Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan bahan membuat
pertimbangan bagi DPR tentang RUU yang berkaitan dengan APBN
Dasar Hukum DPD
Dasar hukum lembaga negara Dewan Perwakilan Daerah antara lain :
Pasal 22D ayat (1), (2), dan (3) UUD RI 1945, dan
Pasal 23F ayat (1) UUD RI 1945.
Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam
puluh hari.
Memilih Presiden serta Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua paket calon presiden serta wakil presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon presiden serta wakil presidennya
meraih suaraterbanyak pertama serta kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis
masa jabatannya selambat- lambatnya dalam waktu 30 hari.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah meluncurkan lambang baru Koperasi
Indonesia dalam "International Year of Cooperatives" Indonesia di Mataram, Nusa Tenggara
Barat, 23-25 Mei 2012.
"Ini lambang baru Koperasi Indonesia," kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM) Syarief Hasan.
Dia menunjuk lambang baru Koperasi Indonesia yang terpampang di dinding podium utama
pelaksanaan IYC Indonesia 2012 ketika membuka Festival Koperasi Internasional pertama di
Indonesia itu, Rabu.
Perubahan lambang/logo Koperasi Indonesia itu didasarkan pada Surat Keputusan Dewan
Koperasi Indonesia (Dekopin) Nomor SKEP/14/Dekopin-A/III/2012 tanggal 30 Maret 2012
tentang Perubahan Lambang/logo Koperasi Indonesia.
Menteri Koperasi dan UKM kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM
Nomor 02/Per/M.KUKM/IV/2012 tanggal 17 April 2012 tentang Penggunaan Lambang
Koperasi Indonesia.
Syarief mengatakan, lambang Koperasi Indonesia yang baru itu berbentuk gambar bunga
yang memberi kesan perkembangan dan kemajuan koperasi di Indonesia.
Gambar bunga itu mengandung makna Koperasi Indonesia selalu berkembang, cemerlang,
berwawasan, variatif, inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya, serta berwawasan dan
berorientasi pada keunggulan dan teknologi.
Lambang Koperasi Indonesia yang baru itu didominasi oleh warna hijau pastel yang
berwibawa dan menimbulkan kesan kalem.
Bentuknya juga lain sama sekali dari yang sebelumnya yang berbentuk pohon beringin yang
dikelilingi kapas dan padi, timbangan, bintang dalam perisai, gerigi roda, dan berwarna
merah dan putih.
BENTUK :
Logo Sekuntum Bunga Teratai bertuliskan KOPERASI INDONESIA
3. Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk Teks Koperasi Indonesia memberi kesan
dinamis modern, menyiratkan kemajuan untuk terus berkembang serta mengikuti kemajuan
jaman yang bercermin pada perekonomian yang bersemangat tinggi, teks Koperasi Indonesia
yang berkesinambungan sejajar rapi mengandung makna adanya ikatan yang kuat, baik
didalam lingkungan internal Koperasi Indonesia maupun antara Koperasi Indonesia dan para
anggotanya;
4. Lambang Koperasi Indonesia yang berwarna Pastel memberi kesan kalem sekaligus
berwibawa, selain Koperasi Indonesia bergerak pada sektor perekonomian, warna pastel
melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan, kemauan dan kemajuan serta mempunyai
kepribadian yang kuat akan suatu hal terhadap peningkatan rasa bangga dan percaya diri yang
tinggi terhadap pelaku ekonomi lainnya;
5. Lambang Koperasi Indonesia dapat digunakan pada papan nama kantor, pataka, umbul-
umbul, atribut yang terdiri dari pin, tanda pengenal pegawai dan emblem untuk seluruh
kegiatan ketatalaksanaan administratif oleh Gerakan Koperasi di Seluruh Indonesia;
o TataWarna :
1. Warna hijau muda dengan kode warna C:10,M:3,Y:22,K:9;
2. Warna hijau tua dengan kode warna C:20,M:0,Y:30,K:25;
3. Warna merah tua dengan kode warna C:5,M:56,Y:76,K:21;
4. Perbandingan skala 1 : 20.
Perisai Garuda dengan warna sesuai dengan warna aslinya menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Seperti yang terlihat di atas, bahwa DPR RI memiliki website tersendiri. Jika dilihat dari
tampilan luarnya saja, terlihat banyak tampilan gambar-gambar dan video para pejabat DPR
dalam berbagai kegiatan. Di sisi kiri dan kanan terlihat berbagai macam opsi yang dapat kita
akses, seperti agenda kegiatan, profil, tentang DPR, anggota, dan lainnya. Sesuai dengan
pilihannya, website ini menyuguhkan informasi mengenai DPR, baik dari segi lembaga
maupun info – info terkini seputar kegiatan yang dilakukan oleh anggota DPR itu sendiri
seperti DPR setujui RUU tentang pengkoperasian, DPR dukung produktivitas ormas, agenda
yang akan datang dan lainnya. Namun, pada opsi sebelah kiri seperti profil yang biasanya
berisi semua hal tentang DPR, malah berisi foto dan nama pejabat-pejabat di dalamnya.
Begitupun yang terlihat pada gambar terakhir, label berita yang seharusnya memang berisi
mengenai informasi yang disajikan dalam berita, juga berisi foto-foto para pejabat dalam
beberapa moment.
Website DPR RI juga sudah menyediakan informasi dalam bentuk layanan masyarakat, SMS
dan layanan publik. Namun masih rumit dalam mengaksesnya, sebab sebelum bisa
mennikmati layanan yang disuguhkan, akan dihadang dengan pemasukan ID dan password
yang tidak jelas kata kuncinya , sehingga secara tidak langsung sama saja dengan layanan
tersebut tidak ada. Seharusnya yang mudah diakses saja, sehingga tidak menyulitkan dan
tidak mengurungkan niat masyarakat untuk memperoleh haknya dalam informasi dan
layanan.
Diposkan oleh Wina Agnesa di 05.13
Kirimkan Ini lewat Email
Logo KPK -Komisi Pemberantasan Korupsi
Ardi La Madi
Add Comment
Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi di Indonesia yang
dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia.
Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pada periode 2011-2015 KPK dipimpin oleh Ketua KPK Abraham Samad, bersama 4 orang wakil
ketuanya, yakni Zulkarnain, Bambang Widjojanto, Busyro Muqoddas, dan Adnan Pandu Praja.
Orde Lama
Kabinet Djuanda
Di masa Orde Lama, tercatat dua kali dibentuk badan pemberantasan korupsi. Yang pertama,
dengan perangkat aturan Undang-Undang Keadaan Bahaya, lembaga ini disebut Panitia Retooling
Aparatur Negara (Paran). Badan ini dipimpin oleh A.H. Nasution dan dibantu oleh dua orang
anggota, yakni Profesor M. Yamin dan Roeslan Abdulgani. Kepada Paran inilah semua pejabat harus
menyampaikan data mengenai pejabat tersebut dalam bentuk isian formulir yang disediakan.
Mudah ditebak, model perlawanan para pejabat yang korup pada saat itu adalah bereaksi keras
dengan dalih yuridis bahwa dengan doktrin pertanggungjawaban secara langsung kepada Presiden,
formulir itu tidak diserahkan kepada Paran, tapi langsung kepada Presiden. Diimbuhi dengan
kekacauan politik, Paran berakhir tragis, deadlock, dan akhirnya menyerahkan kembali pelaksanaan
tugasnya kepada Kabinet Djuanda.
Operasi Budhi
Pada 1963, melalui Keputusan Presiden No. 275 Tahun 1963, pemerintah menunjuk lagi A.H.
Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kasab,
dibantu oleh Wiryono Prodjodikusumo dengan lembaga baru yang lebih dikenal dengan Operasi
Budhi. Kali ini dengan tugas yang lebih berat, yakni menyeret pelaku korupsi ke pengadilan dengan
sasaran utama perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara lainnya yang
dianggap rawan praktek korupsi dan kolusi.
Lagi-lagi alasan politis menyebabkan kemandekan, seperti Direktur Utama Pertamina yang tugas ke
luar negeri dan direksi lainnya menolak karena belum ada surat tugas dari atasan, menjadi
penghalang efektivitas lembaga ini. Operasi ini juga berakhir, meski berhasil menyelamatkan
keuangan negara kurang-lebih Rp 11 miliar. Operasi Budhi ini dihentikan dengan pengumuman
pembubarannya oleh Soebandrio kemudian diganti menjadi Komando Tertinggi Retooling Aparat
Revolusi (Kontrar) dengan Presiden Soekarno menjadi ketuanya serta dibantu oleh Soebandrio dan
Letjen Ahmad Yani. Bohari pada tahun 2001 mencatatkan bahwa seiring dengan lahirnya lembaga
ini, pemberantasan korupsi pada masa Orde Lama pun kembali masuk ke jalur lambat, bahkan
macet.
Orde Baru
Pada masa awal Orde Baru, melalui pidato kenegaraan pada 16 Agustus 1967, Soeharto terang-
terangan mengkritik Orde Lama, yang tidak mampu memberantas korupsi dalam hubungan dengan
demokrasi yang terpusat ke istana. Pidato itu seakan memberi harapan besar seiring dengan
dibentuknya Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), yang diketuai Jaksa Agung. Namun, ternyata
ketidakseriusan TPK mulai dipertanyakan dan berujung pada kebijakan Soeharto untuk menunjuk
Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa, seperti Prof
Johannes, I.J. Kasimo, Mr Wilopo, dan A. Tjokroaminoto, dengan tugas utama membersihkan
Departemen Agama, Bulog, CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, Pertamina, dan lain-lain.
Empat tokoh bersih ini jadi tanpa taji ketika hasil temuan atas kasus korupsi di Pertamina, misalnya,
sama sekali tidak digubris oleh pemerintah. Lemahnya posisi komite ini pun menjadi alasan utama.
Kemudian, ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib, dibentuklah Operasi Tertib
(Opstib) dengan tugas antara lain juga memberantas korupsi. Perselisihan pendapat mengenai
metode pemberantasan korupsi yang bottom up atau top down di kalangan pemberantas korupsi itu
sendiri cenderung semakin melemahkan pemberantasan korupsi, sehingga Opstib pun hilang seiring
dengan makin menguatnya kedudukan para koruptor di singgasana Orde Baru.
Era Reformasi
Di era reformasi, usaha pemberantasan korupsi dimulai oleh B.J. Habibie dengan mengeluarkan UU
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru, seperti Komisi Pengawas
Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), KPPU, atau Lembaga Ombudsman. Presiden berikutnya,
Abdurrahman Wahid, membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK)
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2000. Namun, di tengah semangat menggebu-gebu
untuk memberantas korupsi dari anggota tim ini, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung,
TGPTPK akhirnya dibubarkan dengan logika membenturkannya ke UU Nomor 31 Tahun 1999. Nasib
serupa tapi tak sama dialami oleh KPKPN, dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi, tugas
KPKPN melebur masuk ke dalam KPK, sehingga KPKPN sendiri hilang dan menguap. Artinya, KPK-lah
lembaga pemberantasan korupsi terbaru yang masih eksis.
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi
yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
ARTI LAMBANG KEDOKTERAN : ASCLEPIUS DAN KADESIUS
01/09/2010 by Zona Positive
7 Votes
Kita pasti pernah atau sering melihat lambang seperti pada gambar di samping. Ya, lambang
itu adalah milik organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Selain IDI, masih
banyak organisasi lain yang juga menggunakan lambang yang hampir serupa terutama
organisasi-organisasi kesehatan seperti IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dan PERDAMI
(Perhimpunan Dokter Mata Indonesia). Jika dilihat lebih teliti kita bisa menemukan adanya
kemiripan dari lambang-lambang tersebut, yaitu gambar ular yang melilit tongkat. Sepintas
gambar tersebut terlihat sederhana, namun tahukah kita bahwa ternyata ada makna yang
istimewa dibalik gambar ular-tongkat tersebut?
Dalam perkembangannya ada dua versi mengenai gambar ular-tongkat tersebut. Versi yang
Menurut cerita mitologi Yunani, ia memperoleh pendidikan kedokteran dari Cheiron (seorang
centaur/manusia bertubuh kuda) dan dikaruniai kemampuan untuk menyembuhkan (healing)
serta membangunkan orang mati. Ia memiliki tiga orang anak perempuan yaitu Meditrine
(“medicine”), Hygeia (“hygiene”), dan Panacea (“all healing”). Bersama Asclepius,
ketiganya sering dijadikan semacam pilar ilmu kedokteran.
Dalam perjalanan karirnya, Asclepius mendirikan kuil yang disebut Asclepions (Asclepieia).
Dewa.
Lalu, mengapa ular digunakan sebagai simbol? Ular adalah hewan yang
memiliki kemampuan untuk berganti kulit setelah periode waktu tertentu, dan hal ini sering
dikaitkan dengan “kehidupan/kesembuhan yang baru”. Bisa ular dapat berfungsi sebagai
racun namun dapat juga berfungsi untuk mengobati, layaknya obat-obatan (farmako) pada
saat ini juga dapat berfungsi untuk menyembuhkan penyakit namun dapat juga menjadi
racun. Ular juga melambangkan sifat seorang dokter yang bekerja dengan kehidupan dan
kematian.
Nah, mengapa tongkat juga dipilih sebagai simbol? Ada beberapa pendapat yang
dikemukakan. Tongkat merupakan simbol kemandirian seorang Asclepius dalam bekerja dan
mengobati. Tongkat juga bisa berarti “penopang” pada saat seseorang sedang menderita
penyakit. Namun demikian, secara bersamaan ular dan tongkat merupakan lambang
profesionalisme dan kemandirian seorang dokter.
2. The karykeion of Hermes/the caduceus of Mercury
Agak sedikit berbeda dengan Asclepius, tongkat Hermes (hermes adalah nama
Adapun tongkat dengan sepasang ularnya, konon berasal dari legenda ketika Hermes sedang
berjalan dan ia melihat sepasang ular sedang berkelahi. Hermes pun mengambil tongkatnya
dan memisahkan kedua ular itu, dari situlah muncul simbol tongkat dengan sepasang ular
yang melilitnya.
Lambang kedokteran versi Hermes pertama kali digunakan pada tahun 1902 oleh korps
kesehatan militer AS. Sejak saat itu ada anggapan bahwa tongkat
Hermes sama dengan tongkat Asclepius dan menjadi sering digunakan secara rancu sebagai
lambang kesehatan. Belakangan kerancuan ini dikaji kembali dan diputuskan bahwa lambang
kedokteran yang benar adalah tongkat-dan-ular Asclepius, bukan tongkat Hermes. Namun
pada kenyataanya masih banyak organisasi kesehatan yang menggunakan tongkat Hermes
sebagai simbolnya.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Friedlanders (1992) mengemukakan bahwa lembaga-
lembaga kesehatan profesional lebih memilih menggunakan tongkat Asclepius sebagai
lambangnya (62%), sedangkan lembaga-lembaga kesehatan komersial lebih memilih
menggunakan tongkat Hermes sebagai lambangnya (76%).
Beberapa organisasi yang menggunakan tongkat Asclepius sebagai lambang antara lain
Canadian Medical Association (CMA), World Health Organization (WHO), Medical Council
of New Zealand dan NZMA. Adapun organisasi yang menggunakan tongkat Hermes sebagai
lambangnya antara lain Medcorp dan IUPS. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa tongkat
Hermes adalah bagian dari Paganisme.
Singkatan PGRI
Situs web www.pgri.or.id
Hymne PGRI
Mars PGRI
Prangko Peringatan Hari Guru di Indonesia.
Persatuan Guru Republik Indonesia (disingkat PGRI) adalah organisasi di Indonesia yang
anggotanya berprofesi sebagai guru.
Daftar isi
1 Sejarah berdirinya PGRI
2 Sifat-sifat PGRI
6 Pengurus PGRI
8 Lihat pula
9 Referensi
10 Pranara luar
Pada awalnya organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada
tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa,
Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka
umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat,
status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Sejalan dengan keadaan itu maka di
samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu
(PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS),
Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), disamping
organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke
Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van
Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang
beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh, mendorong para
guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya
antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu
pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak
pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan
nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak
menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka”.
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata
“Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda.
Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru
Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman oleh
tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi
kemerdekaan dengan tiga tujuan:
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di
dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).[1][2][3]
Sifat-sifat PGRI
1. Unitaristik, tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku,
golongan, gender, dan asal usul.
2. Independen, berlandaskan pada kemandirian dan kemitrasejajaran
3. Nonpartai Politik, bukan merupakan bagian dan tidak berafiliasi kepada partai politik.
Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis tegak dan datar berwarna kuning: Simbol yang
melambangkan fungsi guru (pada pendidikan prasekolah, dasar, menengah, dan perguruan
tinggi) dengan hakikat tugas pengabdian guru sebagai pendidik yang besar dan luhur.
Nyala api dengan 5 sinar warna merah: Simbol yang melambangkan arti ideologi Pancasila,
dan arti teknis yakni sasaran budi pekerti, cipta, rasa, karsa, dan karya generasi.
Empat buku mengapit suluh: Posisi 2 datar dan 2 tegak (simetris) dengan warna corak putih
melambangkan sumber ilmu yang menyangkut nilai-nilai moral, pengetahuan, keterampilan
dan akhlak bagi tingkatan lembaga-lembaga pendidikan prasekolah, dasar, menengah, dan
tinggi.
Dasar Hukum termaktub pada Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 yang merupakan
sebagai tanda penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan,
menetapkan hari lahir PGRI pada tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan
diperingati setiap tahun.[5][6][7]
Sumpah Guru
Demi Allah
1. Bahwa saya akan membaktikan diri saya untuk tugas mendidik, mengajar, membimbing, melatih,
menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran peserta didik guna kepentingan
kemanusiaan dan masa depannya;
2. Bahwa saya akan melestarikan dan menjunjung tinggi martabat guru sebagai profesi terhormat dan
mulia;
3. Bahwa saya akan melaksanakan tugas saya sesuai dengan kompetensi jabatan guru;
4. Bahwa saya akan melaksanakan tugas saya serta bertanggung jawab yang tinggi dengan
mengutamakan kepentingan peserta didik, asyarakat, bangsa dan negara serta kemanusiaan;
5. Bahwa saya akan menggunakan keharusan profesiaonal saya semata-mata berdasarkan nilai-nilai
agama dan Pancasila;
6. Bahwa saya akan menghormati hak asasi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang guna mencapai
kedewasaannya sebagai warga negara dan bangsa Indonesia yang bermoral dan berakhlak mulia;
7. Bahwa saya akan berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan keharusan profesional;
8. Bahwa saya akan berusaha secara sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas guru tanpa
dipengaruhi pertimbangan unsur-unsur di luar pendidikan;
9. Bahwa saya akan memberikan penghormatan dan pernyataan terima kasih kepada guru yang telah
mengantarkan saya menjadi guru Indonesia;
10. Bahwa saya akan menjalin kerja sama secara sungguh-sungguh dengan rekan sejawat untuk
menumbuhkembangkan dan meningkatkan profesionalitas guru indonesia;
Sumpah Guru Indonesia[8]
11. Bahwa saya akan berusaha untuk menjadi teladan dalam perilaku bagi peserta didik dan masyarakat;
12. Bahwa saya akan menghormati; menaati dan mengamalkan kode etik guru Indonesia.
Saya ikrarkan sumpah/janji *) ini secara sungguh-sungguh dengan mempertaruhkan kehormatan saya sebagai
guru profesional.
Ikrar Guru
1. Kami Guru Indonesia, adalah insan pendidik bangsa yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Kami Guru Indonesia, adalah pengemban dan pelaksana cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pembela dan pengamal Pancasila yang setia pada Undang Undang Dasar 1945.
3. Kami Guru Indonesia, bertekad bulat mewujudkan tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa.
4. Kami Guru Indonesia, bersatu dalam wadah organisasi perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia,
membina persatuan dan kesatuan bangsa yang berwatak kekeluargaan.
5. Kami Guru Indonesia, menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman tingkah laku
profesi dalam pengabdian terhadap bangsa, negara serta kemanusiaan.
Pengurus PGRI
Susunan dan Personalia Pengurus Personalia PGRI Masa Bakti XXI Tahun 2013 – 2018
(yang ditetapkan di Jakarta, 4 Juli 2013):[10]
Pengurus Harian
Sekretaris Departemen
Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru, Dosen, dan Tenaga Kependidikan: Dra. Hj.
Rachmawaty AR, M.M.
Advokasi, Bantuan Hukum dan Perlindungan Profesi: H. Sibro Mulisi, B.A., S.Pd.
Pembinaan Karier Guru, Dosen, dan Tenaga Kependidikan: Kadar, S.Pd., M.Pd.
Lokasi sekretariat PGRI Pusat bertempat di Jl. Tanah Abang III No. 24, Jakarta 10160,
dengan nomor telepon (021) 3849856 dan Faksimil (021) 3446504.
Lihat pula
3. Tiga buah mata tombak melambangkan bahwa ruang lingkup Badan Pemeriksa Keuangan
meliputi :
4. Empat puluh tujuh buah lengkung-lengkung kecil pada sisi bagian luar Cakra melambangkan
tahun kelahiran Badan Pemeriksa Keuangan yaitu tahun 1947.
5. Bunga teratai berkelopak tujuh lembar yang menompang Cakra merupakan “Padmasana”
yang berarti tahta bunga teratai melambangkan kesuburan lahir batin.
6. Makna Cakra ditopang oleh bunga teratai tersebut ialah Badan Pemeriksa Keuangan sebagai
Lembaga Tinggi Negara melaksanakan tugas konstitusionalnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan Lembaga-lembaga Tinggi lainnya, sehingga memberikan jaminan
terhadap independensi dalam setiap kegiatan.
7. Tujuh lembar kelopak bunga teratai juga melambangkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan
dalam melakukan tugasnya senantiasa berlandaskan pada kode etik Sapta Prasetya Jati dan
Ikrar Pemeriksa yang masing-masing berjumlah tujuh butir.
8. Warna Lambang
Garuda Pancasila dan Cakra berwarna kuning emas, mempunyai makna keluhuran dan
keagungan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai Lembaga Tinggi Negara, sedangkan warna
putih pada kelopak bunga teratai mempunyai makna kesucian, kebersihan, dan kejujuran.
Logo Baru Pegadaian: Sebuah Proses Transformasi
Harus kemanakah masyarakat ketika membutuhkan
pinjaman? Pegadaian mungkin salah satunya. Ya, selama ini
Pegadaian telah menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat
yang memerlukan kredit dengan jalan menggadaikan
barangnya sebagai jaminan.
Jenis
Pimpinan
Struktur
Anggota 132
Pemilihan
Pemilihan
9 April 2014
terakhir
Tempat bersidang
Kompleks Parlemen
Jakarta
Indonesia
Situs web
www.dpd.go.id
Indonesia
Pancasila
UUD 1945
Legislatif[tampilkan]
Eksekutif[tampilkan]
Yudikatif[tampilkan]
Inspektif[tampilkan]
Daerah[tampilkan]
Pemilihan umum[tampilkan]
Partai politik[tampilkan]
lihat
bicara
sunting
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (disingkat DPD RI atau DPD), sebelum
2004 disebut Utusan Daerah, adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih melalui
Pemilihan Umum.
Daftar isi
1 Fungsi
2 Sejarah
3 Pimpinan
4 Anggota
5 Alat kelengkapan
o 5.1 Komite I
5.1.1 Tugas
5.1.2 Pimpinan
o 5.2 Komite II
5.2.1 Tugas
5.2.2 Pimpinan
5.3.2 Pimpinan
o 5.4 Komite IV
5.4.1 Tugas
5.4.2 Pimpinan
5.5.1 Tugas
5.5.2 Pimpinan
5.6.1 Tugas
5.6.2 Pimpinan
5.7.1 Tugas
5.7.2 Pimpinan
5.8.1 Tugas
5.8.2 Pimpinan
5.9.1 Tugas
5.9.2 Pimpinan
5.10.1 Tugas
5.10.2 Pimpinan
6 Sekretariat Jenderal
7 Lihat pula
8 Pranala luar
9 Referensi
Fungsi
Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan
dengan bidang legislasi tertentu
Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu. Anggota DPD dari setiap provinsi
adalah 4 orang. Dengan demikian jumlah anggota DPD saat ini adalah seharusnya 136 orang.
Masa jabatan anggota DPD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPD
yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Sejarah
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004, ketika 128 anggota
DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan diambil sumpahnya. Pada awal
pembentukannya, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh DPD. Tantangan tersebut
mulai dari wewenangnya yang dianggap jauh dari memadai untuk menjadi kamar kedua yang
efektif dalam sebuah parlemen bikameral, sampai dengan persoalan kelembagaannya yang
juga jauh dari memadai. Tantangan-tantangan tersebut timbul terutama karena tidak banyak
dukungan politik yang diberikan kepada lembaga baru ini.[2]
Dalam periode konstitusi berikutnya, UUD Republik Indonesia Serikat (RIS), gagasan
tersebut diwujudkan dalam bentuk Senat Republik Indonesia Serikat yang mewakili negara
bagian dan bekerja bersisian dengan DPR-RIS.[2]
Pimpinan
Pimpinan DPD terdiri atas seorang ketua dan dua wakil ketua. Selain bertugas memimpin
sidang, pimpinan DPD juga sebagai juru bicara DPD. Ketua DPD periode 2009–2014 adalah
Irman Gusman. Ia kembali terpilih menjadi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI
periode 2014-2019 setelah mengalahkan calon pimpinan DPD lainnya, Farouq Muhammad[3].
Anggota
Lihat pula: Daftar anggota Dewan Perwakilan Daerah 2014–2019
Kekebalan hukum
Alat kelengkapan
Alat kelengkapan DPD terdiri atas: Komite, Badan Kehormatan dan Panitia-panitia lain yang
diperlukan.
Komite I
Tugas
Komite I DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai
lingkup tugas pada otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; serta pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah.[4]
Pemerintah daerah;
Hubungan pusat dan daerah serta antar daerah;
Pimpinan
Komite II
Tugas
Komite II DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang
mempunyai lingkup tugas pada pengelolaan sumber daya alam; dan pengelolaan sumber daya
ekonomi lainnya.[6]
Pekerjaan Umum.
Pimpinan
Komite III
Tugas
Komite III DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang
mempunyai lingkup tugas pada pendidikan dan agama.[7]
Pendidikan;
Agama;
Kebudayaan;
Kesehatan;
Pariwisata;
Kesejahteraan sosial;
Ekonomi Kreatif;
Perpustakaan.
Pimpinan
Komite IV
Tugas
Komite IV DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang
mempunyai lingkup tugas pada rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN;
perimbangan keuangan pusat dan daerah; memberikan pertimbangan hasil pemeriksaan
keuangan negara dan pemilihan Anggota BPK; pajak; dan usaha mikro, kecil dan menengah.
[8]
Tugas
Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat
kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas[9]:
1. Merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan usul rancangan
undang-undang untuk 1 (satu) masa keanggotaan DPD dan setiap tahun anggaran;
2. Membahas usul rancangan undang-undang berdasarkan program prioritas yang telah
ditetapkan;
5. Melakukan pembahasan terhadap rancangan undang-undang dari DPR atau Presiden yang
secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah atau Sidang Paripurna;
9. Mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal yang dipandang perlu untuk dimasukkan
dalam acara DPD;
10. Mengadakan persiapan, pembahasan dan penyusunan RUU yang tidak menjadi lingkup
tugas komite;
11. Mengoordinasikan proses penyusunan RUU yang pembahasannya melibatkan lebih dari 1
(satu) Komite; dan
12. Membuat inventarisasi masalah hukum dan perundang-undangan pada akhir tahun sidang
dan akhir masa keanggotaan untuk dapat dipergunakan sebagai bahan Panitia Perancang
Undang-Undang pada masa keanggotaan berikutnya
Pimpinan
Tugas
Pimpinan Panitia Urusan Rumah Tangga (PURT) merupakan Alat Kelengkapan DPD RI
yang bersifat tetap dan mempunyai tugas[10] :
1. membantu pimpinan dalam menentukan kebijakan kerumah tanggaan DPD RI, termasuk
kesejahteraan Anggota dan pegawai Sekretariat Jenderal;
2. membantu pimpinan dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan
kewajiban yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal, termasuk pengelolaan kantor DPD RI di
daerah;
5. mewakili pimpinan melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana dan prasarana
kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan DPD;
6. melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan masalah kerumahtanggaan DPD yang
ditugaskan oleh pimpinan berdasarkan hasil Sidang Panitia Musyawarah; dan
7. menyampaikan laporan kinerja dalam Sidang Paripurna yang khusus diadakan untuk itu.
Pimpinan
Badan Kehormatan
Tugas
Badan Kehormatan (BK) merupakan Alat Kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan
mempunyai tugas[11] :
1. melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap Anggota DPD karena :
o tidak melaksanakan kewajiban;
o tidak menghadiri Sidang Paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPD yang
menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam ) kali berturut-turut tanpa alasan
yang sah;
o tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan mengenai pemilihan umum;
2. menetapkan keputusan atas hasil penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap
Anggota;
Pimpinan
Tugas
Badan Kerjasama Parlemen dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang
bersifat tetap dan mempunyai tugas[12] :
4. Memberikan saran atau usul kepada pimpinan tentang kerjasama antara DPD dan lembaga
negara sejenis, baik secara regional maupun internasional;
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan antar lembaga diatur lebih lanjut dengan
keputusan Panitia Hubungan Antar Lembaga.
Pimpinan
Tugas
Pimpinan
Tugas
Panitia Akuntabilitas Publik (PAP) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan
DPD yang bersifat tetap mempunyai tugas[13] :
1. Melakukan penelaahan dan menindaklanjuti temuan BPK yang berindikasi kerugian negara
secara melawan hukum;
2. Menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait dugaan korupsi dan
malaadministrasi dalam pelayanan publik;
Pimpinan
Panitia Musyawarah
Panitia Musyawarah dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat
tetap dan mempunyai tugas[14]:
1. Merancang dan menetapkan jadwal acara serta kegiatan DPD, termasuk sidang dan rapat,
untuk :
o 1 (satu) tahun sidang;
2. Merancang rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan DPD selama 1
(satu) masa keanggotaan;
3. Rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan DPD selama 1 (satu) masa
keanggotaan dapat direvisi setiap tahun;
4. Menyusun rencana kerja tahunan sebagai penjabaran dari rencana kerja lima tahunan;
8. Meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPD yang lain untuk
memberikan keterangan/penjelasan mengenai hal yang menyangkut pelaksanaan tugas
setiap alat kelengkapan tersebut
9. Menentukan penanganan terhadap pelaksanaan tugas DPD oleh alat kelengkapan DPD;
10. Membahas dan menentukan mekanisme kerja antar alat kelengkapan yang tidak diatur
dalam Tata Tertib; dan
Selain tugas sebagaimana dimaksud diatas, Panitia Musyawarah mempunyai tugas menyusun
rencana kegiatan untuk disampaikan kepada Panitia Urusan Rumah Tangga dalam penentuan
dukungan anggaran.
Sekretariat Jenderal
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPD, dibentuk Sekretariat Jenderal DPD
yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dan personelnya terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil. Sekretariat Jenderal DPD dipimpin seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat dan
diberhentikan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan DPD.
PSSI, sebagai lembaga sepakbola Indonesia, memiliki logo resmi organisasi tersebut. Dengan
mempertimbangkan arti dan makna logo PSSI tersebut, maka dibuatlah logo resmi PSSI.
Berikut ini yaitu arti dan makna logo PSSI:
1. Lingkaran :
Menggambarkan
Persatuan
2. Padi : Melambangkan
sendi kehidupan bangsa
Indonesia
3. Warna Kuning
Emas : Dimaksudkan
kemurnian
4. Bunga teratai :
Melukiskan kesucian,
yang juga dipakai oleh
bangsa bangsa Asia
sebagai dasar
5. Ombak dan
gelombang :
Melukiskan air atau
pergolakan jiwa selalu
bergerak dan dinamis
7. Latar Biru :
Melambangkan udara,
laut dan gunung yang
berarti alam. PSSI lahir,
hidup dan mati di alam
Indonesia , harus
merasa satu dengan
tanah air dan karenanya
harus setia pada
tumpah darahnya
Semoga dengan ditulisnya artikel mengenai Arti dan makna logo PSSI ini, dapat
membuat kisruh PSSI tidak terulang lagi, dengan memahami nilai-nilai ataupun arti-
arti maupun maksud-maksud dari logo PSSI tersebut, diharapkan ada kemajuan pada
PSSI, dan membaiknya prestasi timnas INDONESIA
3. Pulau Nusa Tenggara dan Maluku barat daya ada Sekitar 74 ragam bahasa.
4. Pulau Maluku
7. Pulau Papua
- Ada ragam bahasa di Indonesia adalah 726, terdiri dari 719 bahasa lokal/daerah (masih aktif
digunakan sampai sekarang), 2 bahasa sekunder tanpa penutur asli, dan 5 bahasa tanpa diketahui
penuturnya itu.