1 STRUKTUR ATOM
A
A. Notasi atom :
Z X
X = lambang atom suatu unsur
A = massa atom = jumlah netron + proton
Z = nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron (atom
netral)
63
29 Cu : nomor atom = proton = elektron = 29
netron = massa – proton = 63 – 29 = 34
32 2 -
16 S ion negatif, menerima elektron:
proton = 16 , elektron = 16 + 2 =18
netron = 32 – 16 = 16
56
26 Fe+ 3 , ion positif, melepas elektron :
proton = 26, elektron = 26 – 3 = 23
netron = 56 – 26 = 30
B. Partikel penyusun atom:
• Partikel inti atom : proton dan netron, muatan proton =
+ 1, dan massa = 1 muatan netron= 0, dan massa = 1
• Partikel diluar inti atom : elektron-elektron, muatan
=–1, massa= 0
C. Isotop, Isoton, Isobar dan Isoelektron :
Isotop : unsur-unsur dengan jumlah proton sama, 11 H , 21 H , 31 H
Isoton : unsur-unsur dengan jumlah netron sama, 136 C, 147 N
Isobar : unsur–unsur dengan massa atom sama, 40
18 Ar ,
40
19 K
35 - 39 +
Iso elektron : jumlah elektronnya sama, 17Cl , K 19
163
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
D. Model atom:
model atom Dalton
model atom Thomson
model atom Rutherford
model atom Bohr
model atom mekanika kuantum
E. Bilangan kuantum ada 4, yaitu:
1. Bilangan kuantum Utama (n): menyatakan kulit/tingkat
energi.
kulit : K L M N O P Q
n: 1 2 3 4 5 6 7
2. Bilangan kuantum azimuth (l): menyatakan sub kulit,
rumus :
l = 0 ... (n – 1)
l = 0, sub kulit s
l = 1, sub kulit p
l = 2, sub kulit d
l = 3, sub kulit f
3. Bilangan kuantum magnetik
(m atau m l) menyatakan ukuran orbital rumus :
l = 0, sub kulit s, m = 0
(1orbital)
l = 0, sub kulit p, m = -1, 0,+1
(3 orbital)
l = 0, sub kulit d, m = -2, -1, 0, +1, +2
(5 orbital)
l = 0, subkulit f, m = -3, -2, -1, 0, +1, +2 +3
(7 orbital)
4. Bilangan kuantum spin (ms atau s) : menyatakan arah
putaran elektron : ms atau s = + ½ , - ½
Konfigurasi elektron :
1s 2 2 s 2 2 p 4
8 0 = 8 elektron =
K L
23V = 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d3
2 2 6 2 6 2
164
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
↓
perioda 2, golongan VI A
23V = 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d
2 2 6 2 6 2 3
= 1s 2s 2p 3s 3p 3d 4s
2 2 6 2 6 3 2
↓
Perioda 4, golongan (s + d)= VB
165
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
3 IKATAN KIMIA
Hibridisasi dan bentuk molekul :
Hibridisasi adalah penyetaraan tingkat energi melalui peng
gabungan antar orbital yang tingkat energinya berbeda pada
senyawa kovalen atau senyawa kovalen koordinasi.
Bentuk molekul menggambarkan kedudukan atom-atom di
dalam suatu molekul, yaitu kedudukan atom-atom dalam ruang
3 dimensi dan besarnya sudut-sudut ikatan yang dibentuk dalam
suatu molekul, serta ikatan yang terjadi pada molekul tersebut
yang dibentuk oleh pasangan-pasangan elektron.
Jumlah Jumlah
Bentuk
pasangan pasangan Hibridisasi
molekul
elektron ikatan elektron bebas
4 0 sp3 Tetrahedron
3 1 sp 3
Piramida trigonal
2 2 sp3 Planar bentuk V
5 0 Bipiramida
sp3d
trigonal
2 3 sp3d linear
6 0 sp3d2 Oktahedron
4 2 Segi empat
sp3d2
planar
GAYA ANTARMOLEKUL :
1. Gaya Van der Waals :
adalah gaya tarik menarik yang lemah antara molekul-
molekul. Ikatan yang disebabkan gaya ini sangat lemah
lebih kurang 0,1 sampai 0,001 dari kekuatan ikatan kovalen.
Gaya tarik Van der waals tersusun dari beberapa gaya tarik
antar molekul.
a. gaya orientasi (Keisom,1912) : bila molekulnya mem
punyai momen dipol (molekul polar, misalnya H2O dan
HCl.
b. gaya induksi (Debey, 1920) : gaya tarik antar molekul
atau atom non polar dengan molekul polar.
166
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
4 TERMOKIMIA
Perubahan entalpi (∆H) : perubahan panas pada tekanan tetap.
∆H = - (eksoterm) :
reaksi yang menghasilkan energi (melepas kalor), kKalor berpindah
dari sistem ke lingkungan.
∆H = + (endoterm) :
reaksi yang memerlukan energi (menyerap kalor), kalor berpindah
dari lingkungan ke sistem.
Macam-macam entalpi reaksi :
∆Hf, ∆HD, DHc, dan DHr.
∆Hf, ∆HD, DHc semuanya untuk 1 mol senyawa.
∆Hf, Pembentukan 1 mol senyawa dari unsur–unsurnya yang
stabil dalam keadaan normal.
∆HD, Penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur–unsurnya yang
stabil dalam keadaan normal.
∆Hc, Pembakaran 1 mol suatu senyawa menghasilkan suatu oksida.
Cara menghitung ∆Hr (perubahan entalpi reaksi) :
Jika diketahui ∆Hf : menggunakan Hukum Hess :
∆Hr = ∆Hf hasil reaksi – ∆Hf pereaksi
Jika diketahui energi ikatan rata-rata :
∆Hr = energi pemutusan ikatan–energi pembentukkan ikatan
Jika diketahui beberapa reaksi, reaksi yang ditanya ditulis sebagai
167
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
akhir reaksi, data reaksi mengikuti reaksi yang ditanya, bila perlu
dibalik atau dikalikan bilangan yang sesuai.
Jika diketahui volume larutan, massa jenis larutan dan ∆t, maka
menggunakan rumus :
∆H = m.c . ∆t
5 LAJU REAKSI
Pengertian laju reaksi :
yaitu perubahan konsentrasi zat dalam suatu reaksi per satuan
waktu.
Untuk reaksi :
aA+bB→cC+dD
↓ ↓
berkurang bertambah
Laju reaksi untuk setiap zat dalam reaksi dapat dinyatakan sebagai
berikut :
d[A] d[B]
VA=– , VB=- ,
dt dt
d[C] d[D]
VC=+ , VD=+ ,
dt dt
Rumus laju reaksi untuk persamaan reaksi :
aA + bB → cC + dD adalah V = k[A]x [B]y, dimana x dan y disebut
orde reaksi, diperoleh dari data percobaan yaitu dengan jalan
membandingkan konsentrasi zat terhadap besarnya laju reaksi dan
bukan dari angka koefisien, kecuali untuk reaksi tahap lambat.
Hanya tumbukan efektif yang menghasilkan hasil reaksi.
Agar reaksi berlangsung harus terbentuk kompleks teraktivasi
→ diperlukan energi aktivasi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi :
a. Perubahan konsentrasi zat : umumnya jika konsentrasi zat
diperbesar maka laju reaksi makin besar.
b. Perubahan suhu : jika suhu dinaikkan → tumbukan efektif
bertambah → laju reaksi makin bertambah. Biasanya jika
∆t = 10oC (naik) → laju reaksi menjadi 2 kali lebih besar
168
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
6 KESETIMBANGAN KIMIA
Pengertian :
Reaksi dikatakan berada dalam keadaan kesetimbangan bila
laju reaksi ke arah hasil reaksi sama besarnya dengan laju reaksi
ke arah pereaksi.
Contoh reaksi kesetimbangan
homogen :
N2 (g) + O2 (g) ⇔ 2 NO (g)
Contoh reaksi kesetimbangan
• heterogen :
CaCO3 (s) ⇔ CaO(s) + CO2 (g)
• Reaksi dissosiasi :
2 NH3(g) ⇔ N2 (g) + 3 H2 (g)
Derajat dissosiasi (α) yang rumusnya :
mol terurai
α=
mol mula-mula
Untuk reaksi :
aA (g) + bB (g) ⇔ cC (g)
[C]c
Kc =
[A]a [B]b
PCc
Kp =
PAa PBb
169
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
170
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
171
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
b. Kekuatan Asam/Basa
Untuk asam lemah, kekuatan asam dapat diketahui
berdasarkan harga Ka dan α. Konsentrasi ion H+ ber
banding lurus dengan harga Ka dan α. Jadi, konsentrasi
H+ meningkat jika nilai Ka dan α bertambah besar,
maka larutan pun semakin asam.
Teori Asam-Basa
a. Teori Asam-Basa Arrhenius
Asam : senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan meng
hasilkan ion H+.
Basa : senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan meng
hasilkan ion OH–.
172
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
Contoh:
• HCl adalah suatu senyawa yang dapat melepaskan ion
H+ jika dilarutkan dalam air, oleh karena itu HCl bersifat
asam. Reaksinya:
HCl → H+ + Cl–
• NaOH adalah suatu senyawa yang dapat melepaskan
ion OH– jika dilarutkan dalam air, oleh karena itu NaOH
bersifat basa. Reaksinya:
NaOH → Na+ + OH–
b. Teori Asam-Basa Bronsted Lowry
Asam: suatu zat yang dapat memberi proton (donor ion H+)
Basa: suatu zat yang dapat menerima proton (akseptor ion H+)
• Asam konjugasi adalah zat yang mempunyai kelebihan
satu ion H+ dibandingkan basanya.
• Basa konjugasi mempunyai jumlah ion H+ lebih sedikit
dibandingkan asamnya.
Contoh:
H+ bertambah
H+ berkurang
HCl & Cl serta H2O & H3O+ adalah pasangan asam-basa
–
konjugasi.
c. Teori Asam-basa Lewis :
Asam : ion/molekul yang dapat bertindak sebagai penerima
(akseptor) pasangan elektron.
Basa : ion/molekul yang dapat bertindak sebagai pemberi
(donor) pasangan elektron.
NH3 H × N × H
×
H
F
×
BF3 H× N
×
173
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
Menghitung pH larutan :
Konsentrasi H+ dan OH– :
- pH (tingkat keasaman)
pH = – log [H+]
pOH = – log [OH–]
pH + pOH = 14
174
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
REAKSI PENGGARAMAN :
Syarat :
1. Asam 2 terurai menjadi gas, atau
H2CO3 → H2O + CO2(g)
H2SO3 → H2O + SO2(g)
H2NO2 → H2O + NO(g) + NO2(g)
2. Garam 2 mengendap, atau
3. (1) dan (2) terjadi
Syarat :
1. basa 2 terurai menjadi gas, atau
NH4OH = NH3(aq) → NH4+ + OH–
2. Garam 2 mengendap, atau
3. (1) dan (2) terjadi
175
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
Syarat :
garam 3 mengendap, atau
garam 4 mengendap atau
garam 3 dan garam 4 mengendap
8 LARUTAN PENYANGGA
Prasyarat pengetahuan :
Contoh basa kuat :
• semua basa logam golongan I A dalam air merupakan basa
kuat.
• basa logam golongan II A :
Be(OH)2 bersifat amfoter, Mg(OH)2 merupakan basa lemah
dan Ca(OH)2 ,Sr(OH)2 dan Ba(OH)2 basa kuat
Contoh basa lemah : NH3(aq) atau NH4OH
Contoh asam kuat : H2SO4, HNO3, HCl, HBr, HI, HClO4
Contoh asam lemah : CH3COOH , HCOOH, HF, H2S, HNO2,
HCN, H2CO3, H3PO4
Larutan penyangga / buffer / dapar ada 2 jenis, yaitu :
1. Buffer yang bersifat asam, merupakan campuran asam lemah
dengan garamnya dari basa kuat, contoh : CH3COOH dengan
CH3COONa atau merupakan campuran asam lemah dengan
basa konyugasinya, contoh CH3COOH dengan CH3COO–
2. Buffer yang bersifat basa, merupakan campuran basa lemah
dengan garamnya dari asam kuat, contoh : NH4OH dengan
NH4Cl atau merupakan campuran basa lemah dengan asam
konyugasinya, contoh NH3(aq) dengan NH4+
Sifat-sifat larutan penyangga : bila ditambahkan sedikit asam kuat
atau basa kuat, atau diencerkan pH-nya dianggap tidak berubah.
Rumus untuk buffer yang bersifat asam :
176
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
contoh :
• Untuk campuran CH3COOH dengan CH3COONa :
[H+]= Ka [ CH3COOH ]
[CH3COO–] → berasal dari garam
CH3COONa
• Untuk campuran HNO2 dengan NaNO2 :
[H+] = Ka[HNO2]
[NO2–] → berasal dari garam NaNO2
Rumus untuk buffer yang bersifat basa :
contoh :
• Untuk campuran NH4OH dengan NH4Cl
[OH–] = Kb [NH4OH]
[NH4+] → berasal dari garam NH4Cl
• Untuk campuran NH4OH dengan (NH4)2SO4
[OH–] = Kb [NH4OH]
[NH4+] → berasal dari garam
(NH4)2SO4
Larutan buffer yang bersifat asam dapat dibuat dari campuran
asam lemah dengan basa kuat, dengan syarat :
mol H+ asam lemah > mol OH– basa kuat
Mol lemah bersisa.
Larutan buffer yang bersifat basa dapat dibuat dari campuran
asam kuat dengan basa lemah, dengan syarat :
mol OH– basa lemah > mol H+ asam kuat
Mol lemah bersisa.
177
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
9 HIDROLISIS GARAM
Hidrolisis terjadi pada larutan garam yang berasal dari :
a. asam lemah dengan basa kuat atau asam kuat dengan basa
lemah (mengalami hidrolisis sebagian/hidrolisis parsial).
b. asam lemah dengan basa lemah (mengalami hidrolisis sem
purna/hidrolisis total).
RUMUS :
• Untuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat :
Kw Kw
Kh = dan [OH–] = [anion]
Ka Ka
• Untuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah :
Kw Kw
Kh = dan [H+] = [ kation ]
Kb Kb
• Untuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah :
Kw
Kh =
Ka x Kb
KwxKa
Bila Ka > Kb, maka [H+] =
Kb
KwxKb
Bila Ka < Kb, maka [OH–] =
Ka
Hidrolisis bersifat basa dapat terjadi pada campuran asam lemah
dengan basa kuat, dengan syarat :
mol H+ asam lemah = mol OH– basa kuat
Hidrolisis bersifat asam dapat terjadi pada campuran asam
kuat dengan basa lemah, dengan syarat :
mol H+ asam kuat = mol OH– basa lemah
178
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
[Y–]2 = 10–10 M
[Y–] = 10–5 M
XY2 ⇔ X2+ + 2Y–
0,5 × 10–5 ∼ 10 – 5
5,0 × 10–6
Kelarutan (S) XY2 = 5,0 × 10–6 M
Untuk jumlah n yang sama, makin kecil harga Ksp suatu senyawa,
makin kecil kelarutannya.
179
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
11 KIMIA KOLOID
Sistem dispersi yang terdiri dari fasa terdispersi dan medium
pendispersi disebut sistem koloid.
Dispersi kasar (suspensi) zat yang didispersikan berukuran >
100 m µ.
Dispersi halus (koloid) zat yang didispersikan berukuran
antara 1 sampai dengan 100 m µ.
Dispersi molekuler (larutan sejati) zat yang didispersikan ber
ukuran kurang dari 1 m.
Ada 8 macam dispersi koloid :
Fasa Medium
No Jenis koloid Contoh koloid
terdispersi pendispersi
1 gas cair Buih buih sabun
180
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
Pembuatan koloid :
Metoda dispersi, yaitu partikel kasar dipecahkan menjadi parti
kel koloid dengan cara mekanik (penggilingan, cara listrik/busur
Bredig) cara peptisasi (dilakukan dengan menambahkan ion
sejenis) metoda kondensasi, yaitu atom/ion/ molekul dijadikan
partikel koloid, dan biasanya melalui reaksi kimia :
reaksi redoks, misalnya pembuatan sol belerang dan sol emas
reaksi hidrolisis, misalnya pembuatan sol Fe(OH)3 dan sol As2S3.
Sifat - sifat koloid :
Efek Tyndal : partikel koloid akan menghamburkan berkas
cahaya yang dijatuhkan padanya
Gerak Brown : gerakan partikel koloid yang bergerak dengan
arah lurus, tetapi arahnya tidak menentu.
Elektroforesa : partikel koloid dapat bergerak dalam medan
listrik, karena partikel itu bermuatan listrik.
Adsorpsi : partikel koloid bermuatan listrik karena ada
nya penyerapan ion pada permukaan partikel
koloid.
Koagulasi koloid : sistem koloid tersebut dapat digumpalkan
dengan cara :
• mekanik : pemanasan, pendinginan, pengadukan
• kimia : menambahkan zat kimia.
Untuk menstabilkan koloid diperlukan sejumlah elektrolit (se
cukupnya), jika berlebihan koloid akan mengendap. Koagulasi
dapat terjadi dengan penambahan elektrolit, efisiensi terutama
ditentukan oleh muatan ion dan konsentrasi. Makin besar muatan
ion dan makin besar konsentrasi maka koagulasi akan makin
cepat.
Pemurnian koloid :
• Dialisis : cara pemisahan/pemurnian koloid dari ion yang
mengganggu kestabilan koloid dengan bantuan air/aliran
air.
• Elektroforesis, pemisahan koloid yang bermuatan dengan
bantuan arus listrik yang akan mengalir ke masing-masing
elektrode yang muatannya berlawanan.
Koloid liofil yaitu yang senang pada pelarutnya, jika pelarutnya
airdisebut hidrofil, contohnya: sol agar-agar, sol kanji, sabun,
dsb.
181
Kimia
S O N Y S U G E M A C O L L E G E
Gel adalah koloid liofil setengah kaku .Salah satu pembuatan gel
yaitu denga cara mencampurkan kalsium asetat jenuh dengan
alkohol 95 % secara serentak ke dalam cawan porselen.
Koloid liofob yaitu koloid yang tidak senang pada pelarutnya,
misalnya sol belerang, sol AgCl .
Kegunaan koloid : digunakan dalam pabrik cat, tinta, semen,
gula, sabun, plastik, keramik, dsb.
182
Kimia