Anda di halaman 1dari 43

DESAIN PELAT DAN BALOK

BETON

PENDAHULUAN-
KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR
PERTEMUAN KE-1B

PENGAMPU : Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


MATERI
1. Metode perencanaan berdasarkan
keadaan batas.
2. Standar / code
3. Metode perencanaan beton bertulang

Page 2 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Metode Perencanaan Beton Bertulang

3 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


4 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
5 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
Peraturan Untuk Perencanaan

• Pada umumnya tiap negara memiliki peraturan masing – masing.


• Di Amerika Serikat, sebelum tahun 2000 dikenal tiga macam
standar perencanaan bangunan yaitu Uniform Building Code
(UBC), Standard Building Code dan Basic Building Code.
• Ketiga macam peraturan ini mencakup persyaratan – persyaratan
dalam proses desain suatu struktur bangunan.
• Setelah tahun 2000, ketiga macam peraturan ini digantikan oleh
International Building Code (IBC) yang selalu diperbaharui setiap
3 tahun.
• Sedangkan peraturan desain yang lebih spesifik untuk struktur
beton bertulang diatur dalam Building Code Requirements for
Structural Concrete (ACI 318M-11).
• Di Indonesia sendiri peraturan desain struktur beton diatur dalam
SNI 2847:2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung, yang disusun dengan mengacu pada peraturan ACI 318-
11

6 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


7 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
8 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
9 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
10 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
• Konsep perencanaan yang dianut oleh
ACI maupun SNI adalah berbasis
kekuatan, atau yang lebih sering dikenal
sebagai metode LRFD (Load and
Resistance Factor Design)
• Dengan menggunakan konsep ini, maka
persyaratan dasar yang harus dipenuhi
dalam desain adalah :
Kuat Rencana > Kuat Perlu
f(Kuat Nominal) > U
Page 11 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah
DPBB
12 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
13 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
14 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
METODE PERANCANGAN

15 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


METODE PERANCANGAN

16 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


METODE PERANCANGAN

17 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


METODE PERANCANGAN

18 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


METODE PERANCANGAN

19 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


METODE PERANCANGAN

20 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


METODE PERANCANGAN

21 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


22 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
METODE RENCANA KEKUATAN

23 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


METODE RENCANA KEKUATAN

24 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


METODE RENCANA KEKUATAN

25 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


JENIS BEBAN

26 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


KUAT PERLU DAN KOMBINASI PEMBEBANAN

27 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


KUAT PERLU DAN KOMBINASI PEMBEBANAN

28 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Faktor Reduksi Kekuatan f
Beberapa nilai f yg penting, untuk: SNI 03-2847-2002 SNI 03-2847-2013

Lentur, tanpa beban aksial 0,80 0,80


Aksial tarik 0,80 0,80
Aksial tarik dengan lentur 0,80 0,80
Aksial desak 0,70 atau 0,65 0,70 atau 0,65
Aksial desak dengan lentur 0,70 atau 0,65 0,70 atau 0,65
Geser 0,75 0,75
Torsi 0,75 0,75
Tumpuan pada beton (bearing) 0,65 0,65

29 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Faktor Reduksi Kekuatan f

30 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


GRAFIK NILAI REDUKSI KEKUATAN SNI f
2847:2013

Untuk komponen struktur lentur beton bertulang, nilai et harus


sama atau lebih besar daripada 0,004 !

Page 31 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Faktor Reduksi Kekuatan f
• Faktor reduksi kekuatan  a.l. untuk
memperhitungkan adanya kemungkinan:
- ketidaktelitian hitungan
(pemodelan/penyederhanaan perilaku bahan dan
perilaku str.beton bertulang; pembulatan angka2),
- kekurangan mutu bahan,
- kekurangan dimensi,
- ketelitian pelaksanaan (mis. letak baja tulangan).
- Mencerminkan tingkat daktilitas keandalan yang
diperlukan
- Mencerminkan keutamaan elemen struktur di
dalam struktur yang bersangkutan
32 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
Sistem Pembebanan

• Setiap suatu struktur bangunan pasti akan


berfungsi menahan beban (load) tertentu
disamping harus menahan beratnya sendiri.
• Setiap elemen struktur mulai dari plat lantai,
balok, kolom maupun fondasi dimaksudkan untuk
menahan semua beban yang mengkin terjadi.
• Dengan demikian setiap elemen struktur tersebut
akan mempunyai kekuatan (resistance) tertentu
sesuai dengan beban yang harus disukung

• Walaupun intensitas beban telah ditentukan, tetapi


pada prakteknya intensitas beban riil akan
bervariasi, dengan demikan akan terdapat
koef.variasi.

33 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Pembebanan

34 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Contoh : Beban Mati  Berat sendiri bangunan

Bahan Bangunan Berat


Baja 7850 kg/m3
Beton 2200 kg/m3
Beton bertulang 2400 kg/m3
Kayu (kelas I) 1000 kg/m3
Pasir (kering udara) 1600 kg/m3
Komponen Gedung
Spesi dari semen, per cm tebal 21 kg/m2
Dinding bata merah ½ batu 250 kg/m2
Penutup atap genting 50 kg/m2
Penutup lantai ubin semen per cm tebal 24 kg/m2

35 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Contoh : Beban Hidup

Kegunaan Bangunan Berat


Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana 125 kg/m2
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, 250 kg/m2
hotel, asrama, rumah sakit
Lantai ruang olah raga 400 kg/m2
Lantai pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, 400 kg/m2
toko buku, ruang mesin dan lain - lain
Lantai gedung parkir bertingkat, untuk lantai bawah 800 kg/m2
Lantai gedung parkir 400 kg/m2

36 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Contoh : Beban Gempa

37 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


38 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB
Distribusi Beban

39 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Faktor Keamanan (Safety Factor)
• SF secara sederhana dapat dimaknai sebagai adanya reserve
capacity/resistance. Apabila beban dan resistance dinotasikan sebagai Q
dan R, maka Safety Factor (SF) secara sederhana dapat dinyatakan dalam

SF  R  Q  0
• Mengingat beban Q dan resistance R dua-duanya bersifat randaom varia-
bel, maka Factor of Safety (SF) juga versifat randon variabel.
• Di dalam persoalan praktis, angka aman atau factor of safety (SF) diturun-
kan dari suatu logika bahwa intensitas beban ada kalanya bertambah besar
(naik), tetapi resistance berkemungkinan menurun. Hal tersebut akan
menuju pada partial safety coefficient R dan Q,,, sehingga,

R .R  Q .Q

40 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


Yangmana R adalah partial safety coefficient yang nilainya < 1 dan Q
adalah partial safety factor yang nilainya > 1. Terdapat metode/cara khusus
bagaimana cara menentukan koefisien-2 tersebut, yaitu dengan melakukan
penelitian di lapangan.

• Secara praktis, koefisien-2 tersebut didalam Code disebut faktor reduksi


kekuatan f dan faktor beban . Dengan demikian hubungan antara resis-
tance R dan beban Q akan menjadi,
Kuat ada >
f.R   .Q beban rencana
(perlu)

Yangmana faktor reduksi kekuatan f nilainya < 1 dan faktor beban 


nilainya > 1. Nilai faktor reduksi kekuatan f tersebut akan berbeda-beda
untuk peristiwa lentur, geser maupun torsi. Nilai faktor reduksi beban  akan
berbeda-beda tergantung kombinasi beban yg terjadi (D, D+L, D+L+E)

41 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


KONSEP HITUNGAN BETON BERTULANG

Gaya / beban yg bekerja pd struktur ada 2


macam, yaitu:
‫ ٭‬Gaya luar (external force) → gaya yg berasal dari luar: bb mati, bb hidup, bb
angin, gempa, dsb.

‫ ٭‬Gaya dalam (internal force) → re-aksi thd gaya luar: gy lintang, gy aksial,
momen, tegangan, regang-an, dsb.

Perenc beban yg baik yt dg memper-timbangkan faktor aman thd bb luar (faktor


beban) maupun thd bb dlm (faktor reduksi kekuatan).

Faktor beban :
→ Bergantung pd jenis gy luar yg be-kerja pd struktur.
→ Bb mati lbh mudah ditentukan drpd bb hidup, shg faktor bb mati < faktor
bb hidup.
→ Gy luar yg bekerja pd struktur mrpk kombinasi dari berbagai jenis bb yg
ada, dan disebut kuat perlu (U).

42 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB


43 Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah DPBB

Anda mungkin juga menyukai