Anda di halaman 1dari 41

TUMOR MAMMAE

REFERAT

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Bedah RS
Bethesda pada program pendidikan dokter tahap profesi

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun Oleh :

FRANSISKA THERESIA MEIVY BABANG (42160047)

Dosen Pembimbing:
dr. Gapong Sukowiratmo, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA


PERIODE 20 MARET – 27 MEI 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terkontrol dan
berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang tidak responsif.. Tumor
dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau kanker. Karakteristik dari
tumor jinak pada gambaran mikroskopik dan makroskopik yaitu, berdiferensiasi baik,
laju pertumbuhan progresif dan lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi
jaringan normal disekitarnya, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan
karakteristik dari tumor ganas/kanker adalah anaplastik, pertumbuhannya progresif
dan cepat, serta dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar. Sel-sel kanker juga dapat
bermetastasis ke bagian lain dari tubuh secara hematogen maupun limfogen.
Dari Global Cancer Statistic, kanker payudara merupakan kanker yang paling
sering didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita di seluruh dunia, terhitung
23% (1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan 14% (458.400) dari total kematian akibat
kanker pada tahun 2008. Global Health Estimates tahun 2013 menyatakan meskipun
kanker payudara dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara
dan 58% kematian terjadi di negara berkembang (WHO, 2013). Di Indonesia berdasarkan
data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%) dan kanker
leher rahim menempati urutan kedua pada pasien rawat inap (11,78%).
WHO memperkirakan insidensi kanker payudara pada wanita akan cenderung
meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi dari tumor jinak payudara di
RSUP Haji Adam Malik Medan sebesar 30,5% dari semua pasien tumor payudara.
Banyak faktor yang dapat berhubungan dengan terjadinya tumor payudara. Diantaranya
adalah usia, menstruasi di usia <12 tahun, menopause yang terlambat pada usia >55
tahun, hamil anak pertama pada usia >35 tahun, tidak pernah melahirkan, tidak menyusui,
riwayat penggunaan kontrasepsi oral, riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara,

2
konsumsi minuman alkohol dan seringnya terkena radiasi sinar-X pada bagian dada, serta
adanya perubahan gen yang berhubungan dengan kanker payudara gen BRCA-1 atau gen
BRCA-2.9 Kanker payudara umumnya ditemukan setelah gejala muncul, tetapi banyak
wanita dengan kanker payudara dini tidak memiliki gejala. Pemeriksaan SADARI
(periksa payudara sendiri), pemeriksaan klinis dokter, pemeriksaan radiologi
(mammografi ataupun ultrasonografi), maupun biopsi tanpa pembedahan merupakan
deteksi dini untuk kanker payudara

B. Perumusan Masalah
1. Apa definisi dan klasifikasi tumor mammae?
2. Apakah faktor resiko tumor mammae?
3. Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
tumor mammae?
4. Bagaimana penatalaksanaan tumor mamme?

C. Tujuan Penulisan
1. Dokter muda memahami definisi dan klasifikasi tumor mammae
2. Dokter muda memahami faktor resiko tumor mammae
3. Dokter muda memahami dasar penegakan diagnosis tumor mammae
4. Dokter muda mampu memahami penatalaksanaan tumor mammae

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terkontrol dan
berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang tidak responsif. Tumor
dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau kanker. Tumor jinak pada
gambaran mikroskopik dan makroskopik yaitu berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan
progresif dan lambat, massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan
tidak bermetastasis ke organ lain. Sedangkan tumor ganas adalah anaplastik,
pertumbuhan progresif dan cepat, dapat menginfiltrasi ke jaringan sekitar, bermetastase
ke organ lain melalui hematogen maupun limfogen. Sel-sel kanker dapat menjadi massa
yang besar untuk dapat menjadi dysplasia selama 7 tahun.

2. ANATOMI
Payudara terletak pada hemitoraks kanan dan kiri. Batas payudara yang tampak dari luar
pada superior di iga II, inferior pada iga VI, atau antar sternokostal bagian medial, dan
bagian lateral pada linea aksilaris anterior.
a. Struktur Payudara
Struktur payudara terdiri dari parenkim epitelial, lemak, pembuluh, darah, saraf,
saluran getah bening, otot, dan fasia. Parenkim epitelial terdiri dari 15-20 lobus yang
setiap lobus mempunyai duktus laktiferus dan bermuara ke papilla mamma. Setiap
lobus terdiri dari lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 kelompok
asini. Lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula mammae.Fungsi glandula
mamma adalah sintesis, sekresi, dan ejeksi susu. Produksi susu dirangsang oleh
hormon prolaktin serta dipengaruhi oleh progesteron dan estrogen. Sedangkan untuk
ejeksi susu dirangsang oleh hormon oksitosin. Diantara lobulus terdapat jaringan ikat
yaitu ligamentum Cooper sebagai penyangga untuk payudara.

4
Gambar 1. Anatomi payudara

b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara


a) Cabang-cabang pembuluh darah ke payudara yaitu rami perforantesarteri
thoracica interna, arteri torakalis lateralis, arteri mammaria interna, arteri
mammaria eksterna, arteri subskapular, arteri thoracoacromialis, serta cabang
arteri axillaris.
b) Tiga grup vena yang memperdarahi area payudara yaitu cabang perforanters
vena mammaria interna, cabang vena aksilaris, vena yang bermuara pada vena
interkoastalis seperti vena azygos.
c) Payudara bagian medial dipersarafi oleh cabang kutaneus anterior dari nervus
interkostalis 2-7. Payudara bagian superior dipersarafi oleh nervus
supraklavikula yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus servikal. Papila
mamma terutama dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral dari nervus
interkostalis lain mempersarafi areola dan mamma sisi lateral. Kulit di daerah
payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan nervus interkostalis.
Jaringan kelenjar payudara dipersarafi oleh saraf simpatik.
d) Kuadran medial mengalirkan limfenya melalui pembuluh-pembuluh yang
melewati ruang intercostal dan masuk ke dalam nodi lymphoidei thorakalis
interna (terletak di dalam rongga thorax sepanjang arteri thoraica interna).
Kuadran lateral glandula mamma mengalirkan limfenya ke nodi lymphoidei

5
axillaris anterior atau kelompok pektoralis. Beberapa pembuluh limfe mengikuti
arteri intercostalis posterior, beberapa pembuluh berhubungan dengan pembuluh
limfe payudara sisi yang lain dan dengan kelenjar di dinding anterior abdomen.

3. HISTOLOGI
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang dipisahkan oleh
jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke papila mammaemelalui
duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat lobulus–lobulus yang terdiri dari duktus
intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian
dasar terdapat mioepitel kontraktil. Pada duktus intralobularis mengandung banyak
pembuluh darah, venula, dan arteriol.

Gambar 2. Histologi payudara

Gambar 3. Predileksi lesi payudara

6
4. FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga kali perubahan. Perubahan pertama pada payudara dari
awal kelahiran hingga menopause. Saat pubertas, terjadi perkembangan duktus dan sinus
laktiferus yang dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh
ovarium. Perubahan yang kedua sesuai dengan siklus haid. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara membesar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Beberapa hari menjelang haid, payudara terasa nyeri dan menegang sehingga
saat melakukan palpasi payudara sulit dilakukan. Perubahan terakhir terjadi pada masa
kehamilan dan menyusui. Saat masa kehamilan terjadi ploriferasi epitel duktus lobus dan
duktus alveolus sehingga payudara membesar. Sel-sel alveolus akan memproduksi air
susu yang dialirkan ke asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu yang
dipicu oleh oksitosin.

5. EPIDEMIOLOGI
Dari Global Cancer Statistic, kanker payudara merupakan kanker yang paling sering

didiagnosis dan penyebab utama kematian pada wanita di seluruh dunia, sekitar 23%

(1,38 juta) dari total kasus kanker baru dan 14% (458.400) dari total kematian akibat

kanker pada tahun 2008.Global Health Estimates tahun 2013 menyatakan meskipun

kanker payudara dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari kasus kanker payudara

dan 58% kematian terjadi di negara berkembang.WHO memperkirakan kasus kanker

payudara pada wanita akan terus meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia berdasarkan data

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan

pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%) dan kanker leher

rahim menempati urutan kedua pada pasien rawat inap (11,78%).

Pada penelitian di RSUP Haji Adam Malik tahun 2009 didapatkan pasien yang
mengalami tumor jinak payudara 30,5% dari semua pasien tumor payudara dan tumor

7
ganas payudara sebesar 69,5%.Insidensi kanker payudara pada usia lebih dari 30 tahun
akan semakin tinggi. Kanker payudara jarang terjadi pada usia dibawah 20 tahun. Angka
tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insiden karsinoma mammae pada laki-laki
hanya 1% dari kejadian pada perempuan. Kejadian kanker payudara pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita 1:100.Sedangkan untuk tumor jinak payudara terdapat
perbedaan usia pada setiap kejadian tumor, seperti pada fibroadenoma mammae sering
dijumpai pada perempuan muda, pada tumor filoides terdapat pada semua usia, kista
payudara sering ditemukan pada usia dekade kelima. Distribusi letak tumor payudara
berdasarkan penelitian (Haagensen) lebih sering terjadi di kuadran lateral atas (50%),
kemudian sentral/subareolar (20%), kuadran lateral bawah (10%), kuadran medial atas
(10%) dan kuadran medial bawah (10%).

6. KLASIFIKASI
Tumor Jinak Payudara
Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada perempuan.
Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda dengan insidensi puncak pada usia
30 tahun. Struktur fibroadenoma terdiri dari epitel dan komponen kapsula fibrosa.
Komponen epitel fibroadenoma hampir sama dengan komponen epitel pada payudara
normal. Fibroadenoma tampak berwarna coklat berkapsul. Pada pemeriksaan fisik,
fibroadenoma akan teraba sebagai massa soliter, disekret, mudah digerakkan, dan
konsistensi kenyal padat. Massa tumor membesar pada akhir siklus haid dan selama
hamil. Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau
duktus terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM
intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem duktulus
intralobulus dan FAM perikanalikuler atau stroma yang tumbuh proliferatif mengitari
sistem kanalikulus sistem duktulus intralobulus.

8
Gambar 4. Fibroadenoma
Tindakan pembedahan merupakan modalitas primer dalam terapi. Pembedahan yang
dilakukan ekstirpasi yang merupakan tindakan pembedahan pengangkatan seluruh massa
tumor beserta kapsulnya yang berada dibawah lapisan kulit. Pasien dengan fibroadenoma
mammae memiliki risiko tinggi mengalami kanker payudara, namun jika terdeteksi
secara dini maka prognosisnya akan menjadi baik, bila tidak diangkat dengan sempurna
maka dapat kambuh kembali. Fibroadenoma mammae kadang tumbuh dengan cepat dan
berpotensi kambuh saat rangsangan estrogen meningkat.

Tumor filoides

Tumor filoides merupakan neoplasama fibroepithelial yang mempunyai potensi untuk


berulang. Pertumbuhan tumor filoides diluar saluran dan lobulus, yaitu stroma yang
meliputi jaringan lemak dan ligamen yang mengelilingi saluran, lobulus, dan darah dan
pembuluh getah bening di payudara. Selain sel stroma, tumor filoides dapat juga
mengandung sel-sel dari duktus dan lobulus.Tumor filoides terdapat pada semua usia
namun lebih banyak pada usia sekitar 30 tahun. Sekitar 10-15% tumor filoides yang jinak
bisa menjadi tumor ganas dan jika dilakukan eksisi akan memiliki kemungkinan rendah
untuk terjadi rekurensi lokal.

Papilloma intraduktal

Papilloma intraduktal payudara ditandai dengan proliferasi sel-sel epitel dan


mioepitel yang melapisi fibrovaskular sehingga menciptakan struktur yang bercabang
dalam lumen duktus, yang dibagi menjadi sentral (duktus besar) papiloma, biasanya
terletak di subareolar dan papilloma perifer yang timbul di terminal duktus lobular.

9
Gejala yang sering timbul berupa sekresi cairan berdarah dari puting susu. Terapi yang
dilakukan untuk menghilangkan papilloma melalui insisi atau eksisi.

Perubahan fibrokistik payudara

Perubahan fibrokistik terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal dan berkaitan


dengan proses penuaan alami. Gejala kelainan ini berupa nyeri bila disentuh dan
payudara teraba keras sebelum waktu haid. Kelainan ini paling sering ditemukan, bersifat
jinak dan non neoplastik tetapi memiliki hubungan dengan meningkatnya resiko
terjadinya keganasan. Fibrokistik payudara ditandai dengan rasa nyeri dan benjolan yang
ukurannya berubah–ubah. Benjolan ini membesar sebelum periode menstruasi serta
mengeluarkan cairan puting yang tidak normal. Pada periode menjelang menopause, sifat
benjolan pada kelainan ini tidak berbatas tegas dan kenyal seperti karet.

Penyebab pasti dari fibrokistik payudara belum diketahui, tetapi dipengaruhi oleh
hormon estrogen. Apabila estrogen di dalam aliran darah kadarnya memuncak sewaktu
pertengahan siklus tepat sebelum ovulasi, payudara menjadi bengkak, penuh, dan terasa
berat. Gejala ini memburuk pada awal periode menstruasi terutama pada wanita 40–45
tahun dan menurun jelas pasca menopause. Sehingga, perubahan kistik disimpulkan
akibat ketidakseimbangan antara hiperplasia epitel, bersama dengan dilatasi duktus dan
lobulus yang terjadi pada setiap siklus menstruasi.

Galaktokel

Galaktokel merupakan kista retensi yang berisi air susu. Galaktokel berbatas tegas
dan dapat digerakkan, dan timbul biasanya 6-10 bulan setelah berhenti menyusui. Letak
galaktokel ini biasanya di tengah dalam payudara atau dibawah puting.

10
Gambar 5.Galaktokel

Adenoma tubular mammae

Adenoma tubular mammae adalah tumor jinak epitelial yang jarang, sekitar 0,13-
1,7% dari semua lesi jinak payudara. Gambaran klinis dan imaging dari adenoma tubular
mammaemirip dengan fibroadenoma sehingga untuk diagnosa praoperasi sulit. Untuk
menetapkan diagnosis definitif maka dilakukan tindakan eksisi. Adenoma tubular paling
sering terjadi pada wanita muda kurang dari 40 tahun atau pada usia reproduksi dan tidak
berhubungan dengan pengobatan kontrasepsi oral atau kehamilan.

Kanker Payudara
Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal
(noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal (invasif). Bentuk utama
karsinoma payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Non Invasif

 Ductal Carcinoma In Situ(DCIS)

11
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel kanker
yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.Saluran menjadi tersumbat
dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya.Kalsium cenderung
terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai
kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications) atau
disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram seorang
wanita tanpa gejala kanker. DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau
munculnya massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada
mammografi.
Sekitar 20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan
mamografi.Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif
dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh. DCIS muncul dengan dua tipe sel yang
berbeda, dimana salah satu sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya.Tipe pertama,
dengan perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal.Sel
ini disebut solid, papillary atau cribiform.Tipe kedua, disebut comedeonecrosis,
sering bersifat progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih
besar dengan bentuk tak beraturan.

Gambar 6. Ductal Carcinoma In Situ(DCIS)

12
A B
Gambar 7. Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari
ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)
 Lobular Carcinoma In Situ(LCIS)
Sel-sel abnormal tumbuh dalam lobulus, kelenjar penghasil susu pada akhir
saluran payudara. Pertumbuhnannya tetap dalam lobulus dan tidak menyebar ke
jaringan sekitarnya. Karsinoma lobular in situ biasanya di diagnosis sebelum
menopause pada rentang usia 40-50 tahun. Gambaran mikroskopis dari LCIS adalah
uniform, sel bersifat monomorf dengan nukleus polos bulat dan terdapat dalam
kelompok kohesif di duktus dan lobules.

Gambar 8. Lobular Carcinoma In Situ(LCIS)

Invasif

 Karsinoma lobular invasif


Karsinoma lobular invasif telah menembus dinding lobulus dan mulai menyerang
jaringan payudara sekitar. Gejala klinis dari karsinoma lobular invasif ini bisa

13
asimptomatik dan juga bisa teraba massa besar yang bersifat multifokal bilateral.
Sekitar 10% dari semua kanker payudara invasif adalah karsinoma lobular invasif.
Gambaran sel pada karsinoma lobular invasif mirip dengan sel pada LCIS. Sel-sel
tersebut menginvasi stroma dan terkadang mengelilingi asinus atau duktus sehingga
membentuk yang disebut sebagai mata sapi (bull’s eye).
Gambaran histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli
tidak jelas, dan sedikit sitoplasma. Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya
musin dalam sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma).
Seringnya multifokal, multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang
tersembunyi sehingga sulit untuk dideteksi

Gambar 9. Karsinoma lobular invasif


 Karsinoma duktal invasif
Sekitar 70 - 80% dari semua kanker payudara adalah karsinoma duktal invasif.
Kanker ini yang telah menembus dinding duktus laktiferus dan menyerang jaringan
payudara sekitarnya. Gambaran mikroskopis dari karsinoma duktal invasif heterogen,
nukleus dengan derajat rendah, sel tumor yang anaplastik, tepi tumor iregular. Kanker
dengan tahap lanjut menimbulkan gambaran massa melekat ke otot pektoralis
sehingga terjadi fiksasi lesi, melekat ke kulit sehingga menyebabkan retraksi dan
cekungan (dimpling) kulit payudara. Keganasan ini sering timbul pada saat sebelum
maupun sesudah menopause pada usia dekade kelima dan keenam. Dari penelitian
Wahyuni tahun 2006, karsinoma duktal invasif mempunyai ketahanan hidup lima
tahun sebesar 70%.

14
Gambar 10. Karsinoma duktal invasive
Karsinoma duktal invasif dibagi beberapa bagian diantaranya :
a. Adenokarsinoma dengan fibrosis produktif (scirrhous, simplex, NST)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus
kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB
aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita perimenopause atau
postmenopause dekade kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras.
Batasnya kurang tegas dan pada potongan melintang, tampak permukaannya
membentuk konfigurasi bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih
kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering
berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.

b. Medullary carcinoma
Adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4% dari seluruh kanker
payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara herediter yang
berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi
sekunder terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral.
Karakterisitik mikroskopik dari medullary carcinoma berupa infiltrat limforetikular
yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma, inti pleomorfik besar yang
berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif, pola pertumbuhan seperti rantai, dengan
minimal atau tidak ada diferensiasi duktus atau alveolar.
Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik
terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon.

15
Wanita dengan kanker ini mempunyai 5- year survival rate yang lebih baik
dibandingkan NST atau invasive lobular carcinoma.

Gambar 11. Medullary Carcinoma

c. Mucinous carcinoma (colloid carcinoma)


Merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara, sekitar 2% dari semua
kanker payudara yang invasif, biasanya muncul sebagai massa tumor yang besar
dan ditemukan pada wanita yang lebih tua. Karena komponen musinnya, sel-sel
kanker ini dapat tidak terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.

Gambar 12. Mucinous Carcinoma


d. Papillary carcinoma
Merupakan tipe khusus dari kanker payudara sekitar 2% dari semua kanker
payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita dekade ketujuh dan sering
menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter
3 cm. McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan frekuensi metastasis ke KGB

16
aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan tubular
carcinoma.
e. Tubular carcinoma
Merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar 2% dari semua kanker
payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita perimenopause dan pada
periode awal menopause. Long-term survival mendekati 100%.

 Penyakit Paget
Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat
berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Penyakit paget biasanya berhubungan
dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin berhubungan dengan
kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang
identik (gambaran atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah
terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi
pembedahan untuk penyakit paget meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified
radical mastectomy, tergantung penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.

Gambar 13. Paget’s Disease

Infeksi Jaringan Payudara


1. Mastitis
Merupakan kondisi radang akut yang nyeri, biasanya terjadi pada minggu pertama
setelah persalinan dengan Staphylococcus aureus sebagai penyebab terbanyak.
Mastitis dapat digolongkan berdasarkan etiologi, yaitu infeksi dan bukan infeksi.
Berdasarkan sifat radang, dapat dibedakan menjadi radang granulomatosa spesifik
dan tidak spesifik. Mastitis tidak spesifik dapat bersifat akut yang apabila tidak

17
tersembuhkan akan masuk ke tahap kronik membentuk radang granulomatosa dengan
atau tanpa sarang abses mikro.
Mastitis tidak spesifik akut paling sering ditemukan saat laktasi akibat fisura
puting oleh trauma yang disebabkan isapan bayi atau karena hygiene yang buruk.
Terdapat beberapa contoh jenis radang misalnya mastitis tuberkulosa, mastitis
sifilika, dan mastitis mikotik yang biasanya berjalan kronik dengan tanda–tanda
radang tidak nyata seperti tidak nyeri, bertukak, dan ada indurasi keras sehingga
sering merupakan diagnosis banding karsinoma payudara.

Gambar 14. Mastitis

2. Ektasia Duktus Mammae


Ektasia duktus mammae ini merupakan proses pelebaran sistem duktus sampai
percabangan duktulus disertai fibrosis periduktal dan reaksi radang mononukleus.
Etiologinya tidak diketahui, namun wanita yang mengalami penyakit ini biasanya
pernah melahirkan. Duktus yang melebar, berisi bahan berwarna putih kehijauan
merupakan discharge papila. Kelainan ini biasa ditemukan pada wanita yang pernah
melahirkan dan sudah berumur 40–50 tahun. Pada pemeriksaan klinis, kasus yang
berat sering dikelirukan dengan karsinoma mammae karena terdapat discharge papila
mamma yang terkadang bercampur darah. Fibrosis disekitar mamma menyebabkan
retraksi papila dan dapat pula teraba benjolan keras. Meskipun demikian hal tidak
berhubungan dengan proses keganasan tetapi merupakan kelainan radang.

18
Gambar 15. Ektasia Duktus Mammae
3. Nekrosis Lemak
Penyebab kelainan ini diduga akibat trauma walaupun terkadang riwayat trauma
sering disangkal penderita. Kelainan ini lebih sering ditemui pada wanita obesitas dan
setelah menopause, dimana mamma secara proporsional membesar akibat banyaknya
jaringan lemak berupa benjolan berbatas tegas dan secara klinis mirip karsinoma.
Pada pemeriksaan makroskopis terlihat jaringan yang berwarna kuning disertai
perdarahan dan bercak–bercak kalsifikasi, serta jaringan ikat fibrosa yang banyaknya
tergantung dari lamanya lesi. Pada gambaran mikroskopisnya sama dengan jaringan
lemak dewasa yang mengalami nekrosis, ditemukan kumpulan makrofag dan sel datia
yang mengandung lipid, serta terdapat reaksi limfosit, fibroblas, dan saluran vaskular
kecil. Lemak yang mengalami nekrosis dapat berperan sebagai bahan pengiritasi yang
apabila berlangsung lama dapat menimbulkan radang kronis dan pembentukan
jaringan ikat fibrosa.
7. PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker
payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada
sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira-kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran
itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari

19
kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanyaoleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang
paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi.
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kira-kira 1-2%
wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut.
Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan
jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan
tulang. Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Kanker payudara tersebut
menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun yang jauh antara lain
limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel
epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organpulmo mengakibatkan
ekspansi paru tidak optimal.

8. STADIUM DAN GRADE

Staging
AJCC (American Joint Committee on Cancer) menyusun panduan penentuan stadium dan
derajat tumor ganas payudara menurut system TNM.

Tumor Primer (T) Varian Keterangan


Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
To Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Karsinoma ductal in situ
Tis (LCIS) Karsinoma lobular in situ

20
Tis (Paget) Penyakit paget pada putting payudara tanpa tumor
T1 Diameter terbesar tumor < 2 cm
T1 mic Diameter terbesar mikroinvasi < 0,1 cm
T1a Diameter terbesar tumor > 0,1 cm tetapi < 0,5 cm
T1b Diameter terbesar tumor > 0,5 cm tetapi < 1 cm
T1c Diameter terbesar tumor > 1 cm tetapi < 2 cm
T2 Diameter terbesar tumor > 2 cm tetapi < 5 cm
T3 Diameter terbesar tumor > 5 cm
Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung
T4 ke dinding dada atau kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk musculus
pectoralis
Edema (termasuk peau d’orange)
T4b Ulserasi kulit payudara atau nodul satelit di kulit
payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflamatorik

KGB Regional (N) Varian Metastasis ke KGB


Nx KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 KGB aksila ipsilateral dapat digerakkan
pN1mi Mikrometastasis > 0,2 mm ≤ 2 mm
pN1a 1-3 KGB aksila
pN1b Mikrometastasis ke KGB mamaria interna
pN1c Mikrometastasis ke 1-3 KGB aksila dan mamaria interna
N2 KGB aksila ipsilateral terfiksasi atau KGB mamaria
interna yang terdeteksi secara klinis dan tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis
N2a KGB aksila ipsilateral yang terfiksasi satu sama lain
atau terfiksasi ke struktur lain
pN2a 4-9 KGB
N2b KGB mamaria interna yang hanya terdeteksi secara

21
klinis dan tidak terdapat metastasis ke KGB aksila
pN2b KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis dan
tidak terdapat metastasis ke KGB aksila
N3 KGB infraklafikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila atau KGB aksila mamaria
interna yang terdeteksi secara klinis dan terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis atau KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan
KGB aksila atau mamaria interna
N3a KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a >10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
pN3b KGB mamaria interna terlihat secara klinis dengan KGB
aksila atau mikrometastasis ke <3 KGB aksila dan
mamaria interna (melalui sentinel node biopsy karna
tidak terlihat secara klinis)
N3c KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula

Metastasis (M)
Mx Metastasis tidak dapat dinilai
Mo Tidak terdapat metastasis
M1 Metastasis

22
1. Stadium 0 : DCIS, termasuk penyakit Paget pada puting payudara dan LCIS
2. Stadium I : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2 cm tanpa adanya keterlibatan
kelenjar getah bening (KGB)
3. Stadium IIA : Karsinoma invasif dengan ukuran ≤ 2 cm, disertai keterlibatan KGB
atau karsinoma invasif > 2 cm dan kurang dari 5 cm tanpa disertai keterlibatan KGB
4. Stadium IIB : Karsinoma invasif dengan diameter > 2 cm dan <5 cm dengan
keterlibatan KGB atau karsinoma invasif dengan ukuran >5 cm tanpa disertai
keterlibatan KGB 
5. Stadium IIIA : Karsinoma invasif ukuran berapapun, dengan fiksasi KGB
(menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma berdiameter >5 cm dengan
metastasis KGB nonfiksasi
6. Stadium IIIB : Karsinoma inflamasi, karsinoma yang telah invasi ke dinding dada,
karsinoma yang telah invasi ke kulit, karsinoma dengan nodul kulit satelit, atau
karsinoma dengan metastasis ke KGB mammaria internal ipsilateral
7. Stadium IIIC : Karsinoma dengan ukuran berapapun, dengan keterlibatan KGB yaitu
KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila; atau KGB
mamaria interna dan terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria
interna
8. Stadium IV : Metastasis jauh

23
Grade
Berdasarkan derajat diferensiasi, tumor ganas payudara dibagi menjadi tiga grade.
Grading ditentukan berdasarkan gambaran sitologi nukleus sel tumor dibandingkan
dengan membandingkan gambaran sel epitel payudara normal. Dengan
mengetahui grade, dapat membantu dokter dalam memutuskan terapi yang dibutuhkan
setelah operasi. Sistem penilaian tersedia untuk menentukan grade dari kanker payudara
adalah Nottingham Histologic Score system (the Elston-Ellis modification of Scarff-
Bloom-Richardson grading system). Ada tiga faktor yang dinilai, yaitu : 
1. Diferensiasi glandular/tubular
 Skor 1 : >75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau tubular
 Skor 2 : 10% - 75% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau tubular
 Skor 3: <10% dari area tumor membentuk struktur kelenjar atau tubular
2. Pleomorfik nucleus
 Skor 1: Nukleus kecil dengan sedikit peningkatan ukuran sel epitel payudara
dibandingkan dengan sel normal, ukuran yang sedikit bervariasi, garis reguler,
dan kromatin nuklear seragam
 Skor 2 : Sel lebih besar dari normal dengan inti vesikular terbuka, terlihat
nukleolus, ukuran dan bentuk yang sedikit bervariasi
 Skor 3: Nukleus vesikular, nukleolus menonjol, variasi dalam ukuran dan bentuk,
kadang-kadang dengan bentuk yang aneh dan sangat besar

3. Derajat mitosis sel tumor


Kriteria skor untuk derajat mitosis sel tumor bervariasi tergantung pada diameter
bidang mikroskop yang digunakan oleh ahli patologi. Ahli patologi akan menghitung
berapa banyak aktivitas mitosis yang terlihat pada 10 lapang pandang besar.
 Skor 1 : kurang dari atau sama dengan 7 mitosis per 10 lapang pandang besar

24
 Skor 2 : 8-14 mitosis per 10 lapang pandang besar
 Skor 3 : ≥ 15 mitosis per 10 lapang pandang besar

Masing-masing gambaran ini diberi nilai dari 1-3, dan kemudian masing-masing skor
ditambahkan untuk memberikan skor total akhir mulai dari 3-9.
 Grade I (derajat rendah / berdiferensiasi baik) dengan skor 3-5: Sel kanker terlihat
sedikit berbeda dari sel normal dan tumbuh lambat.
 Grade II (derajat sedang atau berdiferensiasi sedang) dengan skor 6-7: Sel kanker
tidak terlihat seperti sel normal dan sel kanker berproliferasi lebih cepat dari sel
normal.
 Grade III (derajat tinggi atau berdiferensiasi buruk) dengan skor 8-9 : Sel kanker
sangat jauh berbeda dari sel normal dan sel kanker tumbuh dengan sangat cepat.

9. FAKTOR RESIKO
 Usia
Kejadian tumor payudara lebih sering ditemukan pada usia 40-49 tahun (dekade
kelima) yaitu sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia.Satu dari delapan keganasan
payudara invasif ditemukan pada wanita berusia dibawah 45 tahun. Dua pertiga
keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia 55 tahun. Insidensi kanker
payudara akan berlipat ganda setiap 10 tahun tetapi akan menurun drastis setelah masa
menopause.
 Genetika dan Riwayat Keluarga
Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi genetik.Jika
menderita kanker payudara saat usia kurang dari 40 tahun dengan atau tanpa riwayat
keluarga, menderita kanker payudara sebelum usia 50 tahun dan satu atau lebih
kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara atau kanker ovarium, menderita
kanker payudara bilateral, menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua
atau lebih kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara ini merupakan faktor
predisposisigenetic sebagai penyebab kanker payudara. Mutasi gen BRCA1
(kromosom 17q21.3), mutasi gen BRCA2 (kromosom 13q12-13), mutasi gen ATM

25
sebagai gen pengatur perbaikan DNA, mutasi gen CHEK2 dan gen supressor tumor
P53 merupakan predisposisi dari kanker payudara.
 Pajanan lama ke estrogen eksogen pascamenopause
Efek samping dari terapi sulih estrogen (ERT, Estrogen Replacement Therapy)
dapat menyebabkan peningkatan insidensi kanker payudara Penggunaan terapi sulih
hormon yang digunakan lebih dari 10 tahun akan meningkatkan risiko sebesar 1,35
dan penggunaan estrogen penguat kandungan selama kehamilan juga meningkatkan
risiko dua kali lipat.
 Penggunaan kontrasepsi oral
Estrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan jaringan payudara, wanita yang
terpapar estrogen dalam waktu yang lama akan memiliki risiko yang besar terhadap
kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu yang lama dapat
meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 1,24 kali.Pada penelitian yang dilakukan
di RSUD Moewardi Surakarta didapatkan bahwa pemakaian kontrasepsi hormonal
berisiko terkena kanker payudara 2,199 kali lebih banyak daripada pemakaian
kontrasepsi non-hormonal namun bukan peningkat risiko kanker payudara yang
signifikan.
 Radiasi pengion
Radiasi pengion ke daerah dada dapat meningkatkan risiko kanker payudara namun
risiko tersebut tergantung dari dosis radiasi, waktu sejak pajanan, dan usia.
 Densitas jaringan payudara
Risiko terkena kanker payudara akan lebih tinggi pada wanita dengan jaringan kelenjar
lebih banyak dan sedikit jaringan lemak.

 Lama menyusui
Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi selama masa
kehamilan akan menurun drastis setelah melahirkan. Kadar hormon estrogen dan
hormon progesteron yang telah menurun dalam darah selama menyusui akan

26
mengurangi pengaruh hormon tersebut terhadap proses proliferasi jaringan termasuk
jaringan payudara.
 Usia menstruasi pertama
Risiko kanker payudara akan lebih besar jika wanita tersebut mengalami
menarche sebelum usia 12 tahun dan disertai dengan menopause yang lebih lambat
yaitu pada usia lebih dari 55 tahun. Menarche pada usia kurang dari 12 tahun
memberikan risiko 1,7-2,4 kali lebih tinggi dibanding dengan wanita yang mengalami
menstruasi pada usia lebih dari 12 tahun, hal ini berhubungan dengan lamanya paparan
hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proliferasi jaringan
payudara.
 Gaya hidup
Obesitas yang terjadi pada pasca menopause akan meningkatkan risiko kanker
payudara sedangkan obesitas premenopause dapat menurunkan risiko kanker
payudara. Hal ini dapat disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap
kadar hormon endogen. Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko
sebesar 30%. Olahraga rutin pasca menopause juga menurunkan risiko sebesar 30-
40%. American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit
setiap hari.Konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara karena
alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga mempengaruhi
responsivitas tumor terhadap hormon. 

10. DIAGNOSTIK
a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Keluhan utama yang sering dialami penderita dapat berupa adanya massa tumor
di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, retraksi puting susu, adanya
ekzema sekitar areola, retraksi kulit (dimpling), dan “peau d’orange” akibat obstruksi
pembuluh limf kulit/ limfedema lokal dan jaringan subkutan oleh sel-sel
tumor.Adanya massa dapat ditentukan sejak berapa lama, cepat atau tidak
pertumbuhan, disertai rasa sakit atau tidak. Tumor pada kegansanan mempunyai gejala
tidak nyeri dan massa yang irreguler serta tumbuh progresif.
b. Pemeriksaan Radiologi

27
o Mamografi
Mamografi dapat digunakan sebagai metode pilihan deteksi dini kanker payudara
pada tumor yang tidak teraba saat palpasi. Hasil dari mamografi dikonfirmasi
dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB), core biopsy, atau biopsi bedah.
Sedapat mungkin dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama pada usia
di atas 30 tahun. Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan
baru, maka harus dimamografi ulang. Pada mamografi, lesi yang mencurigakan
ganas menunjukkan salah satu atau beberapa gambaran sebagai berikut: lesi
asimetris, kalsifikasi pleomorfik, tepi ireguler atau berspikula, terdapat peningkatan
densitas dibandingkan sekitarnya. Pada salah satu penelitian terhadap 41.427
penderita, sensitivitasnya mencapai 82,3% dengan spesifisitas 91,2%.
o Ultrasonografi
Ultrasonografi sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik setelah
ditemukan kelainan pada mamografi. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan pada
kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang mengeluh ada benjolan di
payudara sedangkan hasil mamografi nya tidak jelas walaupun sudah diulang dan
untuk panduan saat biopsijarum atau core biopsy.

Hasil pemeriksaan USG maupun mamografidapat diklasifikasikan menurut panduan


TheAmerican College of Radiology yang dikenal sebagaiACR-BIRADS, sebagai
berikut :
 Kategori 0: Harus dilakukan mamografi untukmenentukan diagnosis
 Kategori 1: Negatif atau tidak ditemukan lesi
 Kategori 2: Jinak. Biasanya kista simpleks.Ulang USG 1 tahun lagi
 Kategori 3: Kemungkinan jinak. Sering ditemukanpada FAM. Ulang USG 3-
6bulan
 Kategori 4: Curiga abnormal. Harus dibiopsi
 Kategori 5: Sangat curiga ganas. Dikelola sesuaipanduan kanker payudaradini
 Kategori 6: Kanker. Hasil biopsi memang benarkeganasan payudara,
dikelolasebagai kanker payudara dini
c. Biopsi

28
Setiap ada kecurigaan dari hasil pemeriksaan fisik dan mammografi, biopsi harus
dilakukan :
o Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25 gauge
melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan dari kista
payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara.
Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di
bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel.
Kekurangan dari FNAB ini kadang tidak dapat menentukan grade tumor dan
kadang tidak memberikan diagnosis yang jelas sehingga dibutuhkan biopsi lainnya.
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan
pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum
halus tersebut di masukan ke daerah benjolan.

Gambar 16. Pemeriksaan FNAB


Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah metode
tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi payudara. Hasil
dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera mendapatkan terapi
selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih
murah, rasa cemas dan stress pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi.
Kekurangan dari metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel
payudara sehingga hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel.
Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak dapat menilai luasnya invasi tumor dan
terkadang subtipe kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif
palsu.

29
o Core Biopsy
Dengan menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar, lalu diambil spesimen
silinder jaringan tumor. Kelebihan dari core biopsy adalah dapat membedakan
tumor yang noninvasif dan invasif serta grade tumor.

Gambar 17. Core Biopsy


Biopsi Terbuka
o

Indikasi dilakukan biopsi terbuka jika pada mamografi terlihat adanya kelainan
yang mengarah keganasan, hasil FNAB atau core biopsy yang meragukan. Biopsi
eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan menyertakan sedikit
jaringan sehat disekitar massa tumor ini digunakan untuk kasus yang masih
operabel atau stadium dini dan biopsi insisional hanya mengambil sebagian massa
tumor yang sudah inoperabel yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi.

Gambar 18. Biopsi Terbuka

SentinelNodeBiopsy
o

30
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan keterlibatan dari kelenjar limfe aksila dan
parasternal.

Gambar 19. Sentinel Node Biopsy

d. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)


Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau paraffin.Bahan
pemeriksaan histopatologi diambil melalui: 
o Core biopsy 
o Biopsi eksisional untuk tumor ukuran <3 cm

o Biopsi insisional untuk tumor operabel ukuran >3 cm sebelum operasi definitif dan
inoperable

o Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan kelenjar getah bening

o Pemeriksaan imunohistokimia

e. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai
salah satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker ini
mewakili gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan
perkembangan karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil akhir dalam
penelitian kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan histologis, indeks

31
dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada karsinoma. Nilai
prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae antara lain (1)
petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-
67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis
seperti vascular endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4)
growth factors dan growth factor receptors seperti human epidermal growth receptor
(HER)-2/neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53.

11. TATALAKSANA
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I,
II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma
mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya
bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk
pasien dengan metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.
Terapi Bedah
Jenis pembedahan yang dilakukan adalah :
 Mastektomi radikal klasik
Mastektomi radikal klasik merupakan pengangkatan seluruh kelenjar payudara
dengan sebagian besar otot pektoralis mayor dan minor, kulit, dan kelenjar limfe
aksila level I, II, dan III. 
 Mastektomi radikal dimodifikasi
Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan mengangkat kelenjar limfe level I
dan II namun mempertahankan otot pektoralis mayor dan minor jika otot bebas dari
tumor. Pembedahan ini diikuti dengan diseksi aksila. 
 Mastektomi simple
Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dan puting dan mempertahankan kelenjar
limf aksila dan otot pektoralis jika tidak ada penyebaran ke kelenjar aksila. Ini biasa
dilakukan untuk mastektomi profilaktif pada kelompok berisiko tinggi dan pada
karsinoma in situ yang rekuren. 

32
 Breast conserving treatment (BCT) / lumpektomi
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mengangkat massa dan jaringan payudara sehat
di sekitarnya dengan menjaga tampilan kosmetik payudara. Indikasi dilakukan BCT
adalah tumor stadium Tis, T1,T2 dengan ukuran ≤3 cm. 

Gambar 20. Jenis pembedahan


Terapi Nonbedah
1. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai adjuvan kuratif pada pembedahan BCT,
mastektomi simpel, mastektomi radikal modifikasi dan terapi paliatif pasca
mastektomi, metastasis tulang dan otak. Pemberian radioterapi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu penyinaran dari luar dan dari dalam. Radiasi dari luar
dilakukan bergantung pada jenis prosedur bedah yang dilakukan dan ada tidaknya
keterlibatan kelenjar getah bening. Radiasi dari dalam atau brakiterapi adalah
menanam bahan radioaktif di jaringan payudara sekitar lesi.
Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvan
diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium I,
IIa, atau IIb setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/kecurigaan
metastasis yang tinggi. Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb),
dimana resiko rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan
pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.
2. Kemoterapi
Kemoterapi adjuvan

33
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma mammae
tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak
dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan
resiko rekurensi tinggi maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang
tidak menguntungkan termasuk invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan
histologis yang tinggi, overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang
negatif sehingga direkomendasikan untuk diberikan kemoterapi adjuvan.
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid,
doxorubisin, 5-fluorourasil dan methotrexate. Untuk wanita dengan karsinoma
mammae yang reseptor hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi
adjuvan cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat ini, berdasarkan
NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah modified radical mastectomy
diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi.
Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan sebelum
dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk
dilakukan lumpectomy. Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium
lanjut adalah kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi
atau lumpectomy dengan diseksi KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi
adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb,
kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran tumor
tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical mastectomy,
diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.

Terapi Anti Estrogen


Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa reseptor
hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini ditemukan pada
lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik.
Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen menghambat
pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis terhadap anti-estrogen

34
sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang
positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif.
Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri
tulang, hot flushes, mual, muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan
tamoxifen. Resiko jangka panjang pengunaan tamoxifen adalah karsinoma
endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan setelah 5 tahun. Beberapa ahli
onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada
karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif. Untuk
semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen (tamoxifen), dipilih
sebagai terapi awal.

Terapi antibodi anti-HER2/neu


Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang baru
didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan prognostik pada
pasien tanpa pembesaran KGB, untuk membantu pemilihan kemoterapi adjuvan karena
dengan regimen adriamycin menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma
mammae dengan overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi Her-2/neu
mungkin dapat diobati dengan trastuzumab yang ditambahkan pada kemoterapi adjuvan.

12. PENCEGAHAN
Tumor payudara dapat dicegah dengan mengetahui faktor risiko dan mengetahui
cara pencegahannya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) satu bulan sekali sekitar hari ke-8 menstruasi, obat profilaksis untuk
keganasan payudara seperti tamoksifen dan mamografi sebagai screeningkanker payudara
yang dapat dilakukan setiap tahun sejak usia 25 tahun, mamografi terutama dilakukan
pada perempuan yang telah menopause atau usia 50 tahun ke atas.Selain itu, kejadian
kanker payudara dapat dicegah dengan menyusui lebih dari 2 tahun, pemberian ASI
ekslusif selama 6 bulan, indeks massa tubuh (IMT) sekitar 20-25 kg/m, menghindari
konsumsi alkohol, konsumi makanan seimbang, dan olahraga yang teratur.
Pemeriksaan payudara sendiri penting bagi kesehatan wanita terutama pada awal
umur 20 tahun. Perlunya memperhatikan perubahan pada payudara dengan mengetahui

35
bentukpayudara secara normal dengan menggunakan langkah demi langkah. Berikut
adalah langkah-langkah pemeriksaan payudara:
 Berdiri didepan cermin, lalu perhatikan bentuknya, simetris atau tidak, adatidaknya
kemerahan di payudara. Perhatikanpula puting susu dan sekitarnya,adakah luka atau
puting tertarik ke dalam.

 Lalu angkat kedua lengan ke atas dengan telapak tangan diletakkan di daerah
belakang kepala, sedikit di atas leher. Dengan gerakan ini, seharusnya payudara
akanterangkat ke atas secara simetris. Perhatikan ada tidaknya daerah yang
tertarik kedalam. Perhatikan adakah kelainan pada kulit payudara yang
menyerupai kulit jeruk.

 Turunkan salah satu lengan, lalu raba dengan telapak jari-jari tangan. Berhenti
sebentar, lalu raba dengan gerakan memutar dengan sedikit penekanan pada
payudara. Lalu geser ke daerah lain, berhenti lagi sambil diraba dengan gerakan
memutar. Lakukan hal ini berulang-ulang sampai seluruh bagian payudara selesai
diperiksa.

36
 Lakukan pemeriksaan pada daerah ketiak dengan gerakan memutar seperti saat
memeriksa payudara. Perhatikan ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
 Pemeriksaan terakhir adalah gerakan mengurut dari arah dasar payudara kearah
puting, lalu beri sedikit penekanandi puting susu terus ke depan. Tidak perlu
khawatir bila dengan gerakan ini keluar beberapa tetes cairan jernih.

Gambar 21. Langkah-langkah Pemeriksaan Payudara

37
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Banyak faktor yang dapat berhubungan dengan terjadinya tumor mammae


diantaranya adalah usia, menstruasi di usia <12 tahun, menopause
yang terlambat pada usia >55 tahun, hamil anak pertama pada usia >35 tahun,
tidak pernah melahirkan, tidak menyusui, riwayat penggunaan kontrasepsi
oral dan riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara.
2. Kanker payudara umumnya ditemukan setelah gejala muncul, tetapi banyak
wanita dengan kanker payudara dini tidak memiliki gejala. 
3. Pemeriksaan SADARI (periksa payudara sendiri) adalah pemeriksaan dini
dalam mengetahui adanya tumor mammae atau tidak. Pemeriksaan klinis
dokter, pemeriksaan radiologi (mammografi ataupun ultrasonografi), maupun
biopsi tanpa pembedahan juga merupakan deteksi dini untuk mengetahui
apakah itu tumor jinak mammae atau tumor ganas mammae.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Aster JC. The female breast. In: Schmitt W, editor.

th 
Robbins and cotran pathologic basis of disease. 7 ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2005. p.270-80, 1120-140.

2. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Payudara. Payudara.


In: Haryono SJ, Chaula S, editor. Buku ajar ilmu bedah sjamsuhidayat-de jong. Ed 3.
Jakarta: EGC; 2010. h.176-77,471-97.

3. Reksoprodjo S. Kanker payudara. In: Ramli M, editor. Kumpulan kuliah ilmu bedah.
Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher; 2010. h.317, 322-41.

4. Jemal A, Bray F, Melissa M, Ferlay, Ward E, Forman D. Global cancer statistic. Ca


Cancer J Clin 2011;61(2): 69–90.

5. World Health Organization. Breast cancer prevention and control [Internet]. World
Health Organization; 2013 [cited 2013 Aug 28]. Available
from: http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html

6. Kementerian Kesehatan RI. Panduan memperingati hari kanker sedunia di Indonesia


tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013. h.1-8.

7. Bafakeer SS, Banafa NS, Aram FO. Breast diseases in southern Yemen. Saudi Med J
2010;31(9): 1011-14.

8. Zebua, JI. Gambaran histopatologi tumor payudara di instalasi patologi anatomi RSUP
Haji Adam Malik Medan tahun 2009-2010. Repository USU 2010;1: 1-45.

9. American Cancer Society. Breast cancer facts & figures 2013-2014. Atlanta: American
Cancer Society Inc; 2013. p.1-40.

39
10. Price SA. Gangguan sistem reproduksi. In: Hartanto H, editor. Patofisiologi: konsep
klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Vol 2. Jakarta: EGC; 2005. h.303

11. Tortora GJ, Derrickson B. The reproductive systems. In: Roesch B, editor. Principles

th 
of anatomy and physiology. 12 ed. United States of America: John Wiley & Sons;
2009. p.1110-12.

12. Drake RL, Vogl W, Mitchel AWM. Gray’s anatomy for student. Spain: Churcill
Livingstone Elsevier; 2007. p.115-16.

13. Snell RS. Dinding dada, rongga dada, paru, dan rongga pleura. In: Suwahjo A,
Yohanes AL, editor. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta : EGC; 2012. h.89-91.

14. Apreliasari H. Risiko riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal terhadap kejadian


kanker payudara di RSUD dr.Moewardi Surakarta. Digital Library Universitas Sebelas
Maret 2009;1: 1-55.

15. Indrati R. Faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara
wanita. eprints Universitas Dipenogoro 2005;1: 1-8.

16. Rianti E, Tirtawati GA, Novita H. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko
kanker payudara wanita. J Health Quality 2012;3(1): 10-23.

17. Kujiper A, Mommers ECM, Elsken, van Diest PJ. Histopathology of fibroadenoma of
the breast. Am J Clin Pathol 2001;115: 736-42.

18. Radosavljevic Z, Elek, Dimic S. Juvenile giant fibromadenoma mammae - case report .
Acta Med Medianae 2010;49(4): 49-51. 

19. Mishra SP, Tiwary SK, Mishra M, Khanna AK. Phylloides tumor of breast: a review
article. Hindawi Publishing Corporation 2013;1: 1-11.

20. Sahu SK, Singh PK, Singh BS, Bhushan S, Aeron K, Sinha M, et al. Breast intraductal
papilloma. Jurnalul de Chirurgie (Iaşi) 2012;8(2): 189- 92.

40
21. Pruthi S. Detection and evaluation of a palpable breast mass. Concise Review for
Clinicians. Mayo Clin Proc. 2007;76:641-8.

22. Miltenburg DM, Speights VO. Benign breast disease. Obstet Gynecol Clin N Am.
2008;35:285-300.

23. Meisner ALW, Fekrazad MH, Royce ME. Breast disease: benign and malignant. Med
Clin N Am. 2008; 92:1115-41.

24. Osborne MP. Breast anatomy and development. In: Harris JR, Lippman ME, Morrow
M, Osborne CK, editors. Diseases of the breast. 4th ed. Philadelphia, PA: Lippincott
Williams & Wilkins; 2009:1-17.

25. Rodden AM. Common breast concerns. Prim Care Clin Offi ce Pract. 2009;36:103-13.

41

Anda mungkin juga menyukai