Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Kafa’ah 3
B. Dasar hukum Kafa’ah
C. Kriteria Kafa’ah
D. Waktu berlakunya Kafa’ah
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kafa’ah dalam pernikahan
2. Bagaimana hukum kafa’ah
3. Apa saja kriteria dalam kafa’ah
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian kafa’ah dalam pernikahan
2. Menjelaskan hukum kafa’ah
3. Menjelaskan hal-hal yang menjadi kriteria dalam kafa’ah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kafa’ah
3
4
1. Al – Qur’an
a. Al- Maidah (5) : 5
b. An-Nur (24) : 26
2. Al – Hadits
a. Riwayat Ali bin Abi Thalib ra, bahwasannya Rasulullah
saw bersabda kepadanya, “wahai Ali, janganlah engkau
6
C. Kriteria Kafa’ah
1. Agama
Agama menjadi hal yang paling pokok dan paling penting. Semua
ulama sepakat bahwa perlu adanya kafa’ah dalam hal agama.
Sebagaimana firman Allah dalam surat As-sajdah ayat 18 :
7
2. Nasab (keturunan)
Nasab merupakan salah satu hal yang penting yang termasuk
dalam kafa’ah. Setiap manusia pasti memiliki silsilah keturunan
masing-masing sebagaimana yang Allah telah jelaskan dalam Al-
Qur’an:
“Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan
manusia itu (mempunyai) keturunan dan musaharah dan Tuhanmu
adalah Maha Kuasa” (QS. Al-Furqan (25) : 54)
Ayat ini merupakan ayat dalam bab kafa’ah. Yang dimaksudkan
nasab disini adalah keturunan dan hubungan dalam kekeluargaan yang
berasal dari perkawinan.
3. Merdeka
Merdeka yang dimaksudkan disini adalah orang yang bukan
termasuk hamba sahaya atau budak. Hal ini berpacu kepada firman
Allah yang berbunyi:
4. Harta
5. Pekerjaan
6. Ketakwaan
(QS. An-Nur (24) : 3)
7. Tidak cacat
a. Gila
b. Kusta
c. Penyakit kelamin
d.
e. impotensi
ق لِ ْل َمرْ أَ ِة
ٌّ ص َّحتِ ِه بَلْ أِل َنَّهَا َح ِ فِي ْال َكفَا َء ِة ْال ُم ْعتَبَ َر ِة فِي النِّ َك:ٌفَصْ ل
ِ ِاح اَل ل
َو ْال َولِ ِّي فَلَهُ َما إ ْسقَاطُهَا
“Pasal tentang kafa`ah yang menjadi pertimbangan dalam nikah, bukan
pada soal keabsahannya, namun hal tersebut merupakan hak calon istri dan
wali, maka mereka berdua berhak menggugurkannya.”
Dari pasal diatas dijelaskan bahwa orang yang berhak memberikan
ukuran kafa’ah atau tidak adalah pihak perempuan dan walinya. Hal ini
karena para ulama berpendapat bahwa apabila terjadi ketidak setaraan
9
antara pihak suami dan pihak istri maka akan lebih berpengaruh kepada
pihak istri. Karena jika seorang lelaki menikah dengan perempuan yang
status sosialnya lebih rendah darinya maka hal ini tidak akan menurunkan
derajat laki-laki tersebut. Berbeda hal nya jika itu terjadi pada perempuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
11