Anda di halaman 1dari 91

PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN

OBJEK WISATA TAMAN BATU DI KELURAHAN BALLEANGIN


KABUPATEN PANGKEP

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Skripsi Pada Jurusan
Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu PendidikanUniversitas
Muhammadiyah Makassar

Oleh:

HERLINDA
10538276413

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

OKTOBER 2017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Alamat : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Tlpn (0411) 860132 Makassar 9022www.fkip-
unismuh.info

SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :Herlinda
Nim : 105382 764 13
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek

Wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kabupaten

Pangkep

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji

adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuat oleh

siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila

pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2017


Yang membuat pernyataan

Herlinda

vi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Alamat : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Tlpn (0411) 860132 Makassar 9022 www fkip-unismuh.info

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Herlinda
Nim : 105382 764 13
Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi saya, saya akan menyusun
sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing,
yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi saya.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober2017
Yang Membuat Perjanjian

Herlinda

Diketahui;
Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

Dr. H. Nursalam, M.Si.


NBM: 951 829

vii
MOTTO
Hidup itu seperti sepeda
Agar tetap seimbang
Kau harus terus bergerak
~ Albert Einstein

PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati
Kupersembahkan karya sederhana
Ini kepada Ayah dan Ibu atas segala doa dan kasih sayangnya
Serta keluarga dan sahabat-sahabat
Yang senantiasa berdoa serta membantu dengan tulus
Ikhlas baik moral maupun moril untuk kesuksesan penulis
ABSTRAK

Herlinda, 2017.“Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Objek


Wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep”, Skripsi
Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Di Bimbing Oleh Nurdin sebagai
pembimbing I dan Tasrif Akib sebagai Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (i) strategi pengembangan objek
wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten
Pangkep, (ii) Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman
Batudi Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif, Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur
penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa atau perilaku orang atau suatu
keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi,
dengan menekankan pada sifat kealamiahan sumber data sesuai dengan
karakteristik penelitian kualitatif itu sendiri. Instrumen penelitian ini yaitu,
pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan mengenai partisipasi masyarakat.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terbagi atas 2
yaitu : data primer dan data sekunder. Dalam penelitian mengenai partisipasi
masyarakat dalam pengembangan objek wisata taman batu peneliti menggunakan
tehnik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Analisis Interaktif. Teknik
analis data melalui berbagai tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triagulasi
sumber, waktu dan teknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (i) dalam pengembangan objek
wisata taman batu menunjukkan tidak adanya campur tangan pemerintah dalam
setempat atau pemerintah daerah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang
mendukung untuk objek wisata Taman Batu. (ii) Untuk mendapat hasil yang
optimal, pengembangan dalam bidang wisata tidak hanya didukung oleh satu
pihak tetapi merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha
(swasta), tokoh adat (budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri untuk
penyediaan fasilitas untuk menunjang objek wisata.
Kata Kunci : Partisipasi, Masyarakat, Pengembangan, ObjekWisata
KATA PENGANTAR

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas

segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugrah pada

detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang

Khalik. Skripsi ini adalah titik dari sederhana berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang

kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan

fatarmorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai

pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian

juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis

dalam keterbatasan. Segala dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan

ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam

ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini.

Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua H.

Idris dan Hj. Atirah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik,

dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis

ix
mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan

selalu menemaniku dengan candanya, kepada, Drs. H. Nurdin, M.Pd dan Tasrif Akib,

S.Pd., M.Pd, sebagai pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan

bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesai

skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada; Dr. H. Abdul

Rahman Rahim, SE, M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin

Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar, dan Dr. H. Nursalam, M.Si, Ketua Program Studi

Pendidikan Sosiologi serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang

telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat

bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Ibu

Nur Ida, S.Ag selaku lurah Balleangin yang telah memberikan izin dan bantuan untuk

melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman

seperjuanganku Sri Reski yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, sahabat-

sahabatku terkasih serta rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi atas segala

kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi

pelangi dalam hidupku.

x
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan

kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya

membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama

sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para

pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, Oktober 2017

Penulis

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel3.1 : Daftar Informan ..................................................................... 28

Tabel4.1 : Ibu Kota Kabupaten Pangkep ................................................ 36

Tabel4.2 : Jumlah Fasilitas Pendidikan.................................................. 39

Tabel 5.1 : Nilai Kebaharuan / Novelti Hasil Penelitian ....................... . 64

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Bagan 4.1 Peta Kabupaten Pangkep............................................................... 36

xiv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Skema KerangkaPikir ................................................................... 24

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan objek wisata saat ini mengalami berbagai perubahan, baik

perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan

perjalanan, cara berfikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Di negara maju

pariwisata sudah bukan hal yang baru lagi bahkan orang melakukan suatu perjalanan

merupakan kebutuhan hidup suatu manusia. Namun demikian di negara-negara

sedang berkembang atau yang sering disebut negara dunia ketiga pariwisata baru

dalam taraf perkembangan. Pengembangan objek wisata di dunia ketiga lebih

berorientasi ke objek wisata alternatif dan objek wisata ekonomi, kita sudah

merasakan bahwa dari tahun ke tahun jumlah wisatawan internasional terutama yang

mengujungi Indonesia terus meningkat sehingga kita di hadapkan pada persoalan

untuk menata produk-produk wisata sehingga dapat meningkatkan dari minat

wisatawan untuk berkunjung.

Salah satu potensi sumber-sumber penerimaan daerah yang memilki peluang

dan prospek yang tinggi adalah sektor objek wisata. Semenjak merosotnya

pendapatan negara terutama dari sumber alam minyak dan gas bumi pada periode

tahun 1980-an, pemerintah serta pakar mulai mengarahkan pandangan dan perhatian

untuk mencari potensi dan memanfaatkan potensi dari sektor lain yang dirasakan

cukup potensial.

1
2

Spillane (1992) dalam Amdani (2008) berpendapat mengenai keutamaan

pariwisata bahwa “Temuan dari sumber alam yang lain selain dari sektor migas

diharapkan mampu membantu bahkan mengalih fungsikan sebagai dukungan

perekonomian dan diperkirakan mempunyai peluang besar, baik di pasaran nasional

maupun internasional adalah sektor pariwisata atau industri”.

Secara sederhana berkaitan dengan pengembangan partisifasi masyarakat

lokal terhadap objek wisata yang dimiliki terutama pada daerah yang tidak pernah

tersentuh oleh para wisatawan hanya karena tidak adanya pengembangan partisifasi

masyarakat lokal sebenarnya sangat penting sekali pengembangan partisipasi

masyarakat lokal untuk meningkatkan daya tarik para wisatawan dengan itu akan

membawa dampak positif bagi masyarakatnya baik dalam perekonomian, sosial.

Maupun menyadarkan bahwa pentingnya melestarikan objek wisata yang telah di

karuniai Tuhan.

Karena partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai

stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat

mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai

kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya

dan penggunaannya serta bagaimana meningkatkan daya tarik wisatawan. Selama ini

kita ketahui bahwa keterlibatan partisifasi masyarakat terhadap objek wisata sangat

minim hal ini dikarenakan pengetahuan serta bagaimana cara mengelolanya yang

menjadi kebinggungan bagi masyarakat tersebut oleh karenanya betapa pentingnya

pemerintah dan swasta sebagai pendorong yang memberikan pendidikan bagi


3

masyarakat untuk menjadi stakeholders yang nanti akan mengelola dan mengekspous

objek wisata yang jauh dari sentuhan wisatawan.

Oleh karenanya kita ketahui bahwa keterlibatan masyarakat terhadap objek

wisata sangat minim maka perlunya masyarakat setempat dijadikan sebagai peran

utama dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta mendidik, memfasilitasi

dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan objek wisata untuk

dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus

menentukan kualitas produk wisata yang ada di desa wisatanya pendidikan

itupun bisa dilakukan antara lain dengan cara tidak bertentangan dengan adat istiadat

atau budaya masyarakat. Suatu desa yang tata cara dan ada istiadatnya masih

mendominasi pola kehidupan masyarakatnya, dalam pengembangannya sebagai

atraksi wisata harus disesuaikan dengan tata cara yang berlaku di desanya.

Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa pengembangan di

suatu desa pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi

lebih kepada upaya merubah apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya

sedemikian rupa sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata.

Pembangunan fisik yang dilakukan dalam rangka pengembangan desa seperti

penambahan sarana jalan setapak, penyediaan MCK, penyediaan sarana dan

prasarana air bersih dan sanitasi lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas

lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan dinikmati

wisatawan. Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian arsitektur bangunan, pola

lansekap serta material yang digunakan dalam pembangunan haruslah menonjolkan


4

ciri khas desa, mencerminkan kelokalan dan keaslian wilayah setempat,

memberdayakan masyarakat desa wisata Unsur penting dalam pengembangan desa

wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang ada di

desa tersebut.

Sehubungan dengan pengembangan partisipasi masyarakat lokal terhadap

objek wisata yang belum tersentuh oleh wisatawan akan memberikan dampak positif

seperti memperluas pasar bagi produk Indonesia kegiatan ekspor merupakan salah

satu cara untuk memasarkan produk Indonesia ke luar negeri. Menambah devisa

negara perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk menjual

barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan

devisa negara. Dengan demikian, kekayaan negara bertambah karena devisa

merupakan salah satu sumber penerimaan negara, memperluas lapangan kerja dengan

demikian dalam pengembangan partisifasi masyarakat local untuk meningkatkan

daya tarik wisatawan terhadap objek wisata yang belum tersentuh oleh para

wisatawan sangatlah penting agar tepat-tempat wisata tidak banyak tertinggal padahal

dengan keeksotisannya sebagai daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya

serta meningkatkan devisa perekonomian masyarakat lokal.

Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang

Program Perencanaan Nasional Pariwisata mendapatkan penugasan baru untuk turut

mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan memulihkan citra Indonesia di dunia

internasional.
5

Dalam konteks pengembangan ekonomi, sosial dan budaya di daerah,

pengembangan sektor pariwisata memiliki pengaruh positif bagi pertumbuhan

ekonomi daerah. Selain itu sektor pariwisata dapat membantu pelestarian nilai dan

budaya lokal, serta berpotensi menjembatani perbedaan sosial budaya dan

kesenjangan ekonomi. Namun jika tidak dikembangkan secara terencana dan hati-

hati, industri pariwisata juga memberikan peluang bagi munculnya berbagai dampak

negatif yang merugikan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya di daerah yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, kebijakan pengembangan sektor pariwisata daerah

haruslah memperhitungkan secara cermat baik dampak positif maupun negatifnya.

Peran pemerintah daerah sebagai inisiator, motivator, fasilitator dan advokator dalam

konteks ini sangat menentukan kebarhasilan pengembangan pariwisata. Selain itu sub

sektor pariwisata pun diharapkan dapat menggerakan ekonomi rakyat, karena

dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana

dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Harapan ini dikembangkan dalam suatu

strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata yang berbasis

kerakyatan atau Community Based Tourism Development (CBTD).

Era otonomi daerah sebagai implikasi dari berlakunya UU No. 32 tahun 2004,

memberikan peluang bagi setiap Pemerintah Kabupaten/Kota untuk merencanakan

dan mengelola pembangunan daerahnya sendiri, serta tuntutan bagi partisipasi aktif

masyarakat dalam proses pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring

dan evaluasi. Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan pariwisata

berbasis masyarakat mempunyai peranan penting dalam menunjang pembangunan


6

pariwisata daerah yang ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang

bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi masyarakat. UU No 9 Tahun

1990 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa masyarakat memiliki kesempatan

yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan

kepariwisataan. Peran serta masyarakat dalam memelihara sumber daya alam dan

budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi daya tarik

wisata.

Menurut Nurmawati (2006), pengembangan wisata alam dan wisata budaya

dalam perspektif kemandirian lokal merupakan perwujudan interkoneksitas dalam

tatanan masyarakat yang dilakukan secara mandiri oleh tatanan itu sendiri guna

meningkatkan kualitas tatanan dengan tetap memelihara kelestarian alam dan nilai-

nilai budaya lokal, serta obyek wisata alam dan wisata budaya yang ada. Selama ini

pengembangan pariwisata daerah ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal

yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan

kontribusi bagi pemerintah daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, saat ini perencanaan

pengembangan pariwisata menggunakan community approach atau community based

development. Dalam hal ini masyarakat lokal yang akan membangun, memiliki dan

mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga dengan demikian

masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi dan

mengurangi urbanisasi (Nurhayati, 2005).


7

Menurut Panji (2005), usaha-usaha pengembangan objek wisata

yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim. Hal ini dikarenakan

masyarakat tidak memiliki kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas

untuk mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang

berbasiskan alam dan budaya. Sehingga perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk

menjadi tuan rumah yang baik, menyediakan sesuatu yang terbaik sesuai

kemampuan, ikut menjaga keamanan, ketentraman, keindahan dan kebersihan

lingkungan, memberikan kenangan dan kesan yang baik bagi wisatawan dalam

rangka mendukung program sapta pesona, serta menanamkan kesadaran masyarakat

dalam rangka pengembangan desa wisata.

Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan “keterlibatan suatu pihak

dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain”. Menurut Tikson (2001) partisipasi

merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat

mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing.

Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui

proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya.

Selama ini pengembangan objek wisata berbasis masyarakat menggunakan

pendekatan community based tourism, dimana masyarakat mempunyai peran yang

sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian

keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi

masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih
8

memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas

produk wisata yang ada di desa wisatanya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta dan

masyarakat dalam pengembangan objek wisata akan membawa tuntutan bagi

partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman atau persepsi

yang sama dari stakeholders terkait dan memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi

masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan objek wisata.

Desa wisata dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah pedesaan yang

memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik

lingkungan alam pedesaan dan kehidupan sosial budaya masyarakat, yang dikelola

dan dikemas secara menarik dan alami dengan pengembangan fasilitas pendukung

wisatanya. Selanjutnya desa wisata adalah suatu bentuk integrasiantara atraksi,

akomodasi dan fasilitaspendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan

masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti,

1993).

Menurut Julisetiono (2007), Konsep Desa Wisata, meliputi:

1. Berawal dari masyarakat

2. Memiliki muatan lokal

3. Memiliki komitmen bersama masyarakat

4. Memiliki kelembagaan

5. Adanya keterlibatan anggota masyarakat


9

6. Adanya pendampingan dan pembinaan

7. Adanya motivasi

8. Adanya kemitraan

9. Adanya forum Komunikasi

10. Adanya studi orientasi.

Salah satu dearah yang berpotensi besar dalam sektor pariwisata dan

membutuhkan pengembangan partisipatif adalah daerah Kabupaten Pangkep Provinsi

Sulawesi Selatan Indonesia. Kabupaten Pangkep memiliki potensi 11 objek wisata

yang cukup potensial dan beragam, mulai dari kekayaan alam, goa, sumber air terjun,

seni budaya dan peninggalan sejarah. Potensi 11 objek wisata itu diantaranya, Leang

Pa’niki, Leang Lonrong, Mata Air Ka’lobang Kalengkere, Air Terjun Kampoang,

Leang Kassi, Pulau Cangke, Kalibbong Alloa, Bukit Sorongan, Pulau

Pannambungan, Permandian Mattampa dan Pulau Camba–cambang.

Dari hasil pengamatan, pengembangan pariwisata di Kabupaten Pangkep harus

difokuskan pada pengembangan pariwisata berkelanjutan yang berbasis masyarakat

dengan dukungan fasilitas dan aksesibilitas. Fokus pembangunan kepariwisataan ini

akan mampu memposisikan objek wisata yang kurang mendapat perhatian dari

pemerintah sebagai destinasi utama pariwisata Kabupaten Pangkep. Fokus

pembangunan kepariwisataan ini perlu dibicarakan dan menjadi komitmen seluruh

stakeholders dalam pembangunan kepariwisataan daerah.

Dilihat dari perkembangan pengunjungnya, objek wisata yang cukup

berkembang di Kabupaten Pangkep adalah objek wisata Pulau Camba-cambang.


10

Selain objek wisata Pulau Camba-cambang, juga masih terdapat objek wisata

Permandian Mattampa yang terletak di pinggir jalan poros Kabupaten Pangkep.

Tetapi jika dibandingkan dengan Taman Batu, objek wisata ini masih jauh tertinggal

sehingga perlu di identifikasi permasalahan yang menghambat pengembangan

tersebut. Langkah selanjutnya dapat dikembangkan menggunakan strategi yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat lokal karena masyarakat lokal sebagai salah satu faktor

vital dalam pengembangan objek wisata.

Taman Batu sebagai salah satu daerah tujuan wisata (tourist destination area)

perlu dilakukan pengembangan secara berkelanjutan sebagai upaya untuk

meningkatkan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung dan faktor penahan

wisatawan lebih lama tinggal yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan

masyarakat maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan latar belakang

tersebut, penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul : “Partisipasi

Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu Di

Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang

akan diangkat adalah :

1. Bagaimana strategi pengembangan objek wisata Taman Batu di Kelurahan

Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep ?


11

2. Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman

Batu di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan tersebut diatas dapat

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui strategi pengembangan objek wisata Taman Batu di

Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep.

2. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata

Taman Batu di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang akan dilaksanakan, diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Bagi ilmu kepariwisataan diharapkan dapat digunakan sebagai dasar studi

lanjutan yang dapat dikaji dan di kembangkan lebih lanjut khususnya

optimalisasi kawasan wisata yang terkait karena memberikan manfaat positif

bagi partisipasi dalam pengembangan objek wisata.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah dan Lembaga Terkait dapat dimanfaatkan sebagai salah

satu referensi Pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Pangkep


12

dalam upaya perencanaan dan pengembangan pariwisata khususnya pada

objek wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin, Kabupaten Pangkep.

b. Bagi Masyarakat

1) Meningkatkan wawasan masyarakat Kabupaten Pangkep khusunya di

Kelurahan Balleangin,tentang sektor industri pariwisata.

Meningkatkan kesadaran masyarakat agarberpartisipasi dalam

pengembangkan, pengelolaan dan menjaga objek-objek wisata di

Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep.

2) Memberi masukan kepada tokoh masyarakat, pemerintah,

dinaspariwisata, dan seluruh lembaga terkait di Kelurahan

BalleanginKabupaten Pangkep, mengenai pentingnya pengembangan

sektor industri pariwisata sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

c. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti

mengenai perencanaan dan pengembangan sektor industri pariwisata pada

objek wisata Taman Batudi Kelurahan Balleangin,Kabupaten Pangkep,

sehingga dapat berpartisipasi bersama masyarakat untuk menjaga

kelestarian objek wisata tersebut.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Penelitian Relevan

Adapun penelitian yang relevan yang kaitannya erat dengan

penelitianpenulis yaitu :

1. A. Oktami Dewi A. A. P, Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan

Objek Wisata Bahari Di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan, Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin Makassar, 2013.

2. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Farikhah Elida (2005) dengan

judul Pola Pengembangan Pariwisata Yang Berbasis Masyarakat Di

Kepulauan Karimunjawa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Susanti (2012) dengan judul

Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Objek Wisata Goa

Tabuhan Sebagai Daerah Tujuan Wisata (Tourist Destination Area) Di

Desa Wareng Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan.

4. Mona El Sahawi (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan

Desa Wisata Dan Dampaknya Terhadap Pengembangan Ekonomi

Masyarakat.

1. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Kata partisipasi telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik

yang diucapkan oleh para ahli maupun orang awam.Sampai saat ini belum ada

13
14

pengertian atau defenisi yang dapat diterima secara umum tentang partisipasi.Hal

ini disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang yang dipakai dalam

memberikan pengertian atau defenisi. Partisipasi merupakan keterlibatan sejumlah

besar orang dalam usaha meningkatkan kesejahteraan sosial.Partisipasi yang

dimaksud adalah keterlibatan masyarakat dalam segala hal bentuk kegiatan.

Soejono Soekanto (1993) menyebutkan dalam kamus sosiologi

participation ialah setiap proses identifikasi atau menjadi peserta suatu proses

komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu. Loekman

Soetrisno (1995) menyebutkan partisipasi adalah kerja sama antara rakyat dan

pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan

mengembangkan hasil pembangunan. Dalam konsep parisipasi masyarakat, ada

beberapa pendapat para ahli yang menjelaskan tentang paritisipasi masyarkat.

Seperti yang dijelaskan oleh Veitzel Rivai (2000: 61) Partisipasi adalah

keterlibatan mental, pikiran dan emosi (perasaan) seseorang di dalam situasi

kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok

dalam usaha mencapai tujuan serta turut serta bertanggung jawab terhadap usaha

yang bersangkutan.

Salah satu faktor yang mampu mendorong keterlibatan masyarakat yaitu

terciptanya persepsi positif dari masyarakat, khususnya yang terkait dengan

aspeknilai tambah yang mampu diberikan pariwisata pada perekonomian

masyarakat. Maka upaya menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan

perlu adanya pengembangan peran serta masyarakat baik sebagai pelaku maupun

penerima manfaat (Dinas Pariwisata Jawa Tengah, 2002:II: 16). Dalam konteks
15

pembangunan Adisasmita (2006: 38) mengatakan partisipasi masyarakat adalah

keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi

kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek

pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta

masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan

kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam

implementasi program/proyek.

Menurut Adisasmita (2006:42) juga mengatakan bahwa partisipasi

masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan

penyusunan perencanaan dan implementasi program/proyek pembangunan, dan

merupakan aktualisasi kesedia dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan

berkontribusi terhadap implementasi pembangunan. Menurut Isbandi (2007: 27)

Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan

pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,

pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses

pengevaluasi perubahan yang terjadi.

Menurut Rahardjo dalam Mardijono (2008: 19) mengemukakan

partisipasidiartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan

baik dalambentuk pernyataan maupun kegiatan.Lebih lanjut dijelaskan

partisipasimerupakan keikutsertaan masyarakat dalam program-program

pembangunan.
16

Pada dasarnya partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi yang

bersifat swakarsa dan partisipasi yang bersifat dimobilisasikan. Partisipasi

swakarsa mengandung arti bahwa keikutsertaan dan peran sertanya atas dasar

kesadaran dan kemauan sendiri, sementara partisipasi yang dimobilisasikan

memiliki arti keikutsertaan dan berperan serta atas dasar pengaruh orang lain.

Menurut koentjaraningrat (2009: 117), ikatan yang membuat suatu kesatuan

manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai

semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan.Lagipula, pola itu harus besifat

mantap dan kontiniu. Dengan kata lain, pola khas itu harus sudah menjadi adat

isttiadat yang khas. Warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain, yaitu

suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus

yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.

2. Tingkatan Partisipasi Masyarakat

Untuk pengembangan partisipasi masyarakat, perlu pemahaman dasar

mengenai tingkatan partisipasi. Menurut Cohen dan Uphoff dikutip oleh

Soetomo(2008:12) membagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan ke

dalam 4tingkatan, yaitu :

1. Partisipasi dalam perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan

masyarakat dalam rapat-rapat. Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam

proses penyusunan dan penetapan program pembangunan dan sejauh mana

masyarakat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk saran untuk

pembangunan.
17

2. Partisipasi dalam pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa:

partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk uang, partisipasi

dalam bentuk harta benda.

3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang diwujudkan keterlibatan

seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah proyek tersebut

selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tingkatan ini berupa tenaga

dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah

dibangun.

4. Partisipasi dalam evaluasi, yang diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan

masyarakat dalam menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta

hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan

ikut serta dalam mengawasi dan menilai atau mengawasi kegiatan

pembangunan serta hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung,

misalnya dengan ikut serta dalam mengawasi dan menilai atau secara tidak

langsung, misalnya memberikan saran-saran, kritikan atau protes.

3. Konsep Pengembangan Objek Wisata

a. Pengembangan Objek Wisata

Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat

disebut atraksi” atau lazim pula di katakan obyek wisata. Atraksi-atraksi ini

antara lain panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung,

lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit, dan matahari

terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil
18

ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik,peninggalan purba

kala, musium budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama,adat-istiadat,

upacara, pekan raya, peringatan perayaan hari jadi, pertandingan, atau

kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan keolahragaan lainnya yang bersifat

khusus, menonjol dan meriah, (Pendit,2002: 20).

Dalam Undang-undang No.9 tahun 1990 disebutkan bahwa obyek wisata

adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.Kegiatan wisata biasanya

merupakan kegiatan yang bisa memberikan respon yang menyenangkan dan

dapat memberikan kepuasan.Oleh karena itu suatu obyek wisata hendaknya

dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga

menimbulkan kesan yang mendalam. Sedangkan objek wisata Menurut Fandeli

dalam (Widyasmi 2012: 17), objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan

manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan

alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan

objek wisata alam adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada

keindahan sumberdaya alam dan tata lingkungannya.

Menurut (Suwantoro 2004: 3) Pariwisata adalah suatu proses kepergian

sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat

tinggalnya. Dorongan kepergiannya karena berbagai kepentingan ekonomi,

sosial, politik, kebudayaan, agama, kesehatan maupun kepentingan lainnya

seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.


19

Perkembangan pariwisata berpengaruh positif terhadap perluasan peluang

usaha dan kerja.Peluang tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan.

Dengan demikian kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka

peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma,

homestay, restaurant, warung, pedagang asongan, sarana dan olahraga, jasa

dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada

masyarakat pesisir untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan

untuk menunjang kehidupan rumah tangganya (Suwantoro dalam Aziz, 2003:

17).

Dalam pengembangan objek wisata di perlukan strategi pengembangan

objek wisata, adapun strategi pengembangan objek wisata bertujuan untuk

meningkatkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap.

Beberapa kebijakan pengembangan objek wisata antara lain :

a) Promosi

Pelaksanaan upaya pemasaran dan promosi pariwisata harus dilaksanakan

secara selaras dan terpadu, baik dalam negeri maupun luar negeri.

b) Aksesibilitas

Merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan

pariwisata, karena menyangkut lintas sektoral, kemudahan dan keefektifan

mencapai kawasan.

c) Kawasan Objek Wisata

Pengembangan kawasan objek wisata dimaksudkan untuk:


20

 Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan objek

wisata.

 Memperbesar dampak positif pengembangan objek wisata.

 Mempermudah pengendalian terhadap dampak lingkungan.

d) Wisata Bahari

Merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat potensial untuk

dikembangkan.Jenis wisata ini memiliki keunggulan komperatif yang tinggi

terhadap produk wisata sejenis di luar negeri.

e) Produk Wisata

Upaya untuk menampilkan produk wisata yang bervariasi dan mempunyai

daya saing yang tinggi.

f) Sumber Daya Manusia

Merupakan salah satu modal dasar pengembangan pariwisata, sumber daya

manusia harus memiliki keahlian dan keterampilan yang di perlukan untuk

memberi jasa pelayanan pariwisata.

Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat

disebut atraksi atau lazim pula di katakan obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara

lain panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai,

air terjun, danau, pantai, matahari terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara dan

lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil ciptaan manusia seperti

monumen, candi, bangunan klasik, peningalan purba kala, musium budaya,

arsitektur kuno, seni tari, musik, agama, adat-istiadat, upacara, pekan raya,

peringatan perayaan hari jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial


21

dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah

(Pendit,2002: 20).

4. Strategi Pengembangan Objek Wisata

Menurut Suryono (2004: 80) strategi pada prinsipnya berkaitan dengan

persoalan: Kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan

penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana. Strategi selalu

berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga

harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan yang ada.

Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan objek wisata,

pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan objek

wisata sarana dan prasarana objek wisata.

Dengan demikian, dari beberapa pendapat para ahli yang di kutip diatas

yang berubungan dengan judul proposal ini, penulis dapat menarik suatu

kesimpulann, bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata

adalah peranan atau keikut sertaan masyarakat dalam proses pengembangan atau

pembangunan pada objek wisata tertentu,baik itu secara fisik maupun non fisik.

Dalam hal ini masyarakat bukan hanya sebagai penikmat wisata, tapi masyarakat

juga berkewajiban memberikan sumbangsi pemikiran, ataupun ikut serta dalam

memperhatikan ketertiban dan kenyaman pada objek wisata tertentu.


22

5. Teori Fungsionalisme Struktural

Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan

konflik serta perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah:

fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest, dan keseimbangan (equilibrium).

Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas

bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam

keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa

perubahan pula terhadap bagian yang lain. Penganut teori ini cenderung untuk

melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadapa sistem

yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau

suatu sistem dapat menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial.

Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan semua

struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Maka jika terjadi konflik,

penganut teori fungsionalisme struktural memusatkan perhatiannya kepada

masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam

keseimbangan.

Singkatnya adalah masyarakat menurut kaca mata teori (fungsional)

senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap

memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur fungsional bagi

sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada, diperlukan oleh sosial

itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat dilihat

dalam kondisi: dinamika dalam keseimbangan.


23

B. Kerangka Konsep

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu

secara umum terbagi atas 3 bagian yaitu:

1. Partisipasi masyarakat dalam penyerapan aspirasi/usulan masyarakat,

partisipasi masyarakat dalam musyawarah rencana pengembangan objek

wisata.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan yang didalamnya terdapat partisipasi dalam

bentuk tenaga dan partisipasi dalam bentuk uang.

3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang dimana dalam partisipasi ini

masyarakat memanfaatkan pembangunan atau pengembangan yang ada

unutk merawat dan mengambil kentungan. Sehingga dengan adanya tiga

tahapan partisipasi yang ada pada Bagan Kerangka Pikir dibawah bisa

melihat sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek

wisata taman batu Kabupaten Pangkep.

Sedangkan menurut Soetomo (2008: 12) membagi partisipasi dijelaskan

kedalam 3 tingkatan, yaitu:

1. Partisipasi dalam perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan

masyarakat dalam rapat-rapat. Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam

proses penyusunan dan penyerapan program pembangunan dan sejauh mana

masyarakat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk saran untuk

pembanguan.
24

2. Partisipasi dalam pelaksanaan dalam wujud nyata partisipasi berupa:

partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk uang, partisipasi

dalam bentuk harta benda.

3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang diwujudkan keterlibatan

seseorang pada tahap pemanfaatan proyek setelah proyek itu selesai

dikerjaann. Partisipasi pada tingkatan ini berupauang dan tenaga untuk

memelihara dan memanfatkan proyek yang telah dibangun.

Dari beberapa pengertian diatas saya sebagai peneliti dapat

menggambarkan kedalam kerangka pikir yaitu:

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi dalam
Partisipasi dalam Pelaksanaan Partisipasi dalam
Perencanaan Pemanfaatan Hasil

Partisipasi dalam Bentuk


Penyerapan aspirasi
Tenaga
atau Usulan
Masyarakat

Kegiatan Musyawarah Partisipasi dalam Bentuk


Rencana Peningkatan Uang
Objek Wisata

Pengembangan Objek Wisata


Taman Batu

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu

prosedur penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa atau perilaku orang atau suatu

keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi, dengan

menekankan pada sifat kealamiahan sumber data sesuai dengan karakteristik

penelitian kualitatif itu sendiri. Disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Dalam Sugiyono, ( 2013:115 ) Karakteristik penelitian kualitatif yaitu

dilakukan dengan naturalistik / fenomenalogi, bersifat deskriptif, lebih mementingkan

proses dari pada hasil, menggunakan analisis induktif dan pengungkapan suatu

peristiwa merupakan tujuan penelitian.Bogdan dan Biklen ( Sugiyono, 2013: 13 )

menyatakan bahwa salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif,

dimana data dikumpulkan dalam bentuk kata – kata, atau gambar, sehingga tidak

menekankan pada angka.

Metode penelitian kualitaif dilakukan secara intensif, peneliti ikut

berpartisipasi, mencatat apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap

berbagai kejadian yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan penelitian

25
26

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci

Kabupaten Pangkep.Secara Administratif Luas wilayah Kabupaten Pangkajene, dan

Kepulauan12.362,73 Km2 (setelah diadakan analisis Bakosurtanal) untuk wilayah

laut seluas 11.464,44 Km2, dengan daratan seluas 898,29 Km2, dan panjang garis

pantai di Kabupaten Pangkajene, dan Kepulauan yaitu 250 Km, yang membentang

dari barat ke timur.Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terdiri dari 13 kecamatan,

di mana 9 kecamatan terletak pada wilayah daratan, dan 4 kecamatan terletak di

wilayah kepulauan. Batas administrasi dan batas fisik Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan adalah sebelah Utara berbatsan dengan Kabupaten Barru, sebelah Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Bone dan sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, dan

Madura, Pulau Nusa Tenggara dan Pulau Bali.

C. Informan Penalitian

Informan merupakan berbagai sumber informasi yang dapat memberikan data

yang diperlukan dalam penelitian, penentuan informan penelitian harus disesuaikan

dengan jenis data atau informasi yang ingin didapatkan.

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membahas generalisasi dari

hasil penelitiannya.Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya

populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian
27

ditentukan dengan sengaja, sebjek penelitian ini menjadi informan yang akan

memberikan berbagai informasi yang diperlukan ( Suyanto, 2005 : 171-172).

Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian

yang sedang dibahas, maka diperlukan teknik informan.Informan adalah seseorang

yang benar-benar mengetahui suatu persoalan / permasalahan tertentu yang darinya

dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan-

pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu persoalan /

permasalahan tersebut.Dari penelitian awal yang saya lakukan, ada 3 narasumber

yang telah diwawancarai yaitu:

1. Nur Ida, S.Ag selaku staf lurah di Kelurahan Baleangin

2. Hikmawati masyarakat setempat di Kelurhan Baleangin

3. Nur Azizah pengunjung Objek Wisata Taman Batu di Kelurhan Baleangi.

Berikut ini merupakan daftar informan yang ditemui oleh peneliti dalam

melakukan penelitian di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep.

No Nama Umur Pekerjaan


1 Nur Ida, S.Ag 43 tahun Staf Lurah
2 Puang Monno 41 tahun Karyawan lurah
3 Supu 57 tahun Petani
4 Ismail 60 tahun Peternakan
5 Halijah 52 tahun IRT
6 Rahmi 35 tahun Wiraswasta
7 Hikmawati 28 tahun IRT
8 Akbar 37 tahun Peternak
9 Nur Azizah 22 tahun Mahasiswa
10 Awal 45 tahun Petani
Tabel 3.1 : Daftar Informan
28

D. Fokus Penelitian

Spradley ( Sugiyono, 2013: 208) menyatakan bahwa fokus merupakan domain

tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Berdasarkan pengertian

tersebut, maka yang menjadi fokus atau titik perhatian dalam penelitian ini adalah

Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu

Kabupaten Pangkep.Bentuk Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Objek Wisata Taman Batu adalah keikut sertaan masyarakat dalam pengembangan

objek wisata taman batu yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga

lingkungan di sekitar objek wisata taman batu.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu sendiri. Penelitian

dapat mengetahui secara langsung melalui proses melihat dan merasakan makna–

makna tersembunyi yang dimunculkan objek penelitian. Instrumen penelitian ini

yaitu, pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan mengenai Partisipasi

Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu Kabupaten

Pangkep.Selain itu peneliti juga mengukur batas waktu pengumpulan data yang telah

dilaksanakan dan peneliti mengkonstruksikan kenyataan yang ada di lapangan dengan

hasil wawancara dalam hubungannya dengan pengumpulan data, analisis, dan

refleksi.

Adapun instrumen penelitian yaitu :

1. Lembar wawancara

2. Lembar observasi
29

3. Lembar dokumentasi

F. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terbagi atas

2 yaitu:

1. Data primer adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara dan observasi

yang dilakukan di lapangan dan dikumpulkan dan di amati secara seksama

keabsahan datanya.

2. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari hasil telaah buku referensi atau

dokumentasi.Sumber data terdiri dari sumber informan kunci, informan ahli dan

informan biasa.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan

objek wisata taman batu peneliti mengguanakan beberapa cara dalam mengumpulkan

data, yaitu :

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara memusatkan perhatian terhadap

permasalahan dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi ini dilakukan

dengan cara peneliti mendatangi lokasi penelitian, selanjutnya melakukan

pengamatan dan pencatatan tentang fenomena – fenomena yang ada dilokasi

penelitian yaitu Kelurahan Balleangin. Partisipatif yaitu kontribusi informan


30

dan peneliti dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek. Penelitian

secara partisipatif artinya observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan disertai

partisipasi masyarakat dan partisipasi tersebut ditandai dengan adanya

keterlibatan peneliti terhadap objek penelitian yaitu Partisipasi Masyarakat

Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu di Kelurahan

Balleangin Kabupaten Pangkep dalam proses penelitian.

2. Wawancara

Wawancara ( interview ), wawancara dilakukan dengan cara mendatangi

setiap informan secara langsung atau dilakukan secara bertatap muka. Tetapi,

sebelum mendatangi informan peneliti terlebih dahulu membuat janji, karena

yang kita takutkan ketika kita tidak membuat janji terlebih dahulu, informan

sibuk sehingga tidak dapat memberikan informasi.Oleh karena itu, terlebih

dahulu peneliti membuat janji terhadap informan tersebut. Langkah selanjutnya

peneliti bertanya mengenai biodata informan seperti pekerjaan, jumlah anak,

dan pekerjaan suam bagi yang sudah berkeluarga. Pertanyaan tersebut bertujuan

sebagai pengantar dari wawancara agar informan tidak panik atau kaget peneliti

bertanya mengenai informasi yang diinginkan.

Kemudian peneliti memulai menanyakan pokok permasalahan, dimana

pertanyaan yang diajukan kepada informan merupakan pertanyaan yang sudah

dibuat terlebih dahulu melaksanakan wawancara sebagai panduan agar

wawancara tersebut berjalan dengan lancar atau sesuai yang diinginkan atau

informasi maka peneliti menyimak, serta mancatat hal – hal penting dan
31

sekaligus merekamnya melalui HP, pendapat atau informasi yang diungkapkan

oleh informan. Ketika kita merasa dapat yang diperoleh sudah cukup serta

informan memberikan jawaban yang sama dengan informan lainnya ( memiliki

titik jenuh ) maka wawancara tersebut diakhiri dan jangan lupa berterima kasih.

Dan yang paling perlu diperhatikan dala melaksanakan wawancara yaitu

menjaga tingkah laku, sikap, serta cara bertutur kata.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data dalam bentuk

mencatat hasil wawancara langsung, rekaman dan foto atau gambar – gambar di

lapangan yang dapat lebih mengakuratkan data penelitian yang berkaitan

dengan penelitian Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Objek

Wisata Taman Batu Kabupaten Pangkep.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematika data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan

caramengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit – unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain. ( Sugiyono, 2013: 244 ).Teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan model Analisis Interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman

( Sugiyono, 2013: 256-253) mencakup tiga kegiatan, yaitu :


32

1. Reduksi Data ( Data Reduction )

Reduksi kata merupakan merangkum, memilih hal – hal yang pokok,

memfokuskan pada hal – hal yang penting, mencari tema polanya. Dengan

demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data ( Data Display )

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan

selanjutnya. Bentuk penyajiannya anatara lain berupa teks naratif, matrik,

grafik, network ( jejaring kerja ), dan bagan.

3. Menarik Kesimpulan / Verifikasi ( Conclusion Drawing / Verification )

Tindakan yang dilakukan setelah pengumpulan data berakhir adalah

penarikan kesimpulan dengan verifikasinya berdasarkan semua hal yang

terdapat dalam reduksi data dan sajian data.

I. Teknik Keabsahan Data

Dalam peneitian kualitatif, data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada

perbedaan anatara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi

pada objek penelitian. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif

dapat digunakan uji kredibilitas. Menurut Sugiyono ( 2013: 270 ) untuk menguji

kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
33

1. Perpanjangan pengamatan : dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti

kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber

data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini akan membentuk

hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin baik dan kehadiran peneliti

tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang mengganggu perilaku masyarakat.

2. Meningkatkan ketekunan : yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat

dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis, karena peneliti dapat

melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah

atau tidak.

3. Triangulasi : yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara

dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi yaitu,

triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triagulasi waktu.

4. Analisis kasus negatif : yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil

penelitian hingga pada saat tertentu. Disini peneliti mencari data yang berbeda

atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi

data berbeda atau bertentangan ditemukan, maka data tersebut sudah dapat

dipercaya.

5. Menggunakan bahan referensi : yaitu adanya pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil wawancara perlu

didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia

atau suatu keadaan perlu didukung oleh foto – foto.


34

6. Mengadakan membercheck : yaitu proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh

pemberi data, maka data tersebut dapat dikatakan valid, sehingga semakin

kredibel data tersebut dan begitupun sebaliknya.

Apabila mengacu pada konsep kredibilitas tersebut, maka dalam penelitian ini

pendekatan yang paling tepat untuk digunakan adalah triangulasi. Adapun jenis

triangulasi yang digunakan yaitu :

1. Triangulasi Sumber, yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek kembali data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik, yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan menggunakan teknik

berbeda dari sebelumnya. Misalnya, data awal yang diperoleh dengan

wawancara, lalu dicek kembali dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan

ketiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang

berbeda – beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber

data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

3. Triangulasi Waktu untuk pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan

cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda.


BAB IV
GAMBARAN DAN HISTORI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan terletak di antara

4º40’ LS sampai 8 º00’ LS dan di antara 110 º BT sampai 119 º48’67” BT. Kabupaen

yang memiliki landscape tiga dimensi ini mempunyai luas wilayah 1.112,29 Km² atau

111.229 Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata-rata 8 meter di atas permukaan

laut. Batas wilayah administrasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagai

berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros

3. Sebelah Timur berbatasan dengan dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten

Maros

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki 13 Kecamatan, 65 desa dan

38 Kelurahan. Kecamatan terjauh dari ibukota Kabupaten adalah Kecamatan Liukang

Tangaya, yaitu sejauh 291,29 Km.

35
36

Gambar. 4.1
Peta Kabupaten Pangkep

Untuk lebih jelasnya gambaran umum kecamatan yang ada dalam wilayah

Kabupaten Pangkep berdasarkan komposisi luas dan jarak dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel. 4.1
Ibu Kota Kabupaten Pangkep
No Kecamatan Ibu kota Kabupaten

1. Liukang Tangaya Pangkajene

2. Liukang Kalmas Pangkajene

3. Liukang Tupabbiring Pangkajene

4. Liukang Tupabbiring Utara Pangkajene

5. Pangkajene Pangkajene
37

6. Minasatene Pangkajene

7. Balocci Pangkajene

8. Toddong Tallasa Pangkajene

9. Bungoro Pangkajene

10. Labakkang Pangkajene

11. Ma’rang Pangkajene

12. Segeri Pangkajene

13. Mandalle Pangkajene

1. Luas Wilayah

Kecamatan Balocci merupakan Kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan, Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya mencapai 143,48 Km² atau 12,90

persen dari luas keseluruhan Kabupaten Pangkep. Secara administratif, Kecamatan

Balocci terbagi atas 4 Kelurahan, 1 Desa 8 Lingkungan, 2 Dusun, 25 RW, dan 83 RT.

Kelima Kelurahan / Desa tersebut adalah Kassi, Tonasa, Balocci Baru, Balleangin

dan Tompobulu. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Balleangin dan Barat

berbatasan dengan Kelurahan Tonasa. Sementara Utara dan Selatan dipagari oleh

pengunungan Karst.

Taman Purbakala Sumpang Bita dengan Tangga Seribunya ada di Kelurahan

ini. Juga terdapat sungai dengan belasan air terjun mini yang sebenarnya berpotensi

menjadi objek wisata.


38

2. Musim

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan daerah yang mempunyai

iklim Tropis Basah (Type B) dengan musim kemarau. Curah hujan disuatu wilayah

(tempat) dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi, dan perputaran / pertemuan arus

udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun

pengamat. Pada tahun 2012 rata-rata curah hujan per bulan sekitar 201,33 mm.

3. Jumlah Penduduk

Pada tahun 2011 tercatat jumlah penduduk sebanyak 326.357 jiwa, sedangkan

di tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,34 persen di banding tahun 2011

menjadi 325.239 jiwa. Penduduk merupakan potensis terpenting karena merupakan

pelaksana pembangunan juga merupakan obyek pembangunan itu sendiri, atau

dengan kata lain faktor penduduk penting terutama dalam kaitannya dengan

peningkatan taraf hidup mereka. Jumlah penduduk Kecamatan Balocci pada tahun

2014 sebesar 43.973 jiwa, laki-laki berjumlah 21.315 jiwa dan perempuan sebanyak

22.658 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut 99,18% adalah pemeluk agama Islam.

Tidak diketahui dengan pasti kapan sesungguhnya penduduk mulai mendiami

Kecamatan Balocci ini. Namun saat ini ciri mobilitas yang tinggi dari penduduk

Kecamatan Balocci tetap nampak. Salah satu ciri yang tampak hingga saat ini adalah

tingkat migrasi mereka relatif tinggi. Sekalipun sulit mendapatkan data yang begitu

akurat mengenai keadaan migrasi.


39

B. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Balocci

Kecamatan Balocci dapat dilihat dalam beberapa aspek kehidupan sosial

ekonomi masyarakat, diantaranya:

1. Pendidikan

Kualitas pendidikan yang memadai diperlukan penduduk untuk meningkatkan

kualitas hidup mereka. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya

penyelenggara pendidikan yang makin bermutu. Secara nasional, pendidikan

diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Kehidupan masyarakat

Kecamatan Balocci sudah banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan dan teknologi.

Sistem pendidikan yang semakin berkembang telah menyadarkan pola pikir

masyarakat bahwa betapa pentingnya arti pendidikan bagi anak-anak mereka. Dengan

demikian masyarakat Kecamatan Balocci berusaha untuk memberikan pendidikan

yang terbaik bagi anak-anak mereka.

Adapun fasilitas-fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Balocci :

Tabel 4.2 Jumlah Fasilitas Pendidikan

Nama Jumlah

TK -

SD 19

SMP 5

SMA 3

Sumber : Kantor Camat Balocci 2017


40

Data diatas menunjukan bahwa fasilitas pendidikan di Kecamatan Balocci

yaitu SD 19, SMP 5 dan SMA 3 jadi jumlah keselurahan fasilitas pendidikan di

kecamatan balocci sebanyak 27.

2. Pekerjaan

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat di tentukan adanya potensi sumber

daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, karena Kecamatn

Balocci bagian dari Kabupaten Pangkep, maka perkembangan ekonominya sangat di

pengaruhi oleh perkembangan dari Kabupaten Pangkep itu sendiri. Penduduk

Kecamatn Balocci sebagian besar berprofesi sebagai petani. Jenis-jenis pekerjaan di

luar petani yang sejak lama banyak berkembang khususnya di Kecamatan Balocci,

adalah seperti pedagang, pegawai negeri sipil dan peternak disamping itu akses

penduduk cukup mudah ketempat lain. Yang dimana pekerjaan pedagang merupakan

pekerjaan baik kaum perempuan maupun laki-laki. Selain itu buruh disini baik laki-

laki maupun perempuan selain itu juga terdapat anak-anak maupun remaja yang

sudah tidak sekolah.

3. Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat

dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Dengan tujuan

tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, yang pada

gilirannya memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif. Walaupun rumah sakit

sebagai sarana kesehatan yang vital bagi masyarakat sudah tersedia. Akan tetapi,

pemerintah daerah telah berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan dengan cara


41

meningkatkan status puskesmas dari puskesmas rawat jalan menjadi puskesmas rawat

inap.

Objek Wisata Taman Batu Karst Sepe’e di Kampung Bonto–bonto, Kelurahan

Balleangin, Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep ini sangat menarik

dikunjungi.Perjalanan tidak melelahkan karena pemandangan sejuk di kaki

pegunungan. Jarak dari batas Maros – Pangkep hingga Soreang lalu menuju masjid

Taqwa sekitar 17 Km. Dari masjid tersebut, lokasi bisa dijangkau dengan roda dua

dan roda empat maupun berjalan kaki kurang lebih 100 meter melewati hamparan

sawah yang sudah menguning.


BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Objek Wisata

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam

pengembangan tentu akan berbeda disetiap individu dalam masyarakat. hal ini terjadi

karena dalam lingkungan masyarakat memiliki latar belakang yang berbeda-beda dari

setiap individunya. Partisipasi dalam pengembangan juga sangat berbeda dari setiap

individunya.Partisipasi dalam pengembangan juga sangat dipengaruhi oleh tingkat

interaksi antar masyarakat itu sendiri dengan pemerintah.Interaksi yang dimaksud

disini adalah adanya saling pengertian dan saling mendukung antara pemerintah dan

masyarakat.Tanpa ada hal tersebut, maka pengembangan sangat tergantung pada

peranan pemerintah dalam memberikan dan menimbulkan stimulasi dan motivasi

yang mengarah pada kreativitas masyarakat.

Pengembangan objek wisata merupakan suatu kegiatan yangdilakukan secara

berencana, menyeluruh dan melibatkan berbagai aspekyang harus dilakukan secara

terpadu dan terencana dengan baik. Dalammengimplementasikan sebuah kebijakan,

tidak akan terlepas dari faktor-faktoryang mempengaruhi dalam pelaksanaannya.

Termasuk dalampelaksanaan strategi yang telah direncanakan oleh Dinas

Kebudayaandan Pariwisata Kabupaten Pangkep untuk mengembangkan sektorobjek

wisata. Adapun faktor-faktor pendukung atau penghambat yangdihadapi dalam

42
43

pelaksanaan strategi pengembanganobjek wisata di Kelurahan Balleangin adalah

sebagai berikut :

a. Faktor Pendukung

1) Alam dan Budaya Menunjang Kenaturalan Objek Wisata

Kelurahan Balleangin sendiri dikenal sebagai surga pegunungan, kondisi

alam yang masih terjaga dan jauh dari hiruk pikuk perkotaanmembuat

Kelurahan Balleangin menjadi surga bagi para wisatawan yang

inginberwisata.Inilah yang menjadi salah satu modal utama yang

mendukungsektor objek wisata di Kelurahan Balleangin yakni kondisi

alamnya.Sama dengan yang disampaikan oleh pengelola objek wisataTaman

Batu, yaitu pak Supu.Pak Supu tinggal tidak jauh dari lokasi Taman Batu.

Pak Supu mengatakan bahwa :

“Pemandangan di dalam itu sangat bagus, karena batu-batunya banyak


dan indah. Disamping itu pemandangan disekitar Taman Batu juga
menambah keindahannya karena di kelilingi oleh gunung-gunung batu,
tapi saya sarankan lebih baik kita berkumjung di waktu pagi atau sore hari
saja. Karena kalau siang hari sekitar jam 10.00 s/d jam 15.00 di Taman
Batu sangat panas kerna lokasinya dekat daerah persawahan”
(Wawancara, 15 Oktober2017).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah objek wisata dengan keindahan alamnya memang menjadi daya tarik tersendiri

bagi setiap pengunjung atau wisatawan.Begitupun dengan objek wisata Taman Batu

yang ada di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep.Seperti

namanya, Taman Batu menawarkan pemandangan hamparan batu kars berwarna abu-

abu kehitaman dipadu dengan rerumputan hijau yang seakan memagari kumpulan
44

batu kars. Dengan melakukan wisata alam kita harus melestarikan area yang masih

alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya

masyarakat setempat sehingga bisa menjadi objek wisata, agar daerah tersebut

memiliki potensi wisata yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti alat

transportasi atau penginapan.

2) Kondisi Masyarakat dan Partisipasi akan Sadar Wisata Tinggi

Tak hanya kebersamaan dan adat istiadat yang terus dijaga olehmasyarakat

Kelurahan Balleangin tetapi juga kesadaran terhadap sadar wisata.Kesadaran

masyarakat Kelurahan Balleangin untuk pengembangan sektor objekwisata dan

menjaga kelestarian objek wisata.

3) Kondisi Objek Wisata Memiliki Nilai Jual

Banyaknya potensi pariwisata yang ada di kabupaten Pangkep memiliki

nilai jual tersendiri di daya tariknya, sebut saja objek wisata Taman Batu.

b. Faktor Penghambat

1) Sarana dan Prasarana

Tidak adanya campur tangan pemerintah setempat atau dari pemerintah

pusat Kabupaten Pangkep mengakibatkan kurangnya sarana dan prasaran yang

tersedia di Taman Batu.

Pak Supu, menambahkan bahwa :

“Menurut saya Taman Batu itu sangat bagus untuk di jadikan sebagai objek
wisata karena memang pemandangannya bagus, tapi sayangnya belum ada
campur tangan dari pemerintah setempat atau pemerintah daerah untuk
menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung untuk objek wisata
Taman Batu.Makanya sampai sekarang keadaan Taman Batu masih kurang
45

fasilitas padahal kalau boleh dibilang sebenarnya Taman Batu banyak


peminatnya”(Wawancara, 15 Oktober 2017).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah fasilitas objek wisata merupatan salah satu komponen pendukung yang dapat

menunjang kemajuan objek wisata Taman Batu, karena pengunjung atau wisatawan

akan merasa nyaman berlama-lama di tempat wisata. Tanpa adanya sarana fasilitas

yang mendukung maka akan mempengaruhi tingkat pengunjung yang akan datang.

Karena fasilitas objek wisata dapat diartikan suatu sarana dan prasarana yang harus

disediakan oleh pengelola untuk kebutuhan wisatawan. Kebutuhan wisatawan tidak

hanya menikmati keindahan alam atau keunikan objek wisata saja melainkan

memerlukan sarana dan prasarana wisata seperti akomodasi (sarana kebersihan,

kesehatan, keamanan, komunikasi, tempat hiburan, hotel/penginapan, restoran dan

toko cindera mata, transportasi dan lain-lain (mushola, tempat parkir, MCK dan

shelter).

2. Strategi PengembanganObjek Wisata

Strategi pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan: kebijakan pelaksanaan,

penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan penentuan cara-cara atau metode

penggunaan sarana-prasarana. Strategi selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan,

sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga harus didukung oleh kemampuan

untuk mengantisipasi kesempatan yang ada. Dalam melaksanakan fungsi dan

peranannya dalam pengembangan pariwisata daerah, pemerintah daerah harus

melakukan berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.


46

Pak Ismail (60 Tahun), menambahkan bahwa :

“Kalau menurut saya strategi yang bagus untuk meningkatkan objek wisata
Taman Batu adalah sama halnya dengan objek wisata di berbagai wilayah
yang lain. Dengan menyediakan sarana dan prasarana mendukung.Seperti
akses jalannya bagus, terdapat papan informasi mengenai objek wisata itu
atau ada pemandu wisatanya, kalau perlu disediakan penginapan di sekitar
objek wisata itu untuk mempermudah orang-orang di luar Pangkep untuk
datang ke Taman Batu” (Wawancara, 25 Oktober 2017).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah objek wisata Taman Batumemerlukan startegi yang tepat untuk

mengembangkannya.

Strategi pengembangan objek wisata yang menunjang pertumbuhan ekonomi

dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Perlu ditetapkan beberapa peraturan yang berpihak pada pengembangan mutu

pelayanan objek wisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak

pada kepentingan pihak-pihak tertentu.

b. Pengelola objek wisata harus melibatkan masyarakat setempat. Hal ini

merupakan hal penting karena sebagai hal pengalaman pada beberapa daerah

tujuan wisata, apabila tidak melibatkan masyarakat setempat, akibatnya tidak

ada sumbangsih ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar.

c. Kegiatan promosi harus beraneka ragam, selain dengan mencanangkan cara

kampanye dan program Visit Indonesia Year seperti yang sudah dilakukan

sebelumnya. Kegiatan promosi juga perlu dilakukan dengan membentuk

sistem informasi yang handal dan membangun kerjasama yang baik dengan
47

pusat informasi pada negara–negara lain terutama pada negara yang

berpotensi.

d. Perlu menentukan daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan dibanding

dengan daerah tujuan wisata lain, terutama yang bersifat tradisional dan alam.

Karena era kekinian lah objek wisata yang alami dan tradisional yang menjadi

sasaran wisatawan asing.

e. Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan

pemerintah daerah setempat, dengan system terbuka, jujur dan adil. Kerja

sama ini penting karena untuk mempelancar pengelolah secara professional

dengan mutu pelayanan yang memadai.

f. Perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi semua daerah tujuan wisata

yang ada diseluruh Indonesia.

g. Mengajak masyarakat sekitar daerah tujuan wisata agar menyadari peran,

fungsi dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan

peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat

menguntungkan secara ekonomi.

h. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk

menunjang kelancaran pariwisata. misalnya dengan pengadaan perbaikan

jalan, telepon, internet dan pusat pembelanjaan disekitar lokasi daerah wisata.

Dengan memperhatikan beberapa masukan ini kiranya dapat membantu bagi

penyelenggara pariwisata yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Faktor baik


48

internal dan eksternal, pariwisata dapat menghasilkan pendapat yang luar biasa bagi

suatu daerah terutama apabila dikelolah dengan baik.

3. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Batu

Partisipasi masyarakat adalah hal ikut sertanya setiap orang suatu kegiatan

merupakan aktivitas dalam organisasinya untuk mencapai tujuan yang yang mereka

inginkan. Bila kita hubungkan dengan pengembangan untuk mencapai tujuan

pengembangan nasional yankni meningkatkan taraf hidup masyarakat menuju

terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD

1945.

Dalam kegiatan pengembangan, partisipasi masyarakat merupakan

perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap

pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu-mutu mereka.

Artinya, melalui partisipasi yang diberikan benar-benar menyadari bahwa kegiatan

pengembangan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh aparat

pemerintah sendiri, tetapi juga menuntut keterlibatan masyarakat yang akan

diperbaiki mutu hidupnya. Kelancaran pelaksanaan pengembangan (infrastruktur)

dalam suatu daerah haruslah di dukung oleh adanya partisipasi masyarakat dan

ditunjang oleh adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan seperti halnya di

lokasi penelitian di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep.

Masyarakat lokal adalah masyarakat yang bermukim di kawasan wisata.

Mereka merupakan salah satu pemeran penting dalam pengembangan objek wisata,

karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi


49

sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat lokal merupakan

pemilik langsung atraksi wisata yang di kunjungi sekaligus di konsumsi

wisatawan.Air, tanah, hutan dan lanskapmerupakan sumberdaya objek wisata yang

dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada ditangan mereka.

Pengembanganobjek wisata saat ini mengalami berbagai perubahan, baik

perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan

perjalanan, cara berfikir, maupun sifat pengembangan itu sendiri. Di Negara maju

pariwisata sudah bukan hal yang baru lagi bahkan orang melakukan suatu perjalanan

merupakan kebutuhan hidup suatu manusia.Namun demikian di negara-negara sedang

berkembang atau yang sering disebut Negara Dunia Ketiga Pariwisata baru dalam

taraf perkembangan.Pengembangan objek wisata di dunia ketiga lebih berorientasi

keobjek wisata alternatif dan pariwisata ekonomi, kita sudah merasakan bahwa dari

tahun ke tahun jumlah wisatawan internasional terutama yang mengunjungi Indonesia

terus meningkat sehingga kita di hadapkan pada persoalan untuk menata produk-

produk wisata sehingga dapat meningkatkan dari minat wisatawan untuk berkunjung.

Salah satu potensi sumber-sumber penerimaan daerah yang memiliki peluang

dan prospek yang tinggi adalah sektor pariwisata. Semenjak merosotnya penerimaan

negara terutama dari sumber alam minyak dan gas bumi pada periode tahun 1980-an,

pemerintah serta pakar mulai mengarahkan pandangan dan perhatian untuk mencari

potensi dan memanfaatkan potensi dari sektor lain yang dirasakan cukup potensial.
50

Amdani (2008: 26) berpendapat mengenai keutamaan pariwisata bahwa “Temuan

dari sumber alam yang lain selain dari sektor migas diharapkan mampu membantu

bahkan mengalih fungsikan sebagai dukungan perekonomian dan diperkirakan

mempunyai peluang besar, baik di pasaran Nasional maupun Internasional adalah

sektor pariwisata atau industri”.

Dalam konteks pengembangan ekonomi, sosial dan budaya di

daerah,pengembangan sektor objek wisata memiliki pengaruh positif bagi

pertumbuhanekonomi daerah.Selain itu sektor objek wisata dapat membantu

pelestarian nilai danbudaya lokal, serta berpotensi menjembatani perbedaan sosial

budaya dankesenjangan ekonomi.Namun jika tidak dikembangkan secara terencana

dan hati-hati,industri pariwisata juga memberikan peluang bagi munculnya

berbagaidampak nagatif yang merugikan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya di

daerahyang bersangkutan.

Nur Azizah (22 tahun), salah satu mahasiswa di Kelurahan Balleangin

menambahkan bahwa :

“Kebijakan pengembangan sektor objek wisatadaerah harusdiperhitungkan


secara cermat, baik dampak positif maupunnegatifnya.Peran pemerintah
daerah sebagai inisiator, motivator, fasilitator danadvokator dalam konteks
ini sangat menentukan keberhasilan pengembangan objek wisata.Selain itu
dengan pengembangan objek wisata diharapkan pula bisa meningkatkan
ekonomi rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas,
saranadan prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya.Kalau
sebuah objek wisata sudah memenuhi syarat tersebut maka objek wisata
tersebut akan selalu ramai oleh pengunjung yang berdatangan” (Wawancara,
19Oktober 2017).
51

Pengembanganobjek wisata di suatu daerah harus didasarkanpada

perencanaan, pengembangan, dan arah pengelolaan yang jelas agar semuapotensi

yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat diberdayakan secaraoptimal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapat hasilyang optimal,

pengembangan dalam bidang objek wisata tidak hanya didukungoleh satu pihak tetapi

merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalanganusaha (swasta), tokoh adat

(budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri.Lebih penting lagi adalah adanya

keterlibatan masyarakat lokal sebagai salah satufaktor keberhasilan pengembangan

objek wisata.

Nur Azizah menambahkan bahwa :

“Peran masyarakat terhadap objek wisata Taman Batu adalah dengan cara
ikut membantu dalam menjaga objek wisata Taman Batu Kelurahan
Balleangin dengan tidak membuang sampah sembarangan karena dapat
menyebabkan lokasi Taman Batu akan depenuhi sampah seperti sampah
plastik. Masyarakat setempat tetap menjaga keaslian alam daerah tersebut
karena memang aset utama daerah itu adalah pemandangannya yang indah”
(Wawancara, 19 Oktober 2017).

Pengembangan melalui partisipasi masyarakat lokal merupakan salah satu

upayauntuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan

pengembanganyang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan

kajianmusyawarah. Musyawarah dilakukan dalam rangka pengembangan aspirasi

berupakeinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, pengembangan

motivasidan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan,

danpengembangan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap

programpembangunan yang telah disusun.


52

Oleh karena itu, pemerintah beserta seluruh pemangku kepentinganobjek

wisata harus bersama-sama menyelenggarakan kepariwisataan denganmemperhatikan

aspek-aspek sosial, budaya, lingkungan hidup dan kearifan lokalserta senantiasa

menjunjung tinggi norma agama, tradisi, adat istiadat, kesusilaandan hak asasi

manusia, sehingga diperoleh nilai tambah yang tinggi. Selanjutnyadalam aspek

ekonomi, objek wisata diharapkan mampu untuk memberdayakanmasyarakat lokal,

menumbuhkan potensi ekonomi daerah tujuan wisata danmemberikan trickle down

effect (efek menetes ke bawah yang memberikanmanfaat) bagi kesejahteraan

masyarakat sekitar daerah tujuan wisata.

Seperti yang di ungkapkan oleh bu Nur Ida (43 tahun), selaku staf Kelurahan

Balleangin Kecamatan Balocci bahwa :

“Menurut saya, pengembanganobjek wisata Taman Batu merupakan salah


satuobjek wisata yang ada di Kelurahan Balleanginharus didasarkan pada
pengelolaan yangbaik dan melibatkan berbagai pihak yang ada, agar
kemudian semua potenisiyang ada pada objek wisata Taman Batu
bisadiberdayakan secara optimal. Untuk mendapat hasil yang optimal,
pengembangandalam bidang wisata tidak hanya didukung oleh satu pihak
tetapimerupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha
(swasta), tokohadat (budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri untuk
penyediaan fasilitas untuk menunjang objek wisata. Lebih penting lagi
adalahadanya keterlibatan masyarakat lokal sebagai salah satu faktor
keberhasilanpengembangan objek wisata.Dengan adanya pengembangan
pada objek wisata Taman Batu maka akan berdampak pula pada
pengembangan taraf perekonomian warga disini” (Wawancara, 15 Oktober
2017).

Tanpa melibatkan masyarakat, pengembangan objek wisata hanya akan

melahirkan produk-produk wisata yang kurang berarti bagimasyarakat dan tidak

sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Partisipasi masyarakatmenjadi kata kunci pada


53

setiap program pengembangan objek wisata, seolah-olahmenjadi label baru yang

harus melekat pada setiap rumusan kebijakan dan proyekpengembangan objek

wisata(Wardiyanto, 2011: 82).

B. PEMBAHASAN

Partisipasi masyarakat merupakan topik yang sering dibicarakan sejak

beberapa dasawarsa terakhir ini, hal ini menjadi menarik karena pelaksanaan

pengembangan objek wisata Taman Batu dapat tercapai apabila masyarakat turut

berperan dalam pengembangan objek wisata Taman Batu.

Keberhasilan suatu proses pengembangan objek wisata Taman Batu tidak

dapat dilepaskan dari adanya partisipasi anggota masyarakatnya, baik sebagai

kesatuan sistem maupun sebagai individu yang merupakan bagian yang sangat

terintegrasi dan sangat penting dalam proses dinamika pengembangan objek

wisata Taman Batu. Karena secara prinsip pengembangan objek wisata Taman

Batu di tunjukan guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera.Oleh karena itu

kesadaran dan partisipas aktif dari masyarakat merupakan salah satu kunci

keberhasilan pengembangan objek wisata Taman Batu perlu di tunjukkan oleh

kebijaksanaan pemerintah.

Sehubungan dengan itu, dapat di katakana bahwa pengembangan objek wisata

Taman Batu yang sedang dalam proses ditentukan oleh besar kecilnya partisipasi

masyarakat yaitu :

a. Partisipasi sebagai titik awal perubahan


54

b. Partisipasi dalam memperhatikan, menyerap dan memberi tanggapan terhadap

informasi

c. Partisipasi dalam perencanaan

d. Partisipasi dalam melaksanakan operasional

e. Partisipasi dalam menerima dan mengembangkan hasil pengembangan objek

wisata Taman Batu

f. Partisipasi dalam menilai pengembangan objek wisata Taman Batu

Partisipasi masyarakat secara langsung dalam setiap proses pengembangan

objek wisata Taman Batu suatu masyarakat mutlak bagi tercapainya tujuan

pengembangan objek wisata Taman Batu.

Idealnya partisipasi masyarakat yaitu usaha untuk menumbuhkan kemampuan

masyarakat untuk berpartisipasi, sehingga proses pengembangan objek wisata Taman

Batu itu dapat dirasakan secara adil dan sejahtera. Sebagaimana diketahui bahwa

pengembangan objek wisata Taman Batu tidak hanya merupakan usaha pemerintah

semata atau masyarakat saja, akan tetapi suatu kegiatan bersama yang hasilnya

diharapkan dapat memberikan kemakmuran dan kesejarhteraan bagi seluruh lapisan

masyarakat.

1. Partisipasi Masyrakat Lokal dalam Pengembangan Objek Wisata Taman

Batu

Partisipasi masyarakat merupakan modal utama dalam upaya mencapai

sasaran program pemerintah diseluruh wilayah Republik Indonesia.Keberhasilan

dalam pencapaian sasaran pelaksanaan program pengembanganobjek wisata Taman


55

Batu bukan semata-mata didasarkan pada kemampuan operator pemerintah, tetapi

berkaitan juga dengan upaya mewujudkan kemampuan dan keamanan masyarakat

untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program pengembangan objek wisata Taman

Batu. Dalam konteks pelaksanaan pengembangan Taman Batu di Kelurahan

Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep partisipasi masyarakat sangatlah

penting guna membantu tercapainya pelaksanaan program pengembangan objek

wisata Taman Batu, sehingga akan timbul satu program dari prakarsa serta dan

swadaya serta gotong royong dari masyarakat. Atas dasar inilah kesadaran dari

masyarakat .atas dasar inilah kesadaran dari masyarakat perlu terus di tumbuhkan dan

di tingkatkan sehingga nantinya partisipasinya akan dirasakan, sehingga

pengembangan objek wisata Taman Batu sebagai suatu kewajiban yang lahir secara

spontan.

Objek wisataTaman Batu merupakan objek wisata yang punya dayatarik

tersendiri bagi wisatawan, sehingga perlu perhatian lebih baik itu daripemerintah

maupun dari kalangan masyarakat.Dalam pengembangannya, objek wisata Taman

Batu sampai sekarang masih belum mendapat perhatian secara optimal

daripemerintah setempat, bahkan dalam pengembanganya dan pembangunan

objekwisata Taman Batu masyarakat setempat merupakan pihakutama yang

berpartisipasi secara aktif dalam pengembangannya.

Pengelolaan dan perkembangan objek wisata Taman Batu serta faktor

penunjangnya memiliki makna penting dalam melakukan integrasi nasional

khususnya di Kabupaten Pangkep.Infrastuktur bukan saja berfungsi mengikat


56

geografi wilayah nusantara, tetapi juga memandu lahirnya partisipasi, efesiensi dan

kesejahteraan masyarakat.Dalam menentukan keberhasilan pengembangansuatu

daerah, yakni dapat memberikan kesejahteraan tiap warga masyarakat secara adil dan

optimal.Warga yang sejahtera cenderung bersifat integratif dan hubungan warga

masyarakat dengan pemerintahan positif, sehingga masing-masing ingin memelihara

manfaat dari hubungan tersebut (Nugraho, 2011).Dengan begitu diharapkan dalam

pengembangan dan pengelolaan objek wisata Taman Batu berjalan dengan baik, yang

saat ini pengelolaannya terkesan belum maksimal.

Ketidak pekaan pemerintah terhadap aspirasi masyarakat serta minimnya

partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan bendungan tersebut, dapat

mengakibatkan masyarakat kurang merasa memiliki terhadap nilai pembangunan

bahkan lebih lanjut menimbulkan akibat yang fatal dalam arti politis, yaitu

memunculkan sikap apatis, frustasi, kecemburuan sosial ktidak kepercayaan kepada

pemerintah, dimana pada puncaknya sering menimbulkan ketegangan yang serius

antara pemerintah dan rakyat, hal ini terlihat dari banyaknya contoh kasus yang

menunjukkan masyarakat sering menentang upaya pembangunan yang dilakukan

pemerintah. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kunci keberhasilan dari suatu

program pengembangan objek wisata Taman Batu adalah patiripasi sebagai suatu

keharusan yang tidak adapat di tawar.

Belajar dari fenomena tersebut, maka selanjutnya sejauh perubahan paradigm

dalam pembangunan di Kelurahan, seiring di terbitkannya Undang Undang nomor 22

tahun 1999 tentang pemerintah daerah sebagaimana telah di ubah dengan Undang
57

Undang Nomor 32 tahun 2004. Konsep otonomi Kelurahan yang tertuang di

dalamnya memberikan kedudukan yang kuat bagi Kelurahan dan masyarakatnya

untuk melaksanakan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhannya, dimana proses

pembangunan secara bertahap telah bergeser mengarah kepada proses yang

memungkinkan masyarakat dapat berpartisipasi s ecara keseluruhan, sejak dari (a)

prakarsa (dari masyarakat), (b) perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya (oleh

masyarakat), sehingga kealokasian manfaatnya (untuk masyarakat).

Kondisi semacam ini di dukung oleh pernyataan Sumodiningrat (1985),

bahwa hakekat pengertian pembangunan dalah dari, untuk dan oleh masyarakat.

Dengan demikian maka pembangunan di kelurahan menempatkan masyarakat desa

sebagai subyek pengembangan objek wisata Taman Batu dan bukan sebagai objek

pengembangan Objek wisata Taman Batu diKelurahan Balleangin harus dapat

dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan bukan oleh pemerintah.

Pengembangan objek wisata Taman Batu, harus menerapkan prinsip-prinsip

desentralisasi, bergerak dari bawah (bottom up) , mengikut sertaan masyarakat secara

aktif (participatory), dilaksanakan dari dan bersama masyarakat (from and with

people) dan koordinasi antar sektor serta kelembagaan yang ada di desa. Melalui

proses semacam ini maka keinginan-keinginan dan kebutuhan masyarakat desa dapat

disalurkan dan di wujudkan dalam program pengembangan objek wisata Taman Batu

di Kelurahan Balleangin.

Dari pemikiran diatas, jelaslah bahwa dalam pelaksanaan pengembangan

objek wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin sangat di butuhkan prakarsa


58

masyarakat itu sendiri, dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan dan

berorientasi kemasa depan. Namun demikian, bukanlah hal yang mudah untuk

menyerahkan pelaksanaan pengembangan objek wisata Taman Batu kepada

Kelurahan, meningat banyak dilema yang terlibat dalam pembangunan. Salah satu

dilema yang dilakukan oleh masyarakat adalah kurangnya kemampuan dan

pengetahuan sumber daya manusia. Dilemma tersebut seringkali timbul pada saat

perumusan arah dan tujuan yang akan dilakukan dalam pengembangan objek wisata

Taman Batu. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh bapak

Jika perencanaan hendak melibatkan massa rakyat, maka terdapat beberapa

kendala yang akan muncul, yakni : (1) terdapat bahwa massa rakyat, umumnya

adalah pihak yang tidak memiliki kesempatan untuk menikmati pendidikan formal

yang memadai. Maslaah seperti pendidikan rendah, kemampuan baca tulis dan

keterbatasan pengetahuan, membuat secara teknis, massa rakyat sulit untuk bisa di

ambil bagian secara produktif dan (2) terdapat suatu kenyataan bahwa massa rayat

telah sekian lama ada dalam politik otenter sentralistik. Massa rakyat telah di

tradisikan dalam proses politik yang mengekor, pasif takut mengambil inisiatif dan

hidup dalam budaya petunjuk.

Akibat dari kenyataan tersebut membuat langkah-langkah dalam

pengembangan objek wisata Taman Batu tidak mampu di laksanakan dengan

pengetahuan maka akan timbul pemahaman yang sama dan memadai terhadap

persoalan yang di hadapi serta memudahkan dalam mengidentifikasi faktor-faktor


59

penyebabnya, merumuskan bagaimana cara untuk mengatasinya sehingga dapat

menentukan keputusan yang baik melalui potensi yang ada

Untuk memotivasi masyarakat agar memiliki kemauan untuk berpartisipasi

dalam pengembangan objek wisata Taman Batu, maka program pembangunan yang

di tetapkan benar-benar menjamin bahwa pengembangan objek wisata Taman Batu

harus menguntungksn rakyat, dapat di pahami oleh rakyat, harus mengikut sertakan

rakyat dalam pelaksanaannya. Dilaksanakan sesuai dengan maksud dan keinginan

rakyat secara jujur, terbuka dan dapat di pertanggung jawabkan.

Pada kondisi ini dapat diperlukan pergeseran orientasi pemerintah dari

command and control menjadi stimulator, fasilitator, koordinator dan entrepreneur

(wirausaha), untuk membangkitkan kembali kemauan partisipasi masyarakat dalam

pengembangan objek wisata Taman Batu. Orientasi pemerintah tersebut di lakukan

melalui penyediaan program-program pengembangan objek wisata Taman Batu,

termasuk di dalamnya program pengembangan objek wisata Taman Batu yang

ditujuakan bagi maslaah sosial speerti kemiskinan yang di kembangkan dengan

memadukan berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat serta menyerahkan

sepenuhnya mekanisme pelaksanaan kepada masyarakat. Melalui program-program

semacam inilah diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pengembangan objek wisata

Taman Batu

Apabila pengembangan tersebut dilaksanakan di wilayah Kelurahan, maka

sudah jelas bahwa partisipasi masyarakat kecamatanlah yang menjadi kunci


60

keberhasilannya. Namun demikian peran serta masyarakat dalam proses

pengembangan Objek Wisata Taman Batu tentunya banyak faktor yang

mempengaruhi tingkat keterlibatannya dalam pengembangan, menurut hemat penulis

faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat dalam pengembangan Objek

Wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin adalah faktor intern yang meliputi

kesadaran, pendidikan dan penghasilan pendapatan. Sedangkan faktor ektern meliputi

kepemimpinan pemerintah dan peralatan / fasilitas.

a. Faktor Intern yang meliputi :

1) Faktor Kesadaran / Kemauan

Keikutsertaan dalam suatu kegiatan pengembangan bukan timbul begitu

saja akan tetapi karna adanya yang mendorongnya untuk berpartisipasi.

Salah satu diantaranya adalah faktor kesadaran masyarakat sendiri.

2) Faktor Pendidikan

Salah satu faktor terjadinya berbagai perubahan adalah karena faktor

pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek

wisata Taman Batu makakenyataan menunjukkan adanya hubungan yang

erat. Masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang tinggi biasanya

mempunyai perhatian yang besar terhadap kegiatan-kegiatan pengembangan

objek wisata yang dilakukan oleh swadaya masyarakat.Kenyataan ini

memberikan gambaran bahwa betapa besar pengaruh pendidikan terhadap

partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata.Pengembangan

objek wisata dalam bentuk ide dan pikiran biasanya dikeluarkan oleh orang-
61

orang yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, terhadap

partisipasinya dalam pengembangan objek wisata yang berarti bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rtinggi pula partisipasinya dalam

pengembangan objek wisata khususnya dalam pemberian ide-ide dan

pikiran.

3) Faktor Penghasilan atau Pendapatan

Setelah mengetahui bahwa faktor pendidikan sangat berpengaruh

terhadap partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata, maka

berikut ini akan diterangkan pula bagaimana pengaruh penghasilan atau

pendapatan dalam pengembangan objek wisata khususnya dalam bentuk

sumbangan uang atau dana berdasarkan penghasilan masyarakat di

Kelurahan Balleangin maka sangat memungkinkan pula partisipasinya dalam

pengembangan objek wisata berbeda-beda. Disamping penghasilan

pendapatan yang tidak sama juga tingkat kesibukannya (waktu kerja)

berbeda-beda pula. Semua ini dapat mengurangi partisipasinya dalam

pengembangan objek wisata.

b. Faktor Ektern yang meliputi

1) Kepemimpinan Pemerintah

Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa partisipasi masyarakat

dalam pengembangan objek wisata di Kelurahan Balleangin khususnya

tidak timbul begitu saja melainkan terpengaruh oleh beberapa faktor dan

salah satunya adalah kepemimpinan pemerintah setempat karena


62

masyarakat merupakan panduan dari beberapa individu yang mempunyai

sifat atau karakter yang berbeda-beda.Maka untuk memadukannya

diperlukan suatu kekuatan yakni kemampuan pendinamisan oleh pemimpin

pemerintah, dalam hal ini adalah pemerintah kelurahan.

2) Peralatan Fasilitas

Dalam pelaksanaan tugas kepada kelurahan dan perangkatnya,

dibutuhkan kantor kelurahan yang merupakan tempat untuk melakukan

tugas pengelolaan, pelaporan, pencatatan, dan berbagai kegiatan lainnya.

3. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Objek Wisata

Partisipasi sebagai salah satu elemen pengembangan objek wisata merupakan

proses adaptasi masyarakat terhadap perubahan yang sedang berjalan. Dengan

demikian partisipasi mempunyai posisi yang penting dalam pengembangan objek

wisata.Tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat dalam

pengembangan objek wisata, yaitu : (1) Partisipasi masyarakat merupakan salah satu

alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat

setempat, yang tanpa kehadirannya program pengembangan objek wisata dan proyek

akan gagal, (2) Masyarakat mempercayai program pengembangan objek wisata jika

dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih

mengetahui seluk beluknya, (3) Partisipasi merupakan hak demokrasi masyarakat

dalam keterlibatannya di pengembangan objek wisata.


63

Adapun partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata dapat

berbentuk sebagai macam, yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : (1)

Keterlibatan menentukan arah strategi dan kebijaksanaan pengembangan objek wisata

yang dilakukan pemerintah. Hal ini bukan saja berlangsung dalam proses politik,

tetapi juga dalam proses sosial, hubungannya antara kelompok kepentingan dalam

masyarakat, (2) Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam

pelaksanaan pengembangan objek wisata. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam hal

mobilisasi, kegiatan yang produktif serasi, dan pengawasan sosial atas jalannya

pengembangan objek wisata secara berkeadilan.Bagian-bagian daerah maupun

golongan masyarakat tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya di dalam kegiatan

produktif melalui perluasan kesempatan dan pembinaan.

Partisipasi masyarakat adalah hal yang ikut sertanya setiap orang suatu

kegiatan merupakan aktivitas dalam organisasinya untuk mencapai tujuan yang

mereka inginkan.Bila kita hubungkan dengan pengembangan objek wisata untuk

mencapai tujuan pengembangan objek wisata nasional yakni meningkatkan taraf

hidup masyarakat menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Masyarakat dalam kedudukannya bagi subjek

pengembangan objek wisata dituntut dalam memberikan sumbangan terhadap apa

yang dibutuhkan dalam pengembangan objek wisata. Kesediaan memberikan

sumbangan terhadap apa yang dibutuhkan dalam pengembangan objek wisata.


64

Kesediaan memberikan sumbangan ini begitu saja akan tetapi terdorong oleh

motivasi-motivasi tertentu yang dicapai.

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata

antara lain misalnya dalam bentuk tenaga atau fisik, ide atau pemikiran (perencanaan)

atau hanya sebatas mendukung dan menyetujui apa yang diprogramkan oleh

pemerintah.Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata antara

lain dalam bentuk tanaga atau fisik, dan juga masyarakat yang hanya menyetujui serta

mendukung proses pelaksanaan pengembangan objek wisata. Selain itu juga dapat

disimpulkan bahwa masyarakat yang dalam kategori golongan menengah keatas dan

kebawah memberiakan partisipasinya dalam pengembangan objek wisata dengan

terlibat langsung pada proses pelaksanaannya dalam bentuk tenaga atau fisik.
65

PENELITIAN TERDAHULU ATAU RELEVAN

No Penelitian Judul Tahun Hasil Penelitian


1 A Oktami Dewi Partisipasi 2013 Pengembangan Wisata
A. A.P Masyarakat dalam Bahari di Pulau
Pengembangan Kapoposang sudah
Objek Wisata banyak dikembangkan
Bahari di Pulau tetapi masih
Kapoposang memerlukan
Kabupaten perbaikan terutama
Pangkep dalam kondisi
ekonomi masyarakat
2 Farikhah Elida Pola 2005 Pola pengembangan
Pengembangan pariwisata di
Pariwisata yang Karimunjawa harus
Berbasis didasarkan pada
Masyarakat di prinsip konservasi,
Kepulauan partisipasi masyarakat
Karimunjawa dan ekonomi sejalan
dengan keberadaannya
sebagai Taman
Nasional
3 Yeni Susanti Partisipasi 2012 Goa Tabuhan
Masyarakat Lokal merupakan salah
dalam satu objek wisata
Pengembangan di Desa Wareng,
Objek Wisata Goa Kecamatan
Tabuhan Sebagai Punung,
Daerah Tujuan Kabupaten Pacitan
66

Wisata (Tourist yang berpotensi


Destination Area) untuk
di Desa Wareng dikembangkan
Kecamatan Punung menjadi Daerah
Kabupaten Pacitan Tujuan Wisata
(Tourist
Destination Area)
4 Mona El Sahawi Partisipasi 2015 Masyarakat terlibat
Masyarakat dalam dalam empat tahap
Pengembangan partisipasi yaitu, tahap
Desa Wisata dan pengambilan
Dampaknya keputusan, tahap
Terhadap pelaksanaan, tahap
Pengembangan pengambilan manfaat,
Ekonomi dan tahap evaluasi.
Masyarakat
Tabel 5.1 : Nilai Kebaharuan / Novelti Hasil Penelitian
BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilaksanakan di Kelurahan Balleangin Kabupaten

Pangkep sebagai partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan objek wisata

Taman Batu, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan bahwa :

1. Pengembangan objek wisata saat ini mengalami berbagai perubahan, baik

perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan

perjalanan, cara berfikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri.

2. Dalam konteks pengembangan ekonomi, sosial dan budaya di daerah,

pengembangan sektor objek wisata memiliki pengaruh positif bagi

pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu objek wisata dapat membantu

pelestarian nilai dan budaya lokal, serta berpotensi menjembatani perbedaan

sosial budaya dan kesenjangan ekonomi

3. Masyarakat sebagai komponen utama dalam pengembangan objek wisata

berbasis masyarakat mempunyai peranan penting dalam menunjang

pengembangan objek wisata daerah yang ditujukan untuk mengembangkan

potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi

masyarakat.

67
68

4. Fokus pengembangan objek wisata ini akan mampu memposisikan objek wisata

yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah sebagai destinasi utama objek

wisata di Kabupaten Pangkep.

B. Saran

1. Pemerintah

a. Bagi Pemerintah dan Lembaga Terkait dapat dimanfaatkan sebagai salah

satu referensi Pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Pangkep dalam

upaya perencanaan dan pengembangan pariwisata khususnya pada objek

wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin, Kabupaten Pangkep.

b. Diharapkan partisipasi pemerintah untuk ikut mendukung dan membantu

pengembangan objek wisata taman batu dengan menyiapkan sarana dan

prasarana yang dibutuhkan.

2. Bagi Masyarakat

a. Meningkatkan wawasan masyarakat Kabupaten Pangkep khusunya di

Kelurahan Balleangin, tentang sektor industri pariwisata. Meningkatkan

kesadaran masyarakat agar berpartisipasi dalam pengembangkan,

pengelolaan dan menjaga objek-objek wisata di Kelurahan Balleangin

Kabupaten Pangkep.

b. Memberi masukan kepada tokoh masyarakat, pemerintah, dinas pariwisata,

dan seluruh lembaga terkait di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep,


69

mengenai pentingnya pengembangan sektor industri pariwisata sebagai salah

satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Peneliti

Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti mengenai

pengembangan pada objek wisata Taman Batu di Kelurahan Balleangin,

Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep, sehingga dapat berpartisipasi bersama

masyarakat untuk menjaga kelestarian objek wisata tersebut.

4. Peneliti Selanjutnya

Dapat membantu peneliti selanjutnya untuk menambah wawasan dan

informasi mengenai partisipasi masyarakat dalam meningkatkan objek wisata

Taman Batu di Kelurahan Balleangin dan membantu untuk penelitian yang

relevan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan.


GrahaIlmu, Yogyakarta.

Adi, Isbandi Rukminto. 2007. Perencanaan partisipatoris berbasis aset komunitas:


dari pemikiran menuju penerapan. Depok: FISIP UI Press.

Aziz, Azril. 2003. Kajian Pengembangan Pariwisata Bahari Di Kelurahan Pulau


Kelapa Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Program Pasca Sarjana,
Institusi Pertanian Bogor.

Bagong, Suyanto. 2005. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana
Media Group.

Darmawati, Deni. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi


Terhadap Kualitas Implementasi Corporate GovernanceSimposium
Nasional Akuntansi 9 Padang . hal.1-23
Hamidi, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Universtas Muhammadiyah Malang
Perss. Malang.

Julisetiono, D.W. 2007. Makalah Perencanaan Pembangunan Pariwisata.


Disampaikan Dalam Diklat Peningkatan SDM Pelaku Desa Wisata Sleman

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.

Mardijono. 2008. Persepsi dan Partisipasi Nelayan terhadap Pengelolaan


Kawasan Konservasi Laut Kota Batam. Program Pasca sarjana
ManajemenSumberdaya Pantai Universitas Diponegoro, Semarang.

Nurhayati. 2005. Perencanaan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : Pt. Rineka


Cipta.

Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka


Pelajar. Yogyakarta

Panji dan Sudantoko Djoko. 2005. Kepariwisataan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pendit, S.Nyoman. 2002. Ilmu Pariwisata. Sebuah Pengantar Perdana.

70
Soekanto, Soerjono, Kamus Sosiologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993

Soetomo.2008. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Soetrisno, Loekman.2000. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius: Yogyakarta

Spillane, J.J., 1992. Komoditi Teh Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.


Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Deskrptif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suryono. 2004. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Penerbit Fakultas Kedokteran


Indonesia, Jakarta. Suryono, 2004. Penatalaksanaan Diabetes Melitus.
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.

Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi


Offset.

Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit ANDI Offset.

Tikson, 2001. Partisipasi Masyarakat dalam Manejemen Perkotaan. Makalah PPS


Unhas. Unhas, Makassa
Wardiyanto, 2011. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Lubuk Agung.
Bandung.

Widyasmi, Kartika. 2012. Strategi Pengelolaan Pariwisata Bahari Di Kecamatan


Bayah Kabupaten Lebak. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu PolitikUniversitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Serang.

Internet :

https://www.google.co.id/search?q=partisipasi+masyarakat+dalam+pengembanga
n+objek+wisata&sa

https://www.google.co.id/search?q=jurnal+partisipasi+masyarakat+dalam+penge
mbangan+pariwisata&sa

https://www.google.co.id/search?q=skripsi+partisipasi+masyarakat+dalam+penge
mbangan+pariwisata&sa

https://www.google.co.id/search?source=hp&q=partisipasi+masyarakat+lokal+dal
am+pengembangan+objek+wisata&oq
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Pedoman Wawancara

2. Daftar Informan

3. Data Hasil Penelitian

4. Persuratan

5. Dokumentasi

6. Daftar Riwayat Hidup

xvii
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan AlauddinNo. 256 Tlp. (0411) 860132 Makassar90221

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata

Taman Batu ?

2. Bagiamana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata

Taman Batu ?

3. Bagaimana dampak adanya pengembangan objek wisata Taman Batu ?

4. Bagaimana tanggapan bapak / ibu terhadap pengembangan objek wisata

Taman Batu ?

5. Bagaimana kesiapan masyarakat dalam partisipasi pengembangan objek

wisata Taman Batu ?

6. Bagaimana partisipasi pemerintah terhadap pengembangan objek wisata

Taman Batu ?

7. Bagaimana anda menanggapi tentang keberadaan objek wisata Taman Batu ?

8. Apakah dengan adanya objek wisata tersebut masyarakat dapat menerima

dengan baik pengembangannya ?

9. Bagaimana tanggapan pak lurah terhadap partisipasi masyarakat dalam

pengembangan objek wisata Taman Batu ?

10. Apakah proses pengembangan objek wisata Taman Batu berjalan efektif ?
PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No. 256 Tlp. (0411) 860132 Makassar 90221

DAFTAR INFORMAN

Berikut ini merupakan daftar informan yang ditemui oleh peneliti dalam
melakukan penelitian di Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep.

No Nama Umur Pekerjaan

1 Nur Ida, S.Ag 43 tahun Staf Lurah

2 Puang Monno 41 tahun Karyawan lurah

3 Supu 57 tahun Petani

4 Ismail 60 tahun Peternakan

5 Halijah 52 tahun IRT

6 Rahmi 35 tahun Wiraswasta

7 Hikmawati 28 tahun IRT

8 Akbar 37 tahun Peternak

9 Nur Azizah 22 tahun Mahasiswa

10 Awal 45 tahun Petani


Hasil Dokumentasi

Objek Wisata Taman Batu Kelurahan Balleangin Kabupaten Pangkep (15 Oktober
2017)

Foto Peneliti (15 Oktober 2017)


Wawancara dengan karyawan kelurahan (19 Oktober 2017)

Paraf Surat (19 Oktober 2017)


Tampak depan sebelum masuk Taman Batu (22 Oktober 2017)

Wawancara dengan Pak Supu selaku penjaga Taman Batu (24 Oktober 2017)
RIWAYAT HIDUP
Herlinda. Lahir di Ujung Mattajang, pada tanggal 9 Januari 1994.
Anak kedua dari tiga bersaudara dan merupakan buah kasih sayang
dari pasangan H. Idris dan Hj. Atirah. Penulis menempuh
Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 121 Ujung Mattajang mulai
tahun 2000 sampai tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di MTs As’Adiyah Puteri 1 Sengkang dan
tamat pada tahun 2010. Kemudian pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Masamba dan tamat
pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2017 penulis berhasil lulus pada Jurusan
Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar program strata 1 (S1) Kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai