Titik tengah pemantauan adalah -3.7038 S (Lintang Selatan) dan 115.3748 E (Bujur Timur). Posisi
ini merupakan titik pusat yang digunakan sebagai referensi dalam pengumpulan data petir lokal dari
II - 2
Jaringan Deteksi Petir Nasional (JADPEN) yang menggunakan teknologi Lightning Position and
Tracking System (LPATS). Data sambaran petir dari LPATS diambil untuk kurun 1 Januari 1999 sd
31 Oktober 2002
Kedua hal di atas sangat berguna untuk perancangan sistem proteksi baik eksternal maupun
internal, karena memberikan salah satu informasi parameter petir lokal yaitu arus puncak
(amplitude). Aplikasinya digunakan dalam perhitungan-perhitungan, seperti : konsep elektrogeometri,
lightning performance saluran udara, koordinasi isolasi dan desain pembatas surja ( arrester)
Amplitude Statistics
Data yang diambil adalah total sambaran selama kurun waktu 1999 sampai dengan 2002, dengan
ringkasan sebagai berikut :
1. Petir negatif memiliki jumlah kejadian tertinggi dengan jumlah sambaran 101634 sambaran,
mempunyai harga arus puncak petir terbanyak antara 28.5 – 113.3 kA. Arus petir negatif
ikutan (subsequent) mempunyai sekitar 19661 sambaran dengan harga arus puncak petir
antara 35.8 – 90 kA. Arus puncak petir negatif terbanyak adalah dengan nilai 45.1 – 56.8 kA.
2. Petir positif mempunyai jumlah sambaran terbanyak dengan 21274 sambaran, mempunyai
harga arus puncak petir antara 22.6 – 113.3 kA. Arus petir positif ikutan (subsequent)
mempunyai sekitar 3535 sambaran dengan harga arus puncak petir antara 35.8 – 71.5 kA.
Arus puncak petir dengan jumlah sambaran terbanyak adalah 45.1 – 56.8 kA.
II - 3
Hampir sama dengan variansi bulanan, statistik frekuensi memberikan informasi siklus petir harian.
Dengan mengetahui pola petir harian dapat diketahui pada waktu atau jam berapa biasanya petir
terjadi pada daerah yang dipantau. Lebih lanjut hal ini dapat diaplikasikan untuk siaga personil, jam
lembur dan persiapan tindakan antisipasi lainnya. Data statistik frekuensi ditampilkan per jam dalam
Coordinated Universal Time (UTC) yang kurang lebih + 7 jam dari Waktu Indonesia Barat (WIB).
Bulan dengan badai petir tertinggi adalah pada musim Pancaroba I ( yakni musim perubahan arah
pergerakan angin dari selatan ke utara arau sebaliknya) yang terjadi pada bulan Maret, April dan Mei
setiap tahunnya. Pada bulan September, Oktober dan November merupakan musim Pancaroba II.
II - 5
Petir umumnya terjadi setelah awan comulonimbus (Cb) yang menghasilkan muatan petir menjadi
matang. Karena proses terbentuknya petir itu memerlukan ;
1. Udara naik keatas (Up-draft) yang terjadi akibat pemanasan permukaan tanah oleh matahari.
2. Tersedianya aerosol dari garam laut atau polutan industri, pembakaran batubara atau kebakaran
hutan yang mempunyai sifat hygroskopis.
3. Adanya kelembaban yang bersama dengan butir aerosol naik keatas dan membentuk tetesan
air, butir es dan menjadi kristal es yang karena beratnya akan jatuh kembali ketanah. Gerakan
jatuh kebawah dari batu/kristal es akan menabrak butir air yang naik keatas., mengakibatkan
terjadinya pemisahan muatan listrik di awan.
Untuk statitik berikut ini diambil data petir pada kurun waktu tahun 1999.
Frequency Statistics
Dari data ini dapat diketahui statistik waktu terjadinya sambaran petir pada lokasi di daerah
Kalimanatan Selatan. Keadaan cuaca dan sambaran petir di daerah ini dipengaruhi oleh pergerakan
dari angin regional (monsun) dan angin lokal (angin laut / darat, angin lembah / gunung). Dengan
data ini maka untuk operasional pengaturan personil dapat di intensifkan sehingga “down-time”
menjadi pendek. Khususnya untuk gangguan petir pada tengah malam. Sambaran petir sangat
tergantung pada kondisi topografi di mana instalasi terpasang (localized).
II - 6
Dari data petir untuk daerah ini maka proses terbentuknya awan hujan dan badai petir (awan Cb)
juga dapat diuraikan sebagai fungsi waktu. Pelepasan muatan listrik dari awan ketanah atau
sebaliknya (sambaran) terjadi sebagai berikut (WIB) :
1. Mulai pukul 12.00 Wib sampai dengan pukul 17.00 Wib adalah sambaran petir terbanyak pada
periode I dalam satu hari, sedangkan intensitas pada periode ke II terjadi mulai pukul 21.00
sampai dengan 01.00 pagi.
2. Intensitas tertinggi terjadi pada :
Pada Periode I : Pukul 14.00 sampai pukul 16.00 Wib
Pada Periode II : Pukul 22.00 sampai pukul 23.00 Wib
Monthly Variant
Data ini sangat penting untuk mengetahui kerapatan sambaran petir pada daerah yang sangat luas
maupun terbatas (300 x 300 Km2). Dari data ini dapat disusun waktu pemeliharaan dan waktu
dimana tingkat kewaspadaan harus tinggi.
Dari statistik ini kita dapat mengetahui banyaknya kejadian petir setiap bulan dalam waktu satu
tahun. Aktifitas badai petir secara umum mengikuti pola musim yang berlaku di Indonesia. Mengingat
bahwa pola tersebut bisa berubah dari waktu ke waktu dan sangat bersifat lokal (localized) maka
Monthly Variant sambaran petir yang diberikan dapat dijadikan informasi akurat untuk mengetahui
aktifitas petir dari waktu ke waktu dalam menyusun program kerja atau predictive maintenace sesuai
untuk wilayah ini.
II - 7
Petir baru memulai siklus bulanannya pada bulan Februari, Maret, April dan Mei. Namun pada bulan
Desember dan Januari petir telah menunjukkan aktifitas tinggi, yang merupakan masa peralihan dari
musim petir kedua dengan musim petir pertama. Siklus kedua dimulai pada bulan September,
Oktober dan November, yang jumlah kejadiannya lebih sedikit dibandingkan siklus atau musim
pertama petir. Bulan dimana sambaran petir relatif lebih sedikit adalah pada bualn Juni, Juli dan
Agustus.
Gambar diatas penting untuk mengetahui jumlah sambaran petir perkilometer persegi yang akan
digunakan dalam perhitungan-perhitungan perikutnya. Secara total untuk wilayah ini sambaran
ketanah berkisar 2.5 sampai dengan 14 sambaran perkilometer persegi per tahun. Daerah Barat
Daya (Asam-Asam dan sekitarnya) dengan kisaran 1.5 – 10 sambaran per kilometer persegi per
tahun sedangkan Timur Laut (Batu Licin dan sekitarnya) lebih tinggi yaitu 3 – 16 sambaran per
kilometer persegi per tahun.
II - 9
II.5. Rangkuman Karakteristik Petir
Secara umum data petir di daerah ini dirangkum sebagai berikut :
Karakteristik Petir Polaritas Negatif Polaritas Positif
Maksimum 340.2 290.52
Probability 85% 43.2 34
Arus Puncak Probability 50% 61 56
Probability 2% 140 168
Rata - Rata 69.3 63
Kerapatan Sambaran Total (sambaran/km2/tahun) 2.5 - 16
Sebagai pembanding lain, untuk daerah tropis di kitaran garis khatulistiwa, berikut ini adalah karakteristik petir di Propinsi
Riau (2001-2002) :
Karakteristik Petir Polaritas Negatif Polaritas Positif
Maksimum 304.8 kA 253 kA
Arus Puncak ( i ) Probability 50 % 60 kA 63 kA
Probability 2 % 180 kA 199 kA
Rata-rata 68.06 kA 59.97 kA
Kecuraman Maksimum 575 kA/s 255 kA/s
(di/dt) Probability 50 % 30 kA/s
2
Kerapatan Sambaran Total (sambaran/km /tahun) 10 – 20
*)LAPI ITB, Studi Sistem Pengaman Petir di PT Caltex Pacific Indonesia, Final Report, Oktober 2002