Nim : A40120205
Kelas : E
PANITIA PELAKSANA
MAHASISWA KKS DAN KARANG TARUNA
DESA SOGINTI KEC. PAGUAT KAB. POHUWATO
Gorontalo,
November 2018
Hal : Permohonan Dana
Lam : 1-Eks
Kepada Yth,
Di-
Tempat
Assalamualaikum Wr.Wb.
Teriring salam dan do’a semoga dalam menjalankan aktifitas keseharian
kita senantiasa mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin
Sehubungan dengan diadakannya pelaksanaan kegiatan “Olahraga,
kesenian dan kerohanian” Oleh Mahasiswa KKS dan Karang Taruna desa
Soginti maka dengan ini memohonkan bantuan dana demi kelancaran kegiatan
tersebut.
Demikan Surat permohonan ini kami buat, atas bantuan dan kerjasamanya
diucapkan banyak terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
I. Latar Belakang
Kebutuhan manusia meliputi kebutuhan jasmani dan rohani.
Kebutuhan rohani tidak hanya kebutuhan religius tentang manusia dan
penciptanya, tetapi termasuk kebutuhan batin lainnya yang harus dipenuhi
agar manusia dapat menjalankan dan menikmati hidupnya. Hobi
merupakan salah satu kebutuhan batin tersebut. Sejak kecil manusia sudah
diberi kemampuan khusus atau yang biasa disebut bakat. Bakat tersebut
meliputi berbagai macam bidang. Dengan seiringnya waktu bakat tersebut
menjadi sebuah kebiasaan yang menjadikannya sebuah hobi. Hobi dapat
timbul karena suatu bakat tersebut, tetapi juga dapat terbentuk dari faktor
lingkungan di sekitarnya. Dewasa ini sudut pandang manusia terhadap hobi
sangatlah penting. Bahkan hobi sudah menjadi bagian dari hidup.
Seseorang akan rela menghabiskan waktu, uang dan tenaga hanya sekedar
untuk memuaskan hobinya.
Hal ini menimbulkan kesempatan bisnis tersendiri yang sangat
menguntungkan, mulai dari bisnis sebagai penyedia kebutuhan atau
perlengkapan penunjang hobi tersebut sebagai life style yang bersifat
hiburan, untuk perkembangan desa khususnya Desa Soginti.
II. Tujuan.
Tujuan di selenggarakannya kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan potensi masyarakat dalam kegiatan olahraga dan
kesenian
2. Wujud kepedulian mahasiswa KKS kepada masyarakat Desa Sogonti
3. Mengembangkan minat dan bakat masyarakat Desa Soginti
4. Menyalurkan potensi dalam bidang Olahraga dan Kesenian
V. Peserta.
Peserta dari kegiatan ini adalah siswa siswi SD sederajat dan seluruh
masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
N Rp Rp JUMLA
O BIDANG VOLUME . SATUAN . H
1 Kegiatan
Olahraga
Bola Kaki 2 Buah Rp 300.000 Rp 600.000
Tarik 10 Meter . 10.000 . 100.000
Tambang 5 Buah Rp 10.000 Rp 50.000
Lari Karung Karung . .
Rp Rp
Cerdas Cermat 50.000 200.000
. .
Bell 4 Buah 70.000 70.000
1 Rim 50.000 50.000
Kertas HVS
1 Set Rp 62.500 Rp 125.000
Alat Tulis
2 . .
Menulis
(Hitam,Warna Rp Rp
Tinta Print
) . .
Rp Rp
. .
Rp Rp
. .
JUMLA Rp
1.195.000
H .
Perlengkapan
2
VII. Penutup
PROPOSAL
Oleh
NI LUH DIAN P DEWI
NIM. 151 415 052
DAFTAR ISI.......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah............................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS...................................... 6
2.1 Prestasi Belajar.................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Prestasi.................................................................. 6
2.1.2 Konsep Belajar........................................................................ 7
2.1.3 Pengertian Prestasi Belajar...................................................... 9
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar............... 12
2.2 Berpikir Kritis................................................................................... 17
2.2.1 Konsep Berpikir...................................................................... 17
2.2.2 Berpikir Kritis......................................................................... 19
2.2.3 Ciri-ciri Berpikir Kritis........................................................... 21
2.3 Kajian Penelitian yang Relevan........................................................ 22
2.4 Kerangka Berpikir............................................................................. 24
2.5 Hipotesis............................................................................................ 26
BAB III Metodologi Penelitian............................................................. 27
3.1 Setting Penelitian............................................................................... 27
3.1.1 Tempat Penelitian.................................................................... 27
3.1.2 Waktu Penelitian..................................................................... 27
3.2 Metode dan Desain Penelitian........................................................... 28
3.2.1 Metode Penelitian.................................................................... 28
3.2.2 Desain Penelitian..................................................................... 28
3.3 Variabel-variabel Penelitian.............................................................. 30
3.3.1 Variabel Independen/Bebas.................................................... 30
3.3.2 Variabel Dependen/Terikat..................................................... 30
i
3.4 Populasi dan Sampel......................................................................... 31
3.4.1 Populai..................................................................................... 31
3.4.2 Sampel..................................................................................... 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 34
3.5.1 Dokumentasi........................................................................... 35
3.5.2 Tes........................................................................................... 35
3.5.3 Observasi................................................................................. 35
3.6 Teknik Analisis Data......................................................................... 36
Daftar Pustaka....................................................................................... 37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam pendidikan, individu akan mengikuti proses pembelajaran atau
proses belajar mengajar, dimana belajar merupakan hal mendasar yang akan
dihadapi oleh individu untuk memperoleh informasi dan hal-hal yang belum
diketahui demi kemajuan hidupnya, baik dalam lingkungan sosial maupun
lingkungan akademik. Tujuan dari proses pembelajaran adalah untuk mencapai
sebuah hasil yang optimal. Hasil belajar optimal yang dimaksud adalah seluruh
siswa diharapkan memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Dalam proses
mencapai hasil belajar yang optimal ini, siswa akan berusaha dan bersaing
dengan teman sebayanya secara sehat untuk meunjukkan kemampuan yang
mereka miliki. Definisi prestasi belajar sendiri menurut Winkel (dalam
Rohimah, 2016:14) adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Sementara Gunarso (dalam Rohimah, 2016:14) mengatakan bahwa prestasi
belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar. Sehingganya keberhasilan siswa dapat dilihat
dari prestasi belajar yang diperolehnya. Selain sebagai bukti keberhasilan siswa,
prestasi belajar juga menjadi cerminan mutu pendidikan itu sendiri.
Namun, prestasi belajar yang dicapai tidak sama pada setiap siswa. Setiap
siswa memiliki kemampuan atau potensi yang berbeda-beda. Ada yang memiliki
prestasi belajar yang tinggi, prestasi belajar yang sedang, dan ada yang memiliki
prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar yang diperoleh itu pun didapat
dengan cara yang beragam. Ada yang benar-benar merupakan hasil dari
kemampuan belajarnya dan bahkan tidak jarang juga dari hasil tindakan yang
tidak diharapkan seperti melakukan perbuatan mencontek. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor, diantaranya kurangnya kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama praktek
mengajar (PPL 2) dan selama observasi awal pada bulan Januari 2019 di salah
satu sekolah yang ada di Kecamatan Kota Tengah, masih banyak siswa yang
memiliki prestasi belajar yang rendah begitu juga dengan kemampuan berpikir
kritisnya. Siswa cenderung masih terlalu bergantung pada guru. Siswa masih ada
yang belum mampu fokus pada materi ajar, belum mampu memberikan
penjelasan, dan menarik kesimpulan serta memecahkan suatu permasalahan
yang dihadirkan dalam proses pembelajaran.
2
Di era globalisasi ini, prestasi belajar memang sangat dituntut dari siswa,
mengingat prestasi belajar siswa adalah cerminan mutu pendidikan. Hal ini yang
menyebabkan siswa akan berusaha untuk memperolehnya dengan jalan apa saja.
Bila hal ini tidak diimbangi dengan kemampuan berpikir kritis, maka akan
menjadi masalah untuk siswa sendiri bahkan untuk mutu pendidikan.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki siswa sebagai generasi
penerus bangsa. Berpikir kritis sendiri menurut Narris (dalam Maulana, 2018:6)
adalah pengambilan keputusan secara rasional atas apa yang diyakini dan
dikerjakan. Sukmadinata (dalam Supriadi, 2017:11) juga mendefinisikan
berpikir kritis sebagai suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis
dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan
keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah. Berpikir kritis juga
termasuk jenis berpikir tingkat tinggi yang sangat membantu dalam pemecahan
masalah yang dihadirkan dalam proses pembelajaran. Jadi dengan kemampuan
berpikir kritis ini, maka seseorang akan mampu mengintrospeksi dirinya dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Bila siswa memiliki kemampuan berpikir
kritis ini, maka proses pembelajaran akan efektif dan hasilnya akan
meningkatkan prestasi belajar. Namun penelitian yang merujuk pada pengaruh
yang diberikan kemampuan berpikir kritis pada prestasi belajar ini masih sangat
kurang.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kota
Tengah Kota Gorontalo”
3
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi inti permasalahan pada
penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Kota Tengah Kota Gorontalo?
4
Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang proses penelitian dan pengaruh kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar siswa.
5
BAB II
6
2.1.2 Konsep Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, menalar, mencobakan,
mengomunikasikan, dan memahami sesuatu (Rusman, 2017:1). Agne, et al
(dalam Rusman, 2017:2) mengungkapkan bahwa belajar adalah kemampuan
untuk mampu mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar bagi
seorang siswa. Meier (dalam Rusman, 2017:2) juga mengemukakan bahwa
semua pembelajaran manusia pada hakikatnya mempunyai empat unsur, yakni
persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil.
Menurut Gagne (dalam Susanto, 2013:1) belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku. Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya
memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi. Selanjutnya,
Gagne dalam teorinya yang disebut The domains of learning, menyimpulkan
bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima
kategori, yaitu:
a. Keterampilan motoris; adalah keterampilan yang diperlihatkan dari
berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk
tangan, berlari, dan loncat.
b. Informasi verbal; informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak
atau inteligensi seseorang.
c. Kemampuan intelektual; selain menggunakan simbol verbal, manusia juga
mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan
intelektualnya.
d. Strategi kognitif; Gagne menyebutkan sebagai organisasi keterampilan
yang internal, yang sangat diperlukan untuk belajar dan berpikir.
e. Sikap (attitude); sikap merupakan faktor penting dalam belajar. Karena
tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap
7
seseorang dalam belajar akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh
dari belajar tersebut.
Adapun menurut Burton (dalam Susanto, 2013:3), belajar dapat diartikan
sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara
menurut Hilgard (dalam Susanto, 2013:3), belajar adalah suatu perubahan
kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan yang dimaksud mencakup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan
(pengalaman).
Hamalik (dalam Susanto, 2013:3) menjelaskan bahwa belajar adalah
memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman. Menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
merupakan suatu hasil atau tujuan. Adapun menurut Winkel (dalam Susanto,
2013:4) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi
aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang
bersifat relatif konstan dan berbekas. Hampir sejalan dengan pendapat tersebut,
Matlin & Myers (dalam Hawadi, 2004:168) berpendapat bahwa belajar adalah
suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari
pengalaman. Menurut Lanawati (dalam Hawadi, 2004:168) dalam konteks
sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Makmun (dalam Rahmat, 2015:2) belajar ialah suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu. Sedangkan menurut Sudjana (dalam Rahmat, 2015:2)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri individu. Belajar diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan
individu dengan lingkungannya.
8
Syah (dalam Rahmat, 2015:2) mendifinisikan belajar sebagai: any
relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that
occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap
yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalaman. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam
membangun makna atau pemahaman terhadap suatu konsep sehingga dalam
proses pembelajaran siswa merupakan sentral kegiatan, pelaku utama dan guru
hanya menciptakan suasana yang dapat mendorong timbulnya motivasi belajar
pada siswa.
Chaplin (dalam Hikmawati, 2018:23) berpendapat bahwa belajar
merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan Barlow, mengemukakan bahwa
perubahan itu terjadi pada bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sifat
perubahan yang terjadi pada bidang-bidang tersebut tergantung pada tingkat
kedalaman belajar yang dialami.
Menurut Rahmat (2015:4), proses belajar terjadi secara internal dan
bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah kepada
tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan
seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan
perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Gagne
(dalam Rahmat, 2015:5), belajar terjadi apabila sesuatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi itu.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu usaha yang dilakukakan seseorang atau siswa yang
menghasilkan perubahan-perubahan baik dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan maupun sikap sebagai hasil dari pengalaman berinteraksinya
dengan orang lain atau lingkungannya.
9
2.1.3 Pengertian Prestasi Belajar
Setiap orang atau siswa tentu ingin mencapai prestasi belajar
semaksismal mungkin. Prestasi belajar yang maksimal merupakan jalan yang
dapat memudahkan proses kelanjutan studi dan pencapaian cita-cita. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Lanawati (dalam Hawadi, 2004:168) prestasi belajar adalah hasil
penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai
dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang
diharapkan dari siswa.
Menurut Hamalik (dalam Firdianti, 2018:9) prestasi adalah perubahan
tingkah laku yang diharapkan pada murid setelah dilakukan proses belajar
mengajar, sedangkan belajar adalah suatu proses dalam perkembangan manusia
untuk mencapai kedewasaan. Selanjutnya Ahmadi (dalam Firdianti, 2018:9)
mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam usaha
belajar dan belajar itu sendiri adalah usaha untuk mengadakan situasi dalam
proses perkembangan di dalam mencapai tujuan. Prestasi belajar adalah hasil
dari kegiatan belajar yang dicapai oleh siswa yang berupa pengetahuan, sikap,
keterampilan dan kecakapan yang biasanya dirumuskan dalam bentuk angka
atau huruf-huruf dan tanda penghargaan terhadap siswa yang dianggap berhasil
(Firdianti, 2018:9).
Menurut Bloom (dalam Hawadi, 2004:68), prestasi akademik atau
prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan
perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis,
sintesis, dan evaluasi. Prestasi belajar juga merupakan hasil yang dicapai
seseorang melalui evaluasi pembelajaran setelah menerima berbagai informasi
dalam proses pembelajaran. Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik,
siswa tidak dapat belajar dengan cara yang biasa dengan mengandalkan hafalan
dan ingatan saja, tetapi siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis yang
tinggi pada proses pembelajaran di luar maupun di dalam kelas (Sihaloho,
2016).
10
Mulyasa (dalam Gunawan et al. 2013) berpendapat bahwa prestasi
belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi empat yaitu
bahan atau materi yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi
siswa. Menurut Nasution (dalam Priyanto, 2015:9), prestasi belajar adalah
kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa, dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek, yakni
kognitif, afektif, dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam tiga kriteria
tersebut. Winkel (dalam Priyanto, 2015:9) menyatakan, prestasi belajar adalah
hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Hasil yang telah dicapai meliputi
beberapa aspek, meliputi:
a. Aspek kognitif
Melalui aspek kognitif manusia menghadapi objek-objek dalam bentuk-
bentuk refresentatif yang menghadirkan objek-objek itu dalam kesadaran.
Sehingga aktivitas mental berpikir sangat mempengaruhi. Yang termasuk
dalam aspek kognitif yaitu pengetahuan, pengertian, aplikasi, analisis, dan
sintesis.
b. Aspek afektif
Melalui aspek afektif manusia dapat belajar menghayati nilai dari objek-
objek yang dihadapi melalui alam, entah objek itu berupa orang, benda
atau kejadian, dan dapat mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi
yang wajar. Yang termasuk dalam aspek afektif yaitu penerimaan,
memberi respon, penilaian, organisasi, dan mempribadikan nilai.
c. Aspek psikomotor
Melalui aspek psikomotor manusia dapat menghadapi dan menangani
objek-objek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia itu sendiri. Yang
termasuk dalam aspek psikomotor yaitu respon terbimbing, penciptaan,
respon kompleks, respon mekanis, dan penyesuaian atau kemahiran.
Poerwanto memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan
11
dalam raport. Selanjutnya Winkel mengatakan bahwa prestasi belajar adalah
suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya (dalam
Hamdu & Agustina, 2011:83).
Dari hasil pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah suatu hasil capaian yang diperoleh seseorang atau siswa melalui
proses belajar yang meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
berupa angka atau huruf yang dinyatakan dalam raport.
12
Keletihan fisik siswa berkesinambungan dengan keletihan indra
siswa, yakni cara menghilangkannya relatif lebih mudah, salah satu
caranya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang
bergizi, menciptakan pola makan yang teratur, merelaksasikan
otot-otot yang tegang.
c) Keletihan mental siswa
Keletihan mental siswa ini dipandang sebagai faktor utama
penyebab adanya kejenuhan dalam proses belajar, sehingga cara
mengatasinya pun cukup sulit. Penyebab timbulnya keletihan
mental ini diakibatkan karena kecemasan siswa akan dampak yang
ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri, kecemasan siswa terhadap
standar nilai pada pelajaran yang dianggap terlalu tinggi,
kecemasan siswa ketika berada pada keadaan yang ketat dan
menuntut kerja intelek yang berat, kecemasan akan konsep
akademik yang optimum sedangkan siswa menilai belajarnya
sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri.
2) Faktor Psikologis
Setiap individu siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang
berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya.
Beberapa faktor psikologis meliputi:
a) Intelegensi/kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan
ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang
normal, selalu menunjukkan kecakapan yang sesuai dengan tingkat
perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oelh
kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak
lainnya, sehingga seseorang pada usia tertentu sudah memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Maka Slamento pun mengatakan bahwa tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Jika siswa mengalami
13
tingkat intelegensi yang rendah, siswa tidak dapat mencerna
pelajaran dengan baik, dia akan mendapatkan kesulitan dalam
belajarnya.
b) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenal beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Slamento mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan,
kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai
dengan rasa kasih saying. Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa
lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah
kegiatan belajar. Untuk menambah minat seseorang siswa di dalam
menerima pelajaran di sekolah, siswa diharapkan dapat
mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.
c) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang
sebagai kecakapan pembawaan. Pernyataan ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Purwanto, bahwa bakat dalam hal ini lebih
dekat pengertiannya dengan kata attitude yang berarti kecakapan,
yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. Tumbuhnya
keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang
dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi
rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam
proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang
baik. Merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi
terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan
sehingga apa yang diinginkan dapat dicapai sesuai dengan
keinginannya.
14
d) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal
tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk
melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik
akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
e) Konsep diri
Konsep diri adalah penilaian seseorang terhadap nilainya sendiri,
atau pandangan orang lain terhadap dirinya baik secara fisik, sosial
dan spiritual. Jenis-jenis konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu
konsep diri positif dan negatif.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Hal ini dapat berupa
sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Faktor eksternal terdiri dari:
1) Faktor keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi
siswa. Dari lingkungan keluarga inilah pertama kali anak dikenalkan
dan menerima pendidikan dan pengajaran terutama dari ayah dan
ibunya. Pengaruh keluarga bagi siswa adalah berupa: cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang
kebudayaan. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah memiliki
pengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Dengan adanya perhatian
dari orang tua terhadap pendidikan akan membuat anak termotivasi
untuk belajar. Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi prestasi anak
dalam belajar disekolahnya. Pada umumnya orang tua menginginkan
yang terbaik untuk anaknya, tetapi seringkali orang tua keliru dalam
mengasuh anak-anaknya. Menurut Diana Bamruid, ada empat gaya
pengasuhan orang tua, yaitu:
15
a) Pengasuhan orang tua otoritarian
Orang tua otoritarian merupakan orang tua yang memberikan
batasan-batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan kurang
komunikasi secara verbal. Gaya ini berkaitan dengan remaja yang
tidak berkompeten secara sosial.
b) Pengasuhan orang tua otoritatif
Orang tau otoritatif adalah gaya yang memberikan kesempatan
mereka untuk berdialog secara verbal. Selain itu orang tua juga
bersikap hangat dan mengasuh. Gaya ini berkaitan dengan anak
yang remaja secara sosial.
c) Pengasuhan orang tua yang acuh tak acuh
Sebuah gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam
kehidupan remaja. Gaya ini berkaitan dengan ketidak kompetenan
remaja secara sosial, khususnya kurangnya pengendalian diri.
d) Pengasuhan orang tua yang permisif
Suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam
kehidupannya, namun hanya memberikan sedikit tuntunan atau
kembali terhadap mereka. Gaya ini berkaitan dengan ketidak
kompetenan remaja, khususnya pengendalian diri.
2) Faktor lingkungan
Mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar
karena hampir sepertiga dari kehidupan siswa sehari-hari berada di
sekolah. faktor yang dapat menunjang keberhasilan adalah adanya
metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dan siswa, sarana dan
prasarana pembelajaran, kedisiplinan waktu yang diterapkan.
3) Faktor masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat disebut juga sebagai faktor lingkungan
sekitar siswa dimana ia tinggal. Faktor lingkungan masyarakat ini juga
memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa. Diantaranya yaitu
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat. Namun Syah berpendapat bahwa ada
16
tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal,
eksternal, dan pendekatan belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, menunjukkan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri
siswa sendiri maupun dari luar diri atau dari lingkungan sekitar siswa berada.
17
orang selalu meletakkan hubungan antara pengertian dan logika berpikir.
Artinya melalui berpikir orang mampu memberikan pengertian, asumsi, dan
menarik kesimpulan. Berpikir menjadi ukuran keberhasilan seseorang dalam
belajar, berbahasa, berpikir, dan memecahkan masalah. Dengan berpikir
seseorang akan menjadi lebih mudah dalam menghadapi berbagai persoalan.
Berpikir membutuhakan kemampuan untuk membayangkan atau
menggambarkan benda atau peristiwa yang secara fisik tidak ada (Pieter et al.
2011:18).
Beberapa psikolog lain juga mengemukakan definisi berpikir seperti: (a)
berpikir adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk memecahkan
masalah, apapun tabiat berpikir tersebut, baik aktivitas ini memerlukan
pemikiran yang lebih banyak atau lebih sedikit sesuai tinggi rendahnya tingkat
kesulitan masalah. (b) berpikir adalah proses yang dijalankan oleh akal untuk
menyusun pengetahuan-pengetahuannya dengan metode baru untuk
memecahkan masalah tertentu. (c) berpikir adalah proses mengambil
informasi-informasi yang ditemukan dan mencampurkan dengan informasi-
informasi yang diingat agar tersusun formasi baru dengan maksud mencapai
hasil-hasil yang diinginkan di masa depan. (d) berpikir adalah mempergunakan
fungsi-fungsi mental untuk memecahkan suatu problem. (e) berpikir adalah
model aktivitas akal yang paling tinggi pada manusia. Berpikir adalah proses
yang dijalankan oleh akal untuk mengoordinasikan pengetahuan-
pengetahuannya dengan cara baru, misalnya memecahkan problem tertentu
(Az-Za’balawi, 2007:99).
DePorter & Hernacki (dalam Maulana, 2018:5) mengelompokkan cara
berpikir manusia ke dalam beberapa bagian, yaitu: berpikir vertikal, berpikir
lateral, berpikir kritis, berpikir analitis, berpikir strategis, berpikir tentang hasil,
dan berpikir kreatif. Menurut keduanya, berpikir kritis adalah berlatih atau
memasukkan penilaian atau evaluasi yang cermat, seperti menilai kelayakan
suatu gagasan atau produk. Sementara itu, Presseisen (dalam Maulana, 2018:6)
membedakan kemampuan berpikir menjadi dua bagian, yakni kemampuan
berpikir dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir
dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional dan kemampuan
18
berpikir esensial. Kemampuan berpikir dasar ini meliputi: menentukan
hubungan sebab akibat, melakukan transformasi, menemukan hubungan,
memberi kualifikasi, dan membuat klasifikasi. Sedangkan yang termasuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, berpikir kreatif, dan berpikir kritis.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang konsep berpikir, maka dapat
disimpulkan bahwa berpikir adalah sebuah aktivitas yang dilakukan oleh akal
dengan cara mengumpulkan informasi-informasi dan mengolahnya sehingga
menghasilkan pengetahuan atau informasi baru untuk menyelesaikan sesuatu.
19
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi
permasalahan dalam realita kehidupan yang tidak bisa dihindari. Dengan
berpikir kritis, seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau
memperbaiki pikirannya, sehingga ia dapat mengambil keputusan untuk
bertindak lebih cepat. Ungkapan sejalan mengenai orang yang berpikir kritis
dikemukakan oleh Splitter (dalam Maulana, 2018:7) bahwa orang yang
berpikir kritis adalah individu yang berpikir, bertindak secara normatif, dan
setiap bernalar tentang kualitas dari apa yang mereka lihat, dengar, atau yang
mereka pikirkan.
Splitter (dalam Maulana, 2018:7) menyatakan bahwa berpikir kritis
adalah introspeksi diri dan berpikir kritis membuat orang peka terhadap
keadaan. Ini berarti, orang yang berpikir kritis, secara rasional berpikir tentang
pikirannya dengan maksud untuk diterapkan pada situasi yang lain. Cabrera
(dalam Maulana, 2018:8) menggungkapkan bahwa berpikir kritis merupakan
proses dasar dalam suatu keadaan dinamis yang memungkinkan siswa untuk
menanggulangi dan mereduksi ketidaktentuan masa mendatang. Ennis (dalam
Maulana, 2018:8) memberikan sebuah definisi, bahwa berpikir kritis adalah
berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Beralasan berarti
memiliki keyakinan dan pandangan yang didukung oleh bukti yang tepat,
aktual, cukup, dan relevan. Sedangkan relektif berarti mempertimbangkan
secara aktif, tekun, dan berhati-hati atas segala alternatif sebelum menggambil
keputusan.
Menurut Pott (dalam Supriadi, 2017:9) berpikir kritis yaitu menemukan
analogi dan hubungan lainnya antara informasi, menentukan relevansi dan
validitas informasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah,
menentukan, dan mengevaluasi solusi atau cara-cara alternatif penyelesaian.
Chanche (dalam Supriadi, 2017:11) seorang ahli psikologi kognitif
mendefinisikan berpikir kritis sebagai kemampuan untuk menganalisis fakta,
membangkitkan dan mengatur ide, mempertahankan pendapat, membuat
perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan
masalah. Menurut Sukmadinata (dalam Supriadi, 2017:11) berpikir kritis
20
adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam
menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan,
menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah. Para ahli menyebutkan enam
komponen yang ada dalam berpikir kritis dan dianggap sebagai inti dari
berpikir kritis. Facione (dalam Supriadi, 2017:12) menggemukakan bahwa
keenem komponen itu adalah interprestasi, analisis, evaluasi, penarikan
kesimpulan, eksplanasi dan pengatur diri.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
berpikir kritis adalah suatu proses aktivitas yang dilakukan otak untuk
merespon sesuatu dan mengambil keputusan yang tepat sesuai yang diyakini
untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
21
h. Mencari alternatif.
i. Bersikap dan berpikir terbuka.
j. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
l. Bersikap secara sistematis, dan teratur dengan bagian-bagian dari
keseluruhan masalah.
m. Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain.
Menurut Enis (dalam Cahyono, 2017:52) kriteria atau elemen dasar yang
harus dimiliki oleh pemikir kritis dalam memecahkan masalah adalah disingkat
dengan Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, and Overview yang dapat
disingkat dengan istilah FRISCO.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kritis seseorang dapat dilihat melalui kemampuan
seseorang dalam memecahkan permasalahan dengan baik, menyimpulkan
sesuatu dengan kata-kata yang sesuai, dan menganalisis sesuatu atau keadaan
berdasarkan fakta.
22
ini dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar sejarah
siswa. Penelitian ini jelas berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis, dimana pada penelitian Lukas ini terdapat variabel metode pembelajaran
dan hasil belajar, sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu hanya
menggunakan variabel kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar. Selain itu
penelitian Lukas ini juga berfokus pada jenjang pendidikan SMA khususnya
pada mata pelajaran sejarah, sedang penulis melakukan penelitian pada jenjang
pendidikan SD.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fahmi Ashari S. Sihaloho pada
tahun 2016 dengan judul “Hubungan kemampuan berpikir kritis dan soft skills
dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA 1
Labuhan Deli T.P 2015/2016”. Penelitian ini dilakukan di SMA 1 Labuhan Deli
pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 tepatnya dik kelas XI yang
berjumlah 159 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
Proportional Random Sampling sebanyak 30% dari populasi yaitu 48 siswa.
Dalam penelitian ini, data diperoleh menggunakan angket dan dokumentasi
berupa daftar kumpulan nilai sekolah. Hasil dari penelitian ini yaitu kemampuan
berpikir kritis siswa dikategorikan baik dengan hasil rata-rata 3,69. Hasil dari
soft skills siswa dikategorikan baik dengan hasil rata-rata 3,97. Hasil prestasi
belajar siswa dikategorikan sangat kompeten dengan hasil rata-rata 3,4. Dari
hasil analisis korelasi didapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan
prestasi belajar dimana rhitung > rtabel adalah 0,306 > 0,248. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dengan
prestasi belajar siswa. Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan penulis. Dimana penelitian yang dilakukan oleh
Fahmi ini memiliki variabel lain yaitu soft skills dan berfokus pada jenjang
pendidikan SMA pada mata pelajaran ekonomi. Sedangkan penelitian yang
dilakukan penulis hanya menggunakan variabel kemampuan berpikir kritis dan
prestasi belajar siswa. Fokus penelitian penulis juga pada jenjang pendidikan
SD.
23
2.4 Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam tolak ukur kemajuan
suatu bangsa. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan generasi yang
bermutu dan dapat memajukan bangsanya. Mutu pendidikan tersebut tercermin
dalam beberapa unsur-unsur yang berkaitan dengan pendidikan. Unsur-unsur itu
berupa guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan maupun kebijakan yang
telah ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Siswa yang dalam hal ini
adalah aspek yang sangat penting perlu mendapat perhatian yang sangat lebih.
Dalam pendidikan, siswa akan melalui proses belajar mengajar. Dalam
proses tersebut, siswa tidak lepas dari aktivitas berpikir. Berpikir adalah ciri
khas sebagai seorang manusia. Manusia disebut juga sebagai Homo sapiens,
yang berarti makhluk yang berpikir. Dalam kesehariannya, manusia tidak lepas
dari aktivitas berpikir termasuk siswa. Berpikir terbagi menjadi dua tingkatan,
yaitu berpikir mendasar dan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis termasuk
dalam tingkatan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis adalah suatu proses
aktivitas yang dilakukan otak untuk merespon sesuatu dan mengambil keputusan
yang tepat sesuai yang diyakini untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Berpikir kritis dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain kemampuan
menganalisis, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan bagi setiap
individu atau siswa.
Dalam proses pembelajaran, berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh
siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa akan mengalami berbagai situasi yang
akan memerlukan sebuah penyelesaian. Untuk mendapat penyelesaian itu, maka
siswa harus melakukan aktivitas berpikir kritis. Ketika siswa mampu
menganalisis, menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dan
menyimpulkannya utamanya dalam proses belajar, maka sudah tentu prestasi
belajar siswa akan terpengaruhi.
Prestasi belajar adalah suatu hasil capaian yang diperoleh seseorang atau
siswa melalui proses belajar. Prestasi belajar ada yang tinggi dan ada yang
rendah. Prestasi belajar sangat tergantung dari proses belajar yang dialami siswa.
24
Setiap orang atau siswa pasti menginginkan untuk menperoleh prestasi belajar
yang memuaskan. Berpikir kritis akan membantu siswa memecahkan
permasalahannya dan memperoleh pengetahuan yang akan meningkatkan
prestasi belajarnya.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebasnya adalah kemampuan berpikir kritis, sedangkan variabel
terikatnya adalah prestasi belajar siswa. Penelitian ini didesain untuk mengetahui
pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa Kelas V di
Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kota Tengah dengan skema sebagai
berikut:
Pendidikan Guru
Siswa
Berpikir Kritis
Menganalisis Menyimpulkan
Memecahkan Masalah
Prestasi Belajar
Tinggi Rendah
25
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat tanya (Sugiyono, 2010:64). Berdasarkan kajian teori dan kerangka
berpikir di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah adanya pengaruh
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April tahun 2019 dengan
rincian kegiatan seperti disajikan pada table 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Waktu Penelitian
No Jadwal Kegiatan Januari Februari Maret April
2019 2019 2019 2019
Proposal/Studi
1.
Pendahuluan
Penyusunan
2.
Instrumen
3. Validasi Instrumen
Perbaikan
4.
Instrumen
5. Pengambilan Data
6. Pengolahan Data
Penyusunan Hasil
7.
Penelitian
27
Penelitian ini termasuk penelitian Ex Post Facto yang berarti penelitian
setelah kejadian. Sudaryono et al. (2013:11) menyebutkan, dalam penelitian Ex
Post Facto peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau
meninjau variabel-variabel. Variabel terikat dalam penelitian ini dapat
langsung diamati sedangkan persoalan utama peneliti adalah menemukan
penyebab yang menimbulkan akibat tersebut.
X Y
28
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keteranagn:
X : Kepercayaan Diri
Y : Prestasi Belajar Siswa
29
dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, serta mengatur strategi
dan taktik.
b. Definisi Operasional
Berpikir kritis dalam penelitian ini adalah total skor tes yang diperoleh
dari siswa kelas V yang memperoleh peringkat tinggi di Sekolah Dasar Negeri
Se-Kecamatan Kota Tengah sebagai responden. Pernyataan dalam tes disusun
berdasarkan indikator-indikator yang telah dirumuskan.
30
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V di Sekolah Dasar
Negeri Se-Kecamatan Kota Tengah yang terdaftar pada tahun ajaran
2018/2019 dengan jumlah siswa 400 orang yang tersebar dalam 12 sekolah
dengan jumlah masing-masing sekolah sebagai berikut.
Tabel 3.2 Distribusi jumlah siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-
Kecamatan Kota Tengah T.P 2018/2019
Jumlah Peserta
No Nama Sekolah Alamat Sekolah
Didik kelas V
Gorontalo, Paguyaman,
Kec. Kota Tengah, Kota
1. SDN 76 Kota Tengah 37 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Paguyaman,
Kec. Kota Tengah, Kota
2. SDN 77 Kota Tengah 34 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Jl.Madura, Pulubala, Kec.
Kota Tengah, Kota
3. SDN 79 Kota Tengah 14 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Pulubala, Kec.
Kota Tengah, Kota
4. SDN 80 Kota Tengah 42 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Pulubala, Kec.
Kota Tengah, Kota
5. SDN 81 Kota Tengah 19 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Liluwo, Kec.
Kota Tengah, Kota
6. SDN 82 Kota Tengah 36 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Dulalowo
Timur, Kec. Kota Tengah,
7. SDN 83 Kota Tengah 25 Orang
Kota Gorontalo Prov.
Gorontalo
8. SDN 84 Kota Tengah Jl. Kalimantan, Dulalowo 29 Orang
Timur, Kec. Kota Tengah,
31
Kota Gorontalo Prov.
Gorontalo
Gorontalo, Dulalowo,
Kec. Kota Tengah, Kota
9. SDN 85 Kota Tengah 51 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Jl. Prof. Dr. Hb. Jassin,
Dulalowo, Kec. Kota
10. SDN 86 Kota Tengah 34 Orang
Tengah, Kota Gorontalo
Prov. Gorontalo
Gorontalo, Wumialo, Kec.
Kota Tengah, Kota
11. SDN 87 Kota Tengah 51 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Jalan Jeruk, Wumialo,
Kec. Kota Tengah, Kota
12. SDN 88 Kota Tengah 28 Orang
Gorontalo Prov.
Gorontalo
Jumlah 408 Orang
(Sumber: http://sekolah.data.kemdikbud.go.id 2017/2018)
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010:81). Sampel digunakan dengan tujuan memudahkan
peneliti dalam mengambil data, seperti menghemat waktu, tenaga, serta dana
yang dikeluarkan peneliti. Sampel yang dipilih harus benar-benar mewakili
keseluruhan populasi.
Dalam penelitian ini, sampel dipilih menggunakan teknik Purposive
Sampling, dimana teknik ini adalah teknik pemilihan sampel yang penelitinya
secara sengaja memilih suatu sampel dari populasi karena pertimbangan-
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:85). Pertimbangan yang dimaksud
seperti memilih siswa terbaik yang akan memberikan informasi yang akurat
untuk menjadi responden dalam penelitian.
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan rumus Slovin,
karena sampel digunakan pada kondisi jumlah total populasi yang menjadi
objek penelitian tidak bisa diamati satu per satu dengan berbagai kendala dan
alasan. Rumus Slovin (dalam Umar, 2003:141) yakni ukuran sampel yang
32
merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan presentase kelonggaran
ketidaktelitian karena dalam pengambilan sampel masih dapat ditolerir atau
digunakan. Dalam pengambilan sampel ini, digunakan taraf kesalahan sebesar
10% karena semakin besar toleransi kesalahan semakin akurat sampel
menggambarkan populasi.
N
n=
1+ Ne2
Keterangan:
N = Jumlah populasi
400
n=
1+(400 x 0,1¿ ¿2) ¿
400
n=
5
= 80
33
4. SDN 80 Kota Tengah 42 Orang 42
Ni = x 80 = 8,4 = 8
400
5. SDN 81 Kota Tengah 19 Orang 19
Ni = x 80 = 3,8 = 4
400
6. SDN 82 Kota Tengah 36 Orang 36
Ni = x 80 = 7,2 = 7
400
7. SDN 83 Kota Tengah 25 Orang 25
Ni = x 80 = 5
400
8. SDN 84 Kota Tengah 29 Orang 29
Ni = x 80 = 5,8 = 6
400
9. SDN 85 Kota Tengah 51 Orang 51
Ni = x 80 = 10,2 = 10
400
10. SDN 86 Kota Tengah 34 Orang 34
Ni = x 80 = 6,8 = 7
400
11. SDN 87 Kota Tengah 51 Orang 51
Ni = x 80 = 10,2 = 10
400
12. SDN 88 Kota Tengah 28 Orang 28
Ni = x 80 = 5,6 = 6
400
Jumlah 400 Orang 80
34
Tes pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa. Tes dibuat berdasarkan indikator yang telah dirumuskan sebagai
berikut.
Tabel 3.4 Indikator Berpikir Kritis
3.5.3 Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi atau
pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Sudaryono et al. 2013:30). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk
mengumpulkan data awal sebelum menyusun proposal penelitian.
35
36
Daftar Pustaka
Gunawan, Imam et al. 2013. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kritis
dengan Prestasi Belajar Mahasiswa pada Matakuliah Konsep Sains II
Prodi PGSD IKIP PGRI Madiun. (Online) http://e-
37
journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/304/276 diakses pada 8
Januari 2019
Hawadi, Akbar Reni. 2004. Akselerasi A-Z, Program Percepatan Belajar dan
Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo
Hikmawati, Lilis. 2018. Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Sikap Ilmiah dan
Hasil Belajar Siswa Di SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru
Tulungagung. (Online) tersedia di http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/9460/ diakses pada 18 Desember 2018
Sihaloho, Fahmi Ashari S. 2016. Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dan Soft
Skills dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi
38
Kelas XI SMA 1 Labuhan Deli T.P 2015/2016. (Online)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpe/article/view/10648/7894
diakses pada 10 Januari 2019
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
39
Perbedaan Dari Proposal Kegiatan Dan Proposal Ilmiah Di Atas Yaitu:
Dari hasil pengamatan saya terkait dari kedua proposal tersebut, saya
menemukan banyak perbedaan yakni
Berdasarkan isi proposal:
Proposal kegiatan berisi tentang permintaan atau pengajuan
kepada seseorang, kelompok ataupun lembaga untuk melakukan
suatu kegiatan.
Proposal ilmiah atau penelitian berisi pengajuan kepada lembaga
untuk melakukan suatu penelitian.
Berdasarkan sistematis:
Pada proposal kegiatan rincian pembiayaan yang akan di
butuhkan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan, sedangkan
pada proposal penelitian tidak ada.
Pada proposal penelitian terdapat metode atau tehnik, sedangkan
padaa proposal kegiatan tidak ada.
Pada proposal penelitian terdapat kerangka penulisan laporan
,sedangkan pada prosal kegiatan tidak ada
40