REFERAT
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Bedah RS
Bethesda pada program pendidikan dokter tahap profesi
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing:
dr. Gapong Sukowiratmo, Sp.B
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terkontrol dan
berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang tidak responsif.. Tumor
dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau kanker. Karakteristik dari
tumor jinak pada gambaran mikroskopik dan makroskopik yaitu, berdiferensiasi baik,
laju pertumbuhan progresif dan lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi
jaringan normal disekitarnya, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan
karakteristik dari tumor ganas/kanker adalah anaplastik, pertumbuhannya progresif
dan cepat, serta dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar. Sel-sel kanker juga dapat
bermetastasis ke bagian lain dari tubuh secara hematogen maupun limfogen.
Dari Global Cancer Statistic, kanker payudara merupakan kanker yang paling
sering didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita di seluruh dunia, terhitung
23% (1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan 14% (458.400) dari total kematian akibat
kanker pada tahun 2008. Global Health Estimates tahun 2013 menyatakan meskipun
kanker payudara dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara
dan 58% kematian terjadi di negara berkembang (WHO, 2013). Di Indonesia berdasarkan
data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%) dan kanker
leher rahim menempati urutan kedua pada pasien rawat inap (11,78%).
WHO memperkirakan insidensi kanker payudara pada wanita akan cenderung
meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi dari tumor jinak payudara di
RSUP Haji Adam Malik Medan sebesar 30,5% dari semua pasien tumor payudara.
Banyak faktor yang dapat berhubungan dengan terjadinya tumor payudara. Diantaranya
adalah usia, menstruasi di usia <12 tahun, menopause yang terlambat pada usia >55
tahun, hamil anak pertama pada usia >35 tahun, tidak pernah melahirkan, tidak menyusui,
riwayat penggunaan kontrasepsi oral, riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara,
2
konsumsi minuman alkohol dan seringnya terkena radiasi sinar-X pada bagian dada, serta
adanya perubahan gen yang berhubungan dengan kanker payudara gen BRCA-1 atau gen
BRCA-2.9 Kanker payudara umumnya ditemukan setelah gejala muncul, tetapi banyak
wanita dengan kanker payudara dini tidak memiliki gejala. Pemeriksaan SADARI
(periksa payudara sendiri), pemeriksaan klinis dokter, pemeriksaan radiologi
(mammografi ataupun ultrasonografi), maupun biopsi tanpa pembedahan merupakan
deteksi dini untuk kanker payudara
B. Perumusan Masalah
1. Apa definisi dan klasifikasi tumor mammae?
2. Apakah faktor resiko tumor mammae?
3. Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
tumor mammae?
4. Bagaimana penatalaksanaan tumor mamme?
C. Tujuan Penulisan
1. Dokter muda memahami definisi dan klasifikasi tumor mammae
2. Dokter muda memahami faktor resiko tumor mammae
3. Dokter muda memahami dasar penegakan diagnosis tumor mammae
4. Dokter muda mampu memahami penatalaksanaan tumor mammae
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terkontrol dan
berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang tidak responsif. Tumor
dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau kanker. Tumor jinak pada
gambaran mikroskopik dan makroskopik yaitu berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan
progresif dan lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan
tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan tumor ganas adalah anaplastik,
pertumbuhan progresif dan cepat, dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar, bermetastase
ke organ lain melalui hematogen maupun limfogen. Sel-sel kanker dapat menjadi massa
yang besar untuk dapat menjadi dysplasia selama 7 tahun.
2. ANATOMI
Payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri. Batas payudara yang tampak dari luar
pada superior di iga II, inferior pada iga VI, atau antar sternokostal bagian medial, dan
bagian lateral pada linea aksilaris anterior.
a. Struktur Payudara
Struktur payudara terdiri dari parenkim epitelial, lemak, pembuluh, darah, saraf,
saluran getah bening, otot, dan fasia. Parenkim epitelial terdiri dari 15-20 lobus yang
setiap lobus mempunyai duktus laktiferus dan bermuara ke papilla mamma. Setiap
lobus terdiri dari lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 kelompok
asini. Lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula mammae.Fungsi glandula
mamma adalah sintesis, sekresi, dan ejeksi susu. Produksi susu dirangsang oleh
hormon prolaktin serta dipengaruhi oleh progesteron dan estrogen. Sedangkan untuk
ejeksi susu dirangsang oleh hormon oksitosin. Diantara lobulus terdapat jaringan ikat
yaitu ligamentum Cooper sebagai penyangga untuk payudara.
4
Gambar 1. Anatomi payudara
5
axillaris anterior atau kelompok pektoralis. Beberapa pembuluh limfe mengikuti
arteri intercostalis posterior, beberapa pembuluh berhubungan dengan pembuluh
limfe payudara sisi yang lain dan dengan kelenjar di dinding anterior abdomen.
3. HISTOLOGI
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang dipisahkan oleh
jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke papila mammaemelalui
duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat lobulus–lobulus yang terdiri dari duktus
intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian
dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis mengandung banyak
pembuluh darah, venula, dan arteriol.
6
4. FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga kali perubahan. Perubahan pertama pada payudara dari
awal kelahiran hingga menopause. Saat pubertas, terjadi perkembangan duktus dan sinus
laktiferus yang dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh
ovarium. Perubahan yang kedua sesuai dengan siklus haid. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara membesar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Beberapa hari menjelang haid, payudara terasa nyeri dan menegang sehingga
saat melakukan palpasi payudara sulit dilakukan. Perubahan terakhir terjadi pada masa
kehamilan dan menyusui. Saat masa kehamilan terjadi ploriferasi epitel duktus lobus dan
duktus alveolus sehingga payudara membesar. Sel-sel alveolus akan memproduksi air
susu yang dialirkan ke asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu yang
dipicu oleh oksitosin.
5. EPIDEMIOLOGI
Dari Global Cancer Statistic, kanker payudara merupakan kanker yang paling sering
didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita di seluruh dunia, sekitar 23%
(1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan 14% (458.400) dari total kematian akibat
kanker payudara dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara
payudara pada wanita akan terus meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia berdasarkan data
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan
pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%) dan kanker leher
Pada penelitian di RSUP Haji Adam Malik tahun 2009 didapatkan pasien yang
mengalami tumor jinak payudara 30,5% dari semua pasien tumor payudara dan tumor
7
ganas payudara sebesar 69,5%.Insidensi kanker payudara pada usia lebih dari 30 tahun
akan semakin tinggi. Kanker payudara jarang terjadi pada usia dibawah 20 tahun. Angka
tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insiden karsinoma mammae pada laki-laki
hanya 1% dari kejadian pada perempuan. Kejadian kanker payudara pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita 1:100.Sedangkan untuk tumor jinak payudara terdapat
perbedaan usia pada setiap kejadian tumor, seperti pada fibroadenoma mammae sering
dijumpai pada perempuan muda, pada tumor filoides terdapat pada semua usia, kista
payudara sering ditemukan pada usia dekade kelima. Distribusi letak tumor payudara
berdasarkan penelitian (Haagensen) lebih sering terjadi di kuadran lateral atas (50%),
kemudian sentral/subareolar (20%), kuadran lateral bawah (10%), kuadran medial atas
(10%) dan kuadran medial bawah (10%).
6. KLASIFIKASI
Tumor Jinak Payudara
Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada perempuan.
Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda dengan insidensi puncak pada usia
30 tahun. Struktur fibroadenoma terdiri dari epitel dan komponen kapsula fibrosa.
Komponen epitel fibroadenoma hampir sama dengan komponen epitel pada payudara
normal. Fibroadenoma tampak berwarna coklat berkapsul. Pada pemeriksaan fisik,
fibroadenoma akan teraba sebagai massa soliter, disekret, mudah digerakkan, dan
konsistensi kenyal padat. Massa tumor membesar pada akhir siklus haid dan selama
hamil. Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau
duktus terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM
intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem duktulus
intralobulus dan FAM perikanalikuler atau stroma yang tumbuh proliferatif mengitari
sistem kanalikulus sistem duktulus intralobulus.
8
Gambar 4. Fibroadenoma
Tindakan pembedahan merupakan modalitas primer dalam terapi. Pembedahan yang
dilakukan ekstirpasi yang merupakan tindakan pembedahan pengangkatan seluruh massa
tumor beserta kapsulnya yang berada dibawah lapisan kulit. Pasien dengan fibroadenoma
mammae memiliki risiko tinggi mengalami kanker payudara, namun jika terdeteksi
secara dini maka prognosisnya akan menjadi baik, bila tidak diangkat dengan sempurna
maka dapat kambuh kembali. Fibroadenoma mammae kadang tumbuh dengan cepat dan
berpotensi kambuh saat rangsangan estrogen meningkat.
Tumor filoides
Papilloma intraduktal
9
Gejala yang sering timbul berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. Terapi yang
dilakukan untuk menghilangkan papilloma melalui insisi atau eksisi.
Penyebab pasti dari fibrokistik payudara belum diketahui, tetapi dipengaruhi oleh
hormon estrogen. Apabila estrogen di dalam aliran darah kadarnya memuncak sewaktu
pertengahan siklus tepat sebelum ovulasi, payudara menjadi bengkak, penuh, dan terasa
berat. Gejala ini memburuk pada awal periode menstruasi terutama pada wanita 40–45
tahun dan menurun jelas pasca menopause. Sehingga, perubahan kistik disimpulkan
akibat ketidakseimbangan antara hiperplasia epitel, bersama dengan dilatasi duktus dan
lobulus yang terjadi pada setiap siklus menstruasi.
Galaktokel
Galaktokel merupakan kista retensi yang berisi air susu. Galaktokel berbatas tegas
dan dapat digerakkan, dan timbul biasanya 6-10 bulan setelah berhenti menyusui. Letak
galaktokel ini biasanya di tengah dalam payudara atau dibawah puting.
10
Gambar 5.Galaktokel
Adenoma tubular mammae adalah tumor jinak epitelial yang jarang, sekitar 0,13-
1,7% dari semua lesi jinak payudara. Gambaran klinis dan imaging dari adenoma tubular
mammaemirip dengan fibroadenoma sehingga untuk diagnosa praoperasi sulit. Untuk
menetapkan diagnosis definitif maka dilakukan tindakan eksisi. Adenoma tubular paling
sering terjadi pada wanita muda kurang dari 40 tahun atau pada usia reproduksi dan tidak
berhubungan dengan pengobatan kontrasepsi oral atau kehamilan.
Kanker Payudara
Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal
(noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal (invasif). Bentuk utama
karsinoma payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Non Invasif
11
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel kanker
yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.Saluran menjadi tersumbat
dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya.Kalsium cenderung
terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai
kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications) atau
disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram seorang
wanita tanpa gejala kanker. DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau
munculnya massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada
mammografi.
Sekitar 20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan
mamografi.Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif
dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh. DCIS muncul dengan dua tipe sel yang
berbeda, dimana salah satu sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya.Tipe pertama,
dengan perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal.Sel
ini disebut solid, papillary atau cribiform.Tipe kedua, disebut comedeonecrosis,
sering bersifat progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih
besar dengan bentuk tak beraturan.
12
A B
Gambar 7. Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari
ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)
Lobular Carcinoma In Situ(LCIS)
Sel-sel abnormal tumbuh dalam lobulus, kelenjar penghasil susu pada akhir
saluran payudara. Pertumbuhnannya tetap dalam lobulus dan tidak menyebar ke
jaringan sekitarnya. Karsinoma lobular in situ biasanya di diagnosis sebelum
menopause pada rentang usia 40-50 tahun. Gambaran mikroskopis dari LCIS adalah
uniform, sel bersifat monomorf dengan nukleus polos bulat dan terdapat dalam
kelompok kohesif di duktus dan lobules.
Invasif
13
asimptomatik dan juga bisa teraba massa besar yang bersifat multifokal bilateral.
Sekitar 10% dari semua kanker payudara invasif adalah karsinoma lobular invasif.
Gambaran sel pada karsinoma lobular invasif mirip dengan sel pada LCIS. Sel-sel
tersebut menginvasi stroma dan terkadang mengelilingi asinus atau duktus sehingga
membentuk yang disebut sebagai mata sapi (bull’s eye).
Gambaran histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli
tidak jelas, dan sedikit sitoplasma. Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya
musin dalam sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma).
Seringnya multifokal, multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang
tersembunyi sehingga sulit untuk dideteksi
14
Gambar 10. Karsinoma duktal invasive
Karsinoma duktal invasif dibagi beberapa bagian diantaranya :
a. Adenokarsinoma dengan fibrosis produktif (scirrhous, simplex, NST)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus
kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB
aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita perimenopause atau
postmenopause dekade kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras.
Batasnya kurang tegas dan pada potongan melintang, tampak permukaannya
membentuk konfigurasi bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih
kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering
berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.
b. Medullary carcinoma
Adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4% dari seluruh kanker
payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara herediter yang
berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi
sekunder terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral.
Karakterisitik mikroskopik dari medullary carcinoma berupa infiltrat limforetikular
yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma, inti pleomorfik besar yang
berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif, pola pertumbuhan seperti rantai, dengan
minimal atau tidak ada diferensiasi duktus atau alveolar.
Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik
terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon.
15
Wanita dengan kanker ini mempunyai 5- year survival rate yang lebih baik
dibandingkan NST atau invasive lobular carcinoma.
16
aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan tubular
carcinoma.
e. Tubular carcinoma
Merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar 2% dari semua kanker
payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita perimenopause dan pada
periode awal menopause. Long-term survival mendekati 100%.
Penyakit Paget
Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat
berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Penyakit paget biasanya berhubungan
dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin berhubungan dengan
kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang
identik (gambaran atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah
terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi
pembedahan untuk penyakit paget meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified
radical mastectomy, tergantung penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.
17
tersembuhkan akan masuk ke tahap kronik membentuk radang granulomatosa dengan
atau tanpa sarang abses mikro.
Mastitis tidak spesifik akut paling sering ditemukan saat laktasi akibat fisura
puting oleh trauma yang disebabkan isapan bayi atau karena hygiene yang buruk.
Terdapat beberapa contoh jenis radang misalnya mastitis tuberkulosa, mastitis
sifilika, dan mastitis mikotik yang biasanya berjalan kronik dengan tanda–tanda
radang tidak nyata seperti tidak nyeri, bertukak, dan ada indurasi keras sehingga
sering merupakan diagnosis banding karsinoma payudara.
18
Gambar 15. Ektasia Duktus Mammae
3. Nekrosis Lemak
Penyebab kelainan ini diduga akibat trauma walaupun terkadang riwayat trauma
sering disangkal penderita. Kelainan ini lebih sering ditemui pada wanita obesitas dan
setelah menopause, dimana mamma secara proporsional membesar akibat banyaknya
jaringan lemak berupa benjolan berbatas tegas dan secara klinis mirip karsinoma.
Pada pemeriksaan makroskopis terlihat jaringan yang berwarna kuning disertai
perdarahan dan bercak–bercak kalsifikasi, serta jaringan ikat fibrosa yang banyaknya
tergantung dari lamanya lesi. Pada gambaran mikroskopisnya sama dengan jaringan
lemak dewasa yang mengalami nekrosis, ditemukan kumpulan makrofag dan sel datia
yang mengandung lipid, serta terdapat reaksi limfosit, fibroblas, dan saluran vaskular
kecil. Lemak yang mengalami nekrosis dapat berperan sebagai bahan pengiritasi yang
apabila berlangsung lama dapat menimbulkan radang kronis dan pembentukan
jaringan ikat fibrosa.
7. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker
payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada
sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira-kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran
itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari
19
kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanyaoleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang
paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi.
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kira-kira 1-2%
wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut.
Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan
jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan
tulang. Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Kanker payudara tersebut
menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun yang jauh antara lain
limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel
epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organpulmo mengakibatkan
ekspansi paru tidak optimal.
Staging
AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan penentuan stadium dan
derajat tumor ganas payudara menurut system TNM.
20
Tis (Paget) Penyakit paget pada putting payudara tanpa tumor
T1 Diameter terbesar tumor < 2 cm
T1 mic Diameter terbesar mikroinvasi < 0,1 cm
T1a Diameter terbesar tumor > 0,1 cm tetapi < 0,5 cm
T1b Diameter terbesar tumor > 0,5 cm tetapi < 1 cm
T1c Diameter terbesar tumor > 1 cm tetapi < 2 cm
T2 Diameter terbesar tumor > 2 cm tetapi < 5 cm
T3 Diameter terbesar tumor > 5 cm
Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung
T4 ke dinding dada atau kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk musculus
pectoralis
Edema (termasuk peau d’orange)
T4b Ulserasi kulit payudara atau nodul satelit di kulit
payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflamatorik
21
klinis dan tidak terdapat metastasis ke KGB aksila
pN2b KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis dan
tidak terdapat metastasis ke KGB aksila
N3 KGB infraklafikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila atau KGB aksila mamaria
interna yang terdeteksi secara klinis dan terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis atau KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB aksila atau mamaria interna
N3a KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a >10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
pN3b KGB mamaria interna terlihat secara klinis dengan KGB
aksila atau mikrometastasis ke <3 KGB aksila dan
mamaria interna (melalui sentinel node biopsy karna
tidak terlihat secara klinis)
N3c KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula
Metastasis (M)
Mx Metastasis tidak dapat dinilai
Mo Tidak terdapat metastasis
M1 Metastasis
22
1. Stadium 0 : DCIS, termasuk penyakit Paget pada puting payudara dan LCIS
2. Stadium I : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2 cm tanpa adanya keterlibatan
kelenjar getah bening (KGB)
3. Stadium IIA : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2 cm, disertai keterlibatan KGB
atau karsinoma invasif > 2 cm dan kurang dari 5 cm tanpa disertai keterlibatan KGB
4. Stadium IIB : Karsinoma invasif dengan diameter > 2 cm dan <5 cm dengan
keterlibatan KGB atau karsinoma invasif dengan ukuran >5 cm tanpa disertai
keterlibatan KGB
5. Stadium IIIA : Karsinoma invasif ukuran berapapun, dengan fiksasi KGB
(menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma berdiameter >5 cm dengan
metastasis KGB nonfiksasi
6. Stadium IIIB : Karsinoma inflamasi, karsinoma yang telah invasi ke dinding dada,
karsinoma yang telah invasi ke kulit, karsinoma dengan nodul kulit satelit, atau
karsinoma dengan metastasis ke KGB mammaria internal ipsilateral
7. Stadium IIIC : Karsinoma dengan ukuran berapapun, dengan keterlibatan KGB yaitu
KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila; atau KGB
mamaria interna dan terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria
interna
8. Stadium IV : Metastasis jauh
23
Grade
Berdasarkan derajat diferensiasi, tumor ganas payudara dibagi menjadi tiga grade.
Grading ditentukan berdasarkan gambaran sitologi nukleus sel tumor dibandingkan
dengan membandingkan gambaran sel epitel payudara normal. Dengan
mengetahui grade, dapat membantu dokter dalam memutuskan terapi yang dibutuhkan
setelah operasi. Sistem penilaian tersedia untuk menentukan grade dari kanker payudara
adalah Nottingham Histologic Score system (the Elston-Ellis modification of Scarff-
Bloom-Richardson grading system). Ada tiga faktor yang dinilai, yaitu :
1. Diferensiasi glandular/tubular
Skor 1 : >75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau tubular
Skor 2 : 10% - 75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau tubular
Skor 3: <10% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau tubular
2. Pleomorfik nucleus
Skor 1: Nukleus kecil dengan sedikit peningkatan ukuran sel epitel payudara
dibandingkan dengan sel normal, ukuran yang sedikit bervariasi, garis reguler,
dan kromatin nuklear seragam
Skor 2 : Sel lebih besar dari normal dengan inti vesikular terbuka, terlihat
nukleolus, ukuran dan bentuk yang sedikit bervariasi
Skor 3: Nukleus vesikular, nukleolus menonjol, variasi dalam ukuran dan bentuk,
kadang-kadang dengan bentuk yang aneh dan sangat besar
24
Skor 2 : 8-14 mitosis per 10 lapang pandang besar
Skor 3 : ≥ 15 mitosis per 10 lapang pandang besar
Masing-masing gambaran ini diberi nilai dari 1-3, dan kemudian masing-masing skor
ditambahkan untuk memberikan skor total akhir mulai dari 3-9.
Grade I (derajat rendah / berdiferensiasi baik) dengan skor 3-5: Sel kanker terlihat
sedikit berbeda dari sel normal dan tumbuh lambat.
Grade II (derajat sedang atau berdiferensiasi sedang) dengan skor 6-7: Sel kanker
tidak terlihat seperti sel normal dan sel kanker berproliferasi lebih cepat dari sel
normal.
Grade III (derajat tinggi atau berdiferensiasi buruk) dengan skor 8-9 : Sel kanker
sangat jauh berbeda dari sel normal dan sel kanker tumbuh dengan sangat cepat.
9. FAKTOR RESIKO
Usia
Kejadian tumor payudara lebih sering ditemukan pada usia 40-49 tahun (dekade
kelima) yaitu sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia.Satu dari delapan keganasan
payudara invasif ditemukan pada wanita berusia dibawah 45 tahun. Dua pertiga
keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia 55 tahun. Insidensi kanker
payudara akan berlipat ganda setiap 10 tahun tetapi akan menurun drastis setelah masa
menopause.
Genetika dan Riwayat Keluarga
Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi genetik.Jika
menderita kanker payudara saat usia kurang dari 40 tahun dengan atau tanpa riwayat
keluarga, menderita kanker payudara sebelum usia 50 tahun dan satu atau lebih
kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara atau kanker ovarium, menderita
kanker payudara bilateral, menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua
atau lebih kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara ini merupakan faktor
predisposisigenetic sebagai penyebab kanker payudara. Mutasi gen BRCA1
(kromosom 17q21.3), mutasi gen BRCA2 (kromosom 13q12-13), mutasi gen ATM
25
sebagai gen pengatur perbaikan DNA, mutasi gen CHEK2 dan gen supressor tumor
P53 merupakan predisposisi dari kanker payudara.
Pajanan lama ke estrogen eksogen pascamenopause
Efek samping dari terapi sulih estrogen (ERT, Estrogen Replacement Therapy)
dapat menyebabkan peningkatan insidensi kanker payudara Penggunaan terapi sulih
hormon yang digunakan lebih dari 10 tahun akan meningkatkan risiko sebesar 1,35
dan penggunaan estrogen penguat kandungan selama kehamilan juga meningkatkan
risiko dua kali lipat.
Penggunaan kontrasepsi oral
Estrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan jaringan payudara, wanita yang
terpapar estrogen dalam waktu yang lama akan memiliki risiko yang besar terhadap
kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu yang lama dapat
meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 1,24 kali.Pada penelitian yang dilakukan
di RSUD Moewardi Surakarta didapatkan bahwa pemakaian kontrasepsi hormonal
berisiko terkena kanker payudara 2,199 kali lebih banyak daripada pemakaian
kontrasepsi non-hormonal namun bukan peningkat risiko kanker payudara yang
signifikan.
Radiasi pengion
Radiasi pengion ke daerah dada dapat meningkatkan risiko kanker payudara namun
risiko tersebut tergantung dari dosis radiasi, waktu sejak pajanan, dan usia.
Densitas jaringan payudara
Risiko terkena kanker payudara akan lebih tinggi pada wanita dengan jaringan kelenjar
lebih banyak dan sedikit jaringan lemak.
Lama menyusui
Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi selama masa
kehamilan akan menurun drastis setelah melahirkan. Kadar hormon estrogen dan
hormon progesteron yang telah menurun dalam darah selama menyusui akan
26
mengurangi pengaruh hormon tersebut terhadap proses proliferasi jaringan termasuk
jaringan payudara.
Usia menstruasi pertama
Risiko kanker payudara akan lebih besar jika wanita tersebut mengalami
menarche sebelum usia 12 tahun dan disertai dengan menopause yang lebih lambat
yaitu pada usia lebih dari 55 tahun. Menarche pada usia kurang dari 12 tahun
memberikan risiko 1,7-2,4 kali lebih tinggi dibanding dengan wanita yang mengalami
menstruasi pada usia lebih dari 12 tahun, hal ini berhubungan dengan lamanya paparan
hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proliferasi jaringan
payudara.
Gaya hidup
Obesitas yang terjadi pada pasca menopause akan meningkatkan risiko kanker
payudara sedangkan obesitas premenopause dapat menurunkan risiko kanker
payudara. Hal ini dapat disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap
kadar hormon endogen. Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko
sebesar 30%. Olahraga rutin pasca menopause juga menurunkan risiko sebesar 30-
40%. American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit
setiap hari.Konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara karena
alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga mempengaruhi
responsivitas tumor terhadap hormon.
10. DIAGNOSTIK
a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Keluhan utama yang sering dialami penderita dapat berupa adanya massa tumor
di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, retraksi puting susu, adanya
ekzema sekitar areola, retraksi kulit (dimpling), dan “peau d’orange” akibat obstruksi
pembuluh limf kulit/ limfedema lokal dan jaringan subkutan oleh sel-sel
tumor.Adanya massa dapat ditentukan sejak berapa lama, cepat atau tidak
pertumbuhan, disertai rasa sakit atau tidak. Tumor pada kegansanan mempunyai gejala
tidak nyeri dan massa yang irreguler serta tumbuh progresif.
b. Pemeriksaan Radiologi
27
o Mamografi
Mamografi dapat digunakan sebagai metode pilihan deteksi dini kanker payudara
pada tumor yang tidak teraba saat palpasi. Hasil dari mamografi dikonfirmasi
dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB), core biopsy, atau biopsi bedah.
Sedapat mungkin dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama pada usia
di atas 30 tahun. Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan
baru, maka harus dimamografi ulang. Pada mamografi, lesi yang mencurigakan
ganas menunjukkan salah satu atau beberapa gambaran sebagai berikut: lesi
asimetris, kalsifikasi pleomorfik, tepi ireguler atau berspikula, terdapat peningkatan
densitas dibandingkan sekitarnya. Pada salah satu penelitian terhadap 41.427
penderita, sensitivitasnya mencapai 82,3% dengan spesifisitas 91,2%.
o Ultrasonografi
Ultrasonografi sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik setelah
ditemukan kelainan pada mamografi. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan pada
kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang mengeluh ada benjolan di
payudara sedangkan hasil mamografi nya tidak jelas walaupun sudah diulang dan
untuk panduan saat biopsijarum atau core biopsy.
28
Setiap ada kecurigaan dari hasil pemeriksaan fisik dan mammografi, biopsi harus
dilakukan :
o Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25 gauge
melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista
payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara.
Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di
bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel.
Kekurangan dari FNAB ini kadang tidak dapat menentukan grade tumor dan
kadang tidak memberikan diagnosis yang jelas sehingga dibutuhkan biopsi lainnya.
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan
pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum
halus tersebut di masukan ke daerah benjolan.
29
o Core Biopsy
Dengan menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar, lalu diambil spesimen
silinder jaringan tumor. Kelebihan dari core biopsy adalah dapat membedakan
tumor yang noninvasif dan invasif serta grade tumor.
Indikasi dilakukan biopsi terbuka jika pada mamografi terlihat adanya kelainan
yang mengarah keganasan, hasil FNAB atau core biopsy yang meragukan. Biopsi
eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan menyertakan sedikit
jaringan sehat disekitar massa tumor ini digunakan untuk kasus yang masih
operabel atau stadium dini dan biopsi insisional hanya mengambil sebagian massa
tumor yang sudah inoperabel yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi.
SentinelNodeBiopsy
o
30
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan keterlibatan dari kelenjar limfe aksila dan
parasternal.
o Biopsi insisional untuk tumor operabel ukuran >3 cm sebelum operasi definitif dan
inoperable
o Pemeriksaan imunohistokimia
e. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai
salah satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker ini
mewakili gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan
perkembangan karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil akhir dalam
penelitian kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan histologis, indeks
31
dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada karsinoma. Nilai
prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae antara lain (1)
petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-
67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis
seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4)
growth factors dan growth factor receptors seperti human epidermal growth receptor
(HER)-2/neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53.
11. TATALAKSANA
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I,
II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma
mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya
bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk
pasien dengan metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.
Terapi Bedah
Jenis pembedahan yang dilakukan adalah :
Mastektomi radikal klasik
Mastektomi radikal klasik merupakan pengangkatan seluruh kelenjar payudara
dengan sebagian besar otot pektoralis mayor dan minor, kulit, dan kelenjar limfe
aksila level I, II, dan III.
Mastektomi radikal dimodifikasi
Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan mengangkat kelenjar limfe level I
dan II namun mempertahankan otot pektoralis mayor dan minor jika otot bebas dari
tumor. Pembedahan ini diikuti dengan diseksi aksila.
Mastektomi simple
Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dan puting dan mempertahankan kelenjar
limf aksila dan otot pektoralis jika tidak ada penyebaran ke kelenjar aksila. Ini biasa
dilakukan untuk mastektomi profilaktif pada kelompok berisiko tinggi dan pada
karsinoma in situ yang rekuren.
32
Breast conserving treatment (BCT) / lumpektomi
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mengangkat massa dan jaringan payudara sehat
di sekitarnya dengan menjaga tampilan kosmetik payudara. Indikasi dilakukan BCT
adalah tumor stadium Tis, T1,T2 dengan ukuran ≤3 cm.
33
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma mammae
tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak
dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan
resiko rekurensi tinggi maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang
tidak menguntungkan termasuk invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan
histologis yang tinggi, overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang
negatif sehingga direkomendasikan untuk diberikan kemoterapi adjuvan.
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid,
doxorubisin, 5-fluorourasil dan methotrexate. Untuk wanita dengan karsinoma
mammae yang reseptor hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi
adjuvan cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat ini, berdasarkan
NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah modified radical mastectomy
diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi.
Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan sebelum
dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk
dilakukan lumpectomy. Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium
lanjut adalah kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi
atau lumpectomy dengan diseksi KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi
adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb,
kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran tumor
tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical mastectomy,
diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.
34
sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang
positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif.
Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri
tulang, hot flushes, mual, muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan
tamoxifen. Resiko jangka panjang pengunaan tamoxifen adalah karsinoma
endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan setelah 5 tahun. Beberapa ahli
onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada
karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif. Untuk
semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen (tamoxifen), dipilih
sebagai terapi awal.
12. PENCEGAHAN
Tumor payudara dapat dicegah dengan mengetahui faktor risiko dan mengetahui
cara pencegahannya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) satu bulan sekali sekitar hari ke-8 menstruasi, obat profilaksis untuk
keganasan payudara seperti tamoksifen dan mamografi sebagai screeningkanker payudara
yang dapat dilakukan setiap tahun sejak usia 25 tahun, mamografi terutama dilakukan
pada perempuan yang telah menopause atau usia 50 tahun ke atas.Selain itu, kejadian
kanker payudara dapat dicegah dengan menyusui lebih dari 2 tahun, pemberian ASI
ekslusif selama 6 bulan, indeks massa tubuh (IMT) sekitar 20-25 kg/m, menghindari
konsumsi alkohol, konsumi makanan seimbang, dan olahraga yang teratur.
Pemeriksaan payudara sendiri penting bagi kesehatan wanita terutama pada awal
umur 20 tahun. Perlunya memperhatikan perubahan pada payudara dengan mengetahui
35
bentukpayudara secara normal dengan menggunakan langkah demi langkah. Berikut
adalah langkah-langkah pemeriksaan payudara:
Berdiri didepan cermin, lalu perhatikan bentuknya, simetris atau tidak, adatidaknya
kemerahan di payudara. Perhatikanpula puting susu dan sekitarnya,adakah luka atau
puting tertarik ke dalam.
Lalu angkat kedua lengan ke atas dengan telapak tangan diletakkan di daerah
belakang kepala, sedikit di atas leher. Dengan gerakan ini, seharusnya payudara
akanterangkat ke atas secara simetris. Perhatikan ada tidaknya daerah yang
tertarik kedalam. Perhatikan adakah kelainan pada kulit payudara yang
menyerupai kulit jeruk.
Turunkan salah satu lengan, lalu raba dengan telapak jari-jari tangan. Berhenti
sebentar, lalu raba dengan gerakan memutar dengan sedikit penekanan pada
payudara. Lalu geser ke daerah lain, berhenti lagi sambil diraba dengan gerakan
memutar. Lakukan hal ini berulang-ulang sampai seluruh bagian payudara selesai
diperiksa.
36
Lakukan pemeriksaan pada daerah ketiak dengan gerakan memutar seperti saat
memeriksa payudara. Perhatikan ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan terakhir adalah gerakan mengurut dari arah dasar payudara kearah
puting, lalu beri sedikit penekanandi puting susu terus ke depan. Tidak perlu
khawatir bila dengan gerakan ini keluar beberapa tetes cairan jernih.
37
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Aster JC. The female breast. In: Schmitt W, editor.
th
Robbins and cotran pathologic basis of disease. 7 ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2005. p.270-80, 1120-140.
3. Reksoprodjo S. Kanker payudara. In: Ramli M, editor. Kumpulan kuliah ilmu bedah.
Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher; 2010. h.317, 322-41.
5. World Health Organization. Breast cancer prevention and control [Internet]. World
Health Organization; 2013 [cited 2013 Aug 28]. Available
from: http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html
7. Bafakeer SS, Banafa NS, Aram FO. Breast diseases in southern Yemen. Saudi Med J
2010;31(9): 1011-14.
8. Zebua, JI. Gambaran histopatologi tumor payudara di instalasi patologi anatomi RSUP
Haji Adam Malik Medan tahun 2009-2010. Repository USU 2010;1: 1-45.
9. American Cancer Society. Breast cancer facts & figures 2013-2014. Atlanta: American
Cancer Society Inc; 2013. p.1-40.
39
10. Price SA. Gangguan sistem reproduksi. In: Hartanto H, editor. Patofisiologi: konsep
klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Vol 2. Jakarta: EGC; 2005. h.303
11. Tortora GJ, Derrickson B. The reproductive systems. In: Roesch B, editor. Principles
th
of anatomy and physiology. 12 ed. United States of America: John Wiley & Sons;
2009. p.1110-12.
12. Drake RL, Vogl W, Mitchel AWM. Gray’s anatomy for student. Spain: Churcill
Livingstone Elsevier; 2007. p.115-16.
13. Snell RS. Dinding dada, rongga dada, paru, dan rongga pleura. In: Suwahjo A,
Yohanes AL, editor. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta : EGC; 2012. h.89-91.
15. Indrati R. Faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara
wanita. eprints Universitas Dipenogoro 2005;1: 1-8.
16. Rianti E, Tirtawati GA, Novita H. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko
kanker payudara wanita. J Health Quality 2012;3(1): 10-23.
17. Kujiper A, Mommers ECM, Elsken, van Diest PJ. Histopathology of fibroadenoma of
the breast. Am J Clin Pathol 2001;115: 736-42.
18. Radosavljevic Z, Elek, Dimic S. Juvenile giant fibromadenoma mammae - case report .
Acta Med Medianae 2010;49(4): 49-51.
19. Mishra SP, Tiwary SK, Mishra M, Khanna AK. Phylloides tumor of breast: a review
article. Hindawi Publishing Corporation 2013;1: 1-11.
20. Sahu SK, Singh PK, Singh BS, Bhushan S, Aeron K, Sinha M, et al. Breast intraductal
papilloma. Jurnalul de Chirurgie (Iaşi) 2012;8(2): 189- 92.
40
21. Pruthi S. Detection and evaluation of a palpable breast mass. Concise Review for
Clinicians. Mayo Clin Proc. 2007;76:641-8.
22. Miltenburg DM, Speights VO. Benign breast disease. Obstet Gynecol Clin N Am.
2008;35:285-300.
23. Meisner ALW, Fekrazad MH, Royce ME. Breast disease: benign and malignant. Med
Clin N Am. 2008; 92:1115-41.
24. Osborne MP. Breast anatomy and development. In: Harris JR, Lippman ME, Morrow
M, Osborne CK, editors. Diseases of the breast. 4th ed. Philadelphia, PA: Lippincott
Williams & Wilkins; 2009:1-17.
25. Rodden AM. Common breast concerns. Prim Care Clin Offi ce Pract. 2009;36:103-13.
41