A. Makna Melayani
Dr. Lie Augustinus Dharmawan, Peduli Kaum Pinggiran
LABUAN BAJO, FBC- Keprihatinan terhadap kaum pinggiran yakni mereka yang miskin dan termarjinal
telah mendorong Dr. Augustinus Dharmawan, Phd, FICF, SpB, SpBTKV mengabdikan diri tanpa pamrih
dengan memberikan pelayanan medis secara gratis kepada ribuan masyarakat miskin di desa-desa di
seluruh wilayah Indonesia. Untuk mempermudah aktivitas pelayanan medis, ia mendirikan sebuah wadah
yakni Yayasan Doctor Share (share accessible health and care) yang berkedudukan di Jakarta. “Saya
terpanggil untuk melayani mereka yang miskin dan terpinggirkan. Saya terpanggil untuk mengabdikan diri
untuk masyarakat kita yang sebagian besar masih hidup dalam kemiskinan terutama anak-anak. Mereka
harus diselamatkan dari kematian terutama karena malnutrisi,” ujar Dr. Lie demikian ia biasa disapa ketika
berbincang-bincang dengan FBC di Labuan Bajo, Sabtu pekan lalu. Keprihatinan terhadap kaum miskin
dan terpinggirkan merupakan panggilan jiwa Dr. Lie untuk memberikan diri sepenuhnya melayani orang-
orang sakit. Ia berkeliling Indonesia memberikan pertolongan medis secara gratis. Dr, Lie, adalah seorang
ahli bedah dan telah menghabiskan waktu dan tenaga untuk melayani masyarakat miskin di seluruh
Indonesia. Ia berjalan dari kampung ke kampung untuk melayani mereka
yang sakit dan menderita. Ia sudah menjelajahi separuh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Ia mengaku selama menjalankan pelayanan medis, ia menghadapi berbagai tantangan dan halangan
terutama tantangan alam yang sering tidak bersahabat. Namun ia mengaku kekuatan Tuhan telah
menuntun perjalanan dan karya luhurnya melayani sesama. Pengagum berat Muder Theresa dari Kalkuta
ini menyatakan, NTT termasuk wilayah yang mendapatkan pelayanan dari yayasannya karena daerah NTT
merupakan salah satu daerah paling tertinggal di Indonesia selain Papua dan Maluku. Di NTT sejumlah
daerah telah ia kunjungi seperti Atambua di pulau Timor dan Manggarai Barat di Flores. Kata dia, manusia
tentu saja menghadapi banyak persoalan namun persoalan tersebut bukanlah untuk dihindari melainkan
untuk diatasi. Ia mengaku sejak Yayasan ini didirikan pada tahun 2008 lalu, sudah ribuan pasien yang
mendapatkan pelayanan secara gratis. Dalam tugas pelayanan itu ditemukan beragam penyakit mulai dari
penyakit yang ringan sampai yang berat seperti penyakit kanker. Atas dedikasi dan pelayanan tanpa
pamrih itu pada tahun 2011 lalu, ia mendapat
penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) karena berhasil menolong pasien secara gratis
sebanyak 12.380 orang pasien. Dokter ahli bedah yang tampil low profile itu mengatakan, Indonesia
semestinya tidak boleh miskin dan menderita kalau semua orang termasuk pemerintah peduli pada
mereka yang miskin dan terpinggirkan. Manusia Indonesia harus sehat secara rohani, jasmani, dan
spiritualnya. Untuk mendukung karya pelayanan, yayasan telah merancang sebuah kapal laut untuk
dijadikan rumah sakit terapung. Rumah sakit itu untuk melayani masyarakat di wilayah-wilayah terpencil
terutama masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil di seluruh Indonesia. “Kami sudah punya rumah
sakit terapung tapi, kami tidak datang bersama kapal
karena cuaca buruk. Tapi ke depan kami akan melakukan pelayanan di atas kapal yang sudah tersedia.
Dengan adanya rumah sakit terapung, masyarakat di pulau-pulau akan mendapatkan pelayanan
kesehatan tanpa harus ke darat,” ujarnya. (Kornelius Rahalaka)
http://www.floresbangkit.com/2012/08/dr-lie-augustinus-dharmawan-peduli-kaum-pinggiran/
Mengapa Dr. Lie Augustinus Dharmawan mengagumi Mother Theresa dari Calcuta?
Karena Mother Theresa dari Calcuta yang memberikan teladan bagaimana kita harus
peduli terhadap sesama kita yang miskin dan terlantar, ia memprioritaskan kaum miskin
dan tertindas di atas kepentingannya. Mother Theresa membuktikan bahwa kekuatan
melayani dan kerendahan hati dapat menjadikan mereka sumber kehidupan bagi banyak
jiwa.
35Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: “Guru,
kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” 36Jawab-Nya kepada mereka:
“Apa yang kamu kehendaki, Aku perbuat bagimu?” 37Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk
dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.
38Tetapi kata Yesus kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum
cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” 39 Jawab mereka:
“Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka:
“Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang
harus Kuterima. 40Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak
memberikannya. Itu akan diberikan kepada orangorang bagi siapa itu telah disediakan”. 41Mendengar itu
kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. 42Tetapi Yesus memanggil
mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah
rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas
mereka 43Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah
ia menjadi pelayanmu, 44dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia
menjadi hamba untuk semuanya. 45Karena anak manusia
juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang.”
Salah satu tugas Gereja adalah melayani. Sebutkan ciri-ciri pelayanan Gerejaitu?
a. Bersikap sebagai pelayan. Yesus menyuruh para murid-Nya selalu bersikap sebagai yang paling
rendah dari semua dan sebagai pelayan dari semua. Yesus sendiri memberi teladan dan
menerangkan bahwa demikianlah kehendak Bapa. Menjadi pelayanan adalah sikap iman yang
radikal.
b. Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru. Ciri religius pelayanan Gereja ialah menimba
kekuatannya dari sari teladan Yesus Kristus
c. Orientasi pelayanan Gereja terutama ditunjukkan kepada kaum miskin. Dalam usaha pelayanan
kepada kaum miskin janganlah mereka menjadi objek belas kasihan, yang pokok adalah harkat,
martabat dan harga diri, bukan kemajuan-kemajuan dan bantuan spiritual/sosial yang hanya sarana.
d. Kerendahan hati. Dalam pelayanan, Gereja (kita) harus tetap bersikap rendah hati. Gereja tidak
boleh berbangga diri, tetapi tetap melihat dirinya sebagai hamba yang tak berguna
Bentuk-bentuk pelayanan Gereja Katolik Indonesia untuk masyarakat luas antara lain;
Tentukan satu tindakan konkret yang dapat engkau lakukan dalam kaitan dengan
pelayanan di lingkungan atau Komunitas Umat Basis atau di sekolahmu
Tindakan konkret yang dapat saya lakukan dalam kaitan dengan pelayanan di lingkungan
adalah melakukan bantuan yang bisa diberikan kepada korban bencana dengan
memberikan dana atau kebutuhan pokok untuk menyalurkan berkat, yaitu dengan
memberikan bantuan nyata semampu kita dan berpartisipasi dalam bakti sosial.