Multifaktorial 20%
Kelainan kromosom 6%
Penyakit ibu 3%
Infeksi kongenital 2%
b. Asosiasi (Association)
Asosiasi adalah kombinasi kelainan kongenital yang sering terjadi bersama-
sama.
Sebagai contoh “Asosiasi VACTERL” (vertebral anomalies, anal atresia,
cardiac malformation, tracheoesophageal fistula, renal anomalies, limbs
defects).
c. Sekuensial (Sequences)
Sekuensial adalah suatu pola dari kelainan multiple dimana
kelainan utamanya diketahui.
Sebagai contoh, pada “Potter Sequence” kelainan utamanya
adalah aplasia ginjal produksi urin (-) amnion kurang
tek.intrauterin deformitas
d. Kompleks (Complexes)
Istilah ini menggambarkan adanya pengaruh berbahaya yang
mengenai bagian utama dari suatu regio perkembangan
embrio, yang mengakibatkan kelainan pada berbagai struktur
berdekatan yang mungkin sangat berbeda asal embriologinya
tetapi mempunyai letak yang sama pada titik tertentu saat
perkembangan embrio.
Contoh: hemifacial microsomia, sacral agenesis, sirenomelia,
Poland Anomaly, dan Moebius Syndrome
e. Sindrom
Kelainan kongenital dapat timbul secara tunggal (single), atau
dalam kombinasi tertentu.
Bila kombinasi tertentu dari berbagai kelainan ini terjadi
berulang-ulang dalam pola yang tetap, pola ini disebut
dengan sindrom.
Menurut Berat Ringannya:
a. Kelainan mayor
b. Kelainan minor
Spina Bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect yaitu
suatu celah pada tulang belakang yang terjadi karena bagian
dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh.
biasanya disertai kelainan lain, misalnya hidrosefalus
Gambar 1. Spina Bifida
Labiopalatoskisis (Celah Bibir dan Langit-langit)
Disebabkankegagalan atau penyatuan struktur fasial embrionik
yang tidak lengkap
bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi akibat
faktor non-genetik
Gambar 2. Labiopalatoskisis
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan
tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel
dapat diakibatkan oleh gangguan reabsorpsi atau obstruksi
aliran LCS melalui ventrikel
Secara klinis, terlihat sebagai pembesaran kepala segera
setelah bayi lahir, atau terlihat sebagai ukuran kepala normal
tetapi tumbuh cepat sekali pada bulan pertama setelah lahir.
Peninggian tekanan intrakranial menyebabkan iritabilitas,
muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan melirik ke atas,
gangguan pergerakan bola mata, hipertonia ekstrimitas bawah,
dan hiperefleksia
Gambar 3. Hidrosefalus
Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar
tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk.
Salah satu gejala janin anensefalus jika ibu hamil mengalami
polihidramnion
Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam
beberapa jam atau hari setelah lahir
Gambar 4. Anensefalus
Omfalokel
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga
perut ke luar dinding perut sekitar umbilicus, benjolan
terbungkus dalam suatu kantong
Gambar5. Omfalokel
Hernia Umbilikalis
kulit dan jaringan subkutis menutupi benjolan herniasi pada
defek tersebut, pada otot rektus abdominis ditemukan adanya
celah.
Tidak perlu tindakan dini, kecuali bila hiatus hernia cukup
lebar > 5 cm.
Defek kecil umumnya akan menutup sendiri dalam beberapa
bulan sampai 3 tahun
Gambar 6. Hernia Umbilikalis
Atresia esofagus
yang terbanyak (±80%) adalah atresia bag. proksimal
sedangkan bagian distalnya berhubungan dengan trakea
sebagai fistula trakeo-esofagus.
Secara klinis, pada kelainan ini tampak air ludah terkumpul
dan terus meleleh atau berbusa, pada setiap pemberian minum
terlihat bayi menjadi sesak napas, batuk, muntah, dan biru
Gambar 7. Atresia Esofagus
Atresia dan Stenosis Duodenum
Pada pemeriksaan fisis tampak dinding perut yang memberi
kesan skafoid karena tidak adanya gas atau cairan yang masuk
ke dalam usus dan kolon.
Atresia dan Stenosis Jejunum/ileum
Atresia Ani
disebabkan karena adanya kegagalan kompleks pertumbuhan septum urorektal,
struktur mesoderm lateralis, dan struktur ectoderm dalam pembentukan rektum dan
traktus urinarius bagian bawah.
Secara klinis letak sumbatan dapat tinggi, yaitu di atas muskulus levator ani, atau
letak rendah di bawah otot tersebut.
Gambar 9. Atresia Ani
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
Riwayat Persalinan
Posisi anak dalam rahim, cara lahir, lahir mati, abortus, status kesehatan neonatus.
Riwayat Keluarga
Adanya kelainan kongenital yang sama, kelainan kongenital yang lainnya, kematian bayi
yang tidak bisa diterangkan penyebabnya, serta retardasi mental.
Pemeriksaan Fisik
Mulai dari pengukuran sampai mencari anomali baik defek mayor
maupun minor.
Biasanya bila ditemukan 2 kelainan minor 10% disertai kelainan
mayor.
bila ditemukan 3 kelainan minor 85% disertai dengan kelainan mayor.
Pemeriksaan Penunjang
Sitogenetik (kelainan kromosom), analisis DNA, ultrasonografi,
ekokardiografi, radiografi, serta serologi TORCH.
Pencegahan
Pencegahan Primer
a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia lebih
dari 35 tahun
Apabila serum ini meningkat maka pada janin dapat diketahui mengalami
defek tuba neural, spina bifida, hidrosefalus, dll.
4. Biopsi korion
untuk mengetahui kelainan kromosom pada janin, kelainan
metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi dengan analisis
DNA, misalnya talasemia dan hiperplasia adrenal kongenital.
5. Fetoskopi/kordosentesis
Untuk mengenal kelainan kongenital setelah lahir, maka bayi
yang baru lahir perlu diperiksa bagian-bagian tubuh bayi
tersebut, yaitu bentuk muka bayi, besar dan bentuk kepala,
bentuk daun telinga, mulut, jari-jari, kelamin, serta anus bayi.
Pengobatan
Pada umumnya memerlukan tindakan bedah.
Contoh: hernia, celah bibir dan langit-langit, atresia
ani, spina bifida, hidrosefalus
Penanganan PJB dapat dilakukan dengan tindakan
bedah atau obat-obatan, bergantung pada jenis, berat,
dan derajat kelainan
Pencegahan tersier
Mengurangi komplikasi penting pada pengobatan dan
rehabilitasi
Misalnya pada sindrom down bisa dilakukan latihan otot yang
akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
TERIMA KASIH