Anda di halaman 1dari 9

II - 1

BAB II Tinjauan Data Petir

II.1. Kriteria Pengambilan Data


Daerah yang dipantau adalah rencana Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV jalur Asam-Asam –
Batu Licin, milik PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah, dengan perincaian
sebagai berikut :
LOKASI : RENCANA SUTT 150 kV JALUR ASAM-ASAM – BATU LICIN,
KALIMANTAN SELATAN
POSISI : -3.7038 S, 115.3748 E
LUAS : 300 X 300 KM2
BATAS BARAT : 114.0197 E BATAS TIMUR : 116.7299 E
BATAS UTARA : -2.3540 S BATAS SELATAN : -5.0536 S

Jalur Asam-Asam – Batu Licin di Kalimantan Selatan

Titik tengah pemantauan adalah -3.7038 S (Lintang Selatan) dan 115.3748 E (Bujur Timur). Posisi
ini merupakan titik pusat yang digunakan sebagai referensi dalam pengumpulan data petir lokal dari
II - 2
Jaringan Deteksi Petir Nasional (JADPEN) yang menggunakan teknologi Lightning Position and
Tracking System (LPATS). Data sambaran petir dari LPATS diambil untuk kurun 1 Januari 1999 sd
31 Oktober 2002

II.2. Amplitude Statistics & Probability


Statistik arus puncak menunjukan hubungan arus puncak petir (dalam kilo Ampere, kA) terhadap
jumlah kejadian sambaran petir, serta hubungan dengan probabilitas kejadiannya.
1. Jumlah kejadian sambaran petir menunjukan jumlah sambaran pada range amplituda
(puncak) arus petir tertentu. Arus puncak yang diberikan adalah sambaran petir negatif dan
positif, masing-masing sambaran pertama (1 st) dan susulannya (subsequent)
2. Probabilitas arus puncak adalah presentase yang menunjukkan kejadian sambaran petir
dengan arus puncak lebih besar dari nilai tertentu ( greather than value). Misal untuk arus x
kA, probabilitasnya y %. Maksudnya : y % arus puncak petir adalah lebih besar dari x kA.
Arus puncak yang diberikan adalah sambaran petir negatif dan positif, masing-masing
sambaran pertama (1st) dan sambaran susulannya (subsequent)

Kedua hal di atas sangat berguna untuk perancangan sistem proteksi baik eksternal maupun
internal, karena memberikan salah satu informasi parameter petir lokal yaitu arus puncak
(amplitude). Aplikasinya digunakan dalam perhitungan-perhitungan, seperti : konsep elektrogeometri,
lightning performance saluran udara, koordinasi isolasi dan desain pembatas surja ( arrester)

Amplitude Statistics
Data yang diambil adalah total sambaran selama kurun waktu 1999 sampai dengan 2002, dengan
ringkasan sebagai berikut :
1. Petir negatif memiliki jumlah kejadian tertinggi dengan jumlah sambaran 101634 sambaran,
mempunyai harga arus puncak petir terbanyak antara 28.5 – 113.3 kA. Arus petir negatif
ikutan (subsequent) mempunyai sekitar 19661 sambaran dengan harga arus puncak petir
antara 35.8 – 90 kA. Arus puncak petir negatif terbanyak adalah dengan nilai 45.1 – 56.8 kA.
2. Petir positif mempunyai jumlah sambaran terbanyak dengan 21274 sambaran, mempunyai
harga arus puncak petir antara 22.6 – 113.3 kA. Arus petir positif ikutan (subsequent)
mempunyai sekitar 3535 sambaran dengan harga arus puncak petir antara 35.8 – 71.5 kA.
Arus puncak petir dengan jumlah sambaran terbanyak adalah 45.1 – 56.8 kA.
II - 3

Probability of Lightning Peak Current


Angka probabilitas merupakan angka yang menyatakan probabilitas kejadian sambaran petir untuk
berbagai nilai arus dengan mengambil nilai distribusi kumulatif dari arus yang terjadi di daerah
Kalimantan Selatan. Grafik probabilitas yang terjadi merupakan grafik monoton turun dengan nilai
positif. Grafik tersebut dapat dilihat dibawah ini :
II - 4
Berdasarkan grafik terlihat bahwa nilai arus untuk probabilitas kejadian petir negatif dan positif untuk
sambaran pertama dan susulannya. Arus petir negatif memiliki probabilitas keterjadian yang lebih
besar untuk arus puncak yang sama dibandingkan dengan petir positif. Pada petir negatif pertama
untuk probabilitas 50% memiliki arus puncak yang sama dan lebih besar dari 61 kA, dibandingkan
dengan petir positif pertama yang mendekati 56 kA.

II.3. Monthly Variant & Frequency Statistics


Variansi bulanan sambaran petir menunjukkan hubungan sebaran kejadian petir terhadap waktu
(bulan). Dari hubungan ini dapat diperoleh informasi siklus kejadian petir bulanan, pada bulan-bulan
apa siklus petir maksimum dan minimum, kapan dimulainya siklus petir pada daerah yang dipantau
dan sebagainya. Dengan mendapatkan pola siklus ini, lebih lanjut dapat dimanfaatkan untuk hal-hal
yang bersifat jadwal atau waktu untuk perawatan (maintenance), peningkatan sistem proteksi dari
suatu instalasi dan terkait pula dengan ketersediaan sumber daya manusia, pembagian jam kerja,
jadwal cuti serta tindakan antisipatif terhadap bahaya dan gangguan yang dapat ditimbulkan oleh
sambaran petir.

Hampir sama dengan variansi bulanan, statistik frekuensi memberikan informasi siklus petir harian.
Dengan mengetahui pola petir harian dapat diketahui pada waktu atau jam berapa biasanya petir
terjadi pada daerah yang dipantau. Lebih lanjut hal ini dapat diaplikasikan untuk siaga personil, jam
lembur dan persiapan tindakan antisipasi lainnya. Data statistik frekuensi ditampilkan per jam dalam
Coordinated Universal Time (UTC) yang kurang lebih + 7 jam dari Waktu Indonesia Barat (WIB).

Petir Tropis Indonesia


Angin regional bergerak dari daerah tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah. Pada musin
hujan dan basah angin akan bergerak dari daerah utara di Asia tengah menuju ke selatan melalui
perairan dan kepulauan Indonesia pada bulan-bulan September sampai dengan February,
sebaliknya pada musim kemarau angin bergerak setiap 6 bulan sekali ke utara dari benua Australia
pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus.

Bulan dengan badai petir tertinggi adalah pada musim Pancaroba I ( yakni musim perubahan arah
pergerakan angin dari selatan ke utara arau sebaliknya) yang terjadi pada bulan Maret, April dan Mei
setiap tahunnya. Pada bulan September, Oktober dan November merupakan musim Pancaroba II.
II - 5
Petir umumnya terjadi setelah awan comulonimbus (Cb) yang menghasilkan muatan petir menjadi
matang. Karena proses terbentuknya petir itu memerlukan ;
1. Udara naik keatas (Up-draft) yang terjadi akibat pemanasan permukaan tanah oleh matahari.
2. Tersedianya aerosol dari garam laut atau polutan industri, pembakaran batubara atau kebakaran
hutan yang mempunyai sifat hygroskopis.
3. Adanya kelembaban yang bersama dengan butir aerosol naik keatas dan membentuk tetesan
air, butir es dan menjadi kristal es yang karena beratnya akan jatuh kembali ketanah. Gerakan
jatuh kebawah dari batu/kristal es akan menabrak butir air yang naik keatas., mengakibatkan
terjadinya pemisahan muatan listrik di awan.

Untuk statitik berikut ini diambil data petir pada kurun waktu tahun 1999.

Frequency Statistics
Dari data ini dapat diketahui statistik waktu terjadinya sambaran petir pada lokasi di daerah
Kalimanatan Selatan. Keadaan cuaca dan sambaran petir di daerah ini dipengaruhi oleh pergerakan
dari angin regional (monsun) dan angin lokal (angin laut / darat, angin lembah / gunung). Dengan
data ini maka untuk operasional pengaturan personil dapat di intensifkan sehingga “down-time”
menjadi pendek. Khususnya untuk gangguan petir pada tengah malam. Sambaran petir sangat
tergantung pada kondisi topografi di mana instalasi terpasang (localized).
II - 6
Dari data petir untuk daerah ini maka proses terbentuknya awan hujan dan badai petir (awan Cb)
juga dapat diuraikan sebagai fungsi waktu. Pelepasan muatan listrik dari awan ketanah atau
sebaliknya (sambaran) terjadi sebagai berikut (WIB) :
1. Mulai pukul 12.00 Wib sampai dengan pukul 17.00 Wib adalah sambaran petir terbanyak pada
periode I dalam satu hari, sedangkan intensitas pada periode ke II terjadi mulai pukul 21.00
sampai dengan 01.00 pagi.
2. Intensitas tertinggi terjadi pada :
Pada Periode I : Pukul 14.00 sampai pukul 16.00 Wib
Pada Periode II : Pukul 22.00 sampai pukul 23.00 Wib

Monthly Variant
Data ini sangat penting untuk mengetahui kerapatan sambaran petir pada daerah yang sangat luas
maupun terbatas (300 x 300 Km2). Dari data ini dapat disusun waktu pemeliharaan dan waktu
dimana tingkat kewaspadaan harus tinggi.

Dari statistik ini kita dapat mengetahui banyaknya kejadian petir setiap bulan dalam waktu satu
tahun. Aktifitas badai petir secara umum mengikuti pola musim yang berlaku di Indonesia. Mengingat
bahwa pola tersebut bisa berubah dari waktu ke waktu dan sangat bersifat lokal (localized) maka
Monthly Variant sambaran petir yang diberikan dapat dijadikan informasi akurat untuk mengetahui
aktifitas petir dari waktu ke waktu dalam menyusun program kerja atau predictive maintenace sesuai
untuk wilayah ini.
II - 7
Petir baru memulai siklus bulanannya pada bulan Februari, Maret, April dan Mei. Namun pada bulan
Desember dan Januari petir telah menunjukkan aktifitas tinggi, yang merupakan masa peralihan dari
musim petir kedua dengan musim petir pertama. Siklus kedua dimulai pada bulan September,
Oktober dan November, yang jumlah kejadiannya lebih sedikit dibandingkan siklus atau musim
pertama petir. Bulan dimana sambaran petir relatif lebih sedikit adalah pada bualn Juni, Juli dan
Agustus.

II.4. Flash Density


Flash density atau kerapatan sambaran adalah peta yang menunjukkan jumlah sambaran petir per
tahun dalam window yang besar. Perbedaan warna menunjukkan harga kerapatan sambaran yang
berbeda. Kerapatan sambaran ditunjukkan sebagai jumlah sambaran per kilometer persegi per
tahun. Dari data ini dapat diperoleh informasi berapa jumlah sambaran petir terjadi pada suatu
daerah yang dipantau. Ada dua peta yang diberikan yaitu kerapatan sambaran untuk semua jenis
sambaran (positif, negati dan awan) dan kerapatan sambaran untuk sambaran petir ke tanah (positif
dan negatif) yang dikenal dengan Ng (number flash to ground) atau GFD (ground flash density).
Informasi ini sangat berharga untuk melakukan analisis keperluan proteksi petir, analisa resiko
sambaran petir, lightning performance saluran udara dan sebagainya.

All Stroke Density


II - 8
Dari data ini terlihat kerapatan sambaran tertinggi cenderung digaris pantai sepanjang Asam-Asam
sampai Batu Licin. Intensitas tertinggi adalah dikawasan menjelang Pagatan sampai dengan Batu
Licin.

Ground Flash Density

Gambar diatas penting untuk mengetahui jumlah sambaran petir perkilometer persegi yang akan
digunakan dalam perhitungan-perhitungan perikutnya. Secara total untuk wilayah ini sambaran
ketanah berkisar 2.5 sampai dengan 14 sambaran perkilometer persegi per tahun. Daerah Barat
Daya (Asam-Asam dan sekitarnya) dengan kisaran 1.5 – 10 sambaran per kilometer persegi per
tahun sedangkan Timur Laut (Batu Licin dan sekitarnya) lebih tinggi yaitu 3 – 16 sambaran per
kilometer persegi per tahun.
II - 9
II.5. Rangkuman Karakteristik Petir
Secara umum data petir di daerah ini dirangkum sebagai berikut :
Karakteristik Petir Polaritas Negatif Polaritas Positif
Maksimum 340.2 290.52
Probability 85% 43.2 34
Arus Puncak Probability 50% 61 56
Probability 2% 140 168
Rata - Rata 69.3 63
Kerapatan Sambaran Total (sambaran/km2/tahun) 2.5 - 16

Sedangkan data karakteristik petir tropis di Indonesia adalah sebagai berikut :


Karakteristik Petir Polaritas Negatif Polaritas Positif
Maksimum Tangkuban Perahu 280 kA 298 kA
Arus Puncak ( i ) Jawa Barat 335 kA 392 kA
Probability 50 % 40 kA 18 kA
Rata-rata 41 kA 30 kA
Kecuraman Maksimum 119 kA/s 120 kA/s
(di/dt) Probability 50 % 30 kA/s 20 kA/s
2
Kerapatan Sambaran (sambaran/km /tahun) 4,1 – 12,4 1,5 – 3,8
2
Kerapatan Sambaran Total (sambaran/km /tahun) 7,9 – 15,5
*) Zoro, R., “Karakteristik Petir dan Kondisi Cuaca di Daerah Tropis – Kasus Gn. Tangkuban Perahu”, Disertasi Doktor,
Insitut Teknologi Bandung, September 1999

Sebagai pembanding lain, untuk daerah tropis di kitaran garis khatulistiwa, berikut ini adalah karakteristik petir di Propinsi
Riau (2001-2002) :
Karakteristik Petir Polaritas Negatif Polaritas Positif
Maksimum 304.8 kA 253 kA
Arus Puncak ( i ) Probability 50 % 60 kA 63 kA
Probability 2 % 180 kA 199 kA
Rata-rata 68.06 kA 59.97 kA
Kecuraman Maksimum 575 kA/s 255 kA/s
(di/dt) Probability 50 % 30 kA/s
2
Kerapatan Sambaran Total (sambaran/km /tahun) 10 – 20
*)LAPI ITB, Studi Sistem Pengaman Petir di PT Caltex Pacific Indonesia, Final Report, Oktober 2002

Anda mungkin juga menyukai