. 1.023,0 milyar pada akhir Maret 1978.

3. Dana Perkreditan Bank


Langkah-langkah kebijaksanaan yang ditempuh Pemerintah di
bidang pengerahan dana perkreditan bank selama tahun 1977/78
merupakan kelanjutan dari kebijaksanaan yang ditempuh dalam ta-
hun-tahun sebelumnya. Tujuan dari pada usaha pengerahan dana per -
kreditan selama periode 1973/74 - 1977/78 adadah untuk mening-
katkan pemupukan dana dari masyarakat melalui perbankan, yang

171
akan digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan. Di samping
itu pengerahan dana perkreditan tersebut dimaksudkan pula untuk
mengurangi pengaruh kenaikan harga yang terjadi sebagai akibat dari
pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dana Bank Sentral.
Agar masyarakat tertar.ik menyimpan dananya pada Bank, Pemerintah
menempuh kebijaksanaan untuk merangsang para pemilik dana de -
ngan cara membayarkan balas jasa berupa suku bunga yang cukup
tinggi. Namun demikian segala ketentuan mengenai dana perkreditan
termasuk ketentuan tentang suku bunga dan lain-lain senantiasa dise-
suaikan dengan perkembangan keadaan ekonomi dan moneter.
Tabel III - 9 memperlihatkan perkembangan dana perkreditan
bank yang terdiri dari dana giro, deposito dan tabungan, serta dana lain-
lain, baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing.
JumLah dana perkreditan bank yang dalam tahun 1973/74 men-
capai Rp. 1.163,3 milyar meningkat menjadi Rp. 1.676,1 milyar da-
lam tahun berikutnya atau suatu kenaikan sebesar 44,1%. Dalam
tahun 1975/76 dan 1976/77 jumlah dana perkreditan berkembang
menjadi masing-masing Rp. 1.970,7 milyar dan Rp. 2.491,3 milyar de-
ngan persentase kenaikan masing-masing sebesar 17,6% dan 26,4%.
Sampai akhir Maret 1978 posisi dana perkreditan seluruhnya men-
capai Rp. 2.800,3 milyar yang berarti swatw kenaikan sebesar
Rp. 309,0 milyar atau 12,4% dibandingkan dengan jumlah dana
perkreditan pada akhir Maret 1977. Dibandingkan dengan kenaikan
dalam tahun-tahun sebelumnya terlihat perkembangannya yang sema-
kin menurun terutama disebabkan oleh kenaikan deposito berjangka
dan tabungan yang semakin kecil. Dalam tahun 1977/78 kedudukan
dana perkreditan yang berasal dari deposito dan tabungan hampir
seimbang dengan kedudukan giro yaitu masing-masing berperan sebe-
sar 46,0% dan 43,1% dari dana perkreditan seluruhnya. Hal ini dise -
babkan oleh peningkatan usaha pengerahan dana giro yang dirang-
sang melalui Undanglundang No. 12 tahun 1971, serta adanya gerak-
an TABANAS/TASKA di samping gerakan deposito berjangka.
Dari Tabel III - 9 dapat dilihat bahwa preferensi masyarakat
telah bergeser ke arah bentuk simpanan berupa deposito dan ta-
bungan.

172
TABEL III - 9
PERKEMBANGAN DANA PERKREDITAN BANK, 1)
1973 - 1977178

(dalam milyar rupiah)


Persentase Kenaikan
Deposito
Akhir Tahun/
Giro Berjangka 2) Lain-lain 4)
Jumlah Kenaikan
Bulan
dan Tabungan 3)
Tahun/
Bulan
Triwulan

1973 379,5 373,2 208,5 961,2 + 350,5 + 57,4


1973/74 498,6 460,9 203,8 1.163,3 + 444,8 + 61,9
1974 556,8 626,3 335,5 1.518,6 + 557,4 + 58,0
1974/75 624,5 697,4 354,2 1.676,1 + 512,8 + 44,1
1975 724,1 84.0,4 199,0 1.763,5 + 244,9 + 16,1
1975/76
+ 294,6 + 17,6
Juni 652,2 738,6 265,0 1.655,8 - 20,3 - 1,2
September 672,6 760,7 210,3 1.643,6 - 12,2 - 0,7
Desember 724,1 840,4 199,0 1.763,5 + 119,9 + 7,3
Maret 874,1 896,2 200,4 1.970,7 + 207,2 + 11,7
1976 977,8 1.083;1 231,1 2.292,0 + 528,5 + 30,0

1976/77
+ 520,6 + 26,4
Juni 872,8 967,0 218,8 2.058,6 + 87,9 + 4,5
September 934,3 1.057,0 239,9 2.231,2 + 172,6 + 8,4
Desember .977,8 1.083,1 231,1 2.292,0 + 60,8 + 2,7
Maret 1.101,4 1.152,4 237,5 2.491,3 + 199,3 + 8,7
1977 1.148,1 1.248,3 375,6 2.772,0 + 480,0
+ 20,9
6
1977/78 ) 2.800,3 + 309,0 + 12,4
April 1.067,2 1.154,8 251,2 2.473,2 - 18,1 - 0,7
Mei 1.111,9 1.175,9 255,0 2.542,8 + 69,6 + 2,8
Juni 1.139,1 1.186,9 275,2 2.601,2 + 58,4 + 4,4 + 2,3
Juli 1.139,4 1.179,4 279,3 2.598,1 - 3,1 - 0,1
Agustus 1.140,1 1.205,7 315,7 2.661,5 + 63,4 + 2,4
September 1.137,9 1.209,4 306,4 2.653,7 - 7,8 + 2,0 - 0,3
Oktober. 1.127,4 1,224,2 342,5 2.694,1 + 40,4 + 1,5
Nopember 5) 1.168,6 1.226,7 364,3 2.759,6 + 65,5 + 2,4
Desember 5) 1.143,9 1.249,8 325,0 2.718,7 - 40,9 + 2,4 - 1,5
Januari 1.156,5 1.242,3 319,7 2.718,5 - 0,2 -0
Pebruari 1.184,8 1.273,3 284,6 2.742,7 + 24,2 + 0,9
Maret 6) 1.206,1 1.287,3 306,9 2.800,3 + 57,6 + 3,0 + 2,1

1) Baik dalam rupiah maupun valuta asing. Tidak termasuk rekening-rekening antar bank.
2) Termasuk sertifikat deposito.
3) Termasuk Tabanas dan Taska.
4) Terdiri dari simpanan lainnya termasuk pinjaman yang diterima dan setoran jaminan.
5) Angka diperbaiki.
6) Angka perkiraan.

173
Selama periode tahun 1973/74 - 1977/78 persentase kenaikan
dari jumlah deposito dan tabungan menurun yaitu sebesar 51,3%,
28,5%, 28,6%, 11,7% masing-masing pada tahun-tahun 1973/74,
1974/75, 1975/76, 1976/77 dan 1977/78. Hal ini antara lain berkait -
an dengan penurunan suku bunga deposito berjangka dan TABANAS
pada terutama permulaan tahun 1977 dan tahun 1978. Walaupun
persentase kenaikannya menurun, namun jumlah nominal dari depo-
sito dan tabungan terus meningkat sehingga mencapai jumlah
Rp. 1.287,3 milyar pada akhir Maret 1978. Secara proporsi terhadap
jumlah dana perkreditan seluruhnya peranan deposito dan tabungan
juga mengalami peningkatan yaitu dari 39,6% pada tahun 1973/74
menjadi 46,0% pada tahun 1977/78.
Di dalam jumlah deposito dan tabungan tercakup pula deposito
dan tabungan dalam valuta asing. Dalam tahun 1972 berlaku keten-
tuan mengenai pembatasan penerimaan dana yang berasal dari luar
negeri oleh bank-bank. Maksud dari pada ketentuan tersebut adalah
untuk mencegah pengaruh moneter dan neraca pembayaran yang tidak
dikehendaki serta untuk menghindarkan gangguan likwiditas bagi
bank-bank sehubungan dengan mengalirnya dana-dana jangka pendek
dari luar negeri. Dengan berlakunya ketentuan tersebut maka peranan
deposito dan giro dalam valuta asing semakin dibatasi. Dalam tahun
1973/74 sebagian besar dari keraikan deposito dan tabungan dise-
babkan oleh meningkatnya deposito dan tabungan dalam valuta asing
sebesar 101,0%. Dalam tahun 1974/75 persentase kenaikan deposito
dan tabungan dalam valuta asing menurun menjadi 51,3%. Pada akhir
Pebruari 1977/78 jenis dana tersebut merupakan 16,2% dari jumlah
deposito dan tabungan dan merupakan 8,8% dari jumlah giro.
Proporsi dari dana giro terhadap jumlah dana perkreditan juga
meningkat dari 41,9% pada tahun 1973/74 menjadi 43,1 % pada tahun
1977/78. Selama tahun-tahun 1973/74, 1974/75, 1975/76, 1976/77
dan.1977/78 jumlah dana giro ierus meningkat masing-masing menjadi
Rp. 498,6 milyar, Rp. 624,5 milyar, Rp. 874,1 milyar, Rp. 1.101,4
milyar, dan Rp. 1.206,1 milyar. Meningkatnya jumlah dana giro ter -
sebut mencerminkan bertambahnya kepercayaan masyarakat terhadap
nilai rupiah yang merupakan fakior pendorong bagi masyarakat un -
tuk menyimpan uang di bank.

174
Dana lain-lain walaupun secara nominal jumlahnya meningkat
namun peranannya terhadap jumlah dana perkreditan menurun selama
tahun 1973/74 - 1977/78. Dalam tahun 1973/74 jumlah dana lain-
lain mencapai Rp. 203,8 milyar kemudian meningkat menjadi
Rp. 306,9 milyar dalam tahun 1977/78. Sedangkan peranannya telah
menurun dari 17,5% menjadi 10,9%, selama periode yang sama.

4. Deposito berjangka, TABANAS dan TASKA.

Pada Tabel III - 10 dapat diikuti perkembangan deposito ber-


jangka INPRES pada Bank-bank Pemerintah. Deposito berjangka
INPRES merupakan salah satu sumber dana terbesar bagi bank-bank
Pemerintah.
Selama periode 1973/74 - 1977/78 jumlah deposito berjangka
INPRES telah bertambah dengan Rp. 543,0 milyar atau naik sebesar
377,3 % menjadi Rp. 686,9 milyar. Dalam tahun 1973/74 telah terjadi
penurunan deposito berjangka sebesar 3,6% yang membuktikan bahwa
suku bunga deposito pada waktu itu tidak lagi menarik bagi deposan
karena adanya inflasi yang cukup tinggi. Kemudian dengan adanya
& kebijaksanaan menaikkan suku bunga dalam bulan April 1974 dan
berlakunya deposito berjangka 18 bulan dan 24 bulan, maka jumlah
deposito berjangka meningkat kembali dengan pesat sebesar 86,6%
menjadi Rp. 268,5 milyar pada tahun 1974/75. Dalam tahun 1975/
76 dan 1976/77 persentase kenaikan jumlah deposito kembali menu-
run masing-masing menjadi 66,3% dan 41,2%. Selama tahun 1977/78
deposito berjangka hanya meningkat dengan Rp. 56,4 milyar atau
8,9 % dibandingkan dengan tahun 1976/77 yang merupakan kenaikan
yang terendah selama 4 tahun pertama Repelita 11. Hal ini berkaitan
dengan kebijaksanaan penurunan suku bunga yang diadakan pada
permulaan tahun 1977 dan permulaan tahun 1978.
Sampai akhir Maret 1978 peranan deposito berjangka 24 bulan
selalu merupakan bagian terbesar dari keseluruhan deposito INPRES.
Semenjak dimulainya jenis depositc tersebut pada bulan April 1974,
proporsi deposito berjangka waktu 24 bulan meningkat dari 78,4%
pada akhir Maret 1975 menjadi 89,7% pada akhir Maret 1978. Hal
ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat

175
TABEL III – 10
PERKEMBANGAN DEPOSITO BERJANGKA BANK-BANK
PEMERINTAH
1973 – 1977/78
(dalam milyar rupiah)

176
terhadap nilai Rupiah dan adanya tingkat bunga yang tinggi sehingga
menghasilkan pendapatan bunga riil yang positif bagi deposan setelah
diperhitungkan tingkat inflasi.
Gerakan TABANAS dan TASKA merupakan usaha Pemerintah
untuk memupuk kebiasaan menabung di kalangan masyarakat teruta-
ma yang berpenghasilan rendah.
Program TABANAS dan TASKA yang diselenggarakan sejak ta-
hun 1971 senantiasa menunjukkan perkembangan yang meningkat
(lihat Tabel III - 11). Tabel tersebut menunjukkan bahwa posisi,
TABANAS telah meningkat dari Rp. 36,8 milyar pada akhir tahun
1973/74 menjadi Rp. 168,8 milyar pada akhir tahun 1977/78 atau
naik dengan 358,4% yaitu suatu kenaikan rata-rata sebesar 46,3 %
pertahun. Sedangkan jumlah penabung meningkat dari 3.019.497 orang
pada tahun 1973/74 menjadi 6.986.578 orang pada tahun 1977/78.
Sejak dimulainya program TABANAS hingga akhir tahun 1977/78,
gerakan TABANAS telah berhasil meningkatkan hasrat menabung ma-
syarakat yang telah mencapai sekitar 5 % dari penduduk Indonesia.
TASKA merupakan bentuk tabungan yang dikaitkan dengan asu-
ransi jiwa dengan memberikan jaminan kepada penabung dan ahli
waiusnya untuk menerima sejumlah uang tertentu yang seharusnya
diterima pada akhir jangka waktu tabungan apabila ia meninggal dunia
sebelum waktu tersebut.
Tabel III - 11 menunjukkanl bahwa posisi TASKA sampai de-
ngan akhir tahun 1976/77 masih meningkat, tetapi pada akhir tahun
1977/78 menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh karena TAS-
KA ternyata kurang menarik dibandingkan dengan TABANAS. Sehu-
bungan dengan itu dalam tahun 1977/78 telah diadakan pula peru-
bahan sistim TASKA dengan cara yang lebih menarik yaitu dengan
membuka kemungkinan untuk menabung dengan jangka waktu yang
lebih lama dari satu tahun dan dalam volume yang lebih besar. Pada
akhir tahun 1973/74 jumlah TASKA mencapai Rp. 78 juta kemudian
meningkat menjadi Rp. 188 juta pada akhir tahun 1976/77, tetapi lalu
menurun menjadi Rp. 124 juta pada achir tahun 1977/78. Jumlah
penabung TASKA juga menurun dari 11.135 orang pada tahun 1973/
74 menjadi 7.913 orang pada akhir tahun 1977/78.

177
TABEL I II - 11
PERKEMBANGAN TABANAS DAN TASKA,1)
1973/74 – 1977/78
TABANAS JUM LA H
TASKA

Akhir Tahun/Bulan Posisi Posisi Posisi


Penabung (jutaan Penabung (jutaan Penabung (jutaan
rupiah) rupiah) rupiah)

1973 2.870.603 32.465 11.782 84 2.882.385 32.549


1973/74 3.019.497 36.777 11.135 78 3.080.632 36.855
1974 3.450.148 43.984 8.755 74 3.458.903 44.058
1974/75 3.649.896 54.205 8.658 84 3.658.554 54.289
1975 4.110.872 70.131 9.349 114 4.120.221 70.245
1975/76
Juni 3.839.773 57.544 8.355 94 3.848.128 57.638
September 3.987.346 63.044 9.200 112 3.996.546 63.156
Desember 4.110.872 70.131 9.349 114 4.120.221 70.245
Maret 4.325.387 81.873 10.288 127 4.335.675 82.000
5.429,981 109.147 10.836 158 5.440.817 109.305
1976
1976/77
Juni 4.663.625 90.225 10.628 151 4.674.253 90.376
September 5.171.102 98.672 11.101 157 5.182.203 98.829
Desember 5.429.981 109.147 10.836 158 5.440.817 109.305
tvlaret 6.566.385 123.117 10.402 188 6.576.787 123.305

1977
1977/78 6.532.809 128.686 9.781 156 6.542.590 128.842
April 6.611.787 132.333 9.627 158 6.621.414 132.491
Mei 6.695.269 135.643 9.060 158 6.704.329 135.801
Juni 6.544.926 138.068 9.018 158 6.553.944 138.226
Juli 6.792.234 140.666 8.989 152 6.801.223 140.718
Agustus 6.871.073 143.474 8.727 151 6.879.800 143.625
September 8.780 168 6.886.300 .144.711
6.877.520 144.543
Oktober 3)
Nopember 3) 6.648.815 148.634 8.820 140 6.857.625 148.774
Desember 3) 6.864.401 153.592 8.735 138 6.873.136 153.730
Januari 4) 6.855.466 158.845 8.457 129 6.863.923 158.974
Pebruari 4) 6.926.491 162.941 8.231 120 6R34.722 163.061
Maret 4) 6.986.578 168.817 7.913 124 6.994.491 168.941

1) Meliputi TABANAS dan TASKA pada Bank-bank Umum Pemerintah, Bank Tabungan Negara dan
beberapa Bank Swasta Nasional.
2) Termasuk Tabungan Pelajar dan Pramuka.
3) Angka diperbaiki.
4) Angka sementara.
Sejak tahun 1974 telah diambiil pula beberapa langkah untuk
lebih meningkatkan program tabungan. Sehubungan dengan itu pada m
tahun 1974 telah dimulai Program Tabungan Pemuda, Pelajar dan
Pramuka (PERATA P3) yang bcrtujuan untuk meningkatkan kebia-
saan menabung di kalangan pelajar, pemuda dan pramuka. Jumlah
Tabungan pelajar, pemuda dan pramuka yang pada akhir Maret 1977
mencapai Rp. 314,0 juta telah meningkat menjadi Rp. 330,0 juta
pada akhir Maret 1978. Sedangkan jumlah penabung selama periode
yang sama mengalami penurunan dari 854.846 orang menjadi 729.078
orang.
Dalam tahun 1976/77 dibentuk pula program tabungan pegawai
yang bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan menabung di kalangan
pegawai. Jumlah tabungan pegawai yang pada akhir Maret 1977
sebesar Rp. 3.236,0 juta telah meningkat menjadi Rp. 5.794,0 juta
pada akhir Maret 1978. Jumlah penabung juga meningkat dari 694.752
orang pada akhir Maret 1977 menjadi 776.980 orang pada akhir
Maret 1978.
Program Ongkos Naik Haji (ONH) adalah program angsuran
penyetoran ongkos untuk naik haji dan bank di mana diberikan
diskonto sebagai perangsang untuk seawal mungkin menyetorkan biaya
ibadah haji.
Cara pembayaran demikian tidak akan dirasakan sebagai beban
yang berat, karena setiap calon jemaah haji diberikan kesempatan
mnengangsur setoran dolam bentuk simpanan di bank. Setoran ter -
sebut dapat dilakukan lebih awal dari waktu yang telah ditetapkan
dan bagi calon jemaah haji yang menyetorkan uangnya mendahului
batas waktu yang ditetapkan akan diberikan bunga. Penyetoran uang
dilaksanakan oleh bank-bank tertentu yaitu BNI 1946, Bank Rakyat
Indonesia dan untuk wilayah Irian Jaya ditunjuk Bank Ekspor Impor
Indonesia. Penerimaan setoran ONH tersebut bagi bank-bank yang
bersangkutan merupakan salah satu sumber dana yang dapat diguna-
kan untuk membiayai kegiatan usahanva menjelang timbulnyta kewa-
jiban penyetoran pada Pemerintah.

Jumlah setoran ONH selama tahun-tahun 1973/74, 1974/75 dan


1975/76 senantiasa meningkat masing-masing adalah Rp. 17 milyar,

179
Rp. 38 milyar dan Rp. 39 miilyar. Dalam tahun 1976/77 jumlah ONH
yang disetor menurun menjadi Rp. 23 milyar disebabkan oleh menu-
runnya jumlah jemaah haji sebesar 53% dari jumlah pada tahun se -
belumnya. Untuk musim haji tahun 1977/78 kembali terjadi kenaikan
di mana tercatat jumlah ONH yang diterima sebesar Rp. 27 milyar
yang berasal dari 32.468 jemaah.

5. Suku Bunga

Penetapan suku bunga baik mengenai suku bunga kredit per-


bankan maupun suku bunga deposito dan tabungan selalu disesuai -
kan dengan perkembangan ekonomi dan moneter yang terjadi. Disam-
ping itu dipertimbangkan puda sasaran untuk meningkatkan peranan
golongan ekonomi lemah.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan moneter yang terjadi
sejak akhir Maret 1974, kebijaksanaan suku bunga kredit telah meng-
alami empat kali penyesuaian yaitu pada tanggal 9 April 1974, 28
Desember 1974, 1 April 1976 dan 1 Januari 1978.
Penyesuaian yang terakhir terjadi pada tanggal 1 Januari 1978
di mana berhubung dengan perkembangan harga-harga yang semakin
mantap maka telah diadakan penurunan suku bunga kredit perbankan
baik untuk kredit modal kerja, KIK dan KMKP maupun Kredit In -
vestasi. Faktor lain yang menjadi dasar pertimbangan dalam meng-
ambil kebijaksanaan ini adalah untuk meningkatkan investasi dan pro-
duksi sambil menekan biaya produksi. Dalam rangka kebijaksanaan
1 Januari 1978 tersebut terjadi pula perubahan dan penggeseran atas
sektor-sektor yang diprioritaskan. Dengan demikian beberapa sektor
yang semula termasuk kurang prioritas menurut ketentuan baru digo -
longkan sektor prioritas dengan suku bunga baru yang relatif lebih
rendah dari semula.
Tabel III - 12 menunjukkan bahwa suku bunga kredit perbank-
an mengalami penurunan dari sekitar 9% - 24% setahun menjadi
sekitar 9% - 21 % setahun mulai 1 Januari 1978.
Tindakan penyesuaian juga dilakukan terhadap kredit likwidi-
tas Bank Indonesia, sehingga suku bunga yang semula berkisar antara
TABEL III – 12
PERKEMBANGAN SUKU BUNGA DAN GOLONGAN SUKU BUNGA PINJAMAN 1)
181
1) Susunan suku bunga menurut penggolongan sektor ekonomi yang baru, yang disesuaikan dengan peraturan 1 Januari 1978
2) S = sukku bunga per tahun
G = golongan suku bunga pinjaman
3) Kredit Bimas Ayam dihapus dan ditampung pada KMKP jika memenuhi persyaratan KMKP dan ditampung pada kredit
Modal kerja untuk pemeliharaan ternak, unggas dan perikanan bagi yang tidak memenuhi persyaratan KMKP
182
3% sampai 10% setahun-berubah menjadi berkisar antara 3% sampai
6% setahun sejak 1 Januari 1978. Di samping itu terdapat beberapa
sektor usaha yang menurut ketentuan lama tidak mendapat pinjaman
kredit likwiditas, namun menurut ketentuan baru semua sektor usa -
ha mendapatkan kredit likwiditas Bank Irndonesia sesuai dengan go-
longan prioritasnya.

Suku bunga Kredit Investasi yang mengalami perubahan adalah


untuk golongan I, III dan IV masing-masing dikenakan bunga sebe-
sar 10,5% setahun, untuk golongan I dan 13,5% setahun bagi go -
dongan III dan IV. Menurut ketentuan sebelumnya suku bunga kredit
investasi golongan I adalah sebesar 12% dan untuk golongan III dan
IV sebesar 15% setahun. Sodangkan suiku bunga untuk golongan II
tetap tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 12% setahun. Besar-
nya pinjaman dalam masing-masing golongan kredit investasi juga
mengalami perubahan seperti yang telah disebutkan di muka.

Suku bunga untuk KIK dan KMKP juga mengalami penurunan.


Suku bunga KIK dan KMKP diturunkan menjadi 10,5% dan 12%
setahun, sedangkan sebelumnya masing-masing adalah 12% dan 15%
setahun.

Sehubungan dengan tindakan penyesuaian suku bunga perkredit-


an tersebut, maka diadakan pula penyesuaian-penyesuaian terhadap
suku bunga dana perkreditan khususnya perubahan suku bunga De-
posito berjangka INPRES, TABANAS dan TASKA.

Tabel III - 13 dan Grafik III - 5 memuat perubahan-per-


ubahan yang terjadi atas suku bunga deposito berjangka INPRES.
Suku bunga deposito berjangka yang pada tanggal 9 April 1974 ber-
kisar antara 6% sampai 30% setahun, berubah menjadi sekitar 6%
sampai 15% setahun pada 1 Januari 1978 untuk semua jangka waktu.
Selanjutnya untuk mendorong penabung-penabung kecil dalam rang-
ka mencapai pemerataan pendapatan ditetapkan ketentuan bahwa
untuk deposito berjangka waktu 24 bulan dengan nilai di bawah
Rp. 2,5 juta diberikan bunga sebesar 15% setahun, sedangkan untuk
deposito di atas Rp. 2,5 juta ditetapkan bunga sebesar 12% setahun.

183
TABEL III - 13
PERKEMBANGAN SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA
BANK-BANK UMUM PEMERINTAH, 1973/74 - 1977/78
(bunga bulanan dalam persentase)
Kurang dari
Berlaku mulai 3 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan 18 bulan 24 bulan

9 April 1974 0,50 0,75 1,00 1,50 2,00 2,50


28 Desember 1974 0,50 0,75 1,00 1,25 1,75 2,00
13 Januari 1977 0,25 0,50 0,75 1,00 - 1,50
1 Januari 1978 ¹) ¹) 0,50 0,75 - 1,25 2)
1,00 3
)

1
) deposito berjangka wsktu 3 bulan
bunganya ditetapkan oleh bank-bank
penyelenggara deposito berjangka.
2
) untuk simpanan sampai dengan Rp. 2.500.000,—
³) untuk simpanan di atas Rp. 2.500.000,—

184
GRAFIK III – 5
PERKEMBANGAN SUKU BUNGA DEPOSITO BERJANGKA
BANK-BANK UMUM PEMERINTAH
1973/74 – 1977/78
l % per bulan 3

185
Suku bunga sertifikat deposito yang semula berkisar antara 6%
sampai 15% setahun pada tahun 1973/74 diturunkan menjadi sekitar
3% sampai 12% setahun sejak 1 Januari 1978.

Dalam tahun 1973/74 besarnya suku bunga TABANAS adalah 18%


setahun untuk saldo tabungan Rp. 200.000,- yang pertama, dan
9,% setahun untuk saldo tabungan di atas Rp. 200.000, Pada tanggal
11 Januari 1977 besarnya suku bunga TABANAS diturunkan menjadi 15 %
setahun untuk saldo tabungan Rp. 200.000,- yang pertama, dan 6 %
setahun untuk saldo tabungan di atas Rp. 200.000,-. Pada tanggal 1
Januari 1978 berlaku ketentuan bahwa bagi bank penyelenggara
diberikan subsidi sebesar 4,5 % untuk setiap pem bayaran bunga
TABANAS yang besarnya 15% setahun.
Sejak tanggal 13 januari 1977 besarnya suku bunga TASKA
yang semula ditetapkan sebesar 15% setahun diturunkan menjadi 9%
setahun dan diberikan kepada penabung yang telah mengangsur penuh.
Untuk meringankan beban bank-bank pelaksana khususnya me-
ngenai deposito yang berjangka 18 bulan dan 24 bulan, Pemerintah
memberikan subsidi berupa premi bunga kepada bank-bank penye-
lenggara deposito INPRES. Sehubungan dengan kebijaksanaan penurunan
suku bunga maka besarnya subsidi tersebut juga diturunkan dari
15,% setahunn untuk jangka waktu 24 bulan pada 9 April 1974, menjadi
6% setahun pada 13 Januari 1977. Pada 1 Januari 1978 besarnya
subsidi diturunkan lagi menjadi 4,5% setahun untuk deposito sampai
dengan Rp. 2,5 juta, sedangkan untuk deposito di atas Rp. 2,5 juta
besarnya subsidi adalah 1,5,% setahun. Untuk deposito dengan jmgka
waktu 18 bulan, subsidi tersebut yang diberikan sebesar 8% setahun
pada 9 April 1974 telah menurun menjadi 6,% setahun sampai
dihapuskannya deposito tersebut sejak 13 Januari 1977.

6. Kredit Investasi

Kebijaksanaan kredit investasi dalam tahun 1977/78 merupakan


kelanjutan dari kebijaksanaan pada tahun-tahun sebelumnya. Dalam
perkem bang annya l ebi h l anj ut khus usnya sej ak 1 Januari 1978

186
program kredit investasi senantiasa ditujukan untuk membantu peng-
usaha golongan ekonomi lemah khususnya pengusaha pribumi.
Dalam rangka membantu Pemerintah Daerah/Kabupaten/Kota-
madya untuk membangun dan memugar pasar maka mulai tahun
1976/77 telah dimungkinkan pola bagi Pemerintah Daerah untuk
mendapatkan kredit investasi yang bunganya dibayar oleh Pemerintah
Pusat dengan jangka waktu 10 tahun. Dalam tahun 1976/77 dan
1977/78 telah disediakan dana sebesar masing-masing Rp. 20,0 milyar
d.an Rp. 23,0 milyar untuk keperluan tersebut.

Selama periode 1973/74 - 1977/78 jumlah realisasi pemberian


kredit investasi telah meningkat dari Rp. 119,3 milyar pada akhir
tahun 1973/74 hingga mencapai Rp. 289,7 milyar pada akhir tahun
1977/78. Jadi realisasi kredit investasi telah mengalami kenaikan
sebesar 142,8% selama waktu empat tahun atau rata-rata kenaikan
sebesar 24,8% per tahun (lihat Tabel III - 14 dan Grafik III - 6).
Hal ini disebabkan oleh karena pelaksanaan pemberian kredit
yang semakin lancar, persyaratan-persyaratan yang semakin ringan
dan kegiatan pembangunan yang semakin meningkat.

Sebagian besar dari kredit investasi terutama ditujukan untuk


membiayai sektor-sektor industri, sektor perhubungan dan pariwisata,
dan sektor pertanian. Pada akhir tahun 1974/75 dan 1975/76 sektor
perindustrian paling banyak mendapat pembiayaan kredit investasi,
masing-masing sebesar Rp. 72,4 milyar (50,7%) dan Rp. 81,9 milyar
(41,7%). Dalam tahun-tahun berikutnya yaitu dalam tahun-tahun
1976/77 dan 1977/78 bagian kredit investasi yang terbesar diterima
cleh sektor perhubungan & pariwisata yaitu masing-masing sebesar
Rp. 110,6 milyar (42,1%) dan Rp. 114,6 milyar (39,6%). Pergeseran
komposisi kredit investasi ini terutama disebabkan oleh semakin
meningkatnya pemberian kredit investasi untuk Perum Telekom. Di
lain pihak sektor lain-lain juga meningkat oleh karena pemberian
kredit untuk INPRES Pasar sejak tahun 1976/77.

Perkembangan pemberian kredit investasi menurut sektor ekonomi


dapat diikuti pada Tabel III - 14 dan Grafik III - 6.

187
TABEL III – 14
PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI MENURUT SEKTOR EKONOMI 1)
1973/74 – 1977/78
(dalam milyar rupiah)

1) Termasuk pembiayaan rupiah bantuan proyek tetapi tidak termasuk kredit Investasi Kecil (KIK)
Dan nilai lawan valuta asing bantuan proyek
2) Angka diperbaiki
3) Angka perkiraan

188
GRAFIK III – 6
PERKEMBANGAN PERSETUJUAN DAN REALISASI KREDIT INVESTASI
1973/74 – 1977/78

(milyar rupiah)

189
7. Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen
(KMKP), Kredit Mini dan Kredit Candak Kulak.

Pada awal tahun 1974 telah dilaksanakan program pemberian KIK


dan KMKP bagi para pengusaha kecil dengan persyaratan yang lebih
lunak serta dengan prosedur yang sederhana. Adapun tujuan dari
pada pemberian kredit tersebut adalah untuk memperkuat permodalan
bagi pengusaha kecil untuk mengembangkan usahanya dalam rangka
pemerataan hasil-hasil pembangunan. Berkat adanya penyederhanaan
prosedur serta penyempurnaan ketentuan-ketentuan pelaksanaannya,
maka selama periode tahun 1973/74 - 1977/78 pemberian KIK
dan KMKP telah memperlihatkan perkembangan jumlah yang semakin
meningkat (lihat Tabel III - 15).
Realisasi KIK yang pada akhir tahun 1973/74 berjumlah Rp. 4,0
milyar telah mengalami kenaikan sebesar Rp. 48,7 milyar sehingga
menjadi Rp. 52,7 milyar pada akhir tahun 1977/78, atau naik lebih
dari 13 kali. Jumlah KIK yang disetujui pada akhir Maret 1974
baru tercatat sebesar Rp. 5,7 milyar dan meliputi 4.611 nasabah. Pada
akhir Maret 1978 jumlah tersebut berkembang menjadi Rp. 79,2
milyar dan diberikan kepada 42.163 nasabah.

Realisasi KMKP juga mengalami kenaikan dengan pesat yaitu


dari Rp. 2,9 milyar pada akhir tahun 1973/74 menjadi Rp. 64.4
milyar pada akhir tahun 1977/78 atau naik sebesar 22 kali lebih.
Jumlah KMKP yang disetujui pada akhir Maret 1974 adalah sebesar
Rp. 4,5 milyar untuk 3.303 nasabah. Jumlah tersebut meningkat
menjadi Rp. 124,5 milyar pada akhir Maret 1978 dengan 335.366
nasabah. Selama periode tersebut jumlah nasabah meningkat lebih
dari 100 kali, terutama disebabkan oleh pemberian KMKP massal
yang mulai diberikan pada pertengahan tahun 1975.

Dalam tahun-tahun selanjutnya diharapkan realisasi KIK dan


KMKP akan meningkat dengan lebih besar lagi. Hal ini dimungkinkan
dengan telah dinaikkannya jumlah maksimum KIK dan KMKP serta
adanya penurunan suku bunga dan semakin sederhananya prosedur
KIK dan KMKP.

190
TABEL III – 15
PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI KECIL
DAN KREDIT MODAL KERJA PERMANEN
1973/74 – 1977 /78

191
Sejalan dengan pemberian KIK dan KMKP, untuk membantu
usaha rakyat yang dilakukan secara kecil-kecilan di daerah pedesaan,
sejak tahun 1974/75 telah dilaksanakan pemberian Kredit Kecil
(Kredit Mini) dengan jumlah antara Rp. 1 0 . 0 0 0 , - sampai
Rp. 100.000,-. Program Kredit Mini terdiri dari kredit mini untuk
keperluan investasi dan kredit mini untuk keperluan modal kerja.
Jangka waktu maksimum kredit mini untuk investasi adalah 3 tahun
dengan suku bunga 12% setahun, sedangkan untuk modal kerja
maksimum 1 tahun dengan suku bunga 15% setahun. Dana untuk
kredit mini ini berasal dari APBN dan disalurkan melalui Bank Rakyat
Indonesia (BRI) kecuali untuk Irian Jaya yang disalurkan melalui
Bank Ekspor Impor Indonesia.
Perkembangan pemberian Kredit Mini dapat diikuti pada Tabel
III - 16. Kredit Mini yang pada akhir tahun 1974/75 berjumlah
Rp. 2,1 milyar telah berkembang menjadi Rp. 5,0 milyar, Rp. 8,2
milyar dan Rp. 10,2 milyar, masing-masing pada akhir tahun-tahun
1975/76, 1976/77 dan 1977/78. Rada akhir Maret 1978 jumlah kredit
mini sebesar Rp. 10,2 milyar tersebut diberikan bagi keperluan in-
vestasi sebesar Rp. 1,7 milyar (17%) dan keperluan modal kerja
sebesar Rp. 8,5 milyar (83%) masing-masing meliputi 31.948 dan
210.080 nasabah.
Di samping KIK dan KMKP dan Kredit Mini, Pemerintah juga
telah memberikan bantuan keuangan untuk para pedagang kecil ter-
utama yang berada di pedesaan dalam bentuk Kredit Candak Kulak
(KCK). Program KCK ini dimulai pada tahun 1976/77 dan diberikan
tanpa jaminan serta dengan syarat yang sangat lunak dengan tujuan
utama untuk melindungi para pedagang kecil dari pengaruh lintah
darat. Pemberian KCK tersebut disalurkan melalui BUUD/KUD dengan
bimbingan dan pengawasan Direktorat Jenderal Koperasi. Jumlah
pinjaman berkisar antara Rp. 2.000,- - Rp. 15.000,- dengan
jangka waktu minimum 5 hari dan maksimum 7 bulan dan dikenakan
suku bunga sebesar 12'% setahun.
Dalam tahun 1976/77 jumlah pemberian K.C.K. tercatat sebe-
sar Rp. 930 juta. Selanjutnya dalam tahun 1977/78 kredit K.C.K.
telah meningkat menjadi Rp. 5.900 juta, yang berarti naik dengan

192
TABEL III - 16 PERKEMBANGAN KREDIT MINI 1974/75 - 1977/78

Baki Debet
Akhir Nasabah
( dalam jutaan rupiah )
Tahun/Bulan

Investasi Eksploitasi Jumlah Investasi Eksploitasi Jumlah

1974/75
Juni 67 363 430 1.300 3.673 4.973
September 290 882 1.172 4 247 26.357 30.604
Desember 389 1.209 1.598 6 076 40.674 46 750
Maret 331 1 806 2.137 5 842 55 982 61 824

1975/76
Juni 529 2.608 3.137 10.533 75.922 86.455
September 1.013 3 128 4.141 18.685 88.367 107.057
Desember 923 3.576 4.499 18.982 100.966 119.948
Maret 1.063 3.966 5.029 24.227 107.376 131.603

1976/77
Maret 1.474 6.718 8 192 33.228 174.545 207.773

1977/78
April 1.246 7.026 8.272 26.011
183.554 209.565
Mei 1.331 7.041 8.372 29.371 183.647 213.018
Juni 1.283 7.184 8.467 28.607 186.010 214.617
Juli 1.426 7.244 8 670 30.154 188.603 218.757
Agustus 1) 1.241 7.694 8.935 25.617 193.397 219.014
September ¹) 1.458 7,768 9.226 30.767 206.494 237.261
Oktober ¹) 1.713 7.653 9.366 35.840 198.617 234.457
Nopember 1.498 8.083 9.579 28.228 214.456 242.684
Desember 1.588 8112 9.700 29.441 202.721 232.162
Januari 2) 1.653 8.211 9.864 31.079 204.370 235.449
Pebruari 2) 1.681 8.350 10.031 31.513 207.223 238.736
Maret 2) 1. 710 8.491 10.201 31.948 210.080 242.028
1) Angka diperbaiki
2) Angka perkiraan

193
Rp. 4.90 juta (534,4%) dari jumlah K.C.K. dalam tahun sebelum-
nya. Dari jumlah Rp. 5.900 juta tersebut telah dilunasi sebesar
Rp. 4.852 juta sehingga posisi K.C.K. pada akhir Maret 1978 adalah
sebesar Rp. 1.048 juta yang merupakan 17,8% dari jumlah K.C.K.
yang diberikan. Peningkatan jumlah K.C.K. tersebut sejalan dengan
diperluasnya desa-desa yang ikut menikmati K.C.K. Seperti dike-
tahui, dalam tahun 1976/77 luasnya daerah yang menikmati K.C.K
baru mencakup enam propinsi di pulau Jawa dan Bali, kemudian
berkembang menjadi 12 propinsi dalam tahun 1977/78 termasuk
daerah-daerah di Sumatera dan Nusa Tenggara Barat. Sebagai akibat
diperluasnya desa-desa yang mendapat K.C.K., maka jumlah BUUD/
KUD juga telah bertambah dari 533 BUUD/KUD dalam tahun 1976/
77 menjadi 1.596 BUUD/KUD dalam tahun 1977/78.

8. Sertifikat Deposito
Program sertifikat deposito atau sertifikat bank bertujuan untuk
memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap surat-surat berharga
serta untuk merintis pembentukan pasar uang dan modal. Sertifikat
deposito dikeluarkan oleh beberapa bank Pemerintah dan bank Asing,
terdiri atas sertifikat yang berjangka waktu seminggu sampai dengan
yang berjangka waktu 12 bulan, dengan suku bunga berkisar antara
3% sampai 12% setahun.
Perkembangan sertifikat deposito selama periode tahun 1973/74
- 1977/78 dapat diikuti pada Tabel III - 17 dan Tabel III - 18.
Hari tabel-tabel tersebut tampak bahwa sejak tahun 1973/74 sampai
dengan tahun 1975/76 posisi sertifikat deposito telah meningkat de-
ngan pesat yaitu dari Rp. 56.753 menjadi Rp. 94.393 juta atau naik
dengan 66,3%. Hal ini berkaitan dengan jumlah penjualan sertifikat
deposito yang semakin meningkat. Dalam tahun 1976/77 jumlah
penjualannya menurun sehingga posisi pada akhir Maret 1977 me-
nurun dengan 50,5% menjadi Rp. 46.732 juta. Berkurangnya pen-
jualan sertifikat deposito yang dilakukan oleh bank-bank Pemerintah
disebabkan karena bank bank tersebut telah mempunyai kelebihan
dana. Sedangkan sertifikat deposito yang dikeluarkan oleh bank-
bank asing meningkat oleh karena bank-bank asing tersebut
meng-

194
TABEL III - 17
PERKEMBANGAN SERTIFIKAT DEPOSITO BANK-BANK,
1973/74 - 1977/78
(dalam jutaan rupiah)

Dalam
Periode Penjualan Pelunasan Peredaran 1)

April - Juni 1973 8.778 6.092 9.601


Juli - September 1973 22,186 9.480 29.811
Oktober - Desember 1973 22.748 12.715 31.735
Januari - Maret 1974 56.383 33.651 56.753

April - Juni 1974 75.059 54.126 77.484


Juli - September 1974 73.975 78.171 77.514
Oktober - Desember 1974 104.471 103.068 72.953
Januari - Maret 1975 121.363 116.067 79.531

April - Juni 1975 105.295 104.636 85.006


Juli - September 1975 125.635 117.751 93.780
Oktober - Desember 1975 102.897 111.628 81.808
Januari - Maret 1976 152.820 141.163 94.393

Juni 1976 80.632 102.331 71 .994


April -
Juli - September 1976 66.394 80.244 58.612
Oktober - Desember 1976 49.799 65.223 43.798
Januari - Maret 1977 73.760 69.302 46.732

1977 79.356 78.076 47.620


April - Juni
Juli - September 1977 73.967 81.279 39.820
Oktober - Desember 1977 71.926 59.526 52.209
Januari - Maret 1978 80.348 74.909 57.658

1) Termasuk sertifikat deposito Bank Ekspor Impor Indonesia yang tidak terperinci
jumlah penjualan dan pelunasannya sampai dengan Desember 1975 dan Bank
Rakyat Indonesia yang tidak terperinci jumlah penjualan dan pelunasannya
sejak Oktober 1975.

195
TABEL III - 18
POSISI SERTIFIKAT DEPOSITO BANK-BANK,
1973/74 - 1977/78
(dalam jutaan rupiah )

Akhir Tahun/Bulan Bank-bank Pemerintah 1) Bank-bank Asing 2) Jumlah

1973 23.381 8.354 31 735


1973/74 48.608 8.146 56.753
1974 64.732 8.221 72.953
1974/75 70.056 9.475 79.531
1975 71.117 10.691 81.808
1975/76
Juni 76.925 8.081 85.006
September 83.393 10.387 93.780
Desember 71.117 10.691 81.808
Maret 70.020 24.373 94.393
1976 24.883 18.915 43.798
1976/77
Jun i 51.893 20.101 71.994
September 38.126 20.486 58.612
Desember 24.883 18.915 43.798
Maret 14.540 32.192 46.732
1977 20.802 31.407 52.209
1977/78
April 15.701 27.036 42.737
Mei 13.949 32.031 45.980
Juni 14.306 33.314 47.620
Juli 16.753 38.551 56.304
Agustus 19.010 31.866 50.866
September 19.795 20.026 39.820
Oktober 21.192 25.392 46.584
Nopember 21.348 27.745 49.093
Desember 20.802 31.407 52.209
Januari 18.215 25.996 44.181
Pebruari 16.114 31.818 47.932
Maret 13.686 43.972 57.658

1) Bank Bumi Daya, Bank Negara Indonesia 1946, Bank Ekspor Impor
Indonesia, Bank Dagang Negara dan Bank Rakyat Indonesia.
2) City Bank, American Express International Banking Corporation, Algemene
Bank Nederland Bangkok Bank Ltd., The Hongkong and Shanghai Banking
Corporation, The Chase Manhattan Bank N.A. dan Bank of Tokyo.

196
alami kekurangan dana. Dalam tahun 1977/78 penjualan sertifikat
deposito telah meningkat kembali dengan 23,4%, sehingga menjadi
Rp. 57.658 juta dan terutama disebabkan oleh penjualan sertifikat
oleh bank-bank asing.

E. PERKEMBANGAN LEMBAGA PERBANKAN DAN LEMBA-


GA LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA.

Di samping menjaga kemantapan stabilisasi ekonomi dan me-


mupuk dana tabungan masyarakat serta mengarahkan pemberian
kredit sesuai dengan prioritas pembangunan, kebijaksanaan moneter
juga diarahkan untuk mengembangkan suatu sistim moneter yang
sehat yang dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi kelan-
caran kegiatan ekonomi dan pembangunan. Untuk memulihkan dan
memupuk kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan serta
untuk mendorong pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan lainnya,
maka dilaksanakan pembinaan dan pengembangan lembaga-lembaga
keuangan, sebagai prasarana institusionil yang penting dan sebagai
penunjang kegiatan ekonomi dan pembangunan. Pembinaan tingkat
kesehatan bank-bank nasional dilakukan dengan jalan memulihkan
dan memupuk kepercayaan masyarakat kepada perbankan, sehingga
dapat diciptakan jaminan keamanan dan effisiensi penggunaan dana-
dana masyarakat dan pelayanan lalulintas pembayaran secara cepat
dan effisien. Juga diberikan perhatian terhadap perluasan pemberi-
an jasa-jasa bank secara geografis sampai kepada tingkat kabupaten.
Pemberian fasilitas perpanjangan jangka waktu kelonggaran pajak
juga diberikan bagi bank-bank yang ingin mengadakan penggabung-
an usaha dalam rangka meningkatkan peranan bank-bank swasta
nasional mengingat bahwa proses penggabungan tersebut memakan
waktu yang cukup lama. Untuk memelihara fungsi uang rupiah se-
bagai alat pembayaran di dalam masyarakat, kepada bank-bank
devisa juga dilarang untuk menerbitkan cek/giro bilyet dalam bentuk
valuta asing.
Kemudian agar masyarakat luar atau para nasabah dapat mem -
peroleh informasi yang jelas mengenai keadaan keuangan bank,

197
kepada bank-bank diwajibkan untuk mengumumkan neracanya di
dalam surat-surat kabar atau tempat yang dapat dilihat.
Tujuan diadakannya usaha-usaha penumbuhan dan pembinaan
lembaga-lembaga keuangan bukan bank ialah untuk dapat menggali
dan memanfaatkan lebih banyak potensi tabungan masyarakat yang
semestinya disalurkan melalui lembaga keuangan bukan bank. Se-
jalan dengan usaha tersebut antara lain dimulai dengan pengeluaran
Sertifikat Bank Indonesia dan dilanjutkan dengan pengeluaran serti-
fikat deposito, sebagai usaha untuk memulihkan kepercayaan masya-
rakat terhadap surat-surat berharga.
Jumlah bank-bank umum sejak akhir Maret 1973 sampai dengan
akhir Pebruari 1978 menunjukkan penurunan, yaitu dari 130 bank
menjadi 99 bank. Akan tetapi jumlah kantor-kantornya, yang terdiri
dari kantor pusat dan kantor-kantor cabang bertambah, yaitu dari
897 kantor menjadi 974 kantor. Selain adanya penggabungan usaha
(merger) di kalangan bank swasta nasional mengikuti anjuran Peme -
rintah juga adanya bank-bank yang dicabut izin usahanya adalah
faktor-faktor yang merupakan sebab dari penurunan tersebut. Sejak
tahun 1971 tercatat sebanyak 64 bank swasta nasional yang ber-
gabung menjadi 21 bank baru, sebagai hasil pelaksanaan dari anjuran
Pemerintah untuk melakukan penggabungan usaha (merger). Peme-
rintah memberikan kelonggaran perpajakan bagi bank-bank swasta
nasional yang bergabung dalam rangka mendorong bank-bank ter-
sebut untuk melakukan penggabungan usaha (merger). Sejak tahun
1971 sampai dengan Maret 1978 kelonggaran perpajakan telah 5 kali
diperpanjang, di mana perpanjangan terakhir yang berlaku sam-
pai dengan 31 Desember 1977 kemudian diperpanjang lagi sampai
dengan akhir Maret 1978.
Jumlah bank-bank pembangunan tidak berubah yaitu tetap se-
banyak 28 buah sejak akhir Maret 1973 sampai dengan akhir Pebru-
ari 1978. Sedangkan jumlah kantor-kantornya bertambah sebanyak
34 kantor sehingga keseluruhan menjadi 152 kantor pada akhir
Pebruari 1978.
Hal ini mencerminkan adanya parkembangan usaha bank-bank
pembangunan. Jumlah kantor yang bertambah disebabkan pendirian

198
kantor-kantor cabang baru yang lebih banyak dari jumlah kantor
cabang yang ditutup sejak akhir tahun 1972/73.
Jumlah bank-bank tabungan dan kantor kantornya turun dengan
4 bank dan 3 kantor sejak akhir Maret 1973 sampai dengan akhir
Pebruari 1978, yaitu dari 11 bank dengan 17 kantor-kantor cabang
menjadi 7 bank dengan 14 kantor-kantor cabangnya. Dalam penu-
runan ini terdapat di antaranya 3 bank tabungan swasta yang ditutup
karena tidak memenuhi ketentuan Undang-undang Pokok Perbankan
Tahun 1976 tentang bank tabungan.
Jumlah kantor cabang bank-bank asing tetap tidak mengalami
perubahan, yaitu sebanyak 10 buah ditambah dengan 1 bank cam-
puran (joint venture). Pembatasan terhadap jumlah kantor cabang
bank asing tetap diadakan dan pembatasan ini ditujukan untuk me -
lindungi bank-bank nasional dari persaingan yang terlalu tajam dari
bank-bank asing. Di samping kegiatannya yang hanya diperbolehkan
di Jakarta, juga kegiatan pemberian jasa-jasa bank oleh kantor cabang
bank asing tersebut kepada usaha-usaha di luar Jakarta hanya dapat
dilakukan melalui kerjasama dengan bank-bank nasional. Bank-bank
asing tersebut yang memiliki 7 kantor cabang pembantu pada akhir
Maret 1973 telah meningkat menjadi 9 kantor cabang pembantu pada
akhir Pebruari 1978.
Bank-bank asing yang tidak beroperasi di Indonesia diizinkan
untuk membuka kantor-kantor perwakilannya tetapi dengan fungsi
yang terbatas sebagai penghubung dalam melancarkan transaksinya
antara pihak-pihak di Indonesia dengan kantor pusatnya di luar negeri.
Hal ini dimaksudkan guna memperluas kesempatan bank-bank asing
untuk ikut serta dalam usaha pembangunan Indanesia. Sejak akhir
Maret 1973 sampai dengan akhir Pebruari 1978, jumlah bank asing
yang telah membuka perwakilannya meningkat dari 21 menjadi 47
buah.
Jumlah bank devisa masih tetap sebanyak 8 buah pada akhir
Maret 1978. Bank-bank tersebut merupakan bank-bank swasta nasio-
nal yang telah ditunjuk sebagai bank devisa, 4 di iantaranya ditunjuk
setelah akhir Maret 1973. Ketentuan baru mengenai persyaratan dan

199
prosedur penunjukkan bank swasta sebagai bank devisa telah dike-
luarkan oleh Bank Sentral pada bulan September 1977.
Persyaratan-persyaratan yang diteGapkan adalah berhubungan
dengan kebijaksanaan Bank Sentral untuk membina bank-bank swasta
nasiorial yang antara lain meliputi pemilikan (sedikitnya 50% saham
oleh golongan pribumi) golongan atau tingkat kesehatan bank, per-
syaratan penggabungan usaha (merger) dan keharusan penjualan saham
kepada umum.
Beberapa bank swasta bersama-sama dengan bank-bank Peme-
rintah telah diikut sertakan pula dalam pemberian Kredit Investasi
Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) kepada
golongan pengusaha ekonomi lemah dengan menerima fasilitas kredit
likwiditas dari Bank Indonesia. Adapun maksud diikut sertakannya
bank swasta adalah untuk lebih membantu dan lebih melibatkan
bank-bank umum swasta nasional dalam peilaksanaan program Pe -
merintah.
Ketentuan Bank Sentral tentang golongan-golongan bank swasta
yang dapat dinilai sehat, kurang sehat dan tidak sehat berdasarkan
kriteria atau persyaratan-persyaratan yang ditetapkannya, merupakan
usaha lain dari Bank Sentral dalam rangka membina bank-bank swasta
nasional menjadi bank yang sehat serta meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada bank-bank tersebut. Penentuan tingkat kesehatan
bank dinyatakan dengan menilai faktor-faktor seperti keadaan keuangan,
cara kerja yang dipakai untuk mencapai keadaan keuangan tersebut
yang berpedomankan pada azas perbankan yang sehat, serta
kepatuhannya terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Lembaga-lernbaga keuangan bukan bank yang telah didirikan
hingga saat ini bergerak sebagai perantara dalam penerbitan dan per-
dagangan surat-surat berharga (Investment Finance Corporation),
bergerak di bidang pembiayaan pembangunan (Development Finance
Corporation), dan sebagai perwakilan lembaga-lembaga keuangan bu-
kan bank di luar negeri. Tujuannya adalah untuk menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya melalui pasar uang dan modal.
Lembaga-lembaga keuangan bukan bank tersebut di atas yang
bergerak sebagai perantara dan perdagangan surat-surat berharga ada

200
sebanyak 10 lembaga, di bidang pembiayaan pembangunan sebanyak
2 lembaga, dan sebagai perwakilan lembaga keuangan bukan bank
di Iua,r negeri sebanyak 3 kantor. Dengan demikian maka jumlah
lembaga-lembaga. keuangan bukan bank sampai dengan akhir Maret
1978 ada sebanyak 15 buah.
Hingga pada akhir Desember 1977 lembaga-lembaga keuangan
bukan bank tersebut telah dapat menghimpun dana sebesar Rp. 136
milyar dari jumlah mana telah ditanam sebesar Rp. 132 milyar.
Lembaga-lembaga keuangan bukan bank yang khusus juga telah
dikembangkan, seperti PT Bahana, PT Askrindo dan Lembaga Ja-
minan Kredit Koperasi dalam rangka usaha membantu memenuhi
kebutuhan kredit pengusaha golongan ekonomi lemah.
PT Bahana bertugas dan wajib membantu dalam hal permodalan
dan dalam pengelolaan manajemen perusahaan-perusahaan perseroan
terbatas golongan kecil dan menengah. Bahana yang berdiri sejak
tahun 1973 telah bekerja sama dengan bank-bank Pemerintah dan
dengan Bancom Development Corporation dari Philipina. Jumlah
investasi yang dilaksanakan oleh PT Bahana sampai dengan Desember
1977 adalah sebesar Rp. 470,2 juta. Kesulitan-kesulitan yang masih
dihadapi PT Bahana umumnya disebabkan oleh karena perusahaan-
perusalhaan kecil yang ada belum berbentuk Perseroan Terbatas.
PT Askrindo bertugas memberikan jaminan kredit bagi perusa-
haan-perusahaan kecil dan pengusaha-pengusaha golongan ekonomi
lemah. Besarnya biaya premi adalah 3 % setahun dan besarnya asuran-
si mencapai 75 % dari jumlah kredit yang dijamin. Sejak didirikan-
nya dalam tahun 1971 hingga pada akhir Maret 1977 posisi kredit
yang dijamin oleh PT Askrindo adalah sebesar Rp. 88.458,0 juta atau
naik dengan 49,0% dibandingkan dengan keadaan pada akhir Maret
1976 sebesar Rp. 59.365,5 juta. Selanjutnya kredit yang dijamin oleh
PT Askrindo telah meningkat menjadi Rp. 219.053,- juta pada akhir
September 1977 atau naik dengan 147,6% dibandingkan posisi akhir
Maret 1977.
Lembaga Jaminan Kredit Koperasi berfungsi memberikan ja-
minan terhadap kredit yang diberikan oleh BRI kepada Koperasi -
koperasi. Sejak dibentuknya dalam tahun 1970 sampai dengan akhir

201
Maret 1976 jaminan kredit yang telah dikeluarkan oleh lembaga ter-
sebut berjumlah Rp. 15.304,9 juta, kemudian meningkat menjadi
Rp. 17.377,7 juta pada akhir Maret 1977. jumlah jaminan tersebut
kemudian meningkat lagi dengan 18,0% menjadi Rp. 20.509,9 juta
pada akhir Maret 1978.
Pasar uang antar bank mulai dirintis sejak 1974 khususnya dalam
rangka usaha pembinaan pasar uang dan modal. Selanjutnya dike-
luarkan pengaturan dan ketentuan pelaksanaan tentang tata cara pena-
waran efek-efek di pasar modal. Di dalam pengaturan dan ketentuan
pelaksanaannya terkandung persyaratan-persyaratan yang mesti dipe-
nuhi oleh perusahaan yang akan menawarkan sahamnya di pasar
modal. Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain adalah pernyataan
pendaftaran, penyusunan prospektus, penyampai,an laporan keuangan
yang diperiksa oleh akuntan publik yang menunjukkan keuntungan
selama 3 tahun berturut-turut dan lain-lain. Kemudian pada tahun
1975 dikeluarkan ketentuan tentang pembebasan pajak atas bunga,
dividen dan royalty yang diperoleh dari beberapa surat berharga yang
hendak diperdagangkan di pasar uang.
Serangkaian peraturan tentang pasar uang dan modal juga telah
dikeluarkan pada akhir tahun 1976 guna melindungi kepentingan para
penanam modal dalam perusahaan-perusahaan yang hendak menjual
saham-sahamnya di pasar modad. Di samping itu untuk mengendalikan
serta melaksanakan pasar modal agar sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah maka didirikan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPE-
PAM).
Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 52/1976 maka fungsi
BAPEPAM adalah mengadakan penilaian terhadap perusahaan yang
akan menjual saham-sahamnya melalui pasar modal, menyelanggara -
kan bursa pasar modal, dan mengikuti perkembangan perusahaan yang
menjual saham-sahamnya di pasar modal. Dalam waktu yang bersama-
an telah didirikan pula PT Danareksa, yang bertugas memecah saham-
saham yang dikeluarkan oleh .perusahaan-perusahaan menjadi sertifikat
saham dengan nilai nominal lebih kecil sehingga dapat terjangkau
oleh penanam modal kecil dalam rangka usaha pemerataan pendapatan
melalui pemilikan saham perusahaan oleh masyariakat luas. Sejak

202
Agustus 1977 emisi saham dari pabrik semen Cibinong telah dijamin
oleh PT Danareksa, dan selanjutnya sertifikat sahamnya yang masing -
masing bernilai Rp. 10.000,- telah dijual kepada masyarakat.
Sektor perasuransian di Indonesia yang meliputi perusahaan asu -
ransi sosial, asuransi jiwa dan asuransi kerugian juga telah mengalami
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini timbul sejalan dengan
kemantapan tata kehidupan perekonomian dan laju pembangunan
nasional.
Perkembangan kegiatan usaha perasuransian hendaknya dilihat
sebagai sarana penunjang bagi kelangsungan laju pembangunan dan tidak
merupakan kegiatan yang berdiri sendiri. Selanjutnya, usaha asuransi jiwa
dan asuransi sosial khususnya berperan sebagai salah satu
wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, di samping
sebagai sarana penggerak modal masyarakat ke arah pem biayaan
pembangunan.
Posisi investasi dana assuransi telah meningkat dari Rp. 10.192,0
juta pada akhir Desember 1972 menjadi Rp. 7 2 . 6 4 1 , - juta pada akhir
Desember 1976.
Posisi investasi dana asuiransi yang kian meningkat setiap tahun-
nya menunjukkan semakin berkembangnya kegiatan usaha di bidang
perasuransian serta bertambahnya kesadaran masyarakat terhadap
perasuransian. Hal tersebut disebabkan oleh karena berhasilnya bim-
bingan dan penyuluhan yang terus dilaksanakan.
Asuransi jiwa dan asuransi kerugian dewasa ini sebagian besar
sudah berada di tangan swasta nasional ataupun dalam bentuk ga -
bungan dengan perusahaan asuransi asing, sedangkan perusahaan
asuransi sosial masih tetap ditangani sendiri oleh Pemerintah.
Di dalam sektor asuransi sosial tergabung perusahaan asuransi
seperti Perum Taspen, Perum Asabri, Perum Jasa Raharja dan Asu-
ransi Kesehatan. Di samping itu, Asuransi Sosial Tenaga Kerja (AS
TEK) telah dibentuk Pemerintah dengan tujuan. menyediakan jamin-
an sosial untuk tenaga kerja, khususnya jaminan sosial yang secara
minimum dan mutlak diperlukan. Program ASTEK itu sendiri dikait -
kan dengan asuransi kematian, dan di dalamnya tercakup Program
Asuransi Kesehatan Kerja dan Program Tabungan Hari Tua.

203
Di sektor asuransi jiwa terdapat 12 perusahaan yang terdiri dari
11 perusahaan adalah milik swasta nasional dan satu perusahaan
milik negara oleh karena di sektor asuransi berlaku ketentuan
larangan beroperasinya perusahaan asuransi jiwa asing.
Di sektor asuransi kerugian telah diberikan kelonggaran perpa-
jakan oleh Pemerintah bagi perusahaan asing yang membentuk
perusahaan bersama dengan perusahaan asuransi kerugian nasional.
Jumlah perusahaan yang menjalankan kegia-tan di sektor ini terdiri
dari satu perusahaan milik negara, 3 perusahaan reasuransi, 39 per-
usahaan swasta nasional dan 12 perusahaan asuransi kerugian asing.
Dari jumlah perusahaan asuransi kerugian asing tersebut, 11 perusa-
haan di antaranya telah mengalihkan bentuk usahanya menjadi per-
usahaan patungan dengan perusahaan asuransi kerugian nasional
untuk menyesuaikan diri dengan anjuran Pemerintah sedangkan satu
perusahaan lagi masih dalam taraf penyelesaian. Selanjutnya sejak
bulan Juli 1974 telah diadakan keharusan untuk meningkatkan modal
setor perusahaan secara bertahap, sehingga diharapkan semua per-
usahaan asuransi kerugian dapat memiliki modal setor perusahaan
minimal sebesar Rp. 100,- juta pada akhir Maret 1978.
Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan
melalui dana pensiun Pemerintah, maka pada tanggal 22 Nopember
1977 juga telah diambil langkah untuk menetapkan batas pendapatan
bebas pajak dan iuran pensiun serta premi asuransi jiwa yang dike-
luarkan perusahaan.

204

Anda mungkin juga menyukai