Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEJARAH

“Kehidupan Masyarakat Pra-Aksara”

Disusun Oleh :
1. Ananda Fittipaldi (03)
2. Aulia Viki Diah R. (06)
3. Hajjah Khairunnisa (19)
4. Khamzul Rifki (21)
Kelas : X.I

I.
Ananda Fittipaldi/03

I. Kehidupan Masyarakat Berburu dan


Mengumpulkan Makanan
A. Tingkat Awal
Pada masa berburu dan meramu, lingkungan hidup manusia masih liar dan keadaan
bumi masih labil. Pada masa itu, masih sering terjadi letusan gunung berapi dan daratan
tertutup hutan yang lebat serta berbagai hewan purba masih hidup di dalamnya.

1.    Lingkungan Alam Kehidupan


Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangat sederhana.
Kehidupan mereka tak ubahnya seperti kelompok hewan, karena tergantung pada apa yang
disediakan oleh alam. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia tinggal di
alam terbuka seperti hutan, di tepi sungai, di gunung, di goa dan dilembah-lembah. Di
samping itu, lingkungan alam kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan belum stabil dan masih liar. Binatang buas menjadi penghalang bagi manusia untuk
melaksanakan kehidupannya.

2.    Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal
kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam tiap kolompok sekitar 10-15 orang. Mereka
hidup selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainny aatau biasa disebut
Nomaden. Perpindahan yang mereka lakukan itu semata-mata hanya untuk memenuhi
kebutuhan dalam hutan. Dan setelah persediaan dalam hutan habis, mereka terus mencari
tempat berburu lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan seperti ini terjadi
secara berulang-ulang dari satu tempat ke tempat lain.

3.    Kehidupan Budaya
Pada kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan, manusia lebih
senang memilih goa-goa sebagai tempat tinggalnya. Dan mereka mulai membuat alat-alat
berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah, dan alat lainnya.
Para ahli menafsirkan bahwa pembuat alat-alat tersebut adalah jenis
manusia Pithecantropus dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolintikum (batu tua). Alat-
alat tersebut banyak ditemukan di Kali Baksoka, daerah Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan
kemudian disebut budaya Pacitan. Penelitian ini dilakukan oleh H.R van Heekeren, Besuki,
dan R.P Soejono (1953-1954). Budaya Pacitan ini dikenal sebagai tingkat perkembangan
budaya batu paling awal di indonesia dan paling banyak jumlahnya. Benda-benda tersebut
seperti dibawah ini, yaitu :

a. Kapak perimbas 
Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara
menggengam.
b. Kapak Penetak 
Kapak penetak ini bentuknya lebih besar dari kapak perimbas dan cara
pembuatannya masih kasar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, pohon,
bambu, atau disesuaikan dengan kebutuhannya.
c. Kapak Genggam 
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak perimbas dan
kapak penetak, tetapi bentuknya jauh lebih kecil. Kapak genggam dibuat masih
sangat sederhana dan belum diasah.
d. Pahat Genggam 
Pahat genggam mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan
untuk mencari ubi-ubian yang dapat dimakan.
e. Alat Serpih 
Berdasarkan bentuknya alat-alat itu digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat
penusuk.
f. Alat-alat dari Tulang 
Alat-alat yang dibuat dari tulang antara lain pisau, belati, mata tombak, mata
panah, dan lain-lainnya.

KAPAK PERIMBAS

KAPAK PENETAK
KAPAK GENGGAM

PAHAT GENGGAM

ALAT-ALAT SERPIH

ALAT-ALAT DARI TULANG


4.    Kehidupan Ekonomi Masyarakat
Pada masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan, manusia bekerja bersama-
sama dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika persediaan yang ada di
hutan habis, maka mereka pindah untuk menemukan daerah yang menyediakan kebutuhan-
kebutuhan hidupnya.

5.    Kehidupan Kepercayaan Masyarakat


Penemuan kuburan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan menunjukan bahwa
masyarakat pada masa itu sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan
terakhir kepada orang yang meninggal. Hal ini telah menjadi salah satu indikasi awal
munculnya kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dan
yang masih hidup sudah diyakini.

Aulia Viki Diah R./06


B. Tingkat Lanjut

1. Lingkungan alam kehidupan


Masa ini disebut juga masa Mesolitikum. Pada masa ini masih terpengaruh masa
sebelumnya. Kehidupan mereka masih bergantung pada alam seperti berburu binatang
dihutan, menangkap ikan, dan mengumpulan makanan seperti umbi-umbian buah-buahan dan
lain-lain

2. Kehidupan Sosial
Pola bermukim mereka mulai berubah, dari nomaden menjadi semisedenter.
Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut juga telah mengenal pembagian kerja.
Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum lelaki, sedangkan kaum perempuan tidak
terlibat dalam kegiatan berburu

3. Kehidupan Budaya
Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah mampu mengumpulkan makanan
dalam jumlah yang cukup banyak. Mereka mulai lebih lama mendiami suatu tempat. Mereka
bertempat tinggal digua karena letaknya cukup tinggi di lereng-lereng bukit untuk melindungi
diri dari iklim dan binatang buas.

4. Kehidupan Ekonomi Masyarakat


Mereka masih senang berburu dan mengumpulkan makanan, k emudian pengetahuan
mereka berkembang untuk menyimpan dan mengawetkan makanan, dengan cara dijemur.
Mereka juga telah mengenal bercocok tanam meskipun masih dalam taraf sangat sederhana
dan dilakukan secara berpindah-pindah.

5. Kehidupan Kepercayaaan Masyarakat


Pada masa ini telah muncul kepercayaan, buktinya adalah dengan ditemukannya
bukti-bukti tentang penguburan, dari mayat-mayat yang dikubur tersebut ada yang ditaburi
dengan cat merah. Diperkirakan cat tersebut berhubungan dengan upacara penguburan yang
maksudnya dalah untuk membuktikan kehidupan baru di alam baka.

Hajjah Khairunnisa/19

II. Kehidupan Masyarakat Bercocok Tanam dan


Hidup Menetap

1. Lingkungan Alam Kehidupan


Masa bercocok tanam merupakan masa yang penting bagi perkembangan masyarakat dan
peradaban. Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia
adalahberhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkanhutan dan
menanamnya, setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain.
Kemudian mereka mengulang pekerjaan membuka hutan.

2. Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Masyarakat mulai mempunyai tempat tinggal tetap. Tempat tinggal tetap
untuk mempererat hubugan antar manusia, yang menunjukkan bahwamanusia tidak bisa
hidup sendiri. Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakatpada masa bercocok tanam
ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja denganbergotong royong. 

3. Kehidupan Budaya
Pada masa kehidupan bercocok tanam kebudayaan yang dihasilkan semakin beragam
seperti yang terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang. Contohnya :
a. Beliung Persegi
Digunakan untuk upacara. Ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan,Sulawesi, Nusa
Tenggara, Semenanjung Melayu dan Asia Tenggara.
b. Kapak Lonjong
Kapak ini ditemukan di daerah Maluku, Papua, sebagian Sulawesi Utara,
Kepulauan Filipina, Taiwan dan Cina.
c. Mata Panah
Digunakan untuk berburu dan menangkap ikan. Ditemukan di daerah Papua.
d. Gerabah
Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan. Ditemukan di
seluruh wilayah Indonesia.
e. Perhiasan

4. Kehidupan Ekonomi
Seiring bertambahnya kebutuhan, maka munculah pertukaran antara barang yang satu
dengan barang yang lain atu biasa disebut Barter. Untuk memperlancar kegiatan tersebut
dibutuhkan tempat khusus yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan antarapenjual dan
pembeli yang disebut pasar.

5. Sistem Kepercayaan Masyarakat 


Pada masa kehidupan bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin bertambah.
Mereka percaya bahwa orang-orang yang meninggal rohnya pergi kesuatu tempat yang tidak
jauh dari tempat tinggalnya atau tetap berada di wilayah di sekitar tempat tinggalnya.
Kepercayaan masyarakat bercocok tanam diwujudkan dalam upacara keagamaan.
Khamzul Rifki/21

III. Masa Perundagian


Pada masa perundagian ini dimulai pada zaman logam, yaitu sekitar
10.000 tahun yang lalu. Masa perundagian ini juga dikenal dengan masa
pertukangan yang dimana manusia purba sudah mengenal bijih logam.
1. Lingkungan Alam Sekitar
Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia mulai semakin
berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu menemukan cara membuar perkakas
dari logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang
dari batu. Pada masa perundagian, manusia masih juga menggunakan barang-barang yang
berasal dari batu.

2. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal pembagian kerja.
Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang dari logam. Pengerjaan barang-barang
dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini.
Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal sistem kemasyarakatan yang
sudah teratur. Masyarakat hidup diikat oleh norma-norma dan nilai.

3. Kehidupan Budaya
Benda-benda yang dihasilkan pada zaman perundagian mengalami kemajuan dalam
hal teknik pembuatan. Teknik pembuatan barang dari logam yang utama adalah melebur,
yang kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ada dua teknik pencetakan
logam yaitu bivolve  dan a cire perdue. Teknik bivolve dilakukan dengan cara menggunakan
cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Teknik a cire perdue dikenal
pula dengan istilah cetak lilin. Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat cetakan model
benda dari lilin.

4. Kehidupan ekonomi
Ada orang-orang tertentu yang memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian pada
masa perundagian sudah terjadi jual beli benda-benda logam.

Benda-benda peninggalan Masa Perundagian :

a.  Bejana Manusia Purba Masa perundagian


b. Nekara Manusia Purba Masa perundagian

c.  Kapak corong Manusia Purba Masa perundagian

d. Perhiasan Manusia Purba Masa perundagian

e.  Perunggu Manusia Purba Masa perundagian

5. Sistem Kepercayaan Masyarakat


Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur.
Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa
perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari
bahan perunggu. Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan.
Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan
dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan.

Anda mungkin juga menyukai