Naupli Artemia sp. diberikan pada larva umur 2 - 8 hari,
sedangkan moina atau cacing rambut diberikan setelah larva PEMBENIHAN berumur 7 hari. Frekuensi pemberian artemia dilakukan 5 kali per hari yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, dan 23.00 IKAN PATIN SIAM WIB, sesuai takaran yang ditentukan. Penyifonan dilakukan ( Pangas ianodon Hypophthalmus ) setiap hari pada pagi hari sebelum pemberian pakan dan penggantian air sebanyak 30-50% / 2 hari. Lama pemeliharaan larva 12 - 15 hari, dan setelah larva berumur 6 hari penurunan salinitas dilakukan secara bertahap sampai bersalinitas 0 ppt pada hari ke 10. Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore pemeliharaan dilakukan bila kondisi air kolam menurun, yaitu hari dan ditebar di kolam pendederan. Pemeliharaan larva dengan cara pergantian air sebanyak 20-30%. Pengukuran di hatchery bisa dilakukan hanya 7 hari, yaitu sampai selesai contoh ikan dilakukan untuk pendugaan jumlah pakan yang pemberian artemia. Untuk selanjutnya larva umur tujuh hari diberikan, pengontrolan kondisi ikan serta penentuan waktu bisa didederkan di kolam. panen.
PENDEDERAN BENIH DI KOLAM PEMANENAN
Persiapan kolam meliputi pengeringan kolam, perbaikan Pemanenan dilakukan setelah 3-4 minggu pemeliharaan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, pembuatan caren di kolam. Wadah dan alat yang digunakan adalah hapa halus (kemalir), pengapuran, pemupukan, dan pengisian air, dan untuk penampungan ikan, waring halus untuk pengambilan inokulasi Moina sp. ikan, saringan aluminium untuk seleksi ikan serta pompa air Pupuk yang digunakan adalah kotoran ayam dengan dosis dengan diameter 2 dan 3 inci. Pemanenan ini harus dilakukan 500/m2, tepung ikan BS dengan dosis 50 gram/m2, dedak dengan hati-hati. Keberhasilan yang sudah didapat bisa dengan dosis 100 gram/m2. Sedangkan pengapuran dengan hilang percuma, karena kesalahan dalam handling sewaktu menggunakan kapur hidup (CaO) dengan dosis 25-100 gr/m2. pemanenan dan setelah pemanenan. Sebaiknya pemanenan Persiapan kolam dilakukan selama 2 hari dan pengisian air benih dilakukan pagi hari antara jam 07.00 - 09.00 WIB dengan dilakukan secara bertahap sampai ketinggian 90 cm. Inokulasi cara dijaring sebagian, sedangkan sisanya ditangkap dengan Moina sp hidup dengan padat tebar 2 kg untuk kolam seluas menggunakan seser/serok halus setelah kolam dikeringkan. 500 m2 dilakukan sehari setelah pemupukan. Kolam didiamkan Benih yang tertangkap ditampung dalam hapa dan selama 3-4 hari agar ekosistem kolam mencapai keseimbangan diberok selama 1 (satu) hari sebelum dilakukan seleksi. Benih dan Moina sp. dapat berkembang biak. Pengukuran kualitas air hasil seleksi ditampung dalam wadah pemberokan dan diberi yang meliputi parameter O2 terlarut, pH, dan suhu air sebagai garam dengan dosis 3-5 ppt untuk pencegahan penyakit persiapan akhir. karena penanganan selama panen. Penebaran ini dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Benih yang ditebar berukuran 1 - 1.5 cm dengan padat INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI penebaran 100-200 ekor/ m2. BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR Pemeliharaan berlangsung selama 3 - 4 minggu sampai BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR Sungai Gelam - Jambi benih berukuran 2-3 inci. Pakan yang diberikan adalah Desa Sungai Gelam RT. 23 Bumi Perkemahan Pramuka Sungai Gelam - JAMBI pellet yang dihancurkan dengan kandungan protein 28% Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya sebanyak 30% dan menurun sampai 15%/berat biomassa/ bpbat.sungaigelam@gmail.com Kementerian Kelautan Dan Perikanan @BPBAT_JAMBI hari. Frekuensi pemberian pakan 2 - 3 kali/hari, pada pagi, siang dan sore hari. Pengukuran contoh ikan dan kualitas www.kkp.go.id/djpb/bpbatjambi Humas Bpbat Jambi air dilakukan seminggu sekali. Pengelolaan air kolam 0821 8222 9696 (Layanan Masyakarat) SELEKSI INDUK cara pengurutan perut kemudian ditampung di dalam PEMBENIHAN Pengecekan tingkat kematangan gonad induk dilakukan mangkuk/waskom. Pembuahan buatan dimulai dengan cara IKAN PATIN SIAM dengan cara sebagai berikut: mencampurkan telur dengan sperma yang telah diencerkan dengan larutan sodium chlorida 0.9 %, ditambahkan air Induk betina : bagian perutnya terlihat membuncit dan bersih, kemudian diaduk dengan bulu ayam selama ± 3 menit lunak, serta daerah sekitar lubang genitalnya PENDAHULUAN secara perlahan-lahan sampai tercampur merata, selanjutnya berwarna kemerah-merahan. Contoh telur telur ditetaskan dalam akuarium atau corong penetasan. Ikan patin siam (Pangasinodon hypophthalmus) diambil dengan menggunakan kateter, dan merupakan ikan introduksi dari Thailand pada tahun 1972. diamati tingkat kematangannya secara PENETASAN TELUR DI AKUARIUM Ikan ini proses domestikasinya mudah dan cepat di perairan visual dalam larutan sera. Ikan yang dipilih Indonesia sehingga budidayanya berkembang dengan pesat. untuk dipijahkan adalah yang memiliki Telur yang sudah dibuahi ditetaskan dalam akuarium Penyebaran kegiatan budidayanya meliputi pembesaran di telur dengan diameter 1-1.2 mm, seragam, yang berukuran (60x50x40)cm3. Wadah dibersihkan dan kolam, sungai, danau, atau waduk buatan di pulau Sumatera, berwarna opaque, dan posisi inti ditengah. dikeringkan, diisi air setinggi 25 - 30 cm. Bila suhu air Kalimantan dan Jawa. Untuk budidaya di kolam sudah bisa terlalu rendah, maka perlu dipasang pemanas air (Water dilakukan dilahan-lahan marginal yang tidak produktif untuk Induk jantan : bagian perut terlihat biasa, bentuk alat heatertermostat). Padat penebaran telur dalam akuarium tanaman seperti lahan gambut dan rawa-rawa. Hal ini karena kelamin menonjol dan berwarna kemerahan. sebanyak 25 cc / akuarium atau 6-10 butir / cm2. Penetasan patin siam mempunyai kelebihan bisa hidup dan berkembang Bila dipijit bagian perut ke arah lubang telur berlangsung selama 20-26 jam pada kisaran suhu 27 - di perairan-perairan yang ekstrim, yaitu yang memiliki pH dan genital akan mengeluarkan cairan sperma 300C. kandungan oksigen yang sangat rendah. Produksi patin siam berwarna putih susu. semakin meningkat setiap tahun dan masih ditujukan untuk PENETASAN TELUR DI CORONG pemenuhan konsumsi masyarakat. Seiring dengan kegiatan PEMIJAHAN Setelah proses pembuahan buatan, selanjutnya dilakukan pembesarannya yang semakin meningkat di masyarakat, maka Pemijahan dilakukan secara buatan dengan penyuntikan penghilangan daya rekat telur dengan menambahkan larutan meningkat pula kebutuhan akan benih patin siam. hormon. Jenis hormon yang digunakan adalah ovaprim dengan tanah merah (suspensi) secukupnya, diaduk perlahan, dosis 0,5 cc/kg induk. kemudian dibilas 3 x sampai bersih. Selanjutnya dimasukan PEMELIHARAAN INDUK Induk terlebih dahulu ditimbang beratnya untuk ke dalam corong penetasan dengan kepadatan 500 - 750 cc / Induk dipilih dari ikan menentukan hormon yang digunakan. Penyuntikan dilakukan corong. Penetasan berlangsung 18 – 22 jam pada suhu 270 – patin yang sehat dan tidak dua kali dengan interval waktu 6 jam, Penyuntikan pertama 300C cacat, dengan ukuran 3-5 1/3 dari dosis dan kedua 2/3 dosis. Penyuntikan dilakukan kg dan umur lebih dari 2 secara intra muscular di bagian kiri/kanan belakang sirip PANEN LARVA tahun untuk induk betina, punggung. Untuk mengurangi stress pada induk maka Setelah telur menetas sedangkan untuk induk dilakukan pembiusan pada induk dengan menggunakan seluruhnya, dillarva dihitung jantan dengan ukuran 1,5 benzocaine dengan dosis 100 ppm yaitu 100 cc larutan stok dengan cara sampling - 3.0 kg dan umur diatas dilarutkan dalam 100 liter air. Pembiusan dilakukan pada volumetric. Kemudian 1 tahun. Ukuran induk seleksi, penyuntikan, dan stripping induk. dipindahkan ke wadah betina yang ideal adalah 4-5 kg, karena mudah ditangani dan pemeliharaan larva yang telah produktivitasnya tinggi. Waktu ovulasi terjadi 6 disiapkan dan diisi air bersalinitas 2 ppt. Wadah pemeliharaan - 8 jam setelah penyuntikan bisa berupa akuarium, fiber, atau bak kayu yang dilapisi karpet Induk dipelihara dengan kepadatan 0.7- 1 Kg/m2 untuk ke kedua (kisaran suhu plastic. Pemindahan larva dilakukan 6 - 8 jam setelah menetas di kolam dan 6-7 kg/m3 di karamba. Pakan yang diberikan 270-310C). Hal itu ditandai (penetasan di akuarium) dan 2 – 3 jam setelah menetas pellet dengan kadar protein minimal 30 % sebanyak 1-3 % / dengan keluarnya telur (penetasan di corong), dengan cara disifon atau dengan bobot biomassa / hari. Frekuensi pemberian pakan dilakukan bila dilakukan pengurutan menggunakan serok halus dan ditampung dalam ember/ 2 kali per hari pada pagi dan sore hari. pada bagian perut kearah waskom, kemudian ditebar dalam akuarium/fiberglass dengan lubang genital. Telur dan kepadatan 40 ekor/liter. Padat tebar bisa lebih tinggi sampai sperma dikeluarkan dengan 70 ekor/liter, tergantung pada keterampilan dan kemampuan teknis pemelihara larva.