2 (1): 59-70
DOI: https://doi.org/10.29244/jskpm.2.1.59-70
Copyright ã 2018 Departemen SKPM - IPB
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm
ISSN: 2338-8021; E-ISSN: 2338-8269
ABSTRACT
Community participation in tourism management is a thing considered will be a tourism area development booster.
In Situ gede is a new tourism which is maximizing the villager around that will be a management tourism area
delvelopment booster. The development of a tourist area is supported by community participation in tourism
management. The research aim to analyze the relationship of community participation in tourism management
based village tourism potential in Situ Gede Bogor. Determining the respondent is using survey method by a
spread 30 questionnaires to tourism busniessmen in Situ Gede. The characteristics of respondents are age, number
of family members of education and duration of stay. The results of this study indicate that bthere is a significant
relationship between age, duration and potential tourism area with participation rate.
Keywords: participation community, tourism developent, village based tourism
ABSTRAK
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sebuah pariwisata dianggap sebuah hal yang menjadi pemicu
pengembangan suatu kawasan wisata. Kelurahan Situ Gede merupakan tempat wisata baru yang
memaksimalkan partisipasi masyarakat sekitar yang menjadi pengelola kawasan dalam pengembangan
kawasan wisata. Berkembangnya suatu kawasan wisata didukung dari partisipasi masyarakat dalam
mengelolanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan wisata berbasis potensi desa di kawasan wisata Situ Gede, Bogor. Penentuan
responden melalui metode survey yang disebar ke 30 pelaku usaha wisata di Situ Gede. Karakteristik
responden yaitu umur, jumlah anggota keluarga,pendidikan dan lama menetap. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan antara umur, lama menetap dan potensi
kawasan wisata dengan tingkat partisipasi.
Kata kunci: desa wisata, partisipasi masyarakat, pengembangan wisata
Februari 2018 59
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
60 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
memberi kontribusi besar bagi pengembangan instansi atau perusahaan tanpa secara
kawasan wisata. Oleh karna itu, perlu dianalisis langsung mengikuti kebutuhan dari
faktor eksternal pelaku usaha wisata masyarakat sehingga banyak pelaksanaan
berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam pembangunan yang menjadi sia-sia dan
pengembangan kawasan wista? tidak berkelanjutan.
3. Tahap evaluasi merupakan umpan balik
PENDEKATAN TEORITIS yang dapat member masukan demi
perbaikan proyek sebelumya. Tahap
Partisipasi Masyarakat evaluasi yang dimaksud adalah
kemampuan masyarakat dalam menilai
Adapun Cohen dan Uphoff(1979) membagi baik-buruknya, berhasil-tidak berhasil, dan
partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai efektif-tidak efektifnya suatu program.
berikut: Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih
1. Tahap Pengambilan Keputusan, yang memahami kegunaan dan kerugian dari
diwujudkan dari keikutsertaan masyarakat suatu program yang diberikan sehingga
dalam rapat rapat perencanaan dalam mereka dapat menyusun dan mengeksekusi
pelaksanaan program. Tahap pengambilan solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga
keputusan yang dimaksud disini yaitu dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan
melihat sejauhmana masyarakat memiliki keefektifan program yang mereka lakukan,
kesadaran dalam menentukan dan sehingga mereka dapat menentukan secara
mengetahui kebutuhan serta permasalahan mandiri dan sadar apakah mereka harus
yang terjadi pada situasi dan kondisi melanjutkan atau meninggalkan kegiatan
mereka sendiri. Pada tahap pengambilan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh
keputusan ini penting untuk orang dalam cenderung lebih sesuai
mengikutsertakan masyarakat untuk konteks dengan permulaan difasilitasi oleh
keberhasilan program yang dilakukan dan orang luar.
menghindari adanya pihak pihak yang 4. Tahap menikmati dapat dijadikan sebagai
berkepentingan lainnya dalam indikator keberhasilan partisipasi
pengambilan keputusan tersebut karena masyarakat pada tahap perencanaan dan
agak tidak terjadi pemaksaan dalam pelaksanaan proyek. Pada tahap menikmati
pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan. hasil yang dimaksud adalah untuk melihat
2. Tahap Pelaksanaan adalah wujud penting seberapa jauh masyarakat mendapatkan
yang dilakukan dalam program. Tahap manfaat dari kegiatan yang sudah
pelaksanaan yang dimaksud Wujud nyata dilakukan,semakin besar masyarakat
partisipasi pada tahap ini digolongkan mendapat kan manfaat dari program maka
menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk program tersebut berhasil mengenai
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan sasaran. Mereka juga dapat mengukur hasil
materi, dan bentuk tindakan sebagai yang mereka peroleh dengan potensi
anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga sendiri yang mereka miliki.
seringkali diartikan sebagai tahap
implementasi, bahwa pada tahap ini Faktor Internal
partisipasi tidak hanya bernilai sebuah
tindakan nyata, namun dapat pula secara Beberapa faktor yang mempengaruhi
tidak langsung memberikan masukan untuk partisipasi adalah sebagai berikut: faktor
perbaikan program dan membantu melalui internal terdapat pada individu masyarakat
sumber daya. Tahap pelaksanaan yang akan berpartisipasi yaitu antara lain
partisipatif sangat berbeda dengan top seperti, umur, tingkat pendidikan, jumlah
down dan bottom up, namun partisipasi anggota keluarga dan lama menetap. Adapun
dapat berupa gabungan dari kedua usia yang berpengaruh, hal tersebut karena
pendekatan tersebut, seperti yang bekerja semakin tua seseorang, relatif berkurang
bukanlah hanya pihak perusahaan, namun kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan
bersama merumuskan kebutuhan kemudian mempengaruhi partisipasi sosialnya. Oleh
membangun hal yang diperlukan. Seperti karena itu, semakin muda usia seseorang,
contoh pelaksanaan top down hanya semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam
mengikuti instruksi dari pihak tertentu baik suatu kegiatan atau program tertentu. Sama
Februari 2018 61
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
halnya dengan pendapat Silaen (1998), semakin dari interaksi di antara wisatawan, supplier
tua usia seseorang maka penerimaannya pariwisata, pemerintah dan masyarakat
terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini setempat, dan lingkungan sekitar yang
karena orang yang masuk dalam golongan tua dilibatkan dalam menarik dan menerima
cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai pengunjung (Jamal & Robinson, 2009: 130-
lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal 131). Pariwisata sebagai sebuah industri
hal yang sifatnya baru. Tingkat pendidikan melibatkan banyak sekali aspek kehidupan
yang baik akan mempengaruhi partisipasi masyarakat, baik yang langsung maupun tidak
masyarakat terhadap pengelolaan kawasan langsung bersinggungan dengan pariwisata.
wisata yang ditunjukkan dengan tingginya Dalam bukunya, Nyoman S. Pendit (2003: 9-
keingginan masyarakat menjaga dan 25) mengemukakan bahwa industri pariwisata
melestarikan. Menurut Ajiswarman (1996), meliputi unsur-unsur pokok sebagai berikut:
semakin besar jumlah anggota keluarga 1. Politik pemerintah: unsur ini menyangkut
menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kebijakan dan situasi politik dalam sebuah
kegiatan akan berkurang karena sebagian besar negara yang akan mempengaruhi
waktunya digunakan untuk mencari nafkah keputusan calon wisatawan untuk
demi memenuhi kebutuhan keluarga. Faktor berkunjung ke negara tersebut. Situasi
internal lain, yang mempengaruhi partisipasi politik yang kondusif akan membuat calon
yaitu lama menetap. Semakin lama menetap di atau wisatawan yang sudah datang merasa
suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan aman nyaman. Kebijakan politik yang
perasaan dirinya sebagai bagian dari berpotensi menimbulkan gejolak politik,
lingkungannya, sehingga timbul keinginan apalagi mengarah pada pertumpahan darah,
untuk selalu menjaga dan memelihara dan gonjang-ganjing politik akan membuat
lingkungan dimana dia tinggal. calon wisatawan takut untuk berkunjung.
2. Yang dimiliki seharusnya menimbulkan
Faktor Eksternal rasa ingin tahu calon wisatawan yang
akhirnya membuat yang bersangkutan
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi datang berkunjung ke lokasi obyek wisata
partisipasi masyarakat itu meliputi potensi desa tersebut. Karena itu industry pariwisata
wisata, potensi yang terdapat di kawasan wisata harus mampu menggugah perasaan ingin
sangat menjadi daya tarik wisatawan untuk tahu calon wisatawan atas sesuatu, bila
mengunjungi kawasan tersebut maka potensi perlu membuat mereka penasaran.
yang ada patut diperhitungkan untuk 3. Sifat ramah tamah: sifat yang harus dimiliki
pengembangan lokasi wisata. Jenis jasa wisata, oleh semua pelaku wisata di sebuah daerah
segala bentuk jasa yang ditawarkan pihak atau negara, termasuk di dalamnya anggota
pengelola demi kenyamanan pengunjung juga masyarakat yang mereka sendiri atau
harus dibuat sebaik mungkin sehingga menjadi daerah tempat mereka tinggal menjadi
pengukuran untuk orang agar berkunjung ke destinasi wisata. Keramahtamahan
kawasan wisata dan yang terakhir dukungan penduduk lokal dan pelaku wisata menjadi
pihak pemerintah, LSM dan swasta dipikir sangat penting dalam melayani para
sangat berpengaruh karena, jika pihak wisatawan, bahkan dapat menjadi daya
pengelola dari masyarakat saja yang akan tarik bagi kunjungan wisatawan ke daerah
mengembangkan kawasan wisata tanpa tersebut.
bantuan pihak lain ini mungkin akan menjadi 4. Jarak dan Waktu (aksesibilitas):
suatu pekerjaan yang sedikit berat bagi kemudahan akses untuk mencapai obyek
masyarakat sekitar maka ddari itu dukungan wisata menyangkut jarak yang terjangkau
pihak pemerintah, LSM dan swasta diharapkan dan rentang waktu yang tidak terlalu lama
bagi masyarakat demi kelancaran menjadi salah satu unsur pokok yang
pengembangan kawasan wisata. mendukung kesuksesan industri pariwisata.
Letak obyek wisata yang terlalu jauh
Konsep Pariwisata jaraknya sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk menjangkaunya sering
Charles R. Goeldner dan J.R. Brent Ritchie menyurutkan niat calon wisatawan untuk
(2003) mendefinisikan pariwisata dengan berkunjung.
penekanan pada “proses, aktivitas, dan hasil
62 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
Februari 2018 63
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
sendiri (Nugroho dan Negara 2015). akan menghambat seseorang tersebut dalam
Pembangunanpariwisata berbasis masyarakat melakukan partisipasi dan sebaliknya, apabila
(community based tourism-CBT) merupakan umur seseorang masih muda maka tingkat
model pembangunan yang memberikan partisipasinya bisa lebih jauh dari pada
peluang yang sebesar-besarnya kepada seseorang yang telah berusia tua.
masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi
Tingkat pendidikan yang baik akan
dalam pembangunan pariwisata. CBT
mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap
merupakan sebuah kegiatan pembangunan
pengelolaan kawsan wisata yang ditunjukkan
pariwisata yang dilakukan sepenuhnya oleh
dengan tingginya keinginan masyarakat
masyarakat. Ide kegiatan dan pengelolaan
menjaga dan melestarikan. Menurut
dilakukan seluruhnya oleh masyarakat secara
Ajiswarman (1996), semakin besar jumlah
partisipatif, dan manfaatnya dirasakan langsung
anggota keluarga menyebabkan waktu untuk
oleh masyarakat lokal. Dengan demikian,
berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang
dalam CBT peran masyarakat lokal sebagai
karena sebagian besar waktunya digunakan
pemangku kepentingan merupakan unsur
untuk mencari nafkah demi memenuhi
terpenting dalam pengembangan desa wisata
kebutuhan keluarga. Faktor internal lain, yang
(Dewi 2013).
mempengaruhi partisipasi yaitu lama menetap.
Semakin lama menetap di suatu tempat,
Potensi Desa Wisata
semakin besar rasa memiliki dan perasaan
dirinya sebagai bagian dari lingkungannya,
Memanfaatkan potensi alam yang cukup
sehingga timbul keinginan untuk selalu
melimpah, masyarakat di berbagai daerah
menjaga dan memelihara lingkungan dimana
Indonesia kini mulai mengoptimalkan sektor
dia tinggal. Faktor eksternal juga dapat
pariwisata dengan membangun kawasan desa
mempengaruhi partisipai masyarakat seperti,
wisata. Strategi ini sengaja dibangun
potensi apa saja yang terdapat di kampung
masyarakat untuk mengajak para wisatawan
wisata tersebut, jenis wisata apa yang
lokal maupun internasional untuk mengenal
ditawarkan dan yang terpenting dukungan
lebih dekat kekayaan alam, budaya, maupun
pihak Pemerintah, LSM dan Swasta karena
tradisi masyarakat di berbagai pelosok desa.
kawasan wisata tidak akan berkembang hanya
Melalui program desa wisata, diharapkan
dengan dukungan masyarakat sekitar. Menurut
masyarakat bisa memperkenalkan tradisi dan
Cohen dan Uphoff (1980) menyebutkan ukuran
budaya lokal kepada masyarakat luas serta
pastisipasi masyarakat itu yaitu: pengambilan
mengangkat perekonomian masyarakat di
keputusan, dimana masyarakat yang ikut
sekitar desa tersebut. Beragam program dan
berpartisipasi diharapkan ikut ambil suara
paket wisata pun kini mulai ditawarkan
dalam proses pengambilan keputusan yang
masyarakat pedesaan untuk menjamu para
dilakukan pada saat berkumpul.
wisatawan lokal maupun internasional.
Misalnya saja seperti puluhan desa wisata yang Pengelolaan, dimana masyarakat tidak hanya
terdapat di Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa memberikan ide-ide terkait pengembangan
Timur, Jawa Tengah, Bali dan lain sebagainya. kawasan wisata namun juga ikut turut andil
dalam proses pengelolaannya. Evaluasi, setiap
Kerangka Pemikiran kegiatan yang dilakukan pasti akan
membutuhkan tahap evaluasi untuk melihat
Dalam melihat keberhasilan dalam sejauh mana pelaksaan suatu kegiatan berhasil
mengembangkan suatu kawasan desa wisata dilaksanakan, sama halnya dalam
bisa dilihat dari seberapa berperannya pengembangan kawasan wisata ini, masyarakat
masyarakat ikut berpartisipasi di dalamnya. harus melakukan evaluasi untuk melihat sejauh
Ada beberapa faktor internal yang mana perkembangan kawasan wisata yang telah
mempengaruhi partisipasi masyarakat salah dijalankan dan selanjutnya menikmati hasil,
satu nya yaitu karakteristik individu, di tahap ini meruapakan tahap merasakan yang
antaranya adalah umur, jenis kelamin, tingkat sudah dilakukan untuk keberlanjutan kawasan
pendidikan dan juga tingkat pengetahuan dari wisata. Semua tahapan dari partisipasi ini
masyarakat itu sendiri. Umur sangat nantinya pasti akan berdampak pada kondisi
berpengaruh dalam tingkat partispasi ekonomi masyarakat sekitar yang ikut terlibat
masyarakat karena semakin tua seseorang maka
64 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
dan menjadikan kawasan desa wisata menjadi yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian
mata pencahariannya. kuantitatif dengan metode survei berdasarkan
dari data kuesioner yang didapat di lapangan.
Data sampel diambil untuk mendapatkan data
Faktor Internal (X1)
X1.1 Umur
yang dapat mewakili keseluruhan populasi
X1.2Jumlah yang ingin diteliti. Pendekatan lapang pun
Anggota dilakukan dengan penggalian informasi dari
Keluarga
X1.3Tingkat
responden melalui kuesioner dan wawncara.
Pendidikan Tingkat Sebelum diuji di lapang, kuesioner diuji
X1.4Lama Partisipasi terlebih dahulu sehingga dapat mengukur
Menetap (Y1)
Y1.1 Tahap
validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah
Perencanaan Pengemb dibuat. Unit analisa dalam penelitian ini adalah
Y1.2 Tahap angan rumah tangga di Kelurahan Situ Gede.
Pelaksanaan
Y1.3 Evaluasi
Kampun
Faktor Eksternal (X2)
Y1.4 Menikmati g Wisata Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Wisata
X2.1 Potensi
Hasil Situ Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kota Bogor.
Gede
Kawasan Lokasi penelitian dipilih secara sengaja
Wisata
X2.2 Jenis Jasa
(purposive). Penelitian ini dilaksanakan dalam
Wisata waktu kurang lebih 3-4 minggu pada bulan
X2.3 Dukungan April-Mei 2017
Pemerintah,
LSM dan
Swasta
Sumber data dalam penelitian ini adalah
: berhubungan responden dan informan. Unit analisis dalam
penelitian ini adalah pelaku usaha wisata
dengan sasaran pengamatan yaitu rumah tangga
ataupun masyarakat yang terlibat aktif dalam
pengelolaan kampung wisata. Informan adalah
individu yang dapat memberikan informasi atau
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
gambaran mengenai diri sendiri, keluarga,
orang lain mengenai informasi ataupun data di
Hipotesis Penelitian sekitar lingkungannya yang berhubungan
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dibuat dengan penelitian ini. Pemilihan terhadap
maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai informan dilakukan secara sengaja (purposive).
berikut : Banyaknya informan tidak dibatasi, akan tetapi
1. Terdapat korelasi nyata antara faktor informan tersebut sudah dapat memberikan
internal pelaku usaha wisata yaitu umur, informasi yang relevan dan dapat membantu
jumlah anggota keluarga, pendidikan dan peneliti dalam menjawab perumusan masalah
lama menetap dengan partisipasi penelitian ini. Pencarian informasi ini berhenti
masyarakat dalam pengelolaan kawasan apabila tambahan informan tidak lagi
wisata menghasilkan pengetahuan baru atau sudah
2. Terdapat korelasi nyata antara faktor berada pada titik jenuh. Responden adalah
eksternal pelaku usaha wisata yaitu pelaku masyarakat yang dapat memberikan informasi
kawasan wisata, jenis jasa wisata dan mengenai dirinya sendiri. Populasi dalam
dukungan pihak pemerintah, LSM dan penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
swasta dengan partisipasi masyarakat ikut terlibat bekerja dan berpartisipasi dalam
dalam pengelolaan kawasan wisata. pengelolaan kampung wisata Situ Gede di
kawasan setempat. Penelitian yang
PENDEKATAN LAPANG menggunakan sebagian anggota populasinya
disebut random sampling atau survey. Dengan
Penelitian mengenai tingkat partisipasi metode pengambilan sampel ini diharapkan
masyarakat dalam pengelolaan wisata berbasis hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai
potensi desa di kampung wisata Situ Gede, sesungguhnya dan diharapkan dapat
Bogor ini merupakan penelitian kuantitatif memperkecil pula terjadinya
Februari 2018 65
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
kesalahan/penyimpangan terhadap nilai di lapang dan melihat jenis apa saja yang
populasi. ditawarkan pengelola dalam menarik minat
wisatawan untuk dapat berkunjung ke tempat
Jenis data yang digunakan adalah data primer
wisata yang telah mereka suguhkan. Dari
dan sekunder. Data primer yaitu data yang
semua potensi yang ada di kawasan tersebut
diperoleh secara langsung melalui metode,
dapat dilihat bagaimana pengelola melihat dan
survei, wawancara mendalam kepada informan
memanfaatkan sumberdaya yang terdapat
dan wawancara secara terstruktur
hingga dapat membentuk kawasan wisata
menggunakan kuesioner kepada responden.
tersebut. Dukungan pihak pemerintah, LSM
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan swasta juga sangat berpengaruh dalam
dari dokumen-dokumen tertulis baik yang menjalankan pengelolaan kawasan wisata,
berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi bantuan dari pihak pemerintah seperti dana
dari instansi terkait. Data sekunder diperoleh sangat diperlukan dalam mencapai kesuksesan
dari referensi yang terdapat pada instansi pengembangan di suatu kawasan wisata.
pemerintah ataupun publikasi ilmiah,serta data
yang mendukung mengenai fokus penelitan. Hubungan Umur dengan Tingkat
Data sekunder ini berupa peta desa, profil desa, Partisipasi
monografi (jumlah penduduk, tingkat Umur rumah tangga memiliki hubungan
pendidikan, jumlah pekerjaan), kondisi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
geografis, potensi desa, jurnal ilmiah, pengembangan pengelolaan kawasan wisata di
peraturan-peraturan daerah. Pertimbangan Desa Situ Gede karena nilai korelasi Rank
dalam pengambilan objek penelitian/responden Sperman 0.336. Hasil olah data SPSS ini
ini dikarenakan keterlibatan masyarakat secara menunjukkan adanya hubungan yang
langsung dan sadar tanpa adanya unsur paksaan signifikan karena nilai signifikan 0.07<0.1
dalam pengelolaan kampung wisata Situ Gede. sehingga H1diterima, artinya terdapat hubungan
antara indikator umur orang di rumah tangga
Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2016 dengan tingkat partisipasi. Hal tersebut
dan IBM SPSS Statistics 23.0 for Windows. mengartikan bahwa semakin tinggi umur orang
Pengujian variabel diuji dengan menggunakan dalam rumah tangga maka semakin tinggi
uji korelasi Rank Spearman. tingkat partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pengelolaan kawasan wisata di
Desa Situ Gede. Hubungan umur orang dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN rumah tangga dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pengelolaan
Karakteristik Responden kawasan wisata
Responden dalam penelitian ini rumah tangga Hubungan Jumlah anggota Keluarga
pengelola usaha jasa wisata yang berada di dengan Tingkat Partisipasi
kawasan Situ Gede. Pelaku usaha wisata inipun Jumlah anggota keluarga hampir tidak memiliki
bisa suami atau istri dari pengelola yang turut hubungan dengan tingkat partisipasi karena
andil dan tahu tentang pengelolaan kawasan nilai kolerasi Rank Sperman 0.184. hasil olah
wisata di Situ Gede. Responden juga data SPSS ini menunjukkan tidak adanya
masyarakat yang ikut mengelola kawasan hubungan yang signifikan karena nilai
wisata yang berada di Desa Situ Gede, ikut signifikanasi 0.330 > 0.1 sehingga H0diterima
dalam rapat evaluasi yang diadakan oleh pihak artinya tidak terdapat hubungan antara
desa dan juga mereka yang mengetahui indikator jumlah anggota keluarga dengan
informasi mengenai kawasan wisata Situ Gede. variabel tingkat partisipasi. Artinya, bahwa
Karakteristik responden diukur melalui empat semakin tinggi jumlah anggota keluarga di desa
indikator yaitu umur, jumlah anggota keluarga, Situ Gede, maka tidak berhubungan dengan
pendidikan dan lama menetap. tingginya tingkat partisipasi masyarakat di
Desa Situ Gede. Hubungan jumlah anggota
Kondisi Kawasan Wisata keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat
Kondisi kawasan wisata Situ Gede diukur untuk Desa Situ Gede
mengetahui dan melihat potensi yang terdapat
66 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
Hubungan Pendidikan dengan Tingkat wisata dan lama menetap yang masuk ke dalam
Partisipasi karakteristik pelaku usaha wisata.
Februari 2018 67
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
Hubungan antara karakteristik faktor eksternal masuk dalam kategori tinggi karena menurut
dengan tingkat partisipasi dianalisis masyarakat sekitar pemerintah turut
menggunakan tabulasi silang dan kemudian membantu dalam proses terbentuknya
dilakukan uji statistika non-parametrik Rank kawasan wisata Situ Gede tersebut. Dari 3
Sperman untuk menganalisi hubungan antara indikator dari faktor eksternal yaitu potensi
data ordinal dengan data ordinal. Patokan kawasan wisata, jenis jasa wisata dan
pengambilan keputusan berdasarkan nilai Sig. dukungan pihak pemerintah yang
Jika Sig (2-tailed) atau p=value lebih kecil dari berhubungan dengan tingkat partisipasi
taraf nyata = 0.05, maka H0diterima, yang adalah potensi kawasan wisata dengan nilai
berarti terdapat hubungan yang signifikan signifikan sebesar 0,058.
antara variabel-variabel yang diuji.
karakteristik pelaku usaha wisata dengan Saran
tingkat partisipasi memiliki hubungan, di
antaranya yang memiliki hubungan tersebut Pertama untuk pengembangan ilmu bagi civitas
yaitu umur pada karakteristik pelaku usaha akademika serta literatur bagi siapapun yang
wisata dan lama menetap yang masuk ke dalam ingin meneliti mengenai partisipasi masyarakat
karakteristik pelaku usaha wisata. terhadap kawasan wisata berbasis potensi desa
di Kelurahan Situ Gede sehingga kawasan
SIMPULAN DAN SARAN wisata lain dapat memanfaatkan kekayaan yang
terdapat dilingkungan sekitar dan masyarakat
Simpulan ikut partisipasi dalam pengembangannya
sehingga kawasan wisata Situ Gede bisa
1. Karakteristik pelaku usaha wisata berada menjadi sebagai panutan untuk kawasan wisata
pada kategori usia muda (<39 tahun) dengan lainnya. Partisipasi masyarakat di Kelurahan
mayoritas jumlah anggota keluarga sedang Situ Gede tergolong rendah, hal ini
yaitu 3-4 orang. Pendidikan masyarakat Situ berhubungan dengan keadaan masyarakat
Gede mayoritas hanya lulusan SD/Sederajat sekitar yang memang kurang peduli dengan
itu yang membuat banyak masyarakat tetap adanya kawasan Situ Gede tersebut.
bertahan di tempat mereka tinggal, hanya Seharusnya dengan ikut berpartisipasi dapat
sedikit yang berani keluar untuk mencoba mensejahterakan keadaan masyarakat sekitar
hal baru, lalu untuk lama menetap sebagian dan karena itu perlu dukungan dari masyarakat
banyak masyarakat Situ Gede yaitu selama lainnya yang belum ikut berpartisipasi dan juga
< 41 tahun dan banyak dari pelaku usaha dukungan pemerintah dalam pengembangan
wisata tersebut adalah orang-orang yang kawasan wisata tersebut serta pembuatan
telah menetap lama di kawasan tersebut. struktur kepengurusan yang lebih jelas untuk
Dari 4 indikator dari faktor internal yaitu prengembangan kawasan wisata ini.
umur, jumlah anggota keluarga, pendidikan
dan lama menetap yang berhubungan DAFTAR PUSTAKA
dengan tingkat partisipasi adalah umur yang
memiliki nilai signifikan 0,070 dan lama [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik
menetap dengan nilai signifikan 0,061. Indonesia Tahun 2010. Jakarta [ID]: Badan
2. Faktor eksternal pelaku usaha wisata terdiri Pusat Statistik.
dari potensi kawasan wisata yang masuk [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Data Jumlah
Desa di Indonesia. Diunduh melalui
dalam kategori sedang karena potensi yang
http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1162
terdapat di kawasan Situ Gede memang .
belum sepenuhnya baik jadi, masyarakat [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor
masih mengganggap ada beberapa 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah.
kekurangan dari adanya kawasan wisata ini, Adiyoso W. 2009. Menggugat Perencanaan
lalu jenis jasa wisata yang di tawarkan Partisipasi dalam Perberdayaan Masyarakat.
masuk ke dalam kategori tinggi karena Jakarta [ID]: ITS Press.
pihak pengelola memanfaatkan danau Ajiswarman. 1996. Partisipasi Perantau Minang
sebagai area wisata yang bisa dijadikan dalam Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus:
beberapa tempat kunjungan wisatawan. Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Ciherang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Selanjutnya dukungan pihak pemerintah
Jawa Barat). [skripsi]. IPB. Bogor
dalam pengemabangan kawasan wisata ini
68 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
Februari 2018 69
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70
70 Februrari 2018