Anda di halaman 1dari 2

PANDANGAN ENSENSIALISME DALAM PENDIDIKAN

Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi
pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan
kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang
bisa dijadikan ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah perkembangannya
kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan
sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai
dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di masyarakat.[6]
            Fungsi utama sekolah adalah untuk membina suatu tempat refrensi untuk anak didik dalam
menghadapi ilmu pengetahuan dan trsdisi yang sudah berkembang sedemikian rupa. Sekolah tinggal
merealisasikannya, mengadakan seleksi dan menentukan apa yang sebenarnya baik dan benar untuk
dipelajari anak didik.[7]
1.      Pandangan dan Penerapan Esensialisme Dalam Bidang Pendidikan
a.       Pandangan esensialisme mengenai belajar
Idealisme sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan
menitikberatkan pada individu tersebut. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf
permulaan adalah memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif.
Dengan mengambil landasan fikir, belajar  dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada
sendirinya sebagai substansi spiritual yang jiwanya membina dan menciptakan diri sendiri. Belajar
adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul
untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya.
Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis, yaitu determinasi
mutlak dan determinasi terbatas. Determinisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami
hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk
dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang
harmonis. Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar.
Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan
adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan.
b.      Pandangan Esensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil
dan organisasi yang kuat. Kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang
ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan
kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan
sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Menurut Essensialisme: “Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan sistematis yang didasarkan pada
target yang tidak dapat dikurangi sebagai suatu kesatuan pengetahuan, kecakapan- kacakapan   dan 
sikap  yang  berlaku  di  dalam  kebudayaaan  yang  demokratis. Kurikulum dibuat memang sudah
didasarkan pada urgensi yang ada di dalam kebudayaan tempat hidup si anak”.
c.       Peranan Sekolah menurut Essensialisme
Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan  prinsip-prinsip dan
lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya serta  membina kembali tipe dan
mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina  kemampuan penyesuaian diri individu
kepada masyarakatnya dengan menanamkan pengertian tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan
dan ilmu pengetahuan.
d.      Penilaian Kebudayaan menurut Essensialisme
Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan  bahwa lembaga-lembaga
dan praktik-praktik kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi harapan zaman
modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaannya, harus diusahakan melalui
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai