Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS JURNAL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

OLEH :

NI KADEK AYU PURNAMASARI


209012448

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
ANALISIS JURNAL

Jurnal 1: Risiko Hipertensi, Diabetes, Dan Konsumsi Minuman Herbal Pada Kejadian Gagal
Ginjal Kronik Di Rsup Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2015
Population Popolasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal yang berobat
di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Tahun 2014. Jumlah sampel kelompok
kasus sebanyak 70 diambil dengan teknik purposive sampling, dan kelompok
kontrol sebanyak 70 sampel
Intervention Tidak intervensi yang diberikan karena penelitian ini menggunakan desain
analitik dengan pendekatan case-control (non-eksperimental)
Compariso Terdapat perbandingan antara kelompok control dengan kelompok kasus
n
Outcome Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki penyakit
hipertensi 21.45 kali lebih berisiko mengalami penyakit gagal ginjal kronik
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki penyakit hipertensi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki penyakit diabetes
12.37 kali lebih berisiko mengalami penyakit gagal ginjal kronik
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki penyakit diabetes Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi obat herbal
11,76 kali lebih berisiko mengalami penyakit gagal ginjal kronik
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi obat herbal. Faktor
hipertensi, diabetes, dan konsumsi obat herbal merupakan faktor risiko yang
signifikan terhadap kejadian gagal ginjal kronik

Jurnal 2: Karakteristik Faktor Risiko Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang Menjalani
Hemodialisa di RS X Madun
Population Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh pasien CKD yang menjalani
hemodialisa di RS X Madiun Berdasarkan teknik non probability sampling
yaitu kuota sampling. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus penelitian
crosssectional didapatkan besar sampel sebanyak 88. Data diambil melalui
rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Intervention Tidak terdapat intervensi pada penelitian ini karena penelitian ini merupakan
penelitian non eksperimental dengan desain penelitian crosssectional. Variabel
yang diteliti oleh peneliti meliputi usia, jenis kelamin, tekanan darah, gula
darah, riwayat penyakit kardiovascular, riwayat penyakit glomerular, riwayat
penyakit tubulointersisial dan riwayat penyakit ginjal polikistik
Compariso Dalam jurnal ini tidak terdapat kelompok control (pembanding). Semua
n responden dalam jurnal ini dijadikan kelompok observasi
Outcome Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko CKD terjadi dikarenakan
Hipertensi sebanyak 81 responden (92%), Diabetes Mellitus sebanyak 34
responden (38,6%), Kardiovaskular sebanyak 4 responden (4,5%),
Glomerular sebanyak 0 responden, Tubulointerstitial sebanyak 17 responden
(19,3%) dan Kista Ginjal sebanyak 6 responden (6,8%)

Jurnal 3: Hubungan Asupan Protein Dengan Kadar Ureum, Kreatinin, dan Kadar Hemoglobin
Darah pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Hemodialisa Rawat Jalan Di RS Tugurejo
Semarang
Population Populasi dalam penelitian ini adalah penderita penyakit gagal ginjal kronik
dengan hemodialisa yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Tugurejo
Semarang. Sampel dalam penelitian ini berjumla 35 responden
Intervention Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder, data primer diambil
dengan cara wawancara langsung dengan responden, data sekunder dikutip
dari catatan medic responden. Data primer yang diambil meliputi Identitas
(sampel) ang terdiri dari nama (responden), tanggal lahir, usia dan data
konsumsi makanan ( khususnya protein ), TB dan BB, IMT untuk menentukan
status gizi. Sedangkan data sekunder meliputi kadar ureum kreatinin dan
Kadar Hb. Analisis data dilakukan secara univariat yaitu menggambarkan sebaran
nilai rata- rata dan nilai median. Analisis Bivariat menggunakan uji kolmogorov-
smirnov dilanjutkan Rank spearman .
Compariso Dalam jurnal ini tidak terdapat kelompok control (pembanding). Semua
n responden dalam jurnal ini dijadikan kelompok observasi
Outcome Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar penderita gagal ginjal
kronik
dengan hemodialisa rawat jalan di RS Tugurejo Semarang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 21 orang 60%. Dari 35 penderita gagal ginjal kronik dengan
hemodialisa rawat jalan di RS Tugurejo Semarang sebagian besar mempunyai
status gizi normal, yaitu sebanyak 17 responden (48,6%). Sebagian besar
penderita (40,0%) asupan protein dalam kisaran 81-100 gr. Sebagian besar
yaitu 26 (74,3%) penderita mempunyai kadar ureum antara 100,1- 200 mg/dl.
Sebagian besar Kadar Kreatinin penderita berada dalam kisaran 10,1- 20,0
mg/dl sebanyak 15 orang (42,9%). Hasil Analisis data diperoleh p value 0,019
< 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan positif antara asupan protein
dengan kadar ureum pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisa
rawat jalan di RS Tugurejo Semarang. Hasil Analisis data menunjukkan p
value 0,044 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan positif antara
asupan protein dengan kadar kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik
dengan hemodialisa rawat jalan di RS Tugurejo. Hasil Analisis data
menunjukkan p value 0,024 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
positif antara asupan protein dengan kadar Hb pada Penderita Gagal Ginjal
Kronik dengan Hemodialisa Rawat Jalan di RS Tugurejo Semarang.

Jurnal 4: CKD Stage V


Population Jurnal ini tidak terdapat populasi karena jurnal ini merupakan jurnal laporan
kasus
Intervention Intervensi yang diberikan pada penelitian ini dengan farmakoterapi diberikan
Furosemid 1x 40 mg, captopril 3x12,5 mg, bicnat 3x1, asam folat 3x1, CaCO3
3x1 dan transfusi darah 800cc. Tatalaksana non-farmakoterapi antara lain tirah
baring, diet tinggi kalori, rendah protein, rendah fosfat, rendah garam, dan
keseimbangan cairan
Compariso Dalam jurnal ini tidak terdapat kelompok control (pembanding)
n
Outcome Pencegahan dini di pelayanan kesehatan primer mengenai faktor-faktor resiko
terjadinya CKD harus dilakukan lebih intensif. Perubahan gaya hidup memiliki
peran yang sangat penting dalam perbaikan kondisi pasien, tanpa melupakan
farmakoterapi yang adekuat.

PEMBAHASAN
Ny. B memiliki riwayat penyakit DM dan hipertensi sejak 15 tahun yang lalu
sedangkan CKD stage 5 sejak 1 tahun yang lalu, dimana hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Arianti,dkk (2020) dan Fadhilah, Agnez Zahrah (2015) yang
menyatakan hipertensi dan DM merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit ginjal
kronik pada pasien. DM pada CKD atau sering disebut Diabetic Kidney Disease (DKD)
dimana ciri khasnya adalah adanya proteinuria sehingga menyebabkan nefropati dimana
kerusakan ginjal pada penderita diabetes mellitus diawali adanya kebocoran albumin ke
dalam urin (mikroalbumin, makroalbuminuria) yang berlanjut pada penurunan fungsi filtrasi
ginjal yang semakin lama kerusakan ginjal akan semakin berkembang (Arianti, dkk, 2020).
Pada kasus menunjukkan tekanan darah 140/70 mmHg sejalan dengan penelitian
Pongsibidang, Gabriellyn Sura (2016) dijelaskan bahwa tingginya tekanan darah akan
membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan. Akhirnya, pembuluh darah menjadi rusak
dan menyebabkan fungsi ginjal menurun hingga mengalami kegagalan ginjal. Kadar
hemoglobin pada kasus menunjukkan 4,3 g/dl dimana anemia pada pasien gagal ginjal
kronik, bisa terjadi karena produksi hormon eritroprotein berkurang seiring dengan
penurunan fungsi ginjal yang berfungsi menghasilkan hormon tersebut sebagai produksi sel-
sel darah merah dan menjaga keseimbangan kadar oksigen dalam darah (Fadhilah, Agnez
Zahrah, 2015).
Penatalaksanaan kasus Ny B diberikan obat antihipertensi seperti amlodipin 1x10 mg
dan candesartan 1x16 mg. Menurut Fadhilah, Agnez Zahrah (2015) diberikannya obat
antihipertensi di samping bermanfaat untuk memperkecil resiko kardiovaskuler, juga sangat
penting untuk memperlambat perburukan kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi
intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Intervensi yang diberikan pada kasus Ny. B
berupa pembatasan cairan dan elektrolit perlu dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal
kronik. Menurut Fadhilah, Agnez Zahrah (2015) hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
oedem dan komplikasi kardiovaskuler. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang
dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun Insensible Water Loss (IWL), dengan
berasumsi bahwa air yang keluar melalui IWL antara 500-800 ml/hari sejalan dengan kasus
Ny. B yang diberikan diet 600 ml/hari. Pembatasan elektrolit pada kasus berupa kalium dan
natrium. Menurut Fadhilah, Agnez Zahrah (2015), pembatasan kalium dilakukan karena
hiperkalemia dapat mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Pembatasan natrium untuk
mengendalikan hipertensi dan oedem.

Menurut Pongsibidang, Gabriellyn Sura (2016), faktor utama penyebab perburukan


fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi glomerulus. Dua cara penting untuk mengurangi
hiperfiltrasi glomerulus adalah dengan pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis
(Fadhilah, Agnez Zahrah, 2015). Pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada LFG ≤ 60
ml/mnt, sedangkan di atas nilai tersebut pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan.
Pemberian protein yaitu 0,6- 0,8/kgBB/hari. Jumlah kalori yang diberikan sebesar 30-35
kkal/kgBB/hari. Selain itu, makanan tinggi protein yang mengandung hidrogen, fosfat, sulfat
dan ion anorganik lain juga diekskresikan melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet
tinggi protein pada pasien dengan penyakit ginjal kronik akan mengakibatkan penimbunan
substansi nitrogen dan ion anorganik lain dan mengakibatkan gangguan klinis dan metabolik
yang disebut uremia (Fadhilah, Agnez Zahrah, 2015).
162

Anda mungkin juga menyukai