Anda di halaman 1dari 3

Teknik Geodesi dan Geomatika

Fakultas Ilmu Teknologi Kebumian


Leadership
Budi Gunadi Sadikin
Rabu, 10 Januari 2021
04

Pemaparan mengenai kepemimpinan lebih dicontohkan melalui pengalaman pembicara. Pembicara


mengharapkan agar peserta dapat mengambil sisi positif dan menyaring sisi negative. Tidak ada maksud
menyombongkan diri ataupun mengasihani diri dari kebaikan dan keburukan yang dilalui.

A. Pendaftaran Kuliah
Pada saat pembicara masih SMA, beliau mencoba mendaftar beasiswa seperti beasiswa Habibie dan
beasiswa Perintis 1 & 2. Pembicara termasuk siswa yang berprestasi, sehingga jala yang dilalui untuk
lolos beasiswa lebih mudah. Di masa itu, beliau mencoba-coba mendaftar beasiswa Perintis 1 & 2
secara bersamaan meskipun bertentangan dengan aturan yang ada. Meskipun beliau lolos dalam kedua
beasiswa tersebut, beliau hanya memilih beasiswa Perintis 2 karena aturan yang membatasinya
sehingga beliau berkuliah di ITB.

Nilai: “Jalur hidup kita telah ditentukan oleh Tuhan YME. Tetaplah berusaha untuk menggapai mimpi-
mimpi kita, namun jangan pernah memaksakan keadaan.”

B. Awal Kuliah di ITB


Pada masa awal Tahap Persiapan Bersama selalu dilaksanakan pre-test untuk mengetahui kemampuan
mahasiswa baru. Pembicara sangat yakin dengan kemampuannya. Namun, dari ketiga pre-test yang
diikuti, beliau selalu ranking dua. Beliau hanya selisih satu nomer dengan temannya yang rangking
pertama. Padahal, saat SMA beliau selalu mendapatkan posisi pertama. Karena merasa penasaran beliau
mengajak temanyya yang rangking pertama untuk belajar Bersama demi mendapatkan kiat-kiat belajar.
Namun, hasilnya tetap saja seperti sebelumnya, beliau mendapatkan rangking dua kembali.

Nilai: “Jangan berpikir kita adalah yang terbaik. Di atas langit masih ada langit..”

C. Masa Kuliah
Beliau merasa beruntung karena dapat menjadi mahasiswa ITB. Pada masa perkuliahan beliau dulu,
beliau berkesempatan mengikuti unit kesenian marching band dan olahraga. Karena pengalaman
tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan beliau, terutama sebagai seorang pemimpin.

Nilai: “Pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang telah melewati tataran hati & jiwa, pengetahuan,
dan fisik.”
D. Pengalaman Kerja di Jepang
Saat bekerja di Jepang, beliau menjumpai banyak orang dari berbagai negara. Suatu Ketika beliau
diundang oleh atasan beliau dengan rekan kerjanya yang berasal dari India. Waktu itu atasan beliau
memberikan saran dan ilmu. Atasan beliau membuat perumpamaan negara Indonesia dan India sebagai
dua ekor kalajengking. Bila beliau menempatkan kalajengking tersebut ke dalam gelas, maka keduanya
tidak akan bisa keluar karena saling menjatuhkan satu sama lain. Hal tersebut dimaksudkan bahwa
orang Indonesia dan India sama-sama memiliki rasa jealousy yang tinggi, terutama terhadap budaya.

Nilai: “Budaya iri dan pencemburu itu sangat buruk dan dapat menghambat kemajuan bangsa.”

D. Pengalaman Kerja di Marketing


Pada saat bekerja di IBM, suatu Ketika beliau mendapat undangan untuk melakukan pertemuan antar
calon direktur. Di sana, beliau mendapatkan pemaparan dari Profesor Rubik. Profesor tersebut
menjelaskan bahwa orang-orang yang terlalu menganggap dirinya bisa dan terbaik sering terkena power
of trap dimana mereka akan terjebak dalam zona mereka sendiri dan tidak akan pernah maju.

Nilai: “Be humble intellectually if you want to keep growing.”

E. Bank Bali
Saat beliau bekerja di Bank Bali, usia beliau sekita tiga puluh tahunan. Beliau merupakan salah satu
karyawan termuda. Beberapa atasan beliau sering memberikan kepercayaan kepada beliau untuk
menjadi seorang pemimpin karena mereka melihat potensi yang dimiliki beliau. Ternyata, apa yang
diperkirakan oleh atasan beliau benar adanya. Saat ini, beliau menjabat sebagai Menteri kesehatan RI.
Seorang pemimpin yang berhasil bukan karena pemimpin tersebut sangat hebat, namun karena
pemimpin tersebut dikelilingi oleh orang-orang yang hebat. Oleh karena itu, bila kita ingin menjadi
pemimpin yang berhasil, maka carilah orang-orang yang sekiranya memiliki potensi dan kemampuan
seperti yang kita harapkan.

Nilai: “If you want to be a good leader, you need to be able to read other’s potential, persuade people,
and promote them.”

F. Bank Danamon
Beliau hanya bekerja di Bank Danamon selama dua tahun. Pada masa inilah beliau merasa tidak nyaman
dengan pekerjaan beliau. Beliau menceritakan bahwa saat bekerja di Bank Danamon, beliau memiliki
tujuan yang salah, yaitu uang.

Nilai: “Carilah tempat dimana kita bisa terus berkembang dengan baik, sedangkan uang dan
kemakmuran akan mengikuti seiring dengan kesuksesan yang kita raih.”
G. Kesimpulan
Kita tidak pernah bisa menjadi seorang pemimpin yang baik bila hanya mempelajarinya melalui kelas
formal. Bahkan, seorang professor kepemimpinan atau seorang ahli kepemimpinan tidak dapat
menjadikan kita sebagai pemimpin yang sesungguhnya. Kepemimpinan hanya bisa didapatkan melalui
dunia nyata. Kita perlu melihat, meniru, dan mempraktikannya dari orang lain. Konsep belajar
kepemimpinan mirip dengan konsep belajar mengendarai sepeda. Namun, poin penting dalam
kepemimpinan adalah bahwa kepemimpinan itu bukan untuk memperkaya diri sendiri, tetapi sebagai car
akita berkontribusi kepada lingkungan dan masyarakat luar.

H. QnA
1. Apa pandangan pembaca dengan konsep kepemimpinan yang demagogue (provokator)?
Jawab: Salah satu kemampuan yang dibutuhkan oleh pemimpin adalah kemampuan untuk bercerita.
Namun, hal terpenting yang harus ada pada seorang pemimpin adalah kepekaan dan hati yang baik.
2. Bagaimana cara membangun kepercayaan terhadap bawahan, terutama bagi pemimpin yang
memiliki sifat perfeksionis?
Jawab: Menjadi pemimpin yang perfeksionis sangatlah baik. Namun, bila segala hal dikerjakan
seorang diri, maka itu dinamakan apatis. Solusinya adalah ajari rekan kerja kita sebagaimana kita
mengajari anak kita sendiri sampai mereka bisa.
3. Bagaimana cara menghadapi orang-orang yang menyerang kita?
Jawab: Pemimpin yang bebal terhadap cibiran dan gunjingan orang adalah pemimpin yang ideal.
Bila kita menyimpan energi negative, seperti marah dan dendam, hanya karena kita mendengar
cibiran orang, maka kita akan terhambat dalam melakukan pengembangan diri.
4. Bagaimana cara menyesuaikan pengalaman dan ilmu yang dimiliki sebagai non tenaga medis
terhadap tanggung jawab pembicara sebagai Menteri kesehatan?
Jawab: Leadership tidak pernah memandang latar belakang keilmuan. Namun, bila beliau
mengahadapi hal yang menyulitkan, beliau akan meminta pendapat para ahli di bidangnya dan
melakukan riset pribadi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
5. Apa yang menjadikan pembicara merasa sukses sampai sekarang?
Jawab: Selalu bersyukur dan mengetahui tujuan kedepannya. Sebagai Menteri kesehatan, beliau
paham betul bahwa tugasnya bukanlah menyembuhkan orang sakit, tetapi menciptakan masyarakat
yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai