Disusun Oleh :
1. Ananda Fittipaldi (03)
2. Aulia Viki Diah R. (06)
3. Hajjah Khairunnisa (19)
4. Khamzul Rifki (21)
Kelas : X.I
I.
Ananda Fittipaldi/03
2. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal
kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam tiap kolompok sekitar 10-15 orang. Mereka
hidup selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainny aatau biasa disebut
Nomaden. Perpindahan yang mereka lakukan itu semata-mata hanya untuk memenuhi
kebutuhan dalam hutan. Dan setelah persediaan dalam hutan habis, mereka terus mencari
tempat berburu lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan seperti ini terjadi
secara berulang-ulang dari satu tempat ke tempat lain.
3. Kehidupan Budaya
Pada kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan, manusia lebih
senang memilih goa-goa sebagai tempat tinggalnya. Dan mereka mulai membuat alat-alat
berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah, dan alat lainnya.
Para ahli menafsirkan bahwa pembuat alat-alat tersebut adalah jenis
manusia Pithecantropus dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolintikum (batu tua). Alat-
alat tersebut banyak ditemukan di Kali Baksoka, daerah Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan
kemudian disebut budaya Pacitan. Penelitian ini dilakukan oleh H.R van Heekeren, Besuki,
dan R.P Soejono (1953-1954). Budaya Pacitan ini dikenal sebagai tingkat perkembangan
budaya batu paling awal di indonesia dan paling banyak jumlahnya. Benda-benda tersebut
seperti dibawah ini, yaitu :
a. Kapak perimbas
Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara
menggengam.
b. Kapak Penetak
Kapak penetak ini bentuknya lebih besar dari kapak perimbas dan cara
pembuatannya masih kasar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, pohon,
bambu, atau disesuaikan dengan kebutuhannya.
c. Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak perimbas dan
kapak penetak, tetapi bentuknya jauh lebih kecil. Kapak genggam dibuat masih
sangat sederhana dan belum diasah.
d. Pahat Genggam
Pahat genggam mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan
untuk mencari ubi-ubian yang dapat dimakan.
e. Alat Serpih
Berdasarkan bentuknya alat-alat itu digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat
penusuk.
f. Alat-alat dari Tulang
Alat-alat yang dibuat dari tulang antara lain pisau, belati, mata tombak, mata
panah, dan lain-lainnya.
KAPAK PERIMBAS
KAPAK PENETAK
KAPAK GENGGAM
PAHAT GENGGAM
ALAT-ALAT SERPIH
2. Kehidupan Sosial
Pola bermukim mereka mulai berubah, dari nomaden menjadi semisedenter.
Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut juga telah mengenal pembagian kerja.
Kegiatan berburu banyak dilakukan oleh kaum lelaki, sedangkan kaum perempuan tidak
terlibat dalam kegiatan berburu
3. Kehidupan Budaya
Masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut telah mampu mengumpulkan makanan
dalam jumlah yang cukup banyak. Mereka mulai lebih lama mendiami suatu tempat. Mereka
bertempat tinggal digua karena letaknya cukup tinggi di lereng-lereng bukit untuk melindungi
diri dari iklim dan binatang buas.
Hajjah Khairunnisa/19
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan
yang cukup pesat. Masyarakat mulai mempunyai tempat tinggal tetap. Tempat tinggal tetap
untuk mempererat hubugan antar manusia, yang menunjukkan bahwamanusia tidak bisa
hidup sendiri. Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakatpada masa bercocok tanam
ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja denganbergotong royong.
3. Kehidupan Budaya
Pada masa kehidupan bercocok tanam kebudayaan yang dihasilkan semakin beragam
seperti yang terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang. Contohnya :
a. Beliung Persegi
Digunakan untuk upacara. Ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan,Sulawesi, Nusa
Tenggara, Semenanjung Melayu dan Asia Tenggara.
b. Kapak Lonjong
Kapak ini ditemukan di daerah Maluku, Papua, sebagian Sulawesi Utara,
Kepulauan Filipina, Taiwan dan Cina.
c. Mata Panah
Digunakan untuk berburu dan menangkap ikan. Ditemukan di daerah Papua.
d. Gerabah
Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan. Ditemukan di
seluruh wilayah Indonesia.
e. Perhiasan
4. Kehidupan Ekonomi
Seiring bertambahnya kebutuhan, maka munculah pertukaran antara barang yang satu
dengan barang yang lain atu biasa disebut Barter. Untuk memperlancar kegiatan tersebut
dibutuhkan tempat khusus yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan antarapenjual dan
pembeli yang disebut pasar.
2. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal pembagian kerja.
Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang dari logam. Pengerjaan barang-barang
dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini.
Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal sistem kemasyarakatan yang
sudah teratur. Masyarakat hidup diikat oleh norma-norma dan nilai.
3. Kehidupan Budaya
Benda-benda yang dihasilkan pada zaman perundagian mengalami kemajuan dalam
hal teknik pembuatan. Teknik pembuatan barang dari logam yang utama adalah melebur,
yang kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ada dua teknik pencetakan
logam yaitu bivolve dan a cire perdue. Teknik bivolve dilakukan dengan cara menggunakan
cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Teknik a cire perdue dikenal
pula dengan istilah cetak lilin. Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat cetakan model
benda dari lilin.
4. Kehidupan ekonomi
Ada orang-orang tertentu yang memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian pada
masa perundagian sudah terjadi jual beli benda-benda logam.