Anda di halaman 1dari 7

PKN

Pemerintahan Daerah

XII-2

Kelompok 6

1. Bernadin Orchideria A. (06)


2. M. Yusuf Nurhamdany (21)
3. Muhammad Afdol (24)
4. Riosita Karunia A. (28)
5. Wening Widyaningrum (33)
6. Yusfan Okta Firdaus (36)
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945

Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota
itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati, dan WaIikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

(5) Pemerintahan daerah menjaIankan otonomi seluas-Iuasnya, kecuali urusan


pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang
undang.

Undang – Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

a) Pengertian
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. (ayat 2)

Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan


Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom. (ayat 3)
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan
rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. (ayat
4)

b) Otonomi Daerah
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. (ayat 6)
Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. (ayat 12)

c) Asas Otonomi
Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berdasarkan Otonomi Daerah. (ayat 7)
Asas Otonomi:
1. Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada
daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi. (ayat 8)
2. Dekonsentrasi
Deskonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali
kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum. (ayat 9)
 Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan
kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka Dekonsentrasi. (ayat
10)
3. Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom
untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah
kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah provinsi. (ayat 11)
d) Wilayah Daerah
1. Daerah Otonom
Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(ayat 12)
2. Wilayah Administratif
Wilayah Administratif adalah wilayah kerja perangkat Pemerintah Pusat termasuk
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah dan wilayah
kerja gubernur dan bupati/wali kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum
di Daerah. (ayat 13)
3. Daerah Provinsi yang Berciri Kepulauan
Daerah Provinsi yang Berciri Kepulauan adalah Daerah provinsi yang memiliki
karakteristik secara geografis dengan wilayah lautan lebih luas dari daratan yang di
dalamnya terdapat pulaupulau yang membentuk gugusan pulau sehingga menjadi satu
kesatuan geografis dan sosial budaya. (ayat 19)
4. Kawasan Khusus
Kawasan Khusus adalah bagian wilayah dalam Daerah provinsi dan/atau Daerah
kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan
fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. (ayat 42)
5. Kecamatan
Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dari Daerah
kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat. (ayat 24)
6. Desa
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. (ayat 43)
e) Peraturan Pemerintahan Daerah
Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut dengan nama lain
adalah Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota. Peraturan Daerah adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan
persetujuan bersama Kepala Daerah (gubernur atau bupati/wali kota). Peraturan Daerah
terdiri atas: Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kuota Xl . (ayat 25)
Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Perkada adalah peraturan gubernur
dan peraturan bupati/wali kota. (ayat 26)

f)APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda. (ayat 32)
Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. (33)
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. (ayat 35)
2. Belanja Daerah
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. (ayat 36)
3. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. (ayat 37)
4. Pinjaman Daerah
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. (ayat 38)
5. Barang Milik Daerah
Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. (ayat 39)
6. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Badan Usaha Milik Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Daerah. (ayat 40)
g) Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan
yang adil, proporsional, demikratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan
kebutuhan daerah. (ayat 30)
Dana perimbangan ini terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana
alokasi khusus. Jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.
1. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah
untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. (ayat
47)
DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang
dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan antar daerah melalui
penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. DAU
suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal suatu daerah, yang merupakan
selisih dari kebutuhan daerah dan potensi daerah. Alokasi DAU bagi daerah yang
potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi
DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan
fiskalnya besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara implisit, prinsip
tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.
DAU untuk daerah propinsi dan daerah kabupaten ditetapkan masing-masing 10%
dan 90% dari DAU. DAU bagi masing-masing propinsi dan kabupaten dihitung
berdasarkan perkalian dari jumlah DAU bagi seluruh daerah, dengan bobot daerah
yang bersangkutan dibagi dengan jumlah masing-masing bobot seluruh daerah di
seluruh Indonesia
2. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah. (ayat 48)
DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di
daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,
khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar
masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan
pembangunan daerah.
Sektor atau kegiatan yang tidak dapat dibiayai dari DAK adalah dana
administrasi, biaya penyiapan proyek fisik, biaya penelitian, biaya pelatihan, biaya
perjalanan pegawai daerah dan lain-lain biaya umum sejenis.

3. Dana Bagi Hasil (DBH)


Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan tertentu APBN
yang dialokasikan kepada Daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu
dengan tujuan mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. (ayat 49)
Dana Bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil
dari pajak meliputi pajak bumi dan bangunan, penerimaan bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan, dan pajak penghasilan. Dan dana bagi hasil dari sumber daya
alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak
bumi, pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi.

Anda mungkin juga menyukai