Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH KOMPLEMENTER


DOSEN : BESSE AMRIATI, SP., MP

Oleh:
KELOMPOK III
1. ANIKE OROCOMNA
2. ESTER AP
3. KLEMEN LILIGOLY

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN SORONG


PRODI D-III KEPERAWATAN MANOKWARI
2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Hipertermi adalah suatu keadaan suhu tubuh meningkat sangat tinggi
(mencapai sekitar 40˚C) yang disebabkan gangguan otak, penyakit, 
metabolik,lingkungan, atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi 
pusat pengaturan suhutubuh (hipotalamus). Penyakit yang berhubungan dengan panas dapat t
erjadi sebagaiakibat dari paparan panas.
Sengatan panas (heat stroke) didefinisikan sebagai
kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh normal dalam mengatasi
lingkungan yang panas.
Obat herbal adalah obat yang bersifat organik atau alami, sama seperti tubuhkita. Obat herbal 
murni diambil dari saripati tumbuhan atau
hewan yang mempunyaimanfaat untuk pengobatan, tanpa ada 
campuran bahan kimia buatan (sintetis). ObatHerbal yang berasal dari tumbuhan (nabati) mis
alnya jahe, bawang putih, kurma, jintan hitam (Habbatussauda), dsb. Yang berasal dari hewa
n (hewani) diantaranyaTeripang (Gamat), Madu, Propolis, minyak ikan hiu, dsb.Pada jaman s
ekarang ini, dengan berkembangnya teknologi kedokteran yang
semakin pesat dan banyaknya riset penelitian berkaitan dengan obat-obatan, makasemakin m
embuka mata kita bahwa ternyata alam secara alaminya telahmenyediakan obat yang manjur 
untuk segala penyakit. Obat-obatan itu tidaklah sulitdicari dan beda dengan obat dari bahan ki
ma  sintetis, yang lambat laun akanmenimbulkan efek samping pada tubuh kita.

 
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Obat Herbal dan Hipertermi?
2. Apa saja Penyebab Hipertermi?
3. Apa Jenis-jenis Obat Herbal anti Hipertermi?
4. Apa saja Manfaat Obat Herbal anti Hipertermi?
5.Bagaimana cara penggunaan Obat Herbal untuk Hipertermi?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Obat Hebal dan Hipertermi
2. Untuk mengetahui penyebab Hipertermi
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis Obat Herbal
4. Untuk mengetahui manfaat Obat Herbal anti Hipertermi
5. Untuk mengetahui cara penggunaan obat herbal untuk hipertermi
 
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN OBAT HERBAL DAN HIPERTERMI
Obat Herbal adalah obat yang berasal dari seluruh atau sebagian dari. tumbuhtumbuhan. Nam
un sebenernya Secara umum, pengertian dari obat herbal adalahobat yang berasal dari seluruh 
atau sebagian dari tumbuh-tumbuhannya. Istilahherbal ini memiliki arti tumbuh-tumbuhan ya
ng tidak berkayu atau tanaman yang bersifat perdu. Obat herbal juga disebut sebagai phytom
edicine atau obat  botani. Pengguanaan obat herbal telah dikenal dan banyak digunakan sejak 
zaman dahulu,karena memiliki khasiat yang manjur dan ampuhObat 
herbal diolah secara tradisional dan turunmenurun, berdasarkan resepnenek moyang, adat isti
adat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, 
baik secaramagic maupun pengetahuan tradisional. Pada masa kini, 
para ahli mulai tertarikdengan penggunaan obat herbal karena efek 
samping yang ditimbulkan minimal. Haltersebut dikarenakan komposisi di dalamnya masih d
apat dicerna oleh tubuh. Obatherbal juga
popular dikalangan masyarakat karena lebih mudah dijangkau, 
baikharga maupun ketersediaannya.Hipertermia/ demam adalah 
peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hal inidapat diakibatkan oleh 
stress fisiologik seperti ovulasi, sekresi hormon thyroid berlebihan, 
olah raga berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau infeksi olehmikroorganisme atau ada pen
jamu proses noninfeksi seperti radang atau
pelepasan bahanbahan tertentu seperti leukemia. Demam diasosiasikan sebagai bahan darires
pon fase akut, gejala dari suatu penyakit dan 
perjalanan patologis dari suatu penyakit yang mengakibatkan kenaikan set-
point pusat pengaturan suhu tubuh.( Dorland, 2010)

2.2 PENYEBAB HIPERTERMI
Hipertermia disebabkan oleh paparan suhu ekstrem yang tidak lagi mampu diregulasi oleh
tubuh. Gaya hidup tertentu dapat mengakibatkan seseorang lebih rentan mengalami
hipertermia,  seperti:

 Kurang konsumsi air putih


 Rumah yang sirkulasi udaranya kurang baik atau tidak dilengkapi pendingin ruangan
 Pakaian terlalu tebal
 Lingkungan yang terlalu ramai dan padat
BAB III

TERAPI KOMPLEMENTER BERBASIS HERBAL

Tujuan Pembelajaran

Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik mampu untuk:


Menjelaskan Peran Tanaman Obat Bagi Kesehatan
Menjelaskan Asumsi dan Kepercayaan
Menjelaskan Kewenangan Perawat Dalam Pemberian Herbal
Menjelaskan Penggolongan Obat Herbal
Menjelaskan Strandar-Standar Herbal
Menjelaskan Bentuk Sediaan Herbal
Menjelaskan Pengolahan Herbal

3.1 Peran Tanaman Obat Bagi Kesehatan Penggunaan obat tradisional merupakan bagian
dari pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas dalam rangka meningkatkan individu,
kelompok dan komunitas. Pada pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas, peran
perawat komunitas adalah sebagai case manager, terutama dalam
mengidentifikasisumbersumber yang ada di komunitas, monitor dan melakukan koordinasi
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, serta memberdayakan masyarakat (community
empowerment). Perawat dalam ruang lingkup praktik keperawatan komunitas dan keluarga,
harus mampu memanfaatkan segenap aspek dalam komunitas tersebut (Purwanto, 2014).
Herbal tradisional dapat dikategorikan sebagai obat yang aman apabila telah diteliti melalui
penelitian dengan waktu yang panjang sehingga dapat diketahui unsur zat aktif, efek
farmakologis, dosis, efek samping, serta higienitas dalam proses produksinya. Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengelompokkan tanaman obat herbal dalam tiga
kelompok yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka (Purwanto, 2013). Salah satu
upaya yang dilakukan adalah mengedepankan terapi komplementer berupa pemanfaat
pengobatan tradisional yang sudah ada sebagai bagian dari upaya pelayanan professional
yang ditujukan kepada individu, keluarga dan kelompok dalam bentuk promosi dan
memelihara kesehatan. Hal ini dilakukan tanpa mengabaikan tindakan kuratif dan rehabilitatif
dengan proses keperawatan sebagai pendekatan pencegahan masalah. Tanaman yang
berkhasiat sebagai obat dapat dimanfaatkan oleh keluarga sebagai sarana pencegahan,
pengobatan, serta perawatan kesehatan. Pengembangan asuhan keperawatan berbasis herbal
dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang tersedia serta kearifan
budaya bangsa. Ruang lingkup praktik asuhan keperawatan tersebut adalah upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosiatif (Purwanto, 2014).
3.1.1Kewenangan Perawat Dalam Pemberian Herbal

Menuru Purwanto (2014) kendala yang dihadapi saat ini adalah bahwa Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia belum memberikan petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis
yang mengarahkan perawat dalam memberikan obat herbal berbentuk kemasan (yang telah
resmi terdaftar di Badan POM RI dan dikategorikan sebagai obat bebas). Alasan rasional
yang mendasari keputusan tersebut adalah keputusan Menkes Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, yaitu
bahwa seorang perawat dapat memberikan obat dengan golongan warna hijau dan biru (obat
bebas dan bebas terbatas).

3.1.2Penggolongan Obat Herbal

Herbal tradisional dapat dikategorikan sebagai obat yang aman apabila telah diteliti melalui
penelitian dengan waktu yang panjang sehingga dapat diketahui unsur zat aktif, efek
farmakologis, dosis, efek samping, serta higienitas dalam proses produksinya. Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengelompokkan tanaman obat herbal dalam tiga
kelompok yaitu: Jamu Jamu adalah ramuan dari bahan hewan atau tumbuhan yang
campurannya secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Belum ada penelitian ilmiah untuk mendapatkan bukti klinik mengenai khasiat
jamu. Obat Herbal Terstandar Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang
telah diuji secara ilmiah (penelitian praklinik dengan menggunakan hewan uji) yang meliputi
uji khasiat dan manfaat, serta bahan bakunya telah terstandarisasi. Fitofarmaka Fitofarmaka
adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinis menggunakan hewan percobaan serta uji klinis pada manusia.
Bahan baku dan produknya pun telah terstandarisasi melalui persyaratan mutu yang berlaku
(Purwanto, 2014).
BAB IV

TANAMAN HERBAL BERKASIAT OBAT

5.1 Tanaman Salam

1. Deskripsi Tanaman salam secara ilmiah mempunyai nama Latin Eugenia polyantha Wight
dan memiliki nama ilmiah lain yaitu Syzygium polyantha Wight dan Eugenia lucidula Miq.
Tanaman ini termasuk suku Myrtaceae. Di beberapa daerah Indonesia, daun salam dikenal
sebagai salam (Jawa, Madura, Sunda); gowok (Sunda); kastolam (kangean, Sumenep);
manting (Jawa); dan meselengan (Sumatera). Nama yang sering digunakan dari daun salam
di antaranya ubar sarai (Malaysia); Indonesian bay leaf, Indonesian laurel, Indian buy leaf
(Inggris), Salambalt (Jerman). Berdasarkan falsafah Jawa tanaman salam yang ditanam
mempunyai makna yang tersirat, yaitu dapat diambil filosofinya oleh masyarakat untuk
diterapkan dalam kehidupan, pohon salam bermakna keselamatan (Harsimah & Chusniatun,
2016). Menurut Agoes (2010) dalam Yulianti, Setyaningsih, & Suryaningsih (2014), daun
Salam (Syzygium polyanthum) adalah nama pohon penghasil daun rempah yang banyak
digunakan dalam masakan Indonesia. Obat tradisional ini secara empiris berkhasiat dalam
terapi Hipertensi. Daun salam mudah didapat, dikenal oleh masyarakat Indonesia dan aman
dikonsumsi kerena sering digunakan sebagai pelengkap masakan. Daun salam tumbuh
menyebar di Asia Tenggara dan sering ditemukan di pekarangan rumah. Selain sebagai
bumbu dapur daun salam memiliki banyak manfaat untuk kesehatan misalnya untuk
mengobati diabetes militus, gastritis, pruritus, diare, mabuk karena alkohol, dan hipertensi. Di
dalam daun salam terdapat 3 komponen yaitu minyak atsiri sebagai pengharum atau
penyedap yang dapat menenangkan pikiran dan juga mengurangi produksi hormon stres,
tanin dalam daun salam mampu mengendurkan otot arteri sehingga menurunkan tekanan
darah bagi penderita hipertensi, dan flavonoid sebagai inhibitor ACE dengan menghambat
aktivitas ACE maka pembentukan angiotensin dapat dibatasi sehingga dapat mencegah
hipertensi. Kandungan Kimia Daun Salam Tanaman salam mempunyai kandungan kimia
minyak astiri 0,2% (sitral, eugenol), flavonoid (katekin dan rutin), tannin dan metil kavikol
(methyl chavicol) 85 yang dikenal juga sebagai estragole atau p-allylanisole. Senyawa
tersebut mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Tannin dan flavonoid merupakan bahan
aktif yang mempunyai efek anti inflamasi dan antimikroba. Minyak astiri secara umum
mempunyai efek sebagai antimikroba, analgesik dan meningkatkan kemampuan fagosit.
Minyak astiri daun salam terdiri dari fenol sederhana, asam fenolat misal asam galat,
seskuiterpenoid, dan lakton, juga mengandung saponin, lemak, dan karbohidrat. Dari
beberapa bukti bahan aktif tanaman salam maka tanaman salam mempunyai efek
farmakologis. Eugenia polyantha mengandung tanin, minyak astiri, seskuiterpen, triterpenoid,
steroid, sitral, saponin dan karbohidrat. Daun salam juga mengandung beberapa vitamin,
diantaranya vitamin C, vitamin A, vitamin E, thiamin, riboflavi, niacin, vitamin B6, vitamin
B12, dan folat. Beberapa mineral pada daun salam yaitu selenium, kalsium, magnesium,
seng, sodium, pottasium, besi, dan phospor. Untuk mendapatkan minyak astiri, simplisia
disuling dengan distilasi air dan uap selama 10 jam. Ekstrak flavor daun salam mengandung
senyawa utama terdiri dari cis-4-dekenal (27,12%), oktanal (11,98%), a-pinen (9,09%),
farnesol (8,84%), ß-osimen (7,62%), dan nonanal (7,60%) (Harsimah & Chusniatun, 2016).
3. Sifat Kimia dan Efek Farmakologis Daun salam mempunyai rasa kelat, wangi, dan bersifat
astringent. Untuk pengobatan bagian daun yang paling banyak digunakan, bagian tanaman
lain yang digunakan sebagai obat adalah akar, buah, dan kulit batang. Pengobatan secara
tradisional menggunakan daun salam untuk mengobati kolesterol tinggi, kencing manis,
hipertensi, gastritis, dan diare (Unp, 2010) dalam (Harsimah & Chusniatun, 2016).
Mekanisme toksisitas fenol pada mikroorganisme meliputi inhibitor enzime oleh senyawa
yang teroksidasi, kemungkinan melalui reaksi dengan grup sufhidril atau melalui interaksi
non spesifik dengan protein. Sedangkan mekanisme sekuisterpenoid yang terdapat dalam
minyak astiri dispekulasi terlibat dalam kerusakan membran membran sel kuman oleh
senyawa lipofilik. Flavonoid adalah 86 senyawa polifenol yang sesuai dengan struktur
kimiawinya. Terdiri dari flavonol, flavon, isoflavon, katekin, antosianidin dan kalkon.
Flavanoid bermanfaat sebagai anti viral, anti alergik, anti platelat, anti inflamasi, anti tumor,
dan anti oksidan sebagai sistem pertahanan tubuh. Flavonoid diketahui telah disintesis oleh
tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba sehingga efektif (Harsimah Chusniatun,
2016). Manfaat Daun Salam Tanaman salam dikenal sebagai salah satu tanaman yang sering
dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan alternatif. Dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan oleh Dorlan (2002), Boyer dan Liu (2004), Hardhani (2008), Pidrayanti (2008),
dan Muhtadi (2010) dapat ditunjukkan tentang berbagai manfaat dari daun salam.
Mengurangi dislipidemia, khususnya hiper trigliseridemia. Menurut Hardhani (2008)
pemberian ekstrak daun salam pada tikus putih jantan galur wistar hiperlipidemia dengan
dosis bertingkat yang diperoleh dari daun salam segar sebesar 0,18 gram, 0,36 gram, dan 0,72
gram setiap hari selama 15 hari, dapat menurunkan kadar trigliserida serum tikus tersebut,
dengan penurunan paling besar pada pemberian dosis 0,72 gram daun salam segar. Adanya
penurunan kadar trigliserida setelah pemberian ekstrak daun salam membuktikan bahwa
terdapat senyawa-senyawa aktif dalam daun salam yang mampu menurunkan kadar
trigliserida serum. Hanya dalam kurun waktu yang singkat yaitu 15 hari, pada dosis 0,72
gram/hari didapatkan rerata kadar trigliserida yang lebih rendah dari kadar trigliserida hewan
coba pada awal masa adaptasi (pengambilan dari hari ke-0). Senyawa-senyawa yang diduga
mampu menurunkan kadar nitrigliserida tersebut adalah niasin, serat, tanin, dan vitamin C.
Mekanisme kerja tannin yaitu bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga
menghambat penyerapan lemak. Berdasarkan hal tersebut maka daun salam berpotensi untuk
dipakai sebagai obat untuk menurunkan kadar trigliserida pada manusia. 87 Menurunkan
kadar LDL Pemberian efek diet ekstrak daun salam peroral pada tikus wistar hiperlipidemia
dengan dosis 0,18g daun salam segar/hari; 0,36g daun salam segar/hari; 0,72g daun salam
segar/hari selama 15 hari dapat menurunkan kadar low density lipoprotein (LDL) kolestrol
serum tikus secara bermakna
5.2 Alang Alang

Manfaat Alang-alang Selama ini pemanfaatan akar alang-alang sebatas pada pengolahan yang
hanya sebagai jamu atau sirup saja. Melihat banyaknya kandungan dan manfaat yang didapat
dari akar alang-alang, maka perlu diolah menjadi panganan yang lebih praktis untuk
dikonsumsi seperti suplemen berupa permen kunyah yang dapat berupa jellys candy atau
gummy candy. Pemilihan permen kunyah dikarenakan permen merupakan panganan yang
sering dikonsumsi oleh berbagai 91 usia terutama anak-anak disaat perjalanan dan saat
kapanpun. Dengan adanya gummy candy diharapkan manfaat akar alang-alang lebih mudah
dirasakan oleh semua kalangan (Ema Wulandari, 2015) dalam (Jaya, 2017). Menurut
penelitian Ayeni dan Yahya (2010), menunjukkan bahwa ekstrak daun alang-alang
mengandung tannin, saponin, flavonoid, terpenoid, alkaloid, fenol, dan cardiac glycosides.
Kandungan senyawa fitokimia tersebut dalam farmasi dapat digunakan sebagai pestisida,
insektisida dan herbisida dalam pertanian (Jaya, 2017).

 
BAB V
PENUTUP
 
2.9 Kesimpulan
 Tidak ada salahnya kita mencoba sistem komplementer seperti tanaman herbal antihiperterm
i untuk menjaga kesehatan tubuh kita baik2.
 
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/380843010/BAB-1-2-Herbal-Anti-
Hipertermi di akses pada hari senin pukul 10.44 WIT

Anda mungkin juga menyukai