Anda di halaman 1dari 44

Tugas dan Wewenang DPD

Berikut tugas dan wewenang dari Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

 Mengajukan kepada DPR Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi


daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. DPR kemudian mengundang
DPD untuk membahas RUU tersebut..
 Memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama

 Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa


Keuangan.

 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,


pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,
pajak, pendidikan, dan agama.

 Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan bahan membuat
pertimbangan bagi DPR tentang RUU yang berkaitan dengan APBN
Dasar Hukum DPD
Dasar hukum lembaga negara Dewan Perwakilan Daerah antara lain :

 Pasal 22D ayat (1), (2), dan (3) UUD RI 1945, dan
 Pasal 23F ayat (1) UUD RI 1945.

Tugas dan Wewenang MPR


Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

 Mengubah serta menetapkan UUD.


 Melantik Presiden serta Wakil Presiden berdasarkan hasil Pemilu dalam sidang paripurna
MPR.

 Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan


Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan atau Wakil
Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripurna
MPR.

 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,


diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya.

 Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam
puluh hari.

 Memilih Presiden serta Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua paket calon presiden serta wakil presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden serta wakil presidennya
meraih suaraterbanyak pertama serta kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis
masa jabatannya selambat- lambatnya dalam waktu 30 hari.

 Menetapkan peraturan tata tertib serta kode etik MPR.

Dasar Hukum MPR


Dasar hukum lembaga negara Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah Pasal 2 UUD RI 1945 dan
Pasal 3 UUD RI 1945.

LAMBANG DAN ARTI KOPERASI INDONESIA (BARU)

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah meluncurkan lambang baru Koperasi
Indonesia dalam "International Year of Cooperatives" Indonesia di Mataram, Nusa Tenggara
Barat, 23-25 Mei 2012.

"Ini lambang baru Koperasi Indonesia," kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM) Syarief Hasan.

Dia menunjuk lambang baru Koperasi Indonesia yang terpampang di dinding podium utama
pelaksanaan IYC Indonesia 2012 ketika membuka Festival Koperasi Internasional pertama di
Indonesia itu, Rabu.
Perubahan lambang/logo Koperasi Indonesia itu didasarkan pada Surat Keputusan Dewan
Koperasi Indonesia (Dekopin) Nomor SKEP/14/Dekopin-A/III/2012 tanggal 30 Maret 2012
tentang Perubahan Lambang/logo Koperasi Indonesia.

Menteri Koperasi dan UKM kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM
Nomor 02/Per/M.KUKM/IV/2012 tanggal 17 April 2012 tentang Penggunaan Lambang
Koperasi Indonesia.

Syarief mengatakan, lambang Koperasi Indonesia yang baru itu berbentuk gambar bunga
yang memberi kesan perkembangan dan kemajuan koperasi di Indonesia.

Gambar bunga itu mengandung makna Koperasi Indonesia selalu berkembang, cemerlang,
berwawasan, variatif, inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya, serta berwawasan dan
berorientasi pada keunggulan dan teknologi.

Lambang Koperasi Indonesia yang baru itu didominasi oleh warna hijau pastel yang
berwibawa dan menimbulkan kesan kalem.

Bentuknya juga lain sama sekali dari yang sebelumnya yang berbentuk pohon beringin yang
dikelilingi kapas dan padi, timbangan, bintang dalam perisai, gerigi roda, dan berwarna
merah dan putih.

Berikut penjelasan tentang Lambang Baru Koperasi Indonesia

BENTUK :
Logo Sekuntum Bunga Teratai bertuliskan KOPERASI INDONESIA

Logo Atau Lambang Koperasi Baru

Arti Gambar dan Penjelasan Lambang Koperasi Baru:


1.    Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk gambar bunga yang memberi kesan akan
     perkembangan dan kemajuan terhadap perkoperasian di Indonesia, mengandung makna    
     bahwa Koperasi Indonesia harus selalu berkembang, cemerlang, berwawasan, variatif,   
     inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya serta berwawasan dan berorientasi pada
     keunggulan dan teknologi;

2.    Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk gambar 4 (empat) sudut pandang


     melambangkan arah mata angin yang mempunyai maksud Koperasi Indonesia:
o     Sebagai gerakan koperasi di Indonesia untuk menyalurkan aspirasi;
o     Sebagai dasar perekonomian masional yang bersifat kerakyatan;
o     Sebagai penjunjung tinggi prinsip nilai kebersamaan, kemandirian, keadilan dan demokrasi;
o     Selalu menuju pada keunggulan dalam persaingan global.

3.    Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk Teks Koperasi Indonesia memberi kesan
dinamis modern, menyiratkan kemajuan untuk terus berkembang serta mengikuti kemajuan
jaman yang bercermin pada perekonomian yang bersemangat tinggi, teks Koperasi Indonesia
yang berkesinambungan sejajar rapi mengandung makna adanya ikatan yang kuat, baik
didalam lingkungan internal Koperasi Indonesia maupun antara Koperasi Indonesia dan para
anggotanya;

4.    Lambang Koperasi Indonesia yang berwarna Pastel memberi kesan kalem sekaligus
berwibawa, selain Koperasi Indonesia bergerak pada sektor perekonomian, warna pastel
melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan, kemauan dan kemajuan serta mempunyai
kepribadian yang kuat akan suatu hal terhadap peningkatan rasa bangga dan percaya diri yang
tinggi terhadap pelaku ekonomi lainnya;

5.    Lambang Koperasi Indonesia dapat digunakan pada papan nama kantor, pataka, umbul-
umbul, atribut yang terdiri dari pin, tanda pengenal pegawai dan emblem untuk seluruh
kegiatan ketatalaksanaan administratif oleh Gerakan Koperasi di Seluruh Indonesia;

6.    Lambang Koperasi Indonesia menggambarkan falsafah hidup berkoperasi yang memuat :


o     Tulisan : Koperasi Indonesia yang merupakan identitas lambang;
o     Gambar : 4 (empat) kuncup bunga yang saling bertaut dihubungkan bentuk sebuah lingkaran
yang menghubungkan satu kuncup dengan kuncup lainnya, menggambarkan seluruh
pemangku kepentingan saling bekerja sama secara terpadu dan berkoordinasi secara harmonis
dalam membangun Koperasi Indonesia;

o     TataWarna :
1.    Warna hijau muda dengan kode warna C:10,M:3,Y:22,K:9;
2.    Warna hijau tua dengan kode warna C:20,M:0,Y:30,K:25;
3.    Warna merah tua dengan kode warna C:5,M:56,Y:76,K:21;
4.    Perbandingan skala 1 : 20.

sumber : Kementerian UKM


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI
(http://www.dpr.go.id)
Tugas dan wewenang DPR RI :
 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama
 Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan
Pernerintah Pengganti Undang-Undang
 Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD
yang berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal
pembicaraan tingkat I
 Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang
diajukan oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c,
pada awal pembicaraan tingkat I
 Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undàng yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat I
 Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan
memperhatikan pertimbangan DPD
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pajak,
pendidikan, dan agama
 Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan
DPD
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban
keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
 Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat
 Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
 Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang

Arti Logo DPR RI :


  Lambang terdiri atas garuda di tengah-tengah, padi dan kapas yang melingkari garuda, serta
pita dengan huruf DPR RI, yang berbentuk bulat dengan batasan:
a. sebelah kanan: kapas sejumlah 17(tujuh belas) buah;
b. sebelah kiri: padi sejumlah 45 (empat puluh lima) buah; dan
c. sebelah bawah : tangkai padi dan kapas yang diikat dengan pita dan di atasnya
ada pita lain yang bertuliskan DPR RI.

  Perisai Garuda dengan warna sesuai dengan warna aslinya menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Seperti yang terlihat di atas, bahwa DPR RI memiliki website tersendiri. Jika dilihat dari
tampilan luarnya saja, terlihat banyak tampilan gambar-gambar dan video para pejabat DPR
dalam berbagai kegiatan. Di sisi kiri dan kanan terlihat berbagai macam opsi yang dapat kita
akses, seperti agenda kegiatan, profil, tentang DPR, anggota, dan lainnya. Sesuai dengan
pilihannya, website ini menyuguhkan informasi mengenai DPR, baik dari segi lembaga
maupun info – info terkini seputar kegiatan yang dilakukan oleh anggota DPR itu sendiri
seperti DPR setujui RUU tentang pengkoperasian, DPR dukung produktivitas ormas, agenda
yang akan datang dan lainnya. Namun, pada opsi sebelah kiri seperti profil yang biasanya
berisi semua hal tentang DPR, malah berisi foto dan nama pejabat-pejabat di dalamnya.
Begitupun yang terlihat pada gambar terakhir, label berita yang seharusnya memang berisi
mengenai informasi yang disajikan dalam berita, juga berisi foto-foto para pejabat dalam
beberapa moment.
Website DPR RI juga sudah menyediakan informasi dalam bentuk layanan masyarakat, SMS
dan layanan publik. Namun masih rumit dalam mengaksesnya, sebab sebelum bisa
mennikmati layanan yang disuguhkan, akan dihadang dengan pemasukan ID dan password
yang tidak jelas kata kuncinya , sehingga secara tidak langsung sama saja dengan layanan
tersebut tidak ada. Seharusnya yang mudah diakses saja, sehingga tidak menyulitkan dan
tidak mengurungkan niat masyarakat untuk memperoleh haknya dalam informasi dan
layanan.
Diposkan oleh Wina Agnesa di 05.13
Kirimkan Ini lewat Email
Logo KPK -Komisi Pemberantasan Korupsi
Ardi La Madi

Add Comment

KPK, Logo Lambang, Pemerintah

Senin, 27 Oktober 2014

Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi di Indonesia yang
dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia.
Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pada periode 2011-2015 KPK dipimpin oleh Ketua KPK Abraham Samad, bersama 4 orang wakil
ketuanya, yakni Zulkarnain, Bambang Widjojanto, Busyro Muqoddas, dan Adnan Pandu Praja.

Sejarah Lembaga Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Orde Lama

Kabinet Djuanda
Di masa Orde Lama, tercatat dua kali dibentuk badan pemberantasan korupsi. Yang pertama,
dengan perangkat aturan Undang-Undang Keadaan Bahaya, lembaga ini disebut Panitia Retooling
Aparatur Negara (Paran). Badan ini dipimpin oleh A.H. Nasution dan dibantu oleh dua orang
anggota, yakni Profesor M. Yamin dan Roeslan Abdulgani. Kepada Paran inilah semua pejabat harus
menyampaikan data mengenai pejabat tersebut dalam bentuk isian formulir yang disediakan.
Mudah ditebak, model perlawanan para pejabat yang korup pada saat itu adalah bereaksi keras
dengan dalih yuridis bahwa dengan doktrin pertanggungjawaban secara langsung kepada Presiden,
formulir itu tidak diserahkan kepada Paran, tapi langsung kepada Presiden. Diimbuhi dengan
kekacauan politik, Paran berakhir tragis, deadlock, dan akhirnya menyerahkan kembali pelaksanaan
tugasnya kepada Kabinet Djuanda.

Operasi Budhi

Pada 1963, melalui Keputusan Presiden No. 275 Tahun 1963, pemerintah menunjuk lagi A.H.
Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kasab,
dibantu oleh Wiryono Prodjodikusumo dengan lembaga baru yang lebih dikenal dengan Operasi
Budhi. Kali ini dengan tugas yang lebih berat, yakni menyeret pelaku korupsi ke pengadilan dengan
sasaran utama perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara lainnya yang
dianggap rawan praktek korupsi dan kolusi.

Lagi-lagi alasan politis menyebabkan kemandekan, seperti Direktur Utama Pertamina yang tugas ke
luar negeri dan direksi lainnya menolak karena belum ada surat tugas dari atasan, menjadi
penghalang efektivitas lembaga ini. Operasi ini juga berakhir, meski berhasil menyelamatkan
keuangan negara kurang-lebih Rp 11 miliar. Operasi Budhi ini dihentikan dengan pengumuman
pembubarannya oleh Soebandrio kemudian diganti menjadi Komando Tertinggi Retooling Aparat
Revolusi (Kontrar) dengan Presiden Soekarno menjadi ketuanya serta dibantu oleh Soebandrio dan
Letjen Ahmad Yani. Bohari pada tahun 2001 mencatatkan bahwa seiring dengan lahirnya lembaga
ini, pemberantasan korupsi pada masa Orde Lama pun kembali masuk ke jalur lambat, bahkan
macet.

Orde Baru

Pada masa awal Orde Baru, melalui pidato kenegaraan pada 16 Agustus 1967, Soeharto terang-
terangan mengkritik Orde Lama, yang tidak mampu memberantas korupsi dalam hubungan dengan
demokrasi yang terpusat ke istana. Pidato itu seakan memberi harapan besar seiring dengan
dibentuknya Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), yang diketuai Jaksa Agung. Namun, ternyata
ketidakseriusan TPK mulai dipertanyakan dan berujung pada kebijakan Soeharto untuk menunjuk
Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa, seperti Prof
Johannes, I.J. Kasimo, Mr Wilopo, dan A. Tjokroaminoto, dengan tugas utama membersihkan
Departemen Agama, Bulog, CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, Pertamina, dan lain-lain.

Empat tokoh bersih ini jadi tanpa taji ketika hasil temuan atas kasus korupsi di Pertamina, misalnya,
sama sekali tidak digubris oleh pemerintah. Lemahnya posisi komite ini pun menjadi alasan utama.
Kemudian, ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib, dibentuklah Operasi Tertib
(Opstib) dengan tugas antara lain juga memberantas korupsi. Perselisihan pendapat mengenai
metode pemberantasan korupsi yang bottom up atau top down di kalangan pemberantas korupsi itu
sendiri cenderung semakin melemahkan pemberantasan korupsi, sehingga Opstib pun hilang seiring
dengan makin menguatnya kedudukan para koruptor di singgasana Orde Baru.

Era Reformasi

Di era reformasi, usaha pemberantasan korupsi dimulai oleh B.J. Habibie dengan mengeluarkan UU
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru, seperti Komisi Pengawas
Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), KPPU, atau Lembaga Ombudsman. Presiden berikutnya,
Abdurrahman Wahid, membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK)
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2000. Namun, di tengah semangat menggebu-gebu
untuk memberantas korupsi dari anggota tim ini, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung,
TGPTPK akhirnya dibubarkan dengan logika membenturkannya ke UU Nomor 31 Tahun 1999. Nasib
serupa tapi tak sama dialami oleh KPKPN, dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi, tugas
KPKPN melebur masuk ke dalam KPK, sehingga KPKPN sendiri hilang dan menguap. Artinya, KPK-lah
lembaga pemberantasan korupsi terbaru yang masih eksis.

Fungsi dan Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi


Komisi Pemberantasan Korupsi, mempunyai tugas :

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan

5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang :


1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;

3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi
yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan

5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Dikutip dari Wikipedia

ARTI LAMBANG KEDOKTERAN : ASCLEPIUS DAN KADESIUS
01/09/2010 by Zona Positive

7 Votes

Kita pasti pernah atau sering melihat lambang seperti pada gambar di samping. Ya, lambang

itu adalah milik organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Selain IDI, masih
banyak organisasi lain yang juga menggunakan lambang yang hampir serupa terutama
organisasi-organisasi kesehatan seperti IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dan PERDAMI
(Perhimpunan Dokter Mata Indonesia). Jika dilihat lebih teliti kita bisa menemukan adanya
kemiripan dari lambang-lambang tersebut, yaitu gambar ular yang melilit tongkat. Sepintas
gambar tersebut terlihat sederhana, namun tahukah kita bahwa ternyata ada makna yang
istimewa dibalik gambar ular-tongkat tersebut?
Dalam perkembangannya ada dua versi mengenai gambar ular-tongkat tersebut. Versi yang

pertama adalah gambar di mana seekor ular


yang melilit sebatang tongkat, yang disebut sebagai tongkat Asclepius (The Staff of
Asclepius). Sedangkan versi kedua adalah dua ekor ular yang saling melilit dengan sebuah
tongkat dan sepasang sayap di atasnya, yang disebut sebagai tongkat Hermes (The Karykeion
of Hermes).

1. The staff of Asclepius

Asclepius adalah seorang ilmuwan/dokter dari Yunani yang kemungkinan hidup


pada tahun 1200 SM. Asclepius digelari sebagai God of Healing (Dewa Penyembuh) karena
kemampuan yang dimilikinya dalam menyembuhkan orang sakit. Menurut mitologi,
Asclepius adalah anak dari Apollo dan Coronis.

Menurut cerita mitologi Yunani, ia memperoleh pendidikan kedokteran dari Cheiron (seorang
centaur/manusia bertubuh kuda) dan dikaruniai kemampuan untuk menyembuhkan (healing)
serta membangunkan orang mati. Ia memiliki tiga orang anak perempuan yaitu Meditrine
(“medicine”), Hygeia (“hygiene”), dan Panacea (“all healing”). Bersama Asclepius,
ketiganya sering dijadikan semacam pilar ilmu kedokteran.
Dalam perjalanan karirnya, Asclepius mendirikan kuil yang disebut Asclepions (Asclepieia).

Orang-orang sakit datang dan mendapat pengobatan


di kuil tersebut. Mereka dilayani oleh para Asclepiadae (“murid-murid Asclepius”) serta
menyerahkan persembahan kepada dewa atas kesembuhan yang mereka peroleh. Pada kuil
tersebut juga terdapat banyak ular jinak yang dipelihara sebagai wujud penghormatan kepada

Dewa.

Lalu, mengapa ular digunakan sebagai simbol? Ular adalah hewan yang
memiliki kemampuan untuk berganti kulit setelah periode waktu tertentu, dan hal ini sering
dikaitkan dengan “kehidupan/kesembuhan yang baru”. Bisa ular dapat berfungsi sebagai
racun namun dapat juga berfungsi untuk mengobati, layaknya obat-obatan (farmako) pada
saat ini juga dapat berfungsi untuk menyembuhkan penyakit namun dapat juga menjadi
racun. Ular juga melambangkan sifat seorang dokter yang bekerja dengan kehidupan dan
kematian.

Nah, mengapa tongkat juga dipilih sebagai simbol? Ada beberapa pendapat yang
dikemukakan. Tongkat merupakan simbol kemandirian seorang Asclepius dalam bekerja dan
mengobati. Tongkat juga bisa berarti “penopang” pada saat seseorang sedang menderita
penyakit. Namun demikian, secara bersamaan ular dan tongkat merupakan lambang
profesionalisme dan kemandirian seorang dokter.
2. The karykeion of Hermes/the caduceus of Mercury

Agak sedikit berbeda dengan Asclepius, tongkat Hermes (hermes adalah nama

untuk mitologi Yunani, sedang di Romawi hermes dikenal dengan


nama Mercury) dililit oleh dua ekor ular dan memiliki sepasang sayap di ujungnya
(karykeion=caduceus=tongkat). Hermes sendiri merupakan tokoh dalam mitologi Mesir,
namun namanya tidak secara spesifik dikaitkan dengan ilmu kedokteran. Ia sendiri lebih
sering dikaitkan dengan ilmu kimia (alkemia), astronomi, metalurgi (ilmu logam) hingga
sastra. Bahkan istilah alchemist (para ahli kimia) merujuk kepada “anak-anak Hermes”.

Adapun tongkat dengan sepasang ularnya, konon berasal dari legenda ketika Hermes sedang
berjalan dan ia melihat sepasang ular sedang berkelahi. Hermes pun mengambil tongkatnya
dan memisahkan kedua ular itu, dari situlah muncul simbol tongkat dengan sepasang ular
yang melilitnya.

Lambang kedokteran versi Hermes pertama kali digunakan pada tahun 1902 oleh korps

kesehatan militer AS. Sejak saat itu ada anggapan bahwa tongkat
Hermes sama dengan tongkat Asclepius dan menjadi sering digunakan secara rancu sebagai
lambang kesehatan. Belakangan kerancuan ini dikaji kembali dan diputuskan bahwa lambang
kedokteran yang benar adalah tongkat-dan-ular Asclepius, bukan tongkat Hermes. Namun
pada kenyataanya masih banyak organisasi kesehatan yang menggunakan tongkat Hermes
sebagai simbolnya.

Sebuah riset yang dilakukan oleh Friedlanders (1992) mengemukakan bahwa lembaga-
lembaga kesehatan profesional lebih memilih menggunakan tongkat Asclepius sebagai
lambangnya (62%), sedangkan lembaga-lembaga kesehatan komersial lebih memilih
menggunakan tongkat Hermes sebagai lambangnya (76%).

Beberapa organisasi yang menggunakan tongkat Asclepius sebagai lambang antara lain
Canadian Medical Association (CMA), World Health Organization (WHO), Medical Council
of New Zealand dan NZMA. Adapun organisasi yang menggunakan tongkat Hermes sebagai
lambangnya antara lain Medcorp dan IUPS. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa tongkat
Hermes adalah bagian dari Paganisme.

Sedangkan di Indonesia sendiri, berbagai organisasi kesehatan yang ada menggunakan


tongkat Asclepius sebagai bagian dari lambangnya. Seperti yang terdapat pada lambang IDI,
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), Pernefri (Nefrologi), PERDAMI, dan lain-lain.

Persatuan Guru Republik Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Persatuan Guru Republik Indonesia

Logo Persatuan Guru Republik Indonesia

Singkatan PGRI

Pembentukan 25 November 1945

Jl. Tanah Abang III No. 24, 10160


Kantor pusat
Jakarta, Indonesia

Ketua Umum Dr. Sulistiyo, M.Pd.

Situs web www.pgri.or.id
Hymne PGRI

Mars PGRI
Prangko Peringatan Hari Guru di Indonesia.

Prangko Peringatan Hari Guru di Indonesia.

Persatuan Guru Republik Indonesia (disingkat PGRI) adalah organisasi di Indonesia yang
anggotanya berprofesi sebagai guru.

Daftar isi
 1 Sejarah berdirinya PGRI
 2 Sifat-sifat PGRI

 3 Arti lambang PGRI


 4 Dasar hukum dan Hari Guru Nasional

 5 Sumpah dan Ikrar Guru Indonesia

o 5.1 Sumpah Guru

o 5.2 Ikrar Guru

 6 Pengurus PGRI

o 6.1 Pengurus Harian

o 6.2 Sekretaris Departemen

 7 Sekretariat PGRI Pusat

 8 Lihat pula

 9 Referensi

 10 Pranara luar

Sejarah berdirinya PGRI

Pada awalnya organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada
tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).

Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa,
Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka
umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.

Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat,
status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Sejalan dengan keadaan itu maka di
samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu
(PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS),
Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), disamping
organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke
Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van
Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang
beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.

Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh, mendorong para
guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya
antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu
pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak
pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan
nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak
menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.

Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata
“Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda.
Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru
Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia


pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini segala organisasi dan
kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan
daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif
mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia
yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam
kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 - seratus hari setelah proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman oleh
tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi
kemerdekaan dengan tiga tujuan:

1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.


2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.

3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.

Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di
dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).[1][2][3]

Sifat-sifat PGRI

Sifat-sifat PGRI antara lain:[4]

1. Unitaristik, tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku,
golongan, gender, dan asal usul.
2. Independen, berlandaskan pada kemandirian dan kemitrasejajaran

3. Nonpartai Politik, bukan merupakan bagian dan tidak berafiliasi kepada partai politik.

Arti lambang PGRI

Berikut ini penjelasan tentang arti pada lambang PGRI:

 Bentuk: Cakra/lingkaran melambangkan cita-cita luhur dan daya upaya menunaikan


pengabdian terus-menerus.
 Ukuran, corak, dan warna bidang: Bagian pinggir lingkaran berwarna merah melambangkan
pengabdian yang dilandasi kemurnian dan keberanian bagi kepentingan rakyat. Warna putih
dengan tulisan "Persatuan Guru Republik Indonesia" melambangkan pengabdian yang
dilandasi kesucian dan kasih sayang. Panduan warna pinggir merah-putih melambangkan
pengabdian kepada negara, bangsa, dan tanah air Indonesia.

 Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis tegak dan datar berwarna kuning: Simbol yang
melambangkan fungsi guru (pada pendidikan prasekolah, dasar, menengah, dan perguruan
tinggi) dengan hakikat tugas pengabdian guru sebagai pendidik yang besar dan luhur.
 Nyala api dengan 5 sinar warna merah: Simbol yang melambangkan arti ideologi Pancasila,
dan arti teknis yakni sasaran budi pekerti, cipta, rasa, karsa, dan karya generasi.

 Empat buku mengapit suluh: Posisi 2 datar dan 2 tegak (simetris) dengan warna corak putih
melambangkan sumber ilmu yang menyangkut nilai-nilai moral, pengetahuan, keterampilan
dan akhlak bagi tingkatan lembaga-lembaga pendidikan prasekolah, dasar, menengah, dan
tinggi.

 Warna dasar tengah hijau: Simbol yang melambangkan kemakmuran generasi.

Dasar hukum dan Hari Guru Nasional

Dasar Hukum termaktub pada Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 yang merupakan
sebagai tanda penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan,
menetapkan hari lahir PGRI pada tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan
diperingati setiap tahun.[5][6][7]

Sumpah dan Ikrar Guru Indonesia

Sumpah Guru

Sumpah Guru Indonesia[8]

Demi Allah

Sebagai guru Indonesia saya bersumpah/berjanji:

1. Bahwa saya akan membaktikan diri saya untuk tugas mendidik, mengajar, membimbing, melatih,
menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran peserta didik guna kepentingan
kemanusiaan dan masa depannya;
2. Bahwa saya akan melestarikan dan menjunjung tinggi martabat guru sebagai profesi terhormat dan
mulia;

3. Bahwa saya akan melaksanakan tugas saya sesuai dengan kompetensi jabatan guru;

4. Bahwa saya akan melaksanakan tugas saya serta bertanggung jawab yang tinggi dengan
mengutamakan kepentingan peserta didik, asyarakat, bangsa dan negara serta kemanusiaan;

5. Bahwa saya akan menggunakan keharusan profesiaonal saya semata-mata berdasarkan nilai-nilai
agama dan Pancasila;

6. Bahwa saya akan menghormati hak asasi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang guna mencapai
kedewasaannya sebagai warga negara dan bangsa Indonesia yang bermoral dan berakhlak mulia;

7. Bahwa saya akan berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan keharusan profesional;

8. Bahwa saya akan berusaha secara sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas guru tanpa
dipengaruhi pertimbangan unsur-unsur di luar pendidikan;

9. Bahwa saya akan memberikan penghormatan dan pernyataan terima kasih kepada guru yang telah
mengantarkan saya menjadi guru Indonesia;

10. Bahwa saya akan menjalin kerja sama secara sungguh-sungguh dengan rekan sejawat untuk
menumbuhkembangkan dan meningkatkan profesionalitas guru indonesia;
Sumpah Guru Indonesia[8]

11. Bahwa saya akan berusaha untuk menjadi teladan dalam perilaku bagi peserta didik dan masyarakat;

12. Bahwa saya akan menghormati; menaati dan mengamalkan kode etik guru Indonesia.

Saya ikrarkan sumpah/janji *) ini secara sungguh-sungguh dengan mempertaruhkan kehormatan saya sebagai
guru profesional.

Ikrar Guru

Ikrar Guru Indonesia[9]

1. Kami Guru Indonesia, adalah insan pendidik bangsa yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

2. Kami Guru Indonesia, adalah pengemban dan pelaksana cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pembela dan pengamal Pancasila yang setia pada Undang Undang Dasar 1945.

3. Kami Guru Indonesia, bertekad bulat mewujudkan tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa.

4. Kami Guru Indonesia, bersatu dalam wadah organisasi perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia,
membina persatuan dan kesatuan bangsa yang berwatak kekeluargaan.

5. Kami Guru Indonesia, menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman tingkah laku
profesi dalam pengabdian terhadap bangsa, negara serta kemanusiaan.

Pengurus PGRI

Susunan dan Personalia Pengurus Personalia PGRI Masa Bakti XXI Tahun 2013 – 2018
(yang ditetapkan di Jakarta, 4 Juli 2013):[10]

Pengurus Harian

 Ketua Umum: Dr. Sulistiyo, M.Pd.


 Ketua-ketua:

o Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd.

o Dr. H. Sugito, M.Si

o H. Sahiri Hermawan, S.H., MH

o Drs. H. Muh. Asmin, M.Pd

o Prof. Dr. Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd.

o Prof. Dr. Sudarwan Danim

o Dr. Didi Suprijadi, M.M.

 Sekretaris Jenderal: M. Qudrat Nugraha, Ph.D.

 Wakil-wakil Sekretaris Jenderal:


o Dra. Dian Mahsunah, M.Pd.

o Dra. Hj. Farida Yusuf, M.Pd.

o Dr. Supardi, M.Pd.

o Dr. H. Hadi Tugur, M.Pd., MM.

 Bendahara: Prof. Dr. Dede Rosyada

 Wakil Bendahara: Dr. Fathiaty Murtadho, M.Pd.

Sekretaris Departemen

 Organisasi dan Kaderisasi: Drs. H. Giat Suwarno


 Kesejahteraan dan Ketenagakerjaan: Drs. Usman Tonda, S.H., M.Pd

 Komunikasi dan Informasi: Dr. H. Basyaruddin Thoyib, M.Pd.

 Penelitian dan Pengabdian Masyarakat: Dr. Mohammad Abduhzen, M.Hum.

 Pendidikan dan Pelatihan: Drs. Suharno, M. Sajim, M.M.

 Hubungan Luar Negeri: Drs. Warnoto, M.Pd.

 Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru, Dosen, dan Tenaga Kependidikan: Dra. Hj.
Rachmawaty AR, M.M.

 Pembinaan Mental dan Spiritual: Dr. H. Sastra Djuanda

 Pemberdayaan Perempuan: Dra. Murniasih

 Olahraga, Seni, dan Budaya: Dr. Hj. Euis Karwaty, M.Pd.

 Kerjasama dan Pengembangan Usaha: Drs. Wahyo Pradono, M.M.

 Advokasi, Bantuan Hukum dan Perlindungan Profesi: H. Sibro Mulisi, B.A., S.Pd.

 Penegakan Kode Etik: Dr. H. Muhir Subagja, M.M.

 Pembinaan Karier Guru, Dosen, dan Tenaga Kependidikan: Kadar, S.Pd., M.Pd.

Sekretariat PGRI Pusat

Lokasi sekretariat PGRI Pusat bertempat di Jl. Tanah Abang III No. 24, Jakarta 10160,
dengan nomor telepon (021) 3849856 dan Faksimil (021) 3446504.
Lihat pula

Arti Lambang BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

Lambang Badan Pemeriksa Keuangan berbentuk bulat dan terdiri dari:

1. Garuda Pancasila melambangkan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai Lembaga Tinggi


Negara menjunjung tinggi Pancasila sebagai satu-satunya azas Negara Republik Indonesia
serta berkewajiban melestarikan Pancasila dan UUD 1945.
2. Motif Cakra melambangkan senjata yang dimiliki Batara Wisnu yang berfungsi sebagai
senjata untuk menjaga ketentraman dunia dari angkara murka. Cakra merupakan bentuk
utama Lambang Badan Pemeriksa Keuangan adalah sebagai alat Bangsa Indonesia untuk
menjaga agar pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah selalu tertib,
berdaya guna dan berhasil guna.

3. Tiga buah mata tombak melambangkan bahwa ruang lingkup Badan Pemeriksa Keuangan
meliputi :

o Pemeriksaan atas penguasaan dan pengurusan keuangan serta ketaatan terhadap


peraturan dan perundangan.

o Pemeriksaan atas daya guna (efisiensi dan kehematan) ekonomi.

o Pemeriksaan atas hasil program (efektivitas).

4. Empat puluh tujuh buah lengkung-lengkung kecil pada sisi bagian luar Cakra melambangkan
tahun kelahiran Badan Pemeriksa Keuangan yaitu tahun 1947.

5. Bunga teratai berkelopak tujuh lembar yang menompang Cakra merupakan “Padmasana”
yang berarti tahta bunga teratai melambangkan kesuburan lahir batin.

6. Makna Cakra ditopang oleh bunga teratai tersebut ialah Badan Pemeriksa Keuangan sebagai
Lembaga Tinggi Negara melaksanakan tugas konstitusionalnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan Lembaga-lembaga Tinggi lainnya, sehingga memberikan jaminan
terhadap independensi dalam setiap kegiatan.
7. Tujuh lembar kelopak bunga teratai juga melambangkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan
dalam melakukan tugasnya senantiasa berlandaskan pada kode etik Sapta Prasetya Jati dan
Ikrar Pemeriksa yang masing-masing berjumlah tujuh butir.

8. Warna Lambang
Garuda Pancasila dan Cakra berwarna kuning emas, mempunyai makna keluhuran dan
keagungan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai Lembaga Tinggi Negara, sedangkan warna
putih pada kelopak bunga teratai mempunyai makna kesucian, kebersihan, dan kejujuran.
Logo Baru Pegadaian: Sebuah Proses Transformasi
Harus kemanakah masyarakat ketika membutuhkan
pinjaman? Pegadaian mungkin salah satunya. Ya, selama ini
Pegadaian telah menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat
yang memerlukan kredit dengan jalan menggadaikan
barangnya sebagai jaminan.

Usaha gadai di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Hindia


Belanda, pada masa pemerintahan VOC dengan didirikannya
Bank van Leening - lembaga keuangan yang memberikan
kredit dengan sistem gadai. Usaha gadai tersebut dalam
perkembangannya mengalami berbagai perubahan bentuk
usaha.

Desain (before): n/a | Desain (after): n/a

Pada tahun 1901, tepatnya tanggal 1 April, berdirilah


Pegadaian Negara pertama di Sukabumi, Jawa Barat. Kala itu,
Pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem "cultuur
stelsel" yang berarti pegadaian ditangani sendiri oleh
pemerintah agar dapat memberikan perlindungan dan
manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Sejak saat itu,
setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun
Pegadaian.

Tepat pada ulang tahunnya yang ke-112, Pegadaian


meluncurkan logo baru yang lebih dinamis dan modern. Logo
baru Pegadaian masih mempertahankan simbol lama, yaitu
timbangan. Bedanya, kali ini logo baru menampilkan simbol
tiga lingkaran yang saling bersinggungan.

Logo baru itu, mengisahkan proses perjalanan Pegadaian


sebagai sebuah institusi mulai dari sejarah berdiri,
perkembangan hingga transformasi menjadi solusi keuangan
yang berpegang pada nilai kolaborasi, transparansi dan
kepercayaan.

Simbol tiga lingkaran yang bersinggungan mewakili tiga


layanan utama, yaitu: Pembiayaan Gadai dan Mikro, Emas
dan Aneka Jasa. Simbol timbangan merepresentasikan
keadilan dan kejujuran.

Hampir sama dengan logo lama, warna hijau tetap menjadi


pilihan utama, bedanya logo baru menggunakan warna hijau
yang lebih variatif. Warna hijau melambangan keteduhan,
senantiasa tumbuh berkembang melindungi dan membantu
masyarakat.

Kali ini, logo baru menampilkan perpaduan huruf besar di


awal dan huruf kecil. dibandingkan logo lama, kali ini
tipografi berkesan lebih ringan, sesuai dengan maknanya,
yaitu; rendah hati, tulus dan ramah dalam melayani. Tagline
“Mengatasi Masalah Tanpa Masalah” yang telah populer di
masayarakat masih tetap dipertahankan.

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk kegunaan lain dari DPD, lihat DPD (disambiguasi).

Dewan Perwakilan Daerah


Republik Indonesia

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia 2014-2019

Jenis

Lembaga legislatif yang berfungsi memberikan pertimbangan dalam pembentukan


Jenis
undang-undang[1]

Pimpinan

Irman Gusman, Utusan Sumatera Barat


Ketua
sejak 1 Oktober 2009

Farouk Muhammad, Utusan Nusa Tenggara Barat


Wakil Ketua
sejak 2 Oktober 2014

Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Utusan D.I Yogyakarta


Wakil Ketua
sejak 1 Oktober 2009

Struktur

Anggota 132
Pemilihan

Pemilihan
9 April 2014
terakhir

Tempat bersidang

Kompleks Parlemen
Jakarta
Indonesia

Situs web

www.dpd.go.id

Indonesia

Artikel ini adalah bagian dari seri:


Politik dan pemerintahan
Indonesia

Pancasila

UUD 1945
Legislatif[tampilkan]

Eksekutif[tampilkan]

Yudikatif[tampilkan]

Inspektif[tampilkan]

Daerah[tampilkan]

Pemilihan umum[tampilkan]

Partai politik[tampilkan]

Negara lain · Atlas


 Portal politik

 lihat
 bicara

 sunting

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (disingkat DPD RI atau DPD), sebelum
2004 disebut Utusan Daerah, adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih melalui
Pemilihan Umum.

Daftar isi
 1 Fungsi
 2 Sejarah

 3 Pimpinan

 4 Anggota

o 4.1 Kekebalan hukum

 5 Alat kelengkapan

o 5.1 Komite I

 5.1.1 Tugas

 5.1.2 Pimpinan

o 5.2 Komite II

 5.2.1 Tugas

 5.2.2 Pimpinan

o 5.3 Komite III


 5.3.1 Tugas

 5.3.2 Pimpinan

o 5.4 Komite IV

 5.4.1 Tugas

 5.4.2 Pimpinan

o 5.5 Panitia Perancang Undang-undang

 5.5.1 Tugas

 5.5.2 Pimpinan

o 5.6 Panitia Urusan Rumah Tangga

 5.6.1 Tugas

 5.6.2 Pimpinan

o 5.7 Badan Kehormatan

 5.7.1 Tugas

 5.7.2 Pimpinan

o 5.8 Badan Kerjasama Parlemen

 5.8.1 Tugas

 5.8.2 Pimpinan

o 5.9 Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

 5.9.1 Tugas

 5.9.2 Pimpinan

o 5.10 Badan Akuntabilitas Publik

 5.10.1 Tugas

 5.10.2 Pimpinan

o 5.11 Panitia Musyawarah

 6 Sekretariat Jenderal

 7 Lihat pula

 8 Pranala luar

 9 Referensi
Fungsi

DPD memiliki fungsi:

 Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan
dengan bidang legislasi tertentu
 Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu. Anggota DPD dari setiap provinsi
adalah 4 orang. Dengan demikian jumlah anggota DPD saat ini adalah seharusnya 136 orang.
Masa jabatan anggota DPD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPD
yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Sejarah

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004, ketika 128 anggota
DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan diambil sumpahnya. Pada awal
pembentukannya, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh DPD. Tantangan tersebut
mulai dari wewenangnya yang dianggap jauh dari memadai untuk menjadi kamar kedua yang
efektif dalam sebuah parlemen bikameral, sampai dengan persoalan kelembagaannya yang
juga jauh dari memadai. Tantangan-tantangan tersebut timbul terutama karena tidak banyak
dukungan politik yang diberikan kepada lembaga baru ini.[2]

Keberadaan lembaga seperti DPD, yang mewakili daerah di parlemen nasional,


sesungguhnya sudah terpikirkan dan dapat dilacak sejak sebelum masa kemerdekaan. Gagsan
tersebut dikemukakan oleh Moh. Yamin dalam rapat perumusan UUD 1945 oleh Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).[2]

Gagasan-gagasan akan pentingnya keberadaan perwakilan daerah di parlemen, pada awalnya


diakomodasi dalam konstitusi pertama Indonesia, UUD 1945, dengan konsep “utusan daerah”
di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang bersanding dengan “utusan
golongan” dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal tersebut diatur dalam Pasal 2
UUD 1945, yang menyatakan bahwa “MPR terdiri atas anggota DPR ditambah dengan
utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan
dengan undang-undang.” Pengaturan yang longgar dalam UUD 1945 tersebut kemudian
diatur lebih lanjut dalam berbagai peraturan perundang-undangan.[2]

Dalam periode konstitusi berikutnya, UUD Republik Indonesia Serikat (RIS), gagasan
tersebut diwujudkan dalam bentuk Senat Republik Indonesia Serikat yang mewakili negara
bagian dan bekerja bersisian dengan DPR-RIS.[2]

Pimpinan

Pimpinan DPD terdiri atas seorang ketua dan dua wakil ketua. Selain bertugas memimpin
sidang, pimpinan DPD juga sebagai juru bicara DPD. Ketua DPD periode 2009–2014 adalah
Irman Gusman. Ia kembali terpilih menjadi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI
periode 2014-2019 setelah mengalahkan calon pimpinan DPD lainnya, Farouq Muhammad[3].

Pimpinan DPD periode 2009–2014 dan 2014-2019 adalah:

 Ketua: Irman Gusman (Sumatera Barat)


 Wakil Ketua: Farouk Muhammad (Nusa Tenggara Barat)

 Wakil Ketua: Gusti Kanjeng Ratu Hemas (DI Yogyakarta)

Anggota
Lihat pula: Daftar anggota Dewan Perwakilan Daerah 2014–2019

Kekebalan hukum

Anggota DPD tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan,


pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPD,
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik masing-masing
lembaga. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika anggota yang bersangkutan mengumumkan
materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal mengenai
pengumuman rahasia negara.

Alat kelengkapan

Alat kelengkapan DPD terdiri atas: Komite, Badan Kehormatan dan Panitia-panitia lain yang
diperlukan.

Komite I

Tugas

Komite I DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai
lingkup tugas pada otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; serta pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah.[4]

Lingkup tugas Komite I sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan


daerah dan masyarakat, sebagai berikut[4] :

 Pemerintah daerah;
 Hubungan pusat dan daerah serta antar daerah;

 Pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;

 Pemukiman dan kependudukan;

 Pertanahan dan tata ruang;

 Politik, hukum, HAM dan ketertiban umum; dan

 Permasalahan daerah di wilayah perbatasan negara.

Pimpinan

Pimpinan Komite I periode 2014 - 2019 [5]

 Ketua : Akhmad Muqowam (Jawa Tengah)


 Wakil : Fachrul Razi (Aceh) dan Benny Rhamdani (Sulawesi Utara).

Komite II

Tugas

Komite II DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang
mempunyai lingkup tugas pada pengelolaan sumber daya alam; dan pengelolaan sumber daya
ekonomi lainnya.[6]

Lingkup tugas Komite II sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan


daerah dan masyarakat, sebagai berikut[6] :

 Pertanian dan Perkebunan;


 Perhubungan;

 Kelautan dan Perikanan;

 Energi dan Sumber daya mineral;

 Kehutanan dan Lingkungan hidup;

 Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Daerah Tertinggal;

 Perindustrian dan Perdagangan;

 Penanaman Modal; dan

 Pekerjaan Umum.

Pimpinan

Pimpinan Komite II periode 2014 - 2019 [5]:

 Ketua : Parlindungan Purba (Sumatera Utara)


 Wakil : Ahmad Nawardi (Jawa Timur) dan La Ode Muhammad Rusman Emba (Sulawesi
Tenggara)

Komite III

Tugas

Komite III DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang
mempunyai lingkup tugas pada pendidikan dan agama.[7]

Lingkup tugas Komite III sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan


urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut[7] :

 Pendidikan;
 Agama;
 Kebudayaan;

 Kesehatan;

 Pariwisata;

 Pemuda dan olahraga;

 Kesejahteraan sosial;

 Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

 Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

 Ekonomi Kreatif;

 Administrasi Kependudukan/Pencatatan Sipil;

 Pengendalian Kependudukan/Keluarga Berencana; dan

 Perpustakaan.

Pimpinan

Pimpinan Komite III periode 2014 - 2019 [5]:

 Ketua : Hardi Selamat Hood (Kepulauan Riau)


 Wakil : Abraham Liyanto (Nusa Tenggara Timur) dan Fahira Idris (Daerah Khusus Ibukota
Jakarta)

Komite IV

Tugas

Komite IV DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang
mempunyai lingkup tugas pada rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN;
perimbangan keuangan pusat dan daerah; memberikan pertimbangan hasil pemeriksaan
keuangan negara dan pemilihan Anggota BPK; pajak; dan usaha mikro, kecil dan menengah.
[8]

Lingkup tugas Komite IV sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan


urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut[8] :

 Anggaran pendapat dan belanja negara;


 Pajak dan pungutan lain;

 Perimbangan keuangan pusat dan daerah;

 Pertimbangan hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan anggota BPK;

 Lembaga keuangan; dan

 Koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah.


Pimpinan

Pimpinan Komite IV periode 2014 - 2019 [5]:

 Ketua : Cholid Mahmud (Daerah Istimewa Yogyakarta)


 Wakil : Ajiep Padindang (Sulawesi Selatan) dan Ghazali Abbas Adan (Aceh)

Panitia Perancang Undang-undang

Tugas

Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat
kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas[9]:

1. Merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan usul rancangan
undang-undang untuk 1 (satu) masa keanggotaan DPD dan setiap tahun anggaran;
2. Membahas usul rancangan undang-undang berdasarkan program prioritas yang telah
ditetapkan;

3. Melakukan kegiatan pembahasan, harmonisasi, pembulatan, dan pemantapan konsepsi usul


rancangan undang-undang yang disiapkan oleh DPD;

4. Melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-


undang yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah dan/atau Sidang Paripurna;

5. Melakukan pembahasan terhadap rancangan undang-undang dari DPR atau Presiden yang
secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah atau Sidang Paripurna;

6. Melakukan koordinasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka mengikuti perkembangan


materi usul rancangan undang-undang yang sedang dibahas oleh komite;

7. Melakukan evaluasi terhadap program penyusunan usul rancangan undang-undang;

8. Melakukan tugas atas keputusan Sidang Paripurna dan/atau Panitia Musyawarah;

9. Mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal yang dipandang perlu untuk dimasukkan
dalam acara DPD;

10. Mengadakan persiapan, pembahasan dan penyusunan RUU yang tidak menjadi lingkup
tugas komite;

11. Mengoordinasikan proses penyusunan RUU yang pembahasannya melibatkan lebih dari 1
(satu) Komite; dan

12. Membuat inventarisasi masalah hukum dan perundang-undangan pada akhir tahun sidang
dan akhir masa keanggotaan untuk dapat dipergunakan sebagai bahan Panitia Perancang
Undang-Undang pada masa keanggotaan berikutnya

Selain tugas sebagaimana dimaksud di atas Panitia Perancang Undang-Undang mempunyai


tugas:
1. Memberikan pendapat dan pertimbangan atas permintaan daerah tentang berbagai
kebijakan hukum dan tentang masalah hukum yang berkaitan dengan kepentingan daerah
dan kepentingan umum;
2. Memberikan masukan yang objektif kepada pimpinan, pemerintah daerah, dan masyarakat
mengenai pelaksanaan pembangunan hukum dan saran-saran lain yang berkaitan dengan
penyusunan rancangan undang-undang di DPD; dan

3. Mengoordinasikan secara substansi dan fungsional Pusat Perancangan Kebijakan dan


Informasi Hukum Pusat-Daerah (Law Center) DPD.

Pimpinan

Pimpinan Panitia Perancang Undang-undang periode 2014 - 2019 [5]:

 Ketua : Gede Pasek Suardika (Bali)


 Wakil : Anang Prihantoro (Lampung) dan Muhammad Afnan Hadikusumo (Daerah Istimewa
Yogyakarta)

Panitia Urusan Rumah Tangga

Tugas

Pimpinan Panitia Urusan Rumah Tangga (PURT) merupakan Alat Kelengkapan DPD RI
yang bersifat tetap dan mempunyai tugas[10] :

1. membantu pimpinan dalam menentukan kebijakan kerumah tanggaan DPD RI, termasuk
kesejahteraan Anggota dan pegawai Sekretariat Jenderal;
2. membantu pimpinan dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan
kewajiban yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal, termasuk pengelolaan kantor DPD RI di
daerah;

3. membantu pimpinan dalam merencanakan dan menyusun kebijakan anggaran DPD;

4. mengawasi pengelolaan anggaran yang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal;

5. mewakili pimpinan melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana dan prasarana
kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan DPD;

6. melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan masalah kerumahtanggaan DPD yang
ditugaskan oleh pimpinan berdasarkan hasil Sidang Panitia Musyawarah; dan

7. menyampaikan laporan kinerja dalam Sidang Paripurna yang khusus diadakan untuk itu.

Pimpinan

Pimpinan Panitia Urusan Rumah Tangga periode 2014 - 2019 [5]:

 Ketua : Muhammad Asri Anas (Sulawesi Barat)


 Wakil : Aidil Fitri Syah (Sumatera Selatan) dan Habib Ali Alwi (Banten)

Badan Kehormatan
Tugas

Badan Kehormatan (BK) merupakan Alat Kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan
mempunyai tugas[11] :

1. melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap Anggota DPD karena :
o tidak melaksanakan kewajiban;

o tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangantetap


sebagai Anggota selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apapun;

o tidak menghadiri Sidang Paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPD yang
menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam ) kali berturut-turut tanpa alasan
yang sah;

o tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan mengenai pemilihan umum;

o melanggar ketentuan larangan Anggota.

2. menetapkan keputusan atas hasil penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap
Anggota;

3. menyampaikan keputusan sebagaimana atas penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan


teradap Anggota pada Sidang Paripurna untu ditetapkan.

4. selain tugas-tugas sebagaimana diatas BK juga melakukan evaluasi dan penyempurnaan


peraturan DPD tentang Tata Tertib dan Kode Etik DPD.

Pimpinan

Pimpinan Badan Kehormatan periode 2014 - 2019 [5] :

 Ketua : Andi Mapetahang Fatwa (DKI Jakarta)


 Wakil : Maimanah Umar (Riau) dan Lalu Suhaimi Ismy (Nusa Tenggara Barat)

Badan Kerjasama Parlemen

Tugas

Badan Kerjasama Parlemen dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang
bersifat tetap dan mempunyai tugas[12]  :

1. Membina, mengembangkan dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama


antara DPD dan lembaga sejenis, lembaga pemerintah ataupun lembaga nonpemerintah,
baik secara regional maupun internasional, atas penugasan Sidang Paripurna ataupun atas
dasar koordinasi dengan Panitia Musyawarah, dan Komite;
2. Mengoordinasikan kegiatan kunjungan kerja yang dilakukan oleh alat kelengkapan baik
regional maupun internasional;
3. Mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kunjungan delegasi lembaga negara
sejenis yang menjadi tamu DPD;

4. Memberikan saran atau usul kepada pimpinan tentang kerjasama antara DPD dan lembaga
negara sejenis, baik secara regional maupun internasional;

5. Mengadakan sidang gabungan dengan pimpinan, Panitia Musyawarah, Panitia Urusan


Rumah Tangga, Panitia Perancang Undang-Undang, dan Komite dalam rangka pembentukan
delegasi DPD; dan

6. Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan antar lembaga diatur lebih lanjut dengan
keputusan Panitia Hubungan Antar Lembaga.

Pimpinan

Pimpinan Badan Kerjasama Parlemen periode 2014 - 2019 [5] :

 Ketua : Mohammad Saleh (Bengkulu)


 Wakil : Emilia Contessa (Jawa Timur) dan Maya Rumantir (Sulawesi Utara)

Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Tugas

Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah(BPKK DPD)


bertugas antara lain mengkaji sistem ketatanegaraan guna mewajudkan lembaga perwakilan
daerah yang mengejawantahkan nilai demokrasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok
DPD dibantu anggota/pimpinan BPKK DPD[5].

Pimpinan

Pimpinan Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan periode 2014 - 2019 [5] :

 Ketua : Bambang Sadono (Jawa Tengah)


 Wakil : Muhammad Asri Anas (Sulawesi Barat) dan Muhammad Syukur (Jambi)

Badan Akuntabilitas Publik

Tugas

Panitia Akuntabilitas Publik (PAP) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan
DPD yang bersifat tetap mempunyai tugas[13] :

1. Melakukan penelaahan dan menindaklanjuti temuan BPK yang berindikasi kerugian negara
secara melawan hukum;
2. Menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait dugaan korupsi dan
malaadministrasi dalam pelayanan publik;
Pimpinan

Pimpinan Badan Akuntabilitas Publik periode 2014 - 2019 [5]

 Ketua : Abdul Gafar Usman (Riau)


 Wakil : Ayi Hambali (Jawa Barat) dan Abdullah Manaray (Papua Barat)

Panitia Musyawarah

Panitia Musyawarah dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat
tetap dan mempunyai tugas[14]:

1. Merancang dan menetapkan jadwal acara serta kegiatan DPD, termasuk sidang dan rapat,
untuk :
o 1 (satu) tahun sidang;

o 1 (satu) masa persidangan; dan

o sebagian dari suatu masa sidang.

2. Merancang rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan DPD selama 1
(satu) masa keanggotaan;

3. Rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan DPD selama 1 (satu) masa
keanggotaan dapat direvisi setiap tahun;

4. Menyusun rencana kerja tahunan sebagai penjabaran dari rencana kerja lima tahunan;

5. Merancang dan menetapkan perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah;

6. Merancang dan menetapkan jangka waktu penyelesaian rancangan undang-undang, dengan


tidak mengurangi hak sidang Paripurna untuk mengubahnya;

7. Memberikan pendapat kepada pimpinan dalam penanganan masalah menyangkut


pelaksanaan tugas dan wewenang DPD;

8. Meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPD yang lain untuk
memberikan keterangan/penjelasan mengenai hal yang menyangkut pelaksanaan tugas
setiap alat kelengkapan tersebut

9. Menentukan penanganan terhadap pelaksanaan tugas DPD oleh alat kelengkapan DPD;

10. Membahas dan menentukan mekanisme kerja antar alat kelengkapan yang tidak diatur
dalam Tata Tertib; dan

11. Merumuskan agenda kegiatan Anggota di daerah.

Selain tugas sebagaimana dimaksud diatas, Panitia Musyawarah mempunyai tugas menyusun
rencana kegiatan untuk disampaikan kepada Panitia Urusan Rumah Tangga dalam penentuan
dukungan anggaran.
Sekretariat Jenderal
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPD, dibentuk Sekretariat Jenderal DPD
yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dan personelnya terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil. Sekretariat Jenderal DPD dipimpin seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat dan
diberhentikan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan DPD.

Arti dan makna logo PSSI

PSSI, sebagai lembaga sepakbola Indonesia, memiliki logo resmi organisasi tersebut. Dengan
mempertimbangkan arti dan makna logo PSSI tersebut, maka dibuatlah logo resmi PSSI.
Berikut ini yaitu arti dan makna logo PSSI:

Lambang PSSI terdiri


dari gambar bola, bunga
teratai, akar, ombak
dan gelombang, padi,
dan tulisan Football
Association of
Indonesia di dalam
lingkaran.

 Makna dari bagian-


bagian gambar
adalah sebagai berikut :

1. Lingkaran :
Menggambarkan
Persatuan

2. Padi : Melambangkan
sendi kehidupan bangsa
Indonesia

3. Warna Kuning
Emas : Dimaksudkan
kemurnian

4. Bunga teratai :
Melukiskan kesucian,
yang juga dipakai oleh
bangsa bangsa Asia
sebagai dasar

5. Ombak dan
gelombang :
Melukiskan air atau
pergolakan jiwa selalu
bergerak dan dinamis

6. Akar Hijau : PSSI


yang berakar pada
teratai berarti dasar
PSSI adalah kesucian
dalam olahraga. Akar
berwarna hijau artinya
tetap muda penuh
harapan dan cita-cita.

7. Latar Biru :
Melambangkan udara,
laut dan gunung yang
berarti alam. PSSI lahir,
hidup dan mati di alam
Indonesia , harus
merasa satu dengan
tanah air dan karenanya
harus setia pada
tumpah darahnya

8. Bola : Bola sepakbola


pada lambang PSSI
mencerminkan diri dari
organisasi sepakbola
9. Tulisan "Football
Association of
Indonesia" : adalah
terjemahan khusus
Persatuan Sepakbola
Seluruh Indonesia
dalam bahasa yang
dimengerti secara
universal.

Semoga dengan ditulisnya artikel mengenai Arti dan makna logo PSSI ini, dapat
membuat kisruh PSSI tidak terulang lagi, dengan memahami nilai-nilai ataupun arti-
arti maupun maksud-maksud dari logo PSSI tersebut, diharapkan ada kemajuan pada
PSSI, dan membaiknya prestasi timnas INDONESIA

Berikut adalah bahasa menurut pembagian


per-daerah :
1. Pulau Sumatera ada Sekitar 35 ragam bahasa.

2. Pulau Jawa-Bali ada Sekitar 13 ragam bahasa.

3. Pulau Nusa Tenggara dan Maluku barat daya ada Sekitar 74 ragam bahasa.
4. Pulau Maluku

- Maluku Tengah ada 54 ragam bahasa.

- Maluku Utara ada 25 ragam bahasa.

- Maluku Selatan ada 46 ragam bahasa.

5. Pulau Kalimantan ada 74 ragam bahasa.

6. Pulau Sulawesi ada 114 ragam bahasa.

7. Pulau Papua

- Papua barat laut ada 62 ragam bahasa.

- Papua timur ada 272 ragam bahasa.


Nah, berikut adalah beragam bahasa dari masing-
masing daerah di indonesia , jika di jumlahkan
semuanya berjumlah :

- Ada ragam bahasa di Indonesia adalah 726, terdiri dari 719 bahasa lokal/daerah (masih aktif
digunakan sampai sekarang), 2 bahasa sekunder tanpa penutur asli, dan 5 bahasa tanpa diketahui
penuturnya itu.

- Bahasa nasional: Bahasa Indonesia


- Dipengaruhi juga oleh bahasa Arab, India dan Eropa
- Penduduk Indonesia berjumlah 248.496.420 (248,5 juta)
- Jumlah penduduk yang cakap menulis dan membaca: 78%–85%
- Jumlah penduduk yang tuna netra: 1,000,000
- Jumlah penduduk yang tuna rungu: 2,000,000 atau lebih (data tahun 1993)
- Lembaga pendidikan tuna rungu: 94
- Rangkuman dari R. Blust 1983–1984; D. Tryon 1995; S. Wurm dan S. Hattori 1981

Anda mungkin juga menyukai