Anda di halaman 1dari 52

Nama: I Wayan Agung Setiawan

Nim : A40120205
Kelas : E

Contoh Proposal Kgiatan :

PANITIA PELAKSANA
MAHASISWA KKS DAN KARANG TARUNA
DESA SOGINTI KEC. PAGUAT KAB. POHUWATO

Gorontalo,
November 2018
Hal : Permohonan Dana
Lam : 1-Eks
Kepada Yth,

Di-
Tempat
Assalamualaikum Wr.Wb.
Teriring salam dan do’a semoga dalam menjalankan aktifitas keseharian
kita senantiasa mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin
Sehubungan dengan diadakannya pelaksanaan kegiatan “Olahraga,
kesenian dan kerohanian” Oleh Mahasiswa KKS dan Karang Taruna desa
Soginti maka dengan ini memohonkan bantuan dana demi kelancaran kegiatan
tersebut.
Demikan Surat permohonan ini kami buat, atas bantuan dan kerjasamanya
diucapkan banyak terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Koordinator Desa Ketua


Panitia

Tri Kurniawan Mahmud Ikhfan


Suleman
NIM. 321 415 057 NIM: 151
415 069

Kepala Desa Ketua


Karang Taruna

Iradat Bagi Feriyanto


Andjulangi

I. Latar Belakang
Kebutuhan manusia meliputi kebutuhan jasmani dan rohani.
Kebutuhan rohani tidak hanya kebutuhan religius tentang manusia dan
penciptanya, tetapi termasuk kebutuhan batin lainnya yang harus dipenuhi
agar manusia dapat menjalankan dan menikmati hidupnya. Hobi
merupakan salah satu kebutuhan batin tersebut. Sejak kecil manusia sudah
diberi kemampuan khusus atau yang biasa disebut bakat. Bakat tersebut
meliputi berbagai macam bidang. Dengan seiringnya waktu bakat tersebut
menjadi sebuah kebiasaan yang menjadikannya sebuah hobi. Hobi dapat
timbul karena suatu bakat tersebut, tetapi juga dapat terbentuk dari faktor
lingkungan di sekitarnya. Dewasa ini sudut pandang manusia terhadap hobi
sangatlah penting. Bahkan hobi sudah menjadi bagian dari hidup.
Seseorang akan rela menghabiskan waktu, uang dan tenaga hanya sekedar
untuk memuaskan hobinya.
Hal ini menimbulkan kesempatan bisnis tersendiri yang sangat
menguntungkan, mulai dari bisnis sebagai penyedia kebutuhan atau
perlengkapan penunjang hobi tersebut sebagai life style yang bersifat
hiburan, untuk perkembangan desa khususnya Desa Soginti.

Unit kegiatan mahasiswa terdiri dari 3 kelompok minat :


1. Unit kegiatan Olahraga
Contoh : - Sepak Bola U12
- Bola Kaki Dangdut
- Lomba lari Karung
- Tarik Tambang
2. Unit kegiatan kesenian
Contoh : - Lomba Adzan
- Busana Muslim
3. Unit kegiatan Khusus
Contoh : - Cerdas Cermat
- Tobelo

II. Tujuan.
Tujuan di selenggarakannya kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan potensi masyarakat dalam kegiatan olahraga dan
kesenian
2. Wujud kepedulian mahasiswa KKS kepada masyarakat Desa Sogonti
3. Mengembangkan minat dan bakat masyarakat Desa Soginti
4. Menyalurkan potensi dalam bidang Olahraga dan Kesenian

III. Tema Kegiatan.


Sesuai dengan latar belakang kegiatan yang telah dijelaskan di atas,
maka kami memberikan tema kegiatan ini dengan tema “
Menumbuhkembangkan Potensi Minat Dan Bakat Anak-Anak
Dalam Menuju Masa Depan Yang Cemerlang Demi Masa Depan
Bangsa ”.

IV. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.

Hari/Tanggal : Minggu, 04 November 2018


Waktu : 06.30 s/d selesai
Tempat : Lapangan

V. Peserta.
Peserta dari kegiatan ini adalah siswa siswi SD sederajat dan seluruh
masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

VI. Anggara Biaya


ESTIMASI ANGGARAN

N Rp Rp JUMLA
O BIDANG VOLUME . SATUAN . H
1 Kegiatan
Olahraga
 Bola Kaki 2 Buah Rp 300.000 Rp 600.000
 Tarik 10 Meter . 10.000 . 100.000
Tambang 5 Buah Rp 10.000 Rp 50.000
 Lari Karung Karung . .
Rp Rp
Cerdas Cermat 50.000 200.000
. .
 Bell 4 Buah 70.000 70.000
1 Rim 50.000 50.000
 Kertas HVS
1 Set Rp 62.500 Rp 125.000
 Alat Tulis
2 . .
Menulis
(Hitam,Warna Rp Rp
 Tinta Print
) . .
Rp Rp
. .
Rp Rp
. .
JUMLA Rp
1.195.000
H .
Perlengkapan
2

 Peminjaman 7 Hari Rp 300.000 Rp 2.100.000


Sound 40 BUAH . 4.000 . 160.000
 ID CARD 4X2,5 Rp 25.000 Rp 250.000
 BALIHO 5 Liter Rp 10.000 Rp 50.000

 Transportasi 1 Rim Rp 100.000 Rp 100.000

 Piagam Banyak Rp 300.000 Rp 300.000

Penghargaan 2 Kotak/7 Rp 200.000 Rp 1.400.000


Hari Rp 200.000 Rp 1.400.000
 Dekorasi
1 Buah Rp Rp
 Tenda
Parlet/7 Hari 1.000 200.000
 Lighting
200 Buah Rp Rp
 Peminjaman
Kursi
JUMLAH Rp 5.960.000
.
3. SEKSI
KONSUMSI

 Konsumsi 40 Orang Rp 7.000 Rp 280.000


Panitia 1 Dos . 100.000 . 100.000
 Aqua Botol 3 Dos Rp 25.000 Rp 75.000
 Aqua Gelas . .
Rp Rp
.
JUMLAH Rp 455.000
.
Rp 7.610.000
JUMLAH KESELURUHAN .
Terbilang: (Tujuh juta enam ratus sepuluh ribu rupiah )

VII. Penutup

Dengan Rahmat dan Hidayah Tuhan Yang Maha Esa serta


partisipasi dari semua pihak yang ikut mensukseskan terselenggaranya
kegiatan tersebut kami ucapkan terima kasih. Demikian proposal kegiatan
ini dibuat, semoga dengan adanya proposal ini dapat menjadi gambaran
jelas akan sebuah kegiatan yang akan diselenggarakan.
Besar harapan kami atas dukungan dan kerjasama seluruh peserta
dalam kegiatan ini, serta segenap mahasiswa KKS dan Karang Taruna
dalam lancar dan suksesnya kegiatan ini.
Jenis Kegiatan yang Dilombakan
1. Bola Kaki U12 5. Adzan
2. Bola Kaki Dangdut 6. Busana Muslim
3. Tarik Tambang 7. Tobelo
4. Lari Karung 8. Cerdas Cermat
Contoh Proposal Ilmiah:
PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI
SE-KECAMATAN KOTA TENGAH
KOTA GORONTALO

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti ujian proposal


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh
NI LUH DIAN P DEWI
NIM. 151 415 052

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan yang Maha Esa karena atas izin dan
kehendak-Nya semata, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kota Tengah Kota
Gorontalo”. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi
persyaratan akademis dalam menempuh ujian sarjana pendidikan pada Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Gorontalo.
Dalam pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini, tidak jarang
penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat rahmat dan petunjuk-
Nya, serta kemauan dan kesungguhan hati, dan juga arahan dan bimbingan dari
dosen pembimbing yaitu Gamar Abdullah, S.Si, M.Pd dan Dr. Isnanto, S.Pd,
M.Ed selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II, sehingga segala
hambatan dan kesulitan dapat teratasi.
Untuk itu melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan segala
kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Drs. John Hendry, M.Si, Phd selaku PLT Rektor Universitas Negeri
Gorontalo.
2. Prof. Dr. Ir. H. Mahludin H. Baruwadi, M.P, Dr. Fence M Wantu, SH, MH,
Dr.Udin Hamim, S.Pd, M.Si, Prof. Dr Hasanuddin Fatsah, M.Hum, selaku
Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, Wakil Rektor IV
Universitas Negeri Gorontalo
3. Prof. Dr. Hj. Wenny Hulukati, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP) Universitas Negeri Gorontalo.
4. Dr. Arwildayanto, M.Pd, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Gorontalo, Dra Hj. Tuti Wantu M.Pd Kons selaku Wakil
Dekan II Fakultas Ilmu Pendidikan Universistas Negeri Gorontalo, dan Dr.
Sukirman Rahim, S.Pd, M.Si. Selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
5. Dr. Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
6. Dr. Isnanto, S.Pd, M.Ed selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar sekaligus selaku Pembimbing II.
7. Dra. Elmia Umar, M.Pd selaku Penasehat Akademik dalam melaksanakan
kegiatan perkuliahan.
8. Gamar Abdullah, S.Si, M.Pd selaku pembimbing I
9. Seluruh staf Dosen dan staf Tata Usaha Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD) Universitas Negeri Gorontalo
10. Kepala Sekolah SDN Se-Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yang telah
mengizinkan saya melaksanakan penelitian di sekolah.
11. Guru Wali Kelas V SDN Se-Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yang
telah membantu dan membimbing saya.
12. Staf dewan guru dan tata usaha SDN Se-Kecamatan Kota Tengah Kota
Gorontalo yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
13. Untuk adik-adik siswa kelas V SDN Se-Kecamatan Kota Tengah Kota
Gorontalo, terima kasih atas partisipasinya.
14. Orang tua tercinta, adik-adik tersayang, seluruh keluarga dan kerabat yang tak
henti-hentinya mendukung dan mendoakan.
15. Sahabat-sahabatku seperjuangan tercinta (Yuni, Wani, Maya, Eka, Sulis, Dani,
Aisyah, Mita) dan Kak Dwi yang selalu membantu dan bersama-sama
menyelesaikan tugas.
16. Teman-temanku senasib dan seperjuangan Kelas D angkatan 2015 dan seluruh
mahasiswa jurusan pendidikan guru sekolah dasar angkatan 2015/2019 yang
tidak sempat disebutkan namanya satu-persatu.
17. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik di UKMH-DNC dan PC KMHDI
Kota Gorontalo khususnya Angkatan 2015.
18. Teman-teman Magang dan PPL khususnya bimbingan Dra. Hj. Evi Hasim,
M.Pd
19. Teman-teman KKS Desa Buhujaya Kec. Paguat Kab. Pohuwato
20. Teman-teman SMA Negeri 3 Luwuk khususnya angkatan 2012
21. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan dalam keberhasilan studi
saya yang tidak sempat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan yang memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak
sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini selanjutnya.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan
peningkatan kualitas pembelajaran yang kita laksanakan, dan semoga Tuhan yang
Maha Esa tetap melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Gorontalo, Mei 2019


Penulis

Ni Luh Dian P Dewi


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah............................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS...................................... 6
2.1 Prestasi Belajar.................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Prestasi.................................................................. 6
2.1.2 Konsep Belajar........................................................................ 7
2.1.3 Pengertian Prestasi Belajar...................................................... 9
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar............... 12
2.2 Berpikir Kritis................................................................................... 17
2.2.1 Konsep Berpikir...................................................................... 17
2.2.2 Berpikir Kritis......................................................................... 19
2.2.3 Ciri-ciri Berpikir Kritis........................................................... 21
2.3 Kajian Penelitian yang Relevan........................................................ 22
2.4 Kerangka Berpikir............................................................................. 24
2.5 Hipotesis............................................................................................ 26
BAB III Metodologi Penelitian............................................................. 27
3.1 Setting Penelitian............................................................................... 27
3.1.1 Tempat Penelitian.................................................................... 27
3.1.2 Waktu Penelitian..................................................................... 27
3.2 Metode dan Desain Penelitian........................................................... 28
3.2.1 Metode Penelitian.................................................................... 28
3.2.2 Desain Penelitian..................................................................... 28
3.3 Variabel-variabel Penelitian.............................................................. 30
3.3.1 Variabel Independen/Bebas.................................................... 30
3.3.2 Variabel Dependen/Terikat..................................................... 30

i
3.4 Populasi dan Sampel......................................................................... 31
3.4.1 Populai..................................................................................... 31
3.4.2 Sampel..................................................................................... 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 34
3.5.1 Dokumentasi........................................................................... 35
3.5.2 Tes........................................................................................... 35
3.5.3 Observasi................................................................................. 35
3.6 Teknik Analisis Data......................................................................... 36
Daftar Pustaka....................................................................................... 37

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam rangka pembangunan nasional, mutu sumberdaya manusia
merupakan salah satu modal dasar. Belajar dari pengalaman negara-negara
industri baru (new emerging industrialized countries) di Asia Timur,
pembangunan suatu bangsa memerlukan apa yang disebut critical mass, yaitu
sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung
pembangunaan bangsa. Hal ini mengindikasikan bahwa eksistensi suatu bangsa
akan ditentukan oleh peran sektor pendidikan bangsa tersebut (Daud, 2012:243).
Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam tolak ukur kemajuan
suatu bangsa. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan generasi yang
bermutu dan dapat memajukan bangsanya. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS, dapat dipahami bahwa secara formal sistem pendidikan
Indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam
rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat. Untuk
tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal, pemerintah telah berupaya
mengurangi adanya sekulerisme pendidikan (pendidikan yang lebih
mementingkan materialistis dengan mengabaikan agama dan kerohanian) yang
ada sebagaimana terungkap dalam UU No.20/2003 tentang SISDIKNAS pasal 4
ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan
berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah
air”. Maka dari itu, pendidikan yang baik akan menjadi acuan tingkat
perkembangan suatu bangsa (Dewi et al. 2013).
Tingkat perkembangan suatu bangsa juga ditentukan oleh unsur-unsur
kemajuan dan perkembangan suatu pendidikan. Unsur-unsur itu berupa guru,
siswa, sarana dan prasarana pendidikan maupun kebijakan yang telah ditetapkan
pemerintah dalam bidang pendidikan. Siswa yang dalam hal ini adalah aspek
yang sangat penting perlu mendapat perhatian yang sangat lebih.

1
Dalam pendidikan, individu akan mengikuti proses pembelajaran atau
proses belajar mengajar, dimana belajar merupakan hal mendasar yang akan
dihadapi oleh individu untuk memperoleh informasi dan hal-hal yang belum
diketahui demi kemajuan hidupnya, baik dalam lingkungan sosial maupun
lingkungan akademik. Tujuan dari proses pembelajaran adalah untuk mencapai
sebuah hasil yang optimal. Hasil belajar optimal yang dimaksud adalah seluruh
siswa diharapkan memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Dalam proses
mencapai hasil belajar yang optimal ini, siswa akan berusaha dan bersaing
dengan teman sebayanya secara sehat untuk meunjukkan kemampuan yang
mereka miliki. Definisi prestasi belajar sendiri menurut Winkel (dalam
Rohimah, 2016:14) adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Sementara Gunarso (dalam Rohimah, 2016:14) mengatakan bahwa prestasi
belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar. Sehingganya keberhasilan siswa dapat dilihat
dari prestasi belajar yang diperolehnya. Selain sebagai bukti keberhasilan siswa,
prestasi belajar juga menjadi cerminan mutu pendidikan itu sendiri.
Namun, prestasi belajar yang dicapai tidak sama pada setiap siswa. Setiap
siswa memiliki kemampuan atau potensi yang berbeda-beda. Ada yang memiliki
prestasi belajar yang tinggi, prestasi belajar yang sedang, dan ada yang memiliki
prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar yang diperoleh itu pun didapat
dengan cara yang beragam. Ada yang benar-benar merupakan hasil dari
kemampuan belajarnya dan bahkan tidak jarang juga dari hasil tindakan yang
tidak diharapkan seperti melakukan perbuatan mencontek. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor, diantaranya kurangnya kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama praktek
mengajar (PPL 2) dan selama observasi awal pada bulan Januari 2019 di salah
satu sekolah yang ada di Kecamatan Kota Tengah, masih banyak siswa yang
memiliki prestasi belajar yang rendah begitu juga dengan kemampuan berpikir
kritisnya. Siswa cenderung masih terlalu bergantung pada guru. Siswa masih ada
yang belum mampu fokus pada materi ajar, belum mampu memberikan
penjelasan, dan menarik kesimpulan serta memecahkan suatu permasalahan
yang dihadirkan dalam proses pembelajaran.

2
Di era globalisasi ini, prestasi belajar memang sangat dituntut dari siswa,
mengingat prestasi belajar siswa adalah cerminan mutu pendidikan. Hal ini yang
menyebabkan siswa akan berusaha untuk memperolehnya dengan jalan apa saja.
Bila hal ini tidak diimbangi dengan kemampuan berpikir kritis, maka akan
menjadi masalah untuk siswa sendiri bahkan untuk mutu pendidikan.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki siswa sebagai generasi
penerus bangsa. Berpikir kritis sendiri menurut Narris (dalam Maulana, 2018:6)
adalah pengambilan keputusan secara rasional atas apa yang diyakini dan
dikerjakan. Sukmadinata (dalam Supriadi, 2017:11) juga mendefinisikan
berpikir kritis sebagai suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis
dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan
keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah. Berpikir kritis juga
termasuk jenis berpikir tingkat tinggi yang sangat membantu dalam pemecahan
masalah yang dihadirkan dalam proses pembelajaran. Jadi dengan kemampuan
berpikir kritis ini, maka seseorang akan mampu mengintrospeksi dirinya dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Bila siswa memiliki kemampuan berpikir
kritis ini, maka proses pembelajaran akan efektif dan hasilnya akan
meningkatkan prestasi belajar. Namun penelitian yang merujuk pada pengaruh
yang diberikan kemampuan berpikir kritis pada prestasi belajar ini masih sangat
kurang.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kota
Tengah Kota Gorontalo”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
a. Beragamnya prestasi belajar siswa
b. Kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa
c. Kurangnya kemampuan berpikir kritis mempengaruhi prestasi belajar siswa

3
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi inti permasalahan pada
penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Kota Tengah Kota Gorontalo?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-
Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan salah satu
teori yang berhubungan dengan pengaruh kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar siswa.
2) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas
pengetahuan di bidang pendidikan yang terkait dengan pengaruh
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa.
3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya
yang memiliki objek penelitian serupa.
b. Secara Praktis
1) Bagi Siswa
Peneliti berharap hasil penelitian ini akan menjadi informasi dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar.
a) Bagi Guru
Peneliti berharap hasil penelitian ini akan memberikan informasi bagi
guru tentang kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa,
sehingga guru atau pihak sekolah dapat mengambil tindakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa.
b) Bagi Peneliti

4
Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang proses penelitian dan pengaruh kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar siswa.

5
BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESI

2.1 Prestasi Belajar


2.1.1 Pengertian Prestasi
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “Prestatite”. Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha” (Rohimah,
2016:14). Menurut Arifin (dalam Djumuli, 2017:7) kata prestasi banyak
digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian,
olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Wotowuan (dalam
Djumuli, 2017:7) mengatakan bahwa prestasi diistilahkan sebagai sesuatu hasil
kegiatan yang baik dicapai seseorang atau kelompok dengan melalui suatu
ketekunan atau keuletan maupun kegiatan bekerja guna mencapai hasil atau
prestasi yang dimaksud.
Qohar (dalam Djumuli, 2017:7) berpendapat bahwa prestasi adalah
segala sesuatu yang telah dapat dicapai, hasil pekerjaan, hasil yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Prestasi adalah
suatu hasil yang bisa diperoleh seseorang baik di sekolah, kantor atau tempat
lainnya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Menurut Muray (dalam Djumuli, 2017:7) prestasi adalah mengatasi
hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan
baik dan secepat mungkin. Dengan kata lain, prestasi hasil dari pemecahan
masalah dengan baik dan secepat mungkin. Prestasi tidak hanya dapat
diperoleh oleh seseorang, tetapi juga oleh suatu kelompok yang melakukan
kegiatan bersama-sama dengan tekun.
Berhasil tidaknya seorang siswa dapat dilihat dari tingkat prestasi yang
diperolehnya dalam kurun waktu tertentu, misalnya dapat dilihat dari nilai yang
diperoleh selama satu semester yang dibukukan dalam bentuk buku laporan
hasil belajar atau raport. Nilai yang terdapat dalam raport merupakan perolehan
nilai siswa dalam seluruh mata pelajaran yang diikuti.

6
2.1.2 Konsep Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, menalar, mencobakan,
mengomunikasikan, dan memahami sesuatu (Rusman, 2017:1). Agne, et al
(dalam Rusman, 2017:2) mengungkapkan bahwa belajar adalah kemampuan
untuk mampu mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar bagi
seorang siswa. Meier (dalam Rusman, 2017:2) juga mengemukakan bahwa
semua pembelajaran manusia pada hakikatnya mempunyai empat unsur, yakni
persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil.
Menurut Gagne (dalam Susanto, 2013:1) belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku. Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya
memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi. Selanjutnya,
Gagne dalam teorinya yang disebut The domains of learning, menyimpulkan
bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima
kategori, yaitu:
a. Keterampilan motoris; adalah keterampilan yang diperlihatkan dari
berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk
tangan, berlari, dan loncat.
b. Informasi verbal; informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak
atau inteligensi seseorang.
c. Kemampuan intelektual; selain menggunakan simbol verbal, manusia juga
mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan
intelektualnya.
d. Strategi kognitif; Gagne menyebutkan sebagai organisasi keterampilan
yang internal, yang sangat diperlukan untuk belajar dan berpikir.
e. Sikap (attitude); sikap merupakan faktor penting dalam belajar. Karena
tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap

7
seseorang dalam belajar akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh
dari belajar tersebut.
Adapun menurut Burton (dalam Susanto, 2013:3), belajar dapat diartikan
sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara
menurut Hilgard (dalam Susanto, 2013:3), belajar adalah suatu perubahan
kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan yang dimaksud mencakup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan
(pengalaman).
Hamalik (dalam Susanto, 2013:3) menjelaskan bahwa belajar adalah
memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman. Menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
merupakan suatu hasil atau tujuan. Adapun menurut Winkel (dalam Susanto,
2013:4) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi
aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang
bersifat relatif konstan dan berbekas. Hampir sejalan dengan pendapat tersebut,
Matlin & Myers (dalam Hawadi, 2004:168) berpendapat bahwa belajar adalah
suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari
pengalaman. Menurut Lanawati (dalam Hawadi, 2004:168) dalam konteks
sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Makmun (dalam Rahmat, 2015:2) belajar ialah suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu. Sedangkan menurut Sudjana (dalam Rahmat, 2015:2)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri individu. Belajar diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan
individu dengan lingkungannya.

8
Syah (dalam Rahmat, 2015:2) mendifinisikan belajar sebagai: any
relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that
occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap
yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalaman. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam
membangun makna atau pemahaman terhadap suatu konsep sehingga dalam
proses pembelajaran siswa merupakan sentral kegiatan, pelaku utama dan guru
hanya menciptakan suasana yang dapat mendorong timbulnya motivasi belajar
pada siswa.
Chaplin (dalam Hikmawati, 2018:23) berpendapat bahwa belajar
merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan Barlow, mengemukakan bahwa
perubahan itu terjadi pada bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sifat
perubahan yang terjadi pada bidang-bidang tersebut tergantung pada tingkat
kedalaman belajar yang dialami.
Menurut Rahmat (2015:4), proses belajar terjadi secara internal dan
bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah kepada
tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan
seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan
perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Gagne
(dalam Rahmat, 2015:5), belajar terjadi apabila sesuatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi itu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu usaha yang dilakukakan seseorang atau siswa yang
menghasilkan perubahan-perubahan baik dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan maupun sikap sebagai hasil dari pengalaman berinteraksinya
dengan orang lain atau lingkungannya.

9
2.1.3 Pengertian Prestasi Belajar
Setiap orang atau siswa tentu ingin mencapai prestasi belajar
semaksismal mungkin. Prestasi belajar yang maksimal merupakan jalan yang
dapat memudahkan proses kelanjutan studi dan pencapaian cita-cita. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Lanawati (dalam Hawadi, 2004:168) prestasi belajar adalah hasil
penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai
dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang
diharapkan dari siswa.
Menurut Hamalik (dalam Firdianti, 2018:9) prestasi adalah perubahan
tingkah laku yang diharapkan pada murid setelah dilakukan proses belajar
mengajar, sedangkan belajar adalah suatu proses dalam perkembangan manusia
untuk mencapai kedewasaan. Selanjutnya Ahmadi (dalam Firdianti, 2018:9)
mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam usaha
belajar dan belajar itu sendiri adalah usaha untuk mengadakan situasi dalam
proses perkembangan di dalam mencapai tujuan. Prestasi belajar adalah hasil
dari kegiatan belajar yang dicapai oleh siswa yang berupa pengetahuan, sikap,
keterampilan dan kecakapan yang biasanya dirumuskan dalam bentuk angka
atau huruf-huruf dan tanda penghargaan terhadap siswa yang dianggap berhasil
(Firdianti, 2018:9).
Menurut Bloom (dalam Hawadi, 2004:68), prestasi akademik atau
prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan
perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis,
sintesis, dan evaluasi. Prestasi belajar juga merupakan hasil yang dicapai
seseorang melalui evaluasi pembelajaran setelah menerima berbagai informasi
dalam proses pembelajaran. Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik,
siswa tidak dapat belajar dengan cara yang biasa dengan mengandalkan hafalan
dan ingatan saja, tetapi siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis yang
tinggi pada proses pembelajaran di luar maupun di dalam kelas (Sihaloho,
2016).

10
Mulyasa (dalam Gunawan et al. 2013) berpendapat bahwa prestasi
belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi empat yaitu
bahan atau materi yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi
siswa. Menurut Nasution (dalam Priyanto, 2015:9), prestasi belajar adalah
kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa, dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek, yakni
kognitif, afektif, dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam tiga kriteria
tersebut. Winkel (dalam Priyanto, 2015:9) menyatakan, prestasi belajar adalah
hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Hasil yang telah dicapai meliputi
beberapa aspek, meliputi:

a. Aspek kognitif
Melalui aspek kognitif manusia menghadapi objek-objek dalam bentuk-
bentuk refresentatif yang menghadirkan objek-objek itu dalam kesadaran.
Sehingga aktivitas mental berpikir sangat mempengaruhi. Yang termasuk
dalam aspek kognitif yaitu pengetahuan, pengertian, aplikasi, analisis, dan
sintesis.

b. Aspek afektif
Melalui aspek afektif manusia dapat belajar menghayati nilai dari objek-
objek yang dihadapi melalui alam, entah objek itu berupa orang, benda
atau kejadian, dan dapat mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi
yang wajar. Yang termasuk dalam aspek afektif yaitu penerimaan,
memberi respon, penilaian, organisasi, dan mempribadikan nilai.

c. Aspek psikomotor
Melalui aspek psikomotor manusia dapat menghadapi dan menangani
objek-objek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia itu sendiri. Yang
termasuk dalam aspek psikomotor yaitu respon terbimbing, penciptaan,
respon kompleks, respon mekanis, dan penyesuaian atau kemahiran.
Poerwanto memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan

11
dalam raport. Selanjutnya Winkel mengatakan bahwa prestasi belajar adalah
suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya (dalam
Hamdu & Agustina, 2011:83).
Dari hasil pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah suatu hasil capaian yang diperoleh seseorang atau siswa melalui
proses belajar yang meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
berupa angka atau huruf yang dinyatakan dalam raport.

2.1.4 Faktor-fatktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan ukuran
keberhasilan seseorang atau siswa selama proses belajarnya. Keberhasilan itu
ditentukan oleh beberapa faktor. Menurut Slamento & Purwanto (dalam
Marbun, 2018:57), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu
faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajarnya. Faktor internal terdiri dari:
1) Faktor fisiologis (jasmani)
Secara umum faktor fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan lelah atau capek, tidak lama keadaan cacat jasmani atau
sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima
materi pelajaran. Keletihan fisik pada siswa berpengaruh juga dalam
prestasi belajarnya. Menurut Cross (dalam Marbun, 2018:58),
keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga faktor, yaitu:
a) Keletihan indra siswa
Keletihan indra dalam hal ini lebih mudah dihilangkan dengan cara
istirahat yang cukup, tidur dengan nyenyak, dan sebagainya.
b) Keletihan fisik siswa

12
Keletihan fisik siswa berkesinambungan dengan keletihan indra
siswa, yakni cara menghilangkannya relatif lebih mudah, salah satu
caranya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang
bergizi, menciptakan pola makan yang teratur, merelaksasikan
otot-otot yang tegang.
c) Keletihan mental siswa
Keletihan mental siswa ini dipandang sebagai faktor utama
penyebab adanya kejenuhan dalam proses belajar, sehingga cara
mengatasinya pun cukup sulit. Penyebab timbulnya keletihan
mental ini diakibatkan karena kecemasan siswa akan dampak yang
ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri, kecemasan siswa terhadap
standar nilai pada pelajaran yang dianggap terlalu tinggi,
kecemasan siswa ketika berada pada keadaan yang ketat dan
menuntut kerja intelek yang berat, kecemasan akan konsep
akademik yang optimum sedangkan siswa menilai belajarnya
sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri.
2) Faktor Psikologis
Setiap individu siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang
berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya.
Beberapa faktor psikologis meliputi:
a) Intelegensi/kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan
ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang
normal, selalu menunjukkan kecakapan yang sesuai dengan tingkat
perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oelh
kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak
lainnya, sehingga seseorang pada usia tertentu sudah memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Maka Slamento pun mengatakan bahwa tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Jika siswa mengalami

13
tingkat intelegensi yang rendah, siswa tidak dapat mencerna
pelajaran dengan baik, dia akan mendapatkan kesulitan dalam
belajarnya.
b) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenal beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Slamento mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan,
kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai
dengan rasa kasih saying. Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa
lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah
kegiatan belajar. Untuk menambah minat seseorang siswa di dalam
menerima pelajaran di sekolah, siswa diharapkan dapat
mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.
c) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang
sebagai kecakapan pembawaan. Pernyataan ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Purwanto, bahwa bakat dalam hal ini lebih
dekat pengertiannya dengan kata attitude yang berarti kecakapan,
yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. Tumbuhnya
keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang
dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi
rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam
proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang
baik. Merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi
terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan
sehingga apa yang diinginkan dapat dicapai sesuai dengan
keinginannya.

14
d) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal
tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk
melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik
akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
e) Konsep diri
Konsep diri adalah penilaian seseorang terhadap nilainya sendiri,
atau pandangan orang lain terhadap dirinya baik secara fisik, sosial
dan spiritual. Jenis-jenis konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu
konsep diri positif dan negatif.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Hal ini dapat berupa
sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Faktor eksternal terdiri dari:
1) Faktor keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi
siswa. Dari lingkungan keluarga inilah pertama kali anak dikenalkan
dan menerima pendidikan dan pengajaran terutama dari ayah dan
ibunya. Pengaruh keluarga bagi siswa adalah berupa: cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang
kebudayaan. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah memiliki
pengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Dengan adanya perhatian
dari orang tua terhadap pendidikan akan membuat anak termotivasi
untuk belajar. Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi prestasi anak
dalam belajar disekolahnya. Pada umumnya orang tua menginginkan
yang terbaik untuk anaknya, tetapi seringkali orang tua keliru dalam
mengasuh anak-anaknya. Menurut Diana Bamruid, ada empat gaya
pengasuhan orang tua, yaitu:

15
a) Pengasuhan orang tua otoritarian
Orang tua otoritarian merupakan orang tua yang memberikan
batasan-batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan kurang
komunikasi secara verbal. Gaya ini berkaitan dengan remaja yang
tidak berkompeten secara sosial.
b) Pengasuhan orang tua otoritatif
Orang tau otoritatif adalah gaya yang memberikan kesempatan
mereka untuk berdialog secara verbal. Selain itu orang tua juga
bersikap hangat dan mengasuh. Gaya ini berkaitan dengan anak
yang remaja secara sosial.
c) Pengasuhan orang tua yang acuh tak acuh
Sebuah gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam
kehidupan remaja. Gaya ini berkaitan dengan ketidak kompetenan
remaja secara sosial, khususnya kurangnya pengendalian diri.
d) Pengasuhan orang tua yang permisif
Suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam
kehidupannya, namun hanya memberikan sedikit tuntunan atau
kembali terhadap mereka. Gaya ini berkaitan dengan ketidak
kompetenan remaja, khususnya pengendalian diri.
2) Faktor lingkungan
Mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar
karena hampir sepertiga dari kehidupan siswa sehari-hari berada di
sekolah. faktor yang dapat menunjang keberhasilan adalah adanya
metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dan siswa, sarana dan
prasarana pembelajaran, kedisiplinan waktu yang diterapkan.
3) Faktor masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat disebut juga sebagai faktor lingkungan
sekitar siswa dimana ia tinggal. Faktor lingkungan masyarakat ini juga
memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa. Diantaranya yaitu
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat. Namun Syah berpendapat bahwa ada

16
tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal,
eksternal, dan pendekatan belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, menunjukkan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri
siswa sendiri maupun dari luar diri atau dari lingkungan sekitar siswa berada.

2.2 Berpikir Kritis


2.2.1 Konsep Berpikir
Berpikir adalah ciri khas sebagai seorang manusia. Manusia disebut juga
sebagai Homo sapiens, yang berarti makhluk yang berpikir. Dalam
kesehariannya, manusia tidak lepas dari aktivitas berpikir. Berpikir pada
dasarnya merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan
(Suriasumantri, 2001:1).
Para ahli psikologi memiliki pendapat yang bervariasi tentang definisi
berpikir. Para ahli psikologi asosiasi mengatakan bahwa berpikir adalah
kelangsungan tanggapan dimana subjek berpikir pasif. Oleh Plato (dalam Pieter
et al. 2011:18) mengatakan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati atau
aktivitas ideasional, bukan sensoris motorik, walaupun dalam proses berpikir
itu sendiri terdapat aktivitas sensoris motorik.
Bigot et al. (dalam Pieter et al. 2011:18) mengatakan bahwa berpikir
adalah meletakkan hubungan antarbagian pengetahuan. Bagian pengetahuan
adalah segala sesuatu yang kita miliki berupa pengertian atau tanggapan. Jadi
berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau
jalannya. Dalam aktivitas berpikir terjadi representasi simbol dari beberapa
peristiwa, seperti melibatkan proses persepsi, ingatan, pengambilan keputusan,
dan pemecahan masalah.
Notoatmodjo (dalam Pieter et al. 2011:18) mengatakan bahwa berpikir
adalah aktivitas yang bersifat idealistis dan menggunakan abstrasi (ideas).
Dalam berpikir orang meletakkan hubungan antarbagian informasi yang ada
pada dirinya berupa arti atau pengertian.
Berpikir adalah aktivitas idealistis menggunakan simbol-simbol dalam
memecahkan masalah berupa deretan ide dan bentuk bicara. Melalui berpikir

17
orang selalu meletakkan hubungan antara pengertian dan logika berpikir.
Artinya melalui berpikir orang mampu memberikan pengertian, asumsi, dan
menarik kesimpulan. Berpikir menjadi ukuran keberhasilan seseorang dalam
belajar, berbahasa, berpikir, dan memecahkan masalah. Dengan berpikir
seseorang akan menjadi lebih mudah dalam menghadapi berbagai persoalan.
Berpikir membutuhakan kemampuan untuk membayangkan atau
menggambarkan benda atau peristiwa yang secara fisik tidak ada (Pieter et al.
2011:18).
Beberapa psikolog lain juga mengemukakan definisi berpikir seperti: (a)
berpikir adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk memecahkan
masalah, apapun tabiat berpikir tersebut, baik aktivitas ini memerlukan
pemikiran yang lebih banyak atau lebih sedikit sesuai tinggi rendahnya tingkat
kesulitan masalah. (b) berpikir adalah proses yang dijalankan oleh akal untuk
menyusun pengetahuan-pengetahuannya dengan metode baru untuk
memecahkan masalah tertentu. (c) berpikir adalah proses mengambil
informasi-informasi yang ditemukan dan mencampurkan dengan informasi-
informasi yang diingat agar tersusun formasi baru dengan maksud mencapai
hasil-hasil yang diinginkan di masa depan. (d) berpikir adalah mempergunakan
fungsi-fungsi mental untuk memecahkan suatu problem. (e) berpikir adalah
model aktivitas akal yang paling tinggi pada manusia. Berpikir adalah proses
yang dijalankan oleh akal untuk mengoordinasikan pengetahuan-
pengetahuannya dengan cara baru, misalnya memecahkan problem tertentu
(Az-Za’balawi, 2007:99).
DePorter & Hernacki (dalam Maulana, 2018:5) mengelompokkan cara
berpikir manusia ke dalam beberapa bagian, yaitu: berpikir vertikal, berpikir
lateral, berpikir kritis, berpikir analitis, berpikir strategis, berpikir tentang hasil,
dan berpikir kreatif. Menurut keduanya, berpikir kritis adalah berlatih atau
memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan
suatu gagasan atau produk. Sementara itu, Presseisen (dalam Maulana, 2018:6)
membedakan kemampuan berpikir menjadi dua bagian, yakni kemampuan
berpikir dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir
dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional dan kemampuan

18
berpikir esensial. Kemampuan berpikir dasar ini meliputi: menentukan
hubungan sebab akibat, melakukan transformasi, menemukan hubungan,
memberi kualifikasi, dan membuat klasifikasi. Sedangkan yang termasuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, berpikir kreatif, dan berpikir kritis.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang konsep berpikir, maka dapat
disimpulkan bahwa berpikir adalah sebuah aktivitas yang dilakukan oleh akal
dengan cara mengumpulkan informasi-informasi dan mengolahnya sehingga
menghasilkan pengetahuan atau informasi baru untuk menyelesaikan sesuatu.

2.2.2 Berpikir Kritis


Beberapa definisi berpikir kritis telah coba dikemukakan oleh para ahli,
antara lain Narris (dalam Maulana, 2018:6) menyebutkan bahwa berpikir kritis
adalah pengambilan keputusan secara rasional atas apa yang diyakini dan
dikerjakan. Kemudian Paul & Scriven (dalam Maulana, 2018:6) mengatakan
“Critical thinking is the intellectually disciplined process of actively and
skillfully conceptualizing, applying, analyzing, synthesizing, and/or evaluating
information gathered from or generated by observation, experience, reflection,
reasoning, or communication, as guide to belief and action”. Tampak dari
definisi tersebut bahwa berfikir kritis melibatkan aspek-aspek kognitif semisal
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Swartz & Perkins (dalam Maulana, 2018:6) menggemukakan gagasan
tersendiri mengenai berpikir kritis. Berpikir kritis berarti menyangkut empat
hal berikit ini:
a. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan
kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis.
b. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam
membuat keputusan.
c. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk
menentukan dan menerapkan standar tersebut.
d. Mencari dan menghimpun informmasi yang dapat dipercaya untuk dipakai
sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.

19
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi
permasalahan dalam realita kehidupan yang tidak bisa dihindari. Dengan
berpikir kritis, seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau
memperbaiki pikirannya, sehingga ia dapat mengambil keputusan untuk
bertindak lebih cepat. Ungkapan sejalan mengenai orang yang berpikir kritis
dikemukakan oleh Splitter (dalam Maulana, 2018:7) bahwa orang yang
berpikir kritis adalah individu yang berpikir, bertindak secara normatif, dan
setiap bernalar tentang kualitas dari apa yang mereka lihat, dengar, atau yang
mereka pikirkan.
Splitter (dalam Maulana, 2018:7) menyatakan bahwa berpikir kritis
adalah introspeksi diri dan berpikir kritis membuat orang peka terhadap
keadaan. Ini berarti, orang yang berpikir kritis, secara rasional berpikir tentang
pikirannya dengan maksud untuk diterapkan pada situasi yang lain. Cabrera
(dalam Maulana, 2018:8) menggungkapkan bahwa berpikir kritis merupakan
proses dasar dalam suatu keadaan dinamis yang memungkinkan siswa untuk
menanggulangi dan mereduksi ketidaktentuan masa mendatang. Ennis (dalam
Maulana, 2018:8) memberikan sebuah definisi, bahwa berpikir kritis adalah
berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Beralasan berarti
memiliki keyakinan dan pandangan yang didukung oleh bukti yang tepat,
aktual, cukup, dan relevan. Sedangkan relektif berarti mempertimbangkan
secara aktif, tekun, dan berhati-hati atas segala alternatif sebelum menggambil
keputusan.
Menurut Pott (dalam Supriadi, 2017:9) berpikir kritis yaitu menemukan
analogi dan hubungan lainnya antara informasi, menentukan relevansi dan
validitas informasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah,
menentukan, dan mengevaluasi solusi atau cara-cara alternatif penyelesaian.
Chanche (dalam Supriadi, 2017:11) seorang ahli psikologi kognitif
mendefinisikan berpikir kritis sebagai kemampuan untuk menganalisis fakta,
membangkitkan dan mengatur ide, mempertahankan pendapat, membuat
perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan
masalah. Menurut Sukmadinata (dalam Supriadi, 2017:11) berpikir kritis

20
adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam
menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan,
menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah. Para ahli menyebutkan enam
komponen yang ada dalam berpikir kritis dan dianggap sebagai inti dari
berpikir kritis. Facione (dalam Supriadi, 2017:12) menggemukakan bahwa
keenem komponen itu adalah interprestasi, analisis, evaluasi, penarikan
kesimpulan, eksplanasi dan pengatur diri.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
berpikir kritis adalah suatu proses aktivitas yang dilakukan otak untuk
merespon sesuatu dan mengambil keputusan yang tepat sesuai yang diyakini
untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

2.2.3 Ciri-ciri Berpikir Kritis


Ciri-ciri adalah tanda khas yang membedakan suatu objek dengan objek
lainnya. Setiap objek memiliki ciri-cirinya masing-masing, begitupun dengan
berpikir kritis. Berpikir kritis memiliki ciri-cirinya sendiri. Ciri-ciri berpikir
kritis menurut Cahyono yaitu:
a. Menyelesaikan suatu masalah dengan tujuan tertentu.
b. Menganalisis, menggeneralisasikan, mengorganisasikan ide berdasarkan
fakta/informasi yang ada.
c. Menarik kesimpulan dalam menyelesaikan masalah tersebut secara
sistematik dengan argument yang benar.
Ennis (dalam Maulana, 2017:7) juga mengemukakan pendapatnya yaitu,
seseorang yang sedang berpikir kritis memiliki kecenderungan-kecenderungan
sebagai berikut:
a. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
b. Mencari alasan.
c. Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
d. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
e. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
f. Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
g. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.

21
h. Mencari alternatif.
i. Bersikap dan berpikir terbuka.
j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
l. Bersikap secara sistematis, dan teratur dengan bagian-bagian dari
keseluruhan masalah.
m. Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain.
Menurut Enis (dalam Cahyono, 2017:52) kriteria atau elemen dasar yang
harus dimiliki oleh pemikir kritis dalam memecahkan masalah adalah disingkat
dengan Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, and Overview yang dapat
disingkat dengan istilah FRISCO.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kritis seseorang dapat dilihat melalui kemampuan
seseorang dalam memecahkan permasalahan dengan baik, menyimpulkan
sesuatu dengan kata-kata yang sesuai, dan menganalisis sesuatu atau keadaan
berdasarkan fakta.

2.3 Kajian Penelitian yang Relevan


Penelitian ini memiliki beberapa kajian penelitian yang relevan atau ada
kemiripan dengan penelitian sebelumnya. Yang pertama yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Lukas Nana Rosana pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh
metode pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar
sejarah siswa”. Pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimen dengan treatment by level 2 x 2. Variabel bebasnya adalah
metode pembelajaran kooperatif model mencari pasangan. Variabel
moderatornya adalah kemampuan berpikir kritis. Variabel terikatnya adalah hasil
belajar sejarah. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMA Bunda Hati
Kudus tepatnya kelas XI yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah 96 siswa.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampel dengan hasil
kelas XI IPS 1 menjadi kelas eksperimen dan kelas XI IPS 2 menjadi kelas
kontrol. Kedua kelas tersebut diukur kemampuan berpikir kritisnya melalui
kuesioner, sedangkan hasil belajar diukur menggunakan tes. Dari hasil penelitian

22
ini dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar sejarah
siswa. Penelitian ini jelas berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis, dimana pada penelitian Lukas ini terdapat variabel metode pembelajaran
dan hasil belajar, sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu hanya
menggunakan variabel kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar. Selain itu
penelitian Lukas ini juga berfokus pada jenjang pendidikan SMA khususnya
pada mata pelajaran sejarah, sedang penulis melakukan penelitian pada jenjang
pendidikan SD.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fahmi Ashari S. Sihaloho pada
tahun 2016 dengan judul “Hubungan kemampuan berpikir kritis dan soft skills
dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA 1
Labuhan Deli T.P 2015/2016”. Penelitian ini dilakukan di SMA 1 Labuhan Deli
pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 tepatnya dik kelas XI yang
berjumlah 159 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
Proportional Random Sampling sebanyak 30% dari populasi yaitu 48 siswa.
Dalam penelitian ini, data diperoleh menggunakan angket dan dokumentasi
berupa daftar kumpulan nilai sekolah. Hasil dari penelitian ini yaitu kemampuan
berpikir kritis siswa dikategorikan baik dengan hasil rata-rata 3,69. Hasil dari
soft skills siswa dikategorikan baik dengan hasil rata-rata 3,97. Hasil prestasi
belajar siswa dikategorikan sangat kompeten dengan hasil rata-rata 3,4. Dari
hasil analisis korelasi didapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan
prestasi belajar dimana rhitung > rtabel adalah 0,306 > 0,248. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dengan
prestasi belajar siswa. Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan penulis. Dimana penelitian yang dilakukan oleh
Fahmi ini memiliki variabel lain yaitu soft skills dan berfokus pada jenjang
pendidikan SMA pada mata pelajaran ekonomi. Sedangkan penelitian yang
dilakukan penulis hanya menggunakan variabel kemampuan berpikir kritis dan
prestasi belajar siswa. Fokus penelitian penulis juga pada jenjang pendidikan
SD.

23
2.4 Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam tolak ukur kemajuan
suatu bangsa. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan generasi yang
bermutu dan dapat memajukan bangsanya. Mutu pendidikan tersebut tercermin
dalam beberapa unsur-unsur yang berkaitan dengan pendidikan. Unsur-unsur itu
berupa guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan maupun kebijakan yang
telah ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Siswa yang dalam hal ini
adalah aspek yang sangat penting perlu mendapat perhatian yang sangat lebih.
Dalam pendidikan, siswa akan melalui proses belajar mengajar. Dalam
proses tersebut, siswa tidak lepas dari aktivitas berpikir. Berpikir adalah ciri
khas sebagai seorang manusia. Manusia disebut juga sebagai Homo sapiens,
yang berarti makhluk yang berpikir. Dalam kesehariannya, manusia tidak lepas
dari aktivitas berpikir termasuk siswa. Berpikir terbagi menjadi dua tingkatan,
yaitu berpikir mendasar dan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis termasuk
dalam tingkatan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis adalah suatu proses
aktivitas yang dilakukan otak untuk merespon sesuatu dan mengambil keputusan
yang tepat sesuai yang diyakini untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Berpikir kritis dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain kemampuan
menganalisis, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan bagi setiap
individu atau siswa.
Dalam proses pembelajaran, berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh
siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa akan mengalami berbagai situasi yang
akan memerlukan sebuah penyelesaian. Untuk mendapat penyelesaian itu, maka
siswa harus melakukan aktivitas berpikir kritis. Ketika siswa mampu
menganalisis, menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dan
menyimpulkannya utamanya dalam proses belajar, maka sudah tentu prestasi
belajar siswa akan terpengaruhi.
Prestasi belajar adalah suatu hasil capaian yang diperoleh seseorang atau
siswa melalui proses belajar. Prestasi belajar ada yang tinggi dan ada yang
rendah. Prestasi belajar sangat tergantung dari proses belajar yang dialami siswa.

24
Setiap orang atau siswa pasti menginginkan untuk menperoleh prestasi belajar
yang memuaskan. Berpikir kritis akan membantu siswa memecahkan
permasalahannya dan memperoleh pengetahuan yang akan meningkatkan
prestasi belajarnya.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebasnya adalah kemampuan berpikir kritis, sedangkan variabel
terikatnya adalah prestasi belajar siswa. Penelitian ini didesain untuk mengetahui
pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa Kelas V di
Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kota Tengah dengan skema sebagai
berikut:

Pendidikan Guru

Siswa

Berpikir Kritis

Menganalisis Menyimpulkan
Memecahkan Masalah

Prestasi Belajar

Tinggi Rendah

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

25
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat tanya (Sugiyono, 2010:64). Berdasarkan kajian teori dan kerangka
berpikir di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah adanya pengaruh
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kota
Tengah Kota Gorontalo. Sekolah negeri yang berada di kecamatan Kota
Tengah ini terdiri dari 13 sekolah, namun yang akan menjadi tempat penelitian
hanya 12 sekolah saja yaitu SDN 76 Kota Tengah, SDN 77 Kota Tengah, SDN
79 Kota Tengah, SDN 80 Kota Tengah, SDN 81 Kota Tengah, SDN 82 Kota
Tengah, SDN 83 Kota Tengah, SDN 84 Kota Tengah, SDN 85 Kota Tengah,
SDN 86 Kota Tengah, SDN 87 Kota Tengah, dan SDN 88 Kota Tengah. Ada
satu sekolah yang tidak dijadikan tempat penelitian yaitu SDN 78 Kota
Tengah. Hal ini terjadi karena sekolah tersebut memiliki jumlah siswa yang
sedikit, sehingga dianggap kurang ideal untuk menjadi populasi penelitian ini.
Sekolah-sekolah yang menjadi tempat penelitian saat ini dipimpin oleh
seorang kepala sekolah mulai dari SDN 76 Kota Tengah bernama Marleni
Yusuf, SDN 77 Kota Tengah bernama Rustin Palia, SDN 79 Kota Tengah
bernama Amna Hitler Maga, SDN 80 Kota Tengah bernama Endang Sapali,
SDN 81 Kota Tengah bernama Ibrahim Biduli, SDN 82 Kota Tengah bernama
Fitrie Abd. Razak, SDN 83 Kota Tengah bernama Wiston Tahir, SDN 84 Kota
Tengah bernama Yenimarlina Hasan, SDN 85 Kota Tengah bernama Samsu
Umar, SDN 86 Kota Tengah bernama Herlina T. Ismail, SDN 87 Kota Tengah
bernama Imran Jusuf, dan SDN 88 Kota Tengah bernama Risna Rauf.

26
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April tahun 2019 dengan
rincian kegiatan seperti disajikan pada table 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Waktu Penelitian
No Jadwal Kegiatan Januari Februari Maret April
2019 2019 2019 2019
Proposal/Studi
1.
Pendahuluan
Penyusunan
2.
Instrumen
3. Validasi Instrumen
Perbaikan
4.
Instrumen
5. Pengambilan Data
6. Pengolahan Data
Penyusunan Hasil
7.
Penelitian

3.2 Metode dan Desain Penelitian


3.2.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi. Menurus
Musfiqon, penelitian korelasi adalah penelitian untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih dengan mengukur koefisien atau signifikasi
dengan menggunakan statistik (dalam Alfianika, 2018:147). Dengan metode
ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara kemampuan berpikir kritis
dengan prestasi belajar siswa Kelas V di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Kota Tengah.

27
Penelitian ini termasuk penelitian Ex Post Facto yang berarti penelitian
setelah kejadian. Sudaryono et al. (2013:11) menyebutkan, dalam penelitian Ex
Post Facto peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau
meninjau variabel-variabel. Variabel terikat dalam penelitian ini dapat
langsung diamati sedangkan persoalan utama peneliti adalah menemukan
penyebab yang menimbulkan akibat tersebut.

3.2.2 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena hasil
penelitian yang diambil berupa angka-angka. Menurut Sugiyono (dalam
Sudaryono et al. 2013:5), penelitian kuantitatif didasarkan atas konsep
positivism yang bertolak dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed,
stabil, lepas dari kepercayaan dan perasaan-perasaan individu. Penelitian
kuantitatif bertujuan mencari hubungan dan menjelaskan sebab-sebab
perubahan dalam fakta-fakta sosial yang terukur. Penelitian kuantitatif
menggunakan rancangan penelitian eksperimental atau korelasional sebagai
kajian khasnya untuk mengurangi kekeliruan dalam penelitiannya. Menurut
Sugiyono (2010:8) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan
metode dokumentasi dan tes. Metode dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data prestasi belajar siswa. Sedangkan tes digunakan untuk
mengumpulkan data kemampuan berpikir kritis siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan dan menganalisis data
terkait dengan adanya pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar siswa dalam bentuk angka-angka. Adapun rancangan desain penelitian
ini adalah sebagaimana tertera pada gambar berikut.

X Y
28
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keteranagn:
X : Kepercayaan Diri
Y : Prestasi Belajar Siswa

Data kemampuan berpikir kritis (variabel X) diperoleh melalui hasil


skoring tes yang dibagikan kepada responden yakni siswa kelas V Sekolah
Dasar Negeri Se-Kecamatan Kota Tengah pada tahun pelajaran 2018/2019
yang berjumlah 400 orang.

Data prestasi belajar siswa (variabel Y) diperoleh peneliti dari akumulasi


nilai siswa kelas V yang memperoleh peringkat tinggi di Sekolah Dasar Negeri
Se-Kecamatan Kota Tengah yang menjadi dokumen wali kelas. Dokumen
tersebut berupa daftar pengolahan nilai laporan hasil belajar siswa pada
semester 1 (ganjil) tahun pelajaran 2018/2019.

3.3 Variabel-variabel Penelitian


Pada dasarnya, variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sudaryono et
al. 2013:20).
3.3.1 Variabel Independen/Bebas
Variabel independen atau bebas sering disebut sebagai variabel stimulus,
predictor, antecedent. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(Sudaryono et al. 2013:23). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah
kemampuan berpikir kritis.
a. Definisi Konseptual
Berpikir kritis adalah suatu proses aktivitas yang dilakukan otak untuk
merespon sesuatu dan mengambil keputusan yang tepat sesuai yang diyakini
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Berpikir kritis diukur melalui
kemampuan memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan

29
dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, serta mengatur strategi
dan taktik.
b. Definisi Operasional
Berpikir kritis dalam penelitian ini adalah total skor tes yang diperoleh
dari siswa kelas V yang memperoleh peringkat tinggi di Sekolah Dasar Negeri
Se-Kecamatan Kota Tengah sebagai responden. Pernyataan dalam tes disusun
berdasarkan indikator-indikator yang telah dirumuskan.

3.3.2 Variabel Dependen/Terikat


Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas (Sudaryono et al. 2013:23).
Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa.
a. Definisi Konseptual
Prestasi belajar adalah suatu hasil capaian yang diperoleh seseorang atau
siswa melalui proses belajar yang meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor yang diukur menggunakan tes.
b. Definisi Operasional
Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai akhir dari pengolahan
nilai laporan hasil belajar siswa pada semester 1 (ganjil) pada tahun pelajaran
2018/2019. Akumulasi nilai ini berdasarkan nilai ulangan harian, tugas, dan
nilai tengah semester (UTS) yang meliputi tes tertulis (menilai kemampuan
siswa dalam ranah kognitif dan afektif), dan tes lisan serta ujian praktek
(menilai kemampuan siswa dalam ranah psikomotor).

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Pupolasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari subjek atau objek yang dipilih
oleh peneliti untuk dipelajari atau diteliti. Sugiyono (2010:80) menyebutkan
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

30
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V di Sekolah Dasar
Negeri Se-Kecamatan Kota Tengah yang terdaftar pada tahun ajaran
2018/2019 dengan jumlah siswa 400 orang yang tersebar dalam 12 sekolah
dengan jumlah masing-masing sekolah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Distribusi jumlah siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-
Kecamatan Kota Tengah T.P 2018/2019

Jumlah Peserta
No Nama Sekolah Alamat Sekolah
Didik kelas V
Gorontalo, Paguyaman,
Kec. Kota Tengah, Kota
1. SDN 76 Kota Tengah 37 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Paguyaman,
Kec. Kota Tengah, Kota
2. SDN 77 Kota Tengah 34 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Jl.Madura, Pulubala, Kec.
Kota Tengah, Kota
3. SDN 79 Kota Tengah 14 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Pulubala, Kec.
Kota Tengah, Kota
4. SDN 80 Kota Tengah 42 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Pulubala, Kec.
Kota Tengah, Kota
5. SDN 81 Kota Tengah 19 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Liluwo, Kec.
Kota Tengah, Kota
6. SDN 82 Kota Tengah 36 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Dulalowo
Timur, Kec. Kota Tengah,
7. SDN 83 Kota Tengah 25 Orang
Kota Gorontalo Prov.
Gorontalo
8. SDN 84 Kota Tengah Jl. Kalimantan, Dulalowo 29 Orang
Timur, Kec. Kota Tengah,

31
Kota Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Dulalowo,
Kec. Kota Tengah, Kota
9. SDN 85 Kota Tengah 51 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Jl. Prof. Dr. Hb. Jassin,
Dulalowo, Kec. Kota
10. SDN 86 Kota Tengah 34 Orang
Tengah, Kota Gorontalo
Prov. Gorontalo
Gorontalo, Wumialo, Kec.
Kota Tengah, Kota
11. SDN 87 Kota Tengah 51 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Jalan Jeruk, Wumialo,
Kec. Kota Tengah, Kota
12. SDN 88 Kota Tengah 28 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Jumlah 408 Orang
(Sumber: http://sekolah.data.kemdikbud.go.id 2017/2018)

3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010:81). Sampel digunakan dengan tujuan memudahkan
peneliti dalam mengambil data, seperti menghemat waktu, tenaga, serta dana
yang dikeluarkan peneliti. Sampel yang dipilih harus benar-benar mewakili
keseluruhan populasi.
Dalam penelitian ini, sampel dipilih menggunakan teknik Purposive
Sampling, dimana teknik ini adalah teknik pemilihan sampel yang penelitinya
secara sengaja memilih suatu sampel dari populasi karena pertimbangan-
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:85). Pertimbangan yang dimaksud
seperti memilih siswa terbaik yang akan memberikan informasi yang akurat
untuk menjadi responden dalam penelitian.
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan rumus Slovin,
karena sampel digunakan pada kondisi jumlah total populasi yang menjadi
objek penelitian tidak bisa diamati satu per satu dengan berbagai kendala dan
alasan. Rumus Slovin (dalam Umar, 2003:141) yakni ukuran sampel yang

32
merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan presentase kelonggaran
ketidaktelitian karena dalam pengambilan sampel masih dapat ditolerir atau
digunakan. Dalam pengambilan sampel ini, digunakan taraf kesalahan sebesar
10% karena semakin besar toleransi kesalahan semakin akurat sampel
menggambarkan populasi.

N
n=
1+ Ne2

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang diambil

N = Jumlah populasi

e = Presentasi kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan


sampel (e = 10%)

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung besarnya sampel sebagai


berikut:

400
n=
1+(400 x 0,1¿ ¿2) ¿

400
n=
5

= 80

Dari perhitungan tersebut, didapat ukuran sampel yang telah diambil


dalam penenlitian ini yakni sebanyak 80 peserta didik.
Tabel 3.3 Jumlah Sampel
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa/Siswi Kelas V Sampel Siswa/Siswi Kelas V
1. SDN 76 Kota Tengah 37 Orang 37
Ni = x 80 = 7,4 = 7
400
2. SDN 77 Kota Tengah 34 Orang 34
Ni = x 80 = 6,8 = 7
400
3. SDN 79 Kota Tengah 14 Orang 14
Ni = x 80 = 2,8 = 3
400

33
4. SDN 80 Kota Tengah 42 Orang 42
Ni = x 80 = 8,4 = 8
400
5. SDN 81 Kota Tengah 19 Orang 19
Ni = x 80 = 3,8 = 4
400
6. SDN 82 Kota Tengah 36 Orang 36
Ni = x 80 = 7,2 = 7
400
7. SDN 83 Kota Tengah 25 Orang 25
Ni = x 80 = 5
400
8. SDN 84 Kota Tengah 29 Orang 29
Ni = x 80 = 5,8 = 6
400
9. SDN 85 Kota Tengah 51 Orang 51
Ni = x 80 = 10,2 = 10
400
10. SDN 86 Kota Tengah 34 Orang 34
Ni = x 80 = 6,8 = 7
400
11. SDN 87 Kota Tengah 51 Orang 51
Ni = x 80 = 10,2 = 10
400
12. SDN 88 Kota Tengah 28 Orang 28
Ni = x 80 = 5,6 = 6
400
Jumlah 400 Orang 80

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Suharsimi (dalam Sudaryono et al. 2013:30) menyatakan bahwa teknik
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.
3.5.1 Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan
penelitian (Sudaryono et al. 2013:30).
3.5.2 Tes
Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
dijadikan penetapan skor angkat (Uno et al. 2009:130). Tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes prestasi. Tes prestasi adalah tes yang digunakan
untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Riduwan,
2003:31).

34
Tes pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa. Tes dibuat berdasarkan indikator yang telah dirumuskan sebagai
berikut.
Tabel 3.4 Indikator Berpikir Kritis

No Aspek Indikator Butir Soal


1. Kemampuan Memecahkan masalah Nomor 1, 2, 3, 4,
memecahkan yang berhubungan dengan 5, 6, 7, 8
masalah kehidupan sehari-hari
2. Menganalisis Menganalisis informasi Nomor 9, 10, 11,
informasi yang diperoleh 12, 13, 14, 15, 16
3. Menarik Menyimpulkan wacana Nomor 17, 18, 19,
kesimpulan atau permasalahan dengan 20, 21, 22, 23, 24
argument yang tepat

3.5.3 Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi atau
pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Sudaryono et al. 2013:30). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk
mengumpulkan data awal sebelum menyusun proposal penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
data secara statistik deskriptif dan statistik inferensial dalam bentuk statistik
nonparametris. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik inferensial adalah teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2010:147). Sebab dalam penelitian
menggunakan jenis data nominal dan ordinal yang umumnya tidak
mengharuskan data berdistribusi normal.

35
36
Daftar Pustaka

Achmad, F. 2013. BAB II Tinjauan Pustaka. (Online)


http://digilib.unila.ac.id/57/8/BAB%20II.pdf diakses pada 12 Januari
2019

Ady Priyanto. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dengan Model


Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari Pasangan pada Mata
Pelajaran IPS di Kelas IV SDN Keniten Tahun Pelajaran 2013/2014
(Online) https://repository.usd.ac.id/2147/3/101134262_full.pdf diakses
pada 8 Januari 2019

Alfianika, Ninit. 2018. Metode Penelitian Bahasa Indonesia. Yogyakarta:


Deepublish

Az-Za’balawi, Muhammad Sayyid Muhammad. 2007. Pendidikan Remaja antara


Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta: Gema Insani Press

Cahyono. B. 2017. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis. (Online)


https://media.neliti.com/media/publications/176744-ID-analisis-
ketrampilan-berfikir-kritis-dal.pdf diakses pada 10 Januari 2019

Daud, Firdaus. 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi


Belajar terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota
Palopo. (Online) http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-
pembelajaran/article/view/3475/626 diakses pada 8 Januari 2019

Djumuli, Fatmah. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap


Prestasi Belajar Siswa Se-Kecamatan Bulango Utara. Gorontalo:
Universitas Negeri gorontalo

Firdianti, Arinda. 2018. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam


Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Yogyakarta: CV Gre Publishing

Gunawan, Imam et al. 2013. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kritis
dengan Prestasi Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Konsep Sains II
Prodi PGSD IKIP PGRI Madiun. (Online) http://e-

37
journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/304/276 diakses pada 8
Januari 2019

Hamdu, G. & Agustina, L. 2011. Jurnal penelitian pendidikan. academia.edu

Hawadi, Akbar Reni. 2004. Akselerasi A-Z, Program Percepatan Belajar dan
Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo

Hikmawati, Lilis. 2018. Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Sikap Ilmiah dan
Hasil Belajar Siswa Di SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru
Tulungagung. (Online) tersedia di http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/9460/ diakses pada 18 Desember 2018

Marbun, Stefanus M. 2018. Psikologi Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi


Indonesia

Maulana, M. 2017. Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan


Berpikir Kritis-Kreatif. Sumedang: UPI Sumedang Press

Maulana, M. 2018. Dasar-Dasar Konsep Peluang: Sebuah Gagasan Pembelajaran


Dengan Pendekatan Metakognitif. Bandung: UPI Press

Pieter, Herri Zan et al. 2011. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan.


Jakarta: Kencana

Rohimah, Siti. 2016. Upaya Pengingkatan Sikap Ilmiah. (Online) tersedia di


http://repository.ump.ac.id/4835/3/BAB%20II.pdf diakses pada 23
Desember 2018

Rosana. Lukas Nana. 2014. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kemampuan


Berpikir Kritis terhadap Prestasi Belajar Sejarah Siswa. (Online)
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jps/article/view/991/855 diakses
pada 10 Januari 2019

Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sihaloho, Fahmi Ashari S. 2016. Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dan Soft
Skills dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi

38
Kelas XI SMA 1 Labuhan Deli T.P 2015/2016. (Online)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpe/article/view/10648/7894
diakses pada 10 Januari 2019

Sudaryono et al. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian pendidikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Supriadi, S. 2017. Inovasi dan Miskonsepsi Penyampaian Materi Matematika SD.


Serang: PGSD UPI Kampus Serang

Suriasumantri, J. 2001. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Uno, Hamzah B et al. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: MQS


Publishing

39
Perbedaan Dari Proposal Kegiatan Dan Proposal Ilmiah Di Atas Yaitu:
Dari hasil pengamatan saya terkait dari kedua proposal tersebut, saya
menemukan banyak perbedaan yakni
 Berdasarkan isi proposal:
 Proposal kegiatan berisi tentang permintaan atau pengajuan
kepada seseorang, kelompok ataupun lembaga untuk melakukan
suatu kegiatan.
 Proposal ilmiah atau penelitian berisi pengajuan kepada lembaga
untuk melakukan suatu penelitian.
 Berdasarkan sistematis:
 Pada proposal kegiatan rincian pembiayaan yang akan di
butuhkan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan, sedangkan
pada proposal penelitian tidak ada.
 Pada proposal penelitian terdapat metode atau tehnik, sedangkan
padaa proposal kegiatan tidak ada.
 Pada proposal penelitian terdapat kerangka penulisan laporan
,sedangkan pada prosal kegiatan tidak ada

40

Anda mungkin juga menyukai