MODUL 5
SISTEM RESPIRASI I
JUMP 1 : TERMINOLOGI
Rhonki basah
suara tambahan disamping suara nafas, yaitu bunyi gelembung-
gelembung udara yang melewati cairan (gurgling atau bubling) terutama
pada fase inspirasi.
Suara vesikuler
Vesikuler suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang
normal, bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspiasi.
Pneumonia
Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah
satu atau kedua paru-paru, yang dapat berisi cairan.
Zat asam
Asam adalah molekul atau ion yang dapat memberikan proton (ion
hidrogen H+), atau, alternatifnya, dapat membentuk ikatan kovalen dengan
pasangan elektron (asam Lewis).
Alveoli
Alveoli (alveolus) berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan
karbon dioksida. Alveoli kemudian menyerap oksigen dari udara yang
dibawa oleh bronkiolus dan mengalirkannya ke dalam darah.
Kista paru
Kista adalah benjolan di bawah kulit yang berisi cairan, udara, atau
zat padat seperti rambut. dan kista ini terjadi pada paru-paru.
1.Apakah gejala dan penyebab dari penurunan suara vesikuker dan terdapat rhonki
basah di kedua paru?
JAWAB:
Gejalanya yaitu sesak napas,nyeri dada .rhonki basah terjadi karena aliran udara
yang melewati alveolus mengalami edema.
2.Apa penyebab peradangan parenkim paru-paru dan apakah gejala serta efek dari
peradangan ini?
JAWAB:
Radang paru-paru adalah penyakit akut yang ditandai oleh infeksi pada
parenkim paru-paru. Hal ini biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri, dan
menyerang alveoli, atau kantung udara kecil pada paru-paru. Alveoli dipenuhi
oleh cairan yang terinfeksi sehingga mengurangi kapasitas paru-paru dan
persediaan oksigen.
Gejala radang paru-paru yang paling umum terjadi adalah batuk yang berdahak. Hal
ini biasanya dihubungkan dengan terdapatnya dahak (sputum) berwarna kehijauan
atau kekuningan, namun dahak yang disertai darah juga dapat terjadi. Kondisi ini
biasanya dihubungkan dengan demam dan panas dingin. Beberapa pasien juga dapat
mengalami gejala yang tidak khusus, seperti kelelahan dan pembesaran benjolan pada
leher. Nyeri pada dada, terutama saat sedang menarik udara, juga dapat terjadi.
Kesulitan bernafas juga cukup sering terjadi, dan biasanya ditandai dengan
meningkatnya kecepatan pernafasan dan bersin-bersin. Para pasien, terutama anak-
anak, dapat mengalami ketertarikan pada dada mereka, dan bahkan menggunakan otot
bantuan untuk bernapas, seperti otot leher. Pada kasus yang lebih parah, para pasien
dapat mengalami sianosis atau memudarnya warna kulit dan menurunnya tingkat
kesadaran, menandakan kurangnya asupan oksigen. Beberapa pasien, terutama yang
berusia tua dan menderita sakit kronis, dapat mengalami gejala yang tidak biasa,
seperti nyeri pada perut atau kebingungan.
Efeknya menyebabkan gangguan pertukaran O2 dan CO2 di alveoli sehingga
terjadi penumpukan zat asam. Zat asam ini kemudian akhirnya merangsang paru-
paru untuk bernafas lebih cepat yang tampak sebagai sesak nafas sebagai
kompensasi untuk mengeluarkan zat asam tersebut.
3.Bagaimana pemeriksaan radiologi yang mendukung ke arah pneumonia?
Jawab :
Pemeriksaan radiologi juga dapat mengarahkan penegakan diagnosis Pneumonia
selain berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan foto toraks dapat menunjukan adanya pola interstisial bilateral yang
homogen serta diffuse dapat juga disertai dengan pneumotoraks spontan. Namun,
pada 1/3 kasus juga dapat ditemukan kondisi normal.1,5 Pada kasus seperti itulah
pemeriksaan computed tomography (CT) scan toraks cukup berperan. Pemeriksaan
CT scan lebih sensitif dibandingkan Rontgen toraks dalam mendeteksi Pneumonia.
Pada pemeriksaan CT scan thoraks akan ditemukan gambaran ground-glass
appearance (crazy paving) dengan distribusi yang tidak merata. Ground-glass
appearance tersebut lebih dominan di daerah perihiler. Pada keadaan yang lebih
lanjut, akan ditemukan septal lines dengan atau tanpa intralobular lines
superimposed pada ground-glass appearance serta konsolidasi.
Gejala klinis bervariasi, bergantung pada besar, derajat ekspansi, dan lokasi kista.
Dapat timbul terjadi pergeseran mediastinum, kompresi paru serta diafragma, dan
atelektasis kontralateral. Hal ini sering terjadi pada periode neonatus dengan gejala
klinis berupa takipnea, dispnea, takikardia, stridor, sianosis, tidak adanya suara
respiratorik, serta pendorongan trakea dan jantung, tanpa adanya riwayat atau
gejala infeksi.
Gejala klinis dapat pula berupa penekanan kista pada organ di sekitarnya. Gejala
klinis yang timbul dapat beragam dan lebih ditentukan oleh lokasi kista.
Deformitas bentuk dada dapat berupa pigeon atau funnel chest. Penekanan pada
esofagus dapat menimbulkan disfagia. Penekanan pada trakea atau bronkus
proksimal dapat menimbulkan sesak, batuk berulang, stridor hingga sindrom vena
cava. Kista yang berlokasi dekat karina dapat menimbulkan kompresi saluran
respiratorik dan hiperinflasi paru sehingga timbul gejala gawat napas yang fatal
pada neonatus.
Bagian epitel dalam yang ada di paru terbentuk dari endoderm, sedangkan komponen tulang
rawan, kartilago, dan otot dibentuk dari mesoderm splanknik. Awalnya, tunas paru mempunyai
hubungan terbuka dengan usus depan sehingga pada saat divertikulum respiratorium membesar
ke arah kaudal, terbentuklah 2 bubungan longitudinal yang dipisahkan oleh trakeoesophageal.
Kemudian, pada saat kedua bubungan menyatu membentuk septum trakeoesophageal, usus
depan akan terbagi menjadi usus depan bagian dorsal dan ventral, tunas paru, trakea, dan
esophagus. Nah, primordium respiratorik akan mempertahankan hubungan terbukanya dengan
faring melalui aditus laringis.
lanjut ke pembentukan laring. Laring kan terdiri atas bagian lapisan dalam yang terbentuk dari
endoderm dan komponen kartilago dan otot dibentuk oleh mesenkim arkus faring ke 4 atau ke 6.
Nantinya kan mesenkim ini akan berpoliferasi cepat sehingga aditus laringis akan berubah dari
bentuknya yang celah sagital menjadi berbentuk T celahnya. Lalu, bentuk aditus laringis dapat
dikenali ketika mesenkim dari kedua arkus berubah menjadi kartilago tiroidea, krikoidea, dan
aritenoidea.
Di saat yang sama, epitel laring juga berpoliferasi dengan cepat sehingga terjadi oklusi lumen
temporal, yang dilanjutkan dengan vakuolisasi dan rekanalisasi yang menghasilkan sepasang
resesus lateral, ventrikulus laringis yang dibatasi oleh lipatan jaringan yang nantinya akan
berdiferensiasi menjadi pita suara sejati dan palsu. Semua otot laring disarafi oleh cabang-cabang
kranial ke sepuluh nervus vagus.
untuk pembentukan trakea, bronkus, dan paru. Sewaktu berpisah dengan usus paru, tunas paru
akan membentuk trakea dan dua kantung luar lateral/tunas bronkus. Di awal minggu kelima,
masing-masing tunas bronkus membesar membentuk bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus
utama kanan akan membentuk tiga bronkus sekunder, sedangkan yang kiri akan membentuk dua
bronkus sekunder.
Tunas paru berkembang ke arah kaudal dan lateral rongga paru tubuh sehingga ruang paru,
kanalis perikardioperitonealis menjadi cukup sempit. Saluran-saluran terletak di kesua sisi usus
depan dan secara bertahap diisi oleh tunas paru yang terus membesar. Nantinya ada lipatan
pleuroperitoneum dan lipatan pleuroperikardium yang memisahkan kanalis
perikardioperitonealis dari rongga peritoneum dan rongga perikardium, dan ruang sisanya akan
membentuk rongga pleura primitif.
Nantinya semakin berkembang, mesoderm yang menutupi luar paru akan menjadi pleura viseral
dan mesoderm yang menutupi dinding tubuh dari bagian dalam menjadi pleura parietal. Rongga
diantara pleura viseral dan pleura parietal adalah rongga pleura.
Sampai bulan ketujuh pranatal, pernapasan sudah dapat berlangsung ketika sebagian sel bronkius
respiratorius yang berbentuk kuboid menjadi sel gepeng tipis. Selama dua bulan terakhir
kehidupan pranatal dan selama beberap tahun selanjutnya, jumlah sakus terminalis terus
meningkat yang selain itu sel-sel yang melapisi sakus yang dikenal dengan sel epitel alveolus
tipe I. Pada bulan keenam terbentuk jenis sel lain, yaitu sel epitel alveolus tipe II yang
menghasilkan surfaktan, suatu cairan kaya fosfolipid yang dapat menurunkan tegangan
permukaan di pertemuan udara-alveolus.
Gangguan Respirasi yang Sering Terjadi
Jika salah satu bagian dari organ respirasi bermasalah, secara otomatis sistem respirasi pun akan
terganggu. Berikut beberapa gangguan respirasi:
Flu (influenza)
Penyakit influenza disebabkan oleh virus dan mudah sekali menular. Penularan bisa
melalui kontak langsung ke cairan atau melalui cairan yang keluar dari penderita saat
batuk atau bersin. Saat flu, hidung dipenuhi lendir sehingga mengganggu pernapasan.
Faringitis
Keluhan utama pada penyakit ini adalah nyeri tenggorokan. Faringitis seringkali
disebabkan oleh infeksi virus, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri, sehingga untuk
penanganannya dibutuhkan antibiotik. Beberapa kasus faringitis disebabkan oleh alergi
atau iritasi pada tenggorokan.
Laringitis
Laringitis adalah gangguan pernapasan yang menyerang laring atau pita suara.
Peradangan yang terjadi biasanya disebabkan oleh penggunaan pita suara berlebihan,
iritasi, atau infeksi pada laring. Suara serak atau parau bahkan hilang sama sekali adalah
gejala umum yang muncul jika seseorang mengalami laringitis.
Asma
Asma disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Sesak napas menjadi tanda umum dari
penyakit ini. Biasanya sesak napas dibarengi oleh mengi (wheezing) yang merupakan
suara khas bernada tinggi saat pasien mengeluarkan napas.
Bronkitis
Bronkitis adalah peradangan pada bronkus, yang merupakan saluran udara dari dan ke
paru-paru. Bronkitis umumnya dicirikan dengan batuk berdahak yang kadang dahaknya
bisa berubah warna.
Emfisema
Emfisema menyerang kantung udara alias alveoli. Seseorang yang terkena emfisema
tidak selalu menunjukkan gejala yang khas. Namun seiring perjalanan penyakitnya,
biasanya penderita kondisi ini lambat laun akan mengalami sesak saat bernapas.
Gangguan ini adalah salah satu kondisi yang digolongkan sebagai penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK).
Pneumonia
Pneumonia, atau yang biasa disebut dengan radang paru-paru, merupakan peradangan
akibat infeksi. Batuk berdahak, demam, dan sesak napas adalah gejala umum dari
pneumonia. Ciri lain dari penyakit ini adalah dahak kental yang dapat berwarna kuning,
hijau, cokelat, atau bernoda darah.
Kanker paru-paru
Merupakan salah satu jenis kanker paling berbahaya dengan angka kematian yang tinggi.
Terjadinya kanker paru-paru pada seseorang berkaitan erat dengan merokok baik aktif
maupun pasif, riwayat kanker paru-paru di keluarga, riwayat paparan zat kimia dan gas
beracun seperti asbestos dan radon, atau menghirup udara berpolusi dalam jangka
panjang.
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan
kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing
yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat
konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang
masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua
lubang yang disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang
berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada
bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita
suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara
bergetar dan terdengar sebagai suara.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga
sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang
dengung(resonansi) untuk suara percakapan.
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring
disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang
cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi
utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal
tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan
makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu
membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada
udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya
melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan
sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi
bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus
lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau
alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah
dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus
adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.
6. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot
dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru
kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang
tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut
pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru
tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus
tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian
ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus
alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang
disebut alveolus.
2.1ANATOMI SISTEM PERNAFASAN
Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea, karina,
bronchus principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis,
bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli. Terdapat Lobus,
dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus inferior. Sinistra ada 2 lobus
yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo dextra terdapat fissura horizontal yang
membagi lobus superior dan lobus media, sedangkan fissura oblique membagi lobus media
dengan lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat fissura oblique yang membagi lobus superior
dan lobus inferior. Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan
Visceralis (dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura (cavum pleura).
1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dindingnya
tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan luarnya dilapisi kulit
dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat epitel respirasi: epitel berlapis
silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal. Didalamnya ada konka nasalis
superior, medius dan inferior. Lamina propria pada mukosa hidung umumnya
mengandung banyak pleksus pembuluh darah.
2. Alat penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan lamina
basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong, sel basal dan sel
olfaktoris.
3. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tengkorak yang
berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis dan
sphenoidalis.
4. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan menyatu dan
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat bernapas
udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan
laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak memilki muskularis
mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis menyatu
dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan laringofaring dilapisi epitel berlapis
gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.
5. Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara faring dan
trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus ekstrinsik mengikat
laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid dan krikoid
berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis
memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan
menutup trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu
(lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara). Celah diantara pita suara disebut rima glotis.
Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis
padat, otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N
Laringealis superior.
6. Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jaringan
ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia,
jaringan limfoid dan kelenjar.
7. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar à bronki segmental à bronki subsegmental. Struktur
bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak
teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang sama
sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas lipatan
memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar
submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast, eosinofil.
8. Bronchiolus
Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak
mengandung sel goblet.
9. Bronchiolus respiratorius
11. Alveolus
Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel alveolar besar ( sel
alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya 10% , menempati 95 %
alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar. Sel
alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat,
ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan berlamel. Sel alveolar besar
menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps
alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial.
Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara
alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar.
Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag
melebihi jumlah sel lainnya.
12. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin,
fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat pada
dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler dan
pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. interkostal.
Sistem respirasi secara garis besar terdiri dari bagian konduksi yang terdiri dari cavum
nasi, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminal; dan bagian
respirasi (tempat terjadi pertukaran gas) yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus
alveolar, dan alveoli. Menurut klasifikasi berdasarkan saluran napas atas dan bawah, saluran
napas atas terbatas hingga faring sedangkan saluran napas bawah dimulai dari laring, trakea,
Sel kolumner bersilia adalah jenis sel yang paling banyak, masing-masing sel
Sel goblet juga berlimpah di beberapa daerah epitel pernapasan, pada bagian
17
Gambar 3. Permukaan lumen sel goblet pembesaran 2500x
sinyal seperti pada sel gustatorik (sel pengecap) dan memiliki ujung saraf
Sel granula juga sulit untuk dibedakan, sel ini berukuran kecil dan memiliki
banyak granula inti berdiameter 100-300 nm. Seperti sel sikat, sel granula
mewakili sekitar 3% dari total sel dan merupakan bagian dari sistem
neuroendokrin difus.
Sel basal merupakan sel-sel bulat berukuran kecil di membran basal dan
tidak mencapai permukaan luminal. Sel basal adalah sel punca yang dapat
Hidung merupakan bagian dari wajah yang terdiri dari kartilago, tulang,
otot, dan kulit yang melindungi bagian depan dari cavum nasi. Cavum nasi
tulang dan dilapisi mukosa hidung. Fungsi dari cavum nasi adalah untuk
Vestibulum adalah bagian yang terletak paling depan dan merupakan bagian yang
melebar dari setiap rongga hidung. Kulit hidung pada bagian nares (lubang hidung)
sebasea, dan rambut pendek kasar yang menyaring bahan partikulat dari udara
inspirasi. Pada vestibulum epitel sudah tidak berkeratin dan mengalami transisi ke
kavernosa yang dipisahkan oleh tulang septum hidung. Dari masing-masing dinding
lateral cavum nasi terdapat proyeksi tulang yang memanjang dari depan ke belakang
berbentuk seperti rak yang disebut konka nasi. Konka nasi tengah dan bawah
ditutupi dengan epitel pernapasan sedangkan konka nasi atas ditutupi dengan epitel
turbulensi aliran udara. Hasilnya adalah peningkatan kontak antara aliran udara dan
lapisan mukosa. Dalam lamina propria dari konka terdapat pleksus (anyaman) vena
besar yang dikenal sebagai swell bodies. Setiap 20-30 menit swell bodies di satu sisi
dipenuhi dengan darah dalam waktu yang singkat, mengakibatkan distensi dari
mukosa konka dan secara bersamaan terjadi penurunan aliran udara. Selama proses
ini berlangsung sebagian besar udara dialirkan melalui fossa hidung lain sehingga
selaput ledir tipis dan terletak di bagian atap rongga hidung dekat konka bagian atas.
Epitel olfaktori merupakan epitel kolumner berlapis semu yang terdiri dari tiga jenis
sel:
Sel basal berukuran kecil, berbentuk bulat atau kerucut dan membentuk
sebuah lapisan di lamina basalis. Sel basal adalah sel punca untuk sel
Sel penunjang olfaktori merupakan sel columner, apeks silindris dan bagian
dalam cairan mukus. Peran sel-sel ini belum dapat dipahami dengan baik,
tetapi sel penunjang memiliki banyak kanal ion yang berfungsi untuk
olfaktori. Dibedakan terhadap sel penunjang dari posisi inti yaitu terletak di
antara sel penunjang dan sel-sel basal. Akhiran dendrit dari setiap neuron
dalam lamina propria sebagai saraf yang sangat kecil yang kemudian
dan sphenoid pada tengkorak. Dilapisi dengan epitel respiratori tipis dengan jumlah
sel yang sedikit. Lamina propria terdiri dari beberapa kelenjar kecil dan kontinu
lubang kecil dan lendir yang diproduksi dalam sinus mengalir ke rongga hidung
faring, ke arah kaudal (bawah) menerus menjadi orofaring yang merupakan bagian
belakang rongga mulut. Nasofaring dilapisi dengan epitel respiratori dan terdapat
bangunan tonsil faring medial dan lubang bilateral dari tuba eustachii menuju
telinga tengah.
2.1.5 Faring
Setelah melalui cavum nasi, udara yang diinhalasi akan memasuki faring.
Faring disebut juga sebagai tenggorokan yaitu suatu silinder berongga dengan
dinding yang terdiri dari otot. Faring merupakan bagian yang menghubungkan
bagian ujung belakang cavum nasi dengan bagian atas esofagus dan laring. Faring
Nasofaring merupakan bagian teratas dari faring dan berada di belakang dari cavum
nasi. Udara dari cavum nasi akan melewati nasofaring dan turun melalui orofaring
yang terletak di belakang cavum oris dimana udara yang diinhalasi melalui mulut
laringofaring dimana terdapat epiglottis yang berfungsi mengatur aliran udara dari
faring ke laring.
1. Pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat.
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak
terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan
ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat,
sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3. mempengaruhi konsentrasi ion K
bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti
nilai semula dengan cara:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan
yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan
dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam
darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Ginjal
Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, ginjal mampu meregenerasi ion-ion
bikarbonat dan juga mereabsorbsi ion-ion ini dari sel-sel tubulus ginjal. Dalam keadaan asidosis
respiratorik, dan kebanyakan kasus asidosis metabolik, ginjal mengeksresikan ion-ion hidrogen
dan menyimpan ion-ion bikarbonat untuk membantu mempertahankan keseimbangan. Dalam
keadaan alkalosis metabolik dan respiratorik, ginjal mempertahankan ion-ion bikarbonat untuk
membantu mempertahankan keseimbangan. Ginjal jelas tidak dapat mengkompensasi asidosis
metabolik yang diakibatkan oleh gagal ginjal. Kompensasi ginjal untuk ketidakseimbangan
secara relatif lambat (dalam beberapa jam atau hari).
Paru-paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan karena itu juga
mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini
dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah.
Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan
yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO 2)
juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan
oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga menyebabkan
eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan
alkalosis metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan penahanan
karbondioksida ( untuk meningkatkan beban asam).
1.Ventilasi pulmonal
Ventilasi adalah masuknya udara dari luar tubuh (atmosfer) kedalam pasru dan keluarnya
udara dari paru kembali ke udara luar melalui system pernapasan.
Ventilasi pulmonal adalah pernapasan yang dimulai dari hidung hingga saluran napas dan
alveolus (jaringan napas)
4 tekanan yang mempengaruhi ventilasi pulmonal
1). Tekanan Atmosfer
Tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara atmosfer pada benda dipermukaan bumi.
Pada ketinggian permukaan laut 760 mmHg.
2). Tekanan Pleura
Tekanan cairan diruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura yang
normal pada awal inspirasi (-5 cm air) merupakan nilai isap (tekanan negative) mempertahankan
paru agar tetap terbuka sampai istirahat.
Pengembangan rangka dada akan menarik paru kearah luar dengan kekuatan lebih besar
tekanan jadi lebih negative (-7 cm air)
3). Tekanan Alveoli
Tekanan alveoli bersifat positif dalam keadaan tidak ada udara masuk atau keluar dari paru yaitu
saat akhir ekspirasi biasa, tekanan alveoli ini sama dengan tekanan atmosfer. Tekanan alveoli
harus lebih rendah dari tekanan udara luar saat permulaan inspirasi. Pada akhir inspirasi
maksimal, tekanan alveoli menjadi lebih tinggi dari udara luar dan saat ini dimulailah proses
ekspirasi.
4). Tekanan Transpulmonal
Perbedaan yang ada diantara tekanan alveolus dan pleura pada permukaan luar paru nilai daya
lenting (elastic)
Ventilasi Alveolus adalah kecepatan udara yang baru masuk pada area ini. Perbaruan udara
secara terus-menerus dalam area pertukaran gas, merupakan sebuah penampung pada jaringan
elastin(elastic) . ke elastikan paru ini beragantung pada dua factor, yaitu :
a. Jaringan ikat elastic paru
Setiap jaringan ikat ini mengandung serat-serat elastin yang kemudian elastin itu membentuk
jaringan yang memperkuat elastisitasnya yang membungkus paru
b. Tegangan permukaan alveolus
Ditimbulkan oleh lapisan tipis cairan yang melapisi bagian dalam alveolus, dari gaya tarik tak
seimbang antara ikatan molekul air dipermukaan yang lebih kuat dibanding dengan udara diatas
permukaan. Terdapat cairan dalam elveoli ini yang membuat tegangan permukaanya menjadi
naik.
2. difusi gas respirasi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi.
Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau
mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun
tidak ada perbedaan konsentrasi.
Contoh yang sederhana adalah peristiwa respirasi adanya gas yang mengalir dari udara ke
paru paru , ke alveolus dan berpidah lagi ke pembuluh darah dan berakhir ke sel
Unit alat pernafasan terdiri dari Trachea , Bronchus , Bronkhiolus, yang semua organ
pernafasan itu berupa saluran
Saluran dari trachea hingga bronchiolus itu secara pasti membuat gas gas pernafasan akan
berjalan menerus berdifusi karena perbedaan tekanan tidak mungkin berhenti ditempat
dari sinilah keelokan Tuhan kemudian menciptakan kantung kantung kecil alveoli agar
difusi gas gas sementara bisa berhenti dan mengumpul tidak berjalan terus karena berupa
lorong
adanya alveoli sangat baik seperti terminal untuk menaik turunkan penumpang
gas pernafasan yang berhenti memungkinkan terjadinya pengikatan / berdifusi ke dalam
pembuluh darah dan memasukkan gas pernafasan ke dalam tubuh sehingga bisa berguna
Gas gas pernafasan yang masuk dan keluar , atrium dan alveoli (kira-kira 300 juta pada
kedua paru-paru
masing-masing alveolus mempunyai diameter kira-kira 0,25 mm).
Dinding alveoli sangat tipis, dan di antara banyak dinding itu terdapat berbagai kapiler
yang cukup kuat.
Aliran darah pada dinding kapiler merupakan suatu sheet dari peredaran darah.
Jadi jelaslah bahwa gas alveoli hampir sama dengan gas darah kapiler.
Konsekwensinya pertukaran gas antara udara alveoli dan darah volmonaris terjadi di
seluruh membrana terminal paru-paru.
Membrana ini disebut membrana respirasi atau membrana vulmonaris.
Prinsip dan formula terjadinya difusi gas melalui membrana respirasi sama dengan difusi
gas melalui air dan berbagai jaringan. Jadi, faktor yang menentukan betapa cepat suatu
gas melalui membrana tersebut adalah :
1. ketebalan membrana
2. luas permukaan membrana
3. koefisien difusi gas dalam substansi membrana
4. perbedaan tekanan antara kedua sisi membrana.
Sering terjadi kecepatan difusi melalui membrana tidak proporsional terhadap ketebalan
membrana sehingga setiap faktor yang meningkatkan ketebalan melebihi 2 – 3 kali
dibandingkan dengan yang normal dapat mempengaruhi secara sangat nyata pertukaran
gas pernafasan normal.
Khusus pada olahragawan, luas permukaan membrana respirasi sangat mempengaruhi
prestasi dalam pertandingan maupun latihan.
Luas permukaan paru-paru yang berkurang dapat berpengaruh serius terhadap pertukaran
gas pernafasan pada manusia , misalnya kakunya alveolus pada penderita TBC
Dalam hal koefisien difusi masing-masing gas kaitannya dengan perbedaan tekanan
ternyata CO2 berdifusi melalui membrana kira-kira 20 kali lebih cepat dari O2
Dan Koefisien difusi O2 dua kali lebih cepat dari N2.
Dalam hal perbedaan tekanan gas, tekanan gas parsial menyebabkan gas mengalir melalui
membrana respirasi. misalnya diudara PO2 160 mmHg di Alveolus hanya 105 mmHg ,
maka terjadilah aliran dari udara ke alveolus , begitu seterusnya
Dengan demikian, bila tekanan parsial suatu gas dalam alveoli lebih besar dibandingkan
dengan tekanan gas dalam darah pada O2 maka terjadilah difusi O2 dari alveoli ke arah
darah
Tetapi bila tekanan gas dalam darah lebih besar dibandingkan dengan dalam alveoli
seperti halnya CO2 maka difusi terjadi dari darah ke dalam alveoli.
Adalagi yang namanya saraf-saraf sensoris yang mendeteksi paru. Perlu diingat bahwa saraf-
saraf sensoris ini berujung sebagai reseptor, seperti kemoreseptor perifer, baroreseptor dan
reseptor2 lainnya di dalam paru. Nanti kumpulan reseptor-reseptor ini akan bergabung menjadi
nucleus traktus solitarius yakni ujung akhir dari saraf sensoris pernapasan yang terdapat pada
nervus vagus dan nervus glosofaringeus. Pada akhirnya kedua nervus ini akan berhubungan
dengan kelompok pernapasan bagian dorsal. Melalui ini, mekanisme penghantaran informasi dari
paru ke pusat respirasi bagian dorsal bisa berlangsung.
Pernapasan Normal
Pada pernapasan biasa, pusat saraf dorsal akan melepaskan sinyal inspirasi ritimis (yang teratur).
Kalau di guyton disebutkan bahwa pelepasan sinyal2 inspirasi ritmis ini belum diketahui
penyebabnya. Sinyal inspirasi yang dilepaskannya ini berupa sinyal yang landai (ramp signal),
gunanya supaya inspirasi kita itu terjadi secara perlahan dan dapat meningkatkan volume paru
dengan mantap, sehingga kita tidak bernapas terengah-engah. Perlu diingat lagi bahwa sinyal-
sinyal ini akan dihantarkan ke paru dan otot2 diafragma melalui saraf2 motorik pernapasan.
Setelah pusat dorsal melepaskan sinyal inspirasi yang landai tersebut, pusat pneumotaksik akan
mentransmisikan sinyal ke area inspirasi. Efek utama di sini adalah mengatur titik “penghentian”
inspirasi landai, dengan demikian mengatur lamanya proses inspirasi. Kalau sinyal pneumotaksik
ini kuat, inspirasi dapat berlangsung hanya dalam 0,5 detik, akibatnya volume inspirasi juga
sedikit; kalau sinyal pneumotaksik ini lemah, inspirasi dapat berlangsung terus selama 5 detik
bahkan bisa lebih, akibatnya volume inspirasi menjadi banyak sekali.
Nah, kalau sinyal inspirasi landai itu telah berhenti, maka paru secara otomatis akan mengalami
fase ekspirasi. Paru-paru kita mempunyai suatu sifat istimewa yakni elastis dan punya daya
lenting. Jadi ekspirasi ini terjadi sebagai imbas dari inspirasi, dimana disini udara yang keluar
tentunya telah bertukar dengan CO2. Tegasnya, ekspirasi tenang yang normal, murni disebabkan
akibat sifat elastis daya lenting paru dan rangka toraks. (guyton hal.540)
Pernapasan yg Lebih Dalam
Nah, kalau kita bernapas lebih dalam, disini baru terjadi peranan dari kelompok saraf pernapasan
bagian ventral. Sedangkan pada pernapasan tenang yang normal, kelompok saraf ventral ini
inaktif. Bila rangsangan pernapasan guna meningkatkan ventilasi paru menjadi lebih besar dari
normal, sinyal respirasi yang berasal dari mekanisme getaran dasar di area pernapasan dorsal
akan tercurah ke neuron pernapasan ventral. Akibatnya, area pernapasan ventral turut membantu
merangsang pernapasan ekstra. Rangsangan area ventral ini berupa rangsangan listrik yang
menyebabkan inspirasi dan juga ekspirasi. Tetapi yang paling penting disini adalah sinyal untuk
ekspirasi, karena sinyal2 ini langsung dihantarkan dengan kuat ke otot-otot abdomen selama
ekspirasi yang sangat sulit. Intinya, pernapasan ventral ini gunanya sebagai pendorong bila
dibutuhkan ventilasi paru yang lebih besar, khususnya selama latihan fisik berat.
Pembatasan sinyal inspirasi oleh refleks Hering-Breuer
Selain sinyal pusat pneumotaksik, masih ada sinyal-sinyal saraf sensoris yang berasal dari paru
untuk membantu mengatur pernapasan. Yang paling penting adalah yang terletak di bagian otot
dinding bronkus dan bronkiolus seluruh paru, yaitu reseptor regang, yang menjalarkan sinyal
melalui nervus vagus ke kelompok neuron pernapasan dorsal apabila paru-paru menjadi sangat
teregang akibat inspirasi terlalu lama. Sinyal ini akan “menghentikan” inspirasi landai yang
dilepaskan oleh pusat pernapasan dorsal tadi. (kurang lebih mekanisme penghentiannya mirip
dengan penghentian oleh sinyal pusat penumotaksik). Ini disebut refleks inflasi Hering-Breuer.
Refleks ini juga ikut meningkatkan kecepatan pernapasan, sama halnya dg sinyal pneumotaksik.
[an baca di gayton, refleks ini kemungkinan tidak diaktifkan sampai volume tidal meningkat dari
3 kali normal, jadi refleks ini terutama muncul sebagai mekanisme protektif untuk mencegah
inflasi (peregangan) paru yang berlebihan daripada yang dibutuhkan biasanya.]
Pengaturan kimiawi CO2 dan H+ di area kemosensitif
Kemoreseptor Perifer
Di luar otak, ternyata juga terdapat sistem kemoreseptor tersendiri yang juga turut andil
dalam pengaturan pernapasan. Kemoreseptor di luar otak ini disebut kemoreseptor
perifer. Fungsinya yang terpenting adalah untuk mendeteksi perubahan oksigen dalam
darah walaupun respetor ini juga sedikit berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi
CO2 dan H+ di dalam darah.
Sebagian besar kemoreseptor ini terletak di badan karotis (karotic body) dan di badan
aorta (aortic body). Karotic body terletak di bilateral pada percabangan arteri karotis
komunis. Serabut saraf aferennya berjalan melalui nervus Hering ke nervus
glosofaringeus dan kemudian ke area pernapasan dorsal di medula oblongata. Sedangkan
aortic body terletak di sepanjang arkus aorta; dimana serabut saraf aferennya berjalan
melalui nervus vagus, juga ke area pernapasan dorsal di medula oblongata.
Reseptor ini akan mendeteksi perubahan kadar O2, CO2 dan ion H+. Misalkan apabila
kadar O2 dalam arteri menurun, kemoreseptor perifer ini menjadi sangat terangsang.
Singkatnya, ia bakal mengirimkan impuls ke pusat pernapasan untuk meningkatkan
frekuensi napas.