Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN

MENARIK DIRI DI RS JIWA Dr.RADJIMAN WEDIODININGRAT


LAWANG MALANG

Maulida Rahmantika
1312010049

SUBJECT:
Interaksi sosial, Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi, Klien menarik diri

DESCRIPTION:

Isolasi sosial menarik diri jika tidak dilakukan intervensi lebih lanjut maka akan
menyebabkan perubahan persepsi sensori halusinasi. Salah satu intervensi keperawatan
terhadap pasien dengan masalah keperawatan isolasi sosial menarik diri adalah Terapi
Aktifitas Kelompok Sosialisasi. Melalui proses terapi individu dan terapi modalitas melalui
TAK sosialisasi. Tujuan studi kasus ini untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien
gangguan jiwa dengan menarik diri.
Desain karya ilmiah ini adalah studi kasus rancangan studi kasus mencakup
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi dengan asuhan keperawatan
pada klien gangguan jiwa dengan menarik diri di RS jiwa dr.Radjiman Wediodiningrat
lawang malang. Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 06 juni sampai 19 juni 2016,
partisipan yang diambil 3 klien.
Dari hasil pengkajian pada ke 3 klien didapatkan hasil bahwa klien mengatakan
malas berhubungan dengan orang lain, klien juga kelihatan lesu, kontak mata kurang, afek
datar, sering menyendiri, tidak konsentrasi. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada ke
3 klien adalah sama yaitu isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah. Intervensi pada isolasi sosial menarik diri terdiri dari 5 tujuan
khusus (TUK) yang meliputi terapi individu dan terapi modalitas. Terapi modalitas yang
digunakan adalah terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS). Evaluasi pada klien 1 dan 3
menunjukkan respon sosial yang baik, sedangkan pada klien 2 menunjukkan respon kurang
baik.
Dalam melaksanakan terapi modalitas perlu melaksanakan terapi individu terlebih
dahulu pada klien dengan gangguan jiwa. Hal tersebut dapat mempengaruhi respon klien
terapi modalitas.

ABSTRACT:

If social isolation is not done with further intervention, it will cause a change in
hallucintion sensory perception . One of nursing intervention toward patient with nursing
problem about social isolation is group activity therapy sosialitation, througha process of
individual therapy and modality therapy by group activity therapy sosialitation. The
purpose of this research was to apply nursing care to the client of mental disorder with
social isolation.
Design of research was a case study. The case study included study, diagnosis,
intervention, implementation and evaluation by nursing care to mental disorder client with

1
social isolation at RSJ “Dr. Rajiman Wediodiningrat” Lawang-Malang. This case study
was done since june, 6-2016 until june, 19-2016 by taking three clients.
From the assessment result of three clients, obtained result that clients said that they
were lazy to communicate with other, client looked so weak, less in eye contact,
expressionless, alone, did not focuss. Nursing diagnosis result to these three client were the
same that on social isolation which connected to impaired self-concept : the low of image.
Modality therapy that we used was group activity therapy socialitation (TAKS). Evaluation
to the first and third client showed a good social respon, but the second client showed a low
social respon.
On implementation of modality therapy, need to do individual therapy at the first time
to client with mental disorder that can influence the respon of modality therapy client.

Keyword : social interaction, group activity therapy socialitation.

Contributor : 1. Dwiharini Puspitaningsih, M.Kep


2. Yudha Laga H.K, M.Kes
Date :03 Agustus 2016
Type Material : Laporan Penelitian
Identifier :-
Right : Open Document
Summary :

LATAR BELAKANG
Dewasa ini sering kita jumpai masalah-masalah yang harus kita hadapi masalah tersebut
bisa berasal dari faktor-faktor internal dan eksternal.Sejalan dengan perkembanganan teknologi
dapat dikatakan makin banyak masalah, serta sulit tercapai kesejahteraan hidup (Wardani,
2012).Ketidakmampuan individu dalam mempertahankan hubungan interpersonal yang positif
dapat mengakibatkan terjadinya stress. Stress yang meningkat dapat mengakibatkan reaksi yang
negatif dan dapat mengakibatkan munculnya gejala gangguan jiwa (Surtiningrum dalam
Hasriana, 2013). Kesehatan jiwa terakhir tercatat 7,2%, gangguan jiwa sangat berdampak pada
diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Salah satu gejala negatif pada gangguan jiwa yaitu isolasi
sosial, jika tidak dilakukan tindakan lebih lanjut akan menyebabkan perubahan persepsi sensori
halusinasi (Fitria dalam Widyastuti, 2013).
Masalah keperawatan isolasi sosial menarik diri jika tidak dilakukan intervensi lebih
lanjut maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori halusinasi. Resiko tinggi
mencederai diri sendiri, orang lain, bahkan lingkungan, selain itu perilaku tertutup dengan
orang lain. Juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akan berpengaruh terhadap
menurunnya kemampuan perawatan diri (Fitria dalam Widyastuti, 2013). Isolasi sosial
menarik diri bahkan tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya (Keliat et al
dalam Widyastuti, 2013).
Gejala terbanyak dari pasien skizofrenia adalah isolasi sosial: menarik diri sebagai
akibat kerusakan afektif kognitif klien. Di jawa timur ditemukan penderita isolasi sosial
sebanyak 59,2%. Berdasarkan data yang di peroleh dari medikal Record di RSJ.Dr Radjiman
Wediodiningrat lawang, pada tahun 2011 diketahui pasien isolasi sosial yang menjalani
rawat inap sejumlah 310 pasien (Herabadi dalam Hardiman, 2013).
Menurut WHO (2009), Prevalensi masalah kesehatan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun
2030.Kasus pasien gangguan jiwa yang mengalami gejala isolasi sosial: menarik diri
tergolong tinggi, bahwa klien yang mengalami isolasi sosil: menarik diri sebesar 72%
(Maramis dalam Surtiningrum, 2011).

2
Perilaku isolasi sosial menarik diri dapat disebabkan karena seseorang menilai dirinya
rendah sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain (Fitria dalam
Widyastuti, 2009). Faktor yang berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri antara lain,
kehilangan komunikasi verbal atau kurang berbicara, sakit yang sangat lama, perpindahan
lingkungan, kurangnya dukungan keluarga, dan tidak diterima di lingkungan sosial
(Fortinas dan Worret dalam Widyastuti, 2009). Penyebab menarik diri adalah hilangnya
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat
mencederai diri (Muhith, 2015).
Salah satu intervensi keperawatan terhadap pasien dengan masalah keperawatan
isolasi sosial adalah Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi. Melalui proses TAK klien
dilatih berinteraksi sosial dengan cara berkenalan dengan orang lain, bercakap-cakap,
mengekspresikan perasaannya kepada orang lain (Keliat dalam Putra, 2015). Hasil
penelitian Arip, M.ddk. (2009) TAK menunjukkan ada pengaruh yang signifikan.Hal ini
menunjukkan perawat sudah memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan TAK,
sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan di setiap ruang inap RS jiwa (Arip, 2011).
Tujuan studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan
menarik diri di RS.Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat.

METODOLOGI
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria yang diambil
pada partisipan penelitian adalah klien yang mengalami isolasi sosial menarik diri dengan
jumlah 3 orang dan dengan jenis kelamin laki-laki, yang sudah dirawat selama 30 hari, dan
yang sudah dilakukan terapi individu, yang sudah pernah mengikuti TAKS dan sebelumnya
sudah pernah pengobatan. Penelitian dilaksanakan di ruang bekisar RSJ dr.Radjiman
Wediodiningrat pada tanggal 06-19 Juli 2016.Pengumpulan data menggunakan
dokumentasi, wawancara dan observasi.Analisa data dilakukan dengan cara pengumpulan
data, mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengkajian Keperawatan
Dari hasil pengkajian klien 1 mengatakan malas berhubungan dengan orang lain
dan klien mengatakan merasa kesepian. Klien terlihat lesu, kontak mata kurang afek
datar sering menyendiri, tidak konsentrasi.Klien mengatakan sebelumnya pernah masuk
RSJ menur dan pengobatannnya tidak efektif.
Menarik diri adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengamatan dengan orang lain. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain(Fitria, dalam (Praseptyana, 2013).
Isolasi sosial adalah menunjukkan menarik diri, tidak komunikatif, mencoba
menyendiri, asyik dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak ada kontak mata, sedih ,
afek tumpul, perilaku bermusuhan, menyatakan perasaan sepi atau ditolak kesulitan
kesulitan membina hubungan di lingkungannya, menghindari orang lain, dan
mengungkapkan perasaan tidak dimengerti orang lain(NANDA, dalam (Hasriani,
2013)).
Dari hasil pengkajian klien 2 mengatakan lebih suka menyendiri malu karna
berhenti bekerja dan merasa tidak berguna.Klien terlihat lesu, kontak mata kurang,
cemas, afek datar, sering menyendiri, pikiran mudah beralih, tampak larut dalam

3
pikirannya sendiri, ekspresi wajah murung. Klien mengatakan sebelumnya pernah
masuk RSJ menur dan medan akan tetapi pengobatannya tidak efektif.
Menarik diri adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengamatan dengan orang lain. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain(Fitria, dalam (Praseptyana, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orangb lain (Yosep, dalam (Hasriani, 2013)).
Dari hasil pengkajian klien 3 mengatakan tidak suka mengobrol dengan orang karna
takut salah ngomong klien terlihat lesu, kontak mata kurang, afek datar, sering
menyendiri, mudah beralih saat bicara.Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah
masuk RSJ tetapi klien menjalankan pengobatan ke psikolok dan pengobatannya tidak
efektif.
Menarik diri adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengamatan dengan orang lain.Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain(Fitria, dalam (Praseptyana, 2013).
Perilaku isolasi sosial menarik diri dapat disebebkan karena seseorang menilai
dirinya rendah sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain
(Fitria, dalam (Widyastuti, 2009)). Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan
secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak
ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Direja, 2011).
Dari ketiga partisipan tanda dan gejala menarik diri berbeda-beda pada klien 1
mengatakan malas berhubungan dengan orang dan klien mengatakan merasa
kesepian.Klien terlihat lesu, kontak mata kurang, afek datar, tampak sendiri, tidak
konsentrasi.Pada klien 2 mengatakan lebih suka menyendiri malu karna berhenti
bekerja dan merasa tidak berguna. Klien terlihat lesu, kontak mata kurang, cemas, afek
datar, sering menyendiri, pikiran mudah beralih saat bicara, tampak larut dalam
pikirannya sendiri, ekpresi wajah murung.Pada klien 3 mengatakan tidak suka
mengobrol dengan orang karna takut salah ngomong. Klien terlihat lesu, kontak mata
kurang, afek datar, sering menyendiri, mudah beralih saat bicara.
Dari tanda dan gejala menarik diri yang berbeda ketiga klien memiliki data
subyektif dan data obyektif yang sama yaitu tidak suka mengaobrol dengan orang lain
lebih suka menyendiri, kontak mata kurang, afek datar, pikiran mudah beralih pada saat
bicara. Tanggal pengkajian klien 1 tidak sama dengan tanggal pengkajian klien 2 dan 3.
2. Diagnosa keperawatan
Data dan diagnosa ketiga klien sama yaitu isolasi sosial menarik diri berhubungan
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah. Ketiga klien penderita skizofrenia
memiliki masalah keperawatan yang sama tetapi efeknya tidak sama. Klien 2 dan 3
pernah mendengar suara yang tidak jelas obyeknya pada klien 1 tidak pernah
mendengar suara-suara.
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai
dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,

4
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat
mencederai diri (Carpenito, L.J, 1998, dalam Muhith, 2015).
Diagnosa ketiga klien sama yaitu isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah. Penyebab dari menarik diri adalah harga diri
rendah, teori dan fakta yang didapat dari ketiga klien sama.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi yang akan dilakukan pada ketiga klien sama. Intervensi yang pertama
bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik.Intervensi kedua kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya.Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri dan tidak bergaul. Intervensi ketiga kaji pengetahuan klien
tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain. Beri pengetahuan
pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang ke untungan berhubungan denmgan
orang lain. Diskusikan bersama klien ke untungan berhubungan dengan orang lain.
Intervensi keempat kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain.
Bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : K P, K-P-P lain, K-P-
P lain- K lain, K-P. Intervensi kelima dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
bila berhubungan dengan orang lain. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain.
Tuk 1 bina hubungan saling percaya, intervensi yang di lakukan binahubungan
saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik seperti sapa klien
dengan ramah baik secara verbal dan non verbal, perkenalkan diri dengan sopan,
tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di sukai klien, jelaskan tujuan
perkenalan, jujur dan menepati janji. Rasionalnya hubungan saling percaya merupakan
dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya. Tuk 2 klien dapat
menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri sendiri orang lain dan
lingkungan. Intervensi yang di lakukan kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik
diri dan tanda-tandanya, beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.Rasionalnya dengan diketahui penyebab
menarik diri dapat dihubungkan dengan faktor prisipitasi yang dialami oleh klien.
Tuk 3 klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lian dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Intervensi yang dilakukan kaji
pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain,
beri pengetahuan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain, diskusikan bersama dengan klien keuntungan
berhubungan dengan orang lain. Tuk 4 klien dapat melaksanakan hubungan secara
bertahap. Intervensi yang dilakukan kaji pengetahuan klien dalam membina hubungan
dengan orang lain, dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap : K P, K-P-P lain, K-P-P lain-K lain, K-P-keluarga/kelompok/masyarakat.
Rasionalnya untuk mengetahui perilaku menarik diri dan dengan bantuan perawat bisa
membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Tuk 5 klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain untuk diri sendiri dan orang lain. Intervensi yang dilakukan dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain, diskusikan dengan
klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain. Rasionalnya dapat
membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah. Tuk 6
klien dapat memperdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan
kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain. Intervensi yang dilakukan
bina hubungan saling percaya dengan keluarga, diskusikan dengan anggota keluarga
tentang perilaku menarik diri, dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan

5
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain, anjurkan anggota keluarga secara
rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satun kali seminggu. Rasionalnya
keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses perbaikan perilaku
klien(wijayaningsih, 2015).
Pada tujuan intervensi ketiga klien dapat membina hubungan saling percaya, klien
dapat menyebutkan penyebab menarik diri. Klien dapat menyebutkan ke untungan
bergaul dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Klien
dapat melaksanakan hubungan secara bertahap, klien dapat mengungkapkan
perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain. Kriteria hasil antara ketiga klien
juga sama.
4. Implementasi keperawatan
Pada ketiga klien dilakukan implamentasi yang sama tanggal implamentasi klien 1
dan klien 2, 3 tidak dilaksanakan pada tanggal yang sama.
Tanggal 13 Juni 2016 implamentasi pertama klien 1 membina hubungan saling
percaya, mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya,
beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
dan tidak mau bergaul.
Tanggal 14 Juni 2016 implamentasi kedua mengkaji pengetahuan klien tentang
manfaat keuntungan berhubungan dengan orang lain, memberi pengetahuan pada klien
untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain,
berdiskusi bersama klien keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Tanggal 15 Juni 2016 implamentasi ketiga mengkaji kemampuan klien dalam
membina hubungan dengan orang lain, membantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain melalui tahap : K P, K-P-P lain, K-P-P lain-K lain, K-P. Klien mengikuti
terapi modalitas TAK sosialisasi.
Tanggal 16 Juni 2016 implamentasi keempat mengkaji kemampuan klien dalam
membina hubungan dengan orang lain, membantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain melalui tahap : K P, K-P-P lain, K-P-P lain-K lain, K-P.
Tanggal 17 Juni 2016 implamentasi kelima membantu klien untuk mengungkapkan
perasaaannya bila berhubungan dengan orang lain, berdiskusi dengan klien tentang
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Tanggal 6 Juni 2016 implamentasi pertama klien 1 dan 2 membina hubungan saling
percaya.
Tanggal 7 Juni 2016 implamentasi keduamengkaji pengetahuan klien tentang
perilaku menarik diri dan tanda-tandanya, beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri dan tidak mau bergaul.
Tanggal 8 Juni 2016 implamentasi ketiga mengkaji pengetahuan klien tentang
manfaat keuntungan berhubungan dengan orang lain, memberi pengetahuan pada klien
untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain,
berdiskusi bersama klien keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Tanggal 9 Juni 2016 implamentasi keempat mengkaji pengetahuan klien tentang
manfaat keuntungan berhubungan dengan orang lain, memberi pengetahuan pada klien
untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain,
berdiskusi bersama klien keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Tanggal 10 Juni 2016 implamentasi kelima mengkaji kemampuan klien dalam
membina hubungan dengan orang lain, membantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain melalui tahap : K P, K-P-P lain, K-P-P lain-K lain, K-P. Klien mengikuti
terapi modalitas TAK sosialisasi.

6
Tanggal 11 Juni 2016 implamentasi keenam mengkaji kemampuan klien dalam
membina hubungan dengan orang lain, membantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain melalui tahap : K P, K-P-P lain, K-P-P lain-K lain, K-P.
Tanggal 13 Juni 2016 implamentasi ketujuh membantu klien untuk mengungkapkan
perasaaannya bila berhubungan dengan orang lain, berdiskusi dengan klien tentang
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
TAKS adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan
masalah hubungan sosial.Terapi Aktivitas Kelompok sangat efektif mengubah perilaku
karena di dalam kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain dan saling
mempengaruhi(Keliat dalam Putra, 2015).
TAK sosialisasi salah satu implamentasi yang dilakukan kepada ketiga klien dan
ketiga klien mengikuti TAK dengan baik.Dengan TAK soaialisasi maka klien dapat
meningkatkan hubungan sosial secara bertahap.
5. Evaluasi keperawatan
Tanggal 13 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien 1 mau menyebutkan nama dan
alamat kontak mata kurang, mau berjabat tangan ekspresi wajah datar.
Tanggal 14 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien tau tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain, kontak mata kurang, mau duduk berdamping dengan perawat.
Tanggal 15 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien mau berkenalan dengan klien
yang lain tapi cara berkenal klien kurang baik, kontak mta kurang, ekspresi wajah datar,
klien tidak mau diajak cara berkenalan yang baik.
Tanggal 16 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien mau diajak cara berkenalan yang
baik. Klien mau menatap yang diajak berkenalan.
Tanggal 17 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien mengungkapkan perasaaannya,
klien mau menatap perawat meskipun sebentar.
Tanggal 6 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien 2 mamenyebutkan nama alamat,
kontak mta kurang ekspresi wajah datar. Klien 3 mau menyebutkan nama alamat,
kontak mata kurang, ekspresi wajah datar, klien sering menunduk.
Tanggal 7 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien 2 mengatakan tidak tau tanda-tanda
menarik diri, kontak mata kurang, klien tidak fokus. Klien 3 tau tanda-tanda menarik
diri, kontak mta kurang, ekpresi wajah datar, klien selalu menunduk.
Tanggal 8 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien 2 tidak menjawab pertanyaan,
kontak mata kurang, ekspresi wajah datar. Klien 3 mau menjawab pertanyaan, kontak
mata masih kurang, ekpresi wajah datar.
Tanggal 9 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien 2 mau menjawab pertanyaan,
kontak mata kurang, ekspresi masih datar. Klien 3 mau berdiskusi, klien menatap
perawat meskipun sebentar.
Tanggal 10 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien 2 klien tidak menjawab
pertanyaan perawat lagi, klien tidak fokus, mau menatap perawat meskipun sebentar.
Klien 3 mau menyebutkan cara berkenalan tapi kurang baik, kontak mata ada, ekspresi
wajah datar.
Tanggal 11 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien 2 mau berkenalan dengan klien
yang lain, kontak mata ada, ekpresi wajah mulai ada. Klien 3 berkenalan dengan baik
sama klien yang lain, klien sudah mulai tersenyum kontak mata ada.
Tanggal 13 Juni 2016 evaluasi keperawatan klien 2 mau mengungkapkan
perasaannya, kontak mata ada sudah mulai tersenyum. Klien 3 mau mengungkapkan
perasaannya kontak mata ada mau tersenyum tidak bisa memulai pembicaraan terlebih
dahulu.

7
Menurut teori kriteria hasil dan evaluasi, ekspresi wajah bersahabat, mau
menyebutkan nama, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
mau duduk berdampingan dengan perawat.
Pada saat proses TAK ketiga klien mengikuti kegiatan dengan tertib dan mengikuti
sampai selesai. Pada saat TAK klien 1 mengikuti alur kegiatan dengan baik dan ada
perubahan kepada klien baik secara verval maupun non verbal.Pada saat TAK klien 2
kurang keoperatif karena klien lebih sering ngelamun dan tidak memperhatikan alur
kegiatan salama TAK di laksanakan.Pada saat TAK klien 3 mengikuti alur kegiatan
dengan baik dan ada perubahan kepada klien baik secara verbal maupun non verbal.
Pada klien 1 hari pertama evaluasi klien kontak mata tidak ada hari kelima klien
sudah mulai tersenyum dan mau menatap perawat meskipun sebentar. Pada klien 2 hari
pertama klien kelihatan bingung kontak mata tidak ada hari keenam klien mau
berkenalan dengan klien yang lain.Pada klien 3 hari pertama klien selalu menundukkan
kepala hari keenam sudah mulai tersenyum dan bisa berkenalan dangan baik.Dengan
TAK sosialisasi terbukti efektif pada klien yang mengalami interaksi sosial.

Simpulan
Hasil pengkajian di temukan masalah ketiga klien sama yaitu klien terlihat lessu, sering
menyendiri, kontak mata kurang, afek datar, klien tidak konsentrasi.Diagnosa ketiga klien
sama yaitu isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri
rendah.Rencana implementasi membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap : K P, K-P-P lain, K-P-P lain – K lian, K-P dalam bentuk kegiatan terapi
aktivitas kelompok sosialisasi.Kegiatan terapi aktivitas kelompok sosialisasi dilaksanakan
selama 6 kali pertemuan selama 2 minggu setiap hari selasa, kamis, dan sabtu.Dari hasil
evaluasi implementasi ketiga klien tidak sama, klien 1 dan 3 bisa berinteraksi dengan klien
yang lain sedangkan klien 2 masih kurang berinteraksi dengan klien yang lain. Dengan
terapi aktivitas kelompok sosialisasi ada pengaruh yang signifikan.

Rekomendasi
Harus selalu meningkatkan mutu pelayanan pada semua klien dan juga dalam
melakukan tindakan keperawatan terutama dalam melalukan TAK sosialisasi pada klien
menarik diri lebih di tingkatkan dengan mengupayakan intervensi yang lebih intensif dan
menigkatkan program-program standar praktek keperawatan yang sudah berjalan.
Institusi kesehatan harus lebih mengoptimalkan program standar praktek keperawatan
dan meningkatkan mutu dari keperawatan dimana tenaga keperawatan tidak hanya
memberikan pelayanan pada klien sakit tetapi juga sebagai tenaga pendidik.Supaya klien
dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan baik.Hasil studi kasus ini dapat dijadikan
data dasar untuk studi kasus lebih lanjut tentang klien gangguan jiwa dengan menarik diri.

DAFTAR PUSTAKA

Arip, M., 2011.pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi.JURNAL KESEHATAN


PRIMA,volume 5,p.1.
Direja, A.H.S., 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:Nuha Medika
Diri. Surakarta, s.n.
Hardiman, N. P. R., 2013. Hubungan mekanisme koping terhadap perubahan body
image pada pasien isolasi sosial.e-library stikes nani hasanuddin, volume 2. P.6.

Hasriana, 2013. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap


Kemampuan Bersosialisasi.e-library stikes nani Hasanuddin, volume 2,p.6.

8
WIDYASTUTI, I. M., 2013. Dengan Isolasi Asuhan Keperawatan Pada NN.S Sosial
Menarik Diri. Surakarta, s.n.

Wardani, D. I., 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Isolasi Sosial Menarik

Putra, V. R. W., 2015. Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap


kemampuan interaksi.Judul Skripsi, Yogyakarta Oktober.

Praseptyana, D.B., 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn.E Dengan Masalah Isolasi
Sosial. Surakarta, s.n.

Surtiningrum, A. (2011). Pengaruh Terapi Suportif Terhadap Kemampuan Bersosialisasi


Pada Klien Isolasi Sosial. Jakarta.
Muhith, A., 2015. Pendidikan keperawatan jiwa teori dan aplikasi. Yogyakarta : CV ANDI
OFFSET.
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta Timur :
CV. Trans Info Media.

Alamat Correspondensi :
- Email : MaulidaRahmatika@yahoo.com
- No. HP : 082301527255
- Alamat :Arjasa, Situbondo

Anda mungkin juga menyukai