Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], Vol.

2 (1): 59-70
DOI: https://doi.org/10.29244/jskpm.2.1.59-70
Copyright ã 2018 Departemen SKPM - IPB
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm
ISSN: 2338-8021; E-ISSN: 2338-8269

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN


WISATA BERBASIS POTENSI DESA DI KAMPUNG WISATA SITU
GEDE BOGOR

Community Participation in Tourism Management based on Village Tourism Potential in


Situ Gede Bogor

Popy Marysya1) dan Siti Amanah1)


1)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor, Darmaga Bogor 16680, Indonesia
E-mail: pmarysya@gmail.com1) dan siti_amanah@apps.ipb.ac.id1)

ABSTRACT
Community participation in tourism management is a thing considered will be a tourism area development booster.
In Situ gede is a new tourism which is maximizing the villager around that will be a management tourism area
delvelopment booster. The development of a tourist area is supported by community participation in tourism
management. The research aim to analyze the relationship of community participation in tourism management
based village tourism potential in Situ Gede Bogor. Determining the respondent is using survey method by a
spread 30 questionnaires to tourism busniessmen in Situ Gede. The characteristics of respondents are age, number
of family members of education and duration of stay. The results of this study indicate that bthere is a significant
relationship between age, duration and potential tourism area with participation rate.
Keywords: participation community, tourism developent, village based tourism

ABSTRAK
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sebuah pariwisata dianggap sebuah hal yang menjadi pemicu
pengembangan suatu kawasan wisata. Kelurahan Situ Gede merupakan tempat wisata baru yang
memaksimalkan partisipasi masyarakat sekitar yang menjadi pengelola kawasan dalam pengembangan
kawasan wisata. Berkembangnya suatu kawasan wisata didukung dari partisipasi masyarakat dalam
mengelolanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan wisata berbasis potensi desa di kawasan wisata Situ Gede, Bogor. Penentuan
responden melalui metode survey yang disebar ke 30 pelaku usaha wisata di Situ Gede. Karakteristik
responden yaitu umur, jumlah anggota keluarga,pendidikan dan lama menetap. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan antara umur, lama menetap dan potensi
kawasan wisata dengan tingkat partisipasi.
Kata kunci: desa wisata, partisipasi masyarakat, pengembangan wisata

PENDAHULUAN harusnya terdapat di antara-antara desa tersebut.


Potensi yang dimaksud baik dari kekayaan alam
Indonesia memiliki 81.253 desa dan memiliki yang dimiliki setiap desa maupun potensi
potensi yang dapat dikembangkan menjadi masyakarat yang yang mampu memanfaatkan
penggerak perekonomian desa. Seperti yang kita kekayaan alam tersebut dan secara tidak langsung
ketahui sebagian besar masyarakat Indonesia dengan cara membantu memanfaatkan potensi-
berdomisili di daerah pedesaan dengan potensi yang terdapat di desa maka desa juga
banyaknya desa-desa yang tersebar di seluruh terbantu dalam berbagai hal. Memang secara
Indonesia maka banyak juga potensi yang konseptual ekowisata dapat dikatakan sebagai

Februari 2018 59
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

suatu konsep pengembangan pariwisata kawasan wisata, sehingga masyarakat menjadi


berkelanjutan dengan tujuan untuk mendukung termotivasi untuk meningkatkan potensi dan
upaya pelestarian lingkungan alam maupun memanfaatkan potensi dari objek wisata tersebut
budaya dan meningkatkan partisipasi masyarakat yang nantinya akan menguntungkan pihak
dalam pengelolaan, sehingga memberi manfaat masyarakat melalui tingkat pendapatan mereka.
ekonomi kepada masyarakat setempat. Dari segi
pengelolaannya, ekowisata dapat dikatakan suatu Pengelolaan sumberdaya yang terdapat di suatu
penyelenggaraan kegiatan wisata yang desa wisata tidak lah mudah apabila dikerjakan
bertanggung jawab di tempat alami atau daerah oleh beberapa pihak terkait karena semua itu akan
yang dibuat berdasarkan kaidah alam, dan secara berdampak kepada lingkungan sekitar, sehingga
ekonomi berkelanjutan untuk mendukung upaya diperlukan kesadaran dan partisipasi masyarakat
pelestarian lingkungan dan meningkatkan dalam menjaga dan mengelola desa wisata agar
kesejahteraan masyarakat setempat. Wisata berkembang ke arah yang lebih baik. Danau atau
merupakan sebuah aktivitas hiburan yang dapat Situ Gede yang luasnya sekitar 4,8 hektar, jika
dilakukan untuk mengurangi pikiran akibat digarap dengan serius bisa berkembang menjadi
pekerjaan sehari-hari dan juga wisata sendiri bisa objek wisata yang menarik. Panorama hutan
jadi sarana pendidikan untuk belajar dari alam. Cifor (Center For International Forestry
Pengelolaan desa wisata yang berbasis lokal ini Research) yang ditunjang suasana yang masih
memerlukan keperdulian dan partisipasi dari tenang dan asri merupakan potensi yang sangat
masyarakatnya untuk berkarya,berinovasi dan menjual bagi promosi wisata Kota Bogor.
mengeluarkan semua kreatifitas mereka untuk Keberhasilan dalam mengelola desa wisata
mengembangkan wilayah desanya yang telah tergantung dari kerja sama dan partisipasi aktif
dijadikan sebagai desa wisata. Salah satu prinsip seluruh anggota masyarakat sekitar, serta
Community Development adalah partisipasi. dukungan dari pemerintah maupun pihak swasta
Menurut Cohen dan Uphoff (1980) peran atas yang terlibat dalam melestarikannya. Pengelolaan
partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat bisa kawsan wisata tidak akan berjalan baik tanpa
dilihat mulai dari tahap pengambilan keputusan, campur tangan pihak-pihak yang bersangkutan,
pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Selain karena kawasan tersebut merupakan kampung
itu aspek akan tumbuhnya syarat-syarat wisata maka pihak-pihak yang dimaksud adalah
partisipasi dalam masyarakat juga mennjadi suatu masyarakat sekitar kawasan wisata yang
hal yang perlu diperhatikan seperti adanya diharapkan dalam ikut serta dalam mengelola
kesempatan, kemampuan dan kemauan. kawasan wisata, sehingga muncul masalah
Upaya menempatkan masyarakat tidak hanya penelitian berupa karakteristik faktor internal
sebagai objek tetapi juga dijadikan sebagai subjek pelaku usaha wisata berhubungan dengan tingkat
dalam pembangunan dan pengembangan wilayah partisipasi masyarakat dalam pengembangan
desa akan manfaat dan dampak yang akan kawasan wisata?
diterima oleh masyarakat dari kegiatam tersebut. Pelaksanaan kegiatan wisata ini pasti tidak lepas
Pengoptimalan sumberdaya manusia yang akan dari campur tangan masyarakat yang berada di
akan membantu menambah peningkatan sekitar kawasan apabila kawasan wisata tersebut
perekonomian/pendapatan masyarakat. Kegiatan berada di kawasan tempat tinggal masyarakat.
yang dapat dilakukan untuk menambah Kegiatan wisata di Situ Gede ini dikelola oleh
pendapatan kegiatan tersebut dengan cara masyarakat di sekitar Kelurahan Situ Gede,
memanfaatkan obyek wisata tersebut seperti seperti tujuan awal dijadikannya tempat ini
berdagang di sekitar area wisata, menjual souveir, menjadi kawasan wisata yaitu agar masyarakat di
menyewakan perahu, jasa untuk foto dan lain- sekitar kawasan dapat diberdayakan dan dapat
lain. Berkembangnya sektor wisata ini mensejahterakat kehidupan masyarakat untuk
diharapkan dapat memberikan manfaat dari sisi kedepannya dan semakin tinggi partisipasi
eknomoni yang dirasakan bagi masyarakat sekitar masyarakat dal
am suatu pengembangan kawasan wisata maka dalam pengelolaan kawasan wisata. Dengan
semakin berdaya masyarakat yang terlibat kata lain, tingkat partisipasi masyarakat

60 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

memberi kontribusi besar bagi pengembangan instansi atau perusahaan tanpa secara
kawasan wisata. Oleh karna itu, perlu dianalisis langsung mengikuti kebutuhan dari
faktor eksternal pelaku usaha wisata masyarakat sehingga banyak pelaksanaan
berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam pembangunan yang menjadi sia-sia dan
pengembangan kawasan wista? tidak berkelanjutan.
3. Tahap evaluasi merupakan umpan balik
PENDEKATAN TEORITIS yang dapat member masukan demi
perbaikan proyek sebelumya. Tahap
Partisipasi Masyarakat evaluasi yang dimaksud adalah
kemampuan masyarakat dalam menilai
Adapun Cohen dan Uphoff(1979) membagi baik-buruknya, berhasil-tidak berhasil, dan
partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai efektif-tidak efektifnya suatu program.
berikut: Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih
1. Tahap Pengambilan Keputusan, yang memahami kegunaan dan kerugian dari
diwujudkan dari keikutsertaan masyarakat suatu program yang diberikan sehingga
dalam rapat rapat perencanaan dalam mereka dapat menyusun dan mengeksekusi
pelaksanaan program. Tahap pengambilan solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga
keputusan yang dimaksud disini yaitu dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan
melihat sejauhmana masyarakat memiliki keefektifan program yang mereka lakukan,
kesadaran dalam menentukan dan sehingga mereka dapat menentukan secara
mengetahui kebutuhan serta permasalahan mandiri dan sadar apakah mereka harus
yang terjadi pada situasi dan kondisi melanjutkan atau meninggalkan kegiatan
mereka sendiri. Pada tahap pengambilan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh
keputusan ini penting untuk orang dalam cenderung lebih sesuai
mengikutsertakan masyarakat untuk konteks dengan permulaan difasilitasi oleh
keberhasilan program yang dilakukan dan orang luar.
menghindari adanya pihak pihak yang 4. Tahap menikmati dapat dijadikan sebagai
berkepentingan lainnya dalam indikator keberhasilan partisipasi
pengambilan keputusan tersebut karena masyarakat pada tahap perencanaan dan
agak tidak terjadi pemaksaan dalam pelaksanaan proyek. Pada tahap menikmati
pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan. hasil yang dimaksud adalah untuk melihat
2. Tahap Pelaksanaan adalah wujud penting seberapa jauh masyarakat mendapatkan
yang dilakukan dalam program. Tahap manfaat dari kegiatan yang sudah
pelaksanaan yang dimaksud Wujud nyata dilakukan,semakin besar masyarakat
partisipasi pada tahap ini digolongkan mendapat kan manfaat dari program maka
menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk program tersebut berhasil mengenai
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan sasaran. Mereka juga dapat mengukur hasil
materi, dan bentuk tindakan sebagai yang mereka peroleh dengan potensi
anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga sendiri yang mereka miliki.
seringkali diartikan sebagai tahap
implementasi, bahwa pada tahap ini Faktor Internal
partisipasi tidak hanya bernilai sebuah
tindakan nyata, namun dapat pula secara Beberapa faktor yang mempengaruhi
tidak langsung memberikan masukan untuk partisipasi adalah sebagai berikut: faktor
perbaikan program dan membantu melalui internal terdapat pada individu masyarakat
sumber daya. Tahap pelaksanaan yang akan berpartisipasi yaitu antara lain
partisipatif sangat berbeda dengan top seperti, umur, tingkat pendidikan, jumlah
down dan bottom up, namun partisipasi anggota keluarga dan lama menetap. Adapun
dapat berupa gabungan dari kedua usia yang berpengaruh, hal tersebut karena
pendekatan tersebut, seperti yang bekerja semakin tua seseorang, relatif berkurang
bukanlah hanya pihak perusahaan, namun kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan
bersama merumuskan kebutuhan kemudian mempengaruhi partisipasi sosialnya. Oleh
membangun hal yang diperlukan. Seperti karena itu, semakin muda usia seseorang,
contoh pelaksanaan top down hanya semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam
mengikuti instruksi dari pihak tertentu baik suatu kegiatan atau program tertentu. Sama

Februari 2018 61
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

halnya dengan pendapat Silaen (1998), semakin dari interaksi di antara wisatawan, supplier
tua usia seseorang maka penerimaannya pariwisata, pemerintah dan masyarakat
terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini setempat, dan lingkungan sekitar yang
karena orang yang masuk dalam golongan tua dilibatkan dalam menarik dan menerima
cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai pengunjung (Jamal & Robinson, 2009: 130-
lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal 131). Pariwisata sebagai sebuah industri
hal yang sifatnya baru. Tingkat pendidikan melibatkan banyak sekali aspek kehidupan
yang baik akan mempengaruhi partisipasi masyarakat, baik yang langsung maupun tidak
masyarakat terhadap pengelolaan kawasan langsung bersinggungan dengan pariwisata.
wisata yang ditunjukkan dengan tingginya Dalam bukunya, Nyoman S. Pendit (2003: 9-
keingginan masyarakat menjaga dan 25) mengemukakan bahwa industri pariwisata
melestarikan. Menurut Ajiswarman (1996), meliputi unsur-unsur pokok sebagai berikut:
semakin besar jumlah anggota keluarga 1. Politik pemerintah: unsur ini menyangkut
menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kebijakan dan situasi politik dalam sebuah
kegiatan akan berkurang karena sebagian besar negara yang akan mempengaruhi
waktunya digunakan untuk mencari nafkah keputusan calon wisatawan untuk
demi memenuhi kebutuhan keluarga. Faktor berkunjung ke negara tersebut. Situasi
internal lain, yang mempengaruhi partisipasi politik yang kondusif akan membuat calon
yaitu lama menetap. Semakin lama menetap di atau wisatawan yang sudah datang merasa
suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan aman nyaman. Kebijakan politik yang
perasaan dirinya sebagai bagian dari berpotensi menimbulkan gejolak politik,
lingkungannya, sehingga timbul keinginan apalagi mengarah pada pertumpahan darah,
untuk selalu menjaga dan memelihara dan gonjang-ganjing politik akan membuat
lingkungan dimana dia tinggal. calon wisatawan takut untuk berkunjung.
2. Yang dimiliki seharusnya menimbulkan
Faktor Eksternal rasa ingin tahu calon wisatawan yang
akhirnya membuat yang bersangkutan
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi datang berkunjung ke lokasi obyek wisata
partisipasi masyarakat itu meliputi potensi desa tersebut. Karena itu industry pariwisata
wisata, potensi yang terdapat di kawasan wisata harus mampu menggugah perasaan ingin
sangat menjadi daya tarik wisatawan untuk tahu calon wisatawan atas sesuatu, bila
mengunjungi kawasan tersebut maka potensi perlu membuat mereka penasaran.
yang ada patut diperhitungkan untuk 3. Sifat ramah tamah: sifat yang harus dimiliki
pengembangan lokasi wisata. Jenis jasa wisata, oleh semua pelaku wisata di sebuah daerah
segala bentuk jasa yang ditawarkan pihak atau negara, termasuk di dalamnya anggota
pengelola demi kenyamanan pengunjung juga masyarakat yang mereka sendiri atau
harus dibuat sebaik mungkin sehingga menjadi daerah tempat mereka tinggal menjadi
pengukuran untuk orang agar berkunjung ke destinasi wisata. Keramahtamahan
kawasan wisata dan yang terakhir dukungan penduduk lokal dan pelaku wisata menjadi
pihak pemerintah, LSM dan swasta dipikir sangat penting dalam melayani para
sangat berpengaruh karena, jika pihak wisatawan, bahkan dapat menjadi daya
pengelola dari masyarakat saja yang akan tarik bagi kunjungan wisatawan ke daerah
mengembangkan kawasan wisata tanpa tersebut.
bantuan pihak lain ini mungkin akan menjadi 4. Jarak dan Waktu (aksesibilitas):
suatu pekerjaan yang sedikit berat bagi kemudahan akses untuk mencapai obyek
masyarakat sekitar maka ddari itu dukungan wisata menyangkut jarak yang terjangkau
pihak pemerintah, LSM dan swasta diharapkan dan rentang waktu yang tidak terlalu lama
bagi masyarakat demi kelancaran menjadi salah satu unsur pokok yang
pengembangan kawasan wisata. mendukung kesuksesan industri pariwisata.
Letak obyek wisata yang terlalu jauh
Konsep Pariwisata jaraknya sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk menjangkaunya sering
Charles R. Goeldner dan J.R. Brent Ritchie menyurutkan niat calon wisatawan untuk
(2003) mendefinisikan pariwisata dengan berkunjung.
penekanan pada “proses, aktivitas, dan hasil

62 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

5. Atraksi: sebuah destinasi wisata perlu Pengembangan Desa Wisata


memiliki cukup banyak atraksi yang bisa
menarik perhatian calon wisatawan untuk Inskeep (1991) mengatakan bahwa desa wisata
berkunjung ke daerah tersebut. Termasuk merupakan bentuk pariwisata, yang
di sini adalah cara pengemasan berbagai sekelompok kecil wisatawan tinggal di dalam
atraksi yang ditampilkan atau ditawarkan atau di dekat kehidupan tradisional atau di desa-
kepada calon wisatawan yang dapat desa terpencil dan mempelajari kehidupan desa
menggugah perasaan ingin tahu mereka dan lingkungan setempat. Nuryanti (1992)
atau yang menarik minat mereka untuk mendefinisikan desa wisata merupakan suatu
melihat dan menikmatinya. bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan
6. Akomodasi: ketersediaan tempat istirahat fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu
yang memenuhi standar wisatawan, struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
jumlahnya yang memadai dengan berbagai dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
variasi harga dan fasilitasnya menjadi unsur Ditegaskan pula bahwa komponen terpenting
penting dalam industri pariwisata. dalam desa wisata, adalah (1) akomodasi, yakni
7. Pengangkutan: alat transportasi yang sebagian dari tempat tinggal penduduk
memadai menjadi sarana utama dalam setempat dan atau/unit-unit yang berkembang
mengangkut dan membawa wisatawan sesuai dengan tempat tinggal penduduk, dan (2)
menuju lokasi wisata. Ketersediaan atraksi, yakni seluruh kehidupan keseharian
beragam sarana transportasi sangat penduduk setempat beserta latar fisik lokasi
dibutuhkan wisatawan untuk pergi ke desa yang memungkinkan berintegrasinya
lokasi wisata sekaligus pulang menuju wisatawan sebagai partisipan aktif, seperti
tempat menginapnya. Ketersediaan alat kursus tari, bahasa, lukis, dan hal-hal lain yang
transportasi yang memadai perlu diimbangi spesifik.. Berkembangnya cukup banyak desa
juga dengan fasilitas jalan yang juga menjadi desa wisata yang bertumpu kepada
memadai kualitasnya. keunikan budaya komunitas desa tersebut
8. Harga: untuk menunjang suksesnya sebenarnya menunjukan perlu dikembangkan
industri pariwisata, harga-harga yang ekosistem desa untuk melindungi kearifan
diberikan kepada para wisatawan haruslah lokal. Bila ditelusuri pemahaman tentang desa
wajar. Harga yang terlalu mahal sementara wisata cukup beragam. Desa wisata adalah
kualitas produk yang ditawarkan tidak merupakan suatu bentuk lingkungan
sesuai dengan harganya, akan membuat permukiman yang sesuai dengan tuntutan
wisatawan enggan membeli atau wisatawan dalam menikmati, mengenal dan
memanfaatkannya sehingga dapat menghayati/mempelajari kekhasan desa beserta
merugikan pelaku wisata itu sendiri. segala daya tariknya. Sesuai pula dengan
9. Publikasi dan Promosi: sebuah obyek atau tuntutan kegiatan hidup masyarakatnya
lokasi wisata memerlukan publikasi dan (mencakup kegiatan hunian, interaksi sosial,
promosi agar calon wisatawan menjadi tahu kegiatan adat setempat dan sebagainya),
dan mengenalnya sehingga tertarik untuk sehingga terwujud suatu lingkungan yang
mendatanginya. Untuk dapat harmonis, rekreatif dan terpadu dengan
mempublikasikan dan mempromosikan lingkungannya.
sebuah obyek wisata, dibutuhkan dana
yang tidak sedikit dan upaya promosi terus Kegiatan Wisata Berbasis Masyarakat
menerus sekalipun obyek wisata tersebut
sudah cukup dikenal. Kegiatan wisata dalam kehidupan pedesaan
10. Kesempatan Berbelanja: sebuah destinasi atau pertanian, berkembang sejak lama. Hal
wisata harus member kesempatan kepada tersebut dikenal dengan kegiatan wisata
wisatawan yang datang kesempatan untuk berbasis masyarakat (community based
berbelanja suvenir khas dari daerah tourism, CBT). Pemikiran ini merupakan
tersebut. Ketersediaan berbagai produk variasi konsep keilmuan untuk mendukung
khas akan membuat wisatawan memiliki kaidah-kaidah konservasi dalam
kesempatan membeli dan membawa pulang pengembangan kegiatan wisata di desa. Konsep
produk tersebut sebagai bagian dari CBT juga merupakan implementasi ekonomi
kenangan dari tempat yang pernah kerakyatan di sektor riil, yang langsung
dikunjunginya. dilaksanakan dan dinikmati oleh masyarakat

Februari 2018 63
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

sendiri (Nugroho dan Negara 2015). akan menghambat seseorang tersebut dalam
Pembangunanpariwisata berbasis masyarakat melakukan partisipasi dan sebaliknya, apabila
(community based tourism-CBT) merupakan umur seseorang masih muda maka tingkat
model pembangunan yang memberikan partisipasinya bisa lebih jauh dari pada
peluang yang sebesar-besarnya kepada seseorang yang telah berusia tua.
masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi
Tingkat pendidikan yang baik akan
dalam pembangunan pariwisata. CBT
mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap
merupakan sebuah kegiatan pembangunan
pengelolaan kawsan wisata yang ditunjukkan
pariwisata yang dilakukan sepenuhnya oleh
dengan tingginya keinginan masyarakat
masyarakat. Ide kegiatan dan pengelolaan
menjaga dan melestarikan. Menurut
dilakukan seluruhnya oleh masyarakat secara
Ajiswarman (1996), semakin besar jumlah
partisipatif, dan manfaatnya dirasakan langsung
anggota keluarga menyebabkan waktu untuk
oleh masyarakat lokal. Dengan demikian,
berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang
dalam CBT peran masyarakat lokal sebagai
karena sebagian besar waktunya digunakan
pemangku kepentingan merupakan unsur
untuk mencari nafkah demi memenuhi
terpenting dalam pengembangan desa wisata
kebutuhan keluarga. Faktor internal lain, yang
(Dewi 2013).
mempengaruhi partisipasi yaitu lama menetap.
Semakin lama menetap di suatu tempat,
Potensi Desa Wisata
semakin besar rasa memiliki dan perasaan
dirinya sebagai bagian dari lingkungannya,
Memanfaatkan potensi alam yang cukup
sehingga timbul keinginan untuk selalu
melimpah, masyarakat di berbagai daerah
menjaga dan memelihara lingkungan dimana
Indonesia kini mulai mengoptimalkan sektor
dia tinggal. Faktor eksternal juga dapat
pariwisata dengan membangun kawasan desa
mempengaruhi partisipai masyarakat seperti,
wisata. Strategi ini sengaja dibangun
potensi apa saja yang terdapat di kampung
masyarakat untuk mengajak para wisatawan
wisata tersebut, jenis wisata apa yang
lokal maupun internasional untuk mengenal
ditawarkan dan yang terpenting dukungan
lebih dekat kekayaan alam, budaya, maupun
pihak Pemerintah, LSM dan Swasta karena
tradisi masyarakat di berbagai pelosok desa.
kawasan wisata tidak akan berkembang hanya
Melalui program desa wisata, diharapkan
dengan dukungan masyarakat sekitar. Menurut
masyarakat bisa memperkenalkan tradisi dan
Cohen dan Uphoff (1980) menyebutkan ukuran
budaya lokal kepada masyarakat luas serta
pastisipasi masyarakat itu yaitu: pengambilan
mengangkat perekonomian masyarakat di
keputusan, dimana masyarakat yang ikut
sekitar desa tersebut. Beragam program dan
berpartisipasi diharapkan ikut ambil suara
paket wisata pun kini mulai ditawarkan
dalam proses pengambilan keputusan yang
masyarakat pedesaan untuk menjamu para
dilakukan pada saat berkumpul.
wisatawan lokal maupun internasional.
Misalnya saja seperti puluhan desa wisata yang Pengelolaan, dimana masyarakat tidak hanya
terdapat di Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa memberikan ide-ide terkait pengembangan
Timur, Jawa Tengah, Bali dan lain sebagainya. kawasan wisata namun juga ikut turut andil
dalam proses pengelolaannya. Evaluasi, setiap
Kerangka Pemikiran kegiatan yang dilakukan pasti akan
membutuhkan tahap evaluasi untuk melihat
Dalam melihat keberhasilan dalam sejauh mana pelaksaan suatu kegiatan berhasil
mengembangkan suatu kawasan desa wisata dilaksanakan, sama halnya dalam
bisa dilihat dari seberapa berperannya pengembangan kawasan wisata ini, masyarakat
masyarakat ikut berpartisipasi di dalamnya. harus melakukan evaluasi untuk melihat sejauh
Ada beberapa faktor internal yang mana perkembangan kawasan wisata yang telah
mempengaruhi partisipasi masyarakat salah dijalankan dan selanjutnya menikmati hasil,
satu nya yaitu karakteristik individu, di tahap ini meruapakan tahap merasakan yang
antaranya adalah umur, jenis kelamin, tingkat sudah dilakukan untuk keberlanjutan kawasan
pendidikan dan juga tingkat pengetahuan dari wisata. Semua tahapan dari partisipasi ini
masyarakat itu sendiri. Umur sangat nantinya pasti akan berdampak pada kondisi
berpengaruh dalam tingkat partispasi ekonomi masyarakat sekitar yang ikut terlibat
masyarakat karena semakin tua seseorang maka

64 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

dan menjadikan kawasan desa wisata menjadi yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian
mata pencahariannya. kuantitatif dengan metode survei berdasarkan
dari data kuesioner yang didapat di lapangan.
Data sampel diambil untuk mendapatkan data
Faktor Internal (X1)
X1.1 Umur
yang dapat mewakili keseluruhan populasi
X1.2Jumlah yang ingin diteliti. Pendekatan lapang pun
Anggota dilakukan dengan penggalian informasi dari
Keluarga
X1.3Tingkat
responden melalui kuesioner dan wawncara.
Pendidikan Tingkat Sebelum diuji di lapang, kuesioner diuji
X1.4Lama Partisipasi terlebih dahulu sehingga dapat mengukur
Menetap (Y1)
Y1.1 Tahap
validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah
Perencanaan Pengemb dibuat. Unit analisa dalam penelitian ini adalah
Y1.2 Tahap angan rumah tangga di Kelurahan Situ Gede.
Pelaksanaan
Y1.3 Evaluasi
Kampun
Faktor Eksternal (X2)
Y1.4 Menikmati g Wisata Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Wisata
X2.1 Potensi
Hasil Situ Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kota Bogor.
Gede
Kawasan Lokasi penelitian dipilih secara sengaja
Wisata
X2.2 Jenis Jasa
(purposive). Penelitian ini dilaksanakan dalam
Wisata waktu kurang lebih 3-4 minggu pada bulan
X2.3 Dukungan April-Mei 2017
Pemerintah,
LSM dan
Swasta
Sumber data dalam penelitian ini adalah
: berhubungan responden dan informan. Unit analisis dalam
penelitian ini adalah pelaku usaha wisata
dengan sasaran pengamatan yaitu rumah tangga
ataupun masyarakat yang terlibat aktif dalam
pengelolaan kampung wisata. Informan adalah
individu yang dapat memberikan informasi atau
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
gambaran mengenai diri sendiri, keluarga,
orang lain mengenai informasi ataupun data di
Hipotesis Penelitian sekitar lingkungannya yang berhubungan
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dibuat dengan penelitian ini. Pemilihan terhadap
maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai informan dilakukan secara sengaja (purposive).
berikut : Banyaknya informan tidak dibatasi, akan tetapi
1. Terdapat korelasi nyata antara faktor informan tersebut sudah dapat memberikan
internal pelaku usaha wisata yaitu umur, informasi yang relevan dan dapat membantu
jumlah anggota keluarga, pendidikan dan peneliti dalam menjawab perumusan masalah
lama menetap dengan partisipasi penelitian ini. Pencarian informasi ini berhenti
masyarakat dalam pengelolaan kawasan apabila tambahan informan tidak lagi
wisata menghasilkan pengetahuan baru atau sudah
2. Terdapat korelasi nyata antara faktor berada pada titik jenuh. Responden adalah
eksternal pelaku usaha wisata yaitu pelaku masyarakat yang dapat memberikan informasi
kawasan wisata, jenis jasa wisata dan mengenai dirinya sendiri. Populasi dalam
dukungan pihak pemerintah, LSM dan penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
swasta dengan partisipasi masyarakat ikut terlibat bekerja dan berpartisipasi dalam
dalam pengelolaan kawasan wisata. pengelolaan kampung wisata Situ Gede di
kawasan setempat. Penelitian yang
PENDEKATAN LAPANG menggunakan sebagian anggota populasinya
disebut random sampling atau survey. Dengan
Penelitian mengenai tingkat partisipasi metode pengambilan sampel ini diharapkan
masyarakat dalam pengelolaan wisata berbasis hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai
potensi desa di kampung wisata Situ Gede, sesungguhnya dan diharapkan dapat
Bogor ini merupakan penelitian kuantitatif memperkecil pula terjadinya

Februari 2018 65
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

kesalahan/penyimpangan terhadap nilai di lapang dan melihat jenis apa saja yang
populasi. ditawarkan pengelola dalam menarik minat
wisatawan untuk dapat berkunjung ke tempat
Jenis data yang digunakan adalah data primer
wisata yang telah mereka suguhkan. Dari
dan sekunder. Data primer yaitu data yang
semua potensi yang ada di kawasan tersebut
diperoleh secara langsung melalui metode,
dapat dilihat bagaimana pengelola melihat dan
survei, wawancara mendalam kepada informan
memanfaatkan sumberdaya yang terdapat
dan wawancara secara terstruktur
hingga dapat membentuk kawasan wisata
menggunakan kuesioner kepada responden.
tersebut. Dukungan pihak pemerintah, LSM
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan swasta juga sangat berpengaruh dalam
dari dokumen-dokumen tertulis baik yang menjalankan pengelolaan kawasan wisata,
berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi bantuan dari pihak pemerintah seperti dana
dari instansi terkait. Data sekunder diperoleh sangat diperlukan dalam mencapai kesuksesan
dari referensi yang terdapat pada instansi pengembangan di suatu kawasan wisata.
pemerintah ataupun publikasi ilmiah,serta data
yang mendukung mengenai fokus penelitan. Hubungan Umur dengan Tingkat
Data sekunder ini berupa peta desa, profil desa, Partisipasi
monografi (jumlah penduduk, tingkat Umur rumah tangga memiliki hubungan
pendidikan, jumlah pekerjaan), kondisi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
geografis, potensi desa, jurnal ilmiah, pengembangan pengelolaan kawasan wisata di
peraturan-peraturan daerah. Pertimbangan Desa Situ Gede karena nilai korelasi Rank
dalam pengambilan objek penelitian/responden Sperman 0.336. Hasil olah data SPSS ini
ini dikarenakan keterlibatan masyarakat secara menunjukkan adanya hubungan yang
langsung dan sadar tanpa adanya unsur paksaan signifikan karena nilai signifikan 0.07<0.1
dalam pengelolaan kampung wisata Situ Gede. sehingga H1diterima, artinya terdapat hubungan
antara indikator umur orang di rumah tangga
Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2016 dengan tingkat partisipasi. Hal tersebut
dan IBM SPSS Statistics 23.0 for Windows. mengartikan bahwa semakin tinggi umur orang
Pengujian variabel diuji dengan menggunakan dalam rumah tangga maka semakin tinggi
uji korelasi Rank Spearman. tingkat partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pengelolaan kawasan wisata di
Desa Situ Gede. Hubungan umur orang dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN rumah tangga dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pengelolaan
Karakteristik Responden kawasan wisata

Responden dalam penelitian ini rumah tangga Hubungan Jumlah anggota Keluarga
pengelola usaha jasa wisata yang berada di dengan Tingkat Partisipasi
kawasan Situ Gede. Pelaku usaha wisata inipun Jumlah anggota keluarga hampir tidak memiliki
bisa suami atau istri dari pengelola yang turut hubungan dengan tingkat partisipasi karena
andil dan tahu tentang pengelolaan kawasan nilai kolerasi Rank Sperman 0.184. hasil olah
wisata di Situ Gede. Responden juga data SPSS ini menunjukkan tidak adanya
masyarakat yang ikut mengelola kawasan hubungan yang signifikan karena nilai
wisata yang berada di Desa Situ Gede, ikut signifikanasi 0.330 > 0.1 sehingga H0diterima
dalam rapat evaluasi yang diadakan oleh pihak artinya tidak terdapat hubungan antara
desa dan juga mereka yang mengetahui indikator jumlah anggota keluarga dengan
informasi mengenai kawasan wisata Situ Gede. variabel tingkat partisipasi. Artinya, bahwa
Karakteristik responden diukur melalui empat semakin tinggi jumlah anggota keluarga di desa
indikator yaitu umur, jumlah anggota keluarga, Situ Gede, maka tidak berhubungan dengan
pendidikan dan lama menetap. tingginya tingkat partisipasi masyarakat di
Desa Situ Gede. Hubungan jumlah anggota
Kondisi Kawasan Wisata keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat
Kondisi kawasan wisata Situ Gede diukur untuk Desa Situ Gede
mengetahui dan melihat potensi yang terdapat

66 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

Hubungan Pendidikan dengan Tingkat wisata dan lama menetap yang masuk ke dalam
Partisipasi karakteristik pelaku usaha wisata.

Pendidikan hampir tidak memiliki hubungan


dengan tingkat partisipasi masyarakat karena Hubungan Potensi Kawasan Wisata dengan
nilai kolerasi Rank Sperman -0.43. Tanda (-) Tingkat Partisipasi
menunjukkan bahwa hubungan bersifat negatif.
Artinya apabila variabel yang satu semakin Potensi kawasan memiliki hubungan dengan
tinggi maka variabel yang satunya lagi semakin tingkat partisipasi masyarakat karena nilai
rendah. Hasil olah data SPSS ini menunjukkan korelasi Rank Sperman 0.349. hasil olah data
tidak adanya hubungan yang signifikan karena SPSS ini menunjukkan adanya hubungan yang
nilai signifikansi 0.821 > 0.1 sehingga H0 signifikan karena nilai signifikansi 0.58 > 0.1
diterima artinya tidak terdapat hubungan antara sehingga H1diterima, artinya terdapat hubungan
indikator pendidikan dengan variabel tingkat antara indikator potensi kawasan wisata dengan
partisipasi. Hal ini mengartikan bahwa semakin variabel tingkat partisipasi. Artinya, bahwa
tinggi pendidikan, maka tidak berhubungan semakin tinggi potensi kawasan wisata maka
dengan rendahnya tingkat partisipasi semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat.
masyarakat di Desa Situ Gede.
Hubungan Jenis Jasa Wisata dengan
Hubungan Lama Menetap degan Tingkat Tingkat Partisipasi
Partisipasi
Jenis jasa wisata tidak memiliki hubungan
Lama menetap memiliki hubungan dengan dengan tingkat dengan tingkat partisipasi
tingkat partisipasi masyarakat di Desa Situ masyarakat karena nilai korelasi Rank Sperman
Gede karena nilai korelasi Rank Sperman -0.137. Hasil olah data SPSS menunjukkan
0.347. hasil olah data SPSS ini menunjukkan tidak memiliki hubungan yang signifikan
adanya hubungan yang signifikan karena nilai karena nilai signifikansi 0.471 > 0.1 sehingga
signifikansi 0.61 > 0.1 sehingga H1diterima, H0 diterima, artinya tidak terdapat hubungan
artinya terdapat hubungan antara indikator lama antara indikator jenis jasa wisata dengan
menetap dengan variabel tingkat partisipasi. variabel tingkat pendapatan. Hal ini
Hal ini mengartikan bahwa semakin tinggi lama mengartikan semakin tinggi jenis jasa wisata,
tinggal, maka semakin rendah tingkat tidak berhubungan dengan rendahnya tingkat
partisipasi. Hubungan lama tinggal dengan partisipasi.
tingkat partisipasi masyarakat di Desa Situ
Gede Hubungan Dukungan Pihak Pemerinta
dengan Tingkat Partisipasi
Hasil Uji Korelasi Mengenai Faktor Internal
dengan Tingkat Partisipasi Dukungan pihak pemerintah tidak memiliki
hubungan dengan tingkat partisipasi karena
Hubungan antara karakteristik pelaku usaha nilai korelasi Rank Sperman -0.241. hasil olah
wisata dan faktor eksternal dengan tingkat data SPSS ini menunjukkan tidak adanya
partisipasi dianalisis menggunakan tabulasi hubungan yang signifikan karena nilai
silang dan kemudian dilakukan uji statistika signifikansi 0.199 > 0.1 sehingga H0 diterima,
non-parametrik Rank Sperman untuk artinya tidak terdapat hubungan antara
menganalisis hubungan antara data ordinal indikator dukungan pihak pemerintah, LSM,
dengan data ordinal. Patokan pengambilan dan swasta dengan variabel tingkat partisipasi.
keputusan berdasarkan nilai Sig. Jika Sig (2- Hal tersebut mengartikan bahwa semakin tinggi
tailed) atau p=value lebih kecil dari taraf nyata dukungan pihak pemerintah maka tidak
= 0,05, maka H0diterima, yang berarti terdapat berhubungan dengan rendahnya tingkat
hubungan yang signifikan antara variabel- partisipasi
variabel yang diuji.
Karakteristik pelaku usaha wisata dengan Hasil Uji Korelasi Mengenai Faktor
tingkat partisipasi memiliki hubungan, di Eksternal dengan Tingkat Partisipasi
antaranya yang memiliki hubungan tersebut
yaitu umur pada karakteristik pelaku usaha

Februari 2018 67
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

Hubungan antara karakteristik faktor eksternal masuk dalam kategori tinggi karena menurut
dengan tingkat partisipasi dianalisis masyarakat sekitar pemerintah turut
menggunakan tabulasi silang dan kemudian membantu dalam proses terbentuknya
dilakukan uji statistika non-parametrik Rank kawasan wisata Situ Gede tersebut. Dari 3
Sperman untuk menganalisi hubungan antara indikator dari faktor eksternal yaitu potensi
data ordinal dengan data ordinal. Patokan kawasan wisata, jenis jasa wisata dan
pengambilan keputusan berdasarkan nilai Sig. dukungan pihak pemerintah yang
Jika Sig (2-tailed) atau p=value lebih kecil dari berhubungan dengan tingkat partisipasi
taraf nyata = 0.05, maka H0diterima, yang adalah potensi kawasan wisata dengan nilai
berarti terdapat hubungan yang signifikan signifikan sebesar 0,058.
antara variabel-variabel yang diuji.
karakteristik pelaku usaha wisata dengan Saran
tingkat partisipasi memiliki hubungan, di
antaranya yang memiliki hubungan tersebut Pertama untuk pengembangan ilmu bagi civitas
yaitu umur pada karakteristik pelaku usaha akademika serta literatur bagi siapapun yang
wisata dan lama menetap yang masuk ke dalam ingin meneliti mengenai partisipasi masyarakat
karakteristik pelaku usaha wisata. terhadap kawasan wisata berbasis potensi desa
di Kelurahan Situ Gede sehingga kawasan
SIMPULAN DAN SARAN wisata lain dapat memanfaatkan kekayaan yang
terdapat dilingkungan sekitar dan masyarakat
Simpulan ikut partisipasi dalam pengembangannya
sehingga kawasan wisata Situ Gede bisa
1. Karakteristik pelaku usaha wisata berada menjadi sebagai panutan untuk kawasan wisata
pada kategori usia muda (<39 tahun) dengan lainnya. Partisipasi masyarakat di Kelurahan
mayoritas jumlah anggota keluarga sedang Situ Gede tergolong rendah, hal ini
yaitu 3-4 orang. Pendidikan masyarakat Situ berhubungan dengan keadaan masyarakat
Gede mayoritas hanya lulusan SD/Sederajat sekitar yang memang kurang peduli dengan
itu yang membuat banyak masyarakat tetap adanya kawasan Situ Gede tersebut.
bertahan di tempat mereka tinggal, hanya Seharusnya dengan ikut berpartisipasi dapat
sedikit yang berani keluar untuk mencoba mensejahterakan keadaan masyarakat sekitar
hal baru, lalu untuk lama menetap sebagian dan karena itu perlu dukungan dari masyarakat
banyak masyarakat Situ Gede yaitu selama lainnya yang belum ikut berpartisipasi dan juga
< 41 tahun dan banyak dari pelaku usaha dukungan pemerintah dalam pengembangan
wisata tersebut adalah orang-orang yang kawasan wisata tersebut serta pembuatan
telah menetap lama di kawasan tersebut. struktur kepengurusan yang lebih jelas untuk
Dari 4 indikator dari faktor internal yaitu prengembangan kawasan wisata ini.
umur, jumlah anggota keluarga, pendidikan
dan lama menetap yang berhubungan DAFTAR PUSTAKA
dengan tingkat partisipasi adalah umur yang
memiliki nilai signifikan 0,070 dan lama [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik
menetap dengan nilai signifikan 0,061. Indonesia Tahun 2010. Jakarta [ID]: Badan
2. Faktor eksternal pelaku usaha wisata terdiri Pusat Statistik.
dari potensi kawasan wisata yang masuk [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Data Jumlah
Desa di Indonesia. Diunduh melalui
dalam kategori sedang karena potensi yang
http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1162
terdapat di kawasan Situ Gede memang .
belum sepenuhnya baik jadi, masyarakat [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor
masih mengganggap ada beberapa 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah.
kekurangan dari adanya kawasan wisata ini, Adiyoso W. 2009. Menggugat Perencanaan
lalu jenis jasa wisata yang di tawarkan Partisipasi dalam Perberdayaan Masyarakat.
masuk ke dalam kategori tinggi karena Jakarta [ID]: ITS Press.
pihak pengelola memanfaatkan danau Ajiswarman. 1996. Partisipasi Perantau Minang
sebagai area wisata yang bisa dijadikan dalam Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus:
beberapa tempat kunjungan wisatawan. Kelompok Tani Subur Jaya, Desa Ciherang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Selanjutnya dukungan pihak pemerintah
Jawa Barat). [skripsi]. IPB. Bogor
dalam pengemabangan kawasan wisata ini

68 Februrari 2018
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

Amanda M. 2009. Analisis Dampak Ekonomi


Wisata Bahari terhadap Pendapatan http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/art
Masyarakat Lokal Studi Kasus Pantai icle/view/9422
Bandulu Kabupaten Serang Provinsi Banten. Imran Andelissa Nur. 2012. Identifikasi Kapasitas
[Skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Komunitas Lokal dalam Pemanfaatan
Bogor. potensi Ekowisata Bagi Pengembangan
Arnstein SR. 1969. A Ladder of Citizen Ekowisata di Kawah Cibuni. [Jurnal: Vol 23
Participation. Juornal of the American No 2]. [Internet]. [dikutip tanggal 29 Oktober
Planning Association, Volume 35 (4). 2016]. Bandung [ID]: ITB. Dapat diunduh
[internet]. [dikutip 26 Februari 2016]. dari: http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-
Dapatdiunduhdi content/uploads/2014/02/03-Jurnal-6-
http://www.planning.org/pas/memo/20007/ Andelisa.pdf
mar/pdf/JAPA35No4.pdf
Cohen JM dan Uphoff NT. 1979.Feasibility and I Inskeep E. 1991. Tourism Planning, and
Application of Rural Development Integrated and Sustainable Development
Participation: A State of The Art Paper. Approach. [Internet]. [dikutip tanggal 25
[diunduh 16Januari 2017]. Tersedia Februari 2016]. Dapat diunduh di
padahttp://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNAAL9 http://www/intechopen.com/download/pdf/3
36.pdf 5710.
Damanik, J., 2009, “Isu-Isu Krusial Dalam Karya Tulis Ilmiah. 2015. Definisi Pariwisata.
Pengelolaan Desa Wisata Dewasa Ini”. Jakarta. [Internet]. Dapat diunduh dari:
Jurnal Kepariwisataan Indonesia 5 (3): http://karyatulisilmiah.com/pengertian-
127-137. pariwisata/
Dewi Made HU, Fandeli Chafid, Baiquni M. Murdiyanto E. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam
2013. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pengembangan Desa Wisata Karanggeneng,
Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Purwobinangun, Pakem, Sleman. [Jurnal:
Jatiluwih Tabanan, Bali. Jurnal Vol 7 No 2]. [Internet]. [dikutip tanggal 29
KAWISTARA: Vol 3 No 2. [Internet]. Oktober 2015]. Yogyakarta [ID]: UNS.
[Dikutip tanggal 30 November 2016]. Dapat diunduh dari:
Yogyakarta [ID]. Universitas Gajah Mada. http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-
Dapatdiunduhdari: content/uploads/2013/10/04-Eko-
https://jurnal.ugm.ac.id/kawistara/article/vie Murdiyanto-Partisipasi-Masyarakat-Dalam-
w/3976/3251 Pengembangan-Desa-Wisata-
D Dritasto A, Anggraeni AA. 2013. Analisis Karanggeneng-Purwobinangun-Pakem-
Dampak Ekonomi Wisata Bahari Trehadap Sleman.pdf
Pendapatan Masyarakat Di Pulau Tidung. Murniati. 2008. Partisipasi Masyarakat dalam
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional; Pengembangan Desa Wisata (Studi
Vol 10 No 20. [Internet]. [Dikutip tanggal 30 Deskriptif Kualintatif Tantang Partisipasi
November 2016]. Bandung [ID]. Itenas. Masyarakat dalam Pengembangan Desa
Dapat diunduh dari: Wisata di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban
jurnalonline.itenas.ac.id/index.php/rekaloka/ Kabupaten Sidoharjo. [Sripsi]. Surakarta
article/download/102/64 [ID]. Univertsitas Sebelas Maret.
Firmasyah S. 2009. Partisipasi Masyarakat. Jakarta. Mustapha NA, Azman I , Ibrahim Y. 2013. Barriers
Sosial dan Budaya. To Community Participation In Tourism
Herawati T. 2011. Model Pemberdayaan Development In Island Destination; Tioman
Masyarakat Desa dan Penanggulangan Island. [Journal of Tourism, Hospitality &
Kemiskinan Melalui Pengembangan Desa Culinary Arts: Vol 5 No 1]. [Internet].
Wisata Di Depok. Jurnal Ekonomi dan [dikutip tanggal 29 Desember 2016].
Bisnis: Vol 10 No 2. [Internet]. [Dikutip Malaysia. Dapat diunduh dari:
tanggal 17 Oktober 2016]. Depok [ID].
Universitas Negeri Jakarta. Dapat diunduh http://www.jthca.org/Download/pdf/V5%20
dari: www.e-jurnal.com/2016/03/model- IS1/chap%205.pdf
pemberdayaan-masyarakat-desa-dan.html Nasikun. 1997. Model Pariwisata Pedesaan:
Hijriati E, Mardiana R. 2014. Pengaruh Pemodelan Pariwisata Pedesaan untuk
Ekowisata Berbasis Masyarakat Terhadap Pembangunan Pedesaan yang Berkelanjutan.
Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial dan Bandung [ID]: Institut Teknologi Bandung.
Ekonomi di Kampung Batusuhunan, Nuryanti W. 1999. Heritage, Tourism and Local
Sukabumi. . [Jurnal: Vol 2 No 3]. [Internet]. Communities. Yogyakarta [ID]: UGM Press.
[dikutip tanggal 29 Oktober 2015]. Bogor Pearce D. 1995. Tourism a Community Approach
[ID]: IPB. Dapat diunduh dari: 2nd: Harlow Longman.

Februari 2018 69
Marysya & Amanah / JSKPM 2(1): 59-70

Purnamasari, AM. 2011. Pengembangan http://server2.docfoc.com/uploads/Z2015/12/25/M


Masyarakat Untuk Pariwisata Di Kampung LRC3DmA4u/4ea582d2b471dc9788ad57bb
Wisata Toddabojo Provinsi Sulawesi 73dbb00c.pdf
Selatan. [Jurnal Perencanaan Wilayah dan Sujmana O. 2010. Konsep Pemberdayaan
Kota: Vol 22 No 1]. [Internet]. [dikutip Masyarakat Melalui Pengembangan
tanggal 29 Januari 2017]. Yogyakarta [ID]: Komunitas Berbasis Potensi Lokal.
UNY. Dapat diunduh dari: [Internet]. [Dikutip tanggal 17 Oktober
2016]. Jawa Timur [ID]. Universitas
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/1318 Muhammadiyah Malang.
08675/Jurnal-Kepatihan.pdf. Dapatdiunduhdari:http://ejournal.umm.ac.id/
Raharjana, DT. 2012. Membangun pariwisata index.php/humanity/article/view/853
bersama rakyat: Kajian partisipasi lokal Sulakmi T. 2007. Analisis Dampak Pariwisata
dalam membangun Desa wisata di dieng terhadap Pendapatan dan Kesejahteraan
plateau. Jurnal Kawistara: Vol 2 No 3. Masyarakat Sekitar Kampus Taman Wisata
[Internet].[dikutip tanggal 14 Januari 2017]. Alam Laut Pulau Weh Kota Sabang [tesis].
Yogyakarta [ID]: UGM. Dapatdiunduhdari: Bogor [ID]: Institut Prtanian Bogor
http://journal.ugm.ac.id/kawistara/article/vie Susyanti DW. 2013. Potensi Desa Melalui
w/3935/3216 Pariwisata Pedesaan. Jurnal Ekonomi Dan
Sahawi ME. 2016. Partisipasi Masyarakat dalam Bisnis: Vol 12 No 1. [Internet]. [Dikutip
Pengembangan Desa Wisata dan Tingkat tanggal 11 Desember 2016]. Dapat diunduh
Taraf Hidup Masyarakat. [Skripsi]. Bogor dari: http://www.e-
[ID]. Institut Pertanian Bogor. jurnal.com/2016/03/potensi-desa-melalui-
Setawa GK. 2012. Issues On Bali Tourism pariwisata-pedesaan.html
Development and Community Sutiyono. 2007. Pemberdayaan Masyarakat Desa
Empowerment To Support Sustainable Dalam Pelaksaan Program Desa Wisata Di
Tourism Development. Jurnal Procedia Daerah Istimewa Yogyakarta. [Internet].
Economics and Pinance. [Internet]. [Dikutip {Dikutip tanggal 29 Oktober 2016].
tanggal 29 Oktober 2016]. Bali [ID]. Yogyakarta [ID]. Dapat diunduh dari:
Universitas Udayana. Dapat diunduh dari:
http://www.sciencedirect.com/science/articl http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/1318
e/pii/S2212567112003565 08675/Jurnal-Kepatihan.pdf
Silaen, S. B. J. 1998. Partisipasi Anggota Timothy, D. J. 1999. Participatory Planning a View
Kelompok Masyarakat Desa Tertinggal pada of Tourism in Indonesia dala, Annals of
Kegiatan Proyek Inpres Desa Tertinggal Research. [Jurnal: vol 26 no 2]. [Interne].
(IDT). [skripsi]. Bogor [ID]: Institut [dikutip tanggal 12 Desember 2016]. Dapat
Pertanian Bogor diuduh di:
Soekarya T. 2011. Peningkatan Ekonomi http://www.ingentaconnect.com/content/els/
Kerakyatan Melalui Pengembangan Desa 02615177/2000/00000021/00000006/art000
Wisata. Jakarta [ID]: Kementrian 09
Kebudayaan dan Pariwisata. Utami IT. 2014. Dampak Obyek Wisata Sendang
Suarthana I KP. 2015. Dampak Partisipasi asri Waduk Gajah Mungkur Wonogiri
Masyarakat Dalam Pengelolaan Desa Wisata terhadap Kondisi Sosial ekonomi
Terhadap Sosial Budaya, Lingkungan, dan Masyarakat. [Skripsi]. Bogor [ID]. Institut
Ekonomi; Kajian Komparatif Antara Desa Pertanian Bogor.
Wisata Bedulu, Bali dan Pentingsari, Wihasta CR. Pengembangan Desa Wisata Kembang
Yoyakarta. [Disertasi]. [Internet]. [Dikutip Arum dan Dampaknya Terhadap Konnsi
tanggal 11 Desember 2016]. Bali [ID]. Sosial Ekonomi Masyarakat Donokerto
Universitas Udayana. Dapat diunduh dari: Kecamatan Turi. [Internet]. [Dikutip tanggal
http://www.pps.unud.ac.id/2015/09/i-ketut- 11 Desember 2016]. Dapat diunduh dari:
putra-suarthana-dampak-partisipasi- lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/vi
masyarakat-dalam-pengelolaan-desa-wisata- ewFile/47/4
terhadap-sosial-budaya-lingkungan-dan- Zakaria F. Suprihardjo RD. 2014. Konsep
ekonomi-kajian-komparatif-pada-desa- Pengembangan Desa Wisata Di Desa
wisata-bedulu-bali-dan-pentingsari.php Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten
Suhartini Y. 2011. Analisis faktor – faktor yang Pamekasan. Jurnal Teknik Pomits; Vol 3 No
mempengaruhi minat mahasiswa dalam 2. [Internet]. [Dikutip tanggal 11 Desember
berwiraswasta. Jurnal Akmenika 2016]. Surabaya [ID]. Institut Teknologi
UPY.[Internet]. [18 Januari 2017]. 7: 38-59. Sepuluh Nopember. Dapat diunduh dari:
Dapat diunduh dari: digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-37133-
3610100014-paper.pdf

70 Februrari 2018

Anda mungkin juga menyukai