Diajukan oleh:
18600046
SURAKARTA
2020
i
DAFTAR ISI
Halaman
COVER.............................................................................................................i
USULAN PENELITIAN................................................................................. ii
DAFTAR TABEL............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................v
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................1
I.2. RumusanMasalah.....................................................................................2
I.5. Hipotesis...................................................................................................3
BAB II ..............................................................................................................4
2.2. Secang.......................................................................................................7
2.4. Antioksidan..............................................................................................12
BAB III.............................................................................................................14
METODE PENELITIAN...............................................................................14
ii
3.1.1. Rancangan Percobaan.............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
7. Jadwal Kegiatan............................................................................................23
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
volume dan berat sehingga lebih mudah dan menghemat ruang pengangkutan
(Winarno, 1997).
Metode yang digunakan dalam pengeringan teh daun tin dengan
menggunakan cabinet dryer atau mesin pengering tipe rak dengan suhu dan waktu
yang sudah ditentukan. Sehingga tidak merusak komponen senyawa dalam bahan
dan dapat mempertahankan warna produk tersebut (Desrosier, 1988).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjelaskan tentang : (1) tanaman tin, (2) tanaman secang, (3)
pengeringan teh, dan (4) antioksidan.
2.1. Tanaman Tin
2.1.1. Taksonomi Tanaman Tin
Tanaman tin (Ficus carica L.) atau dalam bahasa Inggris disebut
dengan fig merupakan tumbuhan penghasil buah yang berasal dari Asia Barat.
Namun, sekarang sudah bisa dibudidayakan oleh beberapa negara seperti
Australia, Cile, Argentina, serta Amerika Serikat dan sampai saat ini sudah
menyebar di wilayah Indonesia. Tanaman tin termasuk dalam kerabat pohon
beringin dengan batang yang lunank berwarna abu-abu halus kecoklatan.
Menurut Joseph and Raj (2011) tanaman tin diklasifikasi sebagai
berikut :
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Species : Ficus carica L.
(Sumber : Tresains)
Gambar 1. Taksonomi Tanaman Tin
3
2.1.2. Morfologi Tanaman Tin
Tanaman tin dapat tumbuh hngga mencapai ketinggian 3-10 m dengan
diameter batang sebesar ± 17,5 cm. Namun, dalam budidaya tanaman ini batang
harus disangga agar tidak mudah roboh. Pada batang tanaman tin terdapat getah
yang berwarna putih, getah ini bersifat toksik pada manusia karena menimbulkan
gatal jika terkena kulit. Saat batang sudah memasuki umur tua maka warnanya
yang semula berwarna hijau muda menjadi kelabu. Ada beberapa batang tanaman
ini berwarna diantara warna hijau muda dan kelabu (Flaishmen et al., 2008)
Akar pada tanaman tin memiliki ciri yang berserat dengan akar tunjang
yang menyebar hingga tiga kali tajuk tanaman (Flaishman et at., 2008). Tanaman
ini bisa tumbuh pada tanah yang kekurangan nutrisi serta tanah salin. (Golombek
dan Lüdders, 1993).
Daun tin memiliki tekstur yang kasar dan panjang lebarnya berkisar 6-
18 cm dan 5-15 cm. Mempunyai struktur tulang daun lateral yang berbentuk lurus
dan menyudut terhadap ibu tulang daun dengan pola pada tiap daunnya serta
mempunyai 3-7 jari. Saat daun rontok menimbulkan getah putih yang berbentuk
seperti cincin di buku-buku rantingnya (Flaishmen et al., 2008).
4
yang lain seperti coumarins, sterol, glikosida, alkaloid, dan saponin (Nebendum
et al., 2010).
Menurut TribunCirebon.com (2020) Selain dari daunnya, buah tin juga
memiliki beragam kandungan nutrisi yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Vitamin
yang terkandung dalam buah tin sangat banyak diantaranya adalah; Vitamin A,
Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K, dan Vitamin B kompleks. Ada juga mineral
yang terkandung dalam buah tin seperti tembaga, zat besi, kalium zat besi,
mangan, magnesium, kalsium, zinc, sodium, dan selenium. Buah tin juga
mengandung fitonutrien yang berguna sebagai senyawa antioksidan.
Menurut El-Shobaki et al (2010) didalam buah tin terdapat beberapa
macam kandungan nutrisi yang dinyatakan dalam bentuk persen.
Tabel 1. Kandungan nutrisi pada buah tin
Nutrisi Persentase (%) kandungan dalam
buah tin
Air 82,20
Protein 1,0001
Lemak 1,70
Serat 1,55
Karbohidrat 12,90
5
Pengeringan merupakan merupakan suatu proses untuk menghilangkan
atau mengurangi sebagian besar yang terkandung dalam suatu bahan dengan cara
diuapkan (Lintang, 2015).
2.3.1 Mekanisme Pengeringan
Penguapan air terjadi bila udara dalam proses pengeringan bersifat
pemberi panas pada bahan serta mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan
yang telah dikeringkan (Lintang, 2015). Kecepatan udara mempengaruhi dalam
kecepatan pengeringan, jika kecepatan udara meningkat maka akan
mengakibatkan bertambah cepatnya kecepatan pengeringan. Kadar air juga
merupakan salah satu faktor mempengaruhi proses pengeringan. Bila kadar air
akhir mencapai kesetimbangan, maka kecepatan pengeringan akan naik sehingga
waktu yang dibutuhkan lebih cepat ( Muarif, 2013).
Menurut Buckle et al. (1987) dalam Lintang (2015), ada beberapa
faktor-faktor lain dalam mempengaruhi pengeringan suatu bahan pangan,
diantaranya adalah:
1. Luas permukaan
6
Bahan pangan yang telah mengalami pengeringan terjadi pengecilan ukuran,
walaupun dengan cara diiris, dipotong, atau digiling. Kecepatan proses
pengeringan dipengaruhi oleh proses pengecilan ukuran. Karena pengecilan
ukuran akan memperluas permukaan bahan, luas permukaan yang tinggi
akan mengakibatkan air lebih mudah berdifusi atau menguap dari bahan
pangan, dan menyebabkan penurunan jarak yang harus ditempuh oleh panas
karena ukuran luas permukaan yang kecil.
2. Suhu
Perbedaan suhu sangat mempengaruhi dalam kecepatan pengeringan.
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan
pangan, maka akan semakin cepat pindah panas ke bahan pangan tersebut
dan semakin cepat pula penguapan air dari bahan pangan. Maka udara yang
bersuhu tinggi lebih cepat mengambil air dari bahan pangan sehingga proses
pengeringan lebih cepat.
3. Kecepatan aliran udara
Semakin cepat pergrakan atau sirkulasi udara, maka proses pengeringan
akan semakin cepat. Prinsip yang digunakan menyebabkan bebrapa proses
pengeringan menggunakan sirkulasi udara seperti pada pengering dryer,
pengering semprot.
4. Kelembapan udara
Kecepatan pengeringan semakin tinggi apabila udara semakin kering atau
kelembaban semakin rendah. Kelembaban udara juga menentukan kadar air
akhir bahan pangan setelah dikeringkan. Jika udara disekitar bahan
pengering mengandung uap air tinggi, maka kecepatan penyerapan uap air
oleh bahan pangan akan semakin cepat juga.
5. Lama pengeringan
Sebagian besar bahan pangan sensitif terhadap panas maka waktu
pengeringan yang digunakan harus maksimun, yaitu kadar air bahan akhir
yang diinginkan telah tercapai dengan lama pengeringan yang pendek.
Pengeringan dengan suhu tinggi dalam waktu yang singkat dapat menekan
7
kerusakan bahan pangan dibandingkan waktu pengeringan yang lebih lama
dan suhu rendah.
Menurut Farel et al. (2012), salah satu alat pengering yang biasa
digunakan dalam pengeringan adalah cabinet dryer. Cabinet dryer atau pengering
kabinet merupakan alat pengering yang menggunakan udara panas dalam ruang
tertutup (chamber). Ada dua tipe yang termasuk dalam pengering kabinet,
diantaranya adalah tray dryer atau rak pengering dan vacuum dryer. Vacuum
dryer merupakan alat pengering dengan menggunakan pompa dalam
penghembusan udaranya. Pengering kabinet memiliki kelebihan dengan harga
yang murah, namun juga memiliki kelemahan yaitu kurangnya pengontrolan
aliran udara yang bergerak sehingga bila aliran udara terlalu kencang,
menyebabkan aliran turbulen dalam ruang tertutup, yang akan menghambat proses
pengeringan.
1.5. Hipotesis
Berdasarkan penjelesan latar belakang dan tujuan dari penelitian, maka
diperoleh hipotesis yaitu hubungan yang signifikan antara suhu serta lamanya
pengeringan terhadap kandungan dan karakteristik teh daun tin.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan tentang: (1) Rancangan Percobaan, (2) Bahan dan
Alat penelitian, (3) Cara Kerja, (4) Parameter Penelitian, (3) Tempat dan Jadwal
Penelitian.
3. 1. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan terdapat dua faktor yaitu: suhu pengeringan yang terdiri dari
tiga taraf, dan lama pengeringan yang terdiri dari tiga taraf juga.
Faktor Perlakuan:
a. Suhu pengeringan teh daun tin dan kayu secang (s), terdiri dari tiga taraf,
yaitu:
(1) s1 = 50°C
(2) s2 = 60°C
(3) s3 = 70°C
b. Lama pengeringan teh daun tin dan kayu secang (l), terdiri dari tiga taraf,
yaitu:
(1) l1 = 3 jam
(2) l2 = 4 jam
(3) l3 = 5 jam
Kombinasi perlakuan ada 9, setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Sehingga jumlah kombinasi perlakuan yaitu 27 satuan percobaan.
Model rancangan percobaan dan tata letak percobaan dapat dilihat pada tabel
4.
9
45°C (s2) s2l1 s2l2 s2l3
60°C (s3) s3l1 s3l2 s3l3
30°C (s1) s1l1 s1l2 s1l2
45°C (s2) s2l1 s2l2 s2l2
60°C (s3) s3l1 s3l2 s3l2
30°C (s1) s1l1 s1l3 s1l3
45°C (s2) s2l1 s2l3 s2l3
60°C (s3) s3l1 s3l3 s3l3
Keterangan :
1. s1l1 : suhu pengeringan 30°C dengan waktu pengeringan 5 jam
2. s2l1 : suhu pengeringan 45°C dengan waktu pengeringan 6 jam
3. s3l1 : suhu pengeringan 60°C dengan waktu pengeringan 7 jam
4. s1l2 : suhu pengeringan 30°C dengan waktu pengeringan 5 jam
5. s2l2 : suhu pengeringan 45°C dengan waktu pengeringan 6 jam
6. s3l2 : suhu pengeringan 60°C dengan waktu pengeringan 7 jam
7. s1l3 : suhu pengeringan 30°C dengan waktu pengeringan 5 jam
8. s2l3 : suhu pengeringan 45°C dengan waktu pengeringan 6 jam
9. s3l3 : suhu pengeringan 60°C dengan waktu pengeringan 7 jam
10
Color Reader, botol timbang, pipet volum, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet mikro, gelas beker, timbangan digital, kaca arloji, vortex,
dan alat analis lainnya.
3.3. Cara Kerja
Prosedur penelitian teh daun tin dan kayu secang dilakukan pada penelitian
ini bersumber dari Sari dkk (2020) adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Bahan
Daun tin varietas hijau pemetikan daun tin pada tangkai ke-2 s/d 5 dari
ujung tanaman tin seberat 1 kg.
2. Sortasi
Sortasi bahan baku merupakan tahap awal yang perlu dilakukan untk
mendapatkan daun tin yang berkualitas. Sortasi akan menetukan hasil akhir
yang akan diperoleh sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara manual untuk memisahkan bahan baku yang baik,
cacat, busuk.
3. Pencucian
Bahan yang sudah disortasi disimpan di baskom dan dicuci pada air
mengalir untuk membersihkan potongan-potongan benda lain atau kotoran
berupa tanah atau debu yang menempel. Dalam pencucian diusahakan agar
kotoran tidak mempengaruhi warna penampakan bahan baku, karena
dikhawatirkan kotoran yang terbawa akan mempengaruhi khasiat dari teh
daun tin. Pencucian juga tidak boleh terlalu lama untuk menghindari
penurunan kualitas dan kandungan senyawa aktif.
4. Penirisan
Penirisan dimaksudkan untk mengurangi kandungan air yang terdapat pada
daun tin yang sudah dilakukan proses pencucian. Hal ini bertujuan untuk
mempercepat proses pengeringan.
5. Blanching
Blanching dilakukan dengan menggunakan uap air yang telah dididihkan.
Lama waktu blanching selama 15 menit. Proses ini memiliki fungsi untuk
meminimalisir rasa sepat pahit pada daun tin.
11
6. Pelayuan
Daun tin dan yang telah ditiriskan kemudian akan dilayukan dengan cara
dihamparkan pada lantai yang diberi alas selama 8 jam pada suhu 28°C-
30°C dengan dua kali pembalikan jam ke-3 dan jam ke-6. Pelayuan
dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun tin dan
memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Biasanya pelayuan dilakukan
dengan cara dijemur atau ditiriskan diruangan berangin untuk mengurangi
kelembaban. Akan mengalami kehilangan lebih dari seperempat massanya
akibat pelayuan.
7. Penggulungan
Setelah dilayukan selama 8 jam. Daun tin dan kayu secang dilakukan proses
penggulungan dengan cara digulung dan dirajang dengan tebal kurang lebih
0,5 cm, agar diperolah ukuran daun yang sama. Setelah itu, dilakukan proses
enzimatis dengan cara dihamparkan pada lantai yang telah diberi alas
selama 2 jam pada suhu 27°C.
8. Pengeringan
Daun tin yang telah mengalami proses oksidasi, kemudian dikeringkan
dengan alat cabinet dryer dengan diletakkan pada tiga rak, rak pertama
untuk lama pengeringan 5 jam, rak kedua untuk lama pengeringan 6 jam, rak
ketiga untuk lama pengeringan 7 jam dengan suhu pengeringan 30oC, 45oC,
dan 60oC. Tebal hamparan daun dan kayu secang pada rak sekitar 4 cm.
9. Penyeduhan
Proses penyeduhan dilakukan dengan mengambil daun tin dan kayu secang
sebanyak 1 gram dengan air panas pada suhu 80°C sebanyak 200 ml selama
10 menit (laily, 2017).
10. Daun Tin
Setelah melalui tahap sebelumnya, maka dilakukan uji organoleptik seduhan
teh daun tin.
12
Diagram Alir Uji Organoleptik dan Analisis Antioksidan Teh Daun Tin dan Kayu
Secang
Daun Tin
Pemetikan
Kulit secang,
Sortasi daun rusak,
busuk
Blanching
Penirisan Air
Pengeringan
s = 30oC, 45oC, 60oC Uap
l = 5 jam, 6 jam, 7 jam air
13
X
Penyeduhan
(t = 10 menit)
Gambar 8. Diagram Alir Uji organoleptik dan Analisis Antioksidan acuan dari
(Sari dkk,2020)
a. Respon Kimia
Respon kimia yang dilakukan terhadap produk teh daun tin dan kayu secang
dengan menggunakan metode Hunter L,a,b adalah:
4. Uji kadar air dengan metode thermogravimetri.
5. Uji kadar tanin dan total fenol menggunakan metode folin ciocalteu.
6. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH.
b. Respon Organoleptik
Tipe pengujian yang dilakukan adalah uji hedonik metode scoring. Tujuan
uji hedonik ini dilakukan untuk menentukan kualitas dan tingkat kesukaan
panelis terhadap sifat organoleptikdari seduhan daun tin dan kayu secang
kering. Uji hedonik ini meliputi warna, rasa, dan aroma dari seduhan daun
tin dan kayu secang kering terpilih sebanyak 1 gram dengan air panas pada
suhu 80°C sebanyak 200 ml selama 10 menit (laily, 2017).
3.5. Tempat dan Jadwal Penelitian
1. Tempat Penelitian
14
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia dan Biokimia,
Mikrobiologi, Uji Sensoris, dan Bakery/Rekayasa, Fakultas Teknologi dan
Industri Pangan, Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
2. Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
15
Abdel-Aal., El Sayed., J. Y. Christoper., and I. Rabalski. 2006. Anthocyianin
Composition in Black, Blue, Pink, Purple, and Red Cereal Grain. Journal of
Agricultural and Food Chemistry 54 : 4696 - 4704.
Agustina, Eva. 2017. Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Dau Tin
(Ficus Carica Linn) dengan Pelarut Air, Metanol, dan Cmpuran Metano-
Air. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel: Surabaya.
Andriani, R.N,. 2017. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Aktivitas
Antioksidan Teh Herbal Daun Nypa fruticans. [Skripsi]. Universitas
Brawijaya : Malang.
Bambang S.A, Tiara N.A, Asri N,. 2020. Pengaruh Lama Blanching dan Rumus
Petikan Daun Terhadap Karakterisktik Fisik, Kimia, Serta Sensoris Teh
Daun Tin (Ficus Carica). Universitas Sebelas Maret Surakarta : Surakarta.
Desti K.S, Dian R.A, Sigit P,. 2020. Pengaruh Waktu dan Suhu Pengeringan
Terhadap Karakteristik Teh Daun Tin (Ficus Carica L.). Universitas
Sebelas Maret : Surakarta.
Elsa ,W.N,. Moh. Abbas, Z,. Yeni, S,. 2018. Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan
terhadap Sifat Fisiko Kimia Teh Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata). Universitas Mataram : Mataram.
El Shobaki F.A., et al, 2010. Effect of Figs Fruit (Ficus carica L.) And its Leaves
on Hyperglycemia in Alloxan Diabetic Rats. World J. Dairy Food Sci. 5 1
47–57.
16
Farel, H., Napitupulu, Putra Mora Tua, 2012. Perancangan dan Pengujian Alat
Pengering Kakao dengan Tipe Cabinet Dryer untuk Kapasitas 7,5 kg per-
Siklus. Universitas Sumatra Utara: Medan .
Flaishman, M.A., Rodov, V., Stover, E., 2008. The fig: botany, horticulture, and
breeding. Hortic. Rev.-WESTPORT THEN N. Y.- 34, 113.
Golombek, S.D., Lüdders, P., 1993. Effects of short-term salinity on leaf gas
exchange of the fig (Ficus carica L.). J.Plant Soil 148, 21–27.
Harun, N., Rossi, E., dan Adawiyah M. 2011. Karakteristik Teh Herbal Jagung
dengan Perlakuan Lama Pelayuan dan Lama Pengeringan. Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jeong, M.R, H.Y. Kim & J.D. Cha. 2009. Antimicrobial Activity of Methanol
Extract from Ficus carica Leaves Against Oral Bacteria. J Bacteriol Virol.
39 (2): 97-102.
Laily, Fakhria Nur. 2017. Pengaruh Lama Pelayuan dan Kondisi Daun Terhadap
Karakteristik Fisik, Kimia, Serta Sensoris Teh Daun Tin (Ficus carica).
Skripsi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
17
Mahmoudi, S., Khali M. Benkhaled, A., Benamirouche, K and Baiti I. 2016.
Phenolic and flavonoid content,antioxidant and antimicrobial activities of
leaf extract from ten Algerian Ficus carica L. Varieties. Asian Pac. J. Trop.
Biomed 6 (3) : 239-245.
Mujahidin. Mumu. 2020. Disebut Buah Surga, Inilah 10 Manfaat Buah Tin,
Daunnya Sangat Baik Dikonsumsi oleh Pasien Diabetes.
https://cirebon.tribunnews.com/amp/2020/01/29/disebut-buah-surga-inilah-
10-manfaat-buah-tin-daunnya-sangat-baik-dikonsumsi-oleh-pasien-
diabetes?page=3. Tribunnews Cirebon. Diakses pada 15 Oktober 2020
(pukul 23.32 WIB).
Nebedum, JO, Udeafor, PC, Okeke, CU. 2010. Comparative effects of ethanolic
extract of Ficus carica and Mucuna pruriens leaves on haematological
parameters in albino rats. Biokemistri, 22 (2) : 77-84.
Ramdana Sari dan Suhartati. 2016. Secang (Caesalpinia sappan L.) : Tumbuhan
Herbalkaya Antioksidan. Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan :
Makasar.
Ritonga, R., I. Mara., dan E. Widya., 2013. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid. Makalah Kimia Bahan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara, Medan.
Santriakhirzaman.2017.KhasiatTehDaunTin.https://steemit.com/health/@santriak
hirzaman/khasiat-teh-daun-tin/. Steemit. Diakses pada 15 Oktober 2020
(pukul 22.58 WIB).
18
Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyuono, I.A. Donatus., Purnomo. 2002.
Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-Sifat, dan Penggunaan.
Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional UGM.
Wahyuni, O.T., Hertiani, T., 2016. DPPH Radical Scavenging Activity, Total
Phenolics
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas: Potensi Dan Aplikasinya
Dalam Kesehatan. Kanisius : Yogyakarta. 282 hal.
Winarti, C. dan Nurdjanah, N., 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat
Sebagai Sumber Pangan Fungsional, Jurnal Litbang Pertanian, 24(2), 47-
55.S
19