MELLITUS DI SURABAYA
Dosen Pembimbing :
Dr. Siti Nurkholifah, M.kep.,Sp.Kom
Disusun Oleh :
Elly Tryana Wigati
NIM. P27820118022
Dosen Pembimbing :
Dr. Siti Nurkholifah, M.kep.,Sp.Kom
Disusun Oleh :
Elly Tryana Wigati
NIM. P27820118022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan YME, atas berkat dan rahmat-NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus asuhan keperawatan keluarga tepat waktu.
Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi Praktik Klinik Keperawatan
Keluarga Semester V tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Diabetes. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami
dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini serta teman – teman PKK Kelompok 5 Reguler A
dan teman – teman prodi DIII Keperawatan soetomo Soetomo yang telah membantu
penyusunan Asuhan Keperawatan ini. Kami berharap Asuhan Keperawatan ini dapat menjadi
salah satu sumber literatur bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
asuhan keperawatan ini kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ............................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................................iii
Daftar Lampiran..................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik ..............................................................................................................2
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : SAP Diit pada Diabetes mellitus...............................................................66
Lampiran 2 : Leaflet Diit pada Diabetes mellitus...........................................................71
Lampiran 3 : Lembar Informed Concent........................................................................72
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang
disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk memproduksi insulin atau
kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas pada metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus
terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas insulin pada sel target. Diabetes mellitus
dikategorikan menjadi empat tipe yaitu diabetes mellitus tipe-1, diabetes mellitus tipe-2,
diabetes mellitus gestational dan diabetes mellitus tipe lain yang disebabkan oleh faktor-
faktor lain.(Kerner and Brückel, 2014) Prevalensi diabetes yang terjadi di seluruh dunia
diperkirakan 2,8 % pada tahun 2000 dan 4,4 % pada 2030.Jumlah penderita diabetes
diproyeksikan meningkat dari 171 juta di tahun 2000 hingga mencapai 366 juta di tahun
2030. Negara-negara Asia berkontribusi lebih dari 60% dari populasi diabetes dunia.
(Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, 2011) Di Indonesia prevalensi
penduduk yang berumur ≥15 tahun dengan diabetes mellitus pada tahun 2013 adalah
sebesar 6,9% dengan perkiraan jumlah kasus adalah sebesar 12.191.564 juta. Sebanyak
30,4% kasus telah terdiagnosis sebelumnya dan 73,7% tidak terdiagnosis sebelumnya.
Pada daerah bali prevalensi diabetes mellitus sebesar 1,3% dengan kota Denpasar sebagai
penyumbang terbanyak dibandingkan dengan kota lainnya yaitu sebesar 2% (Riskesdas,
2013) Melihat kenaikan insiden diabetes mellitus secara global yang sebagian besar
disebabkan oleh perubahan pola gaya hidup yang kurang sehat, dapat diperkirakan bahwa
kejadian diabetes mellitus akan meningkat drastis. Melihat bahwa diabetes mellitus akan
memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya
kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian dan
penatalaksanan diabetes mellitus tipe-2. Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 5
pilar yaitu edukasi, diet, latihan fisik, kepatuhan obat, selain itu juga termasuk pencegahan
diabetes mellitus dengan pemantauan kadar gula darah. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kenaikan kasus diabetes mellitus. Salah satunya adalah pengetahuan.
Pengetahuan penderita tentang diabetes mellitus sangat membantu pasien dalam
menjalankan penanganan diabetes mellitus selama hidupnya sehingga semakin baik
penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus berperilaku
dalam penanganan penyakitnnya
Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui tentang
pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan Keluarga untuk “Asuhan
Keperawatan Keluarga Keluarga Diabetes Mellitus Pada Ny. K Di Wilayah Surabaya”.
1.2 Tujuan Praktik
a. Tujuan umum
1
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada keluarga secara profesional
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada Ny.K dengan diabetes
mellitus.
2. Menganalisa masalah kesehatan keluarga Ny.K dengan diabetes mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan Ny.K dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan berdasarkan masalah yang dialami Ny.K dengan diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada Ny.K dengan
diabetes mellitus.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Kosnsep Dasar Keluarga
3
2) Keluarga Besar atau Extended Family adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah yaitu
kakek,nenek, paman, bibi.
b. Secara Modern berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualism maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas sebagai
berikut.
1) Tradisional Nuclear
Keluarga inti yaitu ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,
baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan
baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Middle age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau keduanya - duanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah
atau perkawinan atau meniti karir.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya
atau salah satu bekerja di luar rumah.
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak
anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6) Dual Carrier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertemu keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult.
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
4
9) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
11) Comunal
Satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang monogami dengan
anak anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan
semua adalah orang tua dari anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child
Ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
14) Cohibing Cauple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
5
b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru
lahir.
Tugas perkembangannya adalah:
1) membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
2) rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga;
3) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
4) memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peranperan orang tua dan kakek nenek.
6
1) memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
2) melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan;
3) membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.
g. Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
1) menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
2) mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orang tua lansia dan anak-anak;
3) memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
1) mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
2) menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
3) mempertahankan hubungan perkawinan;
4) menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
5) mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
6) meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan
hidup).memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
2.1.1.6. Fungsi Keluarga
Friedman dan Undang-Undang No. 10 tahun 1992 membagi fungsi
keluarga menjadi 5 yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi Afektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
dasar kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial.Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif,
peran dijalankan dengan baik, dan penuh rasa kasih sayang.
b. Fungsi Sosialisasi
Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan perannya
dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu
melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin,
7
norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam keluarganya, sehingga
individu mampu berperan di dalam masyarakatnya.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi untuk menruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan,
pakaian, perumahan dan lain-lain.
e. Fungsi Perawatan Keluarga
Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan
asuhan keperawatan.
2.2 KONSEP DASAR DIABETES MELLITUS
2.2.1 Definisi
Diabetes millitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati (Yuliana
elin, 2009 dalam NANDA NIC-NOC, 2013).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat,lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin ataumikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Diabetes Militus adalah suatu penyakit dengan keadaan abnormal
yang ditujukkan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. DM adalah
kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa
dalam darah disertai dengan munculnya gejala utama yang khas yaitu urine
yang berasa manis dalam jumlah yang besar (Simatupang, 2017).
Neuropati merupakan salah satu komplikasi jangka panjang dari
DM padapembuluh darah kecil (mikroangiopati). Neuropati terdiri dari
meuropati perifer,otomon, proksimal dan fokal. Neuropati dapat bersifat
polineuropati danmononeuropati. Gejala umum neuropati perifer meliputi,
8
distal arastesia, nyeriseperti kesakitan/terbakar, atau seperti tertusuk, dan
kaki terasa dingin.Terjadinya neuropati perifermenyebabkan klien DM
berisiko mengalami injuri pada daerah periferkhususnya kaki. akibat yang
paling sering terjadi adalah terjadinya ulkus gangrenepada kaki akibat
trauma karena proses neuropati perifer (Smeltzer, 2012)
2.2.2 Etiologi
Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang
progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (NIDDM), penyakitnya
mempunyai pola familial yang kuat. NIDDM ditandai dengan adanya
kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
kelihatan terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang meningkatkan
transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien-pasien dengan
NIDDM terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini
dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi penggabungan
abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama dengan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin menurun, dan jumlah insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia. Sekitar 80% pasien NIDDM
mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin,
maka kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa dan diabetes mellitus
yang pada akhirnya terjadi pada pasien-pasien NIDDM merupakan akibat
dari obesitasnya. Pengurangan berat badan seringkali dikaitkan dengan
perbaikan dalam sensitivitas insulin dan pemilihan toleransi glukosa
(Rakhmadany,2010).
2.2.3 Patofisiologi
Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang
terjadi dalam 3-10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang
disekresi pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap
9
pakai) tidak dapat menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2
adalah sekresi insulin dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk
menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu
meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang normal. Gangguan
sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar
insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati
meningkat, sehingga kadar glukosa darah puasa meningkat. Secara
berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk menghasilkan insulin akan
menurun. Dengan demikian perjalanan DM tipe 2, dimulai dengan
gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya
gangguan fase 2 di mana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi
gangguan sel beta. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kadar
glukosa darah puasa dengan kadar insulin puasa. Pada kadar glukosa darah
puasa 80-140 mg/dl kadar insulin puasa meningkat tajam, akan tetapi jika
kadar glukosa darah puasa melebihi 140 mg/dl maka kadar insulin tidak
mampu meningkat lebih tinggi lagi; pada tahap ini mulai terjadi kelelahan
sel beta menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat kadar insulin puasa
dalam darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap
produksi glukosa hati khususnya glukoneogenesis mulai berkurang
sehingga produksi glukosa hati makin meningkat dan mengakibatkan
hiperglikemi pada puasa. Faktor-faktor yang dapat menurunkan fungsi sel
beta diduga merupakan faktor yang didapat (acquired) antara lain
menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa kandungan dan bayi, adanya
deposit amilyn dalam sel beta dan efek toksik glukosa (glucose toXicity)
(Schteingart, 2005 dikutip oleh Indraswari, 2010).
Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin tetap
dapat dipertahankan sedangkan pada sebagian orang lain sudah terjadi
resistensi insulin dalam beberapa tingkatan. Pada seorang penderita dapat
terjadi respons metabolik terhadap kerja insulin tertentu tetap normal,
sementara terhadap satu atau lebih kerja insulin yang lain sudah terjadi
gangguan. Resistensi insulin merupakan sindrom yang heterogen, dengan
faktor genetik dan lingkungan berperan penting pada perkembangannya.
Selain resistensi insulin berkaitan dengan kegemukan, terutama gemuk di
10
perut, sindrom ini juga ternyata dapat terjadi pada orang yang tidak gemuk.
Faktor lain seperti kurangnya aktifitas fisik, makanan mengandung lemak,
juga dinyatakan berkaitan dengan perkembangan terjadinya kegemukan
dan resistensi insulin (Indraswari, 2010).
11
2.2.4 Pathway
Obsitas, Gaya Hidup, Usia, Pola makan
Retensi Insulin
Asidosis Ateresklerosis
Mual dan Muntah
Makrovaskuler Mikrovaskuler
13
2.2.5 Manifestasi Klinis
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah
(Agustina, 2009): Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak
dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa
diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita
kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan
sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
c. Banyak minum
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira
sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
d. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu
merasa lapar.
Keluhan lain:
a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam, sehingga mengganggu tidur. Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
b. Gatal / Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula
14
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini
dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu
atau tertusuk peniti.
c. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak
secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah
seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
d. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl
b. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan
terahkir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden..
c. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat / normal (dehidrasi /
penurunan fungsi ginjal)
d. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adaya
paereatitis akut sebagai penyebab dari DKA
e. Insulin darah : mungkin atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau
normal sampai tinggi. Resisten insulin dapat berkembar sekunder
terhadap pembentukan antibody
f. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan isnulin
g. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
15
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi
akut dan komplikasi menahun :
a. Komplikasi metabolik akut
1) Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe I)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis,
peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak
bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton
dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion
hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga
mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi
dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami
syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal
2) Hiperglikemia pada penyandang diabetes melitus menyebabkan
kelainanpada pembuluh darah. Neuropati baik neuropati
motorik dan neuropati autonomikakan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot yang kemudianmenyebabkan
terjadinya perubahan distribusi aliran darah pada telapak kaki
danselanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.
(Waspadji, 2006)
3) Adanya permasalahan angiopati dan neuropati pada penderita
diabetes melitus juga diperberat dengan penurunan sistem
imunitas sehingga rentan terhadap infeksi, sehingga bila
penderita diabetes melitus mengalami luka sedikit saja akan
sangat mudah berkembang menjadi ulkus bahkan mengalami
nekrosis jaringan yang menyebabkan gangren diabetika dan
berakhir pada amputasi bilatidak dilakukan penanganan dengan
benar (Tarwoto & dkk, 2012).
4) Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya
terjadi memasuki tahun ke 5)
16
b. Mikroangiopaty
Lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina
(retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetic/dijumpai
pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf perifer
(neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati
berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola
retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut
retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty
berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus
berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia.
Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol
(glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan
sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada
jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan
kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat
menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem
syaraf otonom.
c. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin
dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan
ini berupa :
1) Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
2) Hiperlipoproteinemia
3) Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan
mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-
arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular
perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada
ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta
maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark
miokardium. Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika
pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan
metabolisme glukosa secara keseluruhan.
17
2.2.8 Penatalaksanaan
Ada enam cara dalam penatalaksanaan DM tipe 1 meliputi:
1. Pemberian insulin
2. Pengaturan makan/diet
3. Olahraga
4. Obat hipoglikemik oral
5. Edukasi
6. Pemanatauan mandiri/home monitoring.
Genogram
\
18
1. Tipe Keluarga
Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut.
a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri,
dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami
dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini mungkin belum
mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda
melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda
klarifikasi lagi datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa.
Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak
mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga
lain seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini
banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan.
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini
tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua
dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinankarena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
2. Suku Bangsa
19
Suku bangsa keluarga klien
3. Agama
Agama yang dianut klien dan keluarga.
4. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi adalah, karakteristik keuangan
keluarga dan individu, status pekerja, kategori pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak
bekerja.
5. Aktivitas rekreasi keluarga
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan rekreasi yang meliputi, taman, area bermain,
perpustakaan, rekreasi umum dan privat, serta fasilitas khusus.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Keluarga Ny.A saling menyanyangi satu sama lain, dapat menyelesaikan masalah
dengan musyawarah, berusaha memenuhi kebutuhan hidup di keluarga nya.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Ny.K rukun dengan keluarga, tetangga dan masyarakat.Interaksi sosial
baik. Mengobrol bersama dengan keluarga disaat senggang dan terkadang
mengikuti kegiatan kerja bakti dengan tetangga dan masyarakat sekitar.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a) Mengenal masalah keluarga
Kaji apakah klien dan keluarga dapat mengenal masalah
b) Mengambil keputusan
21
Kaji di keluarga yang mengambil keputusan jika ada yang sakit bisa dirawat di
rumah..
c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit atau tidak
d) Memelihara lingkungan
bagaimana keluarga mengatur dan memelihara lingkungan fisik dan psikologis
bagi anggota keluarganya. Lingkungan fisik, bagaimana keluarga mengatur
perabot rumah tangga, menjaga kebersihannya, mengatur ventilasi dan
pencahayaan rumah. Lingkungan psikologis, bagaimana keluarga menjaga
keharmonisan hubungan antaranggota keluarga, bagaimana keluarga
memenuhi privasi masing-masing anggota keluarga.
e) Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Keluarga Ny.K kurang maksimal dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
karena kondisi ekonomi yang terbatas.
4. Fungsi reproduksi
Data yang dikaji adalah apakah keluarga sudah memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang mudah dijangkau dari tempat tinggalnya, misalnya Posyandu,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas, dan Rumah Sakit terdekat dengan rumahnya.
Sumber pembiayaan yang digunakan oleh keluarga, bagaimana keluarga
membayar pelayanan yang diterima, apakah keluarga masuk asuransi kesehatan,
apakah keluarga mendapat pelayanan kesehatan gratis. Alat transportasi apa yang
digunakan untuk mencapai pelayanan kesehatan, masalah apa saja yang ditemukan
jika keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan umum.
5. Fungsi ekonomi
Fungsi keempat yang perlu dikaji. Data yang diperlukan meliputi bagaimana
keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang
terdiri atas data jenis pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran,
bagaimana keluarga mampu mencukupi semua kebutuhan anggota keluarga,
bagaimana pengaturan keuangan dalam keluarga.
24
d. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adaya paereatitis akut
sebagai penyebab dari DKA
e. Insulin darah : mungkin atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal
sampai tinggi. Resisten insulin dapat berkembar sekunder terhadap pembentukan
antibody
f. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan isnulin
g. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat
26
Genogram
Liver Jantung
58 56 58 60 62 46
58 56 54 52
DM
22
Keterangan:
: Klien
: Laki-laki sudah meninggal
:Perempuan : Cerai
6. Tipe Keluarga
Single Parent
7. Suku Bangsa
27
Keluarga dan klien mengatakan berasal dari suku jawa.
8. Agama
Keluarga klien dan klien mengatakan bahwa beragama islam.
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Klien mengatakan tidak bekerja dan anak klien bekerja di bank mandiri, mendapatkan gaji
kurang lebih Rp.3.000.000 dan cukup untuk menafkahi satu keluarga yaitu klien beserta
anaknya.
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga klien dan klien mengatakan rekreasi ke Kediri sekitar bulan januari-februari
g. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
j. LINGKUNGAN
6. Karakteristik rumah
28
Keluarga dan Ny. K mengatakan bahwa rumah milik sendiri yang diwarisi dari orang tua
Ny.K. Rumah Ny. K hanya memiliki 1 ruangan dengan ukuran kurang lebih 3x3 m yang
dijadikan kamar serta ruang tamu. dan memiliki 1 kamar mandi dan juga 1 dapur.
Denah Rumah
Dapur
k. STRUKTUR KELUARGA
5. Komunikasi keluarga
29
Ny.K mengatakan bahwa komunikasi terbuka terhadap anaknya. Dan biasanya
berkomunikasi menggunakan bahasa jawa.
6. Struktur kekuatan keluarga
Ny. K sebagai kepala keluarga dan Ny.K mengatakan bahwa di keluarganya yang
mengambil keputusan adalah Ny.K
7. Struktur peran (formal dan informal)
Formal
1) Ny. K sebagai kepala keluarga dan juga single parent. Berperan sebagai
pengambil keputusan dalam keluarga, serta berperan sebagai ibu rumah tangga
yang mengurus rumah dan anaknya.
2) Sdri. A sebagai anak tunggal dalam keluaraga
Informal : Ny K dan sdri. A berperan saling mendukung, membantu, dan
menjaga satu sama lain.
8. Nilai dan Norma keluarga
Keluarga Ny.K mengikuti norma-norma di masyarakat dan mengikuti ajaran
sesuai agamanya. Menghargai perbedaan dan saling menghormati orang lain.
l. FUNGSI KELUARGA
6. Fungsi afektif
Keluarga Ny.A saling menyanyangi satu sama lain, dapat menyelesaikan masalah
dengan musyawarah, berusaha memenuhi kebutuhan hidup di keluarga nya.
7. Fungsi sosialisasi
Keluarga Ny.K rukun dengan keluarga, tetangga dan masyarakat.Interaksi sosial
baik. Mengobrol bersama dengan keluarga disaat senggang dan terkadang
mengikuti kegiatan kerja bakti dengan tetangga dan masyarakat sekitar.
8. Fungsi perawatan kesehatan
f) Mengenal masalah keluarga
Keluarga Ny.K belum tahu banyak informasi mengenai diabetes yang di derita
oleh Ny.K. Keluarga Ny.K hanya mengetahui tentang diabetes adalah gula
darah yang tinggi.Dan keluarga Ny.K tidak mengetahui tanda dan gelaja
diabetes mellitus, komplikasi serta klien mengatakan tidak tau mengenai diit
diabetes. Serta klien menanyakan penyebab diabetes.
g) Mengambil keputusan
30
Ny.K mengambil keputusan jika ada yang sakit bisa dirawat di rumah, maka
dirawat di rumah terlebih dahulu,kemudian bila sudah tidak kunjung sembuh
di bawa ke dokter di kalidami.
h) Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Ny. K belum mampu merawat anggota keluarga yang sakit
dikarenakan keluarga tidak ada yang bisa mencegah Ny. K untuk tidak makan
sembarang makanan. Selama ini, Ny. K tidak melakukan diet untuk diaetes
serta tidak pernah melakukan aktivitas seperti olahraga. Keluarga Ny. K
mengatakan bahwa keluarga hanya mengingatkan Ny. K untuk meminum obat
glufor metformin.
i) Memelihara lingkungan
Keluarga Ny.K paham tentang kebersihan lingkungan dibuktikan dengan
lingkungan rumah yang bersih dan tampak nyaman.
j) Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Keluarga Ny.K kurang maksimal dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
karena kondisi ekonomi yang terbatas.
9. Fungsi reproduksi
Ny.K dan suaminya memiliki 1 orang anak yaitu sdri. A. Ny. K menggunakan
sudah menopause.
10. Fungsi ekonomi
Ny.K mengatakan sumber pendapat keluarga dari sdri. A yang merupakan
anaknya. Dan bekerja di bank mandiri.
32
gigi geraham bawah lengkap
14. Leher dan Tidak ada kesulitan menelan, Tidak ada kesulitan
Tenggorokan tidak terdapat pembesaran menelan, tidak terdapat
kelenjar tiroid pembesaran kelenjar tiroid
15. Dada/Thorak Tidak ada nyeri pada dada, Tidak ada nyeri pada dada
suara napas vesikuler, suara
jantung normal, tidak ada
sesak
16. Payudara Tidak terdapat benjolan pada Tidak terdapat benjolan
payudara, payudara kendur pada payudara
17. Pemeriksaan Tidak terdapat linea, dan tidak ada nyeri pada
Abdomen tidak ada nyeri pada abdomen
abdomen
18. Ekstermitas, kuku, Terdapat tidak ada Tidak terdapat penurunan
dan kekuatan otot penurunan kekuatan otot kekuatan otot pada
pada ekstermitas, turgor kulit ekstermitas, turgor kulit
menurun, kuku rapi dan baik, kuku rapi dan bersih
bersih, terdapat varises pada
kaki kanan dan kiri.
19. Genetlia dan anus Klien sudah monopause Tidak dikaji
20. Pemeriksaan Tidak terdapat kelainan pada Tidak terdapat kelainan
Neurologi syaraf pada syaraf
c. Pemeriksaan Penunjang
Gula darah : 452 mg/dl
Asam urat : 3,3 mg/dl
VIII. HARAPAN KELUARGA
Klien dan keluarga mengatakan ingin gula darah Ny. K kembali normal, dank lien ingin panjang
umur serta selalu sehat.
33
ELLY TRYANA
ANALISA DATA
Nama Klien : Ny. K
MASALAH : Hiperglikemia
39
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Rasional : Untuk
menghindari resiko
hipovolemi karena
sering kencing
Edukasi
4. Anjurkan
menghindari
olahraga saat kadar
glukosa lebih dari
250 mg/dl.
Rasional : Latihan
jasmani akan
menyebabkan
terjadinya peningakatan
glukosa darah
5. Anjurkan
kepatuhan terhadap
diet.
41
Rasional : Health
education untuk klien
pada DM agar klien
mengerti tentang
penyakitnya.
7. Kolaborasi
pemberian obat
Rasional : Sebagai
tindakan pengobatan
pada diabetes mellitus
agar membuat stabil
kadar glukosa darah.
(ELLY TRYANA)
42
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DIAGNOSA TUJUAN EVALUASI
KEPERAWAT KRITERIA STANDAR RENCANA
NO KHUSU
AN UMUM INTERVENSI
S
KELUARGA
2. Defisit Setelah Setelah Mampu -Klien Edukasi kesehatan
pengetahuan tindakan tindakan menjelaskan menyebut (SIKI I.12383)
Keluarga Ny.K keperawat keperaw tentang an Edukasi diet (SIKI
berhubungan an atan pengertian pengertia I.12369)
dengan keluarga, keluarga, Diabetes n Observasi
ketidakmampua keluarga keluarga Melitus, Diabetes - Identifikasi
n keluarga dapat dapat gejala-gejala Melitus, kesiapan dan
mengenal mengenal Keluarga Diabetes gejala- kemampuan
masalah dan mengena Melitus, gejala menerima
kesehatan pada mengerti l masalah komplikasi Diabetes informasi
Ny.K dengan tentang penyakit Diabetes Melitus, Terapeutik
diabetes mellitus penyakit diabetes Melitus, dan komplika - Sediakan materi
ditandai dengan diabetes mellitus diet penderita si pendidikan
menanyakan mellitus Diabetes Diabetes kesehatan
masalah yang Melitus. Melitus, - Jadalkan
dihadapi dan dan diet. pendidikan
menunjukkan -Mampu - -klien kesehatan sesuaai
perilaku tidak melakukan melakuka kesepakatan
sesuai anjuran tindakan diit n diit - Berikan
diabetes diabetes kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
- Jelaskan tujuan
kepatuhan diet
terhadap kesehatan
- Informasikan
makanan yang
43
diperbolehkan dan
dilarang
(ELLY TRYANA)
44
FORMAT IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
(ELLY TRYANA)
46
makanan yang
diperbolehkan
dan dilarang
47
anggota keluarga olahraga saat metformin
yang sakit dengan kadar glukosa secara rutin,
diabetes mellitus lebih dari 250 klien
ditandai dengan mg/dl. mengatakan
kadar glukosa darah 4. Anjurkan akan
meningkat kepatuhan mematuhi
terhadap diet. diet diabetes.
5. Kolaborasi O: Tensi :
pemberian obat 120/80
mmHg
Nadi :62
x/menit.
RR : 19
x/menit
Suhu : 37°C
Gula darah :
278 mg/dl
A: Masalah
belum teratasi
P:Intervensi
dilanjutkan
48
NO DIAGNOSA TUJUAN TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN KHUSUS
KELUARGA
1 Ketidakstabilan Kadar 13-12-12 1. Monitor kadar S:Klien
glukosa darah pada glukosa glukosa darah. mengatakan
Ny.K berhubungan darah klien 2. Berikan asupan banyak
dengan membaik cairan oral minum air
Ketidakmampuan 3. Anjurkan putih, minum
keluarga merawat menghindari obat glufor
anggota keluarga olahraga saat metformin
yang sakit dengan kadar glukosa secara rutin,
diabetes mellitus lebih dari 250 klien
ditandai dengan mg/dl. mengatakan
kadar glukosa darah 4. Anjurkan akan
meningkat kepatuhan mematuhi
terhadap diet. diet diabetes.
5. Kolaborasi O: Tensi :
pemberian obat 120/80
mmHg
Nadi :62
x/menit.
RR : 19
x/menit
Suhu : 37°C
Gula darah :
258 mg/dl
A: Masalah
49
belum teratasi
P:Intervensi
dihentikan
52
obat (Glufor
metformin)
54
1. Ketidakstabilan S:Klien mengatakan banyak
glukosa darah minum air putih, minum obat Sabtu, 12 Desember
pada Ny.K glufor metformin secara rutin, 2020
berhubungan klien mengatakan akan mematuhi
dengan diet diabetes.
Ketidakmampuan O: Tensi : 120/80 mmHg
keluarga merawat Nadi :62 x/menit.
anggota keluarga RR : 19 x/menit
yang sakit Suhu : 37°C
dengan diabetes Gula darah : 278 mg/dl
mellitus ditandai A: Masalah belum teratasi
dengan kadar P:Intervensi dilanjutkan
glukosa darah
meningkat
55
1. Ketidakstabilan S:Klien mengatakan banyak
glukosa darah minum air putih, minum obat Minggu, 13
pada Ny.K glufor metformin secara rutin, Desember 2020
berhubungan klien mengatakan akan mematuhi
dengan diet diabetes.
Ketidakmampuan O: Tensi : 120/80 mmHg
keluarga merawat Nadi :62 x/menit.
anggota keluarga RR : 19 x/menit
yang sakit Suhu : 37°C
dengan diabetes Gula darah : 258 mg/dl
mellitus ditandai A: Masalah belum teratasi
dengan kadar P:Intervensi dihentikan
glukosa darah
meningkat
56
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
DOKUMENTASI
Foto Keterangan
Melakukan
pengkajian
Melakukan
pemeriksaan
fisik pada klien
57
Melakukan
pemeriksaan
TTV
Melakukan
pengecekan
kadar gula darah
58
Melakukan
Edukasi tentang
diet Diabetes
Menganjurkan
untuk
meningkatkan
asupan cairan
oral
Memberikan
asupan cairan
oral
59
Hasil
Pemeriksaan
GDA
Kolaborasi
pemberian
insulin
60
61
BAB 5
PENUTUP
.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan tahap-tahap pembuatan asuhan keperawatan pada keluarga, penulis
mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap keluarga khususnya pada Ny. K dengan gangguan
diabetes melitus.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga khususnya pada Ny. K dengan
gangguan diabetes melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan pada keluarga khususnya pada Ny. K dengan gangguan
diabetes melitus.
d. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah disusun pada keluarga
khususnya pada Ny. K dengan gangguan diabetes melitus.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada keluarga khususnya pada Ny. K dengan
gangguan diabetes melitus.
.2. Saran
1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat mempergunakannya
dalam menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada keluarga .
2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam menerapkan asuhan
keperawatan keluarga secara efektif dan efisien baik teoritis maupun di dalam kasus.
3. Bagi Ny. Kselaku sebagai klien agar dapat mengontrol penyakitnya seperti mengurangi
makanan yang banyak mengandung gula serta tidak melakukan aktivitas yang berlebihan.
62
63
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Clevo, H. d. (2012). Ilmu penyakit dalam: patologi diabetes mellitus. Yogyakarta:yayasan
essentia medica (YEM).
Dinkes Kota Semarang. (2010). Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes Kota
Semarang
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta
Nugroho, S. A.,( 2010). Hubungan antara Tingkat Stres drngan Kadar Gula darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo . Kabupaten Sukoharjo
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan BerdasarkanDiagnosa
Medis dan NANDA Nic-Noc Edisi Revisi Jilid I. Jogjakarta: Mediaction.
Smeltzer, S. C. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &Suddarth. Jakarta:
EGC.
Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Tarwoto, W. I. (2012). keperawatan medikal bedah gangguan sistem endokrin.jakarta: CV.
Trans Info Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. 1st. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Waspadji, S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat PenerbitanIlmu Penyakit
Dalam FKUI.
WHO., (2008). Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int.
Lampiran : SAP Diit pada Diabetes mellitus
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Topik : Diabetes Melitus.
B. Hari/Tanggal : Senin, 30 November 2020
C. Waktu : 11.00 Wib
D. Tempat :Rumah Tn. R
E. Penyaji : Mahasiswa DIII Keperawatan Soetomo
1. Tujuan
1.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan, pasien mampu memahami diet penderita
Diabetes Melitus dengan benar.
1.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diadakan penyuluhan selama 30 menit, pasien dapat menjelaskan
tentang:
a. Pengertian Diabetes Melitus
b. Gejala-Gejala Diabetes Melitus
c. Komplikasi Diabetes Melitus
d. Pengelolaan Diabetes Melitus
e. Diet Penderita Diabetes Melitus
65
2. Pelaksanaan Kegiatan
Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan Estimasi Metode Media
masyarakat waktu dan alat
Pendahulua Menjelaskan uraian Menjawab salam 5 menit Cerama Leaflet
n tentang Diabetes Mendengarkan h
Deskriptif Melitus secara Memperhatikan
singkat.
Relevansi Pasien dapat meng-
aplikasikan diet
penderita Diabetes
Melitus
Tujuan
TIU Setelah mengikuti
penyuluhan, pasien
mampu memahami
tentang penyakit
diabetes melitus.
66
komplikasi
Diabetes Melitus,
pengelolaan
Diabetes Melitus,
dan diet penderita
Diabetes Melitus.
Contoh Menyebutkan
komplikasi yang
timbul jika KGD
tidak terkontrol
Latihan Meminta pasien
menyebutkan hal-
hal yang dapat
dilakukan untuk
mengontrol KGD.
Penutup Menanyakan Memperhatikan 10’ Cerama
Test kembali kepada Bertanya h dan
pasien tentang diskusi
pengertian Diabetes
Melitus, gejala-
gejala Diabetes
Melitus, komplikasi
Diabetes Melitus,
pengelolaan
Diabetes Melitus,
dan diet penderita
Diabetes Melitus.
Umpan Balik Pasien mampu
menjelaskan
kembali tentang
pengertian Diabetes
Melitus, gejala-
gejala Diabetes
Melitus ,
komplikasi
Diabetes Melitus,
pengelolaan
Diabetes Melitus,
dan diet penderita
Diabetes Melitus.
67
Tindak Pasien mampu
Lanjut menerapkan diet
penderita Diabetes
Melitus yang
dijelaskan
3. Strategi Pelaksanaan
a. Metode : Ceramah, diskusi,demonstrasi
b. Metode : Leaflet
c. Evaluasi
Evaluasi Proses :
Pasien mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari
penyaji tentang Diabetes Melitus
Evaluasi Hasil:
Pasien mampu menjelaskan kembali pengertian Diabetes
Melitus, gejala-gejala Diabetes Melitus, komplikasi Diabetes
Melitus, pengelolaan Diabetes Melitus, dan diet penderita
Diabetes Melitus.
68
Diabetes Diabetes Mellitus adalah sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang mengalami peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan hormon
insulin.
2. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Penglihatan kabur
Gatal-gatal terutama didaerah kemaluan
Cepat lelah dan mengantuk
Luka sulit sembuh
Banyak kencing
Sering merasa haus
Penurunan berat badan
Banyak makan
3. Komplikasi Diabetes Mellitus
a. Akut : kematian
b. Kronik: cacat
c. Kerusakan ginjal : gagal ginjal: cuci darah
d. Kaki busuk (ganggren)
e. Penyakit jantung
f. Kebutaan
4. Pengelolaan Diabetes Mellitus :
a. Perencanaan diet
b. Melakukan olahraga
c. Minum obat secara teratur
d. Pemeriksaan gula darah
e. Berkonsultasi pada dokter
69
10.00 Makan Selingan
12.00-13.00 Makan Siang
15.00-15.30 Makan Selingan
18.00-18.30 Makan Malam
19.00 Makan Selingan
d. Pedoman makan yang sehat
- Pilih makanan sehat
- Hati-hati memilih makanan pengganti bila lapar
- Variasikan makanan
- Gunakan piring kecil Kunyah perlahan
- Pilih makanan rendah lemak
- Tingkatkan konsumsi makanan berserat (IG rendah)
- Kurangi garam dan batasi gula
F. Referensi
Depkes.(2005).Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Diambil
tanggal 29 September 2012
Jackson, Marilynn.(2011).Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien.Jakarta:Erlangga
Mansjoer, Arif,dkk.(2007).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:FK UI
Suddarth,Brunner.(2004).Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2.Jakarta:EGC
70
Lampiran 7 : Leaflet Diit pada Diabetes mellitus
71
72
Lampiran 8 : Lembar Informed Concent
73
74