dan bahasa Melayu-Austronesia, yang berasal dari sekitar Teluk Tonkin dan
Tenggara.
mendapat pengaruh dari luar. Berbagai kerajaan besar dan kecil telah lahir,
bangun, berkembang dan kemudian jatuh kembali di kawasan ini. Hal ini
disebabkan masuknya pengaruh dan peradaban dari luar seperti Hindu dan Budha
Negara yang ada di kawasan daratan maupun maritim Asia Tenggara. Di daratan
Asia Tenggara, setidaknya ada empat Negara terkemuka yang menjadi aktor
politik internasional pada saat itu, yakni: kerajaan Vietnam, Siam (Thailand),
kolonial Eropa.
Adapun alasan bangsa-bangsa Barat menjajah Asia Tenggara adalah
sebagai berikut :
berlimpah.
Myanmar, dan Kalimantan Utara sepanjang abad ke-19, dan imperialis Prancis
yang menguasai Filipina hingga akhir abad ke-19. Bahkan seluruh Indonesia
dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1908. Pada
waktu meletusnya Perang Dunia II, Jepang menyerang dan menduduki Pearl
Harbor dan satu per satu Negara Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara
ditandai dengan terjadinya Perang Vietnam dan invasi Vietnam ke Kamboja serta
pengaruh komunis di kawasan Asia. Barulah pada tahun 1961, untuk pertama
ini tidak bertahan lama, hal ini disebabkan oleh pecahnya konflik Philipina dan
Malaysia atas status daerah Sabah yang diklaim sebagai bagian dari Philipina.
Malaysia) yang dilancarkan oleh Soekarno pada waktu itu, fondasi Maphilindo
juga hancur. Hal ini menyebabkan timbulnya anggapan bahwa Soekarno adalah
Singapura, Thailand, dan Filipina yang tetap membina hubungan baik dengan
Negara barat. Hal ini terlihat pada kebijakan Amerika di Vietnam Selatan yang
didukung oleh Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand namun ditentang oleh
ditempatkan pada posisi yang terisolasi. Hingga pasca kudeta PKI, Soeharto yang
dibawah kepemimpinan Soeharto. Hal ini serta merta membuka kembali peluang
kerjasama regional yang ditandai dengan berakhirnya konfrontasi Indonesia-
ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 atas dasar kesepakatan lima
menteri luar negeri Negara-Negara Asia Tenggara yakni Adam Malik (Indonesia),
pertemuan yang diadakan di Bangkok pada tanggal 5-8 Agustus 1967. Adapun
kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan ini dijadikan suatu pernyataan yang
ekonomi dan sosial serta memelihara keamanan dari campur tangan pihak luar.
diatas, dapat dilihat bahwa seluruh rakyat dan bangsa di Asia Tenggara telah
mengalami penderitaan yang sama sebagai jajahan bangsa Barat dan Jepang.
kawasan Asia Tenggara pada tahun 1960-an juga menjadi latar belakang dibentuknya
ASEAN sebagai suatu organisasi regional yang utuh dan mampu mengakomodir
kebutuhan tiap Negara anggota dalam berbagai aspek. Kekhawatiran akan terulangnya
kejadian seperti inilah kemudian menimbulkan perasaan setia kawan yang kuat di
kalangan bangsa Asia Tenggara agar dikemudian hari tidak timbul kejadian seperti itu.
Negara-negara Asia Tenggara sendiri dikelilingi oleh selat dan laut yang
melintasi selat dan laut tersebut, yakni Selat Sunda dan Selat Malaka yang
menjadi gerbang utama di sebelah barat, serta Laut Cina Selatan yang merupakan
sejumlah penulis tak ubahnya sebagai „tong kosong yang nyaring bunyinya‟,
dimana hal ini mengandung makna bahwa ASEAN dianggap sebagai organisasi
regional yang tidak dikenal, terkucil, dan stagnan. Tetapi pernyataan seperti ini
hanya menutup mata terhadap kemajuan yang dicapai ASEAN, terutama dalam
dirinya sebagai suatu forum tempat Negara anggota dapat belajar memahami satu
anggota lainnya;
Bidang sosial ini juga mensyaratkan kerja sama lebih intensif dalam
obat-obatan terlarang.
kerja sama bukan atas dasar kerja sama ASEAN antar Negara anggota
basis). Alasan yang dapat diterima adalah karena memang sejak awal
ASEAN bukan organisasi regional yang bergerak di bidang kerja sama
General ditunjuk pada bulan Juni 1976 dan Sekretariat ASEAN didirikan
suatu jumlah yang disepakati oleh setiap Negara anggota. Dana ini
disetujui.
Tujuan pembentukan ASEAN terkandung dalam Deklarasi
dan damai
Perserikatan Bangsa-Bangsa
administrasi
administrasi
5. Untuk bekerja sama dengan lebih efektif dalam meningkatkan
dalam ASEAN Charter (Piagam ASEAN) 2007 yang terdiri atas 15 poin, yakni:
luas;
Nuklir dan juga bebas dari semua jenis senjata pemusnah massal;
4. Memberikan jaminan bahwa rakyat dan Negara-Negara anggota
dalamnya terdapat arus lalu lintas barang, jasa serta investasi yang
pekerja professional dan buruh juga arus modal yang lebih bebas;
timbal balik;
baik dan aturan hukum, serta memajukan dan melindungi hak asasi
ASEAN;
12. Memperkuat kerja sama demi membangun lingkungan yang aan dan
(ASEAN Charter) pada tahun 2007, struktur organisasi ASEAN adalah sebagai
berikut :
the ASEAN Heads of State and Government atau acap kali disebut
pertemuan informal.
bulan atau setiap saat yang dipandang perlu. Badan yang kemudian
diketuai oleh Menteri Luar Negeri Negara tuan rumah. Badan ini
terdiri dari para duta besar dari Negara anggota ASEAN lainnya yang
anggota.
Struktur organisasi ASEAN yang baru sesuai dengan Piagam ASEAN sebagai
berikut111 :
Bodies).
69
5. Komite Wakil Tetap untuk ASEAN yang terdiri dari Wakil Tetap
Jakarta.
ASEAN.
ASEAN).
103
Hal.
112
I Wayan
Parthiana,
Pengantar
Hukum
Internasional,
2003, Mandar
Maju,
Bandung,
berikut :
yang bersifat tetap dengan tujuan yang sesuai atau tidak bertentangan
113
Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional
Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, 2003, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal. 71
114
I Wayan Parthiana, op.Cit, Hal. 105
115
Ade Maman Suherman, loc.cit
116
Ade Maman Suherman, op.cit, Hal. 73-74
and not solely within the system of one or more state. Organisasi
117
http://www.landasanteori.com/2015/10/kedudukan-asean-sebagai-organisasi.html,
diakses tanggal 20 November 2015
ketentuan tersebut, maka keanggotaan ASEAN yang semula hanya
tersebut.
anggotanya.
begitu mudah untuk diukur berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Ian
terutama organisasi regional.118 Hal ini terlihat dimana ASEAN masih merupakan
organisasi yang tampak masih longgar atau kurang solid. Namun, setelah 40 tahun
yang dilakukan oleh Piagam ASEAN adalah memberikan legal personality kepada
ASEAN. Adanya identitas tersendiri bagi ASEAN yang terpisah dari status
118
I Wayan Parthiana, op.cit, Hal. 108
Negara anggotanya membuat ASEAN beraktivitas dan membuat perjanjian atas
hak sipil dan politik. Piagam ASEAN mempunyai standar yang cukup ideal untuk
dokumen konstitusional memuat beberapa elemen yang sangat penting antara lain:
internasional;
http://www.landasanteori.com/2015/10/kedudukan-asean-sebagai-organisasi.html,
119
1976, dan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) 1976, semuanya adalah
keputusan dari organisasi internasional regional yang tingkat integrasi dan kerja
tersebut, tampak cukup baik dan intensif, maka dapat dikatakan keputusan-
keputusannya itu mengikat sebagai hukum bagi para anggotanya. Apabila para
121
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, 1997, Alumni,
Bandung, hal. 85
76
anggotanya ada yang bersengketa mengenai suatu masalah yang sudah diatur di
oleh suatu badan peradilan ataupun di kalangan intern atau di dalam organisasi
internasional itu sendiri, badan peradilan ataupun para pihak dapat mencari dan
internasional tersebut.
tahun 1976 sering disebut sebagai wujud dari nilai-nilai global yang mendasari
pembentukan organisasi regional. Hal ini sejalan dengan pendapat Acharya, ada
beberapa norma dasar yang tumbuh dalam proses evolusi ASEAN selaku
organisasi regional. Terdapat paling tidak empat norma dan prinsip yang
122
I Wayan Parthiana, op.cit, Hal. 296
123
Bambang Cipto, op.cit, Hal. 22-34
2. Otonomi Regional
tersebut;
mendukung bilateralisme.
Seluruh isi Piagam ASEAN masih merupakan gambaran dan penjelasan yang
bersifat umum, dengan berbagai kata kunci yang komprehensif sifatnya. Piagam
ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN karena
keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi
tempat tertinggi pengambilan keputusan jika konsensus tidak tercapai atau jika
diselesaikan secara damai sesuai dengan Piagam ASEAN dan TAC. Dengan
demikian efektivitas Piagam ASEAN dapat dilihat dari kepatuhan dan kesediaan
124
Elfia Farida, op.cit, Hal. 13