ABSTRAK
Proses produksi sampah merupakan proses berkesinambungan, semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk, maka
volume sampah yang dihasilkan oleh suatu wilayah akan semakin besar. Suatu paradigma yang harus dipahami
bahwa sampah dapat dikurangi, digunakan kembali, dan didaur ulang, dikenal dengan istilah 3R (Reduce, Reuse,
Recycle). Dengan memaksimalkan pemanfaatan sampah biodegradable sebagai bahan kompos, dan material non
biodegradable sebagai bahan daur ulang, maka efisiensi pengelolaan sampah di Kota Tanah Grogot dapat
meningkat dengan signifikan. Sebagai implementasi peningkatan efisiensi tersebut, maka perlu dilakukan
perencanaan fasilitas pengelolaan sampah yang terpadu dan bernilai ekonomis atau disebut sebagai Material
Recovery Facilities (MRF).
Berdasarkan hasil penelitian, laju timbulan sampah masyarakat di Kota Tanah Grogot sebesar 1,97 lt/org/hr dengan
komposisi sampah organik 69,71% dan sampah non organik 30,29%. Analisis dilakukan dengan menganalisa
timbulan dan komposisi sampah yang digunakan untuk merencanakan MRF yang berfungsi sebagai fasilitas daur
ulang barang lapak dan fasilitas pengomposan dengan menggunakan metode open windrow. Pada perencanaan
pembangunan MRF, sampah yang akan dikelola sebesar 50% dari volume sampah eksisting, yaitu 18,87 m³/hari
dengan menghasilkan produksi kompos 2,35 m³/hari dan barang lapak 11,83 m³/hari. Lahan yang tersedia untuk
kegiatan MRF seluas 1900 m² dengan total keseluruhan lahan yang dibutuhkan seluas 564,93 m² terdiri dari lahan
pengolahan sampah organik, lahan pengolahan sampah non organik dan komponen penunjang fasilitas MRF.
Kata kunci: Material Recovery Facilities, Kota Tanah Grogot, dan Kabupaten Paser.
1
Makalah Seminar Nasional Teknologi Lingkungan VII
Surabaya, 25 – 26 Oktober 2010
2
Makalah Seminar Nasional Teknologi Lingkungan VII
Surabaya, 25 – 26 Oktober 2010
Batang, Desa Tanah Periuk dan Desa Janju, tingkat pendapatan relatif tinggi, sedang
serta sebagian wilayah Kecamatan Pasir dan rendah.
Belengkong yaitu Desa Sangkuriman dan Desa Maka untuk lebih mewakili
Tanah Periuk. pengambilan sampel jumlah keluarga yang
disampling sebanyak 168 rumah.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan dan perlengkapan yang 2. Metode pengukuran dan perhitungan
diperlukan untuk pengambilan dan pengukuran a) Menghitung berat jenis sampah
sampel timbulan dan karakteristik sampah Dalam perhitungan berat jenis sampah
domestik, antara lain sarung tangan, masker, menggunakan rumus sebagai berikut:
kantong plastik (volume ± 40 L), timbangan Berat Sampah (kg)
Berat Jenis Sampah =
dacin ukuran 50 - 100 kg, alat pengukur volume Volume Sampah (m3 )
berupa kotak triplek yang berukuran 20 x 20 x b) Rumus yang digunakan mengukur
20 cm dan berukuran 1,0 x 0,5 x 1,0 m, volume sampah dalam kotak sampling:
penggaris, sekop, stiker untuk identitas sampel Volume Sampah = Luas Kontak x Tinggi Sam
pah
yang ditempelkan di kantong plastik, spidol, c) Menghitung persentase komposisi
bolpoint serta kertas form pengisian data Komposisi sampah dihitung dengan
sampah. menggunakan rumus:
Berat Komponen
% Komponen = x 100%
Berat Total Komponen
3.4. Prosedur Penelitian
3. Tata cara pengambilan dan pengukuran
Tata cara pengambilan dan pengukuran
contoh sampah domestik. Metode
sampel timbulan dan komposisi sampah
pengambilan dan pengukuran contoh
domestik dilakukan berdasarkan Standar
sampah domestik meliputi:
Nasional Indonesia (SNI) Persampahan 19-
a) Menentukan lokasi pengambilan contoh
3964-1995 mengenai metode pengambilan dan
dan membagikan kuisioner pada masing-
pengukuran contoh timbulan dan komposisi
masing lokasi pengambilan yang telah
sampah perkotaan yang meliputi lokasi, cara,
ditentukan.
pengambilan, jumlah contoh, frekuensi
b) Menyiapkan peralatan dan melakukan
pengambilan, serta pengambilan dan
sampling dan pengukuran sebagai berikut:
perhitungan.
• membagikan kantong plastik yang sudah
1. Penentuan Jumlah Sampel
diberi tanda kepada sumber sampah satu
a) Perhitungan jumlah jiwa menggunakan hari sebelum pengumpulan, selanjutnya
persamaan berikut: mengumpulkan kantong plastik yang
Jumlah penduduk keseluruhan pada sudah terisi sampah dan mengangkutnya
tahun 2009 = 14801 jiwa, maka: ke tempat pengukuran
S = 0,5 14801 = 122 , jadi jumlah jumlah contoh • mencampur sampah yang telah diambil
jiwa (S) = 122 dari rumah penduduk terpilih, kemudian
b) Perhitungan jumlah keluarga yang sampah tersebut dicampur menjadi satu
disampling mengunakan persamaan berikut: dan ditimbang hingga diperoleh berat 100
K=
122
= 24
kg. Selanjutnya menimbang kotak
5 pengukur dan menuangkan secara
Maka jumlah keluarga yang disampling bergiliran kedalam kotak pengukur dan
sebanyak 24 titik sampling. Pengambilan sampel menghentak kotak pengukur sebanyak 3
sampah domestik dilakukan berdasarkan kali dengan ketinggian kotak 20 cm.
beberapa faktor antara lain: Kemudian sampah dipilah berdasarkan
• Pendekatan pada setiap jalan yang komponen sampah.
terdapat di Kota Tanah Grogot yaitu c) Menghitung komponen komposisi sampah
meliputi 56 jalan yang merupakan daerah dengan cara menimbang sampah total
terlayani pelayanan sampah. kemudian memilah sampah sesuai
• Stratifikasi pengambilan sampel dilakukan karakteristik serta menimbang dan
dengan cara pengambilan data kuisioner menghitung komposisi sampah. Pengukuran
yang disajikan pada lampiran 45, antara ini dilakukan untuk mengetahui kuantitas
lain berdasarkan tingkat perekonomian dan jenis sampah yang akan diolah di MRF.
penduduk dengan klasifikasi penduduk
3
Makalah Seminar Nasional Teknologi Lingkungan VII
Surabaya, 25 – 26 Oktober 2010
4.1 Gambaran Umum Daerah Perencanaan komposisi sampah yang dihasilkan di Kota
4.1.1 Batas Geografi Tanah Grogot dapat dilihat pada gambar 1.
Lokasi perencanaan terdapat di Kota Sampah Organik 69,71
m
K
S
p
h
n
o
e
a
Lain-lain 1,39
0 10 20 posisi 3S0ampah (%
Kom 40) 50 60 70 80
Selatan
• 116o10’ Bujur Timur - 116o13’ Bujur
Timur
Gambar 1. Grafik Komposisi Fisik Sampah Kota
4.1.2 Batas Administrasi
Tanah Grogot
Secara administrasi Kota Tanah Grogot
memiliki luas wilayah keseluruhan ± 335,53
4.3.2 Recovery Factor Eksisting
km². Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Tabel 1. Recovery FactorKondisi Eksisting
(BPS) tahun 2010, Kecamatan Tanah Grogot
Faktor
berada pada batas wilayah administrasi: Komposisi sampah Recovery
• Sebelah utara berbatasan dengan (%)
Kecamatan Kuaro Sampah basah -
• Sebelah selatan berbatasan dengan Plastik total
Kecamatan Paser Belengkong - gelas air mineral 100
• Sebelah barat berbatasan dengan - botol air mineral 100
Kecamatan Kuaro - plastik bening (PP) -
• Sebelah timur berbatasan dengan Selat - plastik PP warna 29
Makassar - plastik kresek -
- bak plastik 60
- plastik lain-lain 7
4.1.3 Teknik Pengelolaan Sampah
Logam total
Teknik pengelolaan sampah di Kota
- logam aluminium 90
Tanah Grogot antara lain meliputi: - besi / kaleng 80
1) Sistem Pewadahan - tembaga 95
Sistem pewadahan sampah di Kota Tanah - logam lain-lain 14
Grogot menggunakan sistem komunal Kertas total
langsung. Jenis wadah yang digunakan ada 2 - kertas putih (HVS) 86
macam yaitu pewadahan tetap dan - kertas berwarna -
pewadahan tidak tetap. Pewadahan tetap - kertas koran 84
memiliki volume ±2 m³. Sedangkan - kardus 90
pewadahan semi permanen ±0,5 m³. - kertas lain-lain 6
2) Sistem Pengumpulan Karet total
Pengumpulan merupakan proses - ban -
pengangkutan dari sumber sampah menuju - karet lain-lain -
Tempat Pembuangan Sampah Komunal Kayu -
(TPK). Sistem pengumpulan sampah di Kaca
Kota Tanah Grogot pada umumnya - botol kaca kecil 30
menggunakan pola pengumpulan secara - botol kaca besar 90
komunal langsung. - kaca lain-lain -
Kain -
Spon -
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Timbulan Sampah
4.3 Perhitungan Jumlah Sampah Domestik
Berdasarkan hasil pengukuran dan
perhitungan dari semua kategori, maka laju yang akan Di Kelola di MRF
4.3.1 Volume dan Berat Sampah
timbulan sampah per orang per hari di Kota
Tanah Grogot sebesar 1,97 lt/org/hr. Persentase Berdasarkan hasil pengukuran, volume
sampah yang dihasilkan di Kota Tanah Grogot
4
Makalah Seminar Nasional Teknologi Lingkungan VII
Surabaya, 25 – 26 Oktober 2010
sebesar 37,74 m³/hari dengan berat sampah hasil perhitungan bahwa jenis sampah kertas
sebesar 9196 kg/hari. Pada perencanaan awal pada kondisi eksisting yang diambil oleh
pembangunan MRF, sampah yang akan dikelola pemulung pada saat ini berupa kertas HVS
di MRF hanya 50% dari jumlah seluruh total putih sebesar 86%, kardus sebesar 90%, kertas
sampah pada tahun perencanaan, yaitu berat koran sebesar 84%, kertas lain-lain sebesar 6%.
sampah yang akan dikelola sebesar 4598 kg/hari Sedangkan jenis sampah kertas yang
dengan volume sebesar 18,87 m³/hari. masih memiliki potensi daur ulang berupa kertas
HVS putih sebesar 1,75%, kertas warna sebesar
4.3.2 Recovery Factor Rencana MRF 23,47%, kertas koran sebesar 3,48%, kardus
4.3.2.1 Recovery Factor Sampah Plastik sebesar 6,09% dan kertas lain-lain 9,28%.
Berdasarkan hasil observasi lapangan, Jumlah persen recovery sampah yang diambil
sampah plastik pada kondisi eksisting yang pemulung dan persen recovery jenis sampah
diambil oleh pemulung berupa botol air mineral yang berpotensi daur ulang merupakan persen
sebesar 100%, gelas air mineral 100%, plastik recovery rencana yang digunakan untuk
warna 29%, bak plastik 60% dan plastik lain-lain menghitung jumlah sampah kertas yang dapat
sebesar 7%. Sedangkan jenis sampah plastik didaur ulang di MRF berupa kertas HVS putih
yang masih memiliki potensi daur ulang yaitu sebesar 87,75%, kertas warna sebesar 23,47%,
botol air mineral sebesar 0%, gelas air mineral kertas koran sebesar 87,48%, kardus sebesar
0%, plastik bening 23%, plastik warna 19%, bak 96,09% dan kertas lain-lain 15,28%.
plastik 20% dan plastik lain-lain sebesar 9%.
Jumlah persen recovery sampah yang 4.3.2.4 Recovery Factor Sampah Kaca
diambil pemulung dan persen recovery jenis Sampah kaca yang didaur ulang pada
sampah yang berpotensi daur ulang merupakan kondisi eksisting oleh pemulung berupa botol
persen recovery rencana yang digunakan untuk kaca kecil sebesar 30% dan botol kaca besar
menghitung jumlah sampah plastik yang dapat sebesar 90%. Sedangkan sampah kaca yang
didaur ulang di MRF berupa botol air mineral masih memiliki potensi daur ulang berupa botol
sebesar 100%, gelas air mineral 100%, plastik kaca kecil sebesar 23,53%, botol kaca besar
bening 23%, plastik warna 48%, plastik keresek sebesar 0,73% dan kaca lain-lain
20%, bak plastik 80% dan plastik lain-lain 5,4%.Berdasarkan hasil perhitungan, maka
sebesar 16%. jumlah jenis sampah kaca yang dapat didaur
ulang di MRF berupa botol kaca kecil sebesar
4.3.2.2 Recovery Factor Sampah Logam 53,53%, botol kaca besar sebesar 90.73% dan
Sampah logam yang didaur ulang pada kaca lain-lain 5,4%.
kondisi eksisting oleh pemulung dan memiliki
nilai ekonomi yang cukup tinggi berupa logam 4.4. Kesetimbangan Massa Sampah
aluminium 90%, besi/kaleng 80%, tembaga 95%, Kesetimbangan massa sampah
logam lain-lain 14%. Sedangkan jenis sampah ditentukan berdasarkan timbulan sampah dan
plastik yang masih memiliki potensi daur ulang komposisi sampah agar dapat diketahui jumlah
berupa logam aluminium 1,5%, besi/kaleng sampah yang akan direduksi dengan dilakukan
0,33%, tembaga 0,15%, logam lain-lain 11,46%. pengolahan pengomposan dan daur ulang barang
Jumlah persen recovery sampah yang lapak dan jumlah sampah yang menjadi residu.
diambil pemulung dan persen recovery jenis Hasil perhitungan kesetimbangan massa sampah
sampah yang berpotensi daur ulang merupakan eksisting dan rencana MRF digunakan untuk
persen recovery rencana yang digunakan untuk membuat diagram alir kesetimbangan massa
menghitung jumlah jenis sampah logam yang yang menggambarkan jumlah total sampah yang
dapat didaur ulang di MRF berupa logam akan diolah di MRF, jumlah sampah organik
aluminium 91,5%, besi/ kaleng 80,33%, tembaga yang dapat dikomposkan, jumlah sampah non
95,15% dan logam lain-lain 25,46%. organik yang memiliki potensi daur ulang,
jumlah barang lapak yang dapat dijual, dan
4.3.2.3 Recovery Factor Sampah Kertas jumlah residu yang dibuang ke TPA.
Sampah kertas yang didaur ulang di Berat timbulan sampah rencana MRF =
MRF adalah sampah kertas yang bernilai 4598 kg. Berat komponen sampah basah =
ekonomi.Sampah kertas dapat dijual kembali 3205,26 kg
maupun diolah kembali menjadi kertas dengan % Recovery factor = 69,71 %
menggunakan teknologi mesin. Berdasarkan Berat Sampah Basah setelah recovery :
5
Makalah Seminar Nasional Teknologi Lingkungan VII
Surabaya, 25 – 26 Oktober 2010
6
Makalah Seminar Nasional Teknologi Lingkungan VII
Surabaya, 25 – 26 Oktober 2010
7
Makalah Seminar Nasional Teknologi Lingkungan VII
Surabaya, 25 – 26 Oktober 2010