Anda di halaman 1dari 23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Syaifudin (2009:1) mengemukakan bahwa “IPA adalah ilmu yang

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep prinsip saja, tetapi juga merupakan satuan proses

penemuan”.

Carin dan Sund (1993) dalam Hotimah (2008:6) IPA didefinisikan

sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku

umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan

eksperimen”.

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari alam dan gejala alam baik yang menyangkut makhluk hidup

maupun benda mati.

IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui

pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk

menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya,

Husnul Hotimah (2008:7)


Berdasarkan pada beberapa sumber teoritis di atas, peneliti

memahami bahwa yang dimaksud dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam berarti ”Ilmu” tentang ”Pengetahuan Alam” artinya pengetahuan yang

benar. Pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu,

yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima

oleh akal sehat sedang obyektif artinya sesuai dengan obyeknya, sesuai

dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan

pancainderanya.

2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan

mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali

mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan

aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep

pandangan hidup mereka, Fuad Ihsan (2005:2).

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang

dilakukan seseorang terhadap orang lain agar orang lain memiliki

pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan selalu terjadi

perubahan tingkah laku, bukan saja perubahan dari tidak tahu menjadi tahu,

tetapi perubahan yang terjadi diharapkan meliputi seluruh aspek-aspek

pendidikan seperti aspek kognitif, afektif dan psikomotor, Yohanes Surya

(2002: v).

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari alam dan gejala alam baik yang menyangkut mahluk hidup
maupun benda mati. Menurut Sutrisno (2007) dalam Anita (2009:6)

mengatakan bahwa IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta

menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran

yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi

IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta),

prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk

(kesimpulannya benar).

Pada prinsipnya, IPA diajarkan untuk membekali siswa agar

mempunyai pengetahuan (mengetahui berbagai cara) dan keterampilan

(cara mengerjakan) yang dapat membantu siswa untuk memahami gejala

alam secara mendalam. Selain itu, juga untuk menyadari akan kebesaran

Tuhan Yang Maha Kuasa, Yohanes Surya (2002: v).

IPA diperoleh melalui penelitian dengan menggunakan langkah-

langkah tertentu yang disebut Metode Ilmiah. Anak usia SD tidak diajarkan

membuat suatu penelitian secara lengkap, tetapi dapat mulai diperkenalkan

secara bertahap, misalnya melakukan pengamatan yang cermat, kemudian

melaporkan hasil pengamatannya itu kepada rekan-rekan sekelasnya. Proses

sangat penting dalam menunjang perkembangan anak didik secara utuh

karena dapat melibatkan aspek psikologis anak meliputi kognitif, afektif dan

psikomotoris dalam proses dapat dikembangkan sikap ilmiah.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang

bertujuan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang


terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui

serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan

penyajian gagasan-gagasan, Catur Helis Purnomo (2015:18).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pembelajaran IPA

adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam

dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan

teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, dan konsep yang

terorganisasi tentang alam sekitar.

3. Tumbuhan
Menurut Amy-Jane Beer, dkk (2010:4) tumbuhan membentuk satu

dari lima dunia (kingdom) makhluk hidup. Tumbuhan meliputi tumbuhan

paku yang menghasilkan spora, konifera (tusam) yang menghasilkan

runjung, dan tumbuhan yang menghasilkan biji menggunakan bunga. Ada

ratusan ribu spesies tumbuhan di bumi. Tumbuhan beragam dari lumut hati

yang tinggi hanya sepersekian inci sampai pohon kayu merah raksasa yang

tingginya ratusan kaki. Tumbuhan membuat makanannya sendiri dengan

mengumpulkan energi cahaya matahari dan menggunakannya untuk

mengubah karbondioksida dan air menjadi gula, proses ini disebut

fotosintesis.

Tumbuhan memerlukan air untuk fotosintesis, mengangkut mineral

dan gula di dalam tumbuhan dan mengisi sel-selnya untuk menjaganya tetap

kaku.
Tumbuhan mengeluarkan air dari daun-daunnya melewati lubang-

lubang sangat kecil yang disebut stomata (mulut daun). Air menguap

(berubah menjadi gas) akibat panas dari matahari. Proses ini disebut

transpirasi. Saat air menguap melalui stomata, semakin banyak air tertarik

ke atas melalui xilem, seperti soda yang di sedot melalui sedotan. Pada hari

yang panas, sebatang pohon besar dapat kehilangan lebih dari 100 liter air

selama satu jam melalui transpirasi, Amy-Jane Beer, dkk (2010:8).

Tumbuhan merupakan salah satu dari benda hidup yang terdapat di

alam semesta. Karena tumbuhan merupakan organisme hidup yang

terkandung dalam alam plantae, biasanya organisme dari tumbuhan

menjalankan proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Yang

dikatakan tumbuhan itu mencakup semua benda hidup yang mampu

menghasilkan makanan sendiri dengan bantuan menggunakan klorofil untuk

menjalani proses fotosintesis dan menghasilkan kanji.

Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa

tumbuhan adalah makhluk hidup yang memiliki daun, batang, dan akar

sehingga mampu menghasilkan makanan sendiri. Bahan makanan yang

dihasilkannya tidak hanya dimanfaatkan untuk dirinya sendiri, tetapi juga

untuk manusia dan hewan. Bukan saja makanan yang dihasilkan, tetapi

tumbuhan juga dapat menghasilkan Oksigen (O2) dan mengubah

Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh manusia dan hewan menjadi

Oksigen yang dapat digunakan oleh makhluk hidup lain.


4. Fungsi Bagian Tumbuhan

a. Akar

Semua tumbuhan memiliki akar. Akar ini memiliki peranan penting

untuk kelangsungan hidup tumbuhan. Akar terdiri atas rambut atau bulu

akar dan tudung akar. Bulu akar berfungsi untuk menyerap air dan

mineral dari dalam tanah ke tumbuhan. Tudung akar berguna untuk

melindungi akar pada saat menembus tanah.

Ada dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan akar serabut. Akar

serabut adalah akar yang berukuran kecil-kecil yang tumbuh di pangkal

batang. Akar seperti ini dimiliki oleh tumbuhan, seperti rumput, padi,

jagung, tebu, dan bambu. Akar tunggang merupakan akar utama

kelanjutan dari batang yang tumbuh lurus ke bawah, sedangkan akar-akar

yang lainnya merupakan cabang dari akar tunggang. Contoh tanaman

yang memiliki akar tunggang, yaitu mangga, jeruk, tomat, durian. Akar

tunggang maupun akar serabut ada yang digunakan sebagai tempat

menyimpan cadangan makanan, contoh pada tanaman ketela pohon,

wortel, ubi jalar, dan lain-lain.

Gambar : 2.1 (Akar tunggang dan Akar serabut)


Dari uraian di atas, fungsi akar adalah sebagai berikut:

1) Menunjang berdirinya tumbuhan.

2) Menyerap air dan mineral dari dalam tanah.

3) Menyimpan cadangan makanan.

4) Bernapas.

b. Batang

Tumbuhan selain memiliki akar juga memiliki batang. Pada

umumnya batang tumbuh menuju cahaya matahari sehingga batang

tumbuhnya berlawanan dengan akar. Air dari tanah akan masuk ke dalam

tanaman melalui akar, kemudian air akan diangkut dari akar ke daun

melalui batang sehingga daun tanaman akan segar.

Batang berfungsi mengangkut air dan garam-garam mineral dari

akar ke daun dan tunas. Pada batang, tumbuh tunas-tunas cabang dan

ranting. Daun, bunga, dan buah tumbuh di cabang dan ranting batang

tersebut. Ada juga daun, bunga, dan buah yang tumbuh pada batang.

Batang dapat dikelompokkan menjadi batang berkayu, batang rumput,

dan batang basah.

1) Batang Berkayu

Batang berkayu umumnya keras, pohonnya banyak yang tinggi dan

besar, makanya kayunya ada yang digunakan untuk membuat perabot,

seperti lemari, meja bahkan untuk perahu. Batang berkayu memiliki


kambium yang berfungsi membentuk kayu dan kulit kayu. Contohnya

pohon jati, pohon mangga dan pohon jambu.

Gambar : 2.2 ( Batang Berkayu)

2) Batang Rumput

Batang rumput tidak berkayu, beruas-ruas, dan berongga. Contohnya

batang padi, jagung, dan rumput-rumputan. Tumbuhan dengan batang

rumput umumnya pendek.

Gambar : 2.3 ( Batang Rumput)

3) Batang Basah

Batang basah mudah di potong, batangnya tidak keras dan berair.

Tumbuhan dengan batang basah umunya pendek, tidak setinggi pohon


kayu. Contohnya pohon pisang, bayam, pacar air, kangkung dan

kaktus.

Gambar : 2.4 ( Batang Basah)

Batang tumbuhan dapat pula dikelompokkan menjadi batang

bercabang, lurus, dan berongga.

Kegunaan batang adalah sebagai berikut:

1) Pengangkut air dan mineral dari akar ke daun, buah, dan bunga.

2) Pengangkut zat makanan dari daun ke akar.

3) Tempat tumbuhnya daun, bunga, dan buah.


4) Tempat menyimpan cadangan makanan (seperti pada kentang dan

tebu).

c. Daun

Bagian daun terdiri atas tangkai, helai daun, dan tulang daun.

Helai daun umumnya berwarna hijau, tetapi ada juga yang tidak

berwarna hijau.
Daun tumbuhan umumnya berwarna hijau karena di dalamnya

terdapat zat warna hijau daun atau klorofil. Zat warna hijau daun ini yang

menyebabkan daun dapat mengabsorpsi energi cahaya dan menghasilkan

gula dalam proses fotosintesis. Jadi, tumbuhan yang mengandung zat

hijau daun dapat membuat makanan sendiri.

Gambar : 2.5 (Bagian-bagian Daun)

d. Bunga

Tumbuhan berbiji selain memiliki akar, batang, dan daun juga

memiliki bunga. Alam ini sangat indah dan nyaman jika tanaman sedang

berbunga. Bunga merupakan bagian yang penting bagi pembuahan.

Bunga memiliki warna yang beraneka ragam. Bunga juga ada

yang berbau dan tidak berbau. Bunga yang lengkap terdiri atas beberapa

bagian, yaitu: tangkai bunga, kelopak, mahkota, putik, dan benang sari.
Gambar : 2.6 (Bagian-bagian Bunga)

Gambar 2.5 (Bagian-bagian bunga)

Fungsi masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

1) Tangkai bunga merupakan penghubung batang dengan bunga. Air dan

mineral dari akar sampai ke bunga melalui batang dan tangkai bunga.

2) Kelopak bunga, berfungsi untuk membungkus mahkota bunga ketika

bunga masih kuncup.

3) Mahkota bunga merupakan perhiasan bunga yang berwarna indah,

berfungsi untuk menarik serangga.

4) Putik dan benang sari terletak pada mahkota bunga. Putik merupakan

alat kelamin betina, sedangkan benang sari alat kelamin jantan.

Fungsi utama bunga adalah untuk membentuk biji agar

tanaman dapat ditanam kembali sehingga keturunannya menjadi

bertambah banyak.
1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip

atau teori pengetahuan.Joyce & Weil (1980) dalam Rusman (2013:132)

mengatakan bahwa “Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan

prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis

sistem, atau teori-teori lain yang mendukung”.

Sedangkan Joyce & Weil (1980:1) dalam Rusman (2013:133)

mengatakan bahwa “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran

jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain”.

2. Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model

belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam

bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie (1999:73) dalam

Rusman (2013: 218) bahwa “Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini

merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen

dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab

secara mandiri”.

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi

yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru


membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari

empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap

penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-

baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab

terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas

dua atau tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerjasama untuk menyelesaikan tugas

kooperatifnya dalam:

a. Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya.

b. Merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada

anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi

ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan

mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada

temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa, sehingga

seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya

terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian,

setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara

keseluruhan.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.

2) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.

3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama

membentuk kelompok baru (kelompok ahli).


4) Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok

asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang

mereka kuasai.

5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

6) Pembahasan.

7) Penutup.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan

sebagai berikut :

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar: 2.7(Hubungan antara kelompok Asal dan kelompok Ahli)

Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak

kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang

di dapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota

kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan

ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan

informasinya kepada kelompok lain.


Contoh pembentukan kelompok jigsaw

Gambar: 2.8 (Pembentukan kelompok Jigsaw)

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori

konstruktivisme. Slavin (2007) dalam Rusman (2013:201) pembelajaran

kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam

kelompok. Dalam teori konstruktivisme lebih mengutamakan pada

pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks

untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih

sederhana atau keterampilan yang diharapkan. Model pembelajaran ini

dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan

Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama

dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak, Ratna

(1988:181) dalam Rusman (2013: 201).


Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang

melibatkan partisipasi siswa dalam bentuk satu kelompok kecil untuk saling

berinteraksi, Nurulhayati (2002:25) dalam Rusman (2013:203).

Coopertive learning merupakan kegiatan belajar siswa yang

dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran berkelompok

adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan, Sanjaya (2006:239) dalam Rusman (2013:203). Tom V.

Savage (1987:217) dalam Rusman (2013:203) mengemukakan bahwa

coopertive learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama

dalam kelompok. Tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative

learning, seperti dijelaskan Abdulhak (2001:19-20) dalam Rusman

(2013:203) bahwa “pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing

proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman

bersama di antara peserta belajar itu sendiri.”

Ibrahim (2000) dalam Catur Helis Purnomo (2010:10) menjelaskan

bahwa pembelajaran kooperatif mengembangkan diskusi dan komunikasi

dengan tujuan agar siswa dapat berpikir kritis, berbagi kemampuan,

menyampaikan pendapatnya, saling membantu, meluruskan perdebatan

yang terjadi dalam kelompok, dan saling membantu jika ada perbedaan

dalam memahami konsep.


Nurulhayati (2002:25-28) dalam Rusman (2013:204),

mengemukakan lima unsur dasar model coopertive learning, yaitu:

a. Ketergantungan yang positif,

b. Pertanggungjawaban individual,

c. Kemampuan bersosialisasi,

d. Tatap muka,

e. Evaluasi proses kelompok.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat peneliti simpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang

mengembangkan interaksi antar sesama siswa untuk memperoleh hasil

pembelajaran melalui kerjasama. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara

teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dimana

guru disarankan agar membagi siswa dala kelompok-kelompok secara

heterogen.

4. Hasil Belajar

Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman, karena melalui

pengalaman tersebut pebelajar dapat menggunakan panca inderanya. Hal ini

sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Cronbah (1954) dalam Werang

(2010:2) sebagai berikut: “Learning is shown by change in behavior as

result of experience” (belajar diperlihatkan melalui perubahan perilaku yang

merupakan hasil dari pengalaman).


Sutikno (2007:3) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang nampak pada diri

seseorang setelah mempelajari sesuatu sebagai hasil pengalaman mental dan

emosional. Salah satu lingkungan belajar yang sangat berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa adalah kualitas pengajaran. Sardiman (2004) dalam Catur

Helis Purnomo (2010:16) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi

tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Santyasa (2003) dalam Santyasa (2007:4) mengatakan, “Belajar

berbasis keterampilan berpikir merupakan dasar untuk mencapai tujuan

belajar bagaimana belajar.”

Desain pembelajaran yang konsisten dengan tujuan belajar yang

disasar tersebut tentunya diupayakan pula untuk mencapai hasil belajar

sesuai dengan yang diharapkan. Paradigma tentang hasil belajar yang

berasal dari tujuan belajar kekinian tersebut hendaknya bergeser dari no

learning dan rote learning menuju constructivistic learning.

No learning, miskin dengan retensi, transfer, dan hasil belajar. Siswa

tidak menyediakan perhatian terhadap informasi relevan yang diterimanya.

Rote learning, hanya mampu mengingat informasi-informasi penting dari

pelajaran, tetapi tidak bisa menampilkan unjuk kerja dalam menerapkan


informasi tersebut dalam memecahkan masalah-masalah baru. Siswa hanya

mampu menambah informasi dalam memori. Constructivist learning dapat

menampilkan unjuk kerja retensi dan transfer. Siswa mencoba membuat

gagasan tentang informasi yang diterima, mencoba mengembangkan model

mental dengan mengaitkan hubungan sebab akibat, dan menggunakan

proses-proses kognitif dalam belajar.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

IPA merupakan pengalaman belajar sisa yakni meliputi ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik yang timbul akibat dari kegiatan belajar IPA yang

dilakukannya. Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi

yang diajarkan dan untuk memperoleh hasil belajar maka dilakukan

serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan Sebelumnya

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, sejauh ini ada

peneliti secara khusus yang membahas tentang penerapan model pembelajaran

Jigsaw dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu:

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Syaifudin dengan judul

peningkatan hasil belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Jigsaw pada Siwa

Kelas IV SDN Badean 04 Kecamatan Bangsalsari Jember. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV dengan

menerapkan metode pembelajaran jigsaw pada siklus I diperoleh nilai rata-rata


prestasi belajar siswa adalah mengalami peningkatan dari hasil belajar pra

siklus yang hanya sebesar 53,33 atau meningkat sebesar 26,56% dari rata-rata

nilai pra siklus.

Nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada siklus II adalah 82,50 mengalami

peningkatan dari hasil belajar pada siklus I yang sebesar 67,50 atau meningkat

sebesar 28,12% jika dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus.

Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Siti Mukminatun dengan judul

upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif model

Jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen tahun pelajaran 2009/2010.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas

IV dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw pada siklus I diperoleh

peningkatan sebesar 22,5% dari hasil belajar pra siklus yang hanya 37,5%

menjadi 60%. Peningkatan hasil belajar pada siklus II sebesar 22% dari hasil

belajar pada siklus I yaitu 60% dan kini menjadi 82%, atau meningkat sebesar

44,5% dari hasil belajar pada pra siklus.

C. Kerangka Pikir

Seperti yang telah diungkapkan oleh Carin dan Sund (1993) dalam

Hotimah (2008:6) IPA didefinisikan sebagai “pengetahuan yang sistematis dan

tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data

hasil observasi dan eksperimen”.

Sementara itu, Nurulhayati (2002:25) dalam Rusman (2013:203)

mengatakan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang


melibatkan partisipasi siswa dalam bentuk satu kelompok kecil untuk saling

berinteraksi.

Lie (1999:73) dalam Rusman (2013:218) mengatakan bahwa

“pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif

dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai

enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan

positif dan bertanggung jawab secara mandiri”.

Berdasarkan beberapa teori di atas, peneliti memiliki keyakinan secara

teoritis bahwa Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada Mata Pelajaran IPA, khususnya materi Fungsi Bagian Tumbuhan.

Keyakinan teoritis tersebut masih memerlukan data secara empiris. Penelitian

Tindakan Kelas yang akan peneliti lakukan adalah dalam rangka mendapatkan

data empiris tersebut untuk mendukung keyakinan teoritis di atas, sehingga

pada akhirnya penelitian ini akan menghasilkan kebenaran secara ilmiah.


Kerangka berpikir seperti di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Siswa:
Ketuntasan belajar
Guru: Menggunakan materi fungsi bagian
Kondisi metode ceramah dan tumbuhan rendah.
Awal tanya jawab Hanya 1 siswa
(16,67%) siswa yang
tuntas dan 5 siswa
(83,33%) belum tuntas

Siklus I:
Penerapan Model
Guru: Pembelajaran Jigsaw
Menggunakan dilakukan oleh peneliti
Tindakan Model (perencanaan,
Pembelajaran pelaksanaan, observasi,
Jigsaw refleksi)

Siklus II:
Penerapan Model
Pembelajaran Jigsaw
dilakukan oleh peneliti
bersama siswa
(perencanaan,
pelaksanaan, observasi,
refleksi) sebagai
perbaikan siklus
sesudahnya

Kondisi Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw Hasil


Akhir Belajar tentang Fungsi Bagian Tumbuhan
Meningkat
Gambar:2.9 Kerangka Berpikir
Model Kemmis dan Mc. Taggart
Disadur dari Kasiani Kasbolah 1998
D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jika

menggunakan model pembelajaran Jigsaw maka akan meningkatkan hasil

belajar siswa kelas IV SD Inpres Jagebob IV Merauke pada materi fungsi

bagian tumbuhan, maka dinyatakan hasil belajar siswa meningkat 100%.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Ignatius D. Arianto
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen27 halaman
    Bab Iv
    Ignatius D. Arianto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Ignatius D. Arianto
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen13 halaman
    Bab Iii
    Ignatius D. Arianto
    Belum ada peringkat
  • Aritmetika Sosial
    Aritmetika Sosial
    Dokumen10 halaman
    Aritmetika Sosial
    Ignatius D. Arianto
    Belum ada peringkat
  • Bab 3. Relasi Dan Fungsi
    Bab 3. Relasi Dan Fungsi
    Dokumen22 halaman
    Bab 3. Relasi Dan Fungsi
    Ignatius D. Arianto
    Belum ada peringkat