A. Sejarah Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti
merasa lebih jantan (Organisasi, 2007). Ada dua jenis rokok, rokok yang
berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan busa
serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin. Rokok (tembakau)
termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya yaitu menimbulkan ketagihan dan
kecanduan (Hawari, 2004).
Kegiatan yang melibatkan tembakau pertama kali dilakukan oleh
suku Maya, Aztec dan Indian di benua yang sekarang kita kenal sebagai
Amerika, sejak lebih dari seribu tahun sebelum masehi. Tradisi membakar
dan mengunyah tembakau dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan
simbol persaudaraan ketika beberapa suku berkumpul, serta untuk
keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh.
Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika,
sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap
rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan
merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda
dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa
orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para
pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai
masuk negara-negara Islam. Namun rupanya seoarang diplomat asal
Perancis bernama Jean Nicot lah yang memiliki andil paling besar dalam
hal persebaran rokok di seluruh eropa. Bahkan kandungan utama di dalam
rokok yakni nikotin juga diambil dari namanya yaitu Nicot.
Sedangkan perkembangan rokok di Indonesia berawal dari cerita
kretek dari kota Kudus, Jawa Tengah. Pada akhir abad ke-19, seorang pria
bernama Haji Djamari ingin membuat obat sakit asma dengan meracik
cengkeh dan tembakau. Karena setelah rajin menghisap ramuan cengkeh
ini sakitnya reda, akhirnya rokok obat ini menyebar cepat dengan cerita
dari mulut ke mulut. Lama kelamaan kebiasaan melinting rokok menjadi
kegiatan kaum pria yang sangat populer. Dan karena meningkatnya
permintaan, akhirnya rokok pun dijual dengan dibungkus klobot atau daun
jagung kering. Dan karena ketika dihisap menghasilkan bunyi kretek-
kretek akhirnya rokok cengkeh kreasi Djamari dinamakan rokok kretek.
Model rokok jenis ini bertahan hingga Djamari meninggal pada tahun
1890.
Sepuluh tahun kemudian industri rokok kretek dikerjakan dengan
serius dan profesional oleh Nitisemo dengan membuka pabrik rokok
kretek pertama di Kudus pada tahun 1906 yang diberi nama Tjap Bal Tiga.
Namun kejayaan tak pernah berlangsung selamanya, seiring pecahnya
perang dunia II di Pasifik serta munculnya banyak pesaing seperti
Nojorono (1930), Djamboe Bol (1937), Djarum (1951) dan Sukun mulai
memperburuk keadaan bisnis rokok Tjap Bal Tiga. Namun runtuhnya
kerajaan kretek Nitisemo itu disebut-sebut adalah dikarenakan perselisihan
diantara para ahli warisnya.
Konon berdirinya pabrik rokok kretek Minak Djinggo pada tahun
1930 juga merupakan faktor penting ambruknya rokok Tjap Bal Tiga.
Pemilik rokok Minak Djinggo, Kho Djie Siong, adalah mantan agen Bal
Tiga di Pati, Jawa Tengah. Sewaktu masih bekerja pada Nitisemito, Kho
Djie Siong banyak memetik informasi rahasia racikan dan strategi dagang
Bal Tiga dari M. Karmaen, kawan sekolahnya di HIS Semarang yang juga
menantu Nitisemito.
Demikianlah, hingga saat ini rokok menjadi komoditas paling
menjanjikan dan menyumbang pemasukan yang sangat besar terhadap
negara melalui pajaknya.
Manfaat Rokok
1. Mencegah penyakit Parkinson.
Secara khusus, penelitian baru tersebut menunjukkan hubungan
temporal antara kebiasaan merokok dan berkurangnya risiko penyakit
Parkinson. Artinya, efek perlindungan terhadap Parkinson berkurang
setelah perokok menghentikan kebiasaan merokoknya. (Smoking
lowers Parkinson’s disease risk)
2. Lebih kuat dan lebih cepat sembuh dari stroke dan serangan jantung.
2. Pengaruh film
Sejak zaman dulu di film-film sering ditunjukkan orang merokok,
tokoh utama maupun tokoh antagonis. Anak-anak muda yang menonton
menjadi terpengaruh. Saat ini film-film India selalu dimulai dengan
peringatan bahaya merokok. Bahkan setiap ada adegan orang merokok
akan muncul tulisan peringatan itu. Mungkin mereka menganggap tidak
wajar menampilkan kehidupan sehari-hari di mana tidak ada satu pun
orang yang merokok. Di Amerika tidak lagi ada iklan rokok ditayangkan
di tv. Bahkan di majalah iklan rokok selalu mencantumkan bahaya
merokok.