Anda di halaman 1dari 39

MUKADIMMAH

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa disadari bahwa untuk menciptakan
karyawan dan perusahaan atau pekerjaan dan berusaha perlu adanya peraturan rumah sakit
tentang pengelolaan sumber daya manusia, agar hubungan yang harmonis antara rumah sakit
dengan karyawan berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dapat terwujud.
Bahwa pelaksanaan peraturan rumah sakit tentang pengelolaan sumberdaya
manusia dalam kerangka hubungan timbal balik yang harmonis termasuk didalamnya apabila
timbul perbedaan penafsiran, dan adanya kemungkinan hal-hal yang belum/tidak diatur
didalamnya harus berlandaskan pada:
a. Asas kepastian hukum
b. Asas saling percaya
c. Asas keadilan dan pengharapan yang wajar
d. Asas kebijaksanaan dan kepatutan
e. Asas kesinambungan
f. Asas persamaan hak
g. Asas itikad baik
h. Asas keterbukaan yang wajar dan bertanggung jawab
Berdasarkan asas tersebut, maka antara karyawan dan rumah sakit secara
bersama-sama akan melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam suasana
saling menghormati, mempercayai, dan bekerja sama.
Dengan adanya kepastian hak dan kewajiban serta terciptanya pemenuhan hak dan
kewajiban secara timbal balik tersebut diharapkan akan menjamin kelangsungan hidup rumah
sakit dan kesejahteraan karyawan dan keluarganya
Atas dasar saling percaya itu juga akan menjadi landasan bagi penyelesaian setiap
masalah yang muncul kearah perselisihan melalui mekanisme komunikasi musyawarah untuk
mencapai kata sepakat yang menguntungkan kedua belah pihak.
Oleh sebab itu sebagai manifestasi nyata kemitraan tersebut dalam koridor
hubungan Industrial maka perlu disusun peraturan rumah sakit tentang pengelolaan sumber
daya manusia sebagaimana tercantum dalam bab-bab dan pasal-pasal berikut ini:
DRAF PERATURAN RUMAH SAKIT UMUM AN-NISAA
NO: ..
TENTANG
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RSU AN-NISAA

Menimbang : a. Pengelolaan sumber daya manusia dilaksanakan dalam rangka


pengembangan karyawan, oleh sebab itu pengembangan tersebut
dilaksanakan untuk mewujudkan karyawan yang sejahtera, adil,
makmur dan merata baik material maupun spiritual
b. Bahwa dalam pelaksanaan pengembangan karyawan mempunyai
peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku
pengembangan rumah sakit
c. Bahwa sesuai dengan peran dan kedudukan karyawan untuk
meningkatkan kualitas dan peran sertanya dalam pengembangan
rumah sakit serta peningkatan perlindungan karyawan dan
keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
d. Bahwa perlindungan terhadap karyawan dilaksanakan untuk
menjamin hak-hak dasar karyawan dan menjamin kesamaan hak
serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk
mewujudkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya, dengan tetap
memperhatikan perkembangan kemajuan rumah sakit
e. Bahwa peraturan perusahaan yang lama telah berakhir masa
berlakunya, untuk itu perlu dilakukan revisi dan disesuaikan dengan
tuntutan perkembangan rumah sakit

Mengingat : Peraturan PT An-Nisaa’ Husada No. KEP.071219 terutama pasal 142


dan pasal 151

DENGAN PERSETUJUAN DIREKTUR UTAMA PT AN-NISAA’ HUSADA

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Peraturan Rumah Sakit Umum An-Nisaa tentang Pengelolaan Sumber


Daya Manusia

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
(1) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
(2) Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
(3) Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
(4) Perusahaan adalah:
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta atau milik negara yang
mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
(5) Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
(6) Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara
terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah
bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman,
dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai
keterampilan dan keahlian tertentu.
(7) Pelayanan penempatan tenaga kerja adalah kegiatan untuk mempertemukan tenaga kerja
dengan pemberi kerja, sehingga tenaga kerja dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya, dan pemberi kerja dapat memperoleh tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhannya.
(8) Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
(9) Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
(10) Peraturan rumah sakit tentang pengelolaan sumber daya manusia adalah peraturan yang
dibuat secara tertulis yang memuat dan mengatur tentang hak, kewajiban, tata tertib, dan
segala sesuatu yang menyangkut tentang hubungan antara karyawan dengan rumah sakit.
(11) Rumah sakit adalah RSU An-Nisaa’ milik PT An-Nisaa Husada merupakan rumah sakit
umum swasta kelas D yang dalam proses peningkatan kelas C terletak di Jl Suparyono
Timur No 1 Talun Blitar.
(12) Karyawan adalah mereka yang memiliki hubungan kerja dengan rumah sakit dan terkait
oleh suatu perjanjian kerja serta menerima upah atau gaji.
(13) Karyawan masa orientasi adalah karyawan yang menjalankan orientasi sebelum bekerja
di rumah sakit dengan tujuan menjadi karyawan perjanjian kerja waktu tertentu maupun
tidak tertentu yang sesuai dengan penilaian rumah sakit
(14) Karyawan perjanjian kerja waktu tertentu adalah karyawan yang mempunyai hubungan
kerja untuk jangka waktu tertentu yang disepakati oleh karyawan yang bersangkutan
dengan rumah sakit berdasarkan perjanjian.
(15) Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja di rumah sakit mulai dari karyawan
mennandatangi perjanjian kerja sebagai karyawan tetap sampai dengan waktu pensiun.
(16) Lingkungan rumah sakit adalah keseluruhan tempat yang berada di bawah pengawasan
PT An-Nisaa’ Husada atau milik rumah sakit yang digunakan untuk menunjang segala
kegiatan pengelolaan rumah sakit.
(17) Keluarga karyawan adalah seorang istri/suami yang sah, anak yang sah (termasuk anak
yang disahkan pengadilan/anak bawaan yang sah dari hasil perkawinan sebelumnya)
sampai dengan jumlah 3 orang, berusia tidak lebih dari 25 tahun, belum bekerja, belum
menikah dan masih dalam tanggungan orangtua.
(18) Keluarga langsung dari karyawan adalah suami/istri, anak-anak yang sah, kakak/adik
kandung, ayah/ibu, mertua laki-laki/perempuan, kakek/nenek, kakek/nenek mertua.
(19) Ahli waris adalah anggota keluarga atau mereka yang ditunjuk oleh karyawan untuk
menerima hak-hak karyawan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
(20) Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh karyawan untuk kepentingan rumah
sakit dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah/gaji.
(21) Pimpinan rumah sakit adalah pejabat structural/fungsional serta karyawan yang karena
jabatannya mempunyai tugas untuk memimpin rumah sakit atau instalasi/unit-unit kerja
di rumah sakit.
(22) Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab dan wewenang
karyawan dalam rumah sakit
(23) Jam kerja adalah waktu yang ditentukan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
tangung jawab yang diberikan kepada karyawan
(24) Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja dan/atau hari kerja yang
telah disepakati bersama
(25) Upah/gaji adalah imbalan uang yang diberikan oleh rumah sakit kepada karyawan atas
suatu pekerjaan yang telah dilaksanakan yang sekalanya sampai dengan jenjang tertentu
ditetapkan sesuai dengan peraturan ini.
(26) Upah pokok adalah gaji pokok yang dibayarkan kepada karyawan yang besarannya tetap
setiap periode pembayaran gaji kecuali ditentukan lain oleh rumah sakit
(27) Bonus adalah salah satu bentuk apresiasi rumah sakit terhadap karyawan yang didasarkan
pada kebijakan rumah sakit
(28) Perjalanan dinas adalah perjalanan yang dilakukan oleh karyawan dalam rangka
melaksanakan tugas dengan kompensasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(29) Shift adalah pembagian waktu kerja yang dilakukan pada fungsi/unit kerja yang karena
sifat pekerjaannya harus dilakukan secara terus menerus dalam waktu 24 jam setiap hari
(30) Masa kerja adalah masa karyawan bekerja yang tidak terputus terhitung mulai dari hari
pertama perjanjian kerjasama sampai karyawan berhenti bekerja
(31) Pensiun adalah berakhirnya hubungan kerja karena telah memasuki batas maksimum usia
kerja yang ditetapkan dalam peraturan ini.
(32) Prestasi kerja adalah hasil kerja yang telah dicapai seorang karyawan yang dapat dinilai
atau diukur tingkat kompetensi dan produktivitasnya berdasarkan factor-faktor penilaian
yang ditetapkan rumah sakit
(33) Tunjangan adalah penghasilan tambahan karyawan di luar upah/gaji yang diberikan oleh
rumah sakit secara tetap (tunjangan tetap) dan atau tidak tetap (tunjangan tidak tetap)
untuk karyawan dan atau keluarganya diluar insentif, bonus, dan fasilitas lain
sebagaimana disepakati dalam peraturan ini.
(34) Skorsing adalah tindakan administratif yang dilakukan oleh rumah sakit dengan cara
pembebasan tugas dan memberhentikan karyawan dari kewajiban bekerja untuk
sementara waktu karena proses pemeriksaan/investigasi yang diduga melakukan
pelanggaran atau dalam proses pemutusan hubungan kerja
(35) Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara
serikat pekerja atau serikat buruh atau beberapa serikat pekerja atau serikat buruh yang
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan
pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja, hak dan kewajibhan kedua belah pihak.
(36) Perselisihan hubungan adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan
antara pengusaha atau gabungan pengusaha perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat
pekerja atau serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
(37) Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara
bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja/serikat buruh untuk menghentikan atau
memperlambat pekerjaan.
(38) Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
(39) Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
(40) Kesejahtreraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan
yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di luar ataupun di dalam hubungan kerja, yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam
lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Pasal 2
Ruang Lingkup
(1) Peraturan ini mengikat rumah sakit dan karyawan serta mengatur tentang pengelolaan
sumber daya manusia di RSU An-Nisaa’, agar terjadi hubungan yang harmonis antara
karyawan dengan rumah sakit
(2) Selambat-lambatnya 1,5 bulan setelah peraturan ini disetujui oleh Direktur Utama PT An-
Nisaa’ Husada serta didaftarkan pada dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kab. Blitar,
maka pihak RS berkewajiban untuk mensosialisasikan kepada karyawan
(3) Rumah Sakit dan karywan wajib mentaati dan melakukan peraturan ini sebaik-baiknya
dan berhak menegur pihak lainnya bila tidak mengindahkan isi peraturan ini.
BAB II
LANDASAN, AZAS, TUJUAN DAN FUNGSI
Pasal 3
Peraturan RSU An Nisaa’ tentang pengelolaan sumber daya manusia disusun
mengacu pada landasan Undang-Undangan Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan BAB 2 pasal 2 pembangunan ketenagakerjaan berdasarkan pancasila dan
UUD 1945.
Pasal 4
Peraturan ini berasaskan terciptanya hubungan yang harmonis untuk memenuhi
hak dan kewajiban karyawan dan perusahaan, demi kesejahteraan karyawan dan keluarganya
dalam mendukung kemajuan rumah sakit.
Pasal 5
Tujuan
(1) Memberdayakan dan mendayagunakan karyawan secara optimal dan manusiawi
(2) Memberikan perlindungan kepada karyawan dalam mewujudkan kesejahteraan
(3) Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan kemampuannya
sesuai dengan disiplin ilmunya.
(4) Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya demi kemajuan perusahaan.

Pasal 6
Fungsi
(1) Fungsi dan tanggung jawab rumah sakit adalah mengelola rumah sakit dan karyawan,
oleh karena itu rumah sakit berhak meminta setiap karyawan untuk bekerja sebaik-
baiknya
(2) Kesempatan untuk berkarir dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja
merupakan keinginan setiap karyawan oleh karena itu rumah sakit wajib memberikan
kesempatan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan rumah sakit
(3) Rumah sakit senantiasa harus dapat menyediakan waktu untuk pertemuan atau berunding
atas permintaan karyawan untuk membahas setiap permasalahan yang timbul mengenai
pelaksanaan isi peraturan rumah sakit.

BAB III
HUBUNGAN KERJA
Pasal 7
Penerimaan Karyawan Baru
(1) Penerimaan karyawan baru adalah hak dan wewenang rumah sakit dengan
memperlihatkan kepentingan rumah sakit, namun dalam pelaksanaannya wajib
memperhatikan segala ketentuan perundang-undangan dan peraturan rumah sakit ini.
(2) Persyaratan karyawan di dalam peraturan rumah sakit ini adalah :
a. Warga Negara Indonesia
b. Berusia minimal 18 tahun saat diterima sebagai karyawan
c. Berbadan dan berjiwa sehat
d. Berkelakuan baik
e. Memenuhi persyarata jabatan
f. Lulus seleksi yang diadakan oleh rumah sakit
g. Bersedia menandatangani surat perjanjian kerja yang diterbitkan oleh rumah sakit
h. Bersedia mematuhi setiap peraturan/tata tertib yang berlaku di dalam rumah sakit
(3) Karyawan baru wajib menjalani masa percobaan kerja untuk jangka waktu paling lama
3(tiga) bulan berturut-turut tanpa terputus dan tidak diperpanjang.
(4) Rumah sakit wajib memberitahukan kapan mulai dan berakhirnya masa percobaan
tersebut secara tertulis kepada karyawan dan rumah sakit harus bersifat
terbuka/transparan jika sewaktu-waktu karyawan membutuhkan informasi mengenai hal
tersebut di atas.
(5) Pengawasan dan penilaian terhadap karyawan yang menjalani masa percobaan dilakukan
oleh atasan langsung dan berkoordinasi dengan pemimpin unit kerja yang bersangkutan.
(6) Karyawan yang telah selesai menjalani masa percobaan dan dinyatakan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan, maka karyawan tersebut akan diangkat menjadi karyawan
tetap dengan Surat Pengangkatan, dan masa kerjanya dihitung sejak tanggal masa
percobaanya dimulai. Selanjutnya karyawan tersebut harus ditempatkan pada bagian yang
sesuai dengan kebutuhan/keberadaan rumah sakit, dengan memperhatikan pendidikan dan
kemampuannya.
(7) Dalam hal penerimaan karyawan yang mempunyai hubungan darah langsung maupun tak
langsung dengan karyawan yang ada di lingkungan rumah sakit, maka penempatannya
harus mengacu pada matriks hubungan keluarga seperti terlampir (Lampiran II) yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan rumah sakit ini.

Pasal 8
Status Karyawan
Status karyawan dibagi kedalam kelompok meliputi:
(1) Karyawan Dalam Masa Percobaan adalah karyawan baru yang sedang menjalani masa
percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan.
(2) Karyawan Tetap adalah karyawan yang terikat hubungan kerja dengan rumah sakit sejak
diangkat sebagai karyawan tetap sampai usia pensiun dan masa kerjanya dihitung mulai
masuk di rumah sakit.
Pasal 9
Penempatan Karyawan
(1) Penempatan karyawan merupakan kewenangan rumah sakit sesuai dengan kebutuhan
rumah sakit dan persyaratan jabatan.
(2) Dalam hal penempatan karyawan, rumah sakit harus mengacu pada matriks hubungan
keluarga sebagaimana diatur dalam lampiran II peraturan rumah sakit ini.

Pasal 10
Mutasi
(1) Rumah sakit mempunyai hak untuk memindahkan (mutasi) karyawan ke unit kerja lain
dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah sakit, pengembangan diri/karir karyawan dan
atau pembinaan karyawan dengan tetap mempertimbangkan persyaratan jabatan dan
kompetensi. Dalam pelaksanaanya rumah sakit akan membicarakan dengan karyawan
bersangkutan guna mendapatkan pemahaman yang obyektif mengenai alasan mutasi
tersebut.
(2) Mutasi karyawan terdiri dari :
a. Rotasi
b. Promosi
c. Demosi
(3) Mutasi karyawan tetap mengacu pada matriks hubungan keluarga yang diatur dalam
lampiran II peraturan rumah sakit ini.

Pasal 11
Rotasi
(1) Rotasi yaitu perpindahan karyawan ke Eselon yang sama
(2) Rotasi dimaksudkan untuk pemenuhan kebutuhan rumah sakit dan pengembangan diri
serta karir karyawan.
(3) Pemberitahuan perpindahan harus disampaikan rumah sakit secara tertulis kepada
karyawan yang bersangkutan dalam bentuk Surat Keputusan yang diterima selambat-
lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal efektif rotasi tersebut.
(4) Rumah sakit wajib mempertimbangkan permohonan rotasi yang diajukan oleh karyawan
yang sudah 3 (tiga) tahun terus menerus menduduki suatu jabatan atau unit kerja tertentu
untuk dipindahkan ke jabatan atau unit kerja lain sesuai dengan persyaratan jabatan dan
kompetensi karyawan bersangkutan sepanjang terdapat jabatan atau unit kerja yang
lowong.
(5) Rumah sakit dapat melakukan rotasi kepada karyawan dengan Eselon 5 keatas yang telah
menduduki posisi tugasnya diatas 5 (lima) tahun dengan tetap mempertimbangan,
persyaratan jabatan, dan kompetensi karyawan bersangkutan tanpa mengurangi hak
rumah sakit untuk melakukan rotasi sesuai ketentuan Pasal 9 ayat diatas.
(6) Bagi karyawan yang dapat menunjukkan surat keterangan dokter bahwa secara fisik tidak
mampu melakukan tugas yang diembannya maka rumah sakit harus mempertimbangkan
untuk memindahkan karawan pada kesempatan pertama.

Pasal 12
Promosi
(1) Promosi adalah perpindahan karyawan ke Eselon yang lebih tinggi
(2) Rumah sakit akan memberikan prioritas promosi berdasarkan kompentensi dan
persyaratan jabatan sesuai dengan jabatan yang lowong kepada karyawan yang telah
menduduki jabatan terntentu paling lama 3 tahun.
(3) Prioritas sebagaimana dimaksud ayat 2 dimaksudnya kepada karyawan yang berasal dari
unit kerja bersangkutan namun tidak menutup kemungkinan bersasal dari luar unit kerja
bersangkutan
(4) Promosi sebagaimana dimaksud ayat 2 dan 3 diatas dilaksanakan secara transparan dan
objektif
Pasal 13
Demosi
(1) Demosi yaitu perpindahan karyawan ke eselon dan pangkat yang lebih rendah satu
tingkat.
(2) Demosi merupakan salah satu bentuk sanksi kepada karyawan yang dilakukan dalam
upaya pembinaan karyawan.
(3) Karyawan yang didemosi dan telah menunjukkan kinerja yang baik dalam kurun waktu
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun, dapat dipertimbangkan untuk dipromosikan kembali
sesuai denga kebutuhan rumah sakit
(4) Karyawan yang Demosi akan mendapatkan nilai D pada Performance Appraisal
(PA)/Performance Management (PM) tahun berjalan.

BAB IV
HARI KERJA DAN JAM KERJA
Pasal 14
(1) Waktu kerja yang dianut dalam peraturan rumah sakit ini yaitu 6 (enam) hari dalam 1
(satu) minggu, 7(tujuh) jam dalam 1 (satu) hari kecuali hari Sabtu 5 (lima) jam dalam
satu hari dan maksimum 40 (empat puluh) jam dalam 1 (Satu) minggu. Hari kerja dimulai
dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu.
(2) Jam kerja dimulai pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 17.00. untuk kantor rumah sakit
yang jam kerjanya dimulai dari pukul 08.30 maka akan berakhir pada pukul 17.30
(3) Kantor rumah sakit yang jam kerjanya berbeda dari ayat 1b, maka lamanya jam kerja
harus mengacu pada ayat 1a
(4) Waktu mulainya jam layanan kerja serta batas jam operasional rumah sakit ditetapkan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi instalasi /unit masing-masing.
(5) Setiap karyawan berhak atas waktu istirahat kerja, istirahat karyawan maksimal 1 (satu)
jam pada setiap hari kerja, yang pelaksanaannya dilakukan pada waktu makan siang dan
pengaturannya diupayakan secara bergilir agar tidak mengganggu pelayanan terutama
pada bagian/unit kerja yang melayani pasien secara langsung. Khusus karyawan yang
akan melaksanakan Shalat Jumat diberikan waktu selama 1,5 jam (satu setengah) jam
termasuk waktu istirahat.

BAB V
LEMBUR DAN SHIF
Pasal 15
Jam Kerja Lembur
(1) Pada dasarnya kerja lembur bukan merupakan kewajiban, akan tetapi merupakan
kesepakatan antara karyawan dan rumah sakit guna menyelesaikan pekerjaan yang tidak
dapat ditunda dan rumah sakit wajib membayar upah/gaji lembur.
(2) Karyawan wanita yang sedang hamil tidak dianjurkan untuk melakukan kerja lembur
(3) Pelaksanaan jam kerja lembur mengacu pada peraturan ini dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
(4) Karyawan yang melakukan tugas, baik di dalam maupun di luar kota melebihi jam kerja
kantor, maka kepadanya diberlakukan perhitungan kerja lembur.

Pasal 16
Perhitungan Upah/Gaji Lembur
(1) Karyawan yang bekerja lembur akan diberikan uang makan lembur dan transportasi
pengantar pulang setelah lembur oleh rumah sakit, sebagai berikut :
a. Uang makan lembur pada hari kerja :
- 1,5 (satu setengah) jam dari berakhirnya jam kerja resmi diberikan uang makan
sebesar Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah)
b. Uang makan lembur pada hari libur
- Kerja lembur lebih dari 1,5 (satu setengah) jam s/d 5 (lima) jam pertama
memperoleh 1 (satu) kali uang makan lembur.
- Setiap melebihi kelipatan 5 (lima) jam mendapatkan tambahan 1 (satu) kali uang
makan lembur.
c. Transportasi
- Karyawan wanita mendapatkan transportasi pulang setelah bekerja lembur melebihi
pukul 19.00
- Karyawan pria mendapat transportasi pulang setelah pukul 20.00
(2) Pembayaran upah/gaji lembur dilakukan pada bulan berikutnya bersamaan dengan
pembayaran upah/gaji bulanan dengan perhitungan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu :
a. Hari kerja :
- Satu jam pertama = 1,5 x (1/173 x upah/gaji sebulan)
- Jam berikutnya = 2 x (1/173 x upah/gaji sebulan)
b. Hari libur :
- Tujuh jam pertama = 2 x (1/173 x upah/gaji sebulan)
- Jam ke-8 = 3 x (1/173 x upah/gaji sebulan)
- Jam ke-9 dst = 4 x (1/173 x upah/gaji sebulan)
(3) Karyawan yang tidak berhak untuk mendapatkan upah/gaji lembur adalah pangkat
Supervisor ke atas
(4) Khusus bagi jabatan Kepala bagian/setara yang bertugas mengawasi staff yang bekerja
lembur diberikan insentif Rp. 20.000 per hari lembur dan untuk staff dengan pangkat
Supervisor yang bekerja lembur diberikan insntif sebesar Rp. 10.000 per hari lembur.
Insentif tersebut diberikan setelah lembur minimal 1,5 (satu setengah) jam setelah jam
kerja resmi berdasarkan surat perintah lembur, sedangkan yang mendapat tugas kliring
berlaku ketentuan insentif kliring.
(5) Pajak atas upah/gaji lembur ditanggung oleh karyawan

Pasal 17
Jam Kerja Shift
(1) Pada bagian/unit kerja tertentu, rumah sakit memerlukan adanya pembagian tugas kerja
dengan cara pembagian shift dan dalam pelaksanaannya menggunakan kebijakan
tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
(2) Tiap satuan waktu kerja shift tidak boleh melebihi 7 (tujuh) jam kerja sehari atau secara
akumulasi 40 (empat puluh) jam seminggu sedangkan pengaturan waktu disesuaikan
dengan kebutuhn perusahaan.
(3) Bila waktu kerja shift melebihi ketentuan ayat 2 butir a Pasal ini, maka diberlakukan jam
kerja lembur sesuai Pasal 15 ayat 2.

Pasal 18
Uang Shift
Kebijakan penetapan uang shift akan disentralisasi dan ditentuakn oleh Direktur rumah sakit

BAB VI
CUTI, SAKIT DAN IJIN
Pasal 19
Cuti Tahunan
(1) Karyawan berhak atas cuti tahunan dengan tetap menerima upah/gaji penuh.
(2) Bagi karyawan baru, cuti pertama dapat diambil setelah karyawan bekerja selama 6
(enam) bulan berturut-turut sejak pertama kali masuk kerja.
(3) Periode cuti kerja selanjutnya adalah mulai dari tanggal 1 januari sampai dengan tanggal
31 Desember
(4) Lamanya hak cuti tahunan bagi pekerja diatur sebagai berikut:
Tahun Kerja Hak Cuti Tahunan
Tahun ke 1 (satu) s/d tahun ke 6 (enam) 12 (dua belas) hari
Tahun ke 7(tujuh) s/d tahun ke 12(dua belas) 15 (lima belas) hari
Tahun ke 13 dan seterusnya 18 (delapan belas) hari

(5) Yang dimaksud dengan tahun kerja adalah tahun pada waktu karyawan masuk kerja,
tanpa memperhatikan bulan pada saat yang bersangkutan masuk kerja
(6) Bagi karyawan yang akan mengakhiri hubungan kerja dapat mengambil hak cuti
tahunannya terlebih dahulu atau hak cutinya dikompensasikan dengan perhitungan
kompensasi sebagai berikut :
Kompensasi = Hak cuti x Upah/gaji per hari
Keterangan :
- Hak cuti = sisa cuti tahun sebelumnya + hak cuti tahunan berjalan yang belum
diambil.
- Upah/gaji perhari = upah/gaji perbulan dibagi hari kerja efektif
- Bobot cuti masa kerja

Tahun Kerja Hak Cuti Tahunan Bobot


Tahun ke 1(satu) s/d tahun ke 12 (dua belas) hari 1 (satu)
6(enam)
Tahun ke 7(tujuh) s/d tahun ke 15 (lima belas) hari 1,25 (satu koma dua puluh
12(dua belas) lima)
Tahun ke 13 dan seterusnya 18(delapan belas) hari 1,50 (satu koma lima puluh)

(7) Ketentuan pengambilan cuti tahunan :


a. Hak cuti tahunan harus diambil seluruhnya dalam tahun berjalan dan masih diberikan
kesempatan pengambilan sampai dengan akhir bulan Desember tahun berikutnya.
Setelah itu sisa hak cuti tahun lalu yang belum diambil akan hangus.
b. Dalam pengambilan cuti di tahun berjalan harus ada satu bagian yang terdiri
sedikitnya 6 (enam) hari kerja berturut-turut dan harus diambil pada tahun berjalan
tersebut. Apabila tidak dilaksanakan, akan dikenakan pemotongan cuti dengan
perhitungan sebagai berikut :
5- jumlah hari cuti terpanjang yang telah diambil dalam setahun tersebut
c. Bagi karyawan yang masih mempunyai sisa cuti sama atau lebih dari 25 hari kerja,
maka cuti yang wajib diambil dalam tahun berjalan minimal adalah 25 hari kerja
(8) Apabila hari libur yang ditetapkan pemerintah dan hari libur yang diakui rumah sakit
jatuh pada masa cuti karyawan, maka hari tersebut tidak dihitung sebagai bagian dari
masa cuti karyawan.
(9) Karyawan yang mengajukan permohonan tidak masuk kerja untuk suatu keperluan (di
luar ketentuan yang diatur dalam Pasal 24 peraturan ini), sedangkan hak cuti tahunannya
telah habis, dapat diberikan ijin meninggalkan pekerjaan maksimal 6(enam) hari kerja
tanpa mendapat upah/gaji.
(10) Apabila dalam masa cutinya karyawan mengalami sakit yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter, maka hari sakitnya tidak diperhitungkan sebagai hari cuti dan masa
cutinya akan diperpanjang secara otomatis sejumlah hari sakitnya yang diambil langusng
beruntun dengan hari cuti yang telah disetujui.

Pasal 20
Cuti Bersama
Rumah sakit memberikan dispensasi pemotongan Cuti Bersama yang dikeluarkan Pemerintah
sebanyak 50% (lima puluh persen) dari yang ditetapkan dalam Surat keputusan Bersama
(SKB Menteri) dengan pembulatan ke bawah, mkasimal 2 (dua) hari kerja.

Pasal 21
Cuti Haid, Melahirkan Dan Keguguran
(1) Karyawan wanita tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid dan
kepada karyawan yang bersangkutan dapat diberikan cuti haid.
(2) Karyawan yang tidak masuk karena cuti haid, harus memberitahukan secara lisan
ketidakhadirannya minimal kepada atasan langsung atau pejabat yang berwenang pada
hari bersangkutan dan cuti haid tersebut tidak mengurangi cuti tahunannnya
(3) Karyawan wanita yang melahirkan berhak memperoleh cuti melahirkan selama 3 (tiga)
bulan kalender yang dapat diambil kapan saja dengan tetap menerima upah/gaji, namun
sebaiknya diambil 1,5 (satu setengah) bulan sebelum dan 1,5 (satu setengah) bulan
setelah melahirkan.
(4) Cuti melahirkan tidak mengurangi hak cuti tahunan.
(5) Karyawan wanita yang mengalami keguguran yang tidak disengaja dan atau Abortus
Provocatus dengan alasan medis, mendapatkan cuti selama 1,5 (satu setengah) bulan
kalender dengan tetap menerima upah/gaji dengan ketentuan melampirkan surat
keterangan dokter kandungan/bidan yang merawat.
(6) Cuti keguguran tidak mengurangi hak cuti tahunan
(7) Apabila karyawan wanita setelah melahirkan/keguguran kandungan masih belum mampu
untuk bekerja kembali disebabkan oleh adanya komplikasi yang timbul akibat
melahirkan/keguguran tersebut, dapat diberikan cuti tambahan sampai dengan 3 (tiga)
bulan kalender dengan menyerahkan surat keterangan dokter yang merawatnya.

Pasal 22
Cuti Besar
Cuti besar akan dirundingkan bersama antara Lembaga Kerja Sama Bipartit dengan rumah
sakit segera setelah Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mengatur
mengenai cuti besar dinyatakan berlaku.
Pasal 23
Cuti di Luar Tanggungan Rumah sakit
(1) Cuti di luar tanggungan rumah sakit adalah ijin meninggalkan Pekerjaan dalam waktu
relative cukup lama tanpa mendapat upah/gaji.
(2) Karyawan dapat memperoleh cuti diluar tanggungan untuk keperluan kesehatan Keluaga
Langsung dari Pekerja, mendampingi suami/istri dan atau keluarga Langsung dalam
rangka dinas sesuai dengan permohonan karyawan yang disertai dengan bukti yang sah
dalam jangka waktu tidak melebihi 3 (tiga) bulan kalender dengan tetap mendapat
tunjangan dan fasilitas rumah sakit dan hanya dapat diambil maksimal 1 (satu) kali dalam
2 (dua) tahun.
(3) Cuti di luar tanggungan untuk kepentingan pendidikan dengan jangka waktu lebih dari 3
(tiga) bulan kalender maksimal 2 (dua) tahun hanya dapat diberikan 1 (satu) kali kepada
karyawan tetap, tanpa mendapat upah/gaji, tunjangan-tunjangan dan fasilitas-fasilitas
lainnya dari rumah sakit .
(4) Permohonan cuti di luar tanggung jawab diajukan minimal 2 (dua) minggu sebelumnya
untuk mendapat persetujuan dari atasan langsung, Kepala Bagian Administrasi Umum
dan Kepegawaian setara untuk cuti di luar tanggungan sesuai ayat 2 Pasal ini dan
persetujuan dari Direktur Utama PT.AN NISAA HUSADA/setara untuk cuti diluar
tanggungan sesuai ayat 3 Pasal ini.
(5) Cuti di luar tanggungan tidak diperhitungkan sebagai masa kerja.

Pasal 24
Sakit
(1) Karyawan yang tidak dapat bekerja karena sakit atau cedera yang dialaminya dapat
diberikan keringanan dengan tidak masuk kerja dengan ketentuan :
a. Karyawan tersebut harus memberitahukan ketidakhadirannya minimal secara lisan
pada hari tidak masuk kerja kepada atasan langsung pekerja atau pejabat yang
berwenang.
b. Apabila sakit atau cedera selama lebih dari 1 (satu) hari kerja berturut-turut, harus
menyertakan surat keterangan sakit dari dokter pada hari pertama kehadirannya.
c. Surat keterangan dokter dapat juga diberikan pada karyawan yang terganggu
kesehatannya dan atau penyakitnya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan orang lain.
(2) Karyawan yang karena sakitnya memerlukan perawatan dalam waktu panjang sehingga
tidak dapat menjalankan pekerjaan dalam waktu lama, tidak diwajibkan bekerja dan tetap
berhak mendapatkan upah.gaji dengan ketentuan sebagai berikut :
Bulan ke-1 s/d bulan ke-9 100% x upah/gaji
Bulan ke-10 s/d bulan ke-12 75% x Upah/gaji

(3) Karyawan yang tidak mampu bekerja pada periode bulan ke-13 dan selanjutnya, dapat
dikenakan PHK sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini

Pasal 25
Izin
(1) Karyawan berhak mengajukan ijin meninggalkan Pekerjaan dengan tetap menerima
upah/gaji tanpa mengurangi hak cuti tahunannya, dengan cara mengajukan surat
permohonan secara tertulis kepada atasan langsung dan sedapat mungkin melampirkan
bukti-bukti yang sah.
(2) Ijin sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini antara lain untuk keperluan :
a. Khusus seperti ujian akademis, wisuda, mengurus dokumen keluarga/pribadi pajak
dan lain-lainnya, karyawan dapat memperoleh ijin meninggalkan tempat kerja yang
terbatas pada waktu kegiatan tersebut.
b. Pernikahan karyawan dengan ketentuan :
- 5 (lima) hari kerja bila pernikahan di dalam kota.
- 7 (tujuh) hari kerja bila tempat pernikahan di luar kota, yang jarak tempuhnya
melebihi 60 km dari rumah sakit
c. Pernikahan sah anak karyawan diberi ijin 3 (tiga) hari kerja.
d. Kelahiran anak dari istri sah atau istri mengalami keguguran kandungan diberi ijin
3(tiga) hari kerja.
e. Baptisan anak sah diberi ijin 2 (dua) hari kerja
f. Khitanan anak sah diberi ijin 2 (dua) hari kerja
g. Upacara potong gigi bagi anak sah kayawan Penganut Agama Hindu diberi ijin 2
(dua) hari kerja.
h. Perayaan Wisudi bagi anak sah Pekerja Penganut Agama Budha diberi ijin 2 (dua)
hari kerja.
i. Perayaan Hari Raya Galungan diberi ijin 1 (satu) hari kerja, khusus bagi pekerja
yang beragam Hindu di luar Pulau Bali.
j. Suami, Istri, anak sah, orang tua kandung atau mertua dirawat di rumah sakit
memperoleh ijin 1(satu) hari kerja selama perawatan. Bila dirawat secara intensif di
rumah sakit (ICU) memperoleh ijin 2 (dua) hari kerja selama perawatan.
k. Meninggalnya anggota keluarga langsung :
- Sampai dengan 2 (dua) hari kerja untuk dalam kota.
- Sampai dengan 4 (empat) hari kerja untuk diluar kota dalam pulau dengan jarak
melebihi 60 km dari tempat tinggal karyawan atau untuk luar pulau denan jarak
kurang dari 300 km dari tempat tinggal karyawan Sampai dengan 5(lima) hari
kerja untuk luar pulau dengan jarak melebihi 300 km dari tempat tinggal
karyawan.
- Khusus untuk meninggalnya Suami, Istri, anak sah karyawan diberikan ijin
tambahan 1 (satu) hari kerja.
l. Kematian kerabat serumah diberi ijin 1 (satu) hari kerja yang dibuktikan dengan
surat keterangan kematian dari Rukun Tetangga (RT) setempat.
m. Pekerja yang menjalankan tugas dan kewajiban Negara diberi ijin meinggalkan
Pekerjaan dengan ketentuan dan perundungan yang berlaku.
n. Bagi setiap karyawan yang melaksanakan panggilan ibadah haji untuk yang pertama
kalinya, dapat diberi ijin meinggalkan Pekerjaan tidak melebihi 3 (tiga) bulan
kalender.
o. Untuk musibah kebakaran, banjir, bencana alam yang menimbulkan kerusakan berat
terhadap tempat tinggal karyawan, diberi ijin 3 (tiga) hari kerja.

BAB VII
SISTEM PENGUPAHAN, JABATAN/KEPANGKATAN DAN PENILAIAAN
PRESTASI
Pasal 26
Upah/Gaji
(1) Upah/gaji adalah imbalan yang diterima oleh karyawan dari rumah sakit untuk sesuatu
pekerjaan atau jasa yang telah dikerjakan
(2) Pembayaran Upah/Gaji dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang.

Pasal 27
Sistem Pengupahan/Penggajian
(1) Skala Upah/gaji ditetapkan oleh perusahaan yang didasarkan pada jenjang kepangkatan
karyawan Skala upah/gaji tahun 2004 – 2005 dari pangkat P2 (Pramukarya 2) sampai
dengan pangkat AM (Assistant Manager) adalah sebagai berikut :

Tabel Skala Upah/Gaji tahun 2004-2005


Dalam ribuan rupiah
Pangkat Low Middle Hight
Pramukarya 2 (P2) 692.000 771.000 1.050.000
Pramukarya 1 (P1) 710.000 939.000 1.449.000
Junior 2 (J2) 750.000 1.045.000 1.598.000
Junior 1 (J1) 979.000 1.441.000 2.204.000
Senior 2 (S2) 1.349.000 1.987.000 3.039.000
Senior 1 (S1) 1.861.000 2.741.000 4.191.000
Supervisor (SPV) 2.567.000 3.780.000 5.780.000
Pro Manager (PM) 3.539.000 5.213.000 7.972.000
Assistant Manager 4.881.000 7.189.000 10.993.000
(AM)

(2) Perincian upah/gaji yang diterima karyawan harus terlihat di dalam bukti/slip penerimaan
upah/gaji dalam kondisi tertutup dan diterima langsung oleh karyawan
(3) Pembayaran upah/gaji dilakukan oleh rumah sakit setiap tanggal 25 bulan berjalan. Jika
tanggal 25 jatuh pada hari libur maka pembayarannya akan dilakukan pada hari kerja
sebelumnya.
Pasal 28
Gaji Berkala
(1) Kenaikan upah/gaji berkala untuk seluruh karyawan dilakukan setiap setahun sekali dan
besarnya kenaikan ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan kemampuan rumah sakit ,
penilaian prestasi kerja dan skala upah/gaji yang berlaku.
(2) Penilaian prestasi harus dilakukan oleh atasan langsung karyawan secara transparan,
obyektif dan disetujui oleh atasan langsung penilai dan karyawan yang bersangkutan.
Perubahan penilaian prestasi karyawan hanya dapat dilakukan dengan sepengatahuan
karyawan .
(3) Pedoman perhitungan kenaikan upah/gaji berkala dari perangkat Pramukarya 2 (P2)
sampai dengan pangkat Assistant Manager (AM) yang dikeluarkan oleh rumah sakit akan
diinformasikan kepada karyawan selambat-lambatnya pada akhir bulan Maret setiap
tahunnya.
(4) Pelaksanaan kenaikan upah/gaji sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di atas, ditentukan
pada bulan April yang berlaku surut sejak bulan Januari tahun berjalan.

Pasal 29
Jenjang Kepangkatan/Eselon
(1) Pada dasarnya penentuan pangkat, eselon dan jabatan merupakan wewenang rumah sakit
sebagaimana yang diatur di dalam SK no. 127/SK/DIR/99,

(2) Penetapan jenjang kepangkatan yang berlaku saat ini adalah :


a. Senior General Manager (SGM)
b. General Manager (GM)
c. Chief Manager (CM)
d. Senior Manager (SM)
e. Manager (M)
f. Deputy Manager (DM)
g. Assistant Manager (AM)
h. Pro Manager (PM)
i. Supervisor (SPV)
j. Senior 1 (S1)
k. Senior 2 (S2)
l. Junior 1 (J1)
m. Junior 2 (J2)
n. Pramukarya 1 (P1)
o. Pramukarya 2 (P2)
(3) Eselon jabatan Struktural dan Fungsional adalah sebagai berikut :
Eselon Pangkat Jabatan Struktural Jabatan Fungsional
S1 SGM Kepala Kantor Wilayah Staf Ahli Direksi
GM Kepala Divisi
CM Kepala Satuan Kerja
Kepala Center
S2 CM Pemimpin KCU A Senior Adviser
SM Wakil Kepala Divisi
M Kepala Satuan Kerja
S3 SM Pemimpin KCU B Adviser
M Pemimpin KCU C
DM Wakil Pemimpin KCU A
Kepala Biro
S4 M Pemimpin KCU B Senior Officer
DM Pemimpin KCU C
AM Pemimpin KCP A
Kepala Bidang KCU A
Kepala Urusan
S5 DM Pemimpin KCU B Officer
AM Pemimpin KCU C
PM Wakil Pemimpin KCP A
Kepala Bidang KCU B
Kepala Bidang KCU C
Kepala Bidang KCU A
S6 AM Wakil Pemimpin KCP B Accosiate Officer
PM Kepala Bagian
Head Teller
SPV Kepala Prioritas KCU B & C
S7.a SPV SWK Assistant Officer
S1 Staf Senior
S2
S7.b S1 Staf
S2
J1
S7.c J1 Staf Senior
J2
S8 P1 Pramukarya
P2

(4) Penetapan kepangkatan karyawan yang baru diterima menjadi karyawan didasarkan pada
persyaratan jabatan yang ditetapkan oleh rumah sakit .

BAB VIII
TUNJANGAN DAN BANTUAN
Pasal 30
Tunjangan Hari Raya
(1) Perusahaan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada seluruh karyawan yang
besarnya ditetapkan sebagai berikut.:
a. Karyawan yang masa kerjanya 12 (dua belas) bulan atau lebih secara terus menerus,
diberikan 1 (satu) bulan upah/gaji.
b. Karyawan yang bermasa kerja 3 (tiga) bulan atau lebih tapi kurang dari 12 (dua belas)
bulan, diberikan secara proporsional dengan perhitungan :
Jumlah masa kerja x 1 (satu) bulan upah/gaji
12
Masa kerja karyawan dihitung mulai dari tanggal bekerja di rumah sakit sampai
dengan tanggal hari pertama Hari Raya Idul Fitri tahun yang bersangkutan.
(2) THR diberikan kepada seluruh karyawan yang pembayarannya dilaksanakan selambat-
lambatnya 2 (dua) minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri.
(3) Karyawan yang putus hubungan kerja dengan rumah sakit kurang dari 30 (tiga puluh)
hari kalender sebelum tanggal hari pertama Hari Raya Idul Fitri, masih berhak mendapat
THR sesuai ketentuan di atas

Pasal 31
Tunjangan Akhir Tahun
(1) Tunjangan Akhir Tahun diberikan kepada setiap karyawan sebesar 1 (satu) bulan
upah/gaji yang pembayarannya selambat-lambatnya dilakukan pada tanggal 23
Desember.
(2) Tunjangan Akhir Tahun akan diberikan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Karyawan dengan masa kerja 12 (dua belas) bulan atau lebih akan diberikan 1 (satu)
bulan upah/gaji.
b. Karyawan dengan masa kerja 3 (tiga) bulan tapi kurang dari 12 (dua belas) bulan
akan diberikan secara proporsional dengan perhitungan :
Jumlah masa kerja x 1 (satu) bulan upah/gaji
12
c. Masa kerja yang menjadi dasar pembagian Tunjangan Akhir Tahun dihitung mulai
tanggal masuk sampai dengan tanggal 31 Desember.
d. Karyawan yang mengundurkan diri sebelum tanggal 1 Desember tidak memperoleh
Tunjangan Akhir Tahun.
e. Khusus untuk karyawan yang dalam periode tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember mengambil Cuti Di Luar Tanggungan (CDT) berlaku ketentuan sebagai
berikut :
- Karyawan yang mengambil CDT sepanjang periode tersebut atau lebih tidak
diberikan Tunjangan Akhir Tahun.
- Karyawan yang dalam periode tersebut mengambil CDT kurang dari 1 (satu)
tahun diberikan Tunjangan Akhir Tahun secara proporsional dengan
perhitungan :
(12 – jumlah bulan CDT) x 1 bulan upah/gaji
12

Pasal 32
Bantuan Pernikahan
(1) Karyawan yang menikah untuk pertama kalinya akan diberikan Bantuan Pernikahan
sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah)
(2) Bagi Karyawan calon suami atau calon istri yang bekerja di dalam dan saturumah sakit,
maka bantuan pernikahan diberikan kepada kedua karyawan tersebut.
Pasal 33
Bantuan Kematian
(1) Dalam hal pekerja meninggal dunia, rumah sakit akan memberikan bantuan uang duka
kepada ahli warisannya yang sah sebesar Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah), upah/gaji
karyawan bulan berjalan serta seluruh hak-hak karyawan yang telah diatur dalam
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam hal karyawan dan atau keluarga karyawan meninggal dunia, maka rumah sakit
akan memberikan bantuan pemakaman kepada karyawan atau ahli warisannya yang sah
sebesar:
a. Rp. 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah) jika yang meninggal adalah karyawan,
suami/istri, anak sah.
b. Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) jika yang meninggal adalah orang tua/mertua
karyawan.
(3) Karyawan yang meninggal dunia karena kecelakaan dalam menjalankan tugas/dinas
diberikan santunan khusus oleh rumah sakit sebesar 20 (dua puluh) kali upah/gaji.
(4) Yang dimaksud dengan keluarha karyawan dalam Pasal ini adalah suami/istri, anak sah,
orang tua dan mertua.
(5) Bantuan tersebut di atas akan diberikan berdasarkan surat keterangan kematian yang sah
dari instasi terkait.
Pasal 34
Bantuan Bencana Alam
(1) Rumah sakit akan memberikan bantuan bencana alam dan musibah seperti kebakaran,
kebanjiran, tanah longsor, gempa bumi dan bencana alam lainnya yang mengakibatkan
kerusakan tempat tinggal karyawan termasuk harta benda yang berada di dalamnya, yang
besaran/nilai bantuan bergantung pada berat ringannya kerusakan.
(2) Besaran/nilai bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini adalah :
a. Dalam hal bencana/musibah menimpa tempat tinggal milik pekerja atau suami/istri
Pekerja maka bantuan yang diberikan adalah :
o Rusak berat atau sama sekali tidak dapat ditempati Rp. 10.000.000 (sepuluh juta
rupiah)
o Rusak sebagian dan masih dapat ditempati Rp. 4.000.000 (Empat juta rupiah)
b. Dalam hal bencana/musibah menimpa rumah kos, rumah keluarga yang menjadi
tumpangan maka bantuan diberikan sebesar maksimal Rp. 3.000.000 (tiga juta
rupiah)
c. Dalam hal bencana/musibah menimpa rumah kontrak maka bantuan diberikan
sebesar maksimal Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah).
(3) Dalam hal bencana/musibah menimpa rumah karyawan namun tidak ditempati/dihuni
oleh karyawan yang bersangkutan, maka kepada karyawan tersebut tidak diberikan
bantuan bencana alam, kecuali ybs sedang ditempatkan di kota/cabang lain.
Pasal 35
Bantuan Natura
(1) Bagi karyawan dengan resiko tinggi[ gizi,radiologi,laboratorium] diberikan bantuan
natura dalam bentuk susu segar 4[empat] kali dalam satu bulan .
(2) Bagi karyawan tugas dikamar oprasi diberikan minuman susu dan telur rebus ) untuk
(dua) kali dalam satu minggu

Pasal 36
Penggantian Perjalanan Dinas/Training
(1) Rumah sakit akan menanggung biaya trnasportasi dan akomodasi serta memberikan
penggantian biaya uang saku perjalanan dinas bagi karyawan yang menjalankan
tugas/trining/seminar ke luar kota maupun ke luar negeri.
(2) Yang termasuk kategori perjalanan dinas untuk tugas/training/seminar adalah perjalanan
ke luar kota berdasarkan surat penugasan yang :
a. Jarak tempuhnya dari kantor karyawan ke tempat tujuan melebihi 60 (enam puluh)
km sekali jalan dan lama perjalanan dinas pulang dan pergi, termasuk pelaksanaan
kerja, melebihi 8 (delapan) jam atau
b. Karena tugasnya, karyawan harus menginap di kota tempat bertugas.
(3) Besaran pergantian biaya Perjalanan dinas/training sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
Pasal ini ditentukan sebagai berikut :
Akomodasi dan Transportasi
1 Pesawat -Kelas Ekonomi untuk pangkat Pramukarya 2 s/d
Manager
-Kelas Bisnis untuk pangkat Senior Manager s/d
Senior General Manager
2 Kereta Kelas Eksekutif
3 Mobil Pribadi Penggantian sebesar Rp. 2.000/km, maksimal Rp.
300.000 (jarak tempuh melebihi 60 km)
4 Transportasi Disediakan perusahaan atau diganti penuh
umumnya
5 Hotel Maksimal bintang 4 Standart room. Apabila di kota
tujuan tidak terdapat hotel bintang 4 maka hotel yang
digunakan adalah yang tertinggi di kota tersebut
maksimal Rp. 300.000 (tiga ratus ribu)

Untuk pangkat P2 s/d AM menggunakan sharing room

Uang Saku dan Uang Makan/Hari


Pangkat P1 s/d P2 J2 s/d SPV PM s/d M SM s/d SGM
1 Dalam
Negeri
a. Dinas Rp. 60.000 Rp. 75.000 Rp. 100.000 Rp. 100.000
b. Training Rp. 75.000 Rp. 75.000 Rp. 75.000 Rp. 75.000
2 Luar Negeri
a. Dinas 0 US $ 50 US $ 75 US $ 100
b. Training US $ 50 US $ 75
Binatu/hari
1 Dalam Negeri Sesuai Kwitansi maksimal RP. 55.000
2 Luar Negeri US $ 20

Pasal 37
Bantuan Pakaian Dinas
Setiap tahun rumah sakit memberikan pakaian seragam kepada karyawan yang karena
tugasnya diwajibkan menggunakan pakaian seragam.
(1) Untuk karyawan wanita, berupa pakaian seragam bentuk jadi
Untuk karyawan pria, berupa kemeja bentuk jadi 3 potong, dasi 2 potong, celana panjang
bentuk bahan dan ongkos jahit sebesar Rp. 150.000 (seratus lima puluh ribu) untuk 3
potong.
(2) Untuk Pramukarya, berupa bahan kain untuk kemeja dan celana panjang/blus dan rok,
ongkos jahit sebesar Rp. 225.00 (dua ratus dua puluh lima ribu rupiah) untuk 3 stel
seragam, uang sepatu sebesar Rp. 150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah) per Pekerja.
(3) Pembagian seragam akan dilakukan rumah sakit paling lambat bulan Februari setiap
tahunnya.
Pasal 38
Tunjangan Lain-lain
Petugas kasir dan petugas pengendali pelayanan yang dijamin pihak ke tiga (BPJS,Asuransi
lain ) akan diberikan tunjangan sebesar Rp 200.000 (dua ratus ribu rupiah) atau Rp 300.000
(Tiga ratus ribu rupiah) per bulan yang penentuannya ditetapkan Direktur dan pembayarannya
dilakukan secara proporsional berdasarkan kehadiran dan dibayarkan bersamaan dengan
upah/gaji bulanan berikutnya.

BAB IX
PAJAK PENGHASILAN
Pasal 39
Pajak
(1) Setiap penghasilan yang diterima karyawan dari rumah sakit adalah obyek pajak
(2) Pajak penghasilan karyawan wajib ditanggung oleh karyawan sesuai undang-undang
perpajakan berlaku
(3) Khusus untuk Bantuan Natura, Bantuan Pernikahan, Bantuan Kematian, Bantuan
Bencana Alam, Bantuan Pakaian, Sepatu, Penggantian Biaya Perjalanan Dinas/Training
dan Fasilitas kesehatan akan diterima Netto oleh karyawan

BAB X
INSENTIF KHUSUS
Pasal 40
Bagi petugas penagihan kekurangan pembayaran akan diberikan insentif khusus, yang besaran
dan teknis pelaksanaannya mengacu pada besar kecilnya pendapatan penagihan .

BAB XI
JASA PRODUKSI (BONUS)
Pasal 41
(1) Dalam hal rumah sakit memperoleh laba dlam 1 (satu) tahun buku dan setelah ada
laporan audit akuntan publik sesuai ketentuan yang berlaku, maka Direksi dengan
persetujuan Komisaris akan memutuskan pemberian Jasa Produksi (bonus)
(2) Besarnya Jasa Produksi (bonus) kepada masing-masing karyawan akan ditentukan
berdasarkan prestasi kerja dengan memperhatikan masa kerja karyawan
(3) Pembayaran Jasa produksi (bonus) akan dilaksanakan selambat-lambatnya 1 (Satu) bulan
setelah laporan audit akuntan publik selesai.

BAB XII
JAMINAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI KARYAWAN YANG
MENGANDUNG RESIKO TINGGI
Pasal 42
Pemeriksaan kesehatan secara berkala petugas gizi, radiologi ,laboratorium 6 [enam ]bulan
sekali minimal 1tahun sekali untuk memberikan perlindungan kepada karyawan maupun
pasien .

BAB XIII
JAMINAN SOSIAL DAN HARI TUA
Pasal 43
(1) Rumah sakit wajib mengikutsertakan karyawan di dalam program perlindungan tenaga
kerja sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan asuransi dibidang
ketenagakerjaan.
(2) Proses penyelesaian/klaim dilakukan oleh rumah sakit, kecuali karyawan yang
mengundurkan diri dapat mengajukan permohonan dan dibantu penyelesaiannya
(3) Asuransi dibidang ketenaga kerjaan sebagai mana dimaksud pada ayat 1 adalah asuransi
kecelakaan diri karyawan yang berlaku.

Pasal 44
Dana Pensiun
(1) Dana pensiun adalah dana dari karyawan dan rumah sakit dikumpulkan oleh rumah sakit
dan selanjutnya disetor ke rekening dana pensiun
(2) Rumah sakit menyelenggarakan program dana pensiun bagi karyawan menurut ketentuan
UU No 11 tahun 1992 tentang pensiun dan peraturan pelaksanaannya.

BAB XIV
FASILITAS SOSIAL
Pasal 44
(1) Peribadatan
b. Rumah sakit wajib memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menjalankan
kegiatan ibadah sesuai dengan agamanya.
c. Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan atau tempat ibadah yang memenuhi
syarat-syarat peribadatan sesuai dengan kondisi rumah sakit
d. Rumah sakit akan memberikan bantuan keuangan untuk kegiatan ibadah karyawan
dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan rumah sakit
(2) Kantin
(3) Perpustakaan
(4) Fasilitas Rekreasi dan Sarana olahraga
a. Rumah sakit wajib melaksanakan rekreasi dan olahraga bagi seluruh karyawan yang
dananya dianggarkan oleh rumah sakit setiap tahunnya.

BAB XV
PINJAMAN KARYAWAN
Pasal 45
Pengertian Dan Ketentuan
(1) Pinjaman karyawan adalah fasilitas yang disediakan dan diberikan oleh rumah sakit untuk
karyawan dengan tujuan meningkatkan taraf hidup karyawan
(2) Fasilitas pinjaman tersebut diberikan dengan persyaratan sederhana mengacu pada
kemampuan Perusahaan
(3) Fasilitas Pinjaman hanya diberikan kepada karyawan tetap
(4) Setiap pinjaman karyawan yang diatur dalam peraturan ini harus segera dilunas jika
karyawan akan mengakhiri hubungan kerja atau jika hubungan kerja terputus dengan
rumah sakit
(5) Bagi karyawan yang menunggak pembayaran angsuran pinjaman yang diatur dalam
peraturan ini akan dikenakan sanksi sebagaimana ditentukan dalam Pedoman Sanksi yang
tercantum dalam lampiran VI no 5.
Pasal 46
Pinjaman Darurat
(1) Rumah sakit memberikan fasilitas pinjaman darurat sebesar maksimal Rp 5.000.000
dengan ketentuan :
a. Masa pelunasan maksimal 5 (lima) tahun tanpa bunga.
b. Total seluruh angsuran atas pinjaman karyawan tidak boleh melebihi dari 1/3
(sepertiga) x upah/gaji
c. Apabila pinjaman darurat pertama sedang berjalan, karyawan membutuhkan lagi
pinjaman darurat, maka maksimal pinjaman darurat yang dapat diberikan adalah
maksimal plafond pinjaman darurat dikurangi saldo pinjaman darurat yang telah ada.
(2) Yang termasuk pinjaman darurat adalah :
a. Membiayai pendidikan formal karyawan dan anak sah karyawan
b. Melahirkan anak keempat.
c. Tambahan biaya berobat jalan karyawan
d. Biaya selisih rumah sakit yang harus ditanggung karyawan
e. Perawatan rumah sakit untuk keluarga yang menjadi tanggungan karyawan dan
Keluarga langsung karyawan
f. Tambahan biaya pemakaman keluarga langsung.
g. Pemasangan pompa air, sumur bor, listrik, telepon dan septik tank.
h. Tambahan biaya pernikahan karyawan
i. Biaya perbaikan/kontrak rumah yang ditempati karyawan.
j. Membiayai pendidikan non formal karyawan, dan anak sah karyawan k. Membiayai
pendidikan istri, saudara kandung karyawan.
(3) Khusus untuk Pinjaman darurat sebagaimana dimaksud dalam Ayat 2 butir a s/d e di atas,
total angsuran seluruh pinjaman karyawan dimungkinkan dapat melebihi 1/3 x gaji/upah.

Pasal 47
Pinjaman Kendaraan Bermotor
(1) Persyaratan pinjaman kendaraan bermotor :
a. Masa kerja sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
b. Penilaian kinerja pada tahun terakhir minimal nilai C dan tidak sedang menjalani Surat
Peringatan dan tidak sedang menjalani sanksi Demosi.
(2) Pinjaman kendaraan diberikan dengan ketentuan sbb:
a. Plafon pinjaman diberikan sebesar 26 kali upah/gaji.
b. Masa pelunasan kendaraan sampai dengan usia pensiun atau maksimal 8 tahun.
c. Bunga 5% per tahun efektif.
d. Usia kendaraan maksimal 5 tahun
e. Besarnya plafon pinjaman pembelian kendaraan kedua diberikan sebesar 13 kali upah/
gaji setelah pinjaman pertama berjalan 4 tahun dan setelah dilunasi.
(3) Perusahaan menyediakan fasilitas pinjaman khusus yang bersifat komersial untuk
pembelian kendaraan bermotor roda empat bagi pekerja yang telah memperoleh UMGK
pertama yang digunakan untuk pembelian kendaraan bermotor roda dua.

Pasal 48
Pinjaman Perumahan
(1) Persyaratan Pinjaman Perumahan:
a. Masa kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
b. Penilaian kinerja pada tahun terakhir minimal nilai C dan tidak sedang menjalani
Surat Peringatan dan tidak sedang menjalani sanksi
(2) Pinjaman perumahan diberikan dengan ketentuan sbb:
a. Plafon pinjaman diberikan sebesar 40 kali upah/gaji.
b. Masa pelunasan sampai dengan usia pensiun atau maksimu

BAB XVI
TATA TERTIB
Pasal 49
Tata Tertib Kerja
(1) Setiap karyawan diwajibkan mencatatkan kehadirannya (waktu datang dan pulang)
dengan menggunakan alat pencatat yang telah disediakanrumah sakit.
(2) Pencatatan kehadiran melalui alat pencatat yang telah tersedia, harus dilakukan sendiri
oleh karyawan yang bersangkutan.
(3) Setiap karyawan yang hendak meninggalkan Pekerjaan pada jam kerja karena suatu
keperluan, wajib memberitahukan secara lisan maksud tersebut minimal kepada atasan
langsung dari karyawan yang bersangkutan.
(4) Karyawan yang tidak masuk kerja dengan alasan sakit sebanyak 2 (dua) hari berturut-
turut harus menunjukkan surat keterangan sakit (dari dokter) pada hari pertama
kehadirannya.
(5) Karyawan yang tidak masuk kerja oleh sebab yang sah, sedapat mungkin pada hari itu
juga menginformasikan ketidakhadirannya kepada atasan langsung atau pejabat yang
berwenang.
(6) Karyawan wajib memakai tanda pengenal (identity card) selama berada di lingkungan
rumah sakit.
(7) Karyawan wajib memakai pakaian kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Karyawan wajib memakai pakaian seragam yang telah ditentukan dan diberikan
olehrumah sakit, kecuali bagi karyawan yang mendapat prioritas untuk tidak
memakai pakaian seragam dan karyawan pada eselon S5 ke atas. Khusus untuk
karyawan Pria eselon 6 akan diberikan dasi yang berbeda.
b. Karyawan wanita yang tidak diwajibkan untuk mengenakan pakaian seragam harus
tetap mengenakan busana kerja yang rapi (tidak diperkenankan mengenakan celana
panjang/kulot atau sejenisnya).
c. Karyawan yang beragama Islam (muslimah) yang mengenakan jilbab dan diwajibkan
memakai pakaian seragam, tetap diharuskan untuk menggunakan seragam secara
lengkap.
d. Karyawan yang sedang hamil tidak diwajibkan memakai pakaian seragam.
Catatan : Bagi karyawan wanita yang tidak hamil dan ingin mengenakan seragam
akan diberikan bahan dari rumah sakit Khusus pada hari Jumat, karyawan
diperkenankan berpakaian bebas (sopan dan rapi) dengan ketentuan :
o Pria tidak diperkenankan memakai kaos tanpa kerah, sepatu olahraga/sepatu
sandal.
o Wanita tidak diperkenankan memakai celana ketat, celana pendek dan baju
tanpa lengan.

BAB XVII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 50
Hak Dan Kewajiban Rumah Sakit
(1) Hak karyawan Memperoleh upah/gaji sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan.
a. Memperoleh upah/gaji lembur untuk kelebihan Jam Kerja dari waktu kerja yang telah
ditetapkan dalam peraturan ini.
b. Memperoleh dan melaksanakan cuti.
c. Memperoleh penggantian biaya kesehatan sesuai dengan isi peraturan ini
d. Menerima seluruh bentuk Tunjangan sesuai yang ditetapkan dalam peraturan ini.
e. Mengemukakan pendapat, usul dan saran yang baik demi membangun perbaikan
kinerja khususnya dan kemajuan rumah sakit pada umumnya.
f. Memperoleh kesempatan untuk berkarya sesuai dengan ketrampilan dan kompetensi di
dalam rumah sakit Mengadakan pemutusan hubungan kerja sesuai ketentuan yang
berlaku,
g. Pensiun sesuai ketentuan berlaku.

(2) Hak rumah sakit:


a. Memberikan tugas dan pekerjaan yang layak kepada karyawan selama waktu kerja.
b. Menugaskan karyawan untuk bekerja lembur/shift dengan memperhatikan peraturan
ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Menempatkan karyawan di unit kerja maupun yang terdapat di rumah sakit sesuai
kemampuan dan kompetensi karyawan Memberikan sanksi kepada karyawan yang
melanggar peraturan ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Memutuskan hubungan kerja dengan memperhatikan peraturan ini dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Menetapkan anggaran dan sasaran kerjarumah sakit .

Pasal 51
Hak Dan Kewajiban Karyawan
(1) Kewajibankaryawan :
a. Menaati hari kerja dan Jam Kerja yang telah ditentukan dalam peraturan ini.
b. Menaati peraturan ini serta segala bentuk peraturan yang berlaku di lingkungan rumah
sakit .
c. Memberikan keterangan yang benar mengenai data pribadi, keluarga maupun
mengenai Pekerjaan kepadarumah sakit.
d. Melaksanakan semua tugas dan pekerjaan yang layak diberikan oleh rumah sakit,
dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggung jawab.
e. Menjaga kerahasiaan rumah sakit dan pasien, yang didapat karena jabatannya maupun
di dalam pergaulannya di lingkungan rumah sakit
f. Mengutamakan kepentingan rumah sakit di atas kepentingan pribadi ataupun
golongan.
g. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan rumah sakit
Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik dan harmonis.
h. Saling menghormati antara sesama pemeluk agama atau kepercayaan yang berbeda.
i. Memberikan pelayanan yang baik sesuai prinsip 3S[senyum,salam ,sapa]dan tidak
mengadakan pungutan apapun dari pasien di luar ketentuanrumah sakit .
j. Memelihara kebersihan di lingkunganrumah sakit .
k. Menjaga kesopanan dan kesusilaan serta norma pergaulan yang baik dalam
lingkunganrumah sakit .
l. Menjaga etika kesopanan terhadap Pimpinan rumah sakit serta sesama karyawan
Berpenampilan baik, sopan dan rapi demi menjaga/memelihara citra/nama baikrumah
sakit .
m. Senantiasa memiliki rasa memiliki serta selalu mewujudkan sikap dedikasi dan
loyalitas yang tinggi di dalam melaksanakan tugas rumah sakit Menjaga dan
memelihara sarana dan prasarana milik rumah sakit yang dipercayakan kepada yang
bersangkutan atau yang dipegunakan dalam pelaksanaan tugas.
(2) Kewajiban Rumah sakit memberikan upah/gaji, upah/gaji lembur, dan tunjangan/bantuan
sesuai peraturan ini.
a. Memenuhi/memberikan hak-hak karyawan sesuai peraturan ini maupun peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Memperhatikan, memelihara keselamatan dan kesehatan kerja karyawan .
c. Menaati dan menjalankan peraturan ini serta perundang-undangan di bidang ketenaga-
kerjaan.
d. Memperbanyak, mensosialisasikan dan memberikan peraturan ini kepada seluruh
karyawan tanpa kecuali.
e. Menampung dan meperhatikan aspirasi karyawan .
f. Mengikutsertakan karyawan dalam program asuransi Kecelakaan diri karyawan .

BAB XVIII
LARANGAN
Pasal 52
(1) Setiap karyawan dilarang untuk :
a. Menyalahgunakan wewenang dan jabatan.
b. Melakukan pekerjaan di Perusahaan lain atau terikat dalam suatu usaha dengan pihak
lain yang dapat mengganggu kinerja.
c. Mengambil/membawa pulang peralatan kerja/barang-barang milik rumah sakit tanpa
ijin.
d. Menyalahgunakan barang-barang, uang, atau surat-surat berharha milik rumah sakit
dan/atau yang berada di bawah penguasaan rumah sakit
e. Memiliki, menjual, memmbeli, mengadaikan, mengagunkan, menyewakan atau
meminjamkan barang-barang, uang, dokumen, atau surat-surat berharga milik rumah
sakit secara tidak sah.
f. Melakukan kerjasama di luar tugas dan tanggung jawab pekerja dengan atasan, teman
sejawat, bawahan atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain, yang secara
langsung dapat merugikan rumah sakit.
g. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap
bawahan/atasasn/sesama karyawan atau orang lain di dalam maupun di luar
lingkungan kerja.
h. Menerima uang atau hadiah dari siapapun juga yang diketahui atau patut diduga
bahwa pemberian itu dapat mempengaruhi baik sebelum maupun sesudah
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan jabatan dan wewenang karyawan yang
bersangkutan.
i. Melakukan pelanggaran norma-norma kesusilaan yang dapat mengganggu kerukunan
rumah tangga karyawan sendiri, maupun rumah tangga orang lain.
j. Membawa dan atau meminum minuman keras, obat terlarang yang memabukkan di
dalam lingkungan rumah sakit .
k. Membawa senjata tajam, senjata api atau senjata lain yang dapat membahayakan orang
lain ke dalam rumah sakit kecuali karena tugas dan ijin yang berwenang.
l. Berjudi dalam segala macam bentuk perjudian di lingkungan rumah sakit .
m. Merusak sarana dan prasarana milik atau yang dikuasai rumah sakit melakukan
pelaranggaran-pelanggaran lain yang dilarang oleh ketentuan perundangan yang
berlaku.
n. Melakukan tindakan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN).
(2) Rumah sakit atau Direktur rumah sakit dilarang untuk :
a. Mengancam keselamatan karyawan maupun keluarganya.
b. Melakukan penganiayaan terhadap karyawan maupun keluarganya.
c. Membujuk dan menghasut karyawan , keluarga karyawan untuk berbuat sesuatu yang
melanggar hukum.
d. Melakukan penghinaan dan atau pelecehan terhadap karyawan maupun keluarganya.
e. Memberikan keterangan palsu.
f. Melakukan PHK tanpa melalui prosedur atau ketentuan hukum yang berlaku.
g. Tidak membayar atau mengurangi upah/gaji karyawan tanpa alasan yang jelas.
h. Melakukan intimidasi dalam bentuk apapun terhadap karyawan .
i. Melakukan diskriminasi dalam bentuk apapun terhadap karyawan .
j. Melakukan tindakan semena-mena/sewenang-wenang terhadap karyawan dan
keluarganya.
k. Melakukan hubungan kerja ataupun bisnis dengan perusahaan milik karyawan maupun
keluarga karyawan yang mengandung unsur Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
l. Menerima komisi baik secara langsung ataupun tidak langsung atas
pembelian/penjualan aktiva rumah sakit .
m. Menerima uang atau hadiah dari siapapun juga yang diketahui atau patut diduga
bahwa pemberian itu dapat mempengaruhi baik sebelum maupun sesudah
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan jabatan dan wewenang.

BAB XIX
SANKSI
Pasal 53
(1) Rumah sakit berhak untuk mengenakan sanksi kepada karyawan jika :
a. Karyawan melakukan pelanggaran Tata Tertib Kerja sebagaimana dimaksud Pasal 54
peraturan ini.
b. Karyawan lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat
1 dan Larangan yang tercantum dalam Pasal 57 ayat 1 peraturan ini.
c. Karyawan melakukan pelanggaran dalam melaksanakan kegiatan perbankan
sebagaimana dimaksud dalam lampiran peraturan ini..
d. Karyawan melakukan tindakan sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 158
Undang-Undang no. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
(2) Jenis sanksi yang dapat dikenakan oleh umah sakit kepada karyawan adalah :
a. Sanksi pokok yang pembebanannya stelah ditentukan dalam pedoman sanksi :
- Peringatan Lisan
- Surat Teguran
- Surat Peringatan
- Demosi
- Pemutusan Hubungan Kerja
b. Sanksi Tambahan :
- Pemindahan Jabatan (rotasi)
- Penundaan kenaikan pangkat
- Penundaan kenaikan upah/gaji
- Pencabutan fasilitas-fasilitas yang melekat pada jabatan yang bersangkutan
- Pelepasan jabatan
- Sanksi hukum lainnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
(3) Masa Berlakunya Sanksi adalah sebagai berikut :
- Surat Peringatan I (SP1) : 3 (tiga) bulan
- Surat Peringatan II (SP2) : 4 (empat) bulan
- Surat Peringatan III (SP3) : 5 (lima) bulan
- Demosi : 1 (satu) tahun
Apabila dalam masa berlakunya Sanksi Surat Peringatan III atau sanksi Demosi,
karyawan kembali melakukan pelanggaran/kesalahan maka rumah sakit dapat
mengenakan sanksi PHK.
(4) Surat Peringatan yang dikeluarkan oleh rumah sakit wajib ditembuskan kepada pengurus
Lembaga Kerja Sama Bipartit
(5) Pedoman Sanksi atas pelanggaran Tata Tertib kerja adalah sebagai berikut :
Sanksi Pelanggaran Tata Tertib Kehadiran
Peringatan Lisan 1. Jika karyawan terlambat tanpa alasan yang dapat diterima
sebanyak 5 (lima) kali atau lebih dalam bulan yang sama
2. Karyawan mangakir bekerja selama 1 hari dalam 1 bulan
kalender
Surat Teguran 1. Jika setelah mendapat peringatan lisan karyawan
terlambat lagi sebanyak 5 (lima) kali atau lebih dalam 3
(tiga) bulan berikutnya tanpa alasan yang dapat diterima
2. Karyawan mangkir bekerja selama 2 hari dalam 1 bulan
kalender
3. Karyawan yang meninggalkan tempat kerja sebelum Jam
Kerja berakhir tanpa ijin atasan langsung atau pejabat
yang berwenang
Surat peringatan 1. Bila karyawan tersebut mendapat 3 kali Surat Teguran
I dalam jangka waktu 12 Bulan, maka kepada yang
bersangkutan akan deikenakan Surat Peringatan Pertama.
2. Karyawan mungkin akan bekerja selama 3 hari dalam 1
bulan kalender
3. Memanipulasi data kehadiran baik dilakukan sendiri
dibantu maupun membantu rekan dari karyawan yang
bersangkutan
Surat peringatan Karyawan mangkir bekerja selama 4 hari dalam 1 bulan
II kalender
Surat peringatan Karyawan mangkir bekerja selama 5 hari dalam 1 bulan
III kalender

(6) Pedoman Sanksi untuk pelanggaran/kejahatan yang diatur dalam ayat 1 selain
pelanggaran Tata Tertib Kerja akan diatur dalam Lampiran VI, VII-b peraturan ini dan
jika dipandang perlu rumah sakit dapat membebankan sanksi tambahan sebagaimana
tercantum dalam ayat 2 B tersebut di atas.
(7) Karyawan yang melakukan pelanggaran/kejahatan yang diancam sanksi diberhentikan
sebagaimana diatur dalam Pedoman Sanksi dalam Lampiran VI,Via-b dapat dilakukan
proses PHK sesuai dengan kententuan Undang-Undang no. 13 tahun 2003.
(8) Bilamana rumah sakit melakukan pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 57 ayat 2
peraturan ini, maka sanksi yang dapat dikenakan adalah sesuai sanksi yang tercantum
dalam ayat 2 pasal ini.
(9) Bilamana rumah sakit melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 57
ayat 2 maka rumah sakit dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundangan
yang berlaku.

BAB XX
SKORSING DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 54
Masa Pemberhentian Sementara/Skorsing
(1) Rumah sakit dapat memberlakukan masa pemberhentian sementara skorsing, kepada
karyawan yang sedang dalam proses PHK.
(2) Pemberlakuan skorsing dilaksanakan setelah rumah sakit mengirimkan kepada karyawan
yang bersangkutan tembusan Surat Permohonan Ijin PHK yang sebelumnya telah
dikoordinasikan dengan Lembaga Kerja Sama melalui mekanisme Bipartit.

Pasal 55
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Untuk menjamin kepastian dan ketentraman hidup karyawan serta ketenangan berusaha
bagirumah sakit , maka sedapat mungkin PHK dihindari sesuai dengan Undang-Undang No.
12 tahun 1964, Undang-Undang No. 13 tahun 2003 dan Peraturan Perundangan lain yang
berlaku, kecuali bagi karyawan yang telah mencapai usia pensiun atau tidak mampu lagi
bekerja sesuai dengan surat keterangan dokter dan atau atas kehendak karyawan
bersangkutan.
(1) PHK adalah pengakhiran hubungan kerja antara rumah sakit dengan karyawan
berdasarkan ijin Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah/Pusat (P4D/P4P)
yang sebelumnya telah dilakukan langkah-langkah penyelesaian Bipartit dengan
melibatkan Lembaga Kerja Sama .
(2) Sebagai akibat adanya PHK maka rumah sakit Wajib memenuhi seluruh hak karyawan .

Pasal 56
PHK Dalam Masa Percobaan
Dalam hal PHK terjadi dalam masa percobaan, Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa
Kerja Maupun Uang Penggantian Hak tidak akan dibayarkan kepada karyawan yang
bersangkutan, akan tetapi rumah sakit diwajibkan membayar sisa upah/gaji yang belum
dibayarkan pada bulan berjalan. PHK atas permintaan karyawan
(1) Dalam hal karyawan ingin memutuskan hubunga nkerja atas kehendak sendiri
(mengundurkan diri), maka surat permohonan pengungduran diri karyawan harus
diajukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tanggal pengunduran diri karyawan
(2) Karyawan yang mengundurkan diri karena kehendak sendiri akan memperoleh uang
penggantian hak ditambah dengan uang pisah sesuai dengan Undang-undang No. 13
tahun 2003 atau kententuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Uang pisah sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diberikan sesuai table dibawah ini:
Masa Kerja Uang Pisah
3 thn < 6 thn 1 bln
6 thn < 9 thn 2 Bln
9 thn < 12 thn 3 Bln
12 thn < 15 thn 5 Bln
15 thn < 18 thn 6 Bln
18 thn < 21 thn 7 bln
21 thn < 24 thn 8 Bln
24 thn lebih 10 Bln

Pasal 57
PHK Karena Sakit Berkepanjangan
Karyawan yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja
tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan dapat
mengajukan pemutusan hubungan kerja dan diberikan:
a. 2 kali ketentuan Uang Pesangon sesuai tabel pasal 68 ayat 2.
b. 2 kali ketentuan Uang Penghargaan Masa Kerja sesuai tabel pasal 68 ayat 3.
c. 1 kali ketentuan Uang Penggantian Hak sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun
2003.
Pasal 58
PHK Karena Telah Mencapai Usia Pensiun
Rumah sakit wajib memberikan hak-hak karyawan sebagaimana diatur dalam peraturan ini
karena karyawan yang terkena PHK karena mencapai usia pensiun.
(1) Karyawan akan pensiun setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 (lima puluh lima)
tahun dengan mendapatkan hak-hak sebagai berikut:
a. Surat penghargaan yang ditanda tangani oleh Direktur Utama PT.AN NISAA
HUSADA Cindera mata berupa emas seberat 10 gram.
b. Manfaat Jaminan Hari Tua dari Jamsostek.
c. Manfaat Pensiun dari Dana Pensiun.
d. Uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak dari rumah
sakit dengan perhitungan sebagai berikut:
(Angka Tabel X gaji Gross Terakhir) dikurangi Akumulasi 5% Dana Pensiun
Kontribusi rumah sakit tanpa Pengembangan.
Tabel Angka Perkalian
Gaji Gross Terakhir berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Angka Perkalian Upah/Gaji
Gross Terakhir
Kurang dari 1 thn 2.3 x gaji
1 thn s/d < 2 thn 4.6 x gaji
2 thn s/d < 3 thn 6.9 x gaji
3 thn s/d < 4 thn 11.5 x gaji
4 thn s/d < 5 thn 13.8 x gaji
5 thn s/d < 6 thn 16.1 x gaji
6 thn s/d < 7 thn 19.55 x gaji
7 thn s/d < 8 thn 21.85 x gaji
8 thn s/d < 9 thn 24.15 x gaji
9 thn s/d < 12 thn 25.3 x gaji
12 thn s/d < 15 thn 26.45 x gaji
15 thn s/d < 18 thn 27.6 x gaji
18 thn s/d < 21 thn 28.75 x gaji
21 thn s/d < 24 thn 29.9 x gaji
24 thn atau lebih 32.2 x gaji

Catatan :
Akumulasi 5(lima) % kontribusi rumah sakit n dalam iuran Dana Pensiun
adalah5/8 (lima per delapan) dari saldo Dana Pensiun yang tertera di slip
penerimaan gaji.
(2) Karyawan yang pensiun selain mendapatkan hak-hak sebagaimana diatur dalam ayat 1
Pasal ini, juga akan menerima tambahan manfaat pasca Pensiun sebagai berikut:
a. Manfaat bulanan yang besarnya sama dengan 1(satu) bulan upah/gaji gross terakhir
yang bersangkutan, diberikan selama 12 bulan.
b. Manfaat untuk merayakan hari raya keagamaan sebesar 1 (satu) bulan upah/gaji
gross terakhir, yang dibayarkan 2(dua) mingg sebelum hari raya Idul Fitri.
c. Manfaat akhir tahun diberikan secara proporsional dengan rumus :
Jumlah bulan bekerja dalam tahun berjalan x 1 (satu) bln Upah/gaji gross terakhir
12(dua belas)
d. Penggantian biaya kesehatan selama 12 (dua belas) bulan setelah pensiun untuk
karyawan yang telah pensiun dan Keluargakaryawan .
e. Diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang dikelola oleh
Training Center PT.AN NISAA HUSADA

Pasal 59
PHK Karena Meninggal Dunia
Dalam hal karyawan meninggal dunia, maka kepada ahli waris yang sah akan diberikan:
a. Kompensasi PHK sesua idengan tabel di bawah ini:
Masa Kerja Angka Perkalian Upah/Gaji
Gross Terakhir
Kurang dari 1 thn 2.3 x gaji
1 thn s/d < 2 thn 4.6 x gaji
2 thn s/d < 3 thn 6.9 x gaji
3 thn s/d < 4 thn 11.5 x gaji
4 thn s/d < 5 thn 13.8 x gaji
5 thn s/d < 6 thn 16.1 x gaji
6 thn s/d < 7 thn 19.55 x gaji
7 thn s/d < 8 thn 21.85 x gaji
8 thn s/d < 9 thn 24.15 x gaji
9 thn s/d < 12 thn 25.3 x gaji
12 thn s/d < 15 thn 26.45 x gaji
15 thn s/d < 18 thn 27.6 x gaji
18 thn s/d < 21 thn 28.75 x gaji
21 thn s/d < 24 thn 29.9 x gaji
24 thn atau lebih 32.2 x gaji

b. Bantuan uang duka dan Bantuan Pemakaman sesuai dengan ketentuan pada pasal 32
ayat 1 dan 2 peraturan ini.
c. Santunan kematian dari Jamsostek.
d. Manfaat Pensiun dari Dana Pensiun.
e. Apabila karyawan meninggal dunia karena kecelakaan, maka ahli waris yang
bersangkutan akan menerima Santunan dari perusahaan asuransi yang melakukan
kerjasama denganrumah sakit .
f. Apabila karyawan meninggal dunia karena kecelakaan dalam menjalankan
tugas/dinas, maka ahli waris yang bersangkutan akan menerima tambahan Santunan
khusus sebesar 20(dua puluh) kali gaji/upah.

Pasal 60
PHK Karena Kesalahan Berat
(1) Karyawan yang diputuskan hubungan kerjanya karena melakukan kesalahan berat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 ayat 6, dapat memperoleh uang pengantian hak
dan uang pisah.
(2) Besarnya uang pisah mengacu pada tabel yang tercantum pasa 62 ayat 3 peraturan ini.

Pasal 61
Pensiun Dini
Dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan rumah sakit, rumah sakit dapat membuat
dan menawarkan program pensiun dini bagi karyawan yang telah dilakukan secara terbuka,
bersifat sukarela dan tanpa ada unsur paksaan. Dalam pelaksanaan Program Pensiun Dini,
rumah sakit wajib menbicarakan dengan Lembaga Kerja Sama untuk mendapatkan masukan-
masukan.
Pasal 62
Tabel Perhitungan
(1) Tabel perhitungan Uang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja pada ayat 2 dan
ayat 3 Pasal ini adalah sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun 2003
(2) Tabel Uang Pesangon
Masa Kerja Uang Pesangon
Kurang 1 tahun 1 bulan
1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun 2 bulan
2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun 3 bulan
3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun 4 bulan
4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun 5 bulan
5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun 6 bulan
6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun 7 bulan
7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun 8 bulan
8 tahun lebih 9 bulan

(3) Tabel Uang Penghargaan Masa Kerja


Masa Kerja UMPK
3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun 2
6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun 3
9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun 4
12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun 5
15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun 6
18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun 7
21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun 8
24 tahun atau lebih 10

BAB XXI
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 63
Pendidikan Dan Pelatihan
Rumah sakit wajib memberikan pendidikan dan pelatihan internal dan eksternal kepada
karyawan tanpa melihat jenjang kepangkatan, minimal 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun sesuai
dengan kebutuhan unit kerja yang penyusunan rencana pelatihannya dilakukan oleh rumah
sakit berdasarkan usulan dari pemimpin unit kerja bersangkutan.

Pasal 64
Fasilitas Biaya Pendidikan
(1) Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, rumah sakit memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang lebih
tinggi yang pelaksanaannya akan diinformasikan secara terbuka dengan tetap mengacu
pada kebutuhan dan kemampuanrumah sakit .
(2) Persyaratan bagi karyawan untuk memperoleh fasilitias biaya pendidikan sebagai berikut:
a. Masa kerja sekurang-kurangnya 5(lima) tahun
b. Usia maksimum 45 (empat puluh lima) tahun.
c. Lulus sekeksi masuk dari perguruan tinggi yang ditentukan oleh rumah sakit .
d. Lulus seleksi berdasarkan ranking tes masuk sesuai alokasi yang ditetapkan rumah
sakit
(3) Karyawan yang telah menyelesaikan pendidikan pada ayat 2 Pasal ini diwajibkan
melaksanakan ikatan dinas selama :
a. 3 (tiga) tahun untuk program pendidikan Srata Satu (S1) dari lulusan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA)
b. 2 (dua) tahun untuk Strata Satu (S1) dari lulusan Diploma Tiga (D3).
c. 2 (dua) tahun untuk program pendidikan Strata Dua (S2).
(4) Karyawan wajib mengenbalikan seluruh biaya pendidikan yang telah dikeluarkan rumah
sakit apabila :
a. Karyawan mengundurkan diri baik selama masa pendidikan maupun selama masa
ikatan dinas.
b. Tidak lulus pendidikan/tidak menyelesaikan pendidikan.
(5) Dalam hal karyawan tidak menyelesaikan Pendidikan tidak diwajibkan untuk
mengembalikan seluruh biaya pendidikan dikarenakan alasan sebagai berikut:
a. Sakit berkepanjangan.
b. Tugas Negara.
(6) Biaya Pendidikan
a. Biaya pendidikan yang ditanggungrumah sakit :
- Biaya pendaftaran/seleksi.
- Biaya pendidikan/uang kuliah.
- Biaya pembelian buku teks sesuai kuitansi maksimal sebesar Rp. 750.000 (tujuh
ratus lima puluh ribu rupiah) per semester untuk S1 atau per caturwulan untuk S2.
b. Masa pendidikan (di luar cuti akademis)
- Strata Satu (S1)
o Maksimal 5 (lima) tahun untuk lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA).
o Maksimal 2,5 (dua setengah) tahun untuk Lulusan Diploma Tiga (D3).
o Strata Dua (S2) atau setara maksimal 2 (dua) tahun.
c. Apabila karyawan mengambil cuti akademis atas kehendak sendiri, maka biaya
administrasi cuti akademisnya ditanggung oleh karyawan.
(7) Dalam hal karyawan tidak dapat menyelesaikan masa pendidikan sesuai dengan ayat 6
huruf b Pasal ini, maka biaya pendidikan selanjutnya menjadi tanggungan karyawan .
(8) Untuk mengoptimalkan Sumber Daya Manusia di rumah sakit maka rumah sakit akan
meningkatkan karyawan pada jenjang Pramukarya yang berprestasi dan berkemampuan
menjadi staff dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Status karyawan Tetap.
b. Penilaian prestasi kerja 2 tahun terakhir minimal B.
c. Tidak pernah mendapat Surat Peringatan dalam satu tahun terakhir.
d. Lulus tes seleksi yang diadakan oleh lembaga independen.
e. Mengikuti program pengembangan Pramukarya yang diatur oleh rumah sakit dan
berhasil menyelesaikan nya dengan baik untuk kemudian ditempatkan sesuai hasil
pengembangan dan kebutuhan rumah sakit .

BAB XXII
PENYELESAIAN KELUH KESAH
Pasal 65
Tata Cara Penyelesaian
(1) Apabila terjadi keluh kesah dari karyawan karena hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan
keadaan ketenagakerjaan maka sedapat mungkin diselesaikan secara musyawarah dengan
atasan langsungkaryawan.
(2) Dalam hal ini tidak tercapainya penyelesaian maka permasalahan tersebut dapat
diteruskan kepada Pemimpin yang lebih tinggi.
(3) Jika hal itu juga belum terselesaikan maka karyawan yang bersangkutan dapat
menyampaikan permasalahannya kepada Lembaga Kerja Sama dan meminta bantuannya
secara bersama-sama membicarakan dengan Direktur rumah sakit.
(4) Bilamana persoalan tersebut belum juga dapat diselesaikan secara internal (Bipartit)
maka terbuka upaya penyelesaian dengan bantuan pihak ketiga dan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XXIII
PENUTUP
Pasal 66
Aturan Peralihan
(1) Segala peraturan dan ketentuan yang telah ada dan atau akan ada yang tidak b
ertentangan dengan isi peraturan ini, dinyatakan tetap berlaku sedangkan apabila tidak
sesuai atau bertentangan maka akan segera dilakukan penyesuaian selambat-lambatnya
90 (Sembilan puluh) hari sejak peraturan ini ditandatangani.
(2) Apabila ada ketentuan-ketentuan peraturan ini yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka kententuan tersebut batal demi hukum.
(3) Setiap perubahan isi peraturan ini akan diatur kemudian melalui suatu perundingan antara
perusahaan dengan Lembaga Kerja Sama yang membuat peraturan ini.
(4) Dalam hal ini terjadi perbedaan penafsiran mengenai isi peraturan ini, maka yang
berwenang untuk memberikan penjelasan/klarifikasi adalah para pihak yang melakukan
perundingan peraturan ini.
Pasal 67
Masa Berlakunya Peraturan
(1) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditandatangani dan mengikat kedua belah pihak
selama 2 (dua) tahun.
(2) Dengan berlakunya peraturan ini maka para pihak tidak dibenarkan membuat peraturan
sejenis dengan pihak mananpun.
(3) Setelah jangka waktu tersebut di atas, peraturan ini masih dapat diperpanjang hingga 1
(satu) tahun lagi, kecuali bila salah satu pihak menghendaki adanya perubaha
isiperaturan.
(4) Pemberitahuan untuk mengadakan perubahan sebagaimana dimaksud ayat 3 pasal ini
harus disampaikan secara tertulis kepada pihak lainnya selambat-lambatnya 90 (Sembilan
puluh) hari kalender sebelum berakhirnya masa berlaku peraturan ini.
(5) Peraturan ini disetujui dan ditandatangani serta disahkan bersama oleh para pihak pada
tanggal ….

Anda mungkin juga menyukai