Anda di halaman 1dari 11

Sosietas 10 (1) (2020) 791-800

Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 1

Sosietas Jurnal Pendidikan Sosiologi


Journal homepage: http://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/

Implementasi Kearifan Lokal Silih Asah, Silih Asih,


Silih Asuh, Silih Wawangi, Silih Wawangi, Silih Wawangi
Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik

Sita Aulia Rahmah


Guru SMAN 20 Bandung
Jl. Citarum 23, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Correspondence: E-mail: sitaauliar@student.upi.edu

ABSTRAK ARTIKEL INFO


Revised 20 Aug 2018
Dewasa ini sangat dirasakan kemajuan dari berbagai aspek yang Accepted 25 Aug 2018
disebabkan oleh berbagai perkembangan ilmu dan teknologi yang Available online 09 Sep 2018
sangat pesat, ternyata dalam pesatnya teknologi menimbulkan ____________________
berbagai pengaruh yang tidak dapat dihindari antara lain berkaitan Kata Kunci:
dengan nilai hidup terutama dalam cara berfikir dan bertindak. Hal Pembinaan Karakter,
Kearifan Lokal,
ini sudah mengiring masyarakat untuk sedikit demi sedikit Pendidikan
mengikis nilai-nilai kebudayaan, tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia sangat berkaitan erat dengan kebudayaan, lingkungan,
baik lingkungan alam maupun sosialbudaya, sehingga hal tersebut
memberikan pengaruh satu sama lain. Salah satu cara yang bisa
digunakan agar aspek kehidupan tidak semakin jauh dengan
kebudayaan, hilangnya rasa nasionalisme, maka dibutuhkan
sebuah strategi dalam menyelamatkan generasi bangsa
selanjutnya dan pencegahan secara preventif agar nilai-nilai
kearifan lokal tetap terjaga melalui pembelajaran yang berbasis
etnopedagogi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu studi literatur. Maka dari itu salah satu penerapan
etnopedagogi dilakukan dengan cara mengaplikasikan kearifan
lokal yang dikembangkan melalui pendidikan dengan membina
pengetahuan lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang
dapat diberdayakan. Salah satu kearifan lokal yang dapat
diterapkan yaitu konsep pandangan hidup urang sunda yaitu Silih
Asah, Silih Asih, Silih Asuh, Silih Wawangi, yang diimplementasikan
ke dalam pembelajaran sebagai wujud dalam mempertahankan
kearifan lokal ,sehingga nantinya generasi muda mempunyai filter
dan karakter dalam menghadapi arus globalisasi.

© 2020 Sosietas
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 791

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA


Arus globalisasi merupakan sebuah Etnopedagogi merupakan sebuah praktik
tantangan yang dihadapi oleh berbagai pendidikan berbasis kearifan lokal dalam
negara termasuk negara Indonesia, berbagai aspek kehidupan. Etnopedagogi me-
perubahan-perubahan yang dibawa oleh mandang sebuah pengetahuan atau kearifan lo-
arus globalisasi telah membawa banyak kal (indegeneous knowledge, local wisdom) se-
pengaruh dalam seluruh aspek kehidupan, bagai sumber inovasi dan keterampilan yang
hal ini diakibatkan oleh masuknya budaya dapat diberdayakan untuk kesejahteraan
luar atau budaya asing, dengan hadirnya arus masyarakat. kearifan lokal disini menekankan
globalisasi tentu negara Indonesia tidak pada sebuah koleksi fakta, konsep, keyakinan,
dapat terhindar dari dampak negatif yang dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan
diberikan secara langsung oleh arus mereka termasuk dalam mengamati dan men-
globalisasi ini. Kekhawatiran mengenai gukur lingkungan, memecahkan masalah,
identitas bangsa ini terlihat dari lunturnya memvalidasi informasi. Secara lebih ringkas lagi
karakter, terbukti dari banyaknya penelitian kearifan lokal memiliki arti bagaimana sebuah
yang menunjukan terdesaknya atau bahkan pengetahuan dikemas dalam bentuk proses
memudarnya nilai-nilai budaya lokal yang pengetahuan itu dihasilkan, disimpan, diterap-
tidak lagi dikenal oleh generasi muda, kan, dikelola dan diwariskan. Sehingga
faktanya hal ini terlihat dari beberapa etnopedagogi nisa menjadi sebuah model pem-
permasalahan yang terjadi di lingkungan belajaran lintas-budaya dimana guru mampu
masyarakat yaitu penyelesaian masalah yang memberikan pemahaman baru yang dis-
masih dilakukan melalui kekerasan seperti esuaikan dengan nilai budaya yang berlaku di
tawuran, adanya penekanan dari kelompok lingkungan setempat, nilai lokal yang dianggap
mayoritas terhadap kelompok minoritas baik bisa diangkat dan disosialisasikan ke dalam
untuk mengikut adat-istiadat kelompok dunia yang lebih luas. Sehingga pendidikan me-
mayoritas (Kosasih, 2009, hlm 1-2). lalui pendekatan etnopedagogi melihat penge-
tahuan lokal sebagai sumber inovasi dan ket-
Permasalahan serupa pun terjadi di Kota erampilan yang dapat diberdayakan (Surya,
Bandung, dalam perkembangannya Kota 2011, hlm 1-3).
Bandung dikenal sebagai salah satu kota
yang responsif dalam menanggapi arus Pendidikan dipilih dalam pengimplementa-
globalisasi terutama dalam bidang sian etnopedagogi berdasarkan urgensinya
pendidikan, terlihat dari program-program yang sangat penting dalam kehidupan jangka
yang dibuat oleh pemerintah selalu sejalan panjang. Pendidikan diartikan sebagai suatu
dengan perkembangan zaman, namun tidak proses yang terjadi secara sadar dan terencana
dapat dipungkiri bahwa arus globalisasi pun dalam menciptakan suatu kondisi yang di-
cenderung memarjinalkan nilai-nilai karakter inginkan oleh masyarakat, memiliki visi dan misi
dan budaya lokal. Maka dari itu penelitian ini yang diwujudkan dalam berbagai aktivitas yang
akan mengkaji mengenai model pembinaan bertujuan untuk menggali dan mengem-
pendidikan karakter berbasis etnopedagogi bangkan potensi yang dimiliki oleh individu. Se-
dengan mengimplementasikan pandangan hingga dunia pendidikan bukan hanya sekedar
kehidupan urang sunda Silih Asah, Silih Asih, memberikan informasi dalam bentuk pengara-
Silih Asuh, Silih Wawangi, Silih Wawangi ke han dan bimbingan tetapi melibatkan proses
dalam praktik pendidikan. pendewasaan diri. Dalam ruang lingkup yang
lebih luas pendidikan memiliki urgensi yang san-
gat penting dalam kehidupan, karena berkaitan
dengan usaha untuk mewujudkan suatu keingi-
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 792

nan, kebutuhan dan kemampuan individu se- Hal ini diperkuat oleh pernyataan Dr. Sikun
hingga dapat terbentuk pola hidup pribadi dan ( dalam Ihsan, 2010, hlm. 20) yang mengatakan
sosial yang teratur. Artinya bahwa proses pen- “Karena orang tua tidak mampu memberikan
didikan tidak pernah berhenti, meskipun pendidikan selanjutnya dalam bentuk berbagai
peradaban suatu masyarakat terus berubah, hal kecakapan dan ilmu. Kita tidak dapat menggam-
ini bertujuan untuk melestarikan hidup barkan masyarakat tanpa sekolah, di dalam
masyarakat. sekolah bekerja orang-orang yang khusus
dididik untuk keperluan mengajar”. Sehingga
Wahidin (2012, hlm. 259) mengatakan
keberadaan sekolah sangat berpengaruh dalam
bahwa
membina karakter, sebagai benang merah dari
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar tahapan pelestarian kearifan lokal yang berlang-
dan sistematis dalam mengembangkan potensi sung sangat panjang dan dapat membentuk
peserta didik. Pendidikan mempersiapkan pe- karakter lokal secara perlahan. Sebagai bentuk
serta didik baik aspek jasmani, rohani dan ke- penguatan kearifan lokal dalam membentuk
mampuan seseorang untuk perananya di ling- karaktersitik peserta didik maka penelitian ini
kungan sekitarnya di masa yang akan datang. akan mengeksplorasi salah salah satu kearifan
Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat lokal pandangan hirup urang Sunda, silih asah,
dan silih asih, silih asuh, silih wawangi dalam mem-
bina karakter peserta didik sebagai konservasi
bangsa dalam mempersiapkan generasi kearifan lokal berbasis etnopedagogi yang su-
mudanya bagi keberlangsungan kehidupan dah mulai diterapkan di Kota Bandung. Pem-
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa belajaran berbasis kearifan lokal ini akan
depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh diimplementasikan ke dalam seluruh rangkaian
pewarisan budaya dan karakter yang telah di- pembelajaran meliputi kebiasaan, kurikuler dan
miliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, ekstrakurikuler sehingga nantinya generasi
pendidikan adalah proses pewarisan budaya muda memiliki filter dan karakter dalam
dan karakter bangsa bagi generasi muda dan menghadapi arus globalisasi.
juga proses pengembangan budaya dan karak-
ter bangsa untuk peningkatan kualitas ke- 3. METODE PENELITIAN
hidupan masyarakat dan bangsa di masa
Tulisan ini memaparkan pengimplementa-
mendatang.
sian pembelajaran berbasis etnopedagogi yang
Begitupun keberadaan sekolah sebagai sa- sudah diterapkan di Kota Bandung dengan
lah satu lembaga pendidikan, sekolah bukan menggunakan pandangan hidup urang sunda
hanya tempat untuk berkumpul antara guru Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh, Silih Wawangi,
dan peserta didik untuk sekedar mentransfer Silih Wawangi sebagai salah satu cara dalam
ilmu, melainkan lembaga yang berfungsi untuk membina karakter peserta didik. Analisis per-
melaksanakan proses pembelajaran yang masalahan disusun dalam bentuk kajian litera-
berorientasi pada nilai. Selain itu sekolah meru- tur dengan mengeksplorasi berbagai literature
pakan lembaga yang memiliki peran penting da- yang berkaitan secara spesifik dalam mengulas
lam pembentukan karakter dan kepribadian pe- pengimplementasian pandangan hidup urang
serta didik setelah lembaga keluarga. Maka dari sunda dalam membina karakter peserta didik di
itu sekolah memiliki peran penting dalam men- Kota Bandung khususnya di lingkungan
gubah peserta didik sebagai generasi muda da- persekolahan.
lam menciptakan karakter yang kuat, hal ini di- Literatur yang dikaji secara umum berbentuk
perkuat dengan lamanya waktu yang ditempuh hasil penelitian maupun pemikiran dan secara
oleh peserta didik selama persekolahan. Se- khusus berupa penelitian terdahulu, selain itu
hingga sekolah merupakan salah satu unsur kumpulan pustaka yang relevan diramu menjadi
penting dalam proses pembinaan karakter. sebuah formulasi konsep yang sesuai dan dapat
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 793

menjabarkan pengimplementasian kearifan lo- saling menolong, saling bertukar informasi,


kal pandangan hidup urang sunda Silih Asah, saling menyanyangi, saling menghormati dan
Silih Asih, Silih Asuh, Silih Wawangi, Silih Wa- lebih memikirkan konsep dirinya sendiri.
wangi dalam pembelajaran di persekolahan. Maka dari itu makalah ini akan memunculkan
model pembelajaran dalam sosiologi yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN berakar pada konsep kearifan lokal pan-
dangan hirup urang sunda sebagai wujud
4.1. PANDANGAN HIRUP URANG SUNDA pembentukan karakter peserta didik.
Arus globalisasi telah membawa kek- Pada tahun 2017 pemerintah Kota Ban-
hawatiran mengenai lunturnya karakter di dung sudah menggunakan konsep ini dalam
kalangan generasi muda. Dari penelitian yang sebuah program Bandung Masagi. Masagi
telah dilakukan hasilnya menunjukan sendiri memiliki arti paripurna, kokoh, ajeg,
pudarnya nilai-nilai budaya lokal, faktanya menuju kesempurnaan dengan menyeim-
banyak terjadi kenakalan remaja yang sudah bangkan empat unsur pandangan hirup
tidak mencerminkan lagi nilai-nilai kearifan urang sunda tersebut. Kemudian pada tahun
lokal seperti terjadinya tawuran, turunnya 2018 mulai di implementasikan ke dalam
rasa toleransi, saling menghargai dan Program Jabar Masagi dengan istilah surti,
menghormati dan yang lebih parah lagi ber- harti, bukti, bakti yang memiliki arti mengerti
sifat individualis. Sehingga sudah mulai dengan hati, melibatkan akal, belajar untuk
hilang istilah “someah tur hade kasemah” melakukan dan mengabdi pada masyarakat.
yang sangat melekat di urang Sunda, dimana Kedua program ini sudah mulai di integrasi-
urang sunda sangat dikenal dengan kesan- kan ke dalam program-program pendidikan
tunannya, keramahannya dalam bertutur dengan mengintegrasikan aspek-aspek da-
kata dan bersikap dalam mewujudkan sikap lam mengembangkan individu secara univer-
saling menghargai dan menghormati (Su- sal, meliputi perkembangan fisik, kognitif,
santi, 2019, hlm.4) emosi, bahasa, sosial, konsep diri, etika dasar
Dalam menghadapi tantangan ini maka di- dan moral dalam memenuhi kriteria abad 21
perlukan kembali pendidikan berbasis dengan kompetensi 6C (Critical thinking and
etnopedagogi untuk hadir dalam membina problem solvin, creativity, citizenship, char-
karakter peserta didik, salah satunya melalui acter, communication, collaborative).
pandangan hirup urang sunda, silih asah, silih Program Bandung Masagi sudah mulai
asih, silih asuh, silih wawangi. H.R Hidayat diimplementasikan di sekolah-sekolah di
Suryalaga (dalam Mischbac dkk, 2019, hlm. Kota Bandung salah satunya SMP Negeri 2
10) mengemukakan bahwa silih asah mem- Bandung. Pengimplementasian program
iliki arti saling mencerdaskan, saling mem- Bandung Masagi di SMP Negerti 2 Bandung
perluas wawasan dan pengalaman lahir bati, dimulai dari tahap perencanaan dengan
silih asih memiliki arti saling mengasihi mengkaji visi dan misi sekolah, menentukan
dengan memberikan kasih sayang yang tulus, program yang akan dilaksanakan, menen-
silih asuh memiliki arti saling membimbing, tukan komponen penunjang. Setelah tahap
mengayomi, membina, menjaga, perencanaan dilakukan maka tahap selanjut-
mengarahkan dengan seksama agar selamat nya adalah tahap pelaksanaan yang dil-
lahir batin, silih wawangi memiliki arti saling akukan ke dalam pembelajaran di kelas,
menghubungkan hal positif dan memberikan ekstrakurikuler dan pembiasaan sekolah oleh
hal yang positif terhadap sesama. Pemilihan seluruh civitas akademik dan siswa. Tahap
konsep ini berdasarkan fakta yang terjadi terakhir setelah tahap pelaksanaan yaitu
dilapangan bahwa generasi muda khususnya tahap monitoring dan evaluasi yang dil-
peserta didik sudah semakin hilang dasar-da- akukan dengan melaksanakan evaluasi dan
sar nilai karakter yang berkaitan dengan rasa mencapai tujuan serta memberikan tahap
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 794

tindak lanjut (Dokumen program Bandung 4.2. STRATEGI PEMBELAJARAN


Masagi SMP Negeri 2 Bandung). Berikut PANDANGAN HIRUP URANG SUNDA
merupakan program-program yang dit- SILIH ASAH, SILIH ASIH, SILIH ASUH,
ampillkan ke dalam empat ruang lingkup SILIH WAWANGI DI PERSEKOLAHAN
yaitu Bela Negara, Lingkungan, Cinta Budaya,
dan Religi yang digambarkan sebagai berikut. Pembelajaran berbasis etnopedagogi
dengan mengangkat pandangan hidup urang
Gambar Program-Program berbasis pan- Sunda sudah mulai diterapkan di Kota Ban-
dangan hidup urang Sunda. dung khususnya dengan menggunakan pro-
gram Bandung Masagi. Dari salah satu
sekolah yang sudah menerapkan pembelaja-
ran ini adalah SMPN 2 Bandung. Pembinaan
program Bandung Masagi di SMPN 2 Ban-
dung dilaksanakan dengan cara pengem-
bangan melalui tiga aspek pengembangan,
yaitu pengembangan ekstrakurikuler, pro-
gram kurikuler dan program pembiasaan
lingkungan sekolah. Dalam mengembangkan
ketiga aspek tersebut adanya tahapan-taha-
pan yang harus dilalui terlebih dahulu yaitu
tahapan perencanaan yang berisi pengkajian
visi dan misi sekolah, dimana salah satu visi
SMP Negeri 2 untuk mewujudkan sekolah
berkarakter yang sesuai dengan program
Bandung Masagi sebagai pendidikan berbasis
karakter, penentuan program yang akan dil-
aksanakan, hal ini disesuaikan dengan kebu-
tuhan peserta didik dan penentuan kompo-
nen penunjang meliputi komponen pendidik,
sarana dan prasarana yang disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik. Tahapan
pelaksanaan, yang berisikan pengimplemen-
Sumber : Data Pribadi Program Bandung tasian program Bandung Masagi yang dibina
Masagi di SMPN 1 Bandung melalui ekstrakurikuler, kurikuler dan pembi-
asaan sekolah. Tahapan monitoring dan eval-
Dari gambaran diatas peran dari kearifan uasi mengenai pelaksanaan evaluasi dalam
lokal pandangan hirup urang Sunda sangat setiap program kegiatan yang berjalan
baik apabila diterapkan secara konsisten da- mengenai tujuan yang dicapai, apakah sudah
lam membentuk karakter peserta didik. sesuai dan bagaimana tindak lanjut selanjut-
Maka dari itu penerapan pandangan hirup nya dalam mengembangkan program Ban-
urang sunda ini akan diimplementasikan ke dung Masagi. Hal ini akan digambarkan se-
seluruh rangkaian pembelajaran di bagai berikut.
persekolahan.
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 795

Tahap Pembinaan Program Bandung Masagi indikator pencapaian mencintai tanah air
di SMPN 2 Bandung (dengan melestarikan lingkungan, budaya),
kesadaran akan kerapihan, cinta lingkungan,
berbangsa dan bernegara, rela berkorban
untuk bangsa dan negara. Ekstrakurikuler
olahraga yang meliputi taekwondo, atletik,
basket, karate, cheerleader, futsal, bulu tang-
kis, nilai karakter yang dibinakan menghor-
mati, bertanggung jawab, kerja keras, gotong
royong dengan indikator pencapaian rela
berkorban untuk bangsa dan negara, mem-
Sumber : Data Pribadi SMPN 2 Bandung iliki keahilan dan meningkatkan skill, memiliki
rasa syukur, menciptakan lingkungan yang
Sehingga program yang dibuat betul-betul sehat. Ekstrakurikuler seni yang meliputi
hasil dari pengkajian yang dibutuhkan kabaret, paduan suara, dan tari/rampak ken-
peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai dang, nilai karakter yang dibinakan kreatif,
karakter. menghargai, gotong royong, persatuan,
tanggung jawab, dengan indikator pen-
4.3. PEMBINAAN PROGRAM BANDUNG capaian mencintai tanah air dengan
MASAGI DALAM MENERAPKAN kebudayaan yang dimiliki, memiliki rasa
NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI syukur atas potensi diri dan meningkatkan
ASPEK EKSTRAKURIKULER kreativitas. Ekstrakurikuler peminatan ikatan
remaja mesjid, ICT, nilai karakter yang dibina-
Dalam pengimplementasian program kan religius, toleransi, gotong royong, peduli
Bandung Masagi yang dibina melalui lingkungan, jujur, tanggung jawab, mandiri,
pelaksanaan ekstrakurikuler dilaksanakan peduli sosial dengan pencapaian indikator
sesuai jadwal yang telah dibuat serta mempererat hubungan dengan tuhannya,
berdasarkan minat dan potensi peserta didik, mencintai tanah air, memiliki rasa syukur,
sehingga ekstrakurikuler merupakan sebuah meningkatkan kreativitas, meningkatkan
wadah dalam memfasilitasi minat serta kepedulian terhadap permasalahan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik di lingkungan, kebudayaan, agama dan bela
SMPN 2 Bandung. Sehingga keberadaan negara. Ekstrakurikuler eksak dan keba-
ekstrakurikuler di SMPN 2 Bandung memiliki hasaan meliputi Math Club, Science Club, dan
peran dalam mengembangkan peserta didik. English Club, nilai karakter yang dibinakan
Ekstrakurikuler yang ada di SMPN 2 Bandung rasa ingin tahu, gemar membaca, komu-
berjumlah 18 ekstrakurikuler dengan lima nikatif, rasa ingin tahu dengan pencapaian in-
bidang yaitu ekstrakurikuler kepemimpinan, dikator meningkatkan kualitas diri, bersyukur
olahraga, seni, peminatan, eksak dan atas potensi yang dimiliki, memiliki
kebahasaan. kemampuan awal bela negara, belajar
Dalam pelaksanaan ekstrakurikuler dengan menyatu dengan alam dengan
terdapat nilai-nilai karakter yang ditanamkan mengangkat masalah lingkungan, budaya
di dalamnya, beserta indikator pencapaian dan agama.
dengan masing-masing bidang yang diminati
oleh peserta. Dalam ekstrakurikuler
kepemimpinan yang meliputi kepramukaan,
PMR, paskibra, nilai karakter yang dibinakan
toleransi, tanggung jawab, disiplin, gotong
royong, peduli, jujur, cinta tanah air dengan
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 796

4.4. PEMBINAAN PROGRAM BANDUNG makanan tersebut. Dalam ruang lingkup


MASAGI DALAM MENERAPKAN lingkungan cenderung melakukan
NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI pembiasaan dalam mempertahankan dan
ASPEK KURIKULER melestarikan agar lingkungan tetap bersih.

Pembinaan program Bandung Masagi 4.5. PEMBINAAN PROGRAM BANDUNG


yang ditanamkan oleh guru mata pelajaran MASAGI DALAM MENERAPKAN
berbeda-beda disesuaikan dengan NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI
kreativitas masing-masing guru dalam ASPEK PEMBIASAAN SEKOLAH.
mengemas program Bandung Masagi yang
disesuaikan juga dengan materi Pembinaan program Bandung Masagi
pembelajaran. Ketika materi yang disajikan yang dilaksanakan melalui pembiasaan
dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran sekolah terintegrasi dalam program-program
tentu dapat bersinergi, namun ketika materi yang dibuat sesuai dengan ruang lingkup
pembelajaran tidak sesuai, bisa dilakukan Bandung Masagi. Pelaksanaan program
dengan pembiasaan di sekolah. Bandung Masagi ini dilakukan dengan
Beberapa contoh pembinaan kurikuler berbagai macam waktu yang telah
yang dilakukan di SMPN 2 Bandung. Pada ditentukan, ada yang bersifat harian,
mata pelajaran Bahasa Indonesia, karakter mingguan, bulanan, tahunan maupun
yang dibinakan jujur, disiplin, toleransi, insidental, dengan nilai karakter yang
gotong royong, pembinaan yang dilakukan dibinakan sesuai dengan indikator
dengan cara, dalam ruang lingkup bela pengembangan nilai tesebut. Pembinaan
negara selalu mengapresiasi bangga yang dilakukan dengan pelaksanaan
berbahasa indonesia yang baik dan benar, pembiasaan sekolah memiliki tujuan agar
dalam segi cinta budaya di integrasikan civitas SMPN 2 Bandung dapat melaksanakan
dengan memperkenalkan jati diri dari pembiasaan yang baik.
berbagai suku sehingga terintegrasi dalam Berikut merupakan contoh dari program
mata pelajaran. Sedangkan dalam ruang kegiatan pembiasaan sekolah yang dilakukan
lingkup lingkungan dan religi berupa di SMPN 2 Bandung berdasarkan ke-empat
pembiasaan dalam mengkondisikan ruang lingkup Bandung Masagi. Dalam ruang
lingkungan tetap bersih dan berdoa sebelum lingkup bela negara salah satu kegiatan yang
dan setelah pembelajaran. dibina melalui pembiasaan sekolah yaitu
Kemudian pada mata pelajaran PKN, kegiatan menyanyikan lagu Indonesia Raya
karakter yang dibinakan nilai religi tiga stanza. Kegiatan dalam ruang lingkup
(menghayati, menghargai, mensyukuri), lingkungan yang dibinakan dalam pembi-
jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, asaan lingkungan, salah satunya adalah
gotong royong, sopan dan santun, percaya kegiatan SEJALI (sekolah jaga lingkungan), ru-
diri, pembinaan yang dilakukan dengan cara, ang lingkup Budaya Sunda yaitu kegiatan
dalam ruang lingkup bela negara sangat Kaulinan Tradisional Sunda, dan Ruang ling-
terintegrasi dengan seluruh materi kup religi culture yaitu melakukan kebiasaan
pembelajaran karena bersinergi, dalam Shalat Duha.
ruang lingkup religi diterapkan dalam
menanamkan nilai-nilai pancasila sila
pertama, dalam segi cinta budaya sunda
terintegrasi dengan salah satu program
kegiatan yaitu Gemari (Gerakan makan-
makanan RI) dengan membawa makanan
tradisional dan menjelaskan mengenai
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 797

4.6. HAMBATAN PENGIMPLEMENTASIAN mitra lingkungan sekolah, orang tua dan


PEMBINAAN KARAKTER MELALUI masyarakat yang menjadi tripusat pendidi-
KEARIFAN LOKAL DI PERSEKOLAHAN kan, serta yang tidak kalah pentingnya adalah
pemerintah sebagai fasilitator dan penindak
Salah satu sekolah yang sudah mulai men- lanjut. Dengan begitu pandangan hirup urang
erapkan pembinaan karakter berbasis Sunda dengan sendirinya akan kembali ke
etnopedagogi di Kota Bandung mengungkap- permukaan dan eksis di tengah-tengah
kan adanya hambatan dalam proses pem- masyarakat yang sedang berada dalam arus
binaan, hambatan yang muncul baik dalam
segi internal juga eksternal. Secara initernal
kesulitan yang dirasakan berupaka kesulitan
dalam menerjemahkan indikator keberhasi-
lannya karena dari masing-masing guru
memiliki kriterianya sendiri, sulitnya menen-
tukan batasan dalam melakukan kontrol pe-
serta didik, tantangan baru kepada guru akan
bisa lebih dulu menjadi pelopor sebagai con-
toh untuk menerapkan makna silih asah, silih
asuh, silih asih, silih wawangi, hasil dari pen- globalisasi. Bentuk revitalisasi yang akan
erapan kepada peserta didik akan berbeda- digambarkan sebagai berikut.
beda, perlunya peningkatan kreativitas dan
ide-ide dalam penerapan berbasis etnopeda- Sumber : Diolah oleh Peneliti Ta-
gogi tersebut dan pelaksanaan yang belum hun 2020
bisa konsisten. Sedangkan dalam segi ekster-
nal kesulitan yang dirasakan secara eksternal Dalam sebuah buku berjudul Ethnocul-
yaitu kurangnya perhatian yang diberikan da- tural Diversity And The Home to School Link
lam pengimplementasiannya, latar belakang ada bagian buku ini yang menjelaskan se-
dari setiap peserta didik yang berbeda buah penelitian yang menunjukkan keterli-
dengan pola asuh yang berbeda sehingga batan keluarga dalam proses anak-anak
tidak bisa dipastikan dalam tindak lanjut sekolah yang terwujud ke dalam beberapa
proses pembinaan, pandangan orang tua bentuk terutama pada partisipasi berbasis
yang belum bersinergi, kurangnya dorongan sekolah. Hal ini menggambarkan kondisi
dari masyarakat luas sekolah dalam “orang tua untuk sekolah” yang didasarkan
pengimplementasiannya. pada keyakinan bahwa melalui kontak
dengan para pendidik, orang tua akan men-
4.7. REVITALISASI KEARIFAN LOKAL jadi tersosialisasikan dengan cara-cara
PANDANGAN HIRUP URANG SUNDA sekolah dan mendapatkan informasi ber-
SILIH ASAH, SILIH ASIH, SILIH ASUH, harga tentang bagaimana melibatkan belajar
SILIH WAWANGI anak-anak dirumah. Konsep ini menggam-
barkan kemitraan keluarga-sekolah adalah
Pandangan hirup urang Sunda ini merupa- sebuah gagasan partisipasi berbasis sekolah
kan konsep sunda yang sangat erat dengan yang berfungsi sebagai precursor untuk efek-
nilai-nilai kehidupan. Sehingga konsep ini tif terlibat kerumahan (Hill, 2010).
dapat ditanamkan dalam segala aspek ke- Sebagai peneliti dan pendidik harus selalu
hidupan, hanya saja sifatnya harus konsisten berusaha untuk memahami keluarga dari
dan berkelanjutan serta harus memperoleh berbagai latar belakang, budaya dapat
dukungan dan diperkuat oleh orang-orang mengatasi keterbatasan yang ditimbulkan
yang berada disekitar peserta didik seperti
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 798

oleh eksklusif fokus pada budaya sebagai ide- berjalan dengan baik, dalam menerapkan
ologi bersama. Sehingga dalam perspektif so- pembinaan karater melalui pembelajaran
sial budaya, pembelajaran dan proses yangberbasis etnopedagogi diperlukan
perkembangan dipandang sebagai transfor- keberlanjutan dalam membina karakter pe-
masi dalam penggunaan sarana mediational serta didik, namun yang terlihat di masyara-
(alat dan simbol) dalam praktek masyarakat kat masing- masing komponen yang cukup
bersama. Sehingga dalam hal ini orang tua penting memiliki peran dalam membina
bergerak dari pinggiran ke pusat kehidupan karakter terkadang tidak bersinergi sehingga
sekolah, mulai memperhatikan, berbicara mengutamakan sub sistemnya masing-mas-
dan campur tangan dalam cara-cara yang ing. Dalam membina karakter peserta didik
mengubah sifat hubungan dan tidak sekedar dibutuhkan dukungan dari bagian-bagian
melihat guru dan staf sekolah sebagai akhir penting yang ada di masyarakat sebagai be-
dari praktek sekolah tetapi melibatkan diri nang merah dari pembinaan karakter yaitu
menjadi mitra. Akhirnya pendidik sebagai pemerintah, orang tua dan masyarakat luas
alat dan membuat strategi yang dibangun untuk senantiasa memberikan dukungan
dari keluarga yang berasal dari pengalaman serta contoh dalam membina karakter pe-
anak-anak. Hal ini bersifat efektif dalam serta didik.
membangun hubungan yang mengem- Hal ini sejalan dengan teori struktural
bangkan keluarga-sekolah yang dibangun fungsional dengan adanya tahapan pemeli-
atas dasar kepercayaan dan rasa saling haraan pola (latency), digunakan sebagai
menghormati, mendukung keterlibatan bentuk pemeliharaan dan mempertahankan
keluarga yang responsif secara kultural dan sebuah sistem agar terus berjalan dengan
bermakna bagi keluarga dan guru. cara melengkapi, memelihara, memperbaiki,
Sebuah penelitian mengungkapkan baik secara individual maupun kultural dalam
bahwa hubungan antara sekolah dan rumah menciptakan motivasi dengan membangkit-
sangat terhubung dan konsisten anak-anak kan pihak-pihak orang tua, masyarakat seki-
akan mengalami prestasi akademik yang tar, masyarakat luas, dan pemilik otoritas un-
lebih tinggi dari hasil pendidikan (Monti, tuk ikut mendukung secara penuh dalam
Pomerantz, & Roisman, 2014; Yoder & Lopez, membina karakter agar terimplementasikan
2013). Salah satu kunci dari menciptakan secara maksimal. Berkaitan dengan tahap ke
hubungan yang kuat adalah keterlibatan empat AGIL yaitu Latency (pemeliharaan
orang tua dalam pendidikan anak-anak. Hal pola), program pembinaan karakter yang
ini penting bagi sekolah untuk mengakui berbasis etnopedagogi dibutuhkan perbai-
bahwa tidak semua keluarga terutama eth- kan terhadap komponen-komponen yang
noculturally beragam memerlukan pendeka- dirasa belum maksimal dalam memberikan
tan hubungan dengan cara yang sama dan kontribusi, padahal keberadaannya penting
sekolah harus memperlakukan semua hub- dalam mendukung program Bandung Masagi
ungan seolah-olah mereka adalah identik agar tujuan program Bandung Masagi dapat
(Nagayama Hall, Yipp & Zarate, 2016). tercapai secara maksimal.
Perebedaan keyakinan dan nilai-nilai dapat Pandangan teori struktural fungsional me-
terjadi karena keluarga dan guru berasal dari mandang sistem sosial sebagai sebuah sis-
latar belakang budaya yang beragam yang tem yang memiliki keseimbangan, harmonis,
membawa perspektif berbeda mengenai dan dilakukan secara berkelanjutan. Se-
harapan dan peran yang dijalankan dari hub- hingga ketika salah satu komponen di dalam
ungan ini (Nagayama Balai et al, 2016). sebuah sistem tidak berjalan sesuai dengan
Apabila ditinjau dari teori struktural fungsinya akan timbul ketidakseimbangan
fungsional penerapan ke-empat subsistem sehingga membuat sistem tersebut kurang
AGIL untuk menjalankan fungsi sistem belum
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 799

berjalan dengan sempurna. Pernyataan ter- yang memiliki arti saling menyayangi, silih
sebut sejalan dengan pernyataan yang wawangi yang memiliki arti saling
dikemukakan oleh Ritzer & Goodman (2007) menyampaikan hal-hal positif. Salah satu
bahwa: kota yang sudah mulai menerapkan
Fungsionalisme struktural menekankan pembelajaran berbasis kearifan lokal adalah
pada persyaratan fungsional yang dibutuh- Kota Bandung melalui programnya yang
kan oleh masyarakat sebagai sebuah sistem bernama Bandung Masagi dengan
untuk terus bertahan, kecenderungan mengimplementasikan pandangan hidup
masyarakat menciptakan konsensus (kesepa- urang Sunda dalam pembelajarannya mulai
katan) antar anggotanya dan kontribusi dari pembiasaan, kurikuler dan
peran dan status yang dimainkan individu/in- ekstrakurikuler.
stitusi dalam keberlangsungan sebuah
Melihat kendala yang hadir dalam
masyarakat. Masyarakat dilihat sebagai se-
pengimplentasian pembinaan karakter ini
buah sistem dimana seluruh strujtur sosial-
artinya bahwa pihak-pihak yang berkaitan
nya terintegrasi menjadi satu, masing-masing
harus siap menghadapi tantangan arus
memiliki fungsi yang berbeda-beda tapi sal-
globalisasi diperlukan keseriusan dari pihak
ing berkaitan dan menciptakan konsensus
pemerintah sebagai agen pelaksana,
dan keteraturan serta keseluruhan elemen
fasilitator dan tindak lanjut secara konsisten
akan saling beradaptasi baik terhadap peru-
dan keberlanjutan dari hadirnya kearifan
bahan internal dan eksternal dari masyarakat
lokal yang bebasis pembelajaran. Kemudian
(hlm.118).
menjalin hubungan baik dengan mitra sekitar
sekolah untuk senantiasa memberikan
5. SIMPULAN
contoh yang baik sehingga bisa menjadi role
Etnopedagogi merupakan salah satu model bagi peserta diidk. Peran orang tua
cara yang bisa diterapkan di dunia perlu dilibatkan dalam menjalin komunikasi
pendidikan khsusunya di persekolah dalam dengan pendidik agar konsep pandangan
menghadapi tantangan arus globalisasi. urang Sunda dapat betul-betul terbentuk
Salah satunya dengan menanamkan kearifan menjadi karakter yang kuat serta peran
lokal yang diimplementasikan ke dalam mata masyarakat luas dalam mendukung
pelajaran. Kearifan lokal yang dapat pembelajaran berbasis kearifan lokal ini agar
diimplementasikan salah satunya adalah bisa terlaksana dengan baik dan bisa
pandangan hirup urang Sunda yang berkaitan dirasakan dampaknya.
dengan konsep silih asah yang memiliki arti
saling mencerdaskan, silih asuh yang
memiliki arti saling membimbing, silih asih
Sita Aulia Rahmah, Implementasi Kearifan Lokal… 800

DAFTAR PUSTAKA
Hill, N. E. (2010). Culturally-based worldviews, family processes, and family-school
interactions. In S. L. Christenson & A. L. Reschly (Eds.), Handbook of school-family
partnership (pp. 101–127). New York, NY: Routledge.
Ihsan, F. (2010). Dasar-Dasar Pendidikan : Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta.
Kosasih, Dede. (2009). Etnopedagogi dalam Kaulinan dan Kakawihan Barudak Sunda.
Konverensi Nasional dan Pembentukan Organisasi Profesi Bahasa, Sastra dan Budaya
Daerah Se-Indonesia. Yogyakarta, hlm. 1-9.
Mc Wayne, Christine M. Doucet, Febienne & Sheridan, Susan M. (2019). Ethnocultural
Diversity and The Home to School. Link. USA : New York University
Monti, J. D., Pomerantz, E. M., & Roisman, G. I. (2014). Can parents’ involvement in
children’seducation offset the effects of early insensitivity on academic functioning?
Journal of Educational Psychology, 106(3), 859–869.
Nagayama Hall, G. C., Yip, T., & Zarate, M. A. (2016). On becoming multicultural in a
monocultural research world: A conceptual approach to studying ethnocultural
diversity. American Psychologist, 71(1), 40–51.
Ritzer, G dan Gouglas J. Goodman. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media
Group.
Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surya, Priadi. (2011). Kepemimpinan Etnopedagogi Di Sekolah. Majalah Ilmiah Dinamika UNY,
Mei, hlm. 1-12 .
Susanti, W. (2019). Eksistensi Bahasa Indonesia dalam Bidang Ilmu Pengetahuan di Era
Globalisasi. Hlm. 1-11
Wahidin, Unang.(2012). Pendidikan Karakter Bagi Remaja. Hlm. 256-269.

Publikasi Departemen atau Lembaga Pemerintah


Dinas Pendidikan Kota Bandung. (2019). Buku Panduan Penguatan Pendidikan Karakter
Bandung Masagi. Bandung: Disdik

Dokumen atau Laporan


Tim Pelaksana Bidang Bela Negara. (2017). Program Pengembangan Bela Negara SMP Negeri
2 Bandung. Bandung: SMPN 2 Bandung.
Tim Pelaksana Lingkungan. (2017). Program Pengembangan Lingkungan SMP Negeri 2
Bandung. Bandung: SMPN 2 Bandung.
Tim Pelaksana Bidang Cinta Budaya Sunda. (2017). Program Pengembangan Cinta Budaya
Sunda SMP Negeri 2 Bandung. Bandung: SMPN 2 Bandung.
Tim Pelaksana Bidang Religi Culture. (2017). Program Pengembangan Religi Culture SMP
Negeri 2 Bandung. Bandung: SMPN 2 Bandung

p- ISSN 2528-1410 e- ISSN 2527-8045 |

Anda mungkin juga menyukai