Anda di halaman 1dari 12

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

Disusun Oleh :
VERA SAPITRI
14310010

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Pengangguran dan inflasi adalah dua masalah ekonomi utama yang
dihadapi setiap masyarakat. Kedua-dua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan
beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari
berbagai efek buruk yang mungkin timbul, berbagi kebijakan ekonomi perlu
dijalankan. Analisis ini bertujuan untuk menerangkan tentang bentuk-bentuk
masalah pengangguran dan inflasi yang dihadapi suatu perekonomian dan bentuk
kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut. Di
samping itu satu hal penting yang akan diuraikan dalam hal ini adalah mengenai
kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penawaran uang. Dengan demikian
pada hakikatnya akan membincangkan dua hal: pengangguran dan inflasi yang
dihadapi suatu ekonomi dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan
untuk mengatasi masalah tersebut.
Setelah menerangkan mengenai masalah inflasi dan pengangguran, bagian
selanjutnya akan menerangkan ketiga bentuk kebijakan pemerintah di atas dan
bagaimana masing-masing kebijakan pemerintah tersebut digunakan untuk
mengatasi masalah pengangguran dan inflasi.
pengertian pengangguran
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong
dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Menganggur tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau
bekerja. Orang yang tidak mau bekerja, tidak dapat dikatakan sebagai
pengangguran. Sebab jika dia mencari pekerjaan (ingin bekerja), mungkin dengan
segera mendapatannya. Contoh dalam paragraf diatas merupakan pengantar untuk
membuat lebih mudah memahami konsep pengangguran (memployment). Sebab
definisi ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak mau bekerja.
Seseorang baru dikatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha
mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.
Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu:
1. Pendekatan angkatan kerja (Labour Force Approach)
Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja yang tidak
bekerja.
2. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (Labour Utilization Approach)
Dalam pedekatan ini angkatan kerja dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Menganggur (Unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja
atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut juga
pengangguran terbuka (Open Unemployment). Berdasrkan definisi ini,
tingkat pengangguran di indonesia umumnya relatif rendah, yaitu 3%-5%
per tahun.
b. Setengah menganggur (Underemployed), yaitu mereka yang bekerja,
belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya jam kerja mereka dalam
seminggu kurang dari 35 jam. Berdasarkan definisi ini tingkat
pengangguran di indonesia relatif tinggi, karena angkanya berkisar 35%
per tahun.
c. Pekerja penuh (Employed), yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau
jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
Jenis-jenis pengangguran
Namun ada beberapa jenis pengangguran yang diklasifikasikan
berdasarkan latar belakang dan alasan mengapa golongan ini tidak memiliki
pekerjaan. Mereka dikelompokan berdasarkan sifat dan ciri-ciri pengangguran.
Dua jenis pengangguran tersebut, yakni berdasarkan jumlah jam kerja dan jenis
pengangguran berdasarkan penyebabnya.
pengangguran berdasarkan jumlah jam kerja
a. pengangguran terselubung atau pengangguran tersembunyi
Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja atau orang yang bekerja
tidak maksimal karena tersedia. Contoh: seorang anak yang turut bekerja
menggarap sawah. Padahal sudah ada cukup 1 orang untuk menggarap 1
sawah. Tapi karena anak tersebut tidak memiliki pekerjaan, pemilik sawah
terpaksa mempekerjakan anak itu untuk membantu buruh tani yang sudah ada.
b. pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah orang yang sedang mencari pekerjaan, baik
sebelumnya orang tesebut pernah bekerja atau baru pertama kali mencari
pekerjaan. Orang yang tidak mencari pekerjaan karena pesimis juga termaksuk
dalam pengangguran terbuka. Contoh: mahasiswa yang baru lulus kuliah dan
sedang mencari pekerjaan untuk pertama kalinya.
C.  Setengah pengangguran
Setengah pengangguran adalah mereka yang kerja kurang dari jam kerja
pada umumnya. Misalkan jam kerja normal adalah 8 jam per hari, 6 hari per
minggu, maka orang yang bekerja kurang dari jam tersebut dikategorikan dalam
jenis setengah pengangguran. Contoh: pekerja paruh waktu (part-time) seperti
penjaga toko, pengasuh bayi, dan kurir.
Pengangguran berdasarkan penyebabnya
a. Pengangguran struktural
Pengangguran struktural adalah tenaga kerja yang kehilangan
pekerjaan karena adanya perubahan struktur dalam ekonomi negara.
Contoh: petani yang kehilangan pekerjaannya karena tanah garapannya
diubah menjadi pabrik. Petani tersebut tidak memiliki keterampilan dalam
mengoperasikan mesin pabrik dan akhirnya menjadi pengangguran
struktural. Jenis pengangguran ini terjadi saat revolusi industri dan
diprediksi akan terjadi lagi beberapa tahun mendatang.
b. Pengangguran siklis atau konjungtural
Pengangguran siklis atau konjungtural adalah tenaga kerja yang
kehilangan pekerjaannya karena keadaan ekonomi yang buruk seperti
krisis moneter. Contoh: pengangguran konjungtural atau siklis terjadi pada
saat tahun 1998 dimana banyak pabrik tutup karena bangkrut dan pabrik
harus memecat semua karyawan. Pengangguran friksional adalah tenaga
kerja yang memiliki kemampuan tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan
kerja. Contoh:  sarjana pertanian yang menganggur karena tidak ada
lapangan pekerjaan di bidang pertanian yang baik di indonesia. Mereka
menganggur karena gelar atau kemampuan mereka tidak sesuai dengan
lapangan kerja yang tersedia.
c.  Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah tenaga kerja yang tidak memiliki
pekerjaan karena tidak memiliki kemampuan dalam mengoperasikan
teknologi. Contoh: tukang pos yang sekarang tidak memiliki pekerjaan
karena bertukar pesan kini lebih mudah sejak adanya teknologi berupa
ponsel.
Pengangguran berdasarkan ciri-cirinya
a. Pengangguran musiman
Pengangguran musiman adalah tenaga kerja yang harus kehilangan
pekerjaan di saat-saat tertentu. Contoh: petani cengkih yang tidak bekerja
selama musim hujan karena tanaman tidak dapat tumbuh subur di musim
ini.
b.  Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang tidak punya
pekerjaan karena sempitnya lapangan kerja. Lowongan kerja yang sedikit
dan pencari kerja yang banyak merupakan penyebab pengangguran
terbuka. Contoh: mahasiswa yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan
karena kesempatan atau lowongan kerja yang sedikit.
c.  Pengangguran voluntary
Pengangguran voluntary adalah orang yang tidak bekerja karena
mereka sudah kaya. Contoh: anak orang kaya yang secara sukarela tidak
bekerja karena memiliki puluhan rumah kontrakkan.
Cara mengatasi masalah pengangguran
Menyediakan lowongan pekerjaan merupakan Kebijakan pemerintah untuk
mengatasi pengangguran merupakan usaha terus-menerus. Dalam jangka panjang
usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang selalu
bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus-menerus.
Maka, untuk menghindari masalah pengangguran yang semakin serius, tambahan
lowongan pekerjaan yang cukup perlu disediakan dari tahun ketahun.
Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat Kenaikan kesempatan kerja dan
pengurangan pengangguran sangat berhubungan dengan pendapatan nasional dan
tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi
nasional dan pendapatan nasional. Perkembangan ini selanjutnya akan menambah
kemakmuran masyarakat. Dengan demikian, kesempatan kerja yang semakin
meningkat dan pengangguran yang semakin berkurang bukan saja menambah
pendapatan nasional, tetapi juga meningkatkan pendapatan perkapita, sehingga
melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat akan bertambah
Memperbaiki pembagian pendapatan Pengangguran yang semakin tinggi
menimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian pendapatan.
Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Semakin besar
pengangguran, maka semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak
mempunyai pendapatan. Seterusnya pengangguran yang terlalu besar cenderung
untuk menurunkan upah golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada
kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah
diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha menaikkan
kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki
pembagian pendapatan dalam masyarakat.Tujuan bersifat sosial dan politik.
Meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga Apabila
kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan,
berbagai masalah akan timbul. Misalnya: keluarga tersebut mempunyai
kemampuan yang terbatas untuk melakukan perbelanjaan dan mengurangi
kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
Menghindari masalah kejahatan Terdapat perkaitan yang erat di antara masalah
kejahatan dan masalah pengangguran, yaitu semakin tinggi pengangguran, maka
semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian, usaha mengatasi pegangguran
secara tidak langsung menyebabkan pengurangan dalam kejahatan.
Mewujudkan kestabilan politik Tanpa kestabilan politik tidak mungkin suatu
negara dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus-menerus.
Penggangguran merupakan salah satu sumber/penyebab dari ketidakstabilan
politik, sehingga menyebabkan masyarakat tidak merasa puas dengan pihak
pemerintah karena mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang
cukup untuk masyarakat sehingga mereka melakukan demonstrasi dan
mengemukakan kritikan-kritikan terhadap pemerintah.

Pengertian inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinuitas) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai  akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Jadi, tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering
digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Penyebab inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) , kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau
distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk
kurangnya distribusi) dan yang ketigan adalah Inflasi Campuran (Mixed
Inflation). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam
kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal
ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiscal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur,
regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan ( demand pull inflation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan
pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait
dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya
permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan
terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam
permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume
likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga
disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank
sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan
produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan
secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya
ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan
berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi
nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai
hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll),
bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi
tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang
terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi,
dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat
penting.
Kebijakan Pemerintah

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter umumnya dianggap sebagai


kebijakan untuk mengelola sisi permintaan akan barang dan jasa dalam suatu
perekonomian. Kedua kebijakan ini menyangkut masalah pengelolaan permintaan
dengan tujuan untuk mempertahankan produksi nasional suatu perekonomian atau
suatu negara yang mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) dan juga
mempertahankan tingkat harga barang dan jasa pada tingkat yang sudah tercapai
sekarang. Apabila terdapat kelebihan permintaan di atas penawaran akan dapat
menimbulkan inflasi, sedangkan apabila terdapat kelebihan penawaran di atas
permintaan akan terjadi deflasi dan pengangguran.        

         Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan dalam perekonomian dengan


menggunakan kebijakan fiskal yaitu dengan cara meningkatkan dan mengurangi
pengeluaran pemerintah dan subsidi, meningkatkan dan mengurangi tingkat pajak,
sedangkan dengan kebijakan moneter pemerintah dapat mengurangi atau
menambah jumlah uang yang beredar, atau dengan campuran dua kebijakan itu
yaitu dengan mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang
beredar secara bersama-sama.

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan


cara memanipulasi anggaran pendapatan dan belanja negara, artinya pemerintah 
dapat meningkatkan atau menurunkan pendapatan negara atau belanja negara
dengan tujuan untuk mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan
nasional. Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :

1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif


Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada
perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi
sedang resesif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang
ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan
permintaan.
3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget) Anggaran berimbang terjadi
ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan
pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian
anggaran serta meningkatkan disiplin.

Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau Bank
Central yang berhubungan dengan jumlah uang yang beredar dan tingkat suku
bunga. Di dalam kebijakan moneter hal yang biasa dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu adalah menahan inflasi, dan mendorong usaha pembangunan
nasional. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Kebijakan
moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan Bank Sentral dengan cara langsung
atau tidak langsung.

 Kebijakan moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan


dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.
 Kebijakan moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank sentral dengan
cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam memberikan
kredit.

Dari berbagai uraian diatas mengenai macam dan sebab, serta cara
menanggulangi inflasi, kita telah memahami bahwa inflasi pada tingkat yang
rendah akan berfungsi mendorong perkembangan perekonomian, sedangkan
inflasi pada laju yang tinggi justru akan menghambat perkembangan
perekonomian. Inflasi dapat disebabkan oleh tarikan permintaan yang biasanya
timbul karena meningkatnya anggaran deficit pemerintah, dan dapat pula
dikarenakan oleh meningkatnya biaya produksi karena desakan kenaikan upah
tenaga kerja oleh para organisasi buruh.
Terdapat suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran, yaitu
bila tingkat inflasi ditekan, tingkat pengangguran meningkat; sebaliknya bila
tingkat pengangguran ditekan tingkat inflasi akan menjadi lebih cepat; padahal
kedua keadaan itu sama-sama tidak menyenangkan bagi masyarakat.
Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu ditanggulangi karena akan merusak
struktur perekonomian, dan inflasi dapat ditanggulangi secara cepat, namun
dibarengi dengan timbulnya angka pengangguran yang tinggi, dan alternative lain
inflasi dapat ditanggulangi secara perlahan, tetapi penyembuhan inflasi menjadi
tidak jelas walaupun dibarengi dengan tingkat pengangguran yang rendah.
Tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi jumlah uang yang beredar,
dengan himbauan, dan dapat pula dengan insentif perpajakan dan kebijakan
penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan itu.

Jadi sebaikanya Pemerintah harus mengatasi masalah pengangguran dan inflasi


di negara ini agar tidak ada pengangguran yang bertambah semakin banyak.
Dengan cara Menyediakan lowongan pekerjaan, Meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat, Memperbaiki pembagian pendapatan, Meningkatkan kemakmuran
keluarga dan kestabilan keluarga, Menghindari masalah kejahatan dan
Mewujudkan kestabilan politik. Dengan cara ini pemerintah dapat mengatasi
masalah pengangguran walaupun hanya sebagian saja
DAFTAR PUSTAKA

https://rerenie.wordpress.com/2013/05/17/pengangguran-inflasi-dan-kebijakan-
pemerintah/

http://milarosawaty.blogspot.com/2017/06/pengangguran-inflasi-dan-
kebijakan.html

Anda mungkin juga menyukai